• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANDUNGAN LOGAM Pb DI SUNGAI DELI PROVINSI SUMATERA UTARA (The content of Pb metal in Deli River, North Sumatera Province) Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KANDUNGAN LOGAM Pb DI SUNGAI DELI PROVINSI SUMATERA UTARA (The content of Pb metal in Deli River, North Sumatera Province) Universitas Sumatera Utara"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KANDUNGAN LOGAM Pb DI SUNGAI DELI PROVINSI SUMATERA UTARA (The content of Pb metal in Deli River, North Sumatera Province)

Paulus Surbakti(1), Pindi Patana(2), Riri Ezraneti(2) 1

Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

2

Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Sumatera Utara

Email : paul.surbakti@yahoo.com ABSTRACT

Water is a natural resources that supplies the needs of many peoples life, so it certainly to be protected for human and other living organisms. Industrialization and rapid population growth, had a negative impact on the quality and the existence of natural resources and the environment, such as pollution of heavy metal. This research aims to analyze the content of Pb in the middle and lower Deli watershed and to determine the Deli water quality based on water quality standards.

This study was conducted on July until August 2013 at Deli watershed of North Sumatra province. The number of point observed station are 4 stations . The aquatic parameters measured were physic and chemistry, concentrations of heavy metals Pb and Cu in the water column using Atomic Absorption Spectrophotometry ( AAS ) .

The results showed Pb concentrations ranged from 0.079- 0.408 mg/l. This result shows that heavy metal of Pb in Deli watershed has exceeded the quality standard.

Keywords : heavy metals Pb PENDAHULUAN

Air merupakan sumber daya alam bagi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk hidup lainnya. Pada saat ini pertambahan penduduk diberbagai daerah yang cepat dibarengi proses industrialisasi yang sangat pesat. Kenyataan itu menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap mutu dan keberadaan sumber daya alam dan lingkungan. Ekosistem air sebagai bagian dari sumber daya alam juga tidak luput dari segala segi negatif yang timbul. Pemanfaatan air oleh manusia berpengaruh terhadap keadaan fisika dan kimianya. Akibatnya, ekosistem air sebagai habitat berbagai jenis jasad air mengalami perubahan yang sangat tajam. Kerusakan pada daerah aliran

sungai yang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan manusia seperti untuk mengairi lahan pertanian, industri, dan pemukiman akan ekosistem air semakin parah.

Sungai Deli merupakan salah satu induk sungai pada Satuan Wilayah Sungai (SWS) Belawan/Belumai Ular dengan 5 (lima) anak sungai.mPanjang sungai sekitar 73 km dengan luas basin 402 km2. Sungai Deli beserta anak dan ranting sungai mengalir dari Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang dan melintasi Kota Medan sebelum bermuara ke Selat Malaka. Bagian hulu sungai pada umumnya berada di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang, sedangkan bagian tengah dan hilir berada di Kota Medan (Bapedaldasu, 2007).

(2)

Berdasarkan data Bapedalda Provinsi Sumatera Utara (2007) yang diacu oleh Panjaitan (2009) dalam Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003, terdapat 57 industri yang berlokasi di sepanjang sungai Deli dan 22 di sepanjang sungai Belawan. Jenis– jenis industri tersebut antara lain pengolahan minyak goreng, pengolahan metal, pabrik plastik, pengeleman kayu lapis, tekstil, cat, baterai kering, pupuk dolomit, pelapis logam dan lain-lain.

Data Bapeldaldasu (2007), menunjukkan bahwa kandungan logam berat Cu di aliran Sungai Deli berkisar antara 0,006-0,01 mg/l dan Pb 0,01 mg/liter. Pemanfaatan sungai Deli di dearah hulu dimanfaatkan oleh masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang untuk kegiatan pertanian dan perikanan. Sedangkan bagian tengah dan hilir sungai Deli sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi secara optimal disebabkan kondisi perairan yang sudah tercemar. Pemanfaatan lahan daerah aliran sungai di hulu antara lain sebagai daerah pertanian, perikanan dan pemukiman serta hutan. Sedangkan air sungai dimanfaatkan untuk irigasi, rekreasi air serta air baku air minum. Pertanian terutama terdapat di Desa Semangat

Gunung dan Desa Doulu (Bapedaldasu, 2007).

