BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tujuan di bentuknya Negara Republik Indonesia dalam pembukaan UU
1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
social. Untuk mencapai tujuan Negara tersebut di susunlah pemerintahan secara
bertingkat mulai dari pusat sampai ke daerah. Hal ini sejalan dengan isi Pasal 18
UU Dasar 1945 menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
atas daerah-daerah Provinsi dan daerah Provinsi itu dibagi atas Kabupaten dan
Kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembatuan.
Dalam rangka mewujudkan tujuan negara sebagaimana yang diamanatkan
dalam pembukaan UU Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur, maka disusunlah Pemerintahan Indonesia
sebagai Negara Kesatuan yang mempunyai 2 bentuk pemerintahan yaitu
pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Dalam pasal 18 disebutkan wilayah
Indonesia di bagi atas wilayah provinsi dan provinsi dibagi kedalam Kabupaten
atau Kota.
Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.Tugas-tugaspokok tersebut
dapat diringkas menjadi 3 (tiga) fungsi hakiki yaitu:pelayanan (service),
pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan(development). Pelayanan akan
membuahkan keadilan dalam masyarakat,pemberdayaan akan mendorong
kemandirian masyarakat, dan pembangunanakan menciptakan kemakmuran dalam
masyarakat.
Pelaksanaan otonomi daerah sebagai konsekuaensi dilaksanakannya asas
desentralisasi memang telah banyak memberikan angin segar, terutama terhadap
daerah. Dengan dijalankan sistem desentralisasi ini berarti daerah diberikan
kewenangan yang luas untuk mengatur rumah tangganya secara otonom. Pada
hakikatnya tujuan dari keberadaan otonomi daerah ini adalah untuk memberi
peluang pada daerah untuk mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan
baik urusan wajib maupun urusan pilihan.
Pemerintahan Daerah sebagai penyeolenggara urusan pemerintahan, pada
hakekatnya “urusan pemerintahan” berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah telah diatur dan dinyatakan dengan
jelas, terdiri dari;
1. Urusan Absolut.
urusan Absolut ini merupakan urusan yang menjadi kewenangan multak
dari pemerintah pusat, dan tidak didistribusikan kepada daerah, hal ini
dikarenakan urusan absolut tersebut merupakan urusan yang sangat prinsip dan
mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga perlu di atur dan
urusan absolut di Indonesia. Urusan absolut terdiri dari 6 urusan, yakni; urusan
politik luar negeri, agama, yustisi, moneter dan fiskal nasional, pertahanan dan
keamanan. (lihat pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014)
Pelaksanaan urusan absolut di daerah dilaksanakan melalui asas dekonsentrai dan
asas tugas pembantuan.Dalam penyelenggaraan urusan absolut pemerintah pusat
melaksanakan sendiri atau melimpahkan kewenanngan kepada instansi vertikal
atau kepada Gubenur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah berdasarkan asas
dekonsentrasi.
2. Urusan Konkuren
Urusan konkuren merupakan urusan yang diserahkan oleh pemerintah
pusat kepada daerah melalui asas otonomi daerah dan.dilaksanakan dengan
prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.Urusan konkuren ini disebut juga dengan urusan bersama
(sebelumnya disebut dengan urusan otonomi daerah) sehingga ada sub urusan
yang menjadi kewenangan pemerintahan pusat, ada sub urusan yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah provinsi dan sub urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota.
