HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR KB
DENGAN MINAT PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI
INTRA UTERINEDEVICE (IUD) DI BPM NY. I
CILEUNGSI TAHUN 2018
Ida Nuraida, S.ST,. M. Kes Akademi Kebidanan Annisa Jaya
Jl. Kranggan No. 30 Desa Puspasari Citeureup-Bogor
ABSTRAK
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub-Suhara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. berdasarkan prasurvey di BPM Ny. I Cileungsi pemakaian Kontrasepsi suntik lebih diminati dari pada pemakaian Kontrasepsi IUD. Dari populasi 40 orang, penulis mengambil sampel 10 akseptor KB yang tidak mengetahui Alat Kontrasepsi IUD sebanyak 6 orang (40%) dan yang mengetahui sebanyak 4 orang (26,6%). Untuk Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Dengan Minat Pemakaian Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan survey, dan akseptor KB sebagai responden yang berjumlah 40 responden dengan alat yang digunakan adalah kuisioner. Kuisioner kemudian diisi oleh responden. Data yang sudah diperoleh kemudian dimasukkan kedalam aplikasi statistik untuk pengujian statistik. Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi IUD dengan minat pemakaian kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di BPM Ny. I Cileungsi responden yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar mempunyai minat sedang 20 responden (50,0%), dari responden yang memiliki pengetahuan kurang dan minat nya rendah yaitu 7 responden (17,5%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik hanya 1 (2,5%) yang memiliki minat tinggi. Tidak ada Hubungan tingkat pengetahuan Akseptor KB dengan minat pemakaian alat kontrasepsi Intra uterine Device (IUD).
ABSTRACT
According to the world Health Organization (WHO) (2014) knowledge is increasing in many parts of the world, especially in Asia and Latin America and lowest in Sub-Suhara Afrila. Globally, the user of modern contraceptives has risen insignificantly in 1990 to 7.4 % by 2014.Based on prasurvey in BPM Ny. I Cileungsi of injectable contraception is more desirable than IUD contraception use. From population 40 people, writer take 10 KB acceptor sample who do not know about IUD conraception counted 6 people (40%) and who know as many as 4 people (26,6%). To know the relation of knowledge level of KB acceptor with interest of IUD contraception usage.
The type of research used is analytical reseacrh with survey approach, and acceptor KB as respondents amounting to 40 respondents with the tool used is quesioner then filled by the respondent. The data already obtained is then entered into the statistical application for statistical testing. Knowledge level of family planning acceptors on IUD contraception with interest in contraceptive use intra uterine device (IUD) in BPM Ny. I Cileungsi respondents who have less knowledge mostly have moderate interest 20 respondents (50,0%), and respondents who have low knowledge and low interest is 7 respondents (17,5%), while the respondent who has good knowledge only, 1 (2,5%) who have high interest. There is on relation between knowledge of family planning acceptors with interest in using intra uterine device (IUD). Keywords knowledge, KB acceptor, and interests.
Keywords :
Knowledge, KB Acceptors, and interests
PENDAHULUAN
Menurut World Health
Organization (WHO) (2014)
penggunaan kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub-Suhara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin dan Karibia naik sedikit dari66,7% menjadi 67,0%. Diperkirakan 225 juta perempuan di negara-negara berkembangan ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut: terbatas pilihan metode kontrasepsi dan
pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi (WHO, 2014).
Sebagian besar metode kontrasepsi, AKDR juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode kontrasepsi AKDR yaitu: dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, sangat efektif (0,8% kehamilan per 100 perempuan dalam tahun pertama) segera setelah pemasangan,reversibel, berjangka panjang(dapat sampai 10 tahun tidak perlu ganti), dan meningkatkan hubungan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil (Mulyani dan Rinawati, 2013). Dengan AKDR CuT-380A, tidak ada efek samping hormonal serta tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI. Selain itu AKDR dapat dipasang segera setelah abortus bila tidak ada infeksi sehingga dapat membantu mencegah kehamilan ektopik. Keuntungan lainnya yaitu AKDR dapat digunakan sampai
menopause, 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir (Pinem, 2009).
