• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANGGUNG JAWAB : Muh. Yusuf. KETUA DEWAN REDAKSI : Budi Afriyansyah. SEKERTARIS DEWAN REDAKSI : Nanang Wahyudin ANGGOTA REDAKSI :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENANGGUNG JAWAB : Muh. Yusuf. KETUA DEWAN REDAKSI : Budi Afriyansyah. SEKERTARIS DEWAN REDAKSI : Nanang Wahyudin ANGGOTA REDAKSI :"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENANGGUNG JAWAB :

Muh. Yusuf

KETUA DEWAN REDAKSI :

Budi Afriyansyah

SEKERTARIS DEWAN REDAKSI :

Nanang Wahyudin ANGGOTA REDAKSI : Ismed Inonu Ibrahim Reniati Fadillah Sabri Eddy Nurtjahya Dwi Haryadi Yulian Fakhrurrozi Agus Hartoko SEKERTARIAT : Adi Irawan Herbowo Dwi Warasto

Dwi Puspa Ningsih Febrina Marlizah Marisa Yulanda Wiraswati Maya Susilawati Devi Arniyusnita ALAMAT REDAKSI :

LPPM UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

KAMPUS TERPADU UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG, GEDUNG TIMAH I, BALUNIJUK TELP. 0717-4260024 FAX. 0717-421303 LAMAN : http://journal.ubb.ac.id

(3)

PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, SWT Tuhan yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan karunianya kami dapat menghadirkan kumpulan karya pengabdian dosen-dosen Universitas Bangka Belitung ini ke dalam bentuk naskah publikasi berupa jurnal yang kami namakan Jurnal Pengabdian Kepada masyarakat Universitas Bangka Belitung. Pada edisi ketiga ini, kami merangkai karya yang kami saring dan review dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) baik KKN PPM maupun KKN tematik serta Iptek Bagi masyarakat (IbM) yang dihasilkan oleh dosen-dosen Universitas Bangka Belitung pada Tahun 2016. Harapan kami, jurnal pengabdian ini dapat menjadi karya tulis yang mampu menjadi inspirasi nyata bagi pembangunan baik bagi akademisi, pemerintah daerah terlebih lagi pada masyarakat khususnya masyarakat Bangka Belitung.

Redaksi sangat mengharapkan serpihan-serpihan berserakan dari kegiatan pengabdian dosen baik dosen universitas bangka belitung maupun dari luar universitas bangka belitung untuk dapat kami bukukan dalam karya ilmiah ini, sehingga jurnal ini tetap terbit sesuai dan tepat pada waktunya.

Semoga artikel yang kami sajikan dapat bermanfaat. Selamat membaca, kami menunggu karya anda.

Dewan Redaksi, Ketua

(4)

DAFTAR ISI

Penyebaran Informasi Teknologi Lada Putih Ramah Lingkungan Dalam Upaya Peningkatan Mutu Dan Produksi Yang Berkelanjutan Di Desa Serdang Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan

YUDI SAPTA PRANOTO 1 – 7

Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Limbah Rajungan Sebagai Pakan Ikan Di Desa Tukak, Bangka Selatan

OKTO SUPRATMAN, UMROH 8 – 14

Identifikasi Potensi Sumberdaya Mangrove Di Pesisir Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur Sebagai Alternatif Pengembangan Ekowisata Berkelanjutan

IRMA AKHRIANTI 15 – 20

IbM Desa Pedindang Dalam Upaya Implementasi Konsep Blue Economy: Pemanfaatan Limbah Ikan Untuk Pembuatan Pelor (Pelet Organik) Sebagai Pakan Alternatif Budidaya Ikan Lele Dumbo

ENDANG BIDAYANI 21 – 25

Diseminasi Teknologi Pembuatan Pakan Ikan Berbasis Bahan Baku Lokal Dan Teknologi Aplikatif Sederhana Sebagai Upaya Meningkatkan Keuntungan Bagi Pembudidaya Ikan Di Desa Tua Tunu,Kota Pangkalpinang

EVA PRASETIYONO, DENNY SYAPUTRA 26 – 32

Rumah Pendidikan Dan Revolusi Mental Untuk Fakir Miskin Dan Anak Yatim Piatu Guna Mencerdaskan Anak Bangsa

ECHO PERDANA KUSUMAH, MAYA YUSNITA, NANANG WAHYUDIN 33 – 38

Peningkatan Kualitas Air Minum Menggunakan Penyaringan Sederhana Berbasis Limbah Cangkang Siput Gonggong Di Desa Kulur Ilir Kabupaten Bangka Tengah

EKA SARI WIJIANTI, NURHADINI, SAPARIN 39 – 44

Pemanfaatan Perairan Sungai Tanah Bawah Melalui Teknologi Budidaya Polikultur Berwawasan Lingkungan

KHOIRUL MUSLIH, AHMAD FAHRUL SYARIF 45 – 52

Aplikasi Kolam Bundar Dan Bioflok Pada Pembesaran Ikan Lele Di Kelompok Remaja Masjid Paritpadang, Sungailiat, Bangka

ARDIANSYAH KURNIAWAN, EUIS ASRIANI 53 – 60

Peningkatan Kapasitas Produksi Dan Pemasaran Produk Kelompok Kerajinan Pewter Di Pangkalpinang

(5)

Yudi Sapta Pranoto: Penyebaran Informasi Teknologi Lada Putih Ramah Lingkungan Dalam Upaya Peningkatan....

PENYEBARAN INFORMASI TEKNOLOGI LADA PUTIH RAMAH LINGKUNGAN DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN

PRODUKSI YANG BERKELANJUTAN DI DESA SERDANG KECAMATAN TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN

Yudi Sapta Pranoto

Dosen Agribisnis, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung

ABSTRAK

Tujuan dari kegiatan ini adalah antara lain: 1) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran petani untuk melakukan budidaya lada ramah lingkungan, 2) Meningkatkan kesadaran petani untuk melakukan penanganan pasca panen yang baik guna meningkatkan kualitas lada, 3) Menjalin kerjasama kemitraan antara perguruan tinggi, masyarakat, dan BP3L. Kegiatan ini dilaksanakan mulai 20 Juli- 24 Agustus 2016 di Desa Serdang Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan. Strategi pokok yang diterapkan adalah melalui sosialisasi, demonstrasi plot, dan pendampingan untuk petani dengan lima kegiatan operasional utama yakni: 1) Penyuluhan budidaya lada putih ramah lingkungan, 2) Penyuluhan pengolahan pascapanen, 3) Demonstrasi plot pembibitan lada, 4) Demonstrasi plot bak perendaman, dan 5) Pembentukan kelompok petani lada dan data base petani lada. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan: 1) Peningkatan pengetahuan dan kesadaran petani tentang budidaya lada ramah lingkungan, dan 2) Meningkatnya kesadaran petani dalam penanganan pasca panen lada yang baik sehingga mutu lada meningkat, 3) Terjalinnya kerjasama kemitraan antara perguruan tinggi, masyarakat dan BP3L

Kata kunci: Budidaya Ramah Lingkungan, Penanganan pasca panen, lada putih

PENDAHULUAN

Lada putih dari Provinsi Bangka Belitung telah mempunyai Brand

Image dan telah dikenal di dunia

dengan sebutan Muntok White Pepper. Produk lada putih sudah ditetapkan syarat Indikasi Geografisnya (IG). Indikasi Geografis dikeluarkan oleh Departemen Hukum dan HAM

(Depkumham) kepada Badan

Pengelolaan, Pengembangan dan Pemasaran Lada (BP3L) Bangka Belitung sebagai pihak pemegang hak paten merek dagang Muntok White

Pepper pada Januari 2010. Semenjak

tahun 2010 – 2013 terjadi kenaikan luas lahan dan produksi sebesar 23 persen per tahun. Kenaikan produksi ini antara lain disebabkan oleh kenaikan harga lada putih mulai tahun 2011 lalu hingga sekarang. Hal ini mendorong semangat untuk menanam lada oleh petani kembali meningkat. Namun pada bulan November-Desember harga lada Vietnam sebesar Rp. 165.000 per kilogram lebih tinggi dibandingkan dengan harga lada putih Bangka Belitung sebesar Rp. 160.000 per kilogram. Penyebab turunya harga lada putih (Muntok White Pepper) dikarenakan faktor mutu (kualitas) rendah yang dihasilkan petani. Penyebab utamanya adalah karena faktor budidaya yang masih konvensional dan penanganan pasca panen yang masih rendah oleh petani. (Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Provinsi Bangka Belitung, 2014).

(6)

Yudi Sapta Pranoto: Penyebaran Informasi Teknologi Lada Putih Ramah Lingkungan Dalam Upaya Peningkatan....

Desa Serdang merupakan bagian dari Kecamatan Toboali yang memiliki kontribusi terhadap produksi lada putih di Provinsi Bangka Belitung., Sebanyak 16.200 petani lada tersebar di Kabupaten Bangka Selatan, salah satunya di Desa Serdang. Menurut profil Desa Serdang tahun 2014, mayoritas (90 Persen) penduduknya berprofesi sebagai petani dengan komoditi yang diusahakan yaitu lada putih. Kegiatan budidaya lada putih ini sudah menjadi tradisi turun temurun dari sejak zaman nenek moyang dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Dalam sistem budidya lada putih, petani di Desa Serdang masih menerapkan teknologi budidaya secara tradisional yang didasarkan pada pengalaman yaitu masih menggunakan setek tujuh ruas sebagai sumber bibit dan penggunaan tiang panjat mati. Kebiasaan petani yang masih menerapkan sistem budidaya secara tradisonal ini akan berdampak pada produksi yang dihasilkan, selain faktor hama dan penyakit tanaman. Apalagi jika dikaitkan dengan isu lingkungan dalam perdagangan internasional, penggunaan tiang panjat mati dapat

menyebabkan terganggunya

kelestarian hutan

Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk merubah sistem budidaya dan penanganan pasca panen lada putih yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Serdang dengan teknologi budidaya lada ramah lingkungan. Perbaikan budidaya dilakukan dengan pengenalan teknologi berupa penggunaan bibit satu ruas, penggunaan tajar hidup, dan penggunaan bahan-bahn organik sebagai pupuk untuk mengganti pupuk kimia. Sedangkan perendaman lada yang selama ini dilakukan di sembarang tempat diganti dengan menggunakan bak perendaman lada.