Urusan konkuren (bersama) terdiri dari urusan pemerintahan wajib dan
urusan pemerintahan pilihan, dan urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan
pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan
yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar (non pelayanan dasar) seperti yang
diatur pada pasal 11 undang-undang nomor 23 Tahun 2014, dengan rincian 24
urusan pemerintahan konkuren sebanyak 32 urusan. Selanjutnya dari 24 urusan
pemerintahan wajib ada 6 urusan dengan pelayanan dasar, dan 18 urusan non
pelayanan dasar. Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara pemerintah
pusat dan daerah provinsi serta daerah kabupaten/kota didasarkan pada prinsip:
a. Akuntabilitas,
b. Efisiensi,
c. Eksternalitas
d. Kepentingan strategis nasional
3. Urusan Pemerintahan Umum
Urusan pemerintahan umum merupakan urusan pemerintahan yang tidak
termasuk dalam urusan absolut dan tidak termasuk dalam urusan konkuren atau
urusan otonomi daerah. Urusan pemerintahan umum meliputi;
a. Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka
memantapkan pengamalan Pancasila, pelakasanaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian Bhinneka
Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Pembinaan kerukunan antarsuku dan intasuku, umat beragama, ras, dan
golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas keamanan lokal, regional,
dan nasional;
d. Penanganan konflik sosial sesuai dengan ketentuan peraturan
e. Koordinasi pelaksanaan tugas antar instansi pemerintahan yang ada di
wilayah daerah provinsi dan wilayah daerah kabupaten/kota untuk
menyelesaikan permasalahan yang timbul dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
kekhususan, potensi serta keanekaragaman Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila.
g. Pelaksanaan semua urusan pemerintahan yang bukan merupakan
kewenangan daerah dan tidak dilaksanakan oleh intansi vertikal.
Urusan Pemerintahan umum dilaksanakan oleh Gubernur dan
Bupati/Walikota di wilayah kerjanya masing-masing.Untuk dapat melaksanakan
urusan pemerintahan umum tersebut maka Gubernur dan Bupati/Walikota dibantu
oleh instansi vertikal.Dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum tersebut
Gubernur bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri, dan
Bupati/Walikota bertanggungjawab kepada Menteri melalui Gubernur sebagai
wakil pemerintah. Selanjutnya, terkait dengan proses penyelenggaraan
pemerintahan daerah di Indonesia diperkuat dan diperjelas pada pasal 57 UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa;
“Penyelenggara pemerintahan daerah provinsi dan kabupaten/kota terdiri dari Kepala Daerah dan DPRD dan dibantu oleh perangkat daerah”.
Berdasarkan Undang-Undang diatas maka masalah Bea dan Cukai
termasuk dalam urusan absolut yang berkaitan denganfiskal nasional. Berdasarkan
Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 74/PMK.01/2009 tanggal 08 April 2009 tentang hal yang sama menunjuk
Direktorat Jenderal Jenderal Bea dan Cukai melakukan perubahan tipologi untuk
mengoptimalkan fungsi dengan menyempurnakan tata kerja instansi vertical
organisasi Direktorat Jenderalm Jenderal Bea dan Cukai, untuk mencapai hal
tersebut pihak instansi terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan, kualitas
sumber daya manusia serta menumbuhkan kembangkan kreativitas dan inovasi
baru sebagai upaya yang terbaik bagi pengguna jasa Direktorat Jenderal Jenderal
Bea dan Cukai.
Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPPBC) adalah instansi vertikal
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Kantor Wilayah. Tugas dan fungsi KPPBC Madya pada prinsipnya
sama dengan tugas dan fungsi yang ditetapkan pada KPPBC non Madya. Kantor
Pengawasan dan Pelayanan mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan
pelayanan kepabeanan dan cukai dalam daerah wewenangnya berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan No.557/KM.1/2017 tentang Uraian Jabatan
Struktural Instansi Vertikal dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai. Selain kewajiban melaksanakan tugas sebagaimana
tersebut diatas, Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPPBC) juga mendapat
mandat untuk menyelenggarakan fungsi –fungsinya meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. pelaksanaan intelijen, patroli, penindakan, dan penyidikan di bidang
b. pengelolaan dan pemeliharaan sarana operasi, sarana komunikasi dan
senjata api.
c. pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kepabeanan dan cukai.
d. pelaksanaan pemberian perijinan dan fasilitas di bidang kepabeanan dan
cukai.
e. pelaksanaan pemungutan dan pengadministrasian bea masuk,cukai, dan
pungutan negara lainnya yang dipungutoleh Direktorat Jenderal.
f. penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian dokumen
kepabeanan dan cukai.
g. pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi, dan laporan
kepabeanan dan cukai.
h. pengawasan pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja.
i. pelaksanaan administrasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai.
