• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesinoniman Flora dan Fauna dalam Bahasa Melayu Dialek Sambas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kesinoniman Flora dan Fauna dalam Bahasa Melayu Dialek Sambas"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KESINONIMAN FLORA DAN FAUNA

DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SAMBAS

Yasha Alfhini, Sesilya Saman dan Amriani Amir

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PBS, FKIP Untan, Pontianak email: yasha_alfhini@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan leksem, substitusi leksem, dan fungsi semantis leksem kesinoniman flora dan fauna dalam bahasa Melayu dialek Sambas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Hasil analisis data berdasarkan deskripsi, substitusi, dan fungsi semantis leksem kesinoniman flora dan fauna dalam BMDS terdapat 18 pasang leksem yang bersinonim. Data tersebut terdiri dari 11 pasang leksem flora dan 7 pasang leksem fauna. Hasil analisis data berdasarkan deskripsi leksem yang mengacu pada flora terdiri atas 11 pasangan leksem. Hasil analisis data berdasarkan deskripsi leksem yang mengacu pada fauna terdiri atas 7 pasangan leksem. Hasil analisis data berdasarkan peran semantis terdiri atas keterangan sumber, pelaku, sasaran, keterangan alat, dan atribut.

Kata Kunci: kesinoniman, flora dan fauna, dialek sambas

Abstract: This study aim to describe the lexemes, substitution lexeme, and function leksem semantically of the synonymy flora and fauna in malay dialect Sambas. The method used in this research is descriptive method with qualitative forms of research. Results of data analysis based on the description, substitution, and the semantic function leksem synonymy flora and fauna in the BMDS, there are 18 pairs of synonymous lexemes. The data consists lexemes flora is 11 pairs and 7 pairs of lexemes fauna. Results of data analysis based on the description that refers to the flora lexeme consists is 11 couples lexeme. Results of data analysis based on the description that refers leksem fauna consists is 7 pair lexeme. The results of data analysis based on semantic role consists is information sources, actors, goals, information appliance, and attributes.

Key Word:synonymy, flora and fauna, dialects Sambas

ahasa Melayu dialek Sambas merupakan ciri khas bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang bermukim di daerah Kalimantan Barat khususnya di daerah Kabupaten Sambas. Logat dan tutur bahasanya yang khas membuat mereka mudah dikenali oleh penduduk diluar daerah tersebut. Dialek Sambas digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan yang bersifat adat istiadat atau yang berhubungan dengan kebudayaan, seperti: pada prosesi penobatan raja, perkawinan, dan ritual keagamaan. Dialek sambas juga dapat terlihat pada kesenian yang ada di Kabupaten Sambas, contohnya: Seni sastra (zikir nazam, berzanji, dan pantun), seni pertunjukkan, dan seni musik.

(2)

BMDS memiliki variasi pelafalan huruf vokal dan konsonan sebagai bentuk pembeda dengan bahasa daerah lain. Variasi dalam BMDS menimbulkan keunikan yang menjadikannya sebagai ciri khas dari daerah Kabupaten Sambas. Keunikan tersebut dapat kita lihat dalam pelafalan vokal ( seperti dalam kata

kemana menjadi keman( (kemane) dan pada perulangan konsonan dalam kata

gelapmenjadi galºap (gallap).

Berdasarkan penjelasan tersebut, untuk menjaga dan melestarikan BMDS agar tetap digunakan oleh masyarakat Melayu Sambas dan tetap terjaga karakteristik bahasanya maka upaya yang dapat dilakukan yaitu dalam bentuk penelitian tentang kebahasaan, seperti meneliti mengenai kesinoniman flora dan fauna.

Kesinoniman dalam BMDS dijadikan objek penelitian dengan beberapa pertimbangan. Pertama, melalui penelitian ini dapat ditemukan persamaan makna, bentuk-bentuk kata, hubungan makna kata dalam BMDS yang berkaitan dengan flora dan fauna. Kedua, penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai kesinoniman, menunjang pendidikan dari segi kebahasaan, dan dapat bermanfaat sebagai dokumentasi yang berharga di daerah Kabupaten Sambas. Ketiga, peneliti sebagai penutur asli ingin mendokumentasikan serta menginformasikan persamaaan makna kata flora dan fauna yang digunakan oleh masyarakat Melayu Sambas. Keempat, peneliti ingin mendeskripsikan definisi kompleks yang berhubungan dengan kesinoniman flora dan fauna dalam BMDS.

