• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab berikut membahas mengenai literatur-literatur yang digunakan dalampenelitian yang diambil dari berbagai sumber. Adapun literatur yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya membahas tentang teori knoweldge management, identifikasi solusi knowledge management, akreditasi program studi, serta penelitian terdahulu.

2.1 Teori Knowledge Management

Pada sub bab ini, akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan Knowledge Management yaitu definisi data, informasi dan pengetahuan, tipe pengetahuan, proses penciptaan pengetahuan lokasi pengetahuan, pengertian knowledge management, serta strategi knowlege management.

2.1.1 Definisi Data, Informasi dan Pengetahuan

Pengetahuan (knowldege) merupakan kata kunci dan juga merupakankonsep dasar dalam knowledge management (KM). Oleh karena itu perlu dipahami terlebih dahulu pengertian dari pengetahuan dan perbedaannnya dengan data dan informasi.

Davenport dan Prusak (1998) membedakan pengertian antara data,informasi dan pengetahuan yaitu: “knowledge is neither data nor information,though it related to both, and the differences between these terms are often amatter of degree”. Dari urian diatas, dapat diketahuai bahwa knowledge bukanlah data maupun informasi, meskipun terdapat hubungan antara keduanya, perbedaan dari knowledge, data dan informasi terletak pada levelnya. Davenport dan Prusak memberikan gambaran tentang level data, informasi danknowledge kedalam sebuah piramida.

(2)

Gambar 2.1 Level Dari Data Informasi dan Knowlede

Sumber : Davenport dan Prusak (1998)

Davenport & Prusak mendefinisikan data, informasi dan knowledge sebagai berikut:

1. Data adalah sekumpulan diskrit atau fakta-fakta obyektif tentang suatu kejadian. Pendapat lain mengatakan data adalah angka-angka atau atribut-atribut yang bersifat kuantitatif, yang berasal dari hasil observasi, eksperimen atau kalkulasi (Bergeron, 2003).

2. Informasi adalah data yang mengalami perubahan. Menurut Austin (1983), informasi adalah data yang telah diolah dan dianalisa secara formal, dengan cara yang benar dan secara efektif, dan dapat memberikan to give shape atau untuk memberi bentuk, dan informasi ditujukan untuk membentuk orang yang mendapatkannya, yaitu untuk membuat agar pandangan atau wawasan orang tersebut berbeda (dibandingkan sebelum memperoleh informasi).

3. Knowledge adalah perpaduan berbagai macam pengalaman, pemikiran, nilai-nilai, informasi kontekstual, dan wawasan para ahli yang memberikankerangka untuk mengevaluasi dan menggabungkan berbagai pengalaman baru dengan informasi.Menurut Munir (2008) knowledge adalah informasi yang mengalami pengayaan (enrichment) atau transformasi melalui beberapa cara yaitu : (a) perbandingan (comparison), (b) konsekuensi/akibat (consequences), (c) hubungan/relasi (connections) dan (d) percakapan (conversation). Davidson & Voss (2002) memberikan gambaran tentang hubungan data, informasi dan knowledge. Data diberi makna sehingga berubah menjadi informasi,

(3)

dan untuk berubah menjadi knowledge, tujuan ditambahkan kedalam suatu informasi. Perumusan dari pernyataan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Hirarki Data, Informasi dan Knowledge (Davidson & Voss, 2002)

Menurut Becerra-Fernandez et. al. (2004), pengetahuan dapat dibedakandari data dan informasi dengan 2 (dua) cara, yaitu:

1. Cara pertama yaitu cara pandang sederhana dengan menempatkan pengetahuan pada level tertinggi dalam suatu hierarki sementara informasipada level menengah dan data pada level terendah. Berdasarkan cara pandangini, pengetahuan merujuk kepada informasi yang mendukung pengambilantindakan dan keputusan, atau informasi yang dilengkapi dengan petunjuk.Sedangkan data merujuk kepada fakta murni yang tidak mengandung suatukonteks dan informasi dilihat sebagai suatu data yang sudah memiliki konteks.

Gambar 2.3 Nilai dari Data, Informasi dan Pengetahuan

Sumber: Becerra-Fernandez et. Al, 2004

2. Cara kedua yaitu dengan mendefinisikan pengetahuan berada di dalam suatu wilayah sebagaimana menunjukkan kebenaran mengenai

(4)

hubungan antarakonsep-konsep yang berkaitan dengan wilayah khusus tersebut.