Penggunaan teknologi ini diharapkan dapat mengurangi kegagalan dan meningkatkan produksi dan kualitas lada putih sehingga berkelanjutan.

Penyebaran informasi teknologi lada putih ramah lingkungan dalam upaya peningkatan mutu dan produksi yang berkelanjutan di Desa Serdang dilakukan oleh Universitas Bangka Belitung melalui dharma pengabdian pada masyarakat pada kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa. Melalui KKN, dosen pembimbing dan mahasiswa akan memprogramkan kegiatan penyebaran informasi teknologi lada putih ramah lingkungan dan proses pengolahan sistem bak perendaman, sehingga mereka memiliki kesadaran dalam merubah prilaku pada kegiatan budidaya lada putih yang menyangkut bertambahnya pengetahuan, keterampilan sehingga terjadinya perubahan sikap petani terhadap teknologi tersebut. Dengan demikian mahasiswa akan menjadi

penjaring permasalahan di

masyarakat, menjadi problem solver atau penyumbang solusi bagi kemajuan masyarakat, dan sekaligus sebagai wadah pembelajaran bagi mahasiswa.

Strategi pokok yang akan diterapkan dalam penyebaran teknologi lada putih ramah lingkungan dalam upaya meningkatakan mutu dan produksi yang berkelanjutan melalui kegiatan sosialisasi, demonstrasi plot serta pendampingan agar petani di Desa Serdang dapat mengadopsi dari teknologi tersebut. Agar strategi dapat tercapai dan berkelanjutan, maka dilakukan kerjasama dengan 2 (dua) lembaga mitra yang relevan. Mitra tersebut adalah Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan (BP2K) dan Badan Pengelolaan, Pengembangan dan Pemasaran Lada (BP3L).

Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah antara lain sebagai berikut:

(7)

Yudi Sapta Pranoto: Penyebaran Informasi Teknologi Lada Putih Ramah Lingkungan Dalam Upaya Peningkatan....

1. Meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran petani untuk

melakukan budidaya lada ramah lingkungan.

2. Meningkatkan kesadaran petani untuk melakukan penanganan pasca panen yang baik guna meningkatkan kualitas lada. 3. Menjalin kerjasama kemitraan

antara perguruan tinggi, masyarakat, dan BP3L..

METODOLOGI PELAKSANAAN Persiapan dan Pembekalan

Pelaksanaan KKN diawali dengan persiapan yang dilakukan oleh panitiamaupun DPL terkait penentuan lokasi dan mekanisme pelaksanaan KKN. Persiapan dilakukan dengan melakukan survei lapangan maupun data skunder terkait denganlokasi yang cocok sebagai tempat dilaksanakannya KKN. Setelah survei dankoordinasi dilakukan, maka akan dilaksanakan pembekalan kepada mahasiswapeserta KKN-PPM.

Pembekalan dilaksanakan menjadi dua tahap kegiatan, yaitu pembekalanumum yang dilakukan oleh panitia kepada peserta KKN dan pembekalan spesifikyang dilakukan oleh DPL dan Lembaga Mitra yaitu BP3L kepada peserta KKNterkait yaitu 1) kondisi lapangan yang dijadikan lokasi KKN, 2) inovasi teknologilada ramah lingkungan, 3) pengolahan pascapanen, 4) pembuatan data base petanilada. Pelaksanaan pembekalan ini dilaksanakan selama dua hari bertempat dilembaga mitra yaitu Kebun Percontohan BP3L. Pelaksanaan

Dalam upaya tercapainya tujuan KKN

di Desa Serdang, maka

dalampelaksanaannya diawali dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam kelompoktani sebagai pelaku utama. Tahapan dalam penyebaran informasi teknologi yaitumulai dari

perencanaan, yang meliputi kegiatan sosialisasi tentang visi dari kegiatanKKN kepada masyarakat. tahap selanjutnya pelaksanaan meliputi penyuluhan, demonstrasi dan diakhiri dengan evaluasi kegiatan. Partisipasi masyarakat dapatdibentuk dengan dilakukan penyuluhan dan

focus group discussion (FGD) diawal

pelaksanaan untuk menyamakan tujuan pelaksanaan KKN di desa Serdang. Langkah operasional yang dilakukan untuk penyebaran inovasi

teknologi lada adalah

denganpenyuluhan, demonstrasi dan pendampingan yang diikuti aplikasi di lapangan:

1. Penyuluhan budidaya lada putih ramah lingkungan

2. Penyuluhan pengolahan

pascapanen

3. Demonstrasi plot pembibitan lada 4. Demonstrasi plot bak perendaman 5. Pembentukan kelompok petani lada

dan data base petani lada. HASIL DAN PEMBAHASAN IMPLEMENTASI KEGIATAN Implementasi Kegiatan Penyuluhan Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Lada Ramah Lingkungan

Pembangunan pertanian selama ini selalu terbentur dengan kemampuan adopsi teknologi oleh petani. Faktor pengetahuan petani yang masih rendah merupakan salah

satu yang paling besar

hambatannya.Petani harus selalu diberikan edukasi secara terus menerus agar mempermudah proses transfer teknologi. Petani harus diberikan informasi mengenai keuntungan yang bisa didapatkan bila mereka menerapkan teknolgi tersebut. Dengan begitu diharapkan akan meningkatkan kemampuan dan keberhasilan dari adopsi teknologi tersebut. Salah satu upaya

(8)

Yudi Sapta Pranoto: Penyebaran Informasi Teknologi Lada Putih Ramah Lingkungan Dalam Upaya Peningkatan....

meningkatkan pengetahuan petani adalah melalui kegiatan penyuluhan.

Kegiatan ini dilaksanakan pada 29 Juli 2016 bertempat di Balai Desa Serdang. Dalam kegiatan ini hadir 33 orang petani yang terdiri dari 7 kelompok tani lada. Kegiatan ini mengundang Badan Pengelolaan, Pengembangan, dan Pemasaran Lada (BP3L) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai narasumber. Kegiatan ini merupakan sebuah upaya untuk mentransfer pengetahuan dan teknologi yang ada kepada petani lada di daerah kegiatan.Dalam kegiatan ini disampaikan mengenai isu-isu dunia yang menghendaki sebuah kegiatan budidaya lada yang ramah lingkungan. Petani juga disosialisakan tentang pentingnya penanganan pasca panen yang sesuai Standar Operasional

Procedures (SOP) untuk mendapatkan

mutu dan kualitas output lada yang terbaik.

Kegiatan budidaya lada ramah lingkungan diterapkan dengan menggunakan bibit satu ruas, penggunaan tajar (tiang panjat) hidup,

penggunaan pupuk kompos,

penanaman Arachis pitoysebagai

tanaman crop (penutup) tanah dan pestisida alami, dan lain-lain.Selain itu, petani juga diajari bagaimana memilih bibit dengan kualitas terabik dan bebas penyakit. Kegiatan ini dilakukan dengan demonstrasi plot pembibitan lada dengan kebun percontohan. Dalam kegiatan ini dijelaskan kepada petani keuntungan yang didapatkan dari kegiatan budidaya lada ramha lingkungan dibandingkan secara konvensional. Seperti penggunaan bibit satu ruas

dalam polybag yang dapat

mengefesienkan penggunaan bibit yang selama ini dilakukan dengan tujuah ruas. Dengan begitu petani dapat mendapatkan bibit yang lebih banyak dengan sumber daya yang

lebih sedikit. Selain itu penggunaan bibit satu ruas dalam polybag juga dapat meningkatkan peluang hidup tanaman lada. Hal ini terjadi karena bibit yang ditanam sudah dalam kondisi hidup sehingga memudahkan adaptasi tanaman ketika dipindahkan ke lahan. Begitu juga halnya dengan penggunaan tajar hidup yang dapat mengurangi biaya tajar yang sangat besar dalam usahatani lada selama ini. Teknologi penanganan pasca panen lada yang baik dilakukan dengan pengenalan sekaligus demonstrasi plot bak perendaman khusus lada untuk menggantikan kebiasaan petani merendam lada disembarang tempat. Petani diberikan pemahaman mengenai bahayanya kandungan bakteri E. Colli dalam lada jika direndam di tempat-tempat yang selama ini digunakan oleh petani. Bak perendaman lada ini dibuat dengan penggunaan kolam dari bahan setengah permanen (terpal) maupun permanen serta dilengkap dengan sistem drainase dan aerase. Kolam ini menggunakan bak penyaring untuk mengatur draenase. Air perendaman disaring dengan bak tersebut dan digunakan kembali untuk perendaman dan pencucian lada. Sehingga air bekas perendaman tidak terbuang sia-sia. Sedangkan untuk mengatur aerase didalam bak digunakan tanaman eceng gondok untuk menyuplai oksigen di dalam kolam. Gambar 1 berikut menunjukkan dokumentasi selama kegiatan berlangsung.

(9)

Yudi Sapta Pranoto: Penyebaran Informasi Teknologi Lada Putih Ramah Lingkungan Dalam Upaya Peningkatan....

b)

c)

d)

Gambar 1: a) Penyuluhan Budidaya dan penanganan pasca panen lada ramah lingkungan, b) Demonstrasi plot bak perendaman lada, c) Pemilihan bibit berkualitas dan bebas penyakit, d) Kebun percontohan lada di Desa Serdang.

Implementasi Kegiatan

Pengumpulan dan Pengolahan Data Base Petani Lada

Ketersediaan informasi menjadi faktor vital untuk dapat memetakan potensi dan permasalahan pada lada. Ketersedian informasi ini bukan hanya mengenai budidaya saja, tetapi juga terkait dengan aspek sosial dan ekonomi petani. Informasi ini dapat berguna bagi pemerintah untuk membuat regulasi yang dapat membantu pengembangan komoditi lada. Selain itu, informasi ini berguna bagi buyer baik domestik maupun luar

negeri untuk memudahkan pemasaran lada. Salah satu upaya untuk menyediakan informasi tersebut adalah dengan membuat data base petani lada.

a)

b)

Gambar 2: a) Pengumpulan Data Base dengan Kuesioner, b) Hasil olehan Data base secara komputerisasi

Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan dan menyediakan informasi terkait kegiatan budidaya serta aspek sosial dan ekonomi petani lada. Kegiatan ini dilakukan selama kurang lebih dua minggu. Kegiatan ini berhasil mengumpulkan sebanyak 150 petani beserta aspek budiaya, sosial, dan ekonominya. Data ini selanjutnya diolah secara komputerisasi untuk memudahkan akses informasi-informasi tersebut. Gambar 2 menujukkan dokumentasi dan hasil dari kegiatan pengolahan data base.

Implementasi Kegiatan

Pengambilan dan Pengolahan Titik Global Positioning System (GPS) Kebun Lada Petani

Perkembangan teknologi dewasa ini menuntut petani juga harus terus

(10)

Yudi Sapta Pranoto: Penyebaran Informasi Teknologi Lada Putih Ramah Lingkungan Dalam Upaya Peningkatan....

berkembang mengikuti perkembangan zaman. Salah satu teknologi tersebut adalahGlobal Positioning System (GPS).Teknologi ini berguna untuk pengindraan jarak jauh dan mengetahui segala informasi geografi maupun topografi suatu wilayah. Penerapan teknologi ini ke komoditi lada dapat sangat menguntungkan petani dan pihak buyer. Pemetaan menggunakan GPS bertujuan untuk melindungi lahan petani dan memberikan informasi kepada buyer luar tentang lokasi dan semua informasi terkait lada dari petani. Sehingga pihak buyer dapat memantau secara langsung produk tanpa harus datang ke lokasi produk tersebut. Dengan begitu, kepercayaan buyer terhadap produk dapat dijaga serta dapat meminimalisir oknum-oknum nakal yang memalsukan produk lada putih Muntok White Pepper saat ini. Gambar 3 berikut menunjukkan dokumentasi selama kegiatan berlangsung.

a)

b)

Gambar 3 berikut menunjukkan dokumentasi selama kegiatan berlangsung

Implementasi Kegiatan

Pembentukan Kelompok Tani Lada Bargaining position atau posisi tawar petani sampai saat ini masih sangat rendah. Hal ini mengakibatkan petani kita selalu menjadi price taker. Seharusnya dengan smeua keunggulan produk yang kita miliki, petani lada kita seharusnya bisa menjadi price maker. Salah satu upaya untuk meningkatkan bargaining position tersebut adalah dengan membentuk kelompok atau organisasi.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan petani lada dalam sebuah kelompok tani. Tujuannya

adalah untuk memudahkan

penyebaran informasi dan

memusatkan bantuan pemerintah. Selain itu, dengan berkelompok dapat meningkatkan bargaining position petani secara tidak langsung. Gambar 4 berikut menujukkan dokumentasi selama kegiatan berlangsung

a)

b)

Gambar 4. Pembentukan Kelompok Tani Lada

(11)

Yudi Sapta Pranoto: Penyebaran Informasi Teknologi Lada Putih Ramah Lingkungan Dalam Upaya Peningkatan....

SIMPULAN

Berdasarkan hasil kegiatan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terlaksananya kegiatan

penyuluhan, demonstrasi plot, dan pendampingan meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran petani tentang budidaya lada ramah lingkungan. 2. Meningkatnya kesadaran petani

dalampenanganan pasca panen lada yang baik sehingga mutu lada meningkat.

3. Terjalinnya kerjasama kemitraan antara perguruan tinggi, masyarakat dan BP3L

SARAN

Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan KKN PPM ini, berikut ini beberapa hal yang dapat disarankan, yakni:

1. Perlu pembinaan secara intensif dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan ataupun instansi lain yang terkait, terutama mengenai Good Agriculture

Practice (GAP) dan Good

Handling Practices (GHP).

2. Perlu adanya insentif harga bagi petani yang menjual lada dengan kualitas yang baik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang terlibat dan mendukung keberhasilan kegiatan ini, antara lain sebagai berikut:

1. Pemerintah Desa Serdang sebagai tempat pelaksanaan kegiatan KKN PPM.

2. Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Selatan.

3. Universitas Bangka Belitung. 4. Badan Pengelolaan Pegembangan

dan Pemasaran Lada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian Peternakan dan Perkebunan Provinsi Bangka Belitung, 2014. Mengembalikan Kejayaan Lada Bangka Belitung.

(www.babelprov.go.id)

Pemerintah Desa Serdang, 2014.

(12)

Okto Supratman dan Umroh: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Limbah Rajungan Sebagai Pakan Ikan...

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH RAJUNGAN SEBAGAI PAKAN IKAN DI DESA TUKAK, BANGKA

SELATAN

1)Okto Supratman dan2)Umroh

1,2)Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung

ABSTRAK

Limbah rajungan selama ini menimbulkan berbagai permasalahan bagi masyarakat Desa Tukak. Permasalahan ini dapat diatasi dengan cara pengelolaan limbah rajungan menjadi pakan ikan yang memiliki nilai ekonomis. Pakan ini kemudian bisa diaplikasikan ke budidaya ikan lele dengan kolam terpal. Tujuan pengabdian ini yaitu 1) Pemanfaatan limbah rajungan menjadi pakan ikan, 2) Budidaya ikan lele menggunakan kolam terpal, dan 3) Pemulihan tambak ikan yang selama ini tidak dimanfaatkan oleh warga Desa Tukak. Metode pelaksanaan dilakukan dengan cara pendampingan langsung, peragaan dan pelatihan ke siswa SMK Perikanan Tukak Sadai, Karang Taruna dan Masyarakat Desa Tukak. Hasil kegiatan produk pakan ikan dari limbah rajungan, kolam terpal dan rekomendasi untuk upaya pemulihan tambak di Desa Tukak. Kegiatan ini terlihat adanya respons positif dari Siswa SMK Perikanan Tukak Sadai, Karang Taruna dan Masyarakat Desa Tukak, karana akan merencanakan pembuatan kolam terpal yang lebih banyak sebagai usaha untuk

meningkatkan perekonomian

masyrakat.

Keyword : Desa Tukak, Kolam Terpal, Limbah Rajungan dan Pakan Ikan

PENDAHULUAN

Desa Tukak merupakan Desa pesisir yang terletak di Kecamatan

Tukak Sadai, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung. Mata pencaharian masyarakat Desa Tukak lebih dari 30 % berprofesi sebagai nelayan, dimana komuditas utama hasil tangkapan nelayan yaitu kepiting rajungan (Data Monorafi Desa Tukak, 2015). Hasil tangkapan kepiting rajungan, kemudian diolah secara sekala rumah tangga, sehingga limbahnya melimpah di Desa Tukak. Limbah kepiting rajungan selama ini dibuang ke lingkungan, kemudian

menimbulkan permasalahan

pencemaran lingkungan seperti pencemaran bau, menularkan berbagai penyakit dan mengganggu kenyaman masyarakat Desa Tukak.

Permasalahan pencemaran limbah rajungan di Desa Tukak dapat diatasi dengan diolah menjadi produk pakan ikan yang bernilai ekonomis. Pembuatan pakan ikan melibatkan SMK Perikanan Tukak Sadai dan Karang Taruna Desa Tukak. SMK Perikanan Tukak Sadai memiliki peralatan penunjang untuk pembuatan pakan seperti alat penggiling, alat pencetak pakan dan oven, tetapi selama ini pemanfaatan kurang optimal dikaranakan kurangnya

pemahaman dan cara untuk

pembuatan pakan ikan. Kondisi ini perlunya pendampingan dan pelatihan pembuatan pakan ikan dari limbah rajungan oleh mahasiswa KKN-Tematik UBB.

Hasil pakan limbah rajungan yang telah dibuat oleh mahasiswa, siswa SMK dan Karang taruna dapat

(13)

Okto Supratman dan Umroh: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Limbah Rajungan Sebagai Pakan Ikan...

diaplikasikan untuk pakan di budidaya ikan lele kolam terpal. Kegiatan kolam terpal dilakukan berdasarkan pertimbangan kegagalan pembuatan tambak di Desa Tukak yang berdampak terjadinya kerusakan lingkungan seperti pembabatan ekosistem mangrove. Kolam terpal dapat dilakukan karena mudah untuk diaplikasikan, biayanya murah dan

ramah lingkungan, karena

memanfaatkan lahan-lahan di sekitar rumah warga. Tujuan kegiatan pengabdian ini yaitu 1) Pemanfaatan limbah rajungan menjadi pakan ikan, 2) Budidaya ikan lele menggunakan kolam terpal, dan 3) Pemulihan tambak ikan yang selama ini tidak dimanfaatkan oleh warga Desa Tukak. METODOLOGI PELAKSANAAN Waktu dan Tempat pelaksanaan

Kegiatan ini merupakan bagian dari KKN-TEMATIK Universitas Bangka Belitung ke XI, yang dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2016. Lokasi kegiatan yaitu Desa Tukak, Kecamatan Tukak Sadai, Kabupaten Bangka Selatan. Sasaran pendampingan kegiatan ini meliputi siswa SMK Perikanan Tukak Sadai, Karang Taruna dan Masyarakat Desa Tukak.

Prosedur Pelaksanaan Program Prosedur pelaksanaan kegiatan pengabdian meliputi beberapa tahap yaitu 1) Pembuatan pakan ikan (pelet) dari bahan baku limbah rajungan 2) Pengaplikasikan pakan ikan dengan pembuatan budidaya ikan lele menggunakan kolam terpal dan 3) Uji kualitas air sebagai upaya pemulihan tambak di Desa Tukak.

Pembuatan Pakan Ikan dari Limbah Rajungan

Pembuatan Pakan

dilaksanakan di SMK Perikanan

Tukak Sadai, Desa Tukak. Alat yang digunakan untuk pembuatan pakan ikan yaitu oven, mesin penepung dan mesin penggiling. Bahan yang digunakan yaitu limbah kepiting rajungan, ikan kering, dedek padi, tepung baking soda, vitamin dan tepung sagu. Tahapan pelaksanaan pembuatan pakan meliputi penyebaran plastik sampah ke rumah-rumah warga, untuk pengumpulan bahan cangkang rajungan, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama 2-3 hari sampai cangkang kering sempurna. Cangkang rajungan yang telah kering kemudian digiling

menggunakan mesin sampai

berbentuk tepung. Bahan lain selain limbah rajungan yaitu ikan kering yang dibuat tepung sebagai sumber protein tambahan. Semua bahan yang terdiri dari tepung limbah rajungan, tepung ikan, dedek padi, tepung baki soda dan vitamin dicampur dengan komposisi yang sesuai, kemudian ditambah air panas dan diaduk sampai menjadi pasta menggunakan mesin penggiling. Semua bahan setelah teraduk rata kemudian dicetak menggunakan mesin pencetak pellet dan hasilnya kemudian dikeringkan. Semua kegiatan pembuatan pakan melibatkan siswa SMK perikanan dan karang taruna, sebagai pelatihan dan kemudian pakan untuk diaplikasikan pada budidaya ikan lele.

Budidaya Ikan Lele menggunakan Kolam Terpal

Kegiatan budidaya ikan lele menggunakan kolam terpal sebagai kelanjutan dari kegiatan pembuatan pakan ikan. Kegiatan ini melibatkan siswa SMK Tukak Sadai, karang taruna dan masyarakat Desa Tukak. Pelaksanaan kegiatan ini melalui beberapa tahapan yaitu 1) Penentuan lokasi pembuatan Budidaya Kolam Terpal, 2) Persiapan alat dan bahan, 3)

(14)

Okto Supratman dan Umroh: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Limbah Rajungan Sebagai Pakan Ikan...

Pembersihan lahan yang akan digunakan sebagai pembuatan budidaya kolam terpal, 5) Pembuatan kerangka, 6), Pemasangan terpal, 7) Pembuatan rumah atau penutup kolam terpal, 8) Pengisian air dan 9) Penebaran benih.

Pengujian Kualitas Air dan Upaya Pemulihan Tambak

Kegiatan pengujian kualitias air dan pemulihan tambak di Desa Tukak melibatkan aparat Desa, karang taruna dan masyarakat Desa Tukak. Alat dan bahan yang digunakan yaitu termometer, pH meter, dan refraktometer. Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan setiap hari dengan cara mengukur beberapa parameter kualitas air yaitu suhu, salinitas dan pH. Hasil dari pengujian kualitas air dapat menyimpulkan penyebab kegagalan budidaya perairan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tukak, kemudian dapat memberi rekomendasi cara pemulihan tambak agar bisa dimanfaatkan kembali. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelatihan pembuatan Pakan Ikan dari Limbah Rajungan

Kegiatan pelatihan pembuatan pakan ikan dari limbah rajungan melibatkan siswa SMK Perikanan Tukak Sadai dan Karang Taruna Desa Tukak. Pelaksanaan dilakukan di SMK Perikanan Tukak Sadai, Desa Tukak. Hasil dari pembuatan pakan yaitu mampu membuat pakan terapung dari limbah rajungan. Pelatihan pembuatan pakan terapung dilakukan berdasarkan permintaan dari SMK Perikanan Tukak Sadai, karena selama ini pembuatan pakan ikan selalu pakan tenggelam, sehingga sulit untuk mengetahui pakan yang telah dikosumsi oleh ikan. Salah satu cara pembuatan pakan terapung

dengan menambahankan zat

pengembang/baking soda ke dalam adonan pakan. Hal ini dapat diasumsikan zat pengembang/baking soda akan menciptakan rongga atau gelembung udara di dalam pakan, sehingga dapat menyebabkan pakan terapung di permukaan air. Bahan baku Pakan terapung menggunakan cangkang rajungan sebanyak 5-10%, karena dikhawatirkan ketika penggunaan cangkang rajungan terlalu besar akan mengakibatkan gangguan pencernaan pada ikan. Cangkang rajungan bagus untuk tambahan pakan ikan, hal ini sesuai dengan pernyataan Rochimah (2005), bahwa kandungan gizi yang terdapat pada limbah rajungan sangat bermanfaat bila diproses menjadi bahan tambahan

pangan. Pemanfaatan limbah

cangkang Rajungan menjadi pakan

ikan merupakan salah solusi

pemecahan masalah dalam menangani limbah cangkang rajungan yang melimpah di Desa Tukak. Hal ini sesuai pendapat Hastuti, et al (2012) bahwa pemanfaatan limbah rajungan menjadi suatu produk merupakan salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah rajungan. Selain itu, cangkang rajungan merupakan limbah potensial yang kurang dimanfaatkan oleh masyarakat padahal sangat berguna. Rosalina (2014) menambahkan bahwa budidaya lele pada awalnya kurang diminati karena selain harga benih yang mahal, pakan ikan di Bangka juga mahal karena tingginya transportasi dari luar Bangka.

Kegiatan pelatihan pembuatan pakan diikuti sekitar 30 siswa-siswi SMK dan beberapa perwakilan dari karang taruna. Kegiatan ini diawali dengan penyampaian materi oleh

mahasiswa KKN-Tematik yang

dilakukan selama 30 menit kemudian demo pembuatan pakan terapung. Bahan yang telah disediakan dicampur

(15)

Okto Supratman dan Umroh: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Limbah Rajungan Sebagai Pakan Ikan...

membentuk adonan, setelah adonan tercampur sempurna, kemudian

dicetak menggunakan mesin

penggiling. Pakan yang telah dicetak kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama 2-3 hari hingga pakan kering sempurna (Gambar 1). Hasil pakan yang telah dibuat dari proses pelatihan, kemudian langsung di aplikasikan ke budidaya ikan lele

menggunakan kolam terpal. Hasil kegiatan ini bukan hanya pelatihan pembuatan pakan terapung, tetapi akan dilanjutkan oleh anak SMK Perikanan Tukak Sadai dan karang taruna sebagai usaha untuk mengatasi permasalahan limbah rajungan dan meningkatkan perekonomian Desa Tukak.

Gambar 1. a) Limbah Rajungan, b) Hasil Pakan Ikan dari Limbah Rajungan Budidaya Ikan Lele menggunakan

Kolam Terpal

Peserta Pembuatan kolam terpal terdiri dari Siswa SMK Perikanan Tukak Sadai, Karang Taruna dan masyarakat Desa Tukak yang didampingi oleh mahasiswa KKN-Tematik Desa Tukak. Kegiatan Budidaya ikan lele dengan metode pendampingan dan peragaan langsung pembuatan kolam terpal. Jumlah kolam terpal yang dibuat yaitu sebanyak 2 buah dengan ukuran masing-masing 3 x 4 meter. Setelah kerangka kolam terbentuk, kemudian dipasang terpal dengan cara dipaku

agar kolam lebih kuat dan tidak goyang. Sebelum dilakukan pengisian air dibuat terlebih dahulu atap kolam terpal manggunakan paranet yang berfungsi untuk meminimalisir adanya fluktasi suhu yang tinggi. Selain itu dibuatan saluran air inlet dan outlet menggunakan pipa paralon ukuran 1,5 inchi. Saluran air berbentuk L agar mudah diaplikasikan untuk membuang air keluar. Kolam terpal yang sudah siap digunakan diisi air setinggi 30 cm, kemudian air dibiarkan selama 3 hari sebelum penebaran benih ikan lele. Bibit ikan lele yang digunakan berukuran 3-4 cm. Penebaran bibit lele

(16)

Okto Supratman dan Umroh: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Limbah Rajungan Sebagai Pakan Ikan...

sebanyak 1000 individu di masing-masing kolam terpal. Benih ikan lele yang baru datang diaklimatisasi terlebih dahulu agar benih dapat menyesuaikan diri atau adaptasi di kolam terpal. Setelah beberapa hari kolam air berwarna hijau bahwa kualitas air yang baik untuk ikan lele, karena telah ditumbuhi pakan alami. Sumber pakan benih ikan lele menggunakan pakan komersil, karena pakan buatan dari limbah rajungan ukurannya belum sesuai. Setelah ukuran mulut ikan yang telah sesuai baru dilanjutkan menggunakan pakan buatan dari limbah rajungan.

Kegiatan ini kemudian akan dilanjutkan oleh masyarakat Desa Tukak, yang kemudian akan dijadikan model percontohan budidaya ikan yang murah, ramah lingkungan dan mudah diaplikasikan. Hasil kegiatan ini terlihat adanya respons positif dari Siswa SMK Perikanan Tukak Sadai, Karang Taruna dan Masyarakat Desa Tukak, karana akan merencanakan pembuatan kolam terpal yang lebih banyak sebagai usaha untuk

meningkatkan perekonomian

masyrakat Desa Tukak. Hasil pembuatan kolam terpal ini juga sebagai sarana untuk pengaplikasian pakan buatan dari limbah rajungan. Uji Kualitas dan Pemulihan Tambak

Pembuatan tambak di Desa Tukak dilakukan pada tahun 2010.

Dana pembuatan tambak berasal dari bantuan pemerintah Desa, kegiatan ini bertujuan agar masyarakat Desa Tukak dapat melakuan kegiatan budidaya. Proses pembuatan tambak dilakukan dengan cara pengalian menggunakan alat berat. Jumlah tambak yang dibuat sekitar 60 petakan dengan ukuran masing-masing petakan sekitar 20 x 5 meter dan kedalamannya 2 meter. Petakan tambak yang telah dibuat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan budidaya berbagai komuditas perikanan seperti ikan nila, ikan bawal, ikan bandeng, ikan mas dan ikan patin. Namun kegiatan budidaya ini mengalami kegagalan total, kemudian tambak yang telah dibuat dibiarkan terbengkalai dan hanya dimanfaatkan oleh penduduk lokal untuk tempat pemandian umum. Kondisi ini sehingga perlu dilakukan kegiatan pengujian kualitas air yang bertujuan untuk mengetahui penyebab kegagalan budidaya di tambak Desa Tukak. Setelah diketahui penyebabnya perlu dilakukan upaya atau proses cara pemulihan tambak agak bisa kembali dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya.

Hasil pengujian kualitas air yang meliputi beberapa parameter lingkungan yaitu Suhu, Salinitas, pH dan Salinitas. Hasil kualitas air beberapa titik di tambak terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Kualitas Air di Tambak Desa Tukak

Titik sampel Suhu0C pH Salinitas Kehidupan biota

Titik 1 28 5 0 Ikan lokal dan tumbuhan air

Titik 2 28 4 0 Ikan lokal dan tumbuhan air

Titik 3 29 5 0 Ikan lokal dan tumbuhan air

Titik 4 28 4 0 Ikan lokal dan tumbuhan air

Titik 5 29 4 0 Ikan lokal dan tumbuhan air

Titik 6 28 5 0 Ikan lokal dan tumbuhan air

(17)

Okto Supratman dan Umroh: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Limbah Rajungan Sebagai Pakan Ikan...

Titik sampel Suhu0C pH Salinitas Kehidupan biota

Titik 8 28 6 0 Ikan lokal dan tumbuhan air

Titik 9 28 5 0 Ikan lokal dan tumbuhan air

Rata-rata 28 5 0

-Hasil uji kualitas air yang meliputi suhu dan salinitas masih dikategorikan sesuai untuk kegiatan budidaya ikan air tawar. Suhu optimum untuk komuditas budidaya yaitu 25-32oC (Putra, 2011; Rahim et

al, 2015). Sedangkan untuk salinitas 0

0/00merupakan kondisi optimum untuk

kegiatan budidaya di perairan tawar (Rahim, 2015). Salah satu kualitas

perairan yang menyebabkan

kegagalan budidaya perairan di Desa Tukak yaitu pH, dimana pH optimum untuk kegiatan budididaya yaitu 7-8 dan masih bisa ditoleransi komuditas budidaya dengan kisaran 5-11 (Rahim

et al, 2015). Solusi untuk penaikan pH

di tambak dilakukan dengan cara pengapuran. Selain faktor pH yang menyebabkan kegagalan budidaya di Desa Tukak yaitu desain pembuatan tambak yang salah dikarenakan tidak adanya inlet dan outlet air, yang merupakan faktor penting pada tambak budiaya.

Pemulihan tambak di Desa Tukak dapat dilakukan dengan cara perubahan metode masyrakat dalam melakukan kegiatan budidaya, yang selama ini dilakukan tanpa melakukan pengeringan atau pemulihan tambak dan membudidaya berbagai komoditas yang menyebabkan terjadinya kompetisi antar komuditas atau saling memakan. Selain itu dilakukan perubahan desain kolam, dengan cara pelebaran kolam sehingga bisa dilakukan berbagai kegiatan seperti tempat pemancingan dan kegiatan wisata air sebagai area pendukung untuk kegiatan wisata. Hal ini dilakukan karena Desa Tukak akan

membuat tempat ekowisata mangrove, di sekitar tambak yang tidak dimanfaatkan.

KESIMPULAN

Kegiatan pengabdian ini dapat disimpulkan yaitu :

1. Limbah rajungan yang selama ini menjadi permasalahan di Desa Tukak dapat diatasi dengan cara pembuatan produk yang bernilai ekonomis tinggi yaitu Pakan Ikan 2. Budidaya ikan lele kolam terpal

dapat dijadikan sebagai usaha alternatif masyarakat Desa Tukak 3. Pemulihan tambak di Desa Tukak

dapat dilakukan dengan cara peruubahan metode budidaya dan perubahan desain tambak.

SARAN

Saran dari kegiatan ini yaitu :

1. Perlu dilakukan uji kandungan nutrisi pakan ikan sebelum dilakukan pemasaran

2. Perlunya peran aktif pemerintah daerah untuk pemasaran produk pakan ikan dan produk ikan lele dari hasil budidaya kolam terpal UCAPAN TERIMAKASIH

Kegiatan pengabdian ini terlaksana atas bantuan dari biaya KKN-Tematik dari Universitas Bangka Belitung. Penulis juga berterimakasih kepada DINAS Perikanan Kab. Bangka Selatan atas bantuan Peminjaman peralatan, selain itu penulis juga banyak terimakasih kepada Kepala Desa Tukak, SMK Perikanan Tukak Sadai, Karang Taruna dan Masyarakat Desa Tukak

(18)

Okto Supratman dan Umroh: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Limbah Rajungan Sebagai Pakan Ikan...

yang turut berpartisipasi dalam kegiatan ini

DAFTAR PUSTAKA

1. Data Monografi Desa Tukak. 2015. Bangka Selatan. Kepulauan Provinsi Bangka Belitung.

2. Hastuti,S., Arifin, S dan Hidayati, D. 2012. Pemanfaatan Limbah Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus) Sebagai Perisa Makanan Alami. AGROINTEK. 6(2): 88-96.

3. Putra N.S. 2011. Manajemen Kualitas Air Dalam Kegiatan Perikanan Budidya. Departemen

Kelautan Dan Perikanan

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Takalar.

4. Rahim T., Tuiyo R. dan Hasim. 2015. Pengaruh Salinitas Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus) di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3 (1): 39-43

5. Rochimah E. 2005. Aplikasi Kitin Deasetilase Termostabil dari Bacillus papandayan K 29-14 Asal Kawah Kamojang Jawa Barat pada Pembuatan Kitosan. (Tesis yang tidak dipublikasikan) Fateta IPB. 6. Rosalina, D. 2014. Analisis

Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal di Desa namang Kabupaten Bangka Tengah. 6(1) : 20-24.

(19)

Irma Akhrianti: Identifikasi Potensi Sumberdaya Mangrove Di Pesisir Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung...

IDENTIFIKASI POTENSI SUMBERDAYA MANGROVE

DI PESISIR KECAMATAN SIMPANG PESAK KABUPATEN BELITUNG TIMUR SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKOWISATA

BERKELANJUTAN Irma Akhrianti

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung

ABSTRAK

Secara geografis Kecamatan Simpang Pesak merupakan kawasan pesisir dengan kondisi ekosistem mangrove yang cukup baik. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk mengkaji potensi sumberdaya mangrove di pesisir Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur sebagai alternatif pengembangan ekowisata berkelanjutan dengan pendekatan 1)

Keanekaragaman jenis mangrove, 2)

Pengetahuan masyarakat terhadap ekosistem mangrove, dan 3)

Pembangunan sarana penunjang. Pengabdian berlangsung pada tanggal 20 Juli – 23 Agustus 2016 di Kecamatan Simpang Pesak, dengan metode survei, presentasi, dan observasi. Ditemukan 13 Jenis mangrove di Kecamatan Simpang Pesak, dengan jumlah terbanyak ditemukan pada Desa Dukong. Berdasarkan hasil identifikasi potensi

sumberdaya mangrove yang

melibatkan masyarakat, dapat dikatakan Kecamatan Simpang Pesak berpotensi untuk dijadikan kawasan ekowisata mangrove, hal ini tercermin dari tingginya minat masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan sosialisasi dan pelatihan. Tingginya minat dan partisipasi masyarakat juga terlihat pada kegiatan pengabdian

KKN Tematik dalam rangka

peningkatan keterampilan (skill) ibu-ibu PKK maupun istri-istri nelayan. Kata kunci: Ekowisata, Mangrove, Simpang Pesak, Belitung Timur

PENDAHULUAN

Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur terbentuk sejak tahun 2010 yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Dendang (BPS 2012). Kecamatan Simpang Pesak terdiri dari 4 Desa yaitu Desa Simpang Pesak, Desa Dukong, Desa Tanjung Kelumpang dan Desa Tanjung Batu itam (BPS 2012). Secara Geografis Kecamatan Simpang Pesak merupakan kawasan pesisir dengan mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan (BPS 2012). Secara ekologi wilayah ini diduga memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang sangat baik. Hal ini terlihat secara visual di beberapa desa kondisi ekosistem mangrove dan lamun (sea gress) yang cukup rapat, sehingga kondisi ini juga dapat menguatkan prinsip konsep triangle ekosistem (mangrove, lamun, dan terumbu karang) dalam kondisi yang cukup baik.

Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan di Kecamatan Simpang Pesak diharapkan dapat menjadi sumber utama dengan baik tanpa adanya kerusakan ekologi, baik yang disebabkan oleh manusia maupun aktivitas alam. Aktifitas manusia yang dapat menyebabkan kerusakan ekologi sumberdaya pesisir adalah membuang sampah dilaut, penebangan pohon mangrove, dan sebagainya. Sedangkan aktivitas alam yang dapat menjadi pemicu menurunnya penghasilan nelayan

(20)

Irma Akhrianti: Identifikasi Potensi Sumberdaya Mangrove Di Pesisir Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung...

yakni musim barat. Umumnya ketika musim barat nelayan tidak pergi melaut, melainkan istirahat dan mencari pekerjaan sampingan. Berdasarkan hal tersebut upaya membentuk pekerjaan sampingan berdasarkan azas pemanfaatan sumberdaya sekitar perlu dipikirkan, agar kesejahteraan nelayan maupun masyarakat pesisir tetap terjaga.

Bentuk alternatif

pengembangan kawasan pesisir dengan kondisi ekosistem mangrove yang baik dapat dilakukan dengan membentuk kawasan ekowisata

berbasis masyarakat. Untuk

mendukung kegiatan tersebut dibutuhkanlah kajian identifikasi potensi sumberdaya mangrove di pesisir Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur. Melalui program KKN-Tematik UBB di

Kecamatan Simpang Pesak

diharapkan dapat menjadi penggagas maupun wadah aspirasi masyarakat terkait pengelolaan potensi sumberdaya pesisir dan lautan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir dan nelayan Kecamatan Simpang Pesak yang lebih baik.

Tujuan dari kegiatan

pengabdian ini adalah untuk mengkaji potensi sumberdaya mangrove di Pesisir Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur sebagai alternatif pengembangan ekowisata berkelanjutan dengan pendekatan 1)

Keanekaragaman Jenis Mangrove, 2)

Pengetahuan masyarakat terhadap ekosistem mangrove, 3)Pembangunan

sarana penunjang.

METODOLOGI PELAKSANAAN Waktu dan Tempat

Kegiatan pengabdian

merupakan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) Tematik mahasiswa

Universitas Bangka Belitung ke XI,

yang berlangsung pada tanggal 20 Juli – 23 Agustus 2016 di Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jumlah mahasiswa KKN-Tematik Kecamatan Simpang Pesak yang terlibat dalam kegiatan ini berjumlah 39 orang yang terdiri dari 15 mahasiwa dan 24 mahasiswi. Sasaran wilayah kerja terdiri dari 4 desa, yaitu Desa Simpang Pesak, Desa Dukong, Desa Tanjung Kelumpang, dan Desa Tanjung Batu Itam.

Prosedur Kerja

Prosedur kerja kegiatan dilakukan dengan beberapa bagian antara lain; Inventarisasi jenis mangrove (Survei pengambilan data mangrove mengacu pada KepMen LH No. 201 tahun 2004; Noor et.al 1999; Bengen 1999; dan Kusmana 1997), Sosialisasi peranan ekosistem mangrove dan penyuluhan teknik persemaian mangrove yang baik dan benar (metode presentasi dan praktek dilapangan), Pembangunan sarana penunjang (metode observasi di lapangan).

HASIL DAN PEMBAHASAN Inventarisasi Jenis Mangrove

Berdasarkan hasil sampling mangrove di perairan pesisir

Kecamatan Simpang Pesak,

ditemukan 13 jenis mangrove yang terdiri dari Rhizopora apiculata,

Sonneratia caseolaris, Scyphihora

hydrophyllacea, Xylocarpus

molucensis, Osbornia octodanta, Rhizopora mucronata, Avicennia alba, Burguiera gymnorrhiza, Xylocarpus granatum, Pandanus odoratissima, Nypa fruticans, Terminalia catapa,dan Sonneratia alba (Tabel 1.).

Dari 13 data jenis mangrove yang diperoleh dilapangan dapat dikatakan bahwa keanekaragaman jenis mangrove di kecamatan Simpang

(21)

Irma Akhrianti: Identifikasi Potensi Sumberdaya Mangrove Di Pesisir Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung...

Pesak cukup tinggi. Hal ini juga didukung oleh pengamatan secara visual terhadap tutupan kanopi pada 4 kawasan target pengamatan berada pada kondisi baik, terlihat dari persentase tutupan kanopi yang lebih dari 75%. Berdasarkan kajian potensi

mangrove pada 4 lokasi pengamatan di Kecamatan Simpang Pesak, Desa Dukong merupakan desa yang memiliki jumlah jenis mangrove terbanyak yaitu 7 jenis.

Tabel 1. Komposisi Jenis mangrove yang ditemukan di pesisir Kecamatan Simpang Pesak, Beltim

No Jenis –jenis Mangrove I IIStasiunIII IV

1 Rhizophora apiculata 2 Sonneratia caseolaris - - -3 Scyphiphora hydrophyllacea - -4 Xylocarpus molucensis - - -5 Osbornia octodonta - -6 Rhizophora mucronata 7 Avicennia alba - - - -8 Bruguiera gymnorrhiza - - -9 Xylocarpus granatum - - -10 Pandanus odoratisima - -11 Nypa fructicans - - -12 Terminalia catapa - - -13 Sonneratia alba - -

-Keterangan: (√): ditemukan ; (-): tidak ditemukan

Stasiun 1 : Pantai Suge Desa Simpang Pesak Stasiun 2 : Pantai Setigi Desa Dukong

Stasiun 3 : Pangkalan Aik Lanun Desa Tanjung Kelumpang Stasiun 4 : Pantai Kukup Desa Tanjung Batu Itam

Sosialisasi Peranan Ekosistem Mangrove

Kegiatan sosialisasi peranan ekosistem mangrove sebagai pelindung sempadan pantai dilakukan di Balai Desa Tanjung Kelumpang Kecamatan Simpang Pesak. Selain Penyuluhan Teknis Penanaman dan Persemaian Mangrove dilakukan di SMA N 1 Simpang Pesak pada tanggal 02 Agustus 2016 pada pukul 10.00 – 12.00 WIB yang melibatkan siswa/i dan Guru SMA N 1 Simpang Pesak. Adapun Tema yang diambil pada sosialisasi ini yaitu “Cara Penanaman

dan Persemaian Mangrove yang Baik dan Benar”. Kegiatan ini bertujuan

untuk memberikan pemahaman, dan pengetahuan kepada siswa/i SMA N 1 Simpang Pesak bagaimana cara penanaman mangrove dan persemaian mangrove yang baik dan benar.

Kegiatan penanaman dan persemaian mangrove dilakukan di Pangkalan Aik Lanun Desa Tanjung Kelumpang, Kecamatan Simpang Pesak, Kabupaten Belitung Timur. Kegiatan penanaman ini melibatkan 20 siswa/i SD N 5 Simpang Pesak, 20 siswa/i SMP N 2 Simpang Pesak, 20 siswa/i SMA N 1 Simpang Pesak, 3 Perangkat Desa dan 4 Guru dari masing-masing sekolah.

(22)

Irma Akhrianti: Identifikasi Potensi Sumberdaya Mangrove Di Pesisir Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung...

Kegiatan sosialisasi lanjutan di Balai Desa Simpang Pesak dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2016 pukul 09.00 – 13.00 WIB. Kegiatan ini melibatkan 10 masyarakat Desa Batu Itam, 10 masyarakat Desa Tanjung Kelumpang, 10 masyarakat Desa Dukong dan 20 masyarakat Desa Simpang Pesak. Kegiatan sosialisasi ini diisi oleh pemateri yaitu Bapak Ruspandi dari RDC (Rainbow Diving

Club) dan Bapak Ruspandi dari

Komunitas Pencinta Laut. Kedua pemateri berasal dari Manggar kabupaten Belitung Timur. Adapun tema pada sosialisasi ini yaitu “ Peran, Manfaat dan Pengelolaan Mangrove untuk Masa yang Akan Datang” atau “Stop Merusak Mangrove Idang Anak Cucu Kelak”. Kegiatan ini mengajak masyarakat untuk tidak merusak mangrove yang sudah ada. Walaupun mangrove dapat di manfaatkan sebagai bahan untuk kayu bakar, kertas dan sebagainya, namun pemanfaatan tersebut dapat merusak ekosistem. Jadi pada kegiatan ini, memberitahukan kepada masyarakat manfaat dan cara pengelolaan yang baik dan tidak merusak ekosistem mangrove yang sudah ada. Sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat Kecamatan Simpang Pesak juga memberikan pelatihan bagaimana cara pemanfaatan mangrove secara ekonomis, dari pemanfaatan ekosistemnya, maupun struktur tubuhnya (akar, buah, daun, dan batang). Kegiatan Sosialisasi, dan Penyuluhan terkait Mangrove disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Sosialisasi, dan Penyuluhan terkait Potensi, Fungsi dan Peranan Mangrove

Pembangunan Sarana Penunjang Pada kajian identifikasi potensi sumberdaya mangrove di Kecamatan Simpang Pesak, pembangunan sarana penunjang dilakukan pada akhir kegiatan setelah diketahui potensi jenis mangrove dan respon masyarakat terhadap rencana kegiatan terkait pengembangan ekowisata. Hal ini bertujuan untuk menambah daya tarik pengunjung maupun masyarakat sekitar untuk lebih dulu mencintai daerahnya sendiri. Pembangunan sarana penunjang tersebut terdiri dari : 1. Pembangunan tugu eyes cathing Tugu eyes cathing yang dibuat diberi nama Tugu Laskar IKAM yang merupakan kepanjangan dari Laskar Ikatan Keluarga Mahasiswa. Tugu di desain menggunakan aplikasi

Sketchup (Gambar 2). Setelah desain

(23)

Irma Akhrianti: Identifikasi Potensi Sumberdaya Mangrove Di Pesisir Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung...

siap untuk dipilih sesuai dengan tema ekowisata pesisir yang diusung pada pengabdian KKN XI Kecamatan Simpang Pesak, Belitung Timur. Pembuatan tugu ini ditujukan untuk memperkuat keberadaan desa yang penuh akan potensi sumberdaya pesisir dan lautan yang belum tereksplorasi dan juga bisa menjadi daya tarik wisatawan. Tugu Laskar Ikam yang terdiri dari katatugu yaitu karya bangunan yang menjadi suatu ikon daerah, laskar yang berarti serdadu atau kelompok sedangkan Ikam berarti beliau atau orang yang lebih dewasa (bahasa Belitung) dan kepanjangan dari Ikatan Mahasiswa. Jika ditarik kesimpulan bisa berarti/bermakna serdadu ikatan mahasiswa yang memiliki visi dewasa dalam berkarya (pembangunan ekowisata berkelanjutan berbasis masyarakat).

Gambar 2. Desain Bangunan Tugu Laskar Ikam

Pembuatan Bak Sampah dan Plank Pantai Unik

Salah satu upaya menambah daya tarik wisatawan untuk mengunjungi tempa wisata diperlukan plang petunjuk arah, himbauan atau bisa juga sebagai background untuk berfoto. Pembuatan Bak sampah ditujukan untuk menjaga nilai-nilai kebersihan dan keindahan pantai dan pesisir agar pengunjung betah berlama-lama di kawasan wisata.

Gambar 4. Bak Sampah dan Plank Pantai di Kecamatan Simpang Pesak. 2. Penguatan dan Kemandirian

Ekonomi Masyarakat

Pembangunan sarana

penunjang tidak saja dilakukan secara fisik melainkan juga dilakukan dengan peningkatan keterampilan (skill) bagi ibu-ibu PKK maupun istri nelayan guna mempersiapkan SDM yang terampil menyongsong Kecamatan Simpang Pesak Menuju Kawasan Wisata Baru Belitung Timur. Keterampilan yang diberikan berupa pelatihan pengolahan hasil perikanan dan keterampilan umum pembuatan aneka kue hias (kue ulang tahun, aneka boulu & brownies).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari kegiatan pengabdian KKN XI di Kecamatan Simpang Pesak, dapat disimpulkan bahwa :

1. Ditemukan 13 Jenis mangrove di Kecamatan Simpang Pesak, dengan jumlah terbanyak ditemukan pada Desa Dukong. 2. Berdasarkan hasil identifikasi

potensi sumberdaya mangrove yang melibatkan masyarakat, dapat dikatakan Kecamatan Simpang Pesak berpotensi untuk dijadikan kawasan ekowisata

(24)

Irma Akhrianti: Identifikasi Potensi Sumberdaya Mangrove Di Pesisir Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung...

mangrove, hal ini tercermin dari tingginya minat masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan sosialisasi dan pelatihan

3. Tingginya minat dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan pengabdian KKN Tematik dalam rangka peningkatan keterampilan (skill) ibu-ibu PKK maupun istri-istri nelayan.

SARAN

Berdasarkan program

pengabdian yang sudah dilakukan diharapkan ada tindak lanjut dari pihak Pemerintah Desa maupun Pemerintah Kecamatan Simpang Pesak, agar program dapat direalisasikan dan berlanjut untuk tahap pengelolaan yang lebih baik dan terukur.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan

terimakasih kepada LPPM UBB yang telah mendanai Program Kerja KKN Tematik 2016 di Kecamatan Simpang Pesak. Ucapan Terimakasih ditujukan juga kepada Pemkab Belitung Timur, PemKec Simpang Pesak, Pemdes 4 Desa di Kecamatan Simpang Pesak, BPD se Kecamatan Simpang Pesak, dan Masyarakat sekitar khususnya siswa-siswi SD, SMP, dan SMA se-Kecamatan Simpang Pesak yang ikut berpartisipasi dalam menyukseskan kegiatan pengabdian KKN Tematik UBB XI ini.

DAFTAR PUSTAKA

BPS 2012. Kecamatan Simpang Pesak Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Belitung Timur. Bengen DG. 1999. Pedoman Teknis

Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya

Pesisir dan Laut. Institut Pertanian Bogor.

KepMen LH No. 201. 2004. Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. Deputi MENLH. Jakarta.

Kusmana, 1997. C. 1997. Metode Survei Vegetasi. PT. Penerbit. IPB Bogor.

Noor YR, Khazali, Suryadiputra IN. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetlands International. Bogor.

(25)

Endang Bidayani: IbM Desa Pedindang Dalam Upaya Implementasi Konsep Blue Economy: Pemanfaatan Limbah....

IbM DESA PEDINDANG DALAM UPAYA IMPLEMENTASI KONSEP BLUE ECONOMY: PEMANFAATAN LIMBAH IKAN UNTUK

PEMBUATAN PELOR (PELET ORGANIK)

SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO Endang Bidayani

ABSTRAK

Biaya pakan menjadi kendala tersendiri bagi pembudidaya ikan khususnya di Desa Pedindang

Kecamatan Pangkalan Baru

Kabupaten Bangka Tengah. Tujuan pengabdian kepada masyarakat untuk membantu pembudidaya mampu memenuhi kebutuhan pakan secara mandiri, melalui pemanfaatan limbah ikan dan sayur. Selain itu, membantu pembudidaya mengatur keuangan usaha agar lebih professional. Metode pengabdian kepada masyarakat adalah aplikasi pembuatan pelet organik (pelor), sekaligus analisis kelayakan usaha pembuatan pakan meliputi analisa laba/rugi, payback period (PP), Return of Investmen (ROI), dan R/C Ratio. Hasil pengabdian, pembudidaya ikan dapat mengaplikasikan teknologi pembuatan pelor sederhana. Hasil analisa kelayakan usaha memberikan dampak signifikan terhadap pendapatan pembudidaya ikan. Jika sebelum ada teknologi keuntungan pembudidaya ikan sebesar Rp 8.069.600,- per 7.000 ekor lele budidaya, maka setelah adanya teknologi, pendapatan pembudidaya

meningkat 23% menjadi Rp

9.962.189,5 per 7.000 ekor lele

budidaya selama periode

pemeliharaan 3 bulan. Aplikasi teknologi ini memiliki periode pengembalian investasi cukup pendek yaitu 0,4 tahun, nilai pengembalian investasi (ROI) sebesar 245,7%, dan R/C ratio sebesar 1,3 atau lebih dari 1 sehingga usaha pembuatan pakan ini layak dikembangkan. Pembudidaya

juga mampu mengelola keuangan secara lebih professional.

Kata Kunci : blue economy, pelet organik, pakan alternatif, budidaya ikan, bekas tambang

Pendahuluan

Biaya pembelian pakan ikan merupakan komponen biaya produksi budidaya yang menghabiskan dana sebesar 70% dari total biaya operasional usaha. Untuk mensiasati biaya pakan buatan pabrik yang semakin hari mahal harganya, maka pembudidaya ikan sudah seharusnya mencari alternatif pakan buatan yang lebih ekonomis.

Alternatif pembuatan pelet sendiri dari limbah ikan merupakan solusi untuk mengatasi kendala mahalnya pelet buatan pabrik. Pemanfaatan limbah ikan merupakan salah satu bentuk implementasi komponen zero

waste (tanpa limbah) dari konsep blue economy yang dikemukakan Gunter

Pauli (2010) dalam bukunya yang terkenal The Blue Economy: 10 Years,

100 Innovations, 100 Million Jobs.

Beberapa keuntungan penggunaan pelet organik antara lain pertumbuhan lele seragam dan masa panen lebih singkat, serta biaya produksi lebih murah. Keuntungan pelet antara lain: 1) Meningkatkan selera makan ikan;

2) Tahan lama; 3) dapat

mengefisienkan formula pakan, karena setiap butiran pelet mengandung nutrisi yang sama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pelor adalah: 1)

(26)

Endang Bidayani: IbM Desa Pedindang Dalam Upaya Implementasi Konsep Blue Economy: Pemanfaatan Limbah....

Pelet yang baik memiliki tingkat kekerasan yang sedang, tidak boleh terlalu keras atau terlalu lunak; 2) Pelet yang baik tidak mudah pecah, tidak retak – retak, dan tidak berdebu; dan 3) Pelet yang baik mempunyai ukuran yang seragam, bentuk nampak baik dan kompak, serat tidak ditumbuhi jamur (Nuridin, 2015).

Kegiatan IbM di Desa Pedindang melibatkan pembudidaya ikan Bapak Iwan dari Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan Karya Mandiri) dan Bapak M Akil dari Pokdakan Pedindang Jaya di Desa Pedindang. dalam proses produksi pakan dan pelatihan manajemen usaha. Dalam kegiatan ini masing-masing pembudidaya mendapatkan bahan baku dan seperangkat peralatan pembuatan pelet organik (pelor) untuk produksi skala rumah tangga. Selain itu, kedua pembudidaya ikan juga mendapat pembimbingan manajemen usaha. Hal ini dikarenakan pengelolaan usaha yang dijalankan tersebut masih bersifat usaha keluarga, sehingga diperlukan pembimbingan untuk manajemen usaha yang lebih baik.

Permasalahan yang dihadapi mitra saat ini adalah: 1) Belum adanya keterampilan pembudidaya untuk membuat pelet sendiri guna mensiasati mahalnya harga pelet buatan pabri; dan 2) Manajemen usaha masih bersifat usaha keluarga, dan belum dikelola dengan baik.

Luaran yang dihasilkan dari kegiatan produksi adalah:

1) Peningkatan kuantitas dan kualitas hasil panen. Pembudidaya ikan dapat memproduksi sendiri pelet ikan guna meningkatkan kualitas dan kuantitas ikan lele hasil budidaya. Kualitas pelet yang dihasilkan disesuaikan dengan standar pelet yang baik sebagai pakan lele, diantaranya: 1) Pelet

memiliki tingkat kekerasan sedang, tidak mudah hancur, dan bentuknya seragam; dan 2) Nutrisi yang terkandung dalam setiap butir pelet memunuhi standar pakan lele, yakni mengandung protein tinggi lebih dari 35% berat pakan, lemak 4-5% berat pakan dan karbohidrat 4-6% berat pakan. 2) Peningkatan pemahaman dan

keterampilan mitra dalam membuat pelor.

3) Peningkatan omzet mitra, karena biaya pembelian pakan dapat diminimalisir.

Solusi kedua untuk mengatasi kendala manajemen usaha yang masih bersifat usaha keluarga adalah dengan pelatihan dan pembimbingan manajemen usaha sederhana. Manajemen diperlukan untuk keberlangsungan usaha. Luaran yang diharapkan pada kegiatan manajemen usaha adalah peningkatan pemahaman dan keterampilan mitra. Pembudidaya ikan dapat menjalankan manajemen usaha sederhana meliputi: 1) Manajemen keuangan. Pengelolaan

keuangan usaha diupayakan

dipisahkan dengan keuangan rumah tangga. Pelatihan yang diberikan diantaranya: a) Pengelompokan pemasukan dan pengeluaran, biaya tetap dan biaya tidak tetap dalam produksi; dan b) Analisa usaha meliputi, analisa rugi laba, break event point (BEP), Return of Investment (ROI), Revenue Cost Ratio (R/C ratio), dan Payback Period (PP); 2) Manajemen stok, diperlukan untuk mengatur waktu panen, pemberian pakan dan obat bila diperlukan; 3) Manajemen pemasaran, untuk mengatur penjualan hasil panen meliputi, mengkaji permintaan ikan oleh pasar dan harga ikan; dan 4) Manajemen produksi, meliputi pengaturan masa tebar benih dan

(27)

Endang Bidayani: IbM Desa Pedindang Dalam Upaya Implementasi Konsep Blue Economy: Pemanfaatan Limbah....

pemberian pakan, serta obat bila diperlukan.