Flora dan fauna dalam BMDS dijadikan objek penelitian karena melalui penelitian ini masyarakat dapat mengetahui bentuk-bentuk kata dari flora dan fauna yang digunakan dalam BMDS. Penelitian ini juga menjelaskan mengenai makna dari bentuk kata dalam BMDS sehingga dengan membaca penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat dalam menguasai bahasa daerahnya sendiri.

Penelitian ini dapat dikaitkan dengan pembelajaran kebahasaan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang terdapat di SMK kelas XI semester 1. Materi kesinoniman terdapat pada Standar Kompetensi 2. Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat Madya dengan Kompetensi Dasar 2.4 membaca untuk memahami makna kata, ungkapan, dan kalimat dalam konteks bekerja. Guru dapat menggunakan contoh-contoh yang terdapat di penelitian ini sebagai pemandu siswa dalam memahami makna kata agar siswa lebih mudah memahami materi tersebut. Penelitian ini dapat menjadi acuan siswa yang sekolahnya berada di Kabupaten Sambas untuk mendapatkan contoh dari setiap bentuk kata dalam BMDS yang menjelaskan maknanya secara mendalam.

Soedjito (1986: 1) mengemukakan sinonim ialah dua kata atau lebih yang maknanya sama atau hampir sama (mirip). Menurut Chaer (1995: 83) hubungan makna antara dua buah kata yang bersinonim bersifat dua arah. Jadi, kalau bunga bersinonim dengan kata kembang, maka kata kembang juga bersinonim dengan kata bunga. Berdasarkan penjelasan tersebut, sinonim dapat dikatakan bahwa bentuk kata yang masih terdapat dalam satu kelas kata yang sama dan memiliki makna yang hampir sama. Menurut Keraf (1985: 35) kesinoniman kata dapat diukur dari dua kriteria. Pertama, kedua kata itu harus saling bertukar dalam

(3)

semua konteks disebut sinonim total. Kedua, dua kata itu memiliki makna kognitif dan emotif yang sama; hal ini disebut sinonim komplet.

Kridalaksana (1986: 67) mengemukakan bahwa flora dan fauna termasuk ke dalam bagian dari nomina bernyawa. Nomina flora dan fauna mempunyai ciri sintaksis, yaitu: 1) tidak dapat disubstitusikan dengan ia, dia, atau mereka; dan 2) tidak dapat didahului partikel si. kecuali flora dan fauna yang dipersonifikasikan seperti si kancil, si kera. Soedjito (1989:5) mengemukakan bahwa kata-kata yang bersinonim selalu sama kelas katanya. Kesinoniman nomina merupakan perpadanan kata yang maknanya hampir sama dan termasuk dalam satu kelas kata yang sama yaitu termasuk kelas kata yang menyatakan kebendaan.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk memecahkan masalah yang terdapat dilapangan sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Data harus sesuai dengan gambaran bahasa yang digunakan oleh masyarakat. Menurut Sudaryanto (1988:57) cara penanganan metode deskriptif ini melalui tahapan pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil data.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk mengkaji data berdasarkan fakta-fakta yang ada dan memberikan bukti tentang penggunaan bahasa yang asli. Data-data yang diperoleh adalah kumpulan beberapa leksem bersinonim sesuai dengan yang digunakan oleh masyarakat Melayu Sambas saat sekarang yang berkaitan dengan flora dan fauna. Penelitian ini tidak mengkaji kesalahan berbahasa masyarakat, tetapi melihat bentuk-bentuk leksem disertai maknanya yang sesuai dengan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu Sambas.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian kualitatif. Penelitian ini secara alamiah menggunakan data-data yang sesuai dengan kenyataan yang terdapat dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Bogman dan Taylor (dalam moleong, 1991:3) menyampaikan pendapatnya tentang penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Data yang diperoleh berupa kata-kata yang dituturkan apa adanya tanpa pengubahan bentuk bahasa oleh penutur. Peneliti secara langsung mancari informasi kelapangan untuk mendapatkan jawaban dari setiap permasalahan dalam penelitian, terutama yang berkaitan dengan kesinoniman flora dan fauna dalam BMDS. Penelitian mengenai kesinoniman flora dan fauna dalam bahasa Melayu dialek Sambas merupakan pendeskripsian leksem secara leksikal, substitusi leksem secara gramatikal, dan analisis fungsi semantis leksem dalam BMDS terkait dengan Flora dan Fauna.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik simak libat cakap, teknik catat dan teknik rekam, teknik pancing. penelitian ini dilakukan dengan teknik simak libat cakap artinya peneliti terlibat langsung dalam proses pemerolehan calon data dengan ikut berpartisipasi dalam pembicaraan bersama informan. Teknik catat difungsikan untuk mencatat