Masyarakat sekitar daerah tengah dan hilir sungai Deli seperti Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Sunggal, Medan Marelan, Medan Labuhan dll kebanyakan hanya memanfaatkan aliran sungai Deli untuk kegiatan mandi, cuci, kakus (MCK) dimana daerah tersebut merupakan kawasan industri yang banyak menghasilkan limbah industri. Beberapa di antaranya adalah limbah logam berat Pb yang tentu saja berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat tersebut.

Menurut Putra (2002), nilai rata-rata kandungan logam berat pada lokasi pengamatan yaitu dekat industri lapis listrik dan baja seperti timbal (Pb) antara 0,72 sampai 1,14 mg/l. Tanggapan masyarakat yang bertempat tinggal di pinggir Sungai Deli terhadap kualitas air juga menyatakan bahwa telah terjadi penurunan kualitas air Sungai Deli.

Oleh karena itu maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar logam berat Pb di aliran sungai Deli untuk mengetahui perubahan yang telah terjadi pada aliran sungai Deli.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Agustus 2013 di kawasan aliran Sungai Deli. Analisis sampel air dan logam berat dilakukan di Badan Penelitian dan Teknologi Perindustrian Provinsi Sumatera Utara.

Alat yang akan digunakan terdiri atas tali berskala (meteran), gelas ukur, peralatan titrasi, kertas label, pH meter, GPS, termometer air raksa, gelas piala 250 ml, shaker, erlenmeyer, oven, coolbox, kertas label, turbidimeter, timbangan analitik, oven, kertas saring milipore dengan ukuran 0,45μm, serta Atomic Asorbtion Spectrophotometer (AAS), serta lampu katoda berongga Pb. Prosedur Penelitian

Penentuan Stasiun Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan logam berat adalah

“Purpossive Sampling” pada empat

stasiun pengamatan. Pada masing-masing stasiun dilakukan 3 (tiga) kali ulangan. Stasiun I sebagai stasiun kontrol terletak pada koordinat 03º23’49.1” LU dan 098º39’02.7” BT

(3)

di Desa Sembahe, Kabupaten Deli Serdang. Aktivitas yang ada di stasiun ini adalah pemandian alam dan tempat rekreasi.

Stasiun II terletak pada koordinat 03º39’16.7” LU dan 098º39’35.4” BT berada di Jembatan pangkalan Mansyur Kelurahan Titi Kuning. Aktivitas yang terdapat di stasiun ini antara lain : adanya pabrik lingkar sepeda, sparepart dan onderdil sepeda motor.

Stasiun III terletak pada koordinat 03º36’67.7” LU dan 098º39’71.3” BT berada di Jl. Adam Malik Kotamadya Medan. Aktivitas yang terdapat di stasiun ini antara lain : CPO, industri logam dan plastik, besi beton.

Stasiun IV terletak pada koordinat 03º45’24.6” LU dan 098º40’09.8” BT berada di jembatan Belawan Kecamatan Medan Belawan. Aktivitas yang terdapat di stasiun ini antara lain : industri pengalengan udang dan besi beton.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dari pagi hari sampai sore dimulai dari pukul 08.00-16.00 WIB. Pengambilan sampel kualitas air untuk parameter fisika dilakukan secara langsung (insitu) pada masing-masing stasiun dan untuk parameter kimia air sampel dimasukkan ke dalam botol sampel dari masing-masing stasiun, kemudian akan dianalisis secara (eksitu) di Badan Penelitian dan Perindustrian Provinsi Sumatera Utara.

Pengambilan sampel

Pengambilan sampel air dilakukan di lapisan permukaan dengan menggunakan Van Dorn bottle sampler ± 250 ml dan dimasukkan ke dalam botol polyetilen. Sampel air ditambahkan HNO3 sebagai pengawet sampai pH ≤ 2 kemudian disimpan dalam coolbox. Untuk parameter fisika dilakukan secara langsung insitu pada masing-masing stasiun sedangkan untuk parameter kimia air sampel dimasukkan ke dalam botol sampel dari masing-masing stasiun, kemudian dianalisis eksitu di Balai Penelitian Sumut.

(4)

Parameter fisika- kimia perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia air dilakukan dengan dua cara yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (eksitu). Pengukuran langsung di lapangan

(insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, pH, dan kecepatan arus, sedangkan untuk kadar logam Pb dilakukan di Badan Penelitian dan Perindustrian Provinsi Sumatera Utara.