Menurut Liew (2007), definisi dari data, informasi dan pengetahuan adalah sebagai berikut :

1. Data adalah simbol yang dicatat (ditangkap dan disimpan) dan tanda interpretasi. Simbol meliputi kata (teks dan/atau lisan), angka, diagram, dan gambar (fragmen dan/atau video) yang merupakan blok bangunan darikomunikasi. Tanda meliputi sensor danatau indera interpretasi pada cahaya, bau, rasa, dan sentuhan. Sebagai simboldata adalah penyimpanan maknaintrinsik untuk mencoba menangkap gambaran sebenarnya atau peristiwanyata.

2. Informasi merupakan pesan yang mengandung makna relevan implikasinyaatau masukan untuk keputusan danatau tindakan. Informasi berasal dari saatini (komunikasi) dan historis (data yang diproses atau gambar yangdirekonstruksi). Pada intinya, tujuan informasi adalah untuk membantu dalampengambilan keputusan dan atau memecahkan masalah ataumenyadaripeluang.

3. Pengetahuan adalah (1) kognisi atau pengakuan (know-what), (2) kapasitasuntuk bertindak (know-how) dan (3) pemahaman (know-why) yang tinggalatau terkandung dalam pikiran atau di otak. Dalam konteks organisasi, tujuanpengetahuan adalah untuk menciptakan atau meningkatkan nilai bagiorganisasi dan semua stakeholder.

Hubungan antara data, informasi dan pengetahuan ditunjukkan pada gambar 2.4berikut :

(5)

Gambar 2.4 Hubungan Antara Data, Informasi dan Pengetahuan

Sumber : Liew (2007)

2.1.2 Tipe Knowledge

Klasifikasi pengetahuan yang dipaparkan oleh Nonaka dan Takeuchi (1995) membagi tipe knowledge menjadi dua jenis yaitu pengetahuan tasit (tacit knowledge) dan pengetahuan eksplisit (explicit knowledge). Hal ini untuk memahami bagaimana pengetahuan dibentuk dan dapat diterapkan.

1. Pengetahuan eksplisit dapat diproses dengan komputer, ditransmisikan secara elektronik, atau disimpan dalam basis data. Pengetahuan eksplisit merupakan pengetahuan yang bersifat objektif dan rasional. Tipe pengetahuan ini dapat dinyatakan dalam kata-kata, kalimat, angka, atau rumus. Hal ini termasuk pendekatan teori, pemecahan masalah, buku petunjuk, dan basis data.

2. Pengetahuan tasit bersifat personal dan khusus, hanya dapat diekstrak oleh manusia. Pengetahuan tasit merupakan subjektif dan pengalaman berdasarkan pengetahuan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, kalimat, angka, atau formula. Hal ini meliputi ketrampilan kognitif seperti keyakinan, gambar, intuisi, dan model mental serta ketrampilan teknis seperti keahlian dan knowhow.

Sedangkan menurut Becerra- Fernandez et.al. (2004), knowledge diklasifikasikan dalam berbagai tipe, yaitu:

(6)

1. Berdasarkan bentuk pengetahuannya, knowledge diklasifikasikan sebagai knowledge prosedural dan knowledge deklaratif. Knowledge prosedural yaitu berupa serangkaian langkah-langkah atau tindakan untuk tujuan tertentu, atau dikatakan sebagai ‘know-how’. Sedangkan knowledge deklaratif yaitu berupa fakta-fakta dan hubungan antar variabel atau dikatakan sebagai ‘know-what’. 2. Berdasarkan bentuk representasinya, knowledge diklasifikasikan sebagai

knowledge tacit dan knowledge eksplisit. Knowledge tacit yaitu berupa wawasan, intuisi, dan firasat, dimana knowledge bentuk ini sulit untuk diekspresikan dan dinyatakan secara formal sehingga sulit untuk dibagikan. Sedangkan knowldege eksplisit merujuk pada knowledge yang telah diekspresikan ke dalam bentuk kata dan angka sehingga dapat dibagikan secara formal dan sistematis seperti berupa data, spesifikasi, manual, gambar, audio, video, program komputer, paten dan sejenisnya.