(4)

data-data penting yang berupa bentuk-bentuk kata, pengertian serta penggunaan kata tersebut dalam kalimat yang digunakan oleh masyarakat Melayu Sambas.Pada saat informan bercerita peneliti melakukan perekaman dengan teknik rekam agar dapat memudahkan peneliti mengingat data yang sudah dituturkan oleh informan karena melalui pendokumentasian bahasa lisan yang berbentuk rekaman dapat diputar secara berulang-ulang. Teknik pancing ini mencoba mencari kata-kata yang masih belum diucapkan oleh informan. Peneliti membuat daftar pertanyaan, kartu data, atau berupa gambar yang mengarah ke makna sebuah kata untuk mendapatkan kata dari makna tersebut yang belum diutarakan penutur.

Alat pengumpulan data yang utama adalah peneliti sendiri dengan dibantu instrumen-instrumen lain berupa daftar pertanyaan, daftar gambar, kartu data yang digunakan untuk mencatat data-data yang diperlukan oleh peneliti sesuai dengan kelompoknya, alat perekam berupa handphone untuk merekam setiap ujaran yang diucapkan informan, dan cerita rakyat. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini meliputi transkripsi, klasifikasi, penerjemahan, klasifikasi data, analisis data, serta kesimpulan.

Penelitian ini perlu dilakukan pengujian keabsahan data, sehingga mengharuskan peneliti menggunakan tiga teknik pemeriksaan. Pertama, Kecukupan referensial yaitu peneliti membaca, mengunjungi, dan menelaah sumber-sumber data serta berbagai pustaka yang berhubungan dengan masalah penelitian secara berulang-ulang agar peneliti dapat memahami bacaan dengan baik dan mendapatkan keabsahan data dan informasi. Kedua, pemeriksaan sejawat melalui diskusi. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat (Moleong, 1991:179). Pada tahap pemeriksaan sejawat melalui diskusi dilakukan dengan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan angkatan 2009 yang bernama Rahmawati. Ketiga, triangulasi yang dilakukan dengan dosen pembimbing pertama dan dosen pembimbing kedua.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil analisis data dalam penelitian ini terdiri atas deskripsi leksem, substitusi leksem, dan analisis fungsi semantis.

1. Deskripsi leksem kesinoniman flora dan fauna dalam BMDS.

Deskripsi leksem menjelaskan mengenai bentuk-bentuk leksem disertai dengan komponen makna yang mendasari setiap defenisi leksem tersebut. Terdapat 18 leksem yang terdiri dari 36 kata yang memiliki hubungan kesinoniman. 18 leksem tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu 11 leksem flora dan 7 leksem fauna. 11 leksem flora tersebut adalah (1) ‘ubi kayu’ meliputi kata bando1 dan ma1gam, (2) ‘kelapa’ meliputi kata i¹or dan k(lapa , (3) ‘Lada’ meliputi kata saha1 dan lad(, (4) ‘bambu’ meliputi kata buloh dan aor, (5) ‘keduduk’ kata c(1kodok dan takºa1, (6) ‘pegagan’ meliputi kata p(gag( dan tapak kud(, (7) ‘jeruk’ meliputi kata limau dan jarºok, (8) ‘jeruk sambal’ meliputi kata limau calo1 dan jarºok sambal, (9)

(5)

‘pisang klutuk’ meliputi Kata pisa1 gal( dan pisa1 batu, (10) ‘sirsak’ meliputi Kata klom(t dan na1ka b(land(, (11)‘anggur hutan’ meliputi kata mirºaudan a1gor utan.Sedangkan, 7 leksem fauna tersebut adalah (1) ‘elang’ meliputi pendaol dan kala1 kuik, (2) ‘buaya’ meliputi kata jalºu dan buaya , (3) ‘burung hantu’ meliputi kata buro1 antu dan buak, (4) ‘belacak’ meliputi kata timbakol dan janjan, (5) ‘luwak’ meliputi kata bogºoh dan munsa1kopi, (6) ‘kecoa’ meliputi kata lipas dan lip(h, (7) ‘lele’ meliputi kata kalº( dan litºak.

