• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BIOGRAFI MUHAMMAD NATSIR. khususnya kaitannya dengan perkembangan organisasi Islam di Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II BIOGRAFI MUHAMMAD NATSIR. khususnya kaitannya dengan perkembangan organisasi Islam di Indonesia."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

BIOGRAFI MUHAMMAD NATSIR

2.1. Masa di Kampung Halaman.

Natsir nama yang tidak asing bagi rakyat Indonesia, apalagi umat Islam khususnya kaitannya dengan perkembangan organisasi Islam di Indonesia. Organisasi Islam di Indonesia memiliki fase-fase dalam perkembangannya mulai dari Sarikat Dagang Islam yang dipimpin oleh Tjokro Aminoto sampai Partai Keadilan Sejahtera yang menyatakan sebagai organisasi Islam penyambung aspirasi umat. Zaman revolusi kemerdekaan bagian penting dari sejarah suatu bangsa, titik awal membangun cita-cita bersama dalam bernegara demi terciptanya tatanan masyarakat yang adil dan makmur. Ideologi negara merupakan sebagai landasan segenap rakyat Indonesia dalam melakukan sikap, perkataan, dalam menjalani kehidupan sosialnya. Dalam masa pergolakan penentuan ideologi bangsa Indonesia inilah Natsir cukup dikenal, karena ketokohannya maka perlu menampilkan kembali biografinya sebelum memahami secara mendalam tentang pemikirannya.

Natsir merupakan orang yang berada dalam ketokohannya meskipun seluruh jabatan formal tidak disandangnya lagi. Hal ini dapat dilihat tidak berubahnya penghormatan yang diberikan masyarakat terhadapnya, sampai akhir hayatnya Natsir dikenal sebagai salah seorang pemimpin umat dan bangsa yang cukup disegani baik dari kalangan dalam negeri maupun dari kalangan luar negeri.

(2)

Natsir dilahirkan di sebuah desa bagian barat Indonesia, terkenal dengan kultur agama Islam yang kental dalam kehidupan sosialnya. Desa Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat, pada hari Jum’at tanggal 17 Jumadil

Akhir 1326 H bertepatan dengan tanggal 17 Juli 1908. Ibunya bernama Khadijah,

sedangkan ayahnya bernama Mohammad Idris dengan gelar Sutan Saripado. Ayahnya adalah seorang pegawai rendahan sebagai juru tulis dikantor kontroler di Maninjau yang kemudian menjadi sipir di Bekeru (Sulawesib Selatan). Adapun gelar yang diberikan kepada Natsir adalah Datok Sinaro Panjang, gelar pusaka diberikan kepada Natsir setelah menikah dengan Nurnahar pada tanggal 20 Oktober 1934. Gelar tersebut merupakan gelar adat yang diberikan kepada seseorang setelah menikah dan berlaku secara turun temurun.1

Kekentalan Islam dalam kehidupan sosial masyarakat di Minangkabau dan banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional, mengingatkan kita pada negeri kelahiran Natsir. Thohir Luth mengatakan bahwa Ranah Minang atau Minangkabau pada awal abad ke-20 dikenal sebagai salah satu daerah di Indonesia yang menjadi tempat kelahiran tokoh-tokoh Islam ternama. Mereka menjadi tokoh nasional diberbagai aspek seperti Syahrir dibidang politik, Hamka dibidang pendidikan, Hatta dibidang ekonomi, Tuanku Imam Bonjol, Agus Salim dan Natsir dibidang Agama, dan lain sebagainya.

2

Sumbangsih putra-puta Minangkabau kepada ibu pertiwi tidak perlu dipertanyakan lagi, hal tersebut memiliki dampak positif bagi proses pembaharuan Islam yang cukup lama telah berkembang di Indonesia. Abdul Aziz

1

Yusuf, A. Puar, M. Natsir 70 Tahun Kenang – Kenangan Kehidupan dan Perjuangan, Jakarta: Antara, 1978, hal., 4.

2

(3)

Thaba dalam analisisnya menyebutkan pada awal abad ke-20, gerakan pembaharuan kembali melanda Minangkabau dengan tiga pelopornya yaitu : Djamil Djambek (1860-1942), Haji Abdul Ahmad (1878-1933) dan Haji Abdul Karim Amrullah (1879-1945) yang terakhir ini berhasil mendirikan dan mengembangkan Thawaliq Padang Panjang. Perlu juga dicatat peranan Syekh Ahmad Khattib seorang tokoh kontrovesional, ia pernah merantau ke tanah suci Mekkah kemudian menjadi Imam besar Masjidil Haram. Kelak dia menjadi guru dari tokoh pembaharu Islam di Indnesia seperti Ahmad Dahlan, Hasyim Asy’ari, Abdul Wahab Hasbullah, dan Bisri Syamsuri.3

Natsir mempunyai tiga orang saudara yaitu Yukinan, Ruhiah dan Yohanusun. Sosialisasi keagamaan dan intelektual Natsir banyak dilalui dikampung halamannya. Institusi pendidikan agama yang dilalui tidak ada kekhususan atau keistimewan dalam proses belajar dimasa kecilnya, sebab ayahnya seorang pegawai rendahan. Meskipun denikian Natsir mendapatkan kemudahan untuk dapat bersekolah di Sekolah Dasar Belanda, pendidikan keagamaannya dilalui dengan berguru pada alim ulama dikampungnya. Usia 18 tepat tahun 1926 Natsir berkeinginan untuk melanjutkan sekolah HIS Belanda, keinginannya tidak terwujud dikarenakan status pekerjaan ayahnya yang tidak

Kondisi historis yang demikanlah melatar belakangi sosok Natsir menjadi seorang tokoh besar yang memiliki karekteristik berbeda dimana dia seorang politisi ulung sekaligus seorang da’i.

3

Abdul Aziz Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, hal., 131.

(4)

Memiliki kedudukan khusus, akhirnya dia melanjutkannnya disekolah HIS Adabiyah di Padang.4

Natsir belajar di Padang tidak sampai dengan tamat dikarenakan ayahnya memindahkannya ke HIS Solok. Disekolah inilah Natsir mulai belajar bahasa Arab dan Fiqih kepada tuanku Mudo Amin, seorang pengikut dan kawan Haji Rasul, Natsir menamatkan pendidikan HIS dan Madrasah Diniyah di Solok, dia juga mengikuti pelajaran secara teratur di Padang yang dibimbing oleh Haji Abdullah Ahmad di Padang.

Jarak Solok ke Padang memang tidak begitu jauh, tetapi ini membuat Natsir untuk hidup mandiri dikarenakan telah berpisah dengan keluarga. Hari-hari pertama dia menjalaninya cukup membuat kelelahan, memasak sendiri, mencuci pakaian dan mencari kayu bakar. Kemandirian inilah yang membuat Natsir memiliki kesederhanaan nantinya walaupun dia memilliki jabatan paling tertinggi di pemerintahan Indonesia. Kebahagian bukan didapat atas kemewahan harta yang melimpah ruah, kebahagiaan didapat dari keadaan dimana hati terpuaskan tanpa adanya tekanan , bebas, berani mengatasi kesulitan hidup, tidak menyerah pada keadaan, tidak mudah berputus asa, dan percaya dengan potensi yang ada pada diri sendiri.

5

4

Thohir Luth, Op. cit., hal., 27.

5

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1996, hal., 100.

Dari keterangan diatas dapat dilihat bagaimana Natsir telah mendapatkan dasar-dasar pemikiran pembaharuan Islam, minat inilah yang nantinya berkembang secara pesat dalam pemikirannya hingga berada di Bandung negeri perantauan pertamanya.

(5)

Setelah selesainya pendidikannya di Solok Natsir diajak kakaknya Rubiah ke Padang dan tahun 1923-1927 Natsir mendapat beasiswa untuk sekolah di Meer

Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Natsir aktif di kegiatan yang bersifat

ekstrakurikuler, tapi fokus utamanya kegiatan kurikuler MULO, dia masuk anggota Pandu Nationale Islamistizche Paviderij sejenis pramuka sekarang dan Jong Islamiten Bond (JIB) Padang yang diketuai oleh Sanusi Pane.6

Sejak belajar di AMS Bandung, Natsir mulai tertarik pada pergerakan Islam dan mulai belajar politik di perkumpulan JIB sebuah organisasi pemuda Islam. Anggota – anggotanya adalah pelajar-pelajar Bumi Putera yang bersekolah di sekolah Belanda, organisasi ini mendapatkan pengaruh intelektualnya dari Haji Agus Salim. Hal yang cukup baik bagi orang muda seperti Natsir telah banyak mengenal dan berinteraksi bersama tokoh-tokoh nasional, pada masa itu juga

2.2. Masa keaktifan di JIB dan Persis.

Organisasi merupakan sebagai tempat belajar pelengkap dari yang didapat didalam kelas, kegiatannya begitu banyak di organisasi menunjukkan keuletannya dalam manajemen organisasi, tidak mengherankan nantinya Natsir juga terkenal sebagai seorang administrator ulung. Tamat dari MULO Natsir kemudian melanjutkan sekolah ke Algemene Middelbare Schol (AMS) afdelling A di Bandung hingga tamat pada tahun 1930. AMS awal Natsir berproses dalam pematangaan cakrawala berpikirnya, dikota ini dia bertemu dengan seorang aktivis pendiri Persis yang diakui Natsir nantinya sebagai orang berpengaruh dalam pemikirannya bernama Ahmad Hasan.

6

(6)

keinginan belajar agama semakin menguat dan resmi jadi anggota JIB cabang Bandung. Keseriusannya di JIB membuahkan hasil sebuah kepercayaan kawan-kawannya dengan mengangkatnya sebagai ketua periodesasi 1928-1932, di organisasi inilah Natsir total aktif dan total mengasah kemampuan politiknya sesuai dengan garis perjuangan JIB.

Natsir juga aktif dalam sidang Jum’at yang dilakukan secara teratur oleh Persis, kedekatan secara emosional tentu terbangun dengan sendirinya, ditambah lagi keikutsertaan Natsir dalam kelas khusus yang diselenggarakan Hassan untuk anggota-anggota muda Persis. Natsir tentu mendapatkan tempat dimana dia bisa memecahkan berbagai keresahan yang ada pada dirinya tentang problema bangsa. Disamping aktif di JIB Natsir juga memasuki periode keaktifan di organisasi Persis, Persis adalah organisasi ang didirikan pada tahun 1920-an yang dipelopori oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus.

Dalam bukunya Abdul Aziz Thaba mengatakan, perhatian utama mereka adalah penyebaran cita-cita dan pemikirannya melalui khutbah, ceramah, diskusi, pendirian sekolah, penyebaran pamflet, penerbitan majalah dan penerbitan buku-buku. Kegiatan bertumpu pada tiga hal: tabligh, pendidikan dan publikasi yang menggunakan methode perdebatan dan polemik.7

Melalui majalah Pembela Islam Natsir banyak memberikan kontribusi pemikirannya, dalam majalah tersebut dia menuangkan pemikirannya dan

Persis merupakan organisasi Islam yang kritis pada zamannya, Natsir banyak memperoleh pemahaman Islam modern disini, di Persis juga dengan leluasa menyalurkan pemikiran kritisnya tentang ke-Islaman.

7

(7)

mendapat pro dan kontra tidak hanya dari kalangan Islam akan tetapi dari luar Islam juga, pendeta Christoffes misalnya pernah memberikan tanggapan terhadap tulisan Natsir.8

Natsir mempunyai motivasi terjun ke duni a pendidikan dengan Persis dimana cita-cita dan pemikiran membangun suatu sistem pendidikan yang sesuai hakikat ajaran Islam. Motivasi ini muncul sebab sistem yang berlaku terdapat kepincangan dari Kolonial Belanda dan sitem pendidikan Indonesia sendiri dalam pesantren dan madrasah yang tidak memenuhi kebutuhan masyarakat zaman itu, pendapat ini dikemukakan oleh Yusuf A. Puar.

Persis memang merupakan organisasi Islam yang cukup kritis, kelemahannya terletak pada kerapian organisasi. Kegiatan Persis dalam pengembangan wacana kritisnya begitu memperkaya pemahaman baru bagi masyarakat dimana Natsir terlibat langsung. Pertama, kegiatan penerbitan dan publikasi jurnalistik, maka terbitlah majalah Pembela Islam, majalah Al-Fatwa yang hanya membicarakan seputar agama tanpa ada tendensi politik dan tanya jawab agama. Kedua, da’wah yang mana Natsir mempunyai andil besar secara organisatoris terhadap Persis dan dakwah Islam secara keseluruhan. Ketiga, dibidang pendidikan dengan berdirinya sekolah Pendidikan Islam yang didirikan anggotanya A.A. Banama, dimana sekolah ini dipimpin Natsir dan kemudian dua tahun berikutnya Persis mendirikan Kweekschool di Bandung.

9

Keaktifan Natsir bersama kawan-kawannya di Persis di bidang Pendidikan menunjukkan mereka salah satu pelopor pendidikan modern Islam di Indonesia. Natsir menggagas sistem pendidikan yang bersifat tanggap dalam mengantisipasi

8

Thohir Luth, Op.cit., hal., 33.

9

(8)

masalah-masalah sosial masyarakat termasuk masalah pendidikan pada lemabag dan madrasah. Secara pribadi keterlibatan di Persis tentu menjadi sebuah proses pematangan Natsir secara intelektualitas, keterlibatannya disini menjadikan dia menjadi seorang yang kritis dan aktif dalam berbagai kegiatan keislaman sedangkan keaktifan di JIB telah memberikan kematangan secara keorganisasian dan politik.

2.3. Masa Membangun Islam Bersama Masyumi.

Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) berdiri pada tanggal 17 November 1945 melalui Kongres Nasional Umat Islam di Yogyakarata yang diketuai Sukiman, dulunya orang-orang didalamnya aktif di Majelis Islam A’la Indonesia. Natsir termasuk pelopor terbentuknya Masyumi, bahkan dia juga menjabat sebagai staf ketua sampai Masyumi dibubarkan pada masa pemerintahan Soekarno. Keterlibatan Natsir di partai Masyumi inilah yang mengantarkannya sebagai politisi sekaligus seoarang negarawan, setelah Natsir dipercaya menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), sementara pada masa pemerintahan Sutan Sjahrir dia diangkat sebagai Menteri Penerangan.

Masyumi ini berbeda dengan Masyumi yang pernah dibentuk oleh Pemerintahan Jepang pada akhir tahun 1943, Masyumi bentukan Jepang ini hanya terbuka bagi perserikatan-perserikatan yang telah diberi status hukum oleh pemerintahan militer. Kiai dan ulama yang telah mendapat persetujuan dari pemeritahan bisa menjadi anggota, diperparah lagi mereka dibawah kontrol pemerintahan Jepang. Dengan demikian Masyumi bentukan Jepang tentu saja bertujuan untuk memuluskan kepentingan Jepang, sementara Masyumi yang

(9)

dibentuk pasca kemerdekaan adalah organisasi politik yang berdiri tanpa campur tangan luar dan menadapat sambutan baik dari oraganisai Pergerakan Islam Nasional maupun sosial keagamaan. 10

Masyumi dalam perjalanan programnya ternyata memiliki persoalan internal, karena pada Juli 1947 salah satu organisasi pendukungnya yaitu PSII keluar dan meninggalkan Masyumi untuk kembali menjadi partai politik independent. Alasan kenapa memilih untuk keluar dari Masyumi juga tidak dijelaskan secara terperinci, kondisi perpecahan ini juga diperparah dengan keluarnya NU mengikuti PSII pada tahun 1952. NU merupakan organisasi Dalam Masyumi terdiri dari beberapa oraganisai Islam antara lain: Muhammadiyah, Persis, Nahdhatul Ulama, Pergerakan Tarbiyah Islamiyah dan Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Natsir terlibat di Masyumi dari awal berdirinya dan tahun 1949 sampai tahun 1958 dia terpilih sebagai orang nomor satu di partai Masyumi. Komitmen Natsir yang kuat terhadap Islam dan berbagai kegiatan organisasi yang menjadikan Islam sebagai komitmen dalam perjuangan, hal inilah yang juga membuat Natsir berada di Masyumi.

Perjalanan melakukan perubahan sesuai dengan cita-cita bersama didalam Masyumi ternyata tidak semulus dalam pemikiran para penggagasnya. Cita-cita bersama dalam membangun bangsa Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, tersendat di perjalanan perjuangan. Persoalan-persoalan yang timbul bukan persoalan yang datang dari luar layaknya Masyumi buatan Jepang dimana diintervensi oleh pemerintah Jepang akan tetapi persoalan timbul dari internal Masyumi sendiri.

10

(10)

masyarakat terbesar pendukung Masyumi, keluarnya NU diduga karena pemimpin keagamaan (sebagian besar anggota NU di Masyumi diturunkan kedudukannya hanya sebagai penasehat) sedangkan pengurus besarnya dipegang ormas-ormas lain. Penyebab lainnya adalah perebutan jabatan Menteri Agama Kabinet Wilotopo pada tahun 1952 dimana Fakih Usman (Muhammadiyah) dipilih sebagai Menteri Agama bukan Wahid Hasyim yang diharapkan para pemuka NU.11

Keberhasilan Natsir dalam mewacanakan mosi integral ternyata masih menyimpan cita-cita yang lebih besar yaitu bagaimana menjadikan Islam sebagai

Sikap yang diambil PSII untuk keluar dari Masyumi tidak membawa dampak besar sebab massa PSII memang tidak cukup besar, berbeda dengan keluarnya NU dampaknya sangat terasa sebab NU merupakan massa pendukung terbesar Masyumi.

Natsir selaku pimpinan Masyumi saat itu tentu mengalami perpecahan dengan mitranya yang merintis Masyumi dari awal berdirinya. Kelihaian Natsir diuji disaat itu sebagai seorang pemimipin untuk mengakomodir dan menyelesaian perbedaan yang bisa berakhir dengan perpecahan.

Mosi integral yang diajukan Natsir dalam menyelamatkan Republik Indonesia dengan jalan konstitusi menjadikan debut politik amat cemerlang baginya. Dalam mengajukan gagasan mosi integral ini Natsir tentu melakukan perjuangan yang cukup menguras tenaga, lihat bagaimana dia harus melakukan pendekatan terhadap oragnisasi politik dan organisasi masyarakat . PKI sebagai organisasi barisan kiripun tidak luput untuk didekati, pertemuaan Natsir dengan Sakirman yang mewakili PKI misalnya tetap berjalan dengan baik.

11

(11)

landasan atau dasar negara , perjuangan in dilakukannya bersama Masyumi. Dalam pidatonya yang berjudul “Islam Sebagai Dasar Negara” Natsir mengatakan bahwa untuk dasar negara, Indonesia hanya mempunyai dua pilihan yaitu sekulerisme (la diniyah) atau paham keagamaan (dini). Sedangkan Pancasila menurut pendapatnya adalah la diniyah sebab itu Pancasila sekuler karena tidak mengakui wahyu sebagai sumber, bisa dikatakan Pancasila adalah hasil penggalian dari masyarakat.

Sesuai dengan argumentasi yang dikemukakan oleh Natsir, mengajak masyarakat untuk melihat bahwa Islam sebagai agama anutan mayoritas masyarakat Indonesia. Tentu dengan posisi mayoritas anutan masyarakat menjadikan Islam memiliki akar yang kuat dalam masyarakat Indonesia, sebab itu menjadikan alasan yang kuat menjadikan Islam sebagai dasar negara. Argumentasi lain mengapa partai-partai Islam memperjuangkan Islam sebagai dasar negara, menurut Natsir karena ajaran Islam mempunyai sifat-sifat yang sempurna bagi kehidupan negara dan masyarakat juga menjamin keragaman hidup antara berbagai golongan dalam negara dengan penuh toleransi.12

12

Thohir Luth, Op.cit., hal., 49.

Keyakinan yang ditanamkan Natsir dalam dirinya bahwa Islam sajalah yang membuat kemajuan bangsa Indonesia menuju kehidupan sosial masyarakat yang damai, adil dan sejahtera. Perjuangan mengaplikasan Islam sebagai dasar negara tidak semudah perjuangan mosi internal, persoalan dasar negara harus Islam, Pancasila atau lainnya mengalami perdebatan panjang di konstituantae sejak November 1956 sampai dengan Juni 1959 akhir dari perdebatan ini tanggal 2 Juni 1959 tan adanya satu keputusan.

(12)

Pihak pemerintah membaca situasi ini sebagai suatu kemacetan konstitusi yang serius, maka pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno dengan sokongan penuh pihak militer mengeluarkan dekrit untuk kembali ke UUD 1945 dan sekaligus membubarkan Majelis Konstituante yang dipilih rakyat. Situasi tersebut tentu menjadikan suatu guncangan tersendiri bagi umat Islam baik secara politis maupun secara psikologis.13

13

Ibid, hal., 51.

Dekrit yang dikeluarkan Soekarno membuat dia menggenggan pimpinan yang memilki kekuasaan secara politis, dimana kekuasaan tersebut tanpa tapal batas dan sejak itulah setiap usulan mengganti dasar negara dengan Islam selalu dilemahkan. Soekarno menggunakan kesempatan pada posisi pemegang tampuk kekuasaan teringgi untuk meminimalisir wacana menghidupkan ideologi Islam. Pada tanggal 31 Desember 1959 Soekarno menetepkan kebijakan Penetapan Presiden (Penpres) No. 7/ 1959 yang mengatur kehidupan dan pembubaran partai, selanjutnya dikeluarkan pula Keputusan Presiden (Kepres) No. 200/ 1960 yang secara resmi memerintahkan pembubaran Masyumi dan PSI yang diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1960

Pembubaran Masyumi tidak lepas dari keterlibatan para pimpinan dan anggotanya dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Barat. PRRI dibentuk sebagai bagian proses pembentukan kabinet Djuanda yang tidak konstitusional serta terlalu tolerannya pemerintah pusat terhadap komunis, memfokuskan pembangunan hanya kedaerah Jawa tanpa memperhatikan daerah diluar Jawa.

(13)

2.4. Penguatan Islam Melalui Da’wah.

Bubarnya Masyumi membuat Natsir membuka lembaran baru dalam memperjuangan nilai-nilai Islam yang Rahmatin Alamin, metode perjuangan yang digunakannya sebagai juru da’wah. Kesulitan untuk membangun kembali Masyumi membuat Natsir dan para aktifis yang aktif di Masyumi dulunya membentuk Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia(DDII) pada tanggal 26 Februari 1967, lembaga ini didirkan atas dasar kesepakatan beberapa alim ulama pada pertemuan halal bi halal di Jakarta.

Pada periode pertama yayasan ini dipimpin oleh Natsir sebagai ketua, H.M. Rasyidi sebagai wakilnya, sekretaris I dan II masing-masing H. Buchari Taman dan H. Nawari Duski, serta bendahara H. Hasan, dengan beberapa anggota yaitu: H. Abdul Malik Ahmad, Prawoto Mangkusasmito, H. Mansur Daud Datuk Palimo Kayo, Desnan Raliby dan Abdul Hamid.14

Selama perjalanannya DDII tidak terlepas dari sosok Natsir, prinsip-prinsip musyawarah dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan penentuan kebijakan DDII membuat mereka semakin solid dibaawah kepemimpinan Natsir.

Bentuk kepengurusan diatas tidak berubah selama dua puluh tahun lamanya, oleh karena didirikan para aktifis Masyumi maka DDII tidak lepas dari kecurigaan ingin menghidupkan kembali Masyumi. Walaupun demikian para petinggi DDII menekankan doktrin bahwa DDII didirikan atas dasar takwa, diinginkan agar Islam dapat tersebar keseluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat sekaligus memurnikan kembali tradisi keislaman yang ternodai oleh nilai-nilai non Islam.

14

Lukman Hakim, 70 Tahun H. Buchari Taman: Menjawab Panggilan Risalah, Jakarta: Media Dakwah, 1992, hal., 147.

(14)

DDII tentu memiliki pedoman dalam segala hal, termasuk misalnya bagaimana mengatur hubungan antar agama, antara lain:

1. Islam dinyatakan sebagai agama disisi Allah, namun Islam melarang pemaksaan dalam agama.15

2. Islam memperingatkan bahwa golongan Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada umat Islam sebelum umat Islam mengakui agama mereka.16

3. Kemudian akan didapati orang yang paling keras permusuhannya kepada orang-orang yang beriman, yakni orang-orang Yahudi dan mereka yang menyekutukan Allah . Juga akan ditemukan manusia-manusia yang paling akrab kecintaannya kepada orang-orang yang beriman yakni mereka yang mengatakan: “ kami orang Nashara”. Yang demikian itu karena diantara mereka ada pendeta-pendeta (terpelajar dan berbakti), rahib-rahib dan sesungguhnya mereka tidak takabbur.17

Melalui pola gerakan pedoman diatas maka DDII melakukan kegiatan seperti pembangunan mesjid, pengiriman dana dan penerbitan. Perjuangan Natsir bersama DDII ternyata disambut baik oleh masyarakat Inonesia maupun luar negeri. Natsir sebenarnya telah lama terlibat dalam dunia Islam sejak di Masyumi, tahun 1956 Natsir bersama Maududi dan Abul Hasan An Nadawy memimpin sidang Muktamar Alam Islamy di Damaskus. Natsir juga menjabat sebagai Wakil Presiden Kongres Islam se-Dunia yang berpusat di Pakistan dan Muktamar Alam Islamy di Arab Saudi.

15

QS. Al-Baqarah (2): 256. dan QS. Ali Imran (3): 19

16

QS. Al-Baqarah (2): 120.

17

(15)

Natsir juga banyak mendapatkan penghargaan diantaranya Bintang Penghargaan dari Tunisia dan dari Yayasan Raja Faisal Arab Saudi (1980). Dia juga mendapatkan gelar Doktor Honorus Causa daru Universitas Islam Libanon dalam bidang sastra dan dalam bidang pemikiran Islam dari Universiti Kebangsaan Malaysia.18

Natsir adalah tokoh pejuang Islam angkatan 45 yang pernah memasuki pentas kehidupan kenegaraan merupakan orang yang terakhir hidup. Dia bukan saja tokoh dan pemimpin bagi umat Islam, akan tetapi juga bagi bangsa Indonesia.

Natsir wafat di Jakarta dalam usia 85 tahun pada tanggal 6 Februari 1993 bertepatan pada tanggal 14 Sya’ban 1413 H, beliau meninggal tanpa adanya sosok anaknya yang ingin meneruskan perjuangan sepertinya. Wafatnya beliau telah berakhir pula perjuangan yang dilakukannya beliau adalah pemikir Islam yang kritis dan menunjukkan kecintaannya kepada Islam. Hal ini dibuktikannya sejak muda hingga akhir hayatnya terlibat dalam kegiatan yang memiliki keberpihakan kepada Islam.

2.5. Metodologi Berpikirnya.

Natsir dikenal sebagai ulama intelektual, dia banyak melahirkan karya-karya monumental yang meliputi bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan dakwah. Sebagaimana telah disebutkan dari awal bahwa Natsir hidup dilingkungan Islam yang berparadigma kritis, hal ini berpengaruh besar pada pembentukan pola pikirnya. Keterlibatannya di JIB seta Persis menambah keyakinannya bahwa Islam adalah Din Al-Rahmah.

18

(16)

Seorang yang mengaku aktivis khususnya yang berkecimpung dalam organisasi Islam tidak lengkap jika tidak mengenalnya dengan baik, demikian juga orang yang ingin mengenal sejarah pertumbuhan Indonesia sebagai bangsa. Natsir tidak hanya dikenal sebagai tokoh Masyumi dan mantan Perdana Menteri, juga dikenal sebagai pemimpin Islam yang paling tangguh dan piawai dengan pandangan-pandangannya berkualitas seorang ulama, negarawan dan sekaligus berbobot intelektual.19

Ciri khas berpikirnya yang kedua, penalarannya terhadap akal tanpa menempatkan akal diatas agama terbukti dengan penolakannya terhadap pandangan negara sekuler. Natsir mengatakan salah satu tiang ajaran Nabi Muhammad SAW yang penting adalah penghargaan akal manusia, orang Islam diwajibkan untuk memakai akal dalam memikirkan ayat-ayat Al-Qur’an agar mengerti maksud dan tujuannya. Islam sangat mencela orang yang tidak

Pernyataan diatas membuktikan Natsir seorang yang memiliki kematangan, dia tidak hanya politisi juga seorang negarawan, tidak hanya sekedar intelektual tapi juga ulama, tidak mengherankan dia seorang yang amat dihormati dikalangan dunia Islam internasional. Metodologi berpikir Natsir menekankan pada dua hal yaitu pertama, keterikatan sepenuhnya Al-Qur’an dan Al-Sunnah sebagai seutama-utama hujjah. Tulisan Natsir secara keseluruhan memang tidak pernah meninggalkan keterikatan terhadap Al-Qur’an dan Al-Sunnah, corak berpikir seperti inilah yang menunjukkan Natsir sebagai tokoh yang hanya mau diikat oleh Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Secara otomatis dia menjadi seorang yang merdeka dan terbebas dari bid’ah, khurafat, takhyul, serta taqlid.

19

Abdul Munir Mulkan, Ideologisasi Gerakan Dakwah Episod Kehidupan M.Natsir dan Azhar Basyir, Yogyakarta: Sipress, 1996, hal., 4.

(17)

menggunakan akal yang telah diberikan Allah SWT, jelas akal sebagai nilai lebih manusia dibanding mahkluk lainnya.20

DDII yang didirikannya cukup banyak memberikan kontribusi besar bagi perkembangan dan pertumbuhan dakwah di Indonesia. Ajakan dakwah yang dilakukannya merata keseluruh lapisan mulai dari kalangan masyarakat awam sampai para birokrat. Dakwah yang dilakkannya tidak hanya memprioritaskan di wilayah perkotaan tapi merambah sampai kedaerah tepencil, program pembinaan masyarakat terpencil melalui pengiriman da’i sampai kedesa terpencil. Para da’i

Natsir tidak hanya menceritakan tentang keistimewaan Islam dengan segala hal yang berkaitan dengannya, dia juga seorang aktivis yang menulis tidak berpanjang lebar atau langsung penjelasan secara mendetail. Natsir juga bukan hanya sebagai sosok pemikir, akan tetapi dia juga mengaplikasikannya dalam kehidupan kesehariannya, contohnya kegiatan dakwah bersama kawan-kawannya di DDII.

2.6. Peran Dakwahnya di Indonesia.

Natsir adalah putra ternama Indonesia yang tidak hanya piawai dalam bidang politik, birokrasi, tapi juga beliau adalah da’i ternama. Sebagai seorang da’i beliau pernah menduduki jabatan Wakil Presiden Muktamar Alam Islami sekaligus sebagai tokoh puncak Rabithah Alam Islami, dia juga menjadi Ketua Dewan Dakwah Islam Indonesia sejak tahun 1967 sampai akhir hayatnya tahun 1993.

20

(18)

yang dikirim dengan tujuan memberikan pemahaman keislaman dan juga menerobos pendirian sarana-sarana pendidikan dan dakwah.21

1. Memperluas pengertian dakwah dari pengertian hanya sebagai tabliqh, kepada pengertian yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat sebagai kelanjutan risalah Nabi Muhammad SAW.

Melalui DDII telah banyak usaha-usaha yang dilakukan dalam memberikan pemahaman Islam melalui dakwah, sementara itu ada beberapa usaha –usaha lain yang dilakukan DDII terbagi beberapa kelompok, yaitu:

2. DDII memberikan pengertian kepada para jamaahnya bahwa tugas dakwah merupakan fardhu ain bagi setiap muslim

3. Mengembalikan fungsi mesjid sebagai pusat pembinaan masyarakat seperti di zaman Rasulullah.

4. Mengingatkan dan meningkatkan mutu dakwah.

5. Meningkatkan usaha pembelaan terhadap umat dan perbaikan aqidahnya. 6. Membangkitkan ukhuwah Islamiyah Al-Alamiyah (persaudaraan Islam

Internasional).22

Paket-paket program diatas telah berjalan selama keaktifan Natsir di DDII, secara langsung memberikan sumbangan besar bagi kegiatan dakwah di Indonesia. Pada kenyataannya Natsir membangun sebuah visi dakwah yang luas dan luwes, dakwah yang tidak hanya mengurusi persoalan ibadah saja tapi juga sisi sosial kehidupa manusia.

21

Thohir Luth, Op.cit., hal., 11.

22

Referensi

Dokumen terkait

Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan baik dan terarah, sesuai dengan latar belakang, dan identifikasi masalah maka menjadi batasan masalah adalah pengaruh

1) Hasil dari brainstorming dengan manajer PLN Rayon Malang Kota Ibu Lusi, area parkir kendaraan roda empat ini bisa dikondisikan dengan menempatkan kendaraan

Untuk menghitung tingkat kepuasan pelanggan digunakan rumus Importance and Performance Analysis (IPA) dengan melakukan perhitungan rata-rata dari rata-rata

Selain korosi pada logam, proses korosi juga terjadi pada pengikisan batu karang oleh ombak dan terbentuknya lubang pada gigi, larutnya material keramik, dan juga

Dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah, penyediaan infrastruktur dihadapkan pada tantangan untuk mewujudkan suatu keterpaduan antara kebijakan nasional (top down policy)

structural maupun fungsional serta pelaksana di lingkungan Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal. 14) Belum optimalnya alokasi anggaran untuk pengembangan

Dari diagram kartesius tingkat kepentingan dan kinerja di dalam stasiun yang mendapatkan hasil di dalam Kuadran II yaitu Atribut : 2 tentang Petunjuk jalur dan prosedur evakuasi,

Sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat dilihat beberapa hal diantaranya : terdapat hasil uji kompetensi interpersonal mahasiswa Pendidikan Akuntansi FKIP