Hasil prevalensi KB di Indonesia berdasarkan Survei Pemantauan Pasangan Usia Subur tahun 2013 mencapai angka 65,4% dengan metode KB yang didominasi oleh peserta KB suntikan (36%), pil KB (15,1%), Implant (5,2%), IUD (4,7%),dan MOW (2,2%). Hasil tersebut sedikit menurun jika dibandingkan dengan hasil survei tahun 2009-2011 prevalensi KB cenderung tetap pada kisaran angka 67,5% (BKKBN, 2013). Secara nasional sampai bulan Juli 2014 sebanyak 4.309.830 peserta KB bau didominasi oleh peserta Non MKJP yaitu sebesar 69,99%, sedangkan untuk peserta MKJP hanya sebesar 30,01% (BKKBN, 2014). Sejalan dengan hasil Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan bahwa pada tahun 2013 wanita usia 15-49 tahun dengan status kawin sebesar 59,3% PUSmenggunakan KB modern (Implan, MOW, MOP, IUD, Kondom, Suntik dan pil), dan 0,4% menggunakan KB tradisional (MAL, Kalender dan Senggama terputus). Selain itu sebanyak 24,7% PUS pernah melakukan KB dan 15,5 tidakmelakukan KB. Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB baru ialah suntik sebanyak 48,56% (Kemeskes RI, 2014).
Hasil penelitian (Nuryati dan Fitria, 2014), tentang pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap pemilihan alat kontrasepsi pada akseptor KB baru di Kabupaten Bogor dengan hasil penelitian diketahui faktor internal (umur, pendidikan, status bekerja, jumlah anak dan tujuan menggunakan alat kontrasepsi) tidak mempengaruhi dalam pemilihan alat 4kontrasepsi baik MKJP maupun Non MKJP dengan nilai p=>0,05, sedangkan faktor eksternal (dukungan suami) mempengaruhi pemilihan alat
kontrasepsi baik MKJP maupun Non MKJP dengan nilai p=<0,05.
Berdasarkan Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 06 Mei 2018 dari 10 akseptor KB yang tidak mengetahui Alat Kontrasepsi IUD sebanyak 6 orang (40%) dan yang mengetahui sebanyak 4 orang (26,6%). METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional.
Penelitian dilakukan di BPM Ny. I Cileungsi Kab. Bogor.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB yang sedang mengikuti program berencana, yaitu sebanyak 40responden. Pengambilan sampel dengan teknik pengambilan sample secara total sampling.
Teknik pengumpulan data menggunakan data primer.Data primer penelitian ini adalah data yang diperoleh dari ibu memiliki balita yang masuk pada sampel penelitian melalui kuesioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Pengetahuan f % Kurang 1 2,5 Cukup 6 15,0 Baik 33 82,5 Total 40 100Pada tabel 1 bahwa responden sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 1 responden (2,5%), sedangkan yang cukup yaitu sebanyak 6 responden (15,0%), dan sebagian responden
berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 33 responden (82,5%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi
Pendidikan
Pendidikan f %
Rendah 11 27,5
Tinggi 29 72,5
Total 40 100
Pada tabel 2 bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan rendah yaitu sebanyak 11 responden (27,5%), dean yang memiliki pendidikan tinggi yaitu sebanyak 29 responden (72,5%).
Tabel 3Distribusi Frekuensi Minat
Minat f % Tinggi 10 21 25 15 Sedang Rendah 9 82,5 Total 40 100
Pada tabel 3bahwa Pada tabel 2 bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan rendah yaitu sebanyak 11 responden (27,5%), dean yang memiliki pendidikan tinggi yaitu sebanyak 29 responden (72,5%).