Sumber daya manusia di dalam organisasi memegang peranan yang sangat
strategis dan menentukan. Disamping peranannya sebagai pengelola, sumber daya
manusia juga berperan sebagai penentu keberhasilan organisasi dalam mencapai
tujuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa diperlukan manajemen yang efektif
terhadap sumber daya manusia agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan
maksimal.
Manajemen sumber daya manusia pada prinsipnya diorientasikan pada
peningkatan kinerja. Kinerja merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan
dukungan sumber daya seperti, memberikan peralatan yang memadai sebagai
sarana untuk memudahkan pencapaian tujuan yang ingin dicapai dalam
pendampingan, bimbingan, pelatihan serta pengembangan akan lebih
mempermudah penilaian kinerja yang obyektif.
Pada dasarnya setiap instansi yang didirikan mempunyai harapan bahwa
kelak di kemudian hari akan mengalami perkembangan yang pesat di dalam
lingkup kegiatannya dan menginginkan terciptanya produktivitas yang tinggi
dalam bidang pekerjaannya. Untuk mewujudkan operasinya tersebut dibutuhkan
beberapa faktor produksi yaitu, tenaga kerja, modal, dan keahlian, dimana
keempat faktor tersebut tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus saling
mendukung untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisisen dan diantara
keempat faktor utama tersebut faktor tenaga kerja atau manusia dalam hal ini
adalah pegawai, merupakan hal yang terpenting karena manusia merupakan
pemakai dan penggerak serta penentu dari semua aktivitas.Untuk mengetahui
jumlah pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe
Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B Pekanbaru tahun 2005-2016
No. Tahun Jumlah Pegawai
1. 2005 80 2. 2006 80 3. 2007 82 4. 2008 84 5. 2009 87 6. 2010 87 7. 2011 90 8. 2012 93 9. 2013 93 10. 2014 95 11. 2015 95 12. 2016 99
Sumber : Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B Pekanbaru, 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah pegawai Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B
Pekanbaru yang setiap tahunnya mengalami peningkatan sesuai dengan kebutuhan
instansi dan perkembangan pekerjaan yang dilaksanakan.
Dari jumlah pegawai yang ada, KPPBC Tipe Madya Pabean B Pekanbaru
harus dapat memaksimalkan kerja pegawainya untuk dapat memperoleh kinerja
yang diharapakan sehingga peran KPPBC Tipe Madya Pabean B Pekanbaru
terhadap pembangunan negara dapat terlihat nyata, hal ini tidak luput dari peran
remunerasiuntuk memotivasi pegawainya agar bekerja maksimal.
Salah satu bentuk perhatian suatu instansi terhadap para pegawai yaitu
dengan menerapkan suatu strategi pemberian kompensasi dalam bentuk
remunerasi, hal ini dilakukan guna memacu kinerja dari para
pegawainya.Pemberian remunerasi merupakan imbalan yang diberikan kepada
Pemberian remunerasi sangat penting bagi pegawai guna merangsang seseorang
untuk melakukan pekerjaan melebihi apa yang diinginkan oleh organisasi.
Disamping itu pemberian remunerasi juga berfungsi sebagai penghargaan dari
pegawai yang telah melakukan suatu pekerjaan yang telah ditetapkan oleh
pimpinan.Remunerasi sebagai salah satu program reformasi birokrasi.
Pada awalnya remunerasi ini disebut sebagai Tunjangan Khusus
Pembinaan Keuangan Negara (TKPKN) adalah penghasilan selain gaji yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kementrian Keuangan dan PNS
lain yang dipekerjakan atau diperbantukan di lingkungan Kementerian Keuangan.
TKPKN pertama kali dibayarkan pada tahun 1971 berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 15 Tahun 1971.Pada saat itu, TKPKN ditulis dengan ejaan
“Tundjangan Chusus Pembinaan Keuangan Negara” atau disingkat “TCPKN”. Orang biasa menyebutnya hanya dengan “Tundjangan Chusus” saja dengan singkatan “TC” [baca: te-se].