2. Substitusi leksem kesinoniman flora dan fauna dalam BMDS.

18 leksem yang dianggap bersinonim kemudian disubstitusikan untuk menguji kebenarannya. 11 leksem flora yang besinonim terlihat pada penyubstitusian berikut:

a) kata bando1dan ma1gam‘ubi kayu’

Uma ¹ar( unto kan buat ukal

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘ubi kayu’. Berikut substitusi kata bando1danma1gamdalam kalimat:

Ka lo1suk(makan tapai

Secara gramatikal, kedua kalimat di atas masih berterima karena kata

bando1 dan ma1gam dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai objek

dalam kalimat.

b) kata i¹ordan k(lapa ‘kelapa’ bis(di pinum a( ¹(.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘kelapa’. Berikut substitusi kata i¹or dan k(lapa dalam kalimat:

N( uwan 1a¹am da:on unto kan buat k(tupat.

Kedua kalimat tersebut masih menggunakan kata yang berada dalam satu makna ‘kelapa’ yaitu kata k(lapa dan i¹or. Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kedua kata tersebut dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek atau objek dalam kalimat.

c) kata saha1dan lad(‘Lada’

Tanak lad(makai itam.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘lada’. Berikut substitusi kata saha1dan lad( dalam kalimat:

bando1 ma1gam ma1gam bando1 i¹or k(lapa k(lapa i¹or saha1 lad(

(6)

Ka 1ah takaºn numbok unto kan bumbu bubor padºas.

Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata saha1 dan lad(dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai objek dalam kalimat.

d) kata bulohdan aor‘bambu’

N( aki nabºa1 unto kan tia1da1au¹(.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘bambu’. Berikut substitusi kata aordanbulohdalam kalimat:

Uwan pandai 1ayam jadi bakol.

Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata aor dan buloh dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai objek dalam kalimat.

e) kata ce1kodok dan takºa1 ‘keduduk’

Da:on bis(ngobat( ura1sakit diar(.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘keduduk’. Berikut substitusi kata c(1kodok dan takºa1dalam kalimat:

Usu m(rabus da:on dangan jari1supay(paik¹(ila1.

Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata c(1kodok dan takºa1dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek atau objek dalam kalimat.

f) Kata P(gag(dan Tapak Kud(‘Pegagan’

Bu:ah b(bau wa1i dan ras(¹(paik.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘pegagan’. Berikut substitusi kata tapak kud( dan p(gag( dalam kalimat:

tumboh di da(rah ya1lambab.

Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata tapak kud( dan p(gag( dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam kalimat.

g) kata jarºok dan limau ‘jeruk’

1ando1vitamin lad( saha1 buloh aor aor buloh c(1kodok takºa1 c(1kodo k takºa1 p(gag( tapak kud( tapak kud( p(gag( jarºok limau

(7)

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘Jeruk’. Berikut substitusi kata jarºok dan limaudalam kalimat:

Kak d(buat jus

Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata jarºok

dan limau dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek atau objek

dalam kalimat.

h) kata limau calo1dan jarºok sambal‘jeruk sambal’

Uma marºah k(ikan ya1laka di sia1( ¹(.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘jeruk sambal’. Berikut substitusi kata jarºok sambaldanlimau calo1dalam kalimat:

Kam( malar makai mun makan bakso.

Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata jarºok

sambal dan limau calo1dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai objek

dalam kalimat.

i) kata pisa1gal(dan pisa1batu‘pisang klutuk’ ad(big( rup(na batu.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘pisang klutuk’. Berikut substitusi kata pisa1 gal( dan pisa1 batudalam kalimat:

Cato di pakai urang unto kan obat biak kacik sakit parut.

Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata pisa1

batu dan pisa1 gal( dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek

dalam kalimat.

j) kata klom(tdan na1ka b(land(‘sirsak’

Kulik b(duri tapi ja duri¹( lambut.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘pisang klutuk’. Berikut substitusi kata na1ka b(land( dan klom(tdalam kalimat:

Buah bedagi1put(h dan ras(¹(masam.

limau jarºok limau calo1 jarºok sambal jarºok sambal limau calo1 \ pisa1gal( pisa1batu pisa1batu pisa1gal( klom(t na1ka b(land( na1ka b(land( klom(t

(8)

Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata na1ka b(land( dan klom(t dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam kalimat.

k) Kata Mirºau dan A1gor Utan ‘Anggur Hutan’

Buah sam(da1an a1gor bantuk¹(.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘anggur hutan’. Berikut substitusi kata a1gor utandan mirºau dalam kalimat:

buah¹(m(rah, b(juntai, ras(¹(manis.

Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata a1gor

utan dan mirºau dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam

kalimat.

7 penyubstitusian leksem fauna dideskripsikan sebagai berikut:

a) Kata p(ndaoldan kala1kuik‘elang’

Buro1 beputar-putar di langit takaºn ¹ar( makan.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘elang’. Berikut substitusi kata kala1 kuik dan p(ndaol dalam kalimat:

Ayamku sampai b(matian dimakan

Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata kala1

kuik dan p(ndaol dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek atau

objek dalam kalimat.

b) Kata Jalºu dan Buaya ‘Buaya’

Ura1m(liat( di muar(su1ai.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘buaya’. Berikut substitusi kata buaya dan jalºudalam kalimat:

b(rana1macam na kayu a¹ut. mirºau A1gor utan a1gor utan mirºau p(ndaol kala1kuik kala1kuik p(ndaol jalºu buaya buaya jalºu

(9)

Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata buaya dan jalºu dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai objek atau subjek dalam kalimat.

c) Kata Buro1Antu dan Buak ‘Burung Hantu’

bis(mutarkan k(pala¹(ke belaka1.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘burung hantu’. Berikut substitusi kata buak dan buro1 antu dalam kalimat:

puny(mat(ya1basºar.

Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata buak dan buro1 antu dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam kalimat.

d) kata timbakoldan janjan‘belacak’

ba¹ak di jumpa( di tapºi pantai.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘belacak’. Berikut substitusi kata janjan dan timbakol dalam kalimat.

mun di dakat( capºat b(kal(h¹(.

Secara gramatikal kedua kalimat tersebut masih berterima karena kata dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam kalimat.

e) Kata Bogoh danMunsa1Kopi ‘Luwak’ a.

i. suk(lah udah makan kopiku.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘luwak’. Berikut substitusi kata munsa1kopidan bogohdalam kalimat:

pandai lalu mil(h kopi na1dah masak.

Secara gramatikal kedua kalimat tersebut masih berterima karena dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam kalimat.

f) Kata Lipas danLip(h ‘Kecoa’

ba¹ak b(k(liaran di rumah ura1na1c(robo .

Buro1 antu Buak buak buro1antu timbakol janjan janjan timbakol bogoh munsa1kopi munsa1kopi bogoh lipas lip(h

(10)

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘kecoa’. Berikut substitusi katalip(hdanlipasdalam kalimat:

Kau na m(liat( nun yo di WC.

Secara gramatikal kedua kalimat tersebut masih berterima karena kata dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai objek dalam kalimat.

g) Kata Kal( dan Litºak ‘Lele’ a.

b. pu¹(patº( di badan¹(.

Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘lele’. Berikut substitusi katalitºak dankal( dalam kalimat:

Ikan bias(dium(tibaya .

Secara gramatikal kedua kalimat tersebut masih berterima karena kata dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam kalimat.

3. Analisis fungsi semantis leksem kesinoniman flora dan fauna dalam BMDS. Terdapat 18 leksem yang akan dideskripsikan pada analisis fungsi semantis kata yang digunakan oleh masyarakat secara langsung dalam sebuah kalimat. Deskripsi fungsi semantis pada 11 leksem kesinoniman flora dalam BMDS, yaitu:

a) Kata Bando1dan Ma1gam ‘Singkong’

Contoh penggunaan kata bando1dalam kalimat sebagai berikut:

Kam( bias(¹(masak( sayo lamºak makai cok bando1.

‘Kami biasanya masak sayur lemak menggunakan pucuk daun singkong.’ Kata bando1 di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai keterangan dan menerangkan peran semantis keterangan sumber.