Tabel 4Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pendidikan
Pengetahuan
Pendidikan Total Pvalue
Rendah Tinggi f % f % f % Baik 0 0,0 1 100 1 100 0.078 Cukup 9 33,3 4 66,7 6 100 Kurang 11 27,3 24 72,7 33 100 Total 17 27,5 29 72,5 40 100
Tabel 5Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Minat Pemakaian Alat
Kontrasepsi
Intra Uterine Device
(IUD)
Pengetahuan
Minat Total Pvalue
Tinggi Rendah Rendah
f % f % f % f %
Baik 1 2,5 0 0 0 0 1 100 0.119
Cukup 3 7,5 1 2,5 2 5,0 6 100 Kurang 6 15,0 20 50,0 7 17,5 33 100
Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa dari 40 responden terdapat sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 1 responden (2,5%), sedangkan pengetahuan yangcukup yaitu sebanyak 6 responden (15,0%), dan sebagian pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 33 responden (82,5%).
Hasil penelitian Woro Tri Utami(2011) adalah sebagian besar responden berpengetahuan kurang sebanyak 177 orang (88,5%) dan tidak menggunakan KB IUD.
Dari hasil penelitian penulis yang dilakukan dapat diketahui bahwa masih banyak Akseptor KB dengan pengetahuan kurang karena sumber informasi yang diperoleh masih kurang dan kurangnya pengetahuan, sebagian besar responden adalah IRT yang aktivitasnya hanya dirumah dan kurangnya minat membaca. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Pengetahuan adalah segala sesuatu dengan hal yang diajarkan. Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pendidikan, media masa/sumber informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, dan pengalaman.
Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa dari 40 responden terdapat sebagian besar responden memiliki pendidikan rendah yaitu sebanyak 28 responden (70,0%), dean yang memiliki pendidikan tinggi yaitu sebanyak 12 responden (30,0%).
Hasil penelitian Pitriani (2015) tingkat pendidikan rendah beresiko 23 kali tidak menggunakan IUD dari pada yang berpendidikan tinggi. Hasil penelitian ini
sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Arikunto (2002), bahwa tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dan taraf pendidikan yang rendah selalu bergandengan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas, makin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi tingkat pemahaman seseorang terhadap informasi yang didapat dan pengetahuan akan semakin tinggi.
Dari hasil penelitian penulis dapat diketahui bahwa sebagian besar Akseptor KB memilki pendidikan rendah, tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap keinginan individu. oleh karena itu kurangnya informasi tentang IUD dan kurangnya membaca. Hal ini tidak sesuai menurut (Notoatmodjo, 2007) pendidikan merupakan suatu proses menolong dan memajukkan pertumbuhan serta perkembangan seseorang individu dengan aspek jasmani, akal, emosional, seni dan moral. Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi dapat mempengaruhi keinginan individu dan pasangan untuk menentukan jumlah anak. Minat
Berdasarkan hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa dari 40 responden terdapat sebagian besar responden memiliki tingkat minat yang tinggi yaitu sebanyak 10 responden (25,0%), sedangkan minat yang sedang yaitu sebanyak 21 responden (15,0%), dan sebagian minat yang lemah/rendah yaitu sebanyak 9 responden (82,5%).
Hasil penelitian Noviana (2015) yang menunjukkan bahwa penyuluhan telah berhasil meningkatkan minat wanita usia di atas 35 tahun dalam menggunakan kontrasepsi penyuluhan. Namun berdasarkan hasil penelitian masih terdapat 1 (2,9%) orang yang memiliki sikap kurang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
tidak terpenuhinya faktor yang membentuk keberhasilan penyuluhan yang disebutkan diatas. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk meningkatkan responden yang memiliki minat kurang dalam menggunakan kontrasepsi IUD, sehingga dapat menekan angka peledakan penduduk serta kesehatan resproduksi ibu di masa akan datang.