Analisis data

Untuk melihat kondisi pencemaran logam Pb pada air di sungai Deli maka hasil analisis logam berat dibandingkan dengan baku mutu air berdasarkan PPRI. No. 82 tahun 2001 yaitu sebesar 0,03 mg/l.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Logam Berat Pb dalam Air

Berdasarkan hasil pengukuran kandungan logam berat Pb pada air tertinggi diperoleh stasiun IV yaitu Jembatan Belawan dengan nilai 0,408 mg/l untuk Pb. Nilai rata-rata kadar logam berat Pb dan Cu pada setiap stasiun dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Nilai Rata-rata Kadar Logam Pb

Parameter Fisika Kimia

Kondisi lingkungan perairan hasil pengukuran secara insitu di lapangan menunjukkan hasil yang berbeda dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Suhu air tertinggi terdapat pada stasiun IV, sedangkan DO tertinggi terdapat pada stasiun I. Untuk lebih jelasnya masing-masing pengukuran pada titik pengambilan sampel disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Parameter Kualitas Lingkungan Perairan

H Interval Parameter Kualitas Perairan

Suhu (ºC) DO (mg/L) pH Kekeruhan (NTU) 1 22,5-23 8,6-8,7 7,3-7,5 1,03-1,17 2 24-25 5,1-7,7 6,7-6,8 5,76-6,01 3 24-24,5 5,1-5,2 6,6-6,8 8,3-8,82 4 25-25,5 2,3-3 5,7-5,8 12,8-13,3 Pembahasan

Kandungan Logam Pb dalam Air Hasil pengukuran di stasiun I yaitu Desa Sembahe menunjukkan tidak ditemukannya logam berat Pb. Hal ini disebabkan letak stasiun yang

merupakan daerah hulu sungai dimana aktivitas pabrik dan rumah tangga yang menghasilkan limbah logam tersebut tidak ada, sehingga kualitas air nya masih terjaga.

(5)

Rata-rata hasil pengukuran kandungan logam berat Pb pada stasiun II yaitu Jembatan Pangkalan Mansyur adalah 0,078 mg/l. Menurut PPRI No.82 Tahun 2001 kandungan logam berat Pb di stasiun ini sudah melampaui baku mutu yaitu 0,03 mg/l. Hal ini disebabkan karena letak stasiun II yang berada di tengah pemukiman penduduk dan adanya aktivitas pabrik di daerah tersebut.Kandungan logam berat Pb yang tinggi pada perairan juga dapat berakibat buruk pada biota yang ada di dalamnya. Konsentrasi logam berat Pb yang mencapai 188 mg/l, dapat membunuh ikan (Palar, 1994).

Pada stasiun III yaitu Jembatan Adam Malik nilai kandungan logam berat Pb adalah 0,312 mg/l. Menurut PPRI No. 82 Tahun 2001 kandungan logam berat Pb pada stasiun ini sudah melampaui baku mutu yaitu 0,03 mg/l. Hal ini disebabkan letak stasiun yang berada di daerah pemukiman penduduk dan banyaknya aktivitas pabrik di lokasi tersebut seperti CPO, industri logam dan plastik, besi beton.

Nilai rata-rata kandungan logam berat Pb terbesar ditemukan di stasiun IV dengan nilai 0,407 mg/l. Hal disebabkan letak stasiun IV yang sudah mendekati daerah hilir sungai dimana semua limbah-limbah yang masuk ke badan sungai akan mengalir ke bagian hilir dan kemudian bermuara di laut. Tingginya aktivitas pelabuhan dan pabrik-pabrik industri di sekitar stasiun IV seperti industri pengalengan udang dan industri beton juga menyebabkan pencemaran di daerah tersebut meningkat. Menurut Putra (2002), nilai logam berat Pb pada Titi Belawan adalah 0,72 mg/l. Perbedaan nilai ini bisa disebabkan karena perbedaan waktu pengambilan sampel dan faktor lingkungan lainnya. Disamping itu pada saat sebelum sampling terjadi hujan yg

memungkinkan terjadi

pengenceran/pelarutan oleh air hujan dimana menurut Darmono (1995), bahwa pada musim hujan kandungan logam akan lebih kecil karena proses pelarutan, sedangkan pada musim kemarau kandungan logam akan lebih tinggi karena logam menjadi terkonsentrasi.