Contoh penggunaan kata ma1gamdalam kalimat sebagai berikut:

Uma buat ukal dari ma1gam.

‘Ibu membuat kue ukal dari singkong.’

Kata ma1gam di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai keterangan dan menerangkan peran semantis keterangan sumber.

b) Kata I¹or danK(lapa ‘Kelapa’

Contoh penggunaan kata i¹or dalam kalimat sebagai berikut: I¹or tibaya tumboh di tapºi pantai.

‘kelapa banyak tumbuh di tepi pantai.’

Kata i¹or di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku.

Contoh penggunaan kata kelapa dalam kalimat sebagai berikut:

Aku suk(mun disuroh marut kelapa .

lip(h lipas litºak kal( kalº( litºak

(11)

‘Aku senang kalau disuruh memarut kelapa.’

Kata kelapa di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran

c) Kata Saha1dan Lad(‘Lada’

Contoh penggunaan kata saha1dalam kalimat sebagai berikut: Lo1tumbok saha1 iy(lati-lati i.

‘Kak aLong tumbuk lada itu halus-halus ya’.

Kata saha1 di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran

Contoh penggunaan kata lad(dalam kalimat sebagai berikut:

Kam( masak bubor padas tatap makai lad(.

Kata lad( di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai keterangan sumber.

d) Kata Buloh dan Aor‘Bambu’

Contoh penggunaan kata bulohdalam kalimat sebagai berikut:

Ura1jamºor pakaian makai buloh.

‘Orang menjemur pakaian menggunakan buluh’

Kata buloh di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai keterangan dan menerangkan peran semantis sebagai keterangan alat.

Contoh penggunaan kata aor dalam kalimat sebagai berikut: Dindi1rumah ura1iy(t(buat dari aor.

‘Dinding rumah orang itu terbuat dari aor’.

Kata aor di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai keterangan dan menerangkan peran semantis sebagai keterangan sumber.

e) Kata C(1kodokdan Takºa1‘Keduduk’

Contoh penggunaan kata c(1kodok dalam kalimat sebagai berikut:

Ura1makai da:on c(1kodok unto obat sakit parºut.

‘Orang menggunakan daun keduduk untuk obat sakit perut’.

Kata c(1kodok di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

Contoh penggunaan kata takºa1dalam kalimat sebagai berikut: Jarºi1rabus dolo da1an da:on takºa1biar jari1¹(daan paik.

‘Jengkol rebus dulu dengan daun keduduk supaya jengkolnya tidak pahit’. Kata takºa1 di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

f) Kata P(gag(dan Tapak Kud(‘Pegagan’

Contoh penggunaan kata p(gag(dalam kalimat sebagai berikut: Aba1ku karºap makan lalap p(gag(.

‘Abang saya sering makan lalap pegagan.’

Kata p(gag( di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

Contoh penggunaan kata tapak kud( dalam kalimat sebagai berikut:

Tapak kud(tibaya tumboh di dapºan rumahku.

(12)

Kata tapak kud( di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku

g) Kata Jarºokdan Limau‘Jeruk’

Contoh penggunaan kata jarºok dalam kalimat sebagai berikut: Ura1suke bali jarºok di Tabºas.

‘Orang senang membeli jeruk Kecamatan Tebas’.

Kata jarºok di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

Contoh penggunaan kata limau dalam kalimat sebagai berikut:

Sariawan mun makan limau bis(baik.

‘Sariawan kalau makan jeruk bisa sembuh’.

Kata limau di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

h) Kata Limau Calo1dan Jarºok Sambal ‘Jeruk Sambal’

Contoh penggunaan kata limau calo1dalam kalimat sebagai berikut:

Uma ku minta balikan limau calo1di waro1.

‘Ibu saya meminta di belikan jeruk sambal di warung.’

Kata limau calo1 di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

Contoh penggunaan kata jarºok sambal dalam kalimat sebagai berikut:

Uma 1iris jarºok sambal untok bu:at sambal b(lacan.

‘Ibu mengiris jeruk sambal untuk membuat sambal terasi.’

Kata jarºok sambal di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

i) Kata Pisa1Gal(dan Pisa1 Batu ‘Pisang Klutuk’

Contoh penggunaan kata pisa1gal(dalam kalimat sebagai berikut: Pisa1gal(dipakai da:on¹(leh ura1unto kan 1obat( sakit rasto1. ‘Pisang klutuk digunakan daunnya untuk mengobati sakit polip.’

Kata pisa1 gal( di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

Contoh penggunaan kata pisa1batu dalam kalimat sebagai berikut: Pisa1batu payah kin ito ¹ar( ¹(.

‘Pisang klutuk susah sekarang dicari.’

Kata pisa1 batu di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

j) Kata Klom(t dan Na1ka B(land(‘Sirsak’

Contoh penggunaan kata klom(t dalam kalimat sebagai berikut:

Ura1makai da:on klom(t jaman dolok unto kan obat.

‘orang menggunakan daun sirsak jaman dulu untuk obat.’

Kata klom(t di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

Contoh penggunaan kata na1ka b(land(dalam kalimat sebagai berikut:

Urang nanam na1ka b(land(dakat kelapa .

(13)

Kata na1ka b(land(di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

k) Kata Mirºaudan Anggor Utan‘Anggur Hutan’

Contoh penggunaan kata mirºau dalam kalimat sebagai berikut: Mir:au tumbuh liar di utan.

‘Anggur hutan tumbuh liar di Hutan.’

Kata mirºaudi dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku.

Contoh penggunaan kata a1gor utandalam kalimat sebagai berikut:

A1gor utan mun dah masak barºok ¹aman di makan.

‘Anggur hutan kalau sudah matang baru bisa dimakan.’

Kata a1gor utan di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

Deskripsi fungsi semantis pada 7 leksem kesinoniman fauna dalam BMDS, yaitu:

a) Kata Pendaoldan Kala1Kuik ‘Elang’

Contoh penggunaan kata pendaol dalam kalimat sebagai berikut:

Pendaol ag( makan ayam.

‘Pendaol sedang makan ayam’.

Kata pendaoldi dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku.

Contoh penggunaan katakala1kuik dalam kalimat sebagai berikut: Buro1kala1kuik iy(badan¹(basºar.

‘Burung kalang kuik itu badannya besar’.

Kata kala1kuik di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai atribut.

b) Kata Jalºudan Buaya ‘Buaya’

Contoh penggunaan kata jalºu dalam kalimat sebagai berikut: Ura1meliat( jalºu put(h di danau sebada1.

‘Orang melihat buaya putih di danau sebedang’.

Kata jalºu di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

Contoh penggunaan kata buaya dalam kalimat sebagai berikut:

Kam( suah m(liat buaya di talok ma janto .

‘Kami pernah melihat buaya di teluk mak jantu’.

Kata buaya di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai keterangan sasaran.

c) Kata Buro1Antudan Buak‘Burung Hantu’

Contoh penggunaan kata buro1antu dalam kalimat sebagai berikut:

Buro1antu makan tikus.

(14)

Kata buro1 antu di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku.

Contoh penggunaan katabuak dalam kalimat sebagai berikut:

Buak suk(keluar malam ari dan bias(ad(di kuboran.

‘Burung hantu senang keluar malam dan biasa ada di kuburan’.

kata buak di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku.

d) Kata Timbakoldan Janjan‘Belacak’

Contoh penggunaan kata timbakoldalam kalimat sebagai berikut:

Nelayan suk(na makai t(mbakol untok umpan.

‘Nelayan selalu menggunakan belacak untuk umpan’

Kata timbakol di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

Contoh penggunaan kata janjan dalam kalimat sebagai berikut: Janjan b(k(liaran dakat bata1bakau.

‘Belacak berkeliaran dekat tumbuhan bakau’.

Kata janjan di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku.

e) KataBogºoh dan Munsa1Kopi ‘Luwak’

Contoh penggunaan kata bogºohdalam kalimat sebagai berikut: Ura1ad(m(liat( bogºoh di kabon kopi.

‘Orang ada melihat luwak di kebun kopi.’

Kata bogºoh di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

Contoh penggunaan kata munsa1kopi dalam kalimat sebagai berikut.

Munsa1kopi iy(binatang liar.

‘Luwak itu binatang liar’.

Kata munsa1 kopi di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai atribut.

f) Kata Lipasdan Lip(h‘Kecoa’

Contoh penggunaan kata lipas dalam kalimat sebagai berikut: Kau tinjak jak be lipas ye la1so1mati di(.