Menurut Hurlock (2011 : 116-118), ada dua aspek yang mempengaruhi minat yaitu aspek kognitif dan aspek efektif. Dari hasil penelitian penulis yang dilakukan dapat diketahui bahwa sebagian besar Akseptor KB memiliki minat sedang karena responden tidak familiar dengan KB IUD serta tingginya kekhawatiran responden terhadap menda asing yang di masukan kedalam rahimnya sehingga beralih pada metode KB yang lain. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Minat lebih tetap (persisten) karena minat memuaskan kebutuhan yang penting dalam kehidupan seseorang. Semakin kuat kebutuhan ini, semakin kuat dan bertahan pada minat tersebut, semakin sering minat di ekspresikan dalam kegiatan, semakin kuatlah minat tersebut. Minat akan padam apabila tidak disalurkan (Hurlock, 2011 : 114).
Hubungan
Pengetahuan
dengan
Minat
Berdasarkan hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa dari 40 responden, dijelaskan bahwa
responden
dengan pengetahuan kurang sebagian
besar mempunyai minat sedang 20
responden (50,0%), dari responden
yang memiliki pengetahuan kurang dan
minat nya rendah yaitu 7 responden
(17,5%), sedangkan serponden yang memiliki pengetahuan baik hanya 1 (2,5%) yang memiliki minat tinggi.
Di dapatkan hasil P – Value = 0,119 dapat disimpulkan bahwa nilai P – Value = 0,119 < 0,05 yang dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan minat.
Hasil penelitian Etik Trisnowati (2016) menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi IUD kategori cukup baik yaitu 53,2%. Jadi pengetahuan tentang kontrasepsi IUD secara umum bolehdikatakan cukup baiknamun masih terdapat responden yang memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi IUD kurang.
Dari hasil Peneliti penulis menyimpulkan bahwa dari hasil penelitian tersebut dapat terlihat bahwa tidak adanya hubungan pengetahuan terhadap minat seseorang karena seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi IUD akan mempunyai cukup informasi tentang alat tersebut, sehingga seseorang tersebut berminat untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD. Sedangkan pengetahuan di pengaruhi oleh banyak atau sedikitnya informasi yang sudah didapatkan oleh seseorang tersebut. Dengan tidak ada ataupun kurangnya informasi tentang alat kontrasepsi IUD yang di dapatkan oleh akseptor maka ia tidak akan memiliki pengetahuan yang dapat membuatnya menjadi berminat menggunakan alat kontrasepsi IUD, sehingga tidak dapat menimbulkan minat dalam dirinya utuk menggunakan alat kontrasepsi IUD.Namun responden yang memiliki pengetahuan yang kurang bisa saja ia mendapatkan informasi tentang alat kontrasepsi IUD dari berbagai sumber sehingga ia menjadi tau tentang alat kontrasepsi IUD dan berminat untuk menggunakan alat kontrasepsi tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan teori
bahwaPengetahuan adalah segala sesuatu dengan hal yang diajarkan. Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pendidikan, media masa/sumber informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, dan pengalaman dan Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Minat lebih tetap (persisten) karena minat memuaskan kebutuhan yang penting dalam kehidupan seseorang. Semakin kuat kebutuhan ini, semakin kuat dan bertahan pada minat tersebut, semakin sering minat di ekspresikan dalam kegiatan, semakin kuatlah minat tersebut. Minat akan padam apabila tidak disalurkan (Hurlock, 2011 : 114).
Hubungan
Pengetahuan
dengan
Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa 40 responden mempunyai pendidikan tinggi yaitu 2 responden (5%), dari responden yang memiliki pengetahuan cukup dan berpendidikan rendah yaitu 9 responden (22,5%), sedangkan serponden yang memiliki pengetahuan kurang 9 responden (22,5%) yang memiliki pendidikan tinggi.
Di dapatkan hasil P – Value = 0,641 dapat disimpulkan bahwa nilai P – Value = 0,641 < 0,05 yang dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pendidikan.
Hasil penelitian Lia Anggraeni (2013) berdasarkan pendidikan akseptor KB yang berkunjung ke puskesmas kuta alam banda aceh menunjukkan bahwa baik akseptor yang berpendidikan dasar sebanyak 81,82 % maupun yang berpendidikan tinggi dan mencegah sebanyak 77,27% sama-sama tidak memakaikontrasepsi IUD. Serta
berpendidikan tinggi dan mencegah cenderung tidak memakai IUD.