Pemberian tunjangan kinerja di Kementrian Keuangan telah di mulai
pelaksanaannya pada tahun di mulai yaitu tahun 2007 dengan label sebutan nama
istilah TKPKN (Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara) berdasarkan
Kepmenkeu No. 289/KMK.01/02007. Dan hal ini berlanjut sampai dengan saat ini
dengan perubahan-perubahan keputusan Menteri Keuangan Indonesia yang tengah
menjabat ketika perberlakuan remunerasi ditetapkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 87/PMK.01/2008
mengenai Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal dan
tentang hal yang sama menunjuk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan
perubahan tipologi untuk mengoptimalkan fungsi dengan menyempurnakan tata
kerja instansi vertikal organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, untuk
mencapai hal tersebut pihak instansi terus berupaya meningkatkan mutu
pelayanan, kualitas sumber daya manusia serta menumbuh kembangkan
kreativitas dan inovasi baru sebagai upaya yang terbaik bagi pengguna jasa
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara PAN Nomor: PER/09/
M.PAN/5/2007 mengenai Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Instansi Pemerintah. Serta Keputusan Dirjen Bea dan Cukai No.
KEP- 25/BC/2009 tentang Pengelolaan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, serta Kep-66/BC/2006 tanggal 14 Juni 2006
yang diubah dengan Kep-10/BC/2007 tanggal 18 Januari 2007, telah dibentuk
Tim Percepatan Reformasi Kebijakan Bidang Pelayanan Bea dan Cukai. Aturan
normatif tersebut menjadi payung hukum sekaligus dasar bagi peningkatan kinerja
pegawai di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.Salah satu kebijakan yang telah
diputuskan oleh Kementrian Keuangan dalam rangka reformasi birokrasi saat ini
adalah dengan diberikannya remunerasi bagi pegawai DJBC yang merupakan
bagian dari pegawai Kementrian Keuangan.Kepuasan dan kinerja Pegawai Negeri
Sipil (PNS) diharapkan meningkat setelah adanya pemberian remunerasi atau
kompensasi.
Pemberian remunerasi ini diharapkan dapat membentuk kondisi yang
dalam memberikan kontribusi terhadap suatu instansi.Motivasi merupakan
kemauan untuk memberikan upaya lebih untuk meraih tujuan organisasi, yang
disebabkan oleh kemauan untuk memuaskan kebutuhan individual (Robbins,
2007:52).
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya
Pabean B Pekanbaru tengah berbenah dalam rangka memperbaiki kinerjanya.
Usaha yang dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja KPPBC Tipe Madya
Pabean B Pekanbaru seiring dengan reformasi birokrasi yang dicanangkan oleh
Departemen Keuangan meliputi 4 (empat) pilar utama, yaitu: penataan organisasi,
perbaikan proses bisnis, peningkatan sumber daya manusia dan perbaikan
remunerasi.
Perbaikan remunerasi juga telah diberlakukan di KPPBC Tipe Madya
Pabean B Pekanbaru sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan
No.SR-47/BC.01/2016 tentang Pelaksanaan Pembayaran Tunjangan Tambahan Unsur
TKPKN berdasarkan nilai kinerja pegawai sedangkan untuk Gaji Pokok masih
mengacu pada sistem lama sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 15 tahun 2012 tentang Perubahan Keempat belas Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
dimana besaran gaji pokok ditentukan berdasarkan Golongan, Pangkat, dan Masa
Kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS).
TKPKN diberikan kepada pegawai KPPBC Tipe Madya Pabean B
Pekanbaru berdasarkan peringkat jabatan yang telah ditentukan atau berdasarkan
Madya Pabean B Pekanbaru berdasarkan peringkat jabatan yang telah ditentukan.
Nilai TKPKN bagi pegawai pelaksana diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor : 190/PMK.01/2008 tentang Pedoman Penetapan, Evaluasi, Penilaian,
Kenaikan dan Penurunan Jabatan dan Peringkat Bagi Pemangku Jabatan
Pelaksana di lingkungan Departemen Keuangan. Berikut dapat dilihat
perbandingan pemberian tunjangan kinerja awal pemberlakuan pemberian
remunerasi tahun 2007 dan perkembangan pemberian remunerasi tahun 2016,
sebagai berikut :
Tabel 1.2. Pembagian Tunjangan Kinerja pada Lingkungan Kementrian Keuangan No Kelas Jabatan Tunjangan Kinerja Tahun 2016 Tunjangan Kinerja Tahun 2007 Kenaikan % 1 2 3 4 5 6 1. 27 Rp. 46.950.000 Rp. 46.950.000 - - 2. 26 Rp. 41.550.000 Rp. 41.550.000 - - 3. 25 Rp. 36.770.000 Rp. 36.770.000 - - 4. 24 Rp. 32.540.000 Rp. 32.540.000 - - 5. 23 Rp. 24.100.000 Rp. 24.100.000 - - 6. 22 Rp. 21.330.000 Rp. 21.330.000 - - 7. 21 Rp. 18.880.000 Rp. 18.880.000 - - 8. 20 Rp. 16.700.000 Rp. 16.700.000 - - 9. 19 Rp. 13.670.000 Rp. 12.370.000 Rp. 1.300.000 11% 10. 18 Rp. 12.370.000 Rp. 10.760.000 Rp. 1.610.000 15% 11. 17 Rp. 10.947.000 Rp. 9.360.000 Rp.1.587.000 17% 12. 16 Rp. 8.458.000 Rp. 6.930.000 Rp. 1.528.000 22% 13. 15 Rp. 7.474.000 Rp. 6.030.000 Rp.1.444.000 24% 14. 14 Rp. 6.349.000 Rp. 5.240.000 Rp. 1.109.000 21% 15. 13 Rp. 5.079.000 Rp. 4.370.000 Rp. 709.000 16% 16. 12 Rp. 4.837.000 Rp. 3.800.000 Rp.1.037.000 27% 17. 11 Rp. 4.607.000 Rp. 3.450.000 Rp.1.157.000 34% 18. 10 Rp. 4.388.000 Rp. 3.140.000 Rp.1.248.000 40% 19. 9 Rp. 4.179.000 Rp. 2.850.000 Rp.1.329.000 47%
20. 8 Rp. 3.980.000 Rp. 2.550.000 Rp.1.430.000 56% 21. 7 Rp. 3.864.000 Rp. 2.360.000 Rp.1.504.000 64% 22. 6 Rp. 3.611.000 Rp. 2.140.000 Rp.1.471.000 69% 23. 5 Rp. 3.375.000 Rp. 1.950.000 Rp.1.425.000 73% 24. 4 Rp. 3.154.000 Rp. 1.770.000 Rp.1.384.000 78% 25. 3 Rp. 2.948.000 Rp. 1.610.000 Rp.1.338.000 83% 26. 2 Rp. 2.755.000 Rp. 1.460.000 Rp.1.295.000 89% 27. 1 Rp. 2.575.000 Rp. 1.330.000 Rp.1.245.000 94%
Sumber : Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 kompenen
remunerasi hanya diberikan tunjangan kinerja dan besar tunjangan kinerja pada
tahun 2007 mengalami peningkatan pada tahun 2016 terutama dimulai pada kelas
jabatan 19 sampai kelas jabatan 1. Kemudian pada tahun 2016, dalam pembagian
remunerasi diberikan dua jenis tunjangan yaitu tunjangan kinerja dan tunjangan
tambahan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
741/KMK.01/2016 tentang peringkat jabatan structural dan peringkat jabatan
fungsional di Lingkungan Kementrian Keuangan serta Kepmenkeu No.
1104/KMK.01/2015 tentang jabatan dan peringkat bagi pelaksanaan di
Lingkungan Kemenku. Berikut dapat dilihat pembagian tunjangan kinerja dan
Tabel 1.3. Pembagian tunjangan kinerja dan Tunjangan Tambahan pada Lingkungan Kementrian Keuangan
No Kelas Jabatan Tunjangan Kinerja Tunjangan Tambahan
Jabatan Tertentu yang Memperoleh
1 2 3 5 5
1. 27 Rp. 46.950.000 Rp. 2.500.000 Direktur Jenderal Bea dan Cukai
2. 26 Rp. 41.550.000 Rp. 2.500.000 -
3. 25 Rp. 36.770.000 Rp. 3.710.000 -
4. 24 Rp. 32.540.000 Rp. 4.370.000 -
5. 23 Rp. 24.100.000 Rp. 5.400.000 Sekretaris DJBC
6. 22 Rp. 21.330.000 Rp. 5.790.000 Kepala Kantor Wilayah
7. 21 Rp. 18.880.000 Rp. 5.860.000 Kepala Bagian
8. 20 Rp. 16.700.000 Rp. 5.660.000 Kepala Sub Direktorat
9. 19 Rp. 13.670.000 Rp. 6.440.000 Sub Direktorat
10. 18 Rp. 12.370.000 Rp. 5.700.000 Kepala Kantor Pelayanan
11. 17 Rp. 10.947.000 Rp. 5.083.000 Kepala Seksi 12. 16 Rp. 8.458.000 Rp. 3.809.000 Kepala Seksi 13. 15 Rp. 7.474.000 Rp. 4.291.000 Kepala Seksi 14. 14 Rp. 6.349.000 Rp. 4.611.000 Kepala Seksi 15. 13 Rp. 5.079.000 Rp. 3.809.000 Kasubsi 16. 12 Rp. 4.837.000 0 Tugas Belajar Rp. 3.053.000 Pelaksana 17. 11 Rp. 4.607.000 0 Tugas Belajar Rp. 2.916.000 Pelaksana 18. 10 Rp. 4.388.000 0 Tugas Belajar Rp. 2.732.000 Pelaksana 19. 9 Rp. 4.179.000 0 Tugas Belajar Rp. 2.611.000 Pelaksana 20. 8 Rp. 3.980.000 0 Tugas Belajar Rp. 1.890.000 Pelaksana 21. 7 Rp. 3.864.000 0 Tugas Belajar Rp. 1.666.000 Pelaksana 22. 6 Rp. 3.611.000 0 Tugas Belajar Rp. 1.657.000 Pelaksana 23. 5 Rp. 3.375.000 0 Tugas Belajar Rp. 1.448.000 Pelaksana 24. 4 Rp. 3.154.000 0 Tugas Belajar Rp. 496.000 Pelaksana 25. 3 Rp. 2.948.000 0 Tugas Belajar Rp. 370.000 Pelaksana
No Kelas Jabatan Tunjangan Kinerja Tunjangan Tambahan
Jabatan Tertentu yang Memperoleh
26. 2 Rp. 2.755.000 0 Tugas Belajar
Rp. 210.000 Pelaksana
27. 1 Rp. 2.575.000 0 Tugas Belajar
Rp. 170.000 Pelaksana
Sumber : Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru
Tunjangan kinerja diberikan kepada pegawai yang mempunyai jabatan
tertentu di lingkungan Kemenkeu setiap bulan sesuai dengan kelas jabatan dengan
memperhitungkan capaian kinerja pegawai tersebut.Tunjangan kinerja tidak dapat
diberikan kepada :
1. Pegawai yang tidak mempunyai jabatan tertentu
2. Pegawai yang diberhentikan untuk sementara atau dinonaktifkan
3. Pegawai yang diberhentikan dari jabatan organiknya dengan diberikan
uang tunggu (belum diberhentikan sebagai PNS)
4. Pegawai yang diperbantukan/dipekerjakan pada badan/instansi lain di luar
Kemenkeu
5. Pegawai yang diberikan CDLTN atau dalam bebas tugas untuk menjalani
masa persiapan pensiun
6. Pegawai pada Badan Layanan Umum yang telah mendapatkan remunerasi
sebagaimana diatur PP No 74 Tahun 2012
Selain perbedaan nominal remunasi yang diberikan juga terdapat potongan
a. Potongan Tunjangan Bagi Pegawai yang Terlambat Masuk Kerja