Metodologi Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan kegiatan akan difokuskan pada dua bidang, yakni memberikan keterampilan pembuatan pelor dan manajemen usaha. Metode pengabdian kepada masyarakat adalah aplikasi pembuatan pelet organik (pelor), sekaligus analisis kelayakan usaha pembuatan pakan meliputi analisa laba/rugi, payback period (PP), Return of Investmen (ROI), dan R/C Ratio. Pembahasan

Tahapan pertama dalam kegiatan pengabdian adalah membuat pelor. Cara pembuatan pelor sebagai berikut: 1) Limbah ikan digiling dengan penggiling daging, dan setelah berbentuk pasta dikukus. Pengukusan bertujuan untuk membunuh bakteri pathogen; 2) Campurkan semua bahan sampai merata dan dalam keadaan mamel; 3) Adonan selanjutnya dicetak dan dijemur sampai kering. Bila cuaca hujan, maka dapat digunakan oven; dan 4) Pelor dikemas dalam karung dan diletakkan di ruangan yang sudah dialasi papan agar tidak lembab. Gambar pembuatan pelor tersaji pada Gambar 1-4 berikut.

Gambar (1) Persiapan bahan dan alat; (2) Penjelasan urutan kegiatan; (3) Pencetakan pelor ; dan (4) Bahan siap dicetak

(Sumber: dokumentasi, 2016)

Tahapan pelaksanaan kegiatan manajemen usaha sederhana dalam kegiatan ini meliputi: Manajemen

keuangan, diantaranya: a)

Pengelompokan biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah berdasarkan tingkat produksi, yang terdiri dari biaya penyusutan peralatan produksi pelor seperti penggiling daging, ember, dan terpal. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah berdasarkan tingkat produksi, meliputi bahan baku pelor dan bensin.

Manajemen stok, diperlukan untuk mengatur waktu panen, pemberian pakan dan obat bila diperlukan. Pengaturan waktu panen diperlukan agar harga produk tetap stabil. Pengaturan pemberian pakan bertujuan untuk mengatur pola makan ikan, sehingga pakan tidak terbuang. Pemberian pakan tiga kali sehari secara adlibitum atau secukupnya.

Manajemen pemasaran, untuk mengatur penjualan hasil panen meliputi, mengkaji permintaan ikan oleh pasar dan harga ikan. Pemasaran dilakukan dengan cara pembeli datang ke lokasi budidaya ikan.

1 2

(28)

Endang Bidayani: IbM Desa Pedindang Dalam Upaya Implementasi Konsep Blue Economy: Pemanfaatan Limbah....

Manajemen produksi, meliputi pengaturan masa tebar benih dan pemberian pakan, serta obat bila diperlukan. Benih yang ditebar berukuran 6-7 cm. Sistem penebaran benih dilakukan secara tidak serentak, tetapi diatur bergiliran, sehingga pembudidaya dapat mengatur pendapatan per bulan dan kestabilan harga jual.

Biaya dalam penelitian ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya penyusutan alat. Biaya tetap sebesar Rp 20.910,5,-(Tabel 1)

Tabel 1. Biaya Tetap

Material Kuantitas Satuan (Rp)Harga

Harga Peralatan Penunjang (Rp) Umur (th) Penyusutan Tahun I (Rp/bln) Mesin penghanc ur bahan baku ikan 1 buah 2.700.000 2.700.000 1 11.250

Plat seng 1 lembar 200.000 200.000 1 3.300 Rangka baja 1 paket 1.000.000 1.000.000 1 4.166 Ember Plastik 3 buah 20.000 60.000 1 1.000 Parang 1 buah 35.000 35.000 1 194,5 Seser atau serokan 3 buah 20.000 60.000 1 1.000 Total 20.910,5

Biaya tidak tetap terdiri dari biaya pembelian bahan baku pelet yang terdiri dari ikan rucah, dedak, sayur dan sagu (Tabel 2).

Tabel 2. Biaya Tidak Tetap

Material Kuantitas Harga Satuan(Rp) Jumlah(Rp) Ikan rucah 63 kg 4.000 252.000 Dedak 84kg 5.500 462.000 Sayur 31,5kg 500 15.750 Sagu 31,5kg 7.000 220.500 bensin 15L 7.300 109.500 Total 1.059.750

Penggunaan pakan pabrik dibedakan dalam tiga tahap, yaitu: Tahap 1 untuk ikan yang baru tebar sampai dengan berumur 2 minggu menggunakan pelet PF 800, tahap 2 untuk benih umur 2

minggu sampai dengan 1 bulan, dan tahap 3 benih umur 1 bulan hingga panen berumur 3 bulan. Secara rinci perbandingan biaya pelet pabrik dan pelet buatan sendiri untuk 1.000 ekor lele budidaya pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan pelet buatan sendiri dan pelet pabrik

Pelet pabrik (Rp) Pelet buatan sendiri (Rp)

126.000 46.840

151.200 61.120

1.069.500 950.250

1.347.200 1.058.210

Sumber: Data diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 3, biaya pelet pabrik per 1.000 ekor lele budidaya sebesar Rp 1.347.200,00. Dalam kasus ini jumlah lele yang dipelihara sebanyak 7.000 ekor, sehingga total biaya pembelian pakan pabrik sebesar Rp 9.430.000,00. Sedangkan biaya pelet buatan sendiri sebesar Rp 7.610.524,00. Biaya tersebut merupakan biaya pembuatan pakan untuk 7.000 ekor lele budidaya dan biaya penyusutan alat.

Total penerimaan dari usaha

budidaya lele sebesar Rp

17.500.000,00. Penerimaan tersebut diperoleh dari jumlah produksi sebesar 700 kg lele denga harga jual Rp 25.000,00. Pendapatan dari usaha budidaya menggunakan pakan pabrik sebesar Rp 8.069.600,00, sedangkan pendapatan dari penggunaan pakan buatan sebesar Rp 9.962.189,5. Terdapat selisih pendapatan sebesar Rp 1.892.589,00 atau sebesar 23%. Berdasarkan hasil perhitungan nilai ekonomi, sebelum ada teknologi keuntungan pembudidaya ikan sebesar Rp 8.069.600,- per 7.000 ekor lele

(29)

Endang Bidayani: IbM Desa Pedindang Dalam Upaya Implementasi Konsep Blue Economy: Pemanfaatan Limbah....

budidaya, maka setelah adanya teknologi, pendapatan pembudidaya

meningkat 23% menjadi Rp

9.962.189,5 per 7.000 ekor lele

budidaya selama periode

pemeliharaan 3 bulan.

Aplikasi teknologi ini memiliki periode pengembalian investasi (PP) cukup pendek yaitu 0,4 tahun, nilai pengembalian investasi (ROI) sebesar 245,7%, dan R/C ratio sebesar 1,3 atau lebih dari 1 sehingga menguntungkan bila pembudidaya membuat pakan sendiri.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembudidaya ikan layak mengembangkan usaha pembuatan pakan buatan sendiri. pendapatan pembudidaya meningkat 23%, periode pengembalian investasi cukup pendek yaitu 0,4 tahun, nilai pengembalian investasi (ROI) sebesar 245,7%, dan R/C ratio sebesar 1,3 atau lebih dari 1. Ucapan Terima Kasih

Terima kasih Penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Iwan dan M Akil Ketua Pokdakan di Desa Pedindang Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah atas ijin

tempat pengabdian ini

dilaksanakan.

2. M A Hari Fitriyanto, S.St.Pi sebagai tim teknis di lapangan. 3. LPPM UBB atas pendanaan untuk

kegiatan ini Daftar Pustaka

Nuridin. 2015. Pembuatan dan Keuntungan Pembuatan Lele

Apung Oganik.

stockisthcs1.blogspot.com › Cara Buat Pakan

Gambar

Gambar  1:  a)  Penyuluhan  Budidaya dan  penanganan  pasca  panen lada ramah  lingkungan,  b)  Demonstrasi plot  bak  perendaman  lada,  c) Pemilihan bibit berkualitas dan bebas penyakit,  d) Kebun  percontohan  lada di Desa Serdang.
Gambar  3  berikut  menunjukkan dokumentasi  selama  kegiatan berlangsung.
Gambar 1. a) Limbah Rajungan, b) Hasil Pakan Ikan dari Limbah Rajungan Budidaya  Ikan  Lele  menggunakan
Tabel 1. Komposisi Jenis mangrove yang ditemukan di pesisir Kecamatan Simpang Pesak, Beltim
+7

Referensi

Dokumen terkait

metode yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan (asosiasi atau korelasi) antara 2 variabel yang keduanya bertipe data nominal (kategorik)..

Sumur Resapan (infiltration Well) adalah sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan/aliran permukaan agar dapat meresap ke

Peningkatan PDRB diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang merupakan kondisi yang diperlukan ( necessary condition ) bagi peningkatan kesejahteraan

Jawaban untuk menjawab kenapa dibangunnya SIMP3 adalah Bisnis Proses di Direktorat Penyiaran sangatlah beragam, kompleks dan unik juga bersinggungan dengan banyak sisi seperti

Ekspektasi masyarakat (dari sisi konsumen) terhadap perekonomian Banten triwulan mendatang semakin membaik sehingga diharapkan tingkat konsumsi pada.. triwulan mendatang tetap

Setelah melihat berbagai kondisi yang ada melalui prasurvey maupun wawancara terhadap instansi dinas, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai analisis produksi dan

Penambahan glutathione pada medium maturasi ataupun medium kultur dengan konsentrasi yang tepat untuk melindungi embrio dari serangan radikal bebas yang mungkin terjadi saat gamet

Berbeda dengan membangun kernel yang akan digunakan pada media hardisk, Kernel yang akan dibangun pada media floppy harus benar-benar dikustomasi sehingga ukurannya dapat