‘Kamu injak saja lipas itu langsung mati dia’.

Kata lipas di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran.

Contoh penggunaan kata lip(h dalam kalimat sebagai berikut: Lip(h suk(na antol kotor.

‘Kecoa menyenangi tempat kotor’.

Kata lip(h di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku.

g) Kata Kalº( dan Litºak‘Lele’

Contoh penggunaan kata kalº( dalam kalimat sebagai berikut:

Pat( kalº( bis(nyababkan damam.

(15)

Kata kalº( di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku.

Contoh penggunaan kata litºakdalam kalimat sebagai berikut: Litºak bias(makan ama um(.

‘Lele biasanya memakan hama sawah’.

Kata litºak di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Analisis data pada penelitian ini dibatasi hanya pada pasangan leksem flora dan fauna yang bersinonim berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di daerah Desa Sebayan Kecamatan Sambas. Hasil analisis data berdasarkan deskripsi, substitusi, dan fungsi semantis leksem kesinoniman flora dan fauna dalam BMDS terdapat 18 pasang leksem yang bersinonim. Data tersebut terdiri atas 11 pasang leksem flora dan 7 pasang leksem fauna. Hasil analisis data berdasarkan deskripsi leksem yang mengacu pada flora terdiri atas 11 pasangan leksem. Hasil analisis data berdasarkan deskripsi leksem yang mengacu pada fauna terdiri atas 7 pasangan leksem. Hasil analisis data berdasarkan peran semantis terdiri atas keterangan sumber, pelaku, sasaran, keterangan alat, dan atribut.

Saran

Pendokumentasian dan pelestarian bahasa daerah perlu dilakukan, satu diantaranya dengan meneliti penggunaan bahasa Melayu dialek Sambas. Penelitian ini sebagai wujud pelestarian terhadap karakteristik bahasa Melayu dialek Sambas yang hingga kini masih terjaga keasliannya. Penelitian ini merupakan bagian dari aspek semantis, sehingga untuk penelitian yang berkesinambungan dengan penelitian ini dapat dilakukan kembali dengan teliti dan detail agar hasilnya mencapai kesempurnaan. Sehubungan dengan bahasa Melayu dialek Sambas dapat diteliti dari aspek yang lainnya seperti dari aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan pragmatik.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik 1 Pengantar Ke arah Ilmu Makna. Bandung. PT Eresco.

Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung. PT Refika Aditama.

(16)

Hasyim, Zubeirsyah Mohd. dan Nurhayati Z. Lubis. 1984. Pengantar Metode Penelitian Linguistik. Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun, M.S. 2012. Metode Penelitian Bahasa; Tahapan, Srategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Prawirasumantri, Abud, dkk. 1997. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Soedjito. 1989. Sinonim. Bandung: C.V. Sinar Baru.

Referensi

Dokumen terkait

Data dalam penelitian ini adalah ujaran yang mengandung medan makna verba berjalan dituturkan oleh penutur asli bahasa Melayu dialek Sambas yang diwakili oleh

Sinonim merupakan relasi antara dua kata atau lebih yang berpadanan dalam hal makna.. Kata-kata yang terdapat di dalam tabel di atas adalah sinonim yang total dan

Berbeda dengan makna yang bukan makna leksikal, yang baru jelas apabila berada dalam konteks kalimat atau satuan sintaksis lain.. Contoh lain kata bangsat tanpa konteks

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan komponen makna dari setiap leksem medan makna verba berjalan, jenis makna medan makna verba berjalan, dan

Data kalimat (Film Tullah ke-3, menit ke 21:49), Ayah Melani menggunakan interjeksi [ha] dengan maksud untuk meneruskan penjelasan.Penjelasan yang dimaksud adalah

Kedua verba di atas dikatakan tidak total dan tidak komplet karena tidak dapat bertukar pada konteks kalimat seperti pada contoh, selain itu keduanya tidak memiliki makna

Berdasarkan latar belakang dan kajian relevan yang telah dipaparkan, masalah yang akan dibahas adalah bagaimanakah cara pengungkapan makna aspektualitas BMDS pada

Berdasarkan latar belakang dan kajian relevan yang telah dipaparkan, masalah yang akan dibahas adalah bagaimanakah cara pengungkapan makna aspektualitas BMDS pada