TUGAS SA TSF-3
Sediaan Salep Mata BetamethasoneDiajukan untuk memenuhi nilai SA mata kuliah Teknologi Sediaan Farmasi-3
OLEH :
Muhammad Faisal 1113102000064
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIFAYATULLAH
JAKARTA
FEBRUARI / 2017
Formulasi Sedian Salep Mata Betametasone
A. Studi Formulasi Zat Aktif - Sifat Fisika
- Sifat Kimia
B. Interaksi dan Stabilitas Kimia
C. Studi praformulasi eksipien dalam formula sifat fisik dan kimia eksipien fungsi dalam formula stabilitas kimia eksipien
D. Penimbangan bahan untuk pembuata 1000 kemasan jika rendemen hasil adalah 75%
Cara dan proses pembuatan
Pembahasan proses pembuatan Cara Evaluasi hasil produksi
1. Desain brosur dan etiket 2. Daftar Pustaka
Pengertian Salep Mata
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat Uji Sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan, kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik. Bahan obat yang ditambahkan kedalam dasar salep mata berbentuk larutan atau serbuk halus. Salep mata harus bebas dari partikel kasar dan harus memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep mata. Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan. Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pemakaian pertama. (Farmakope Indonesia Edisi V, 2014).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) yang dimaksud dengan salep mata adalah salep yang digunakan pada mata, sedangkan menurut BP 1993, salep mata adalah sediaan semisolida steril yang mempunyai penampilan homogen dan ditujukan untuk pengobatan konjungtiva. Basis yang umum digunakan adalah lanolin, vaselin, dan parafin liquidum serta dapat mengandung bahan pembantu yang cocok seperti anti oksidan, zat penstabil, dan pengawet. Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh (Ansel, 2008).
Salep mata digunakan untuk tujuan terapeutik dan diagnostik, dapat mengandung satu atau lebih zat aktif (kortikosteroid, antimikroba (antibakteri dan antivirus), antiinflamasi nonsteroid dan midriatik) yang terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai (Voight, 1994).
Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunkaan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas
dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik. Zat antimikroba yang dapat digunakan antara lain : klorbutanol dengan konsentrasi 0,5 % , paraben dan benzalkonium klorida dengan konsentrasi 0,01 – 0,02 %. Bahan obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk halus. Salep mata harus bebas dari partikel kasar dan harus memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep mata (Depkes RI, 1995).
Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan. Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama (Depkes RI, 1995). Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan rendahnya luas permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaianya sampai tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga memberikan perlindungan tehadap cahaya yang baik. Pada tube yang terbuat dari seng, sering terjadi beberapa peristiwa tak tersatukan. Sebagai contoh dari peristiwa tak tersatukan telah dibuktikan oleh garam perak dan garam air raksa, lidocain (korosi) dan sediaan skopolamoin yang mengandung air (warna hitam). Oleh karena itu akan menguntungkan jika menggunakan tube yang sebagian dalamnya dilapisi lak.
Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat (Depkes RI, 1995). Dasar salep yang dimanfaatkan untuk salep mata harus memiliki titik lebur atau titik melumer mendekati suhu tubuh. Dalam beberapa hal campuran dari petrolatum dan cairan petrolatum (minyak mineral) digunakan sebagai dasar salep mata (Ansel, 2008). Basis salep mata seperti Simple Eye Ointmen BP1988 dapat digunakan untuk memberikan efek lubrikasi. Basis yang umum digunakan adalah lanolin, vaselin, dan paraffin liquidum. (Voight, 1994). Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar salep
seperti ini memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata (Depkes RI, 1995).
Adapun sedian salep mata yang ideal adalah :
Sediaan yang sedemikian sehingga dapat diperoleh efek terapi yang diinginkan dan sediaan ioni dapat digunakan dengan nyaman oleh penderita
Salep mata yang menggunakan semakin sedikit bahan dalam pembuatannya akan memberikan keuntungan karena akan menurunkan kemungkinan interferensi dengan metode analitik dan menurunkan bahaya reaksi alergi pada pasien yang sensistif. (Lachman, 1994)
Tidak boleh mengandung bagian – bagian kasar
Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi kemungkinan obat tersebar dengan perantaraan air mata.
Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan.
Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril. (Anief, 2008) Keuntungan utama suatu salep mata dibandingkan larutan untuk mata adalah waktu kontak antara obat dengan mata yang lebih lama. Sediaan mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Satu kekurangan bagi pengguna salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa mata (Ansel, 2008).
Kualitas Basis Salep
Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya.
Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan.
Formulasi Standar
Diperoleh dari Handbook of Pharmaceutical Manufacturing.
A. Studi praformulasi zat aktif
Nama Senyawa
Betametason
Sinonim
9α-Fluoro-16β-methylprednisolone; β Methasone; Beetametasoni; Betadexamethasone; Betametason; Betametasona; Betametazon; Betametazonas; Betamethason;
Betamethasonum; Flubenisolone; Flubenisolonum; NSC-39470; Sch-4831
Struktur Molekul
BM 392.5
Pemerian
Bentuk : serbuk kristal Warna : putih atau praktis putih
Bau : tidak berbau.
Kelarutan
Larut dalam 1 : 5300 air 1 : 65 alkohol 1 : 15 alkohol hangat
1 : 325 kloroform 1 : 3 metil alkohol.
Agak sukar larut dalam aseton dan dioksan, dan sangat sukar larut dalam eter.
Efek samping
Penggunaan sediaan mata dalam waktu yang lama dapat meningkatkan tekanan intra okular dan mengurangi fungsi
penglihatan.
Kegunaan
Betametason merupakan golongan kortikosteroid yang sebagian besar memiliki aktifitas glukokortikoid, aktifitas anti inflamasi
dari 750 µg dari betametason setara dengan 5 mg prednisolon. Betametason digunakan dalam bentuk bebas alkohol atau
bentuk ester.
Dosis
Betametason sodium fosfat juga digunakan dalam pengobatan alergi dan inflamasi pada mata, telinga atau hidung biasanya
berupa tetesan atau salep yang berisi 0,1 % zat aktif.
Daftar Obat
Sumber Martindale The Drug Reference 36th Ed, 2009 hal.1518-1519 K
C. Studi praformulasi eksipien dalam formula sifat fisik dan kimia eksipien fungsi dalam formula stabilitas kimia eksipien.
Nama Senyawa Parafin Solid
Sinonim Hard wax; paraffinum durum; paraffin wax.
Pemerian
Warna : tidak berwarna, tembus cahaya atau berwarna putih
Bentuk : padatan yang ketika disentuh sedikit berminyak dan rapuh.
Bau : tidak berbau Rasa : tidak berasa.
Kelarutan
Larut dalam kloroform, eter, minyak volatil dan minyak. Sedikit sukar larut dalam etanol.
Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%) dan air. Parafin dapat bercampur dengan kebanyakan wax ketika
melebur dan didiginkan.
Titik lebur Variasi grade dengan range lebur yang spesifik.
Stabilitas Parafin harus disimpan pada temperatur tidak lebih dari 40 o
C dalam wadah tertutup.
Inkompatibilitas -
Penggunaan Basisi salep dan agen pengeras.
Nama Senyawa Parafin cair
Sinonim Avatech; Drakeol; heavy mineral oil; heavy liquid petrolatum;liquid petrolatum; paraffin oil; Sirius; white
mineral oil.
Organoleptis Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak memiliki rasa
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol (95%), gliserin dan air, larut dalam aseton, benzen, kloroform, carbon disulfida, eter.
Fungsi Emollient; lubricant; oleaginous vehicle; solvent.
Inkompatibilitas Bahan ini tidak tercampur dengan agen pengoksidasi kuat.
Sumber HOPE Ed 6 hal 481-482
Nama Senyawa Cetostearil alkohol
Sinonim Cetearyl alcohol; Crodacol CS90; Lanette O; Tego Alkanol
1618; Tego Alkanol 6855.
Deskripsi
Cetostearil alkohol merupakan campuran dari alifatik alkohol padat yang berisi setearil alkohol dan cetil alkohol. kombinasinya bervariasi, tetapi biasanya antara 50-70%
stearil alkohol dan 20-30% setil alkohol dengan batas spesifikasi dalam farmakope.
berwarna atau serpihan hampir putih atau granul. Memiliki bau khas yang manis. pada pemanasan cetostearil alkohol melebur menjadi cairan jernih, tidak berwarna atau kuning
pucat bebas zat yang tersuspensi.
Kelarutan Larut dalam etanol (95%), eter dan minyak, praktis tidak
larut dalam air.
Titik lebur 49–56oC atau 48–55oC
Inkompatibilitas Dengan zat pengoksidasi kuat dan garam logam.
Sumber HOPE Ed 6 hal 150-151
Nama Senyawa Vaselin album
Sinonim vaselinum album; white petroleum jelly; white soft paraffin.
Pemerian
Vaselin album berwarna putih atau kuning pucat, bening dengan masa yang lunak. Tidak berbau dan tidak berwarna.
Berfluoresensi lemah ketika dilebur.
Kegunaan
sebagai emollien dan basis salep.
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, etanol panas, glyserin, dan air. Larut dalam benzen, karbon disulfida, kloroform, eter,
heksana .
Inkompatibilitas Vaselin merupakan senyawa inert yang sedikit tidak bercampur
(inkompatibel) dengan bahan lainnya.
FORMULA AKHIR
R/ Betametason 0,1 % Parafin cair 5%
Parafin wax 5%
Cetostearyl Alcohol 5% Vaselin album add 100% m.f salep 15 g
Rancangan Proses Produksi Penimbangan bahan baku
PERHITUNGAN BAHAN 15 gr + 25% = 18,75 gr
Item Material Perhitungan Awal Ditambahkan
25% Sediaan untuk 1000 tube 1 Betametason 0,1% = 0,015 gram 15 mg + 25 % = 18,75 mg 18750 mg 2 Parafin cair 5% = 0,75 gram 750 mg + 25 % = 937,5 mg 937500 mg 3 Parafin Wax 5% = 0,75 gram 750 mg + 25 % = 937,5 mg 937500 mg 4 Cetostearil Alcohol 5% = 0,75 gram 750 mg + 25 % = 937,5 mg 937500 mg 5 Vaselin Album add 100% 15 -
(0,015+0,75+0,75+0,75) = 12,735 gram 12,735 gram + 25% = 15918,75 mg 15918750 mg
Cara dan Proses Pembuatan
Basis salep (paraffin cair,parafin wax,cetostearyl alcohol, dan vaselin kuning) ditimbang 20 - 25 % berlebih dari jumlah yang di minta dalam cawan penguap yang di hampar kain batis dan telah di timbang. tutup cawan penguap dengan kaca arloji besar, sterilkan dalam oven 1500C selama 30 menit.
Basis salep steril di peras panas-panas (jepit ujung kain batis dengan dua pinset steril, satukan dalam satu jepitan, pinset lain digunakan menekan bagian bawah jepitan mendesak leburan basis melewati kain batis), timbang sejumlah yang di perlukan.
Sejumlah tertentu basis yang telah dingin di gerus halus dalam mortir steril lalu tambahkan zat aktif dan gerus hingga homogen.
Tambahkan sisa basis sedikit demi sedikit dalam gerusan zat aktif dan gerus hingga homogen.
Timbang sediaan sejumlah yang di perlukan di atas kertas perkamen steril, digulung dengan bantuan pinset steril.gulungan harus sedemikian rupa agar dapat di masukkan ke dalam tube steril yang ujungnya telah di tutup. kertas perkamen di cabut dari tube jika zat akif tersatukan dengan logam tube.
tekuk dasar tube minimal dua kali dengan penekuk logam.
Nama Alat Sterilisasi Waktu
Pinset logam Oven 170o C 30 menit
Batang pengaduk gelas Oven 170o C 30 menit
Erlenmeyer Oven 170o C 30 menit
Beacker glass Oven 170oC 30 menit
Kaca arloji Oven 170o C 30 menit
Pipet tetes tanpa karet Autoklaf(115-116oC) 30 menit
Karet pipet Rebus 30 menit
Corong gelas dan kertas saring lipat terpasang
Cara Evaluasi Hasil Produksi
Sama dengan salep topikal, ditambah uji kebocoran tube dan uji partikel logam (FI IV <1061>) pada evaluasi fisik (FI IV, 1086<1241>). Di tambah dengan uji kontaminasi mikroba pada evaluasi biologi karena salep mata harus steril.
a. Evaluasi Fisik Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi warna dan bau yang diamati secara visual. Homogenitas
Pengujian salep mata dilakukan dengan mengoleskan zat yang akan di uji pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok. Sediaan harus menunjukan susunan yang homogen. (Depkes RI, 1995)
Uji daya sebar
Evaluasi daya sebar salep mata dilakukan dengan cara berikut : sebanyak 0,5 gram salep mata secara hati-hati diletakan diatas kertas grafik yang dilapisi plastik tansparan. Dibiarkan sesaat ( 1 menit ) dan luas daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi dengan plastik yang diberi beban tertentu masing- masing 50 gram ; 100 gram ; 150 gram dan dibiarkan selama 60 detik. Pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan dapat dihitung. (Voigt, 1994)
Uji daya lekat
Sebanyak 0,25 gram diletakan diatas dua buah kaca objek yang telah ditentukan, kemudian ditekan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit. Setelah itu kaca objek dipasang pada suatu alat test. Alat test diberi beban seberat 80 gram dan kemudian dicatat waktu pelepasan salep dari kaca objek.
Uji Kebocoran Salep Mata
Pilih 10 tube salep mata, dengan segel khusus jika disebutkan. Bersihkan dan keringkan baik-baik permukaan luar tiap tube dengan kain penyerap. Letakkan tube pada posisi horizontal di atas lembaran kertas penyerap, dalam oven dengan
suhu yang diatur pada 60 + 3 0C selama 8 jam. Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai (abaikan bekas salep yang diperkirakan berasal dari bagian luar dimana terdapat lipatan dari tube atau bagian luar dari ulir tutup tube). Jika terdapat kebocoran pada satu tube tapi tidak lebih dari satu; ulangi pekerjaan dengan tambahan 20 tube salep. Persyaratan ini memenuhi jika tidak ada satupun dari 10 tube uji pertama dan kebocoran yang diamati tidak lebih dari satu dari 30 tube yang diuji.
Uji Partikulat
Keluarkan isi dari 10 tube salep. Pertama-tama lebur dalam cawan Petri datar dan kemudian biarkan memadat lalu diamati di bawah mikroskop tenaga rendah yang dilengkapi dengan micrometer lensa mata untuk partikel yang berukuran 50 μm atau lebih besar dalam beberapa dimensi. Syarat-syaratnya diterima jika jumlah total dari partikel logam dalam seluruh 10 tube tidak lebih dari 50 dan jika tidka lebih dari satu tube ditemukan mengandung delapan partikel yang sama.
b. Evaluasi Biologi Uji mikroba
Dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob variabel didalam semua jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hingga sediaan jadi dan untuk menyatakan perbekalan farmasi tersebut bebas dari spesimen mikroba tertentu. Spesimen uji biasanya terdiri dari Staphylococcus aureus, Escherchia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella. Pengujian dilakukan dengan menambahkan 1 ml dari tidak kurang enceran 10-3 biakan mikroba berumur 24 jam kepada enceran pertama spesimen uji (dalam dapar fosfat 7,2 , Media fluid Soybean-Cazein Digest atau Media Fluid lactose Medium) dan di uji sesuai prosedur (Depkes RI, 1995)
c. Evaluasi kimia
Penetapan kadar sejumlah salep mata
o Ditimbang seksama setara dengan 10 mg zat aktif, o Dilarutkan dalam 50 ml eter p.
o Disari berturut-turut dengan 50 ml, 50 ml, 50 ml, dan 30 ml air. o Dikumpulkan sari, encerkan dengan air secukupnya hingga 200,0 ml. o Dicampur, disaring dan dibuang 20 ml filtrat pertama.
o Diencerkan 10,0 ml filtrat dengan air secukupnya hingga 50,0 ml.
o Diukur serapan 1 cm larutan pada maksimum lebih kurang 273 nm. (Depkes RI, 1979).
Daftar Pustaka
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Dirjen POM. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Dirjen POM. Anonim. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Dirjen POM.
Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta : UI Press. BNF. 2007. British National Formulary 54. England : BMJ Publishing Group and RPS
Publishing.
Lachman, L., H.A. Lieberman, dan J.L.Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press.
Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex, Twelfth edition. London : The Pharmaceutical Press.
Martindale The Drug Reference 36th Ed, 2009 hal.1518-1519
Raymond C. Rowe., Paul J Sheskey, dan Marian E.Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth edition. Washington.