Menurut Bapeldaldasu (2007), menunjukkan bahwa kandungan logam berat Pb di Sungai Deli yaitu 0,01 mg/l. Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap kandungan logam berat Pb di Sungai Deli dalam kurun waktu 6 tahun. Hasil penelitian Bapedaldasu (2007) menunjukkan kandungan logam Pb antara 0.078-0,407 mg/l. Hal ini disebabkan banyaknya aktivitas industri yang banyak di sekitar Sungai Deli dan kemungkinan industri tersebut membuang limbah secara langsung ke sungai tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Nilai konsentrasi logam berat Pb di aliran Sungai Deli dari tahun 2004-2007 dilihat pada Tabel 2.

Tahun Konsentrasi logam Pb

(mg/l)

Keterangan

2004 0.03-0,042 Melampaui baku mutu 2005 0,01-0,02 Melampaui baku mutu 2006 0,01-0,l3 Melampaui baku mutu

2007 0,01 Belum melampaui

Menurut PPRI No.82 Tahun 2001 menunjukkan bahwa tingkat kadar logam berat Pb dari stasiun II sampai IV sudah melampaui nilai baku mutu yaitu 0,03 mg/l. Tingginya kandungan logam berat ini disebabkan berada di dekat kawasan industri, perumahan, pelabuhan serta dekat dengan daerah hilir Sungai Deli yang diasumsikan sebagai tempat pembuangan akhir dari limbah-limbah industri.

(6)

Parameter Fisika Kimia (suhu air, pH,

Disolved Oxygen (DO), Kekeruhan )

Suhu

Menurut Effendi (2003), suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altidude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air.

Suhu air pada saat pengambilan sampel di stasiun I antara 22,5-23°C. kisaran suhu ini termasuk rendah (dingin) dikarenakan stasiun I merupakan daerah hulu dimana keadaan nya belum tercemar dan sedikit aktifitas manusia. Hal ini sesuai dengan Barus (2004), bahwa daerah hulu mempunyai temperatur tahunan yang relatif paling konstan dan juga lebih dingin dikerenakan pada mata air belum banyak terjadi kontak dengan udara sehingga menyebabkan temperatur air akan relatif konstan dan rendah. Selain itu banyaknya vegetasi tumbuhan di daerah stasiun I (hulu) menyebabkan sedikitnya intensitas cahaya matahari yang langsung mengenai badan air.

Sedangkan suhu air pada stasiun II antara 24-25ºC. Kisaran suhu ini lebih tinggi daripada suhu pada stasiun I. Hal ini disebabkan oleh adanya aktivitas industri di sekitar stasiun pengamatan. Aktivitas industri ini memiliki pengaruh terhadap peningkatan suhu di badan air namun pada stasiun II terdapat vegetasi tumbuhan yang hidup di tepi sungai yang dapat juga mempengaruhi fluktuasi suhu di badan air tersebut.

Suhu air pada saat pengambilan sampel di stasiun III antara 24-24,5°C. Suhu ini lebih rendah dibandingkan dengan stasiun II, hal ini diduga disebabkan karena banyaknya vegetasi tumbuhan yang hidup di tepi sungai sehingga sinar matahari tidak langsung mengenai badan air. Suhu air tertinggi berada di stasiun IV yaitu antara 25-25,5°C. Hal ini disebabkan karena letak

stasiun pengamatan yang sudah berada di daerah hilir sungai sehingga semua limbah-limbah dari badan air akan terakumulasi disana selain itu tidak adanya vegetasi tumbuhan di tepi sungai membuat cahaya matahari terkena langsung ke badan air.

Perbedaan suhu air pada tiap pengukuran disebabkan perbedaan intensitas cahaya yang mengenai air, maupun akibat penutupan permukaan air pada masing-masing stasiun. Pada stasiun II sampai IV tampak bahwa vegetasi lebih sedikit dan banyaknya aktivitas industri yang terjadi, namun kondisi sebaliknya ditemukan pada stasiun I. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organisme perairan adalah antara 18-30°C. Nilai suhu juga mempengaruhi toksisitas logam berat Pb dan Cu. Terlihat bahwa nilai Pb 0,407 mg/l dan Cu 0,589 mg/l sedangkan suhu nya antara 25-25,5ºC. Terlihat hubungan berbanding lurus antara suhu dan peningkatan logam di perairan, hal ini sesuai dengan Shindu (2005), apabila perairan tercemar oleh logam berat, maka sifat toksisitas dari logam berat terhadap biota air akan semakin meningkat seiring meningkatnya suhu. Berdasarkan hal tersebut, maka suhu perairan dilokasi penelitian digolongkan masih baik serta dapat mendukung kehidupan organisme yang hidup di dalamnya.

pH

Berdasarkan hasil pengukuran nilai pH dari stasiun I, II, dan III diperoleh kisaran 6,6-7,5. Berbeda dengan nilai pH di stasiun IV dimana nilainya 5,7-5,8, nilai ini termasuk keadaan asam yang menyebabkan organisme air tidak dapat hidup dengan baik. Menurut Sastrawijaya (2000), air yang masih segar dari pegunungan biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi, makin ke hilir pH air akan

(7)

menurun menuju suasana asam, hal ini disebabkan oleh adanya penambahan peningkatan bahan-bahan organik yang terurai. Nilai pH ini juga mempengaruhi kadar logam Pb di stasiun IV yaitu 0,407 mg/l untuk Pb sedangkan pH nya antara 5,7-5,8. Terlihat hubungan berbanding terbalik antara pH dan kandungan logam berat di perairan. Peningkatan toksisitas logam akan meningkat bila terjadi penurunan pH , hal ini sesuai dengan Palar (2004), tokisisitas logam berat juga dipengaruhi oleh perubahan pH, toksisitas dari logam akan meningkat bila terjadi penurunan pH.

Berdasarkan baku mutu PPRI No.82 Tahun 2001, nilai yang diperbolehkan untuk pH yaitu 6-9 sehingga nilai pH di stasiun I, II, dan III memenuhi kriteria baku mutu. Berbeda dengan stasiun IV yang nilai pH nya berada dibawah nilai baku mutu.

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) Oksigen terlarut (dissolved oxygen) merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan dalam air. Jadi kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air (Putra, 2002). Dari hasil pengukuran nilai DO tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu diantara 8,6-8,7. Nilai ini diperoleh karena kondisi di sekitar stasiun pengamatan yang banyak ditumbuhi oleh vegetasi tumbuhan sehingga berpengaruh terhadap kadar DO di badan air. Hal ini sesuai dengan Barus (2004), sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara dan dari proses fotosintesis. Menurut PPRI No.82 Tahun 2001 baku mutu DO > 6 sehingga kualitas air pada stasiun I berdasarkan parameter DO termasuk air Kelas I dan merupakan kualitas air yang paling baik.

Nilai oksigen terlarut (DO) di stasiun II antara 5,1-7,7. Nilai ini lebih

rendah daripada stasiun I. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas industri disekitar stasiun yang membuat suhu air meningkat dan kadar oksigen terlarutnya akan menurun. Hal ini sesuai dengan Barus (2004), konsentrasi DO akan menurun sejalan dengan meningkatnya temperatur air. Menurut PPRI No.82 Tahun 2001 baku mutu DO > 6 sehingga kualitas air pada stasiun II berdasarkan parameter DO termasuk air Kelas II.

Nilai DO pada stasiun III antara 5,1-5,2. Nilai ini lebih rendah dari stasiun I dan II. Lebih banyak nya aktivitas industri di kawasan ini membuat suhu air nya lebih tinggi sehingga nilai DO nya semakin turun. Menurut PP No.81 Tahun 2001 baku mutu DO > 6 sehingga kualitas air pada stasiun III berdasarkan parameter DO termasuk air Kelas II.

Nilai DO terendah terdapat pada stasiun IV yaitu antara 2,3-3. Hal ini juga dipengaruhi oleh letak stasiun IV yang berada di daerah hilir sungai sehingga limbah-limbah dari badan air akan terakumulasi di perairan tersebut. Suhu yang tinggi di stasiun tersebut juga mempengaruhi kadar DO. Nilai DO yang rendah ini juga berpengaruh terhadap toksisitas logam Pb. Di stasiun ini nilai Pb adalah 0,407 mg/l dengan nilai DO 2,3-3. Nilai yang relatif rendah ini dapat mempengaruhi toksisitas logam berat terhadap ikan yang bermula dari terganggunya proses metabolisme dan respirasi ikan tersebut (Shindu, 2005). Kekeruhan

Nilai kekeruhan terendah terdapat pada stasiun I yaitu antara 1,03-1,17 NTU, sedangkan nilai kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun IV yaitu antara 12,8-13,3 NTU. Nilai kekeruhan pada stasiun II antara 5,76-6,01 NTU dan stasiun III antara 8,3-8,82 NTU. Hasil ini menunjukkan bahwa badan air

(8)

di stasiun IV merupakan air yang paling keruh.