Dari hasil Peneliti penulis menyimpulkan bahwa dari hasil penelitian tersebut dapat terlihat bahwa tidak adanya hubungan pengetahuan terhadap pendidikan seseorang karena seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi IUD akan mempunyai cukup informasi tentang alat tersebut, sedangkan pengetahuan di pengaruhi oleh banyak atau sedikitnya informasi yang sudah didapatkan oleh seseorang tersebut. Dengan tidak ada ataupun kurangnya informasi tentang alat kontrasepsi IUD yang di dapatkan oleh akseptor maka ia tidak akan memiliki pengetahuan yang dapat membuatnya menjadi menggunakan alat kontrasepsi IUD. Namun responden yang memiliki pengetahuan yang kurang bisa saja ia mendapatkan informasi tentang alat kontrasepsi IUD dari berbagai sumber sehingga ia menjadi tau tentang alat kontrasepsi IUD. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa Pengetahuan adalah segala sesuatu dengan hal yangdiajarkan. Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pendidikan, media masa/sumber informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, dan pengalaman. Pendidikan mempengaruhi pengetahuan karena pendidikan adalah suatu usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (Notoatmodjo dalam putri, 2010)
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengacu pada tujuan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan Akseptor KB tentang Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device(IUD) di BPM Ny. I Cileungsi Tahun 2018, yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 1 responden (2,5%), dan sebagian responden berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 33 responden (82,5%).
2.
Distribusi Frekuensi Minat pemakaianAlat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di BPM Ny. I Cileungsi Tahun 2018, yang memiliki tingkat minatsedangkan yang sedang yaitu sebanyak 21 responden (15,0%), dan sebagian responden berminat lemah/rendah yaitu sebanyak 9 responden (82,5%)
3.
Distribusi Frekuensi pendidikan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di BPM Ny. I Cileungsi Tahun 2018, yang memiliki pendidikan rendah yaitu sebanyak 11 responden (27,5%), dean yang memiliki pendidikan tinggi yaitu sebanyak 29 responden (72,5%).4.
Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Dengan Minat Pemakaian Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di BPM Ny. I Cileungsi Tahun 2018 yang di dapatkan hasil nilai P – Value = 0,119 dapat disimpilkan bahwa nilai P – Value = 0,119 < 0,05 yang dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan minat.5.
Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Dengan pendidikan Di BPM Ny. ICileungsi Tahun 2018 yang di dapatkan hasil P – Value = 0,786 dapat disimpulkan bahwa nilai P – Value = 0,786 < 0,05 yang dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pendidikan.
Disarankan untuk institusi agar menambahkan referensi khususnya tentang kontrsepsi intra uterine device (IUD) agar mahasiswa lebih mudah menambah banyak referensi. Menyarankan yang berKB untuk menambahwawasan tentang kontrasepsi intra uterine device (IUD) dengan cara membaca buku atau mencari sumber informasi. Saran untuk peneliti lebih banyak menambah wawasan dan referensi tentang pengetahuan kontrasepsi intra uterine (IUD).
DAFTAR PUSTAKA
Ida Ayu Chandranita manuaba, 2010 Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Maria Ulfah Kurnia Dewi, 2013 Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga Berencana Mulyani dan Rinawati, 2013 Keluarga
Berencana dan Alat Kontrasepsi
Notoatmodjo, 2015 Metode Penelitian Kesehatan
Purwanto, 2012 Metodologi penelitian Kuantitatif
Sarwono Prawirohardjo, 2014 Ilmu Kebidanan Sri Handayani, 2011 Buku Ajar Pelayanan KB
Keluarga Berencana
Suharsimi Arikunto, 2013 Prosedur Penelitian Sulistyawati Ari, 2011 Pelayanan Keluarga
Berencana
Wawan dan Dewi, 2011 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia