• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perindustrian dan Perdagangan Di Kota Bagan Siapi-Api Kabupaten Rokan Hlir,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Perindustrian dan Perdagangan Di Kota Bagan Siapi-Api Kabupaten Rokan Hlir,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

3 BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan seseorang sebelumnya yang berkaitan dengan tema atau permasalahan pada penelitian ini. Kegunaan penelitian terdahulu bermaksud untuk mengetahui hasil dan memperkaya kajian berupa informasi dan temuan-temuan dapat mengkaji penelitian yang dilakukan sepanjang penelusuran yang dilakukan oleh penulis mengenai judul ini maka ada beberapa penelitian yang telah melakukan penelitian terkait judul diatas antara lain :

1. Dewiyanti Ratnasari : “Pelaksanaan Pengawasan Lalu Lintas Barang pada Daerah Pabean Oleh Kantor Bea Dan Cukai Makassar”, Tahun 2014.

a) Masalah Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan lalu lintas barang pada daerah pabean oleh Kantor Bea dan Cukai Makassar dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengawasan lalu lintas barang pada daerah pabean oleh Kantor Bea dan Cukai Makassar . b) Hasil/Temuan : Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan, yaitu: Pertama,

Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Makassar melaksanakan tugas pengawasan lalu lintas barang pada daerah pabean dengan tetap berpedoman kepada undang-undang dan peraturan yang terkait dengan pengawasan tersebut serta melaporkan hasil pengawasan kepada pusat dengan rutin. Namun, dalam pelaksanaannya belum optimal dikarenakan masih adanya faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengawasan tersebut. Kedua, hal yang mempengaruhi pelaksanaan pengawasan lalu lintas barang pada daerah pabean ada faktor pendukung dan ada faktor penghambat.

Faktor pendukung antara lain akses informasi berbasis sistem, sarana dan prasarana, hubungan kerjasama dengan instansi lain. Sedangkan faktor penghambat yakni kurangnya jumlah SDM, serta luasnya wilayah pengawasan.

2. Siis Kurnia : “Pengawasan Produk Makanan dan Minuman Ilegal Oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Di Kota Bagan Siapi-Api Kabupaten Rokan Hlir”,

(2)

Tahun 2016.

a) Masalah Penelitian : Maraknya peredaran makanan dan minuman produk Malaysia dan Singapura di Bagan siapi-api akibat lemah nya pengawasan dari Dinas Perindustrian dan perdagangan (Disperindag). Banyak terdapat barang- barang impor berupa produk makanan dan minuman impor dari Negara lain yang masih diperjual belikan kepada konsumen di beberapa toko atau supermarket disekitar kota Bagan Siapi-api yang tidak memiliki label dalam berbahasa Indonesia juga tidak ada label halal pada produk ilegal yang perjual belikan kepada masyarakat.

b) Hasil/Temuan : Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang pengawasan produk makanan dan minuman illegal oleh Dinas perindustrian dan Perdagangan Di Kota Bagan Siapi-api Kabupaten Rokan Hilir, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran yang sifatnya mendukung dalam memperbaiki pengawasan poduk makanan dan minuman illegal dimasa yang akan datang, sebagai berikut Pengawasan produk makanan dan minumn illegal oleh :

 Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Di Kota Bagan Siapai-api masih belum maksimal dengan baik, karena dari pihak Dinas sendiri masih kurang dalam hal melakukan suatu pengawasan terhadap peredaran produk makanan dan minuman illegal dari standar pengawasan, pembagian tugas yang belum maksimal serta sanksi yang diberikan kepada pihak produsen sebagai penjual atau pengedar produk makanan dan minuman illegal terssebut, dilihat dari segi waktu pelaksanaan pengawasan juga masih lemah tidak sesuai dengan prosedur yang ada, karena pengawasan yang baik harus lah disesuaikan dengan ketentuan yang suapaya hasil pengawasan yang dicapai terlaksana dengan baik pula .

 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan produk makanan dan minuman illegal oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dikota Bagan Siapi-api meliputi Faktor internal (SDM), pembagian tugas yang belum maksimal serta satadar atau patokan untuk melakukan suatu pengawasan belum seusai, dan faktor eksternal disini terjadi pada pihak pedagang atau

(3)

pemilik toko yang masih bebas menjual produk makanan dan minuman illegal tidak mau menaati peraturan yang ada. Dari kedua faktor tersebut seharusnya dapat berjalan beriringan dengan baik karena semua faktor memiliki peran penting satu sama lain.

3. Satria Adhitama, Tomy Suranta : “Analisis Peran DJBC Dalam Pengawasan Penyelundupan NPP (Studi Kasus Kpu Bc Tipe C Soekarno-Hatta)” Tahun 2018. a) Masalah Penelitian : penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan sistem pengawasan atas penyelundupan Narkotika Psikotropika dan Prekursor (NPP) pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai (KPU BC) Tipe C Soekarno-Hatta21 . b) Hasil/Temuan : Berdasarkan hasil penelitian diketahui KPU BC Tipe C Soekarno-Hatta telah melaksanakan sistem pengawasan NPP secara optimal namun masih ditemukan hambatan dalam sistem pengawasan yaitu masih belum terdapat SOP pelaksanaan pengawasan atas pelanggaran terkait penyelundupan barang NPP, belum adanya peraturan yang memberi sanksi apabila perusahaan maskapai penerbangan yang lalai melaporkan dan mengirimkan informasi jadwal keberangkatan dan manifes pesawat, alat-alat deteksi NPP masih perlu ditingkatkan jumlah dan optimalisasi penggunaannya dan pembaruan aplikasi untuk membantu pengawasan petugas Bea dan Cukai terkait NPP lebih optimal.

4. Safrul Rizal, “Mekanisme Penyimpanan dan Pemusnahan Benda Sitaan Narkotika (Studi Kasus Pada Kejaksaan Tinggi Aceh)”, dapat diambil kesimpulan Mekanisme Pemusnahan Benda Sitaan Narkotika yang dilakukan Kejaksaan Tinggi Aceh dengan Kejaksaan Negeri Banda Aceh melalui proses pengumpulan Barang Bukti Narkotika dalam jumlah banyak terlebih dahulu baru kemudian dimusnahkan sekaligus dalam jangka waktu paling lama 1 (Satu) bulan setelah barang bukti tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap dari Pengadilan Negeri setempat. Hal tersebut berbeda ketentuannya sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika bahwa jangka waktu Pemusnahan Barang Bukti Narkotika yang telah memiliki kekuatan hukum tetap harus segera dimusnahkan paling lama 7 (Tujuh) Hari.

(4)

5. Cut Elfrida, “Pemusnahan barang ilegal di Aceh dalam Perspektif UndangUndang Nomor 17 Tahun 2006 dan Hukum Islam”, dapat diambil kesimpulan pemusnahan barang ilegal yang zatnya halal dan bisa dimanfaatkan, pada dasarnya tidak perlu dilakukan. Meski pada prinsipnya tidak menyalahi UU Nomor 17 Tahun 2006, akan tetapi dalam perspektif hukum Islam (khususnya bila didekati dengan konsep maslahah mursalah) hal sedemikian rupa ini merupakan bentuk kemubaziran.

B. TINJAUAN PENELITIAN SEKARANG

Bea Cukai Malang menyampaikan upaya pengawasan yang telah dilakukan pada tahun 2012, Penulisan pesan dan harapan terhadap Bea Cukai Malang oleh Wali Kota Malang dan Perwakilan dari Instansi terkait, dan Pemusnahan beberapa Barang Ilegal secara simbolis. Diawali dengan penyampaian upaya-upaya pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Bea Cukai Malang selama tahun 2018 oleh Rudy Hery Kurniawan selaku Kepala Kantor Bea Cukai Malang. “Bea Cukai Malang telah melakukan serangkaian operasi dibidang Kepabeanan dan Cukai diwilayah Malang raya. Dari operasi tersebut menghasilkan 253 surat bukti penindakan dengan rincian antara lain Rokok Ilegal sebanyak 7.569.088 batang, Tembakau iris illegal seberat 13,9 ton atau setara dengan 13,9 juta batang, minuman beralkohol illegal sebanyak 160.983 liter, dan barang-barang kiriman pos yang dilarang atau dibatasi sebanyak 494 item barang”, ujar Rudy

Menurut survey yang dilakukan oleh penelitian dan pelatihan Ekonomika dan bisnis (P2EB) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM) presentase peredaran rokok illegal hingga akhir tahun 2018 sebesar 7,04%, yang artinya peredaran rokok illegal mengalami penurunan yang signifikan jika dibandingan dengan dua tahun sebelumnya dengan presentase peredaran rokok illegal sebersar 12,14%. Bea Cukai Malang turut berkontribusi dalam pencapaian tersebut mengingat penindakan terhadap rokok illegal yang mengalami peningkatan hampir empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

(5)

C. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian impor menurut Undanga-Undang Kepabeanan. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan mendefinisikan pengertian impor, ekspor dan antar pulau (barang tertentu). Dalam Pasal 1 Angka 13 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Lebih lanjut ditetapkan dalam Pasal 2 bahwa barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean diperlakukan sebagai barang impor dan terutang bea masuk. Pengertian ekspor sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 Angka 14 Undang-undang Kepabeanan adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Barang yang telah dimuat disarana pengangkut untuk dikeluarkan dari daerah pabean dianggap telah diekspor dan diperlakukan sebagai barang ekspor (Pasal 2). Dalam penjelasan Pasal tersebut dinyatakan bahwa ayat ini memberikan penegasan tentang pengertian ekspor. Secara nyata ekspor terjadi pada saat barang melintasi daerah pabean, namun mengingat dari segi pelayanan dan pengamanan tidak mungkin menempatkan pejabat bea dan cukai di sepanjang garis perbatasan, untuk memberikan pelayanan dan melakukan pengawasan barang ekspor, maka secara yuridis ekspor dianggap telah terjadi pada saat barang tersebut telah dimuat di sarana pengangkut yang akan berangkat ke luar daerah pabean. Dimasukkannya barang ke dalam sarana pengangkut dan telah diajukan pemberitahuan pabean termasuk dipenuhinya pembayaran bea keluar. Dengan demikian ekspor terjadi jika barang sudah keluar dari daerah pabean, jika sudah diajukan pemberitahuan pabean dan sudah dimuat ke sarana pengangkut untuk dibawa keluar daerah pabean. Di dalam Undang-undang Kepabeanan pengangkutan barang antar pulau diatur dalam Pasal 4A. Dalam Ayat (1) dinyatakan bahwa terhadap barang tertentu dilakukan pengawasan pengangkutannya dalam daerah pabean.

Dalam penjelasan Pasal 4A dinyatakan bahwa, pengawasan pengangkutan barang tertentu hanya dilakukan terhadap pengangkutan dari suatu tempat ke tempat lain dalam daerah pabean melalui laut. Pengawasan pengangkutan tersebut bertujuan untuk mencegah penyelundupan ekspor dengan modus pengangkutan antar pulau atas barang-barang strategis seperti hasil hutan, hasil tambang, atau barang yang mendapat subsidi. Dari penjelasan pasal tersebut terlihat bahwa yang dimaksud barang tertentudalam Undang- undang Kepabeanan adalah barang antar pulau yang ditetapkan, bukan barang impor atau barang ekspor. Dengan demikian pengangkutan barang antar pulau adalah pengangkutan