Tingkat kekeruhan ini menggambarkan jumlah bahan organik tersuspensi maupun terlarut pada perairan. Semakin keruh suatu perairan berarti semakin banyak bahan tersuspensi dan terlarut yang ada di perairan. Menurut Effendi (2003), kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air.

Upaya Penanggulangan Pencemaran Upaya untuk penanggulangan pencemaran logam berat Pb di aliran Sungai Deli harus ditangani secara serius. Salah satu nya adalah dengan cara memperketat aturan dalam pengolahan limbah terhadap kegiatan industri di sekitar aliran sungai. Hal ini dapat dilihat dari semua kegiatan industri di sekitar Sungai Deli masih ada industri yang belum dilengkapi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), keadaan ini memungkinkan industri tersebut membuang limbahnya secara langsung ke dalam aliran sungai. Selain itu, peran serta masyarakat sekitar DAS Deli juga penting terhadap pemantauan kualitas air sungai sehingga akan terjadi kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat sekitar.

Pemantauan yang lebih teratur oleh instansi terkait maupun masyarakat sekitar tentang status kualitas Sungai Deli juga sangat diperlukan dengan tujuan mendapat hasil yang terbaru tentang kualitas air Sungai Deli. Hal tersebut diharapkan selain menjaga kelestarian Sungai Deli juga

menciptakan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat sekitar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Kandungan logam berat Pb di Sungai Deli sudah melampaui nilai baku mutu.

2. Tingkat kandungan logam Pb di aliran Sungai Deli berpengaruh terhadap penurunan kualitas perairan Sungai Deli.

Saran

1. Perlu dilaksanakan pemantauan kualitas air Sungai Deli secara berkala agar didapatkan data-data yang dapat dipakai sebagai dasar penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran oleh pihak terkait. 2. Pihak pemerintah harus terbuka

tentang data tingkat pencemaran di Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli, sehingga masyarakat tidak dirugikan oleh adanya pencemaran tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z, Darmono, Agus. S, Rina. P. 2006. Validasi Analisis Logam Copper (Cu) dan Plumbum (Pb) dalam Jagung Dengan Cara Spektrofotometer Serapan Atom. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Jakarta.

Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara (BAPEDALDASU). 2007. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007. Medan. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Wampu Sei Ular (BPDASWU). 2002. http:/www.bpdaswu.com [1 April 2013].

(9)

Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi. Penerbit Universitas Universitas Sumatera Utara. Medan.

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air

Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Happy. R. A, Masymsir dan Dhahiyat,

Y. 2012. Distribusi Kandungan Logam Berat Pb dan Cd Pada Kolom Air dan Sedimen Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3: 175-182.

MENLH. 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: 51/MENLH/2004 Tahun 2004. Tentang Penetapan Baku Mutu Air Laut Dalam Himpunan Peraturan di Bidang Lingkungan Hidup. Jakarta.

Palar. H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rhineka Cipta Jakarta.

Panjaitan, G. Y. 2009. Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicenia marina di Hutan Mangrove. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor: 82 Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air. Jakarta.

Putra, E. A. 2002. Analisis Limbah Industri Logam Terhadap Kualitas Air Sungai Deli (Ditinjau Dari Aspek Fisika dan Kimia). Tesis. Usu Repository. Medan.

Shindu, S. F. 2005. Kandungan Logam Berat Cu, Zn, dan Pb Dalam Air,

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Dalam Keramba Jaring Apung, Waduk Saguling. Fakultas Perikanan Dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian
Gambar 2. Nilai Rata-rata Kadar Logam Pb

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Penyempitan badan saluran berisi tentang program simulasi aliran yang. mengalkami perubahan akibat dasar saluran

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Sekretariat Presiden. Bidang Pers Media

[r]

Ltd yang dibahas merupakan masalah kecelakaan kerja yang terjadi pada bulan Januari 2004 sampai bulan Desember 2004 serta alat pelindung diri (APD) yang digunakan di perusahaan

Web ini merupakan kumpulan informasi dari buku-buku kehamilan, dimana dalam buku itu penulis kurang puas akan tampilan yang kurang menarik, sehingga penulis mencoba membuat

Seleksi Sederhana Pengadaan Jasa Konsultan Pengawas Pembangunan Landscap Asrama dan IDB, Saluran Air dan Parkir. Lelang Sederhana Pengadaan Pekerjaan Konstruksi