Tabel 1.4. Persentase Potongan Tunjangan Bagi Pegawai yang Terlambat Masuk Kerja
Tingkat Keterlambatan
(TL) Waktu Masuk Kerja Persentase Potongan
TL 1 07.31 s.d. < 08.01 0.5%
TL 2 08.01 s.d. < 08.31 1%
TL 3 08.31 s.d. < 09.01 1.25%
TL 4 ≥ 09.01 dan atau tidak
mengisi daftar hadir masuk bekerja
2.5%
b. Potongan Tunjangan Bagi Pegawai yang Pulang Sebelum Waktunya
Tabel 1.5. Persentase Potongan Tunjangan Bagi Pegawai yang Pulang Sebelum Waktunya
Tingkat Keterlambatan
(TL) Waktu Masuk Kerja Persentase Potongan
PSW 1 16.31 s.d. < 17.00 0.5%
PSW 2 16.01 s.d. < 16.31 1%
PSW 3 15.31 s.d. < 16.01 1.25%
PSW 4 ≥ 15.31 dan atau tidak
mengisi daftar hadir masuk bekerja
2.5%
c. Potongan Tunjangan Karena Pelanggaran Terkait Hukuman Disiplin
Tabel 1.6. Persentase Potongan Tunjangan Karena Pelanggaran Terkait Hukuman Disiplin
No Jenis Hukuman
Disiplin
Hukuman Disiplin Besar Pot. Lama Hukdis (bulan) 1. Ringan Teguran lisan 25% 2 Teguran tertulis 25% 3
Pernyataan tidak puas secara tertulis 25% 6
2. Sedang
Penundaan kenaikan gaji berkala
selama 1 (satu) tahun 50% 6
Penundaan kenaikan pangkat selama 1
(satu) tahun 50% 6
Penurunan pangkat setingkat lebih
rendah selama 1 (satu) tahun 50% 12
3. Berat
Penurunan pangkat setingkat lebih
rendah selama 3 (tiga) tahun 85% 12
jabatan setingkat lebih rendah
Pembebasan dari jabatan 95% 12
Pemberhentian dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri atau
pemberhentian tidak dengan hormat dan mengajukan banding administrasi ke Badan Pertimbangan Kepegawaian
100% -
d. Potongan Tunjangan Dalam Hal Cuti
Tabel 1.7. Persentase Potongan Tunjangan Dalam Hal Cuti No. Jenis Cuti
Minimal (Jumlah Hari) Maksimal (jumlah Hari) Besar Pot. Keterangan 1. Cuti Tahunan 3 - 0%
Cuti tahunan pada tahun berjalan yang kemudian menjalani cuti besar pada tahun yang sama maka tunjangan yang sudah
dibayarkan harus
dikembalikan
2. Cuti Alasan Penting
- 3 0%
Orang tua, istri/suami, anak dan atau saudara kandung meninggal dunia
- 2 0% Mertua dan atau menantu
meninggal dunia
3. Cuti Sakit
- 2 2.5%
Tidak menjalani rawat inap
Disertai surat keterangan dokter
- 25 0%
Rawat inap
Disertai surat keterangan + fotocopy rincian biaya rawat inap
- - 2.5%
Rawat jalan setelah selesai menjalani rawat inap
Dibuktikan dengan surat keterangan dokter
- 5 0%
Wanita yang mengalami gugur kandungan tetapi tidak menjalani rawat inap
keterangan dokter
4. Cuti
Bersalin
- 5 0%
Persalinan yang pertama s.d ketiga sejak diangkat sebagai CPNS
Untuk hari berikutnya
dikenakan potongan
sebesar 2.5%
- - 5%
Persalinan yang keempat dan seterusnya sejak diangkat sebagai CPNS
5. Cuti Besar - - 5% -
Fenomena yang dihadapi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru berdasarkan hasil pengamatan langsung
terlihat adanya peningkatan kinerja pegawai setelah diberlakukannya remunerasi
untuk semua pegawai sehingga pegawai dapat lebih termotivasi dalam bekerja.