(6)

barang yang ditetapkan dari suatu tempat ke tempat lain di dalam daerah pabean melalui laut. Penetapan barang antar pulau yang pengangkutannya diawasi oleh pihak pabean ditetapkan oleh instansi teknis terkait, misalnya Kementerian Perdagangan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 102 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan. Lebih terfokusnya pengaturan sanksi administrastif dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan disinyalir sebagai penyebab maraknya pelanggaranpelanggaran tersebut. Di dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 itu terdapat 24 pengaturan sanksi adminitratif, dengan sanksi minimal berupa denda sebesar Rp.1 juta dan sanksi maksimal berupa denda sebesar Rp.50 juta. Di dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006, ketentuannya diatur pada Pasal 102 sampai Pasal 111.6 Sanksi minimal dari ketentuan pidana itu berupa pidana penjara maksimal 2 tahun dan atau denda paling banyak sebesar Rp100 juta. Sanksi minimal ini ditemukan pada Pasal 104. Artinya, sanksi pidana terhadap tindak pidana di bidang kepabeanan dapat kurang dari 2 tahun penjara atau kurang dari Rp100 juta. Sanksi yang relatif ringan itu, terlebih lagi sanksi administratif yang hanya berupa denda, tidak dapat membuat para importir nakal maupun penyelundup jera. Namun demikian, perbaikan pelaksanaan kepabeanan tidak selalu tertumpu pada revisi peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Undang-undang yang baik tanpa realisasi di lapangan adalah suatu kelumpuhan. Perangkatperangkat penunjang pelaksanaan peraturan pun harus juga dibenahi. Undang-undang Kepabeanan Indonesia disusun antara lain juga berpedoman pada standar prosedur kepabeanan internasional.

1. Pengertian mekanisme

Kata Mekanisme berasal dari Bahasa Inggris yaitu Mechanism, yang berarti harga.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Mekanisme adalah cara kerja suatu Organisasi (Perkumpulan orang atau sebagainya), hal yang saling bekerja sebeprti mesin (kalau yang satu bergerak maka yang lain ikut bergerak).

Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Ensiklopedia Administrasi menjelaskan : Mekanisme adalah suatu cara pendekatan upaya dalam rangka penyempurnaan tata kerja berupa usaha merubah car acara atau metode-metode ajeg dan bisa diganti dengan metode atau peralatan yang mekanisme atau otomatis sehingga dalam hal ini

(7)

akan diperoleh penghematan penggunaan tenaga kerja (The Liang Gie 1982 : 203).

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulakan maka mekanisme cara kerja suatu Organisasi yang saling berkaitan dan bertujuan untuk menyempurnakan suatu pekerjaan sehingga berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

2. Pergertian Kepabeanan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian “Pabean” adalah Instansi (Jabatan, Kantor) yang mengawasi, memungut dan mengurus Bea Masuk (impor) dan Bea Keluar (Ekspor), baik melalui darat, laut, maupun udara. Sedangkan pengertian dari “Kepabeanan” yang terdapat dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah Pabean dan Pemungutan Bea Masuk. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang diatasnya, serta tempat tempat tertentu di zona ekonomi Ekslusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku UU ini (UU no.10 tahun 1995).

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun Pesta Adat Belian Paser Nondoi ini juga dirancang untuk menarik wisatawan tetapi pelaksanaannya tetap tidak meninggalkan ciri-ciri ritualnya seperti

Dengan membeli barang maupun jasa dari pelaku usaha, pada dasarnya konsumen dengan pelaku usaha telah terikat hubungan keperdataan. Akan tetapi, Undang-undang Perlindungan

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah kepada guru mata pelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 1 Labakkang

adalah pemberlakuan pajak yang sangat tinggi kepada masing-masing kepala keluarga terutama petani yang setiap tahunnya menghasilkan tanaman padi dan gandum.

dari variabel Nilai Tukar Rupiah terhadap US $ Lag 1 terhadap variabel Nilai Tukar Rupiah terhadap US $. Dengan berdasar pada analisis empiris di atas, telah

PT TELKOMSEL 15 TOWER GERAGAI 1 Dusun Gerejo Sari Desa Pandan Jaya..

Untuk itu perlunya ada alternatif dalam pembuatan SAD QCM yang murah tetapi dapat menampilkan pergeseran sinyal frekuensi tinggi, dengan metode sistem pencacahan

8.6 In the event that the Purchaser defaults in complying with any of the conditions herein or fails to pay the Balance Purchase Price within the time allowed, then the Assignee