7
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. IT BLUE PRINT
Bagi perusahaan informasi merupakan hal yang sangat menunjang keberlangsungan, karenanya dibutuhkan pelayanan tepat waktu, akurat dan memenuhi kebutuhan. Perkembangan perusahaan perlu diimbangi dengan penyesuaian layanan yang berbasis teknologi informasi agar dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada.
Untuk mencapai tujuan perusahaan diperlukan suatu perencanaan dan implementasi teknologi informasi yang selaras dengan perencanaan dan strategi bisnis perusahaan yang telah didefinisikan. Penerapan teknologi informasi yang selaras dengan tujuan perusahaan akan tercapai apabila didukung oleh sistem tata kelola yang baik (IT Governance) dimulai dari perencanaan, implementasi, maupun dukungan hingga evaluasi. Tata kelola teknologi informasi didefinisikan sebagai struktur hubungan dan proses untuk mengarahkan dan mengontrol suatu institusi dalam mencapai tujuannya dengan menambahkan nilai dan menyeimbangkan resiko terhadap teknologi informasi dan proses-prosesnya.
Berikut adalah definisi dari Arsitertur, Kerangka Kerja dan Cetak Biru: Arsitektur adalah seni yang dibuat untuk berimajinasikan diri dan ilmu
merancang yang mencakup desain dari total yang akan dibangun, dari tingkat makrohingga ke tingkat mikro. Arsitektur juga merujuk kepada hasil dari proses desain.
Kerangka kerja adalah sekumpulan perintah/fungsi dasar yang dapat membantu dalam menyelesaikan proses-proses yang lebih kompleks. Cetak biru adalah kerangka kerja terperinci sebagai landasan dalam
pembuatan kebijakan yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran, penyusunan strategi, pelaksanaan program dan fokus kegiatan serta langkah-langkah atau implementasi yang harus dilaksanakan oleh setiap unit di lingkungan kerja.
IT Blue Print (Cetak biru IT) pada intinya berisi rencana strategis perusahaan dalam mengimplementasikan dan membangun sistem informasi perusahaan, didalamnya berisi pedoman kebutuhan sistem informasi yang diperlukan perusahaan. Perlu menjadi catatan penting bahwa IT Blue Print merupakan turunan dari Business Plan perusahaan yang berisi rencana strategis perusahaan (umumnya dibuat masa 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, bahkan ada yang sampai 25 tahun). Teknologi informasi diimplementasikan sebagai alat untuk membantu perusahaan dalam mencapai visi dan misinya, oleh karena itu, sangat dibutuhkan visi dan misi yang jelas dari perusahaan, IT Blue Print harus mengacu pada Business Plan perusahaan, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami visi-misi perusahaan, target dan tujuan yang akan dicapai perusahaan dalam kurun waktu tertentu sehingga dapat dibreakdown secara lebih detil kebutuhan informasi bisnis seperti apa yang dibutuhkan, seperti informasi real time kondisi keuangan, profil pelanggan, efektifitas marketing, produktifitas pekerja, produktifitas
mesin, inventory, profitabilitas produk, dan berbagai informasi spesifik lain yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing perusahaan. Suatu perusahaan memiliki Visi Strategis yang menetapkan arah masa depan. Hal ini membantu perusahaan untuk bergerak dari posisi saat ini (where it is) ke keadaan masa depan (where it wants to be) dan memberikan petunjuk untuk mengembangkan strategi bisnis perusahaan tersebut, yang mendorong Strategi Sistem Informasi. IT Strategy, dipertimbangkan dalam hal visi perusahaan untuk memandu perkembangan Enterprise Architecture (EA) yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah perusahaan seperti (Shah & Mahmood, 2006):
a. Tujuan strategis, sasaran dan strategi b. Kebutuhan-kebutuhan stakeholder c. Penyelarasan TI dengan bisnis
d. Penyediaan informasi yang akurat dan tepat waktu dari data operasional
e. Peningkatan prosedur operasi dan pengambilan keputusan f. Strategi migrasi untuk pembangunan masa depan
g. Persyaratan informasi dan aplikasi
h. Integrasi sistem bisnis dan proses dan sharing data i. Infrastruktur Teknologi dan sistem informasi yang tepat
j. Integritas data, kualitas, konsistensi, keamanan dan kehandalan k. Mengurangi duplikasi dan kompleksitas fungsi bisnis
Dari kebutuhan informasi bisnis kemudian diterjemahkan menjadi kebutuhan sistem dan teknologi yang harus diimplementasikan oleh
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan sistem dan teknologi informasi pada saat implementasi diterjemahkan secara teknis menjadi kebutuhan aplikasi perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) serta Pada saat implementasi juga dijabarkan pengelolaan perusahaan terhadap berbagai sumber daya yang ada mulai dari aspek organisasi, personel, maupun perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) yang akan diimplementasikan.
Pada bagian akhir dari IT Blue Print adalah manajemen proyek yang diimplementasikan perusahaan. Pada bagian ini dipetakan proyek IT apa yang menjadi skala prioritas perusahaan dibandingkan dengan proyek yang lain. Manajemen proyek juga mengatur kalender implementasi setiap proyek hingga kurun waktu tertentu. Hal ini akan sangat berguna bagi perusahaan dalam mengatur sumber daya mulai dari keuangan, sumber daya manusia, dan berbagai sumber daya lain yang terkait.
IT Blue Print dapat mengalami revisi sesuai dengan dinamika bisnis dan kebutuhan perusahaan. Manfaat IT Blue Print untuk perusahaan, antara lain:
1. IT Blue Print menjadi dasar bagi perencanaan perusahaan dalam investasi dan implementasi teknologi informasi.
2. Perusahaan dapat mengelola resiko dengan baik sejak awal sehingga dapat mengurangi berbagai resiko yang mungkin timbul dalam implementasi IT, seperti:
- Ketidaksesuaian antara kebutuhan bisnis dengan sistem informasi yang dibangun.
- Aplikasi tambal sulam sehingga tidak dapat berkomunikasi antara satu dengan yang lain.
- Investasi yang dikeluarkan tidak memberikan manfaat seperti yang diharapkan.
- Standar kualitas sistem informasi tidak sesuai dengan standar industri yang semestinya.
3. IT Blue Print dapat menjadi alat kontrol dan parameter efektif untuk mereview performa dan kesuksesan implementasi Teknologi Informasi pada suatu perusahaan.
2.2. Enterprises Architecture
Enterprise architecture (Arsitektur Enterprise) merupakan cetak biru konseptual yang mendefinisikan struktur dan operasi organisasi yang terdiri dari komponen-komponen enterprise, sifat-sifat dan hubungan di antara komponen tersebut.. Tujuan dari arsitektur enterprise adalah untuk menentukan bagaimana suatu organisasi dapat paling efektif mencapai tujuan saat ini dan masa depan. Enterprise architecture menjelaskan terminologi komposisi komponen perusahaan, hubungannya dengan lingkungan eksternal, dan prinsip-prinsip panduan untuk kebutuhan (analisis), desain, dan evolusi dari suatu perusahaan. Deskripsi ini komprehensif, termasuk tujuan perusahaan, proses bisnis, peran, struktur organisasi, perilaku organisasi, informasi bisnis, aplikasi perangkat lunak, dan sistem komputer
Enterprise architecture merupakan deskripsi dari tujuan stakeholder yang di dalamnya termasuk informasi, fungsionalitas / kegunaan, lokasi organisasi dan parameter kinerja. Arsitektur enterprise mengambarkan rencana untuk mengembangkan sebuah sistem atau sekumpulan sistem yang terintegrasi. (Osvalds, 2001)
Pada prinsipnya arsitektur enterprise merupakan tools yang dipergunakan untuk mewujudkan keselarasan teknologi informasi dengan bisnis yang diterapkam pada perusahaan. (Zarvic & Wieringa) Tahun 2007 menandai peringatan 20 tahun arsitektur enterprise. Sejumlah metodologi enterprise architecture muncul, dan sekitar 90% menggunakan satu dari 4 metodologi yang mendominasi, yaitu Zachman Framework for Enterprise Architectures, The Open Group Architecture Framework (TOGAF), The Federal Enterprise Architecture (FEA), and Gartner. Karena dari beberapa metodologi memiliki komponen dan karakteristik tersendiri, maka perlu memahami lebih dalam mengenai komponen dan karakteristik masing-masing framework tersebut, sehingga metodologi yang digunakan dapat selaras dengan kebutuhan bisnis.
Perbandingan komponen dan karakteristik masing-masing enterprise architecture framework:
2.2.1. The open group architecture framework (TOGAF)
Requirement
Management
Preliminary:
Framework and
Principles
A
Architecture
Vision
C
Information
System
Architecture
F
Migration
Planning
E
Opportunities
and Solutions
G
Implementation
Governance
H
Change
Management
B
Business
Architecture
D
Technology
Architecture
Gambar 2.1. Structure of the TOGAF Architecture Development Method (ADM) (The Open Group Architecture Framework)
The open group architecture framework (TOGAF) adalah framework arsitektur perusahaan yang memberikan pendekatan yang komprehensif untuk merancang, perencanaan, pelaksanaan, dan tata kelola arsitektur informasi perusahaan. TOGAF merupakan level atas dan pendekatan holistik untuk desain, yang biasanya dimodelkan pada empat tingkat, yaitu bisnis, aplikasi, data, dan teknologi.
1 Initation and Architecture Vision 3 Target Architecture 5 Migration Option 6 Implementation Planning 7 SBA Administration 2 Baseline characterization 4 Opportunity Identification
Gambar 2.2. DoD Standards-Based Architecture Planning Process in TAFIM (The Open Group Architecture Framework)
TOGAF memiliki pandangan sendiri, yang dapat ditentukan baik sebagai deskripsi formal dari suatu sistem, atau rencana rinci dari sistem pada tingkat komponen untuk memandu pelaksanaan, atau sebagai struktur komponen, hubungannya, prinsip-prinsip dan pedoman yang mengatur desain dan evolusi.
TOGAF didasarkan pada empat pilar yang disebut domain arsitektur yaitu: 1. Arsitektur bisnis atau arsitektur bisnis proses yang mendefinisikan strategi bisnis, pemerintahan, organisasi, dan proses bisnis utama organisasi.
2. Arsitektur aplikasi yang menyediakan cetak biru untuk sistem aplikasi, interaksi antara sistem aplikasi, dan hubungannya dengan proses bisnis utama dari organisasi.
3. Arsitektur data yang menggambarkan struktur logis dan fisik aset organisasi data dan data yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya. 4. Arsitektur teknis atau arsitektur teknologi yang menggambarkan
perangkat keras, perangkat lunak, dan infrastruktur jaringan yang dibutuhkan untuk mendukung penyebaran.
2.2.2. Zachman Framework
Pada tahun 1980an John Zachman terlibat di IBM dalam pengembangan perencanaan sistem bisnis, sebuah metode untuk menganalisis, mendefinisikan, dan merancang arsitektur informasi organisasi. Zachman framework adalah sebuah enterprise architecture framework yang menyediakan cara formal dan sangat terstruktur untuk melihat dan
mendefinisikan suatu enterprise. Framework ini terdiri dari sebuah matriks dua dimensi klasifikasi yang didasarkan pada enam pertanyaan komunikasi (what, where, why, who, dan how) dengan enam baris sesuai dengan transformasi reifikasi. Framework adalah struktur sederhana dan logis untuk mengklasifikasikan dan mengatur representasi deskriptif dari suatu perusahaan. Meskipun tidak ada urutan prioritas untuk kolom dari framework, urutan top down dari baris ini penting untuk penyelarasan konsep bisnis dan fakta fisik perusahaan yang sebenarnya. Detail dari setiap level adalah fungsi dari setiap sel (dan bukan baris).
Tabel 2.1. The Zachman Framework of enterprise architecture detail (Zachman Framework) DATA WHAT FUNCTION HOW NETWORK WHERE PEOPLE WHO TIME WHEN MOTIVATION WHERE Objective/ Scope (Contextual) Role : Planner List of things important in the business List of Business Processes List of Busines Locations List of important Organizations List of Events List of Business Goal and Strategies Enterprise Model (Conceptual) Role : Owner Conceptual Data/Object Model Business Process Model Business Logistics System Work Flow Model Master Schedule Business Plan System Model (Logical) Role : Designer Logical Data Model System Architecture Model Distributed System Architecture Human Interface Architecture Processing Structure Business Rule Model
Technology Model (Physical) Role : Builder Physical Data/Class Model Technology Design Model Technology Architecture Presentation Architecture Control Structure Rule Design Detailed Reprentation (Out Of Context) Role : Programmer Data Definition Program Network Architecture Security Architecture Timing Definition Rule Speculation Functioning Enterprise Role : User Usable Data Working Function Usable Network Functioning Organization Implemented Schedule Working Strategy
Gambar 2.3. Simplification Zachman Enterprise Framework (Zachman Framework)
Ide dasar Framework Zachman adalah hal kompleks yang sama dapat digambarkan untuk tujuan berbeda dengan cara berbeda menggunakan berbagai jenis deskripsi. Setiap baris dalam Zachman framework mewakili
perspektif tertentu. Sebuah baris atau perspektif tidak selalu memiliki pemahaman yang komprehensif dari perspektif yang rendah. Dalam Zachman framework tahun 1997 baris dijelaskan dari sudut pandang Planner’s view (scope), Owner’s view (enterprise atau model bisnis), Designer’s view (Information System model), Builder’s view (Technology model), Subcontractor’s view (Detailed specifications), Actual system view.
Kolom Zachman framework dapat dijelaskan sebagai perspektif yang masing-masing memfokuskan perhatian pada pertanyaan mendasar yang sama dan jawaban pertanyaan dari sudut pandang berbeda itu menciptakan representasi deskriptif yang berbeda yang menterjemahkan perspektif yang lebih tinggi ke yang lebih rendah. Kolom Zachman framework adalah sebagai berikut data–what, fungsi–how, jaringan–where (dimana), orang– who, waktu–when, gambaran motivasi–mengapa. Menurut Zachman, faktor tunggal membuat kerangka kerja yang unik bahwa setiap elemen di kedua sumbu matriks secara eksplisit dibedakan dari semua elemen lain pada sumbu itu. Representasi dalam setiap sel matriks tidak hanya tingkatan detail meningkat, sebenarnya adalah representasi berbeda-beda dalam konteks, makna, motivasi, dan penggunaan. Karena setiap elemen pada sumbu secara eksplisit berbeda dari yang lain maka memungkinkan untuk mendefinisikan dengan tepat apa yang termasuk dalam setiap sel. Jenis model atau representasi deskriptif arsitektur dibuat eksplisit di persimpangan baris dan kolom. Persimpangan ini disebut sebagai sel. Berikut fokus dari setiap sel dalam kerangka Zachman:
Tabel 2.2. The Zachman Framework of enterprise architecture simple (Zachman Framework)
WHY HOW WHAT WHO WHERE WHEN
Contextual Goal List Process List Material List
Organisational Unit and Role
List Geographical Location List Event List Conceptual Goal Relationship Process Model Entity Relationship Model Organisational Unit and Role
Relationship Model
Locations Model
Event Model
Logical Rules Diagram
Process Diagram Data Model Diagram Role Relationship Diagram Location Diagram Event Diagram Physical Rules Specification Process Function Specification Data Entity Specification Role Specification Location Specification Event Specification
Detailed Rules Detail Process Detail Data Detail Role Detail
Location Detail
Event Detail
2.2.3. Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF)
Federal enterprise architecture adalah arsitektur enterprise pemerintah federal. Sebuah enterprise architecture menggambarkan keadaan pada saat ini dan masa depan lembaga, dan menjabarkan rencana untuk transisi dari kondisi saat ini ke keadaan masa depan yang diinginkan. Federal enterprise architecture adalah sebuah karya dalam proses untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini dirancang untuk kemudahan berbagi informasi dan sumber daya di seluruh badan-badan federal, mengurangi biaya, dan memperbaiki keadaan masyarakat.
Gambar 2.4. Structure of the U.S. "Federal Enterprise Architecture Framework" (FEAF) Components (Federal enterprise architecture)
FEA dibangun dengan menggunakan berbagai macam model referensi, yang mengembangkan taksonomi umum dan ontologi untuk menggambarkan sumber daya IT, ini termasuk: Kinerja reference model, bisnis model reference, layanan komponen model reference, data reference model, dan model referensi teknis. Hal ini dirancang untuk kemudahan berbagi informasi dan sumber daya di seluruh badan-badan federal, mengurangi biaya, dan meningkatkan layanan warga Negara.
Gambar 2.5. Federal Enterprise Architecture (Federal enterprise architecture)
2.2.4. Gartner
Menurut Gartner, arsitektur enterprise adalah mengenai menyatukan tiga unsur yaitu pemilik bisnis, spesialis informasi, pelaksana teknologi. Arsitektur enterprise dalam tampilan Gartner adalah tentang strategi bukan tentang teknik. Hal ini difokuskan pada tujuan. Salah satu visi yang memiliki konsekuensi besar adalah di arsitektur bisnis, informasi dan teknik.
Gambar 2.6. Gartner Enterprise Architecture Framework (Gartner EA Framework)
2.2.5. Perbandingan Enterprise Architecture Framework
Metodologi enterprise arsitektur memiliki pendekatan yang berbeda-beda, ada 12 kriteria yang sering digunakan untuk membandingkan dan mengevaluasi arsitektur metodologi. Tidak semua kriteria relevan untuk perusahaan dan beberapa lebih penting dari yang lain namun bagian ini berfungsi sebagai titik awal untuk melakukan evaluasi. Adapun peringkat masing-masing metodologi ditetapkan nilai sebagai berikut:
1. Very poor = kurang
2. Inadequate = tidak memadai 3. Acceptable = diterima 4. Very good = sangat baik
Perlu diketahui bahwa peringkat ini bersifat subyektif.
a. Taxonomy completes mengacu pada seberapa baik anda dapat menggunakan metodologi untuk mengklasifikasikan berbagai artefak arsitektur.
b. Process completeness sepenuhnya mengacu pada bagaimana metodologi memandu anda melalui proses langkah demi langkah untuk menciptakan arsitektur enterprise.
c. Reference model guidance mengacu pada bagaimana metodologi berguna dalam membantu membangun satu set model referensi.
d. Practice guidance mengacu pada berapa banyak metodologi membantu anda mencerna pola pikir arsitektur perusahaan ke organisasi anda. e. Maturity Model mengacu pada berapa banyak panduan metodologi
yang berbeda dalam perusahaan anda dalam menggunakan enterprise architecture.
f. Business Focus mengacu pada apakah metodologi akan fokus pada penggunaan teknologi untuk mendorong nilai bisnis, dimana nilai bisnis secara khusus didefinisikan sebagai biaya dikurangi dan/atau pendapatan meningkat.
g. Governance guidance mengacu pada berapa banyak metodologi membantu dalam memahami dan menciptakan model pemerintahan yang efektif untuk enterprise architecture.
h. Partitioning guidance mengacu pada seberapa baik metodologi akan memimpin ke dalam partisi otonom yang efektif dari perusahaan, yang merupakan pendekatan yang penting untuk mengelola kompleksitas. i. Prescriptive catalog mengacu pada seberapa baik metodologi
memandu anda dalam menyiapkan katalog aset arsitektur yang dapat digunakan kembali dalam kegiatan di masa depan.
j. Vendor neutrality mengacu pada seberapa besar kemungkinan anda untuk menjadi terkunci ke sebuah konsultan tertentu dengan mengadopsi metodologi ini.
k. Information availability mengacu pada jumlah dan kualitas informasi gratis atau murah tentang metodologi ini.
l. Time to value mengacu pada kemungkinan lamanya waktu anda akan menggunakan metodologi ini sebelum anda mulai menggunakannya untuk membangun solusi yang memberikan nilai bisnis yang tinggi.
Tabel 2.3. Kriteria dan Ringkasan Peringkat Metodologi Enterprise Architecture (A Comparison of the Top Four Enterprise-Architecture Methodologies)
CRITERIA TOGAF ZACHMAN FEA GARTNER
Taxonomy completes (taksonomi) 2 4 2 1
Process completeness (kelengkapan proses)
4 1 2 3
Reference model guidance (panduan referensi model)
3 1 4 1
Practice guidance (panduan pelaksanaan) 2 1 3 4
Maturity model (model efektifitas) 1 1 3 2
Business focus (Fokus bisnis) 2 1 1 4
Governance guidance (panduan pengaturan)
2 1 3 3
Partitioning guidance (panduan partisi) 2 1 4 3 Prescriptive catalog (katalog yang
memberi petunjuk)
2 1 4 2
Vendor neutrality (netralitas vendor) 4 2 3 1 Information availability (ketersediaan
informasi)
4 2 2 1
Tabel 2.4. Perbandingan Karakteristik Enterprise Architecture Framnework (A Comparison of the Top Four Enterprise-Architecture Methodologies) ENTERPRISE
ARCHITECTURE FRAMEWORK
CHARACTERISTIC
TOGAF
Enterprise architecture development methodology, History in defence, Open standard, Neutral, Broad acceptance, Holistic perspective, Process/planning tool.
Zachman
Positioning framework, Catogorizing deliverables, Limited usesfulness EA, History in manufacturing, Broad acceptance, Limited holistic Perspect, Planning tool.
FEAF
Enterprise architecture reference framework, History in enterprise architecture planning, US Gov standard, Broad US Gov acceptance, Holistic Perspective, Planning and
communication tool.
Gartner Framework Strategy, Planning and communication tool
Tabel 2.5. Perbandingan Komponen Enterprise Architecture Framenetwork (A Comparison of the Top Four Enterprise-Architecture Methodologies)
KOMPONEN
FRAMEWORK
ZACHMAN TOGAF FEAF GARTNER
Data X
Function X
People X Time X Motivation X Arsitektur Bisnis X X X Arsitektur Data X X Arsitektur Aplikasi X X Arsitektur Teknis X X Arsitektur Technology X Arsitektur Informasi X 2.3. TOGAF
TOGAF adalah framework untuk mengembangkan suatu arsitektur enterprise. TOGAF dikembangkan dan dikelola oleh anggota dari The Open Group, bekerja dalam Forum Arsitektur (www.opengroup.org/architecture). TOGAF muncul dengan cepat dan merupakan kerangka kerja serta metode yang dapat diterima secara luas dalam pengembangan arsitektur perusahaan. Perkembangan asli TOGAF Versi 1 tahun 1995 didasarkan pada Technical Architecture Framework for Information Management (TAFIM), yang dikembangkan oleh US Department of Defense (DoD). DoD memberi izin eksplisit kepada Open Group untuk menciptakan TOGAF dengan membangun di TAFIM. Mulai dari fondasi ini, para anggota The Open Group Architecture Forum telah mengembangkan versi-versi dari TOGAF dan diterbitkan di The Open Group. TOGAF 8 (Enterprise Edition) dirilis pada awal 2004 dan pada
saat ini sudah ada TOGAF 9.1 yang secara keseluruhan melengkapi versi sebelumnya. TOGAF memberikan metode yang detil tentang bagaimana membangun dan mengelola serta mengimplementasikan arsitektur enterprise dan sistem informasi yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM). (Varveris & Harrison, 2005)
2.3.1. Struktur Dokumen TOGAF
Gambar 2.7. Struktur Dokumen TOGAF (TOGAF® Version 9.1, an Open Group Standard)
Dokumen TOGAF terdiri dari tujuh bagian yaitu: a. BAGIAN I (Pendahuluan)
Bagian ini memberikan pengenalan high level untuk konsep-konsep enterprise architecture khususnya dengan pendekatan TOGAF. Berisi definisi dari istilah yang digunakan di seluruh TOGAF dan catatan rilis merinci perubahan antara versi ini dan versi sebelumnya dari TOGAF. b. BAGIAN II (Architecture Development Method)
Bagian ini adalah inti dari TOGAF. Menggambarkan ADM TOGAF yang merupakan pendekatan langkah demi langkah untuk mengembangkan suatu arsitektur enterprise.
c. BAGIAN III (ADM Guidelines and Techniques)
Bagian ini berisi kumpulan pedoman dan teknik yang tersedia untuk digunakan dalam menerapkan TOGAF dan TOGAF ADM.
d. BAGIAN IV (Architecture Content Framework)
Bagian ini menjelaskan konten TOGAF framework, termasuk metamodel terstruktur untuk artefak arsitektur, penggunaan kembali re-use arsitektur dan gambaran dari typical arsitektur deliverables. e. BAGIAN V (Enterprise Continuum & Tools)
Bagian ini membahas taksonomi dan tools yang tepat untuk mengkategorikan dan menyimpan output dari kegiatan arsitektur. f. BAGIAN VI (TOGAF Reference Models)
Bagian ini memberikan pilihan model referensi arsitektur, yang meliputi TOGAF Foundation Architecture, dan Integrated Information Infrastructure Reference Model (III-RM).
g. BAGIAN VII (Architecture Capability Framework)
Bagian ini membahas organisasi, proses, keterampilan, peran, dan tanggung jawab yang diperlukan untuk membangun dan mengoperasikan fungsi arsitektur dalam suatu enterprises.
2.3.2. Architecture Development Method
ADM menyatakan visi dan prinsip yang jelas tentang bagaimana melakukan pengembangan arsitektur enterprise. Prinsip tersebut digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan dari pengembangan arsitektur enterprise oleh organisasi (Lankhorst & Drunen, 2007) meliputi :
- Prinsip enterprise menyebutkan bahwa pengembangan arsitektur yang dilakukan diharapkan mendukung seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang membutuhkan.
- Prinsip TI lebih mengarahkan konsistensi penggunaan TI pada seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang akan menggunakan.