3. Berdasarkan kepemilikannya, knowledge diklasifikasikan sebagai knowledge general dan knowledge spesifik. Knowledge general merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh sekumpulan individu dan dapat dipindah dengan mudah antar individu. Sedangkan knowledge spesifik dimiliki oleh sejumlah kecilindividu dan cenderung susah untuk dipindahkan.

2.1.3 Kategori Knowledge

Kategori Knowledge menurut Amrit Tiwana (Tiwana, 1999): 1. Core Knowledge:

Pengetahuan dasar yang dimiliki semua pesaing, menciptakan penghalang untuk masuknya pesaing baru.Walaupun tidak memberikan pembeda terhadap pesaing, namun pengetahuan dasar ini harus dimiliki oleh perusahaan.

2. Advanced Knowledge

Pengetahuan yang lebih maju yang dapat membuat perusahaan lebih kompetitif, memberikan daya pembeda pada produk terhadap pesaing melalui penerapan pengetahuan yang lebih unggul dalam bidang tertentu.

3. Innovative Knowledge

Pengetahuan inofatif yang membuat perusahaan dapat memimpin persaingan secara menyeluruh dan bahkan dapat mengubah persaingan.

(7)

2.1.4 Proses Penciptaan Knowledge

Knowledge baik yang bersifat tasit maupun eksplisit dapat dibagi dari orangke orang baik secara langsung maupun tidak langsung. Nonaka dan Takeuchi (1995) merumuskan proses knowledge sharing terdiri dari 4 proses yaitu Socialization, Externalization, Combination, dan Internalization. Proses yang terjadi dalam setiap tahapan proses dapat dilihat pada gambar 2.4.

1. Socialization (Sosialisasi)

Proses ini fokus pada hubungan tacit knowledge ke tacit knowledge. Proses pengubahan tacit knowledge melalui bebagai pengalaman dalam interaksi sosial sehari-hari. Proses perubahannya sulit diadakan dalam suasana yang formal. Tacit knowledge harus diperoleh melalui saling berbagi dan berdasarkan pada pengalaman langsung, seperti menghabiskan waktu bersama atau tinggal dalam lingkungan yang sama. Sosialisasi merupakan suatu proses antar individu.

2. Externalization (Eksternalisasi)

Proses ini fokus pada hubungan tacit knowledge ke explicit knowledge. Tacit knowledge dibuat menjadi explicit, sehingga dapat dibagi dengan yang lain dalam bentuk konsep, gambar, dan menjadi dasar dari pengetahuan yang baru. Dalam tahap ini dialog merupakan cara yang efektif, karena dengan dialog tacit knowledge secara jelas. Eksternalisasi merupakan suatu proses diantara individu dalam suatu kelompok.

3. Combination (Kombinasi)

Combination adalah suatu proses dimana knowledge mentransformasikan dari explicit knowldege ke explicit knowledge. Teknologi informasi merupakan hal yang paling membantu karena explicit knowledge dapat disampaikan dalam bentuk dokumen, email, dan basis data. Explicitknowledge disebarkan pada anggota organisasi melalui jaringan komunikasi menggunakan komputer. Langkah kunci pada tahap ini yaitu mengumpulkan pengetahuan internal dan eksternal yang relevan, diseminasi, dan pengeditan atau pengolahan untuk membuatnya lebih bermanfaat. Kombinasi memungkinkan transfer pengetahuan diantara kelompok dengan organisasi lainnya.

(8)

Internalization adalah proses memahami dan menyerap explicit knowldege ke tacit knowledge. Proses ini sebagian besar merupakan pengalaman, dalam rangka untuk mengaktualisasikan konsep-konsep dan metode yang dilakukan secara aktual atau melalui simulasi. Tacit knowledge baru diperoleh dengan berlatih.Knowledge diterapkan dan digunakan dalam situasi praktis menjadi dasar untuk kerjasama. Proses internalisasi memindahkan explicit knowledge dari organisasi dan kelompok ke individu.

Gambar 2.5 Proses Penciptaan Pengetahuan

Sumber: Nonaka dan Takeuchi (1995)

2.1.5 Lokasi Knowledge

Lokasi penyimpanan pengetahuan dapat berupa manusia, sarana, dan infrastruktur serta entitas yang ada dalam perusahaan. Pengetahuan bisa berada dalam berbagai tempat dimana pengetahuan tersebut tersimpan dalam organisasi.