Nawawi (dalam Retnaningsih, 2007:24) menyatakan bahwa kegiatan
peningkatan kinerja produktivitas dimulai dengan upaya menumbuhkan dorongan
atau motivasi supaya sukses dalam melaksanakan pekerjaan berdasarkan
kesadaran personel yang bersangkutan.
Pegawai memberikan kinerja yang baik untuk kemajuan instansi,
sedangkan instansi memberikan motivasi, kesempatan yang sama setiap pegawai
untuk berkembang, dan pemberian remunerasi yang sesuai atas kinerja yang telah
diberikan pegawai terhadap instansi. Remunerasi itu sendiri merupakan imbalan
atau balas jasa yang diberikan instansi kepada tenaga kerja sebagai akibat dari
prestasi yang telah diberikannya dalam rangka mencapai tujuan instansi.
Pengertian ini mengisyaratkan bahwa keberadaannya di dalam suatu organisasi
instansi tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebab, akan terkait langsung dengan
Berikut dapat dilihat perkembangan kinerja pegawai pada Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru
tahun 2005 sampai 2016, yaitu :
Tabel 1.8. Perkembangan Kinerja Pegawai pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru tahun 2005 sampai 2016 No Kategori Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1. Diatas 100 (Baik Sekali) 0 0 1 5 6 7 7 7 7 7 7 7 2. 90-100 (Baik) 45 47 49 70 73 73 77 81 83 83 84 88 3. Dibawah 90 (Cukup Baik) 35 33 32 9 8 7 6 5 3 4 4 4 Jmlh Pegawai 80 80 82 84 87 87 90 93 93 95 95 99
Sumber :Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru, 2017
Berdasarkan data diatas diketahui adanya peningkatan kinerja pegawai yang
dinilai melalui NKP K3 yang menjadi dasar untuk memperoleh tunjangan
tambahan unsur TKPKN berdasarkan NKP (Nilai Kinerja Pegawai) yang
dibayarkan secara Tahunan terutama setelah diberlakukannya pemberian
remunerasi. Peningkatan kinerja bagi pegawai tidak terlepas dari rangsangan
maupun motivasi dari pegawai itu sendiri atau dari eksternal. Dalam hal ini baik
secara langsung maupun tidak langsung remunerasi merupakan salah satu
pendorong semangat kerja dan produktivitas kerja pegawai, dengan
memanfaatkan dan menggunakan serta memaksimalkan sumber daya yang
dimiliki yang didukung budaya organisasi yang tepat diharapkan dapat
tercapainya kinerja yang optimal. Remunerasi diharapkan mampu memberikan
giat.Disamping memotivasi, peranan remunerasi sangat penting dalam rangka
menciptakan kinerja yang tinggi.Hal ini disebabkan karena setiap pegawai
mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan harapan yang berbeda-beda.
Dari latar belakang tersebut dan fenomena yang peneliti dapatkan selama
observasi, maka penulis mengambil judul “Pengaruh Remunerasi Terhadap
Kinerja Pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu : apakah remunerasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B
Pekanbaru.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk :
a. Untuk mengetahui remunerasi dan kinerja pegawai Kantor Pengawasan
dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru.
b. Untuk mengetahui pengaruh remunerasi terhadap kinerja pegawai Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B
1.4. Manfaat Penelitian
Sedangkan kegunaan penelitian ini antara lain :
a. Sebagai bahan pertimbangan dan telaah/masalah bagi pihakKantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B
Pekanbaru dalam peningkatan kinerja pegawai.
b. Sumber informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam meningkatkan
kinerja pegawai melalui pemberian remunerasi.
c. Hasil penelitian ini dilakukan agar dapat bermanfaat dalam bidang ilmu
pengetahuan khususnya ilmu administrasi publik dan bisa menjadi bahan
pertimbangan dalam penelitian-penelitian yang mempunyai kesamaan