Gambar 2.6 Lokasi Penyimpanan Pengetahuan

(9)

1. Pengetahuan tersimpan dalam manusia

Beberapa pengetahuan disimpan pada individu dalam organisasi. Pengetahuan yang tersimpan pada individu adalah alasan beberapa perusahaan terus mencari cara untuk mempertahankan pengetahuan yang mungkin hilang karena individu pensiun atau meninggalkan organisasi. Selain itu, pengetahuan kolektif dan sinergis, pengetahuan yang cukup berada dalam kelompok karena hubungan antar anggota kelompok juga berguna dan menjadi asset bagi organisasi. Ketika tiga orang telah bekerja sama untuk waktu yang lama, mereka secara naluriah tahu kekuatan dan kelemahan masing-masing, memahami pendekatan yang lain, dan mengakui aspek yang perlu dikomunikasikan dan yang bisa diambil untuk diberikan.

2. Pengetahuan tersimpan dalam artefak

Beberapa pengetahuan disimpan dalam praktek, rutinitas organisasi, atau pola interaksi berurutan. Dalam hal ini, pengetahuan tertanam dalam prosedur, aturan, dan norma-norma yang dikembangkan melalui pengalaman dari waktu ke waktu dan panduan perilaku masa depan. Knowledge Repositories (gudang pengetahuan) merupakan cara untuk menyimpan pengetahuan dalam artefak. Gudang pengetahuan bisa berupa basis kertas seperti buku, kertas, dan dokumen lainnya, maupun elektronik.

3. Pengetahuan tersimpan dalam entitas organisasi

Pengetahuan juga disimpan dalam entitas organisasi. Entitas inimemiliki tiga tingkatan: unit organisasi (bagian organisasi), seluruh organisasi, dan dalam hubungan antar-organisasi (seperti hubungan antara organisasi dan pelanggannya). Dalam suatu unit organisasi, seperti departemen atau kantor, pengetahuan disimpan sebagian dalam hubungan antara anggota unit. Dengan kata lain, unit organisasi merupakan pengelompokan formal individu, yang datang bersama-sama bukan karena kepentingan umum melainkan karena penataan organisasi.Pengetahuan ini mungkin telah diperoleh melalui sistem, praktik, dan hubungan dalam unit itu. Selain itu, pengetahuan kontekstual spesifik lebih mungkin berhubungan dengan unit organisasi tertentu.

(10)

2.1.6 Knowledge Management

Tiwana (1999) menyatakan, knowledge management secara luas dalam arti mengelola pengetahuan knowledge management memberikan kemampuan untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menerapkan pengetahuan yang diperlukan dan berguna bagi pencapaian semua jenis tujuan bisnis. Tiwana (1999) berpendapat knowledge management dapat menyelesaikan masalah bisnis tertentu yang mencakup penciptaan dan penyebaran barang atau jasa inovatif, mengelola dan memperbaiki hubungan dengan para pelanggan, mitra dan pemasok, juga mengadministrasi serta meningkatkan praktek dan proses kerja. Schreiber dan Akkermans (2000) mengartikan knowledge management sebagai sebuah kerangka dan alat untuk memperbaiki infrastruktur pengetahuan organisasi yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar kepada orang yang benar di waktu yang benar pula.

Secara umum knowledge management dapat didefinisikan sebagai suatu set atau kumpulan intervensi manusia, proses dan teknologi untuk mendukung proses pembuatan, pembauran, penyerapan, dan penerapan pengetahuan. Proses penerapan knowledge management akan memberikan pengaruh terhadap proses bisnis perusahaan yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Penghematan waktu dan biaya

Dengan adanya sumber pengetahuan yang terstruktur dengan baik, maka perusahaan akan mudah untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk konteks yang lainnnya, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya.

2. Peningkatan aset pengetahuan

Sumber pengetahuan akan memberikan kemudahan kepada setiap pegawai untuk memanfaatkannya, sehingga proses pemanfaatan pengetahuan di lingkungan perusahaan akan meningkat, yang akhirnya proses kreatifitas dan inovasi akan terdorong lebih luas dan setiap pegawai dapat meningkatkan kompetensinya.

3. Kemampuan beradaptasi

Perusahaan akan dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis yang terjadi.

(11)

4. Peningkatan produktifitas

Pengetahuan yang sudah ada dapat digunakan ulang untuk proses atau produk yang akan dikembangkam, sehingga produktifitas perusahaan akan meningkat.

2.1.7 Knowledge Management System

Pengembangan knowledge management dapat dilihat sebagai suatu siklus hidup yang dimulai dengan master plan dan justifikasi dan berakhir dengan sistem terstruktur untuk memenuhi kebutuhan knowledge management seluruh perusahaan (Awad & Ghaziri, 2004).

Knowledge management system itu sendiri menurut Fernandez (2004) adalah suatu integrasi antara teknologi dan mekanisme yang dikembangkan untuk mendukung proses knowledge management. Proses-proses ini digambarkan oleh Fernandez sebagai berikut:

Gambar 2.7 Proses Knowledge Management

Sumber: Becerra-Fernandez et. al. (2004)

Pada gambar diatas bisa terlihat knowledge management system yang terbagimenjadi:

1. Knowledge Discovery

Merupakan pengembangan pengetahuan tasit atau eksplisit baru dari data daninformasi atau dari sintesis pengetahuan terdahulu.

2. Knowledge Capture

Merupakan proses penerimaan baik pengetahuan tasit maupun eksplisit yang berada di dalam manusia, artefak, atau entitas organisasi.

(12)

3. Knowledge Sharing

Merupakan proses dimana pengetahuan tasit atau eksplisit dikomunikasikan kepada individu lainnya

4. Knowledge Application

Merupakan pendukung proses dimana individu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh individu lainnya tanpa sebenarnya mendapatkan atau mempelajari pengetahuan tersebut.

2.1.8 Strategi Knowledge Management

Dalam bukunya Knowledge Management Toolkit, Tiwana (1999) mengemukakan tiga strategi fundamental yang digunakan dalam proses KMS, yaitu:

1. Strategi Akusisi Pengetahuan

Strategi akusisi pengetahuan adalah strategi bagaimana mengembangkan dan membuat pengetahuan.

2. Strategi Penyimpanan Pengetahuan

Strategi ini mencakup bagaimana menyimpan dan memelihara pengetahuan yang telah dikembangkan atau dibuat.

3. Strategi Distribusi/Utilisasi Pengetahuan

Strategi ini mencakup bagaimana setiap orang dalam perusahaan dapat memanfaatkan atau mengakses pengetahuan yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan strategi ini diharapkan tujuan utama dari KM dapat tercapai.

2.2 Identifikasi Solusi Knowledge Management

Ada banyak metode dalam membentuk sistem manajemen pengetahuan, dua diantaranya adalah 10 steps knowledge management roadmap oleh Tiwana (2000) dan knowledge management solution oleh Fernandez (2004).

2.2.1 TenSteps Knowledge Management Roadmap

Metode ini dipopulerkan oleh Tiwana (2000) sebagai salah satu metode dalamperancangan sistem manajemen pengetahuan. Metode ini terbagi menjadi 4 faseutama, yaitu:

(13)

1. Infrastructure evaluation

2. Knowledgemanagement system analysis, design, and development 3. Development

4. Analysis

Keempat fase utama diatas memiliki beberapa langkah yang kesemuanya berjumlah sepuluh. Pembagian langkah-langkah ini ke dalam fase diatas digambarkan pada Gambar 2.8 sebagai berikut:

Gambar 2.8 Ten Steps KM Roadmap

Sumber : Tiwana 1999

2.2.2 Knowledge Management Solution

Metode lain dalam pengembangan sistem manajemen pengetahuan adalah menggunakan knowledge management solution yang dikembangkan oleh Fernandez (2004). Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengembangan sistem adalah sebagai berikut:

1. Asses the contingency factors

Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor apa saja yang terkait dengan organisasi, seperti karakteristik tugas pengetahuan yang ada,lingkungan, dan organisasi.

(14)

2. Identify the knowledge management process based on each contingency factor Langkah ini untuk menentukan proses-proses manajemen pengetahuan yang sesuai.

3. Prioritize the needed knowledge management processes

Langkah ini untuk mengetahui proses-proses yang paling dibutuhkan olehorganisasi tersebut.

4. Identify existing knowledge management processes

Langkah ini untuk mengetahui proses-proses yang telah ada pada organisasi. 5. Identify the additional needed knowledge management processes

Langkah ini untuk mengetahui proses-proses tambahan apa saja yang dibutuhkan oleh perusahaan.

6. Asses the knowledge management infrastructure

Langkah ini untuk mengetahui gambaran infrastruktur manajemen yang tersedia.

7. Develop additional needed knowledge management system, mechanism, and technologies

Langkah ini berupa penciptaan sistem manajemen pengetahuan mekanisme dan teknologi yang dapat mendukung proses manajemen pengetahuan.

2.2.3 Calabrese and Orlando 12 Step Process

Calabrese mengambil empat pilar yaitu, leadership, organization, technolog, dan learning. Keempat pilar ini berpotensial untuk terciptanya knowledges haring dan collaborative yang efektif (Smuts, 2009). Leadership mengacu pada adanya nilai nilai knowledge creation dan knowledge sharing pada bisnis strategi perusahaan. Organisasi akan mendukung terwujudnya nilai-nilai tersebut. Teknologi menghubungkan knowledge dengan network sehingga dapat diakses oleh seluruh perusahaan. Pilar yang terakhir adalah learning, yang berarti menggunakan atau mempelajari knowledge dan berbagi hasil atau inovasi. Dua belas langkah untuk membuat knowledge management system berdasarkan Calabrese yang tersaji pada tabel 2.1.

(15)

Tabel 2.1 12-Step Pocess Pilar Steps 12-Steps Process

1 Identify knowledge critical to your business Leadership 2 Conduct work-centred analysis

3 Sell high-level plan of action to senior management

4 Engage key stakeholders 5 Develop Process Model Organisation 7 Estabils and prioritise goals

8 Develop requirements and measurement Technology 9 Plan high-level strategy approach

10 Implement strategy build and deploy 11 Monitor, measure, and report metrics Learning 12 Learn form result

Sumber : Smurf (2009)

2.2.4 Model Dongsong Zhang

Pada tahun 2002 Dongsong Zhang merumuskan model knowledge management untuk mengelola artefak pengetahuan pada bencana alam humanitarian assistance/disaster relief (HA/DR). Model ini lebih memfokuskan bagaimana mengelola data informasi dan pengetahuan. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Acquisition

Langkah ini adalah bagaimana menangkap data, informasi, dan pengetahuan secara akurat.

2. Filtering

Pada tahap ini dalah melakukan penyaringan dari data, informasi, maupun pengetahuan agar tepat kelola dan tidak terjadi duplikasi.

3. Categorization, Indexing, and Linking

Pada tahap ini dilakukan pengkategorian, indeks dan lingking. Hal tersebut bertujuan agar data, informasi, dan pengetahuan mudah diakses ketika dibutuhkan.

(16)

4. Knowledge Creation

Langkah ini adalah untuk membuat pengetahuan barusesuai data, informasi, dan pengetahuan sebelumnya.

5. Sharing

Penyebaran atau pembagian pengetahuan kepada setiap anggota terkait. 6. Maintenance

Pengelolaan data, informasi, maupun pengetahuan agar selalu update. Serta membuang data, informasi, dan pengetahuan yang sudah tidak sesuai atau tidak relevan.

2.3 Akreditasi Program Studi

Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1994 dengan tugas melakukan akreditasi terhadap perguruan tinggi. Pada awal pembentukannya BAN-PT telah memutuskan untuk melakukan terlebih dahulu akreditasi program studidengan alasan bahwa program studilah yang menentukan mutu hasil pendidikan dan kenyataan bahwa tingkat mutu program studi beragam.

Sejak dibentuk pada tahun 1994 sampai akhir tahun 2008 BAN-PT telah berhasil melakukan akreditasi terhadap 9.288 program studi dari perguruan tinggi negeri, swasta, keagamaan, dan kedinasan, yang meliputi program diploma (1.503 program studi), sarjana (6.977 program studi), magister (749 program studi), dan doktor (59 program studi). Dalam dua tahun terakhir telah pula dilakukan akreditasi terhadap 80 institusi perguruan tinggi negeri dan swasta.

Mengingat Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, PP RI Nomor 19 tahun 2005 dan peraturan perundang-undangan lainnya serta kecenderungan perkembangan kebijakan tentang pendidikan tinggi yang menekankan pada mutu dan akuntabilitas publik institusi perguruan tinggi dan program studi maka diperlukan akreditasi program studi sarjana. Instrumen akreditasi tahun 2008 ini telah disusun dengan mempertimbangkan perkembangan aspek legal peraturan perundang-undangan dan tuntutan praktek-praktek proses akreditasi terbaik yang berlaku secara internasional (international best practices).

(17)

2.3.1 Landasan Hukum Akreditasi Program Studi

Pengembangan akreditasi program studi merujuk kepada:

1. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 60 dan 61).

2. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 47).

3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional (Pasal 86, 87 dan 88).

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 28 Tahun 2005 tentang Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Akkreditasi Program Studi Sarjana

BAN-PT adalah lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengevaluasi dan menilai, serta menetapkan status dan peringkat mutu program studi berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan. Dengan demikian, tujuan dan manfaat akreditasi program studi adalah sebagai berikut:

1. Memberikan jaminan bahwa program studi yang terakreditasi telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh BAN-PT dengan merujuk pada standar nasional pendidikan yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sehingga mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat dari penyelenggaraan program studi yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan itu.

2. Mendorong program studi untuk terus menerus melakukan perbaikan dan mempertahankan mutu yang tinggi.

3. Hasil akreditasi dapat dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan dalam transfer kredit perguruan tinggi, pemberian bantuan dan alokasi dana, serta pengakuan dari badan atau instansi yang lain.

Mutu program studi merupakan cerminan dari totalitas keadaan dan karakteristik masukan, proses, keluaran, hasil, dan dampak, atau layanan/kinerja program studi yang diukur berdasarkan sejumlah standar yang ditetapkan itu.

2.3.3 Standar Akreditasi Program Studi Sarjana

Standar akreditasi adalah tolak ukur yang harus dipenuhi oleh program studi sarjana. Standar akreditasi terdiri atas beberapa parameter (indikator kunci)

(18)

yang dapat digunakan sebagai dasar (1) penyajian data dan informasi mengenai kinerja, keadaan, dan perangkat kependidikan program studi sarjana yang dituangkan dalam instrumen akreditasi, (2) evaluasi dan penilaian mutu kinerja, keadaan dan perangkat kependidikan program studi sarjana, (3) penetapan kelayakan program studi sarjana untuk menyelenggarakan program-programnya, dan (4) perumusan rekomendasi perbaikan dan pembinaan mutu program studi sarjana.

Standar akreditasi program studi sarjana mencakup standar tentang komitmen program studi sarjana terhadap kapasitas institusional (institutional capacity) dan komitmen terhadap efektivitas program pendidikan (educational effectiveness), yang dikemas dalam tujuh standar akreditasi, yaitu:

1. Standar 1. Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian. 2. Standar 2. Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan

penjaminan mutu.

3. Standar 3. Mahasiswa dan lulusan. 4. Standar 4. Sumber daya manusia.

5. Standar 5. Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik.

6. Standar 6. Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi. 7. Standar 7. Penelitian dan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat,

dan kerja sama.

Asesmen kinerja program studi sarjana didasarkan pada pemenuhan tuntutan standar akreditasi. Dokumen akreditasi program studi sarjana yang dapat diproses harus telah memenuhi persyaratan awal (eligibilitas) yang ditandai dengan adanya izin yang sah dan berlaku dalam penyelenggaraan program studi sarjana dari pejabat yang berwenang, memiliki anggaran dasar, dan anggaran rumah tangga/statuta, dan dokumen-dokumen rencana strategis atau rencana induk pengembangan yang menunjukkan dengan jelas visi, misi, tujuan, dan sasaran program studi sarjana, nilai-nilai dasar yang dianut dan berbagai aspek mengenai organisasi dan pengelolaan program studi sarjana, proses pengambilan keputusan penyelenggaraan program, dan sistem jaminan mutu.

(19)

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian sejenis yang sudah ada sebelumnya akan dijelaskan pada sub bab berikut.

2.4.1 Perancangan Solusi Knowledge Management dan Prototipe Knowledge

Management System untuk PT. KSEI

Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah metodologi Fernandez. Pada penelitian di PT. KSEI kesimpulan yang diambil peneliti adalah solusi KM yang terapkan mempertimbangkan aspek penilaian yaitu prioritas kebutuhan proses KM, prioritas kecenderungan pemanfaatan proses KM dan prioritas harapan pemanfaatan proses KM. Pengembangan proses kemudian dilakukan dari prioritas utama. Proses KM yang dikembangkan eksternalisasi untuk fitur chatting, forum diskusi, manajemen dokumen, dokumentasi artikel. Exchangeuntuk fitur perpustakaan online, forum diskusi, manajemen dokumen, dokumentasi artikel, dan pencarian artikel. Combination untuk fitur perpustakaan online, forum diskusi, manajemen dokumen, dan dokumentasi artikel. Socialization untuk fitur chatting dan forum diskusi. Direction untuk fitur perpustakaan online, forum diskusi, pencarian dokumen, dan pencarian artikel. Sedangkan routines untuk fitur forum diskusi, manajemen dokumen, dan pencarian artikel. Penelitian ini tidak menjelaskan landasan tahap penentuan prioritas dan penggunaan arsitektur KMS Tiwana (2000) pada arsitektur KMS yang disusun.

2.4.2 Perancangan Knowledge Management Solution Pada Divisi Operasional PT Visitek.

Penelitian dengan judul perancangan Knowledge Management Solution pada divisi operasional PT Visitek ini dilakukan pada tahun 2012 olehmahasiswa MTI UI, Dimas Setiawan. PT Visitek adalah perusahaan IT yangmenyediakan berbagai layanan TI kepada pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan solusi knowledge management yang dapat diterapkan pada PTVisitek.

Penulis menggunakan metodologi Knowledge Management Solutionyang digagas oleh Fernandez untuk menentukan solusi knowledgemanagement dan menggunakan metodologi rapid prototyping dalam membuat prototype knowledge

(20)

management system. Proses yang diprioritaskan pada KM di penelitian ini adalah socialization for knowledge discovery, socialization for knowledge sharing, combination, externalization, dan exchange. Fitur yang diterapkan pada knowledge management system untuk menunjang proses tersebut adalah chatting, forum discussion, management article, management document, management issue,dan customer helpdesk.

2.4.3 Pengembangan Model Knowledge Management System Untuk Mendukung Resource Sharing dan Kolaborasi Antar Perekayasa : Studi Kasus BPPT.

Penelitian ini dilakukan pada 2012 oleh mahasiswi MTI UI, Sari Andarwati Kunharyanto. Studi kasus yang digunakan pada penelitian ini adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi untuk jabatan fungsional Perekayasa. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model knowledge management system yang mendukung kolaborasi dan knowledge sharing antar perekayasa di BPPT.

Penulis menggunakan metodologi Fernandez untuk menentukan prioritas proses KM yang dibutuhkan perekayasa di BPPT. Prioritas KM yang didapatkan pada penelitian ini adalah socialization for knowledge sharing, socialization for knowledge discovery, direction, routine dan exchange. Kebutuhan fungsional yang dibutuhkan untuk menunjang proses KM adalah pembuatan struktur organisasi, forum diskusi, pencarian, upload dokumen dan download dokumen.

Gambar

Gambar 2.1 Level Dari Data Informasi dan Knowlede  Sumber : Davenport dan Prusak (1998)
Gambar 2.2 Hirarki Data, Informasi dan Knowledge (Davidson & Voss, 2002)
Gambar 2.4 Hubungan Antara Data, Informasi dan Pengetahuan  Sumber : Liew (2007)
Gambar 2.5 Proses Penciptaan Pengetahuan   Sumber: Nonaka dan Takeuchi (1995)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada dan sudah ditetapkan, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur antara bayi yang

Sehingga perlunya suatu bentuk kegiatan pendampingan masyarakat untuk lebih memasyarakatkan tanaman obat keluraga (TOGA) ini sebagai suatu bentuk kemandirian

Disisi lain analisis kuantitatif memberikan solusi dengan hasil yang menunjukkan bahwa untuk mendorong UKM dalam penggunaan fintech pemerintah ataupun perusahaan

Pada diatas, dapat dilihat bahwa hasil fermentasi cincalok udang rebon yang dibuat dengan metode Backslopping berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air, abu,

Laporan laba rugi konsolidasi untuk sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2010 mencakup akun dari PT Matahari Department Store Tbk (Anak Perusahaan) dari tanggal

Pada umumnya pihak korban akan langsung menyetujuinya yang kemudian kedua belah pihak akan melakukan perundingan dan pihak korban akan menetapkan sanksi bagi pihak pelaku, jika

moral intensity yang dijelaskan Jones (1991), perceived ethical problem diukur dari pernyataan yang dikembangkan oleh Singhapakdi et al., (1999) mengenai pernyataan

Berdasarkan pada uraian pada latar belakang di atas, yang menjadi masalah adalah “ amanat apa saja yang terkandung dalam tuturan su’i uwi pada upacara reba masyarakat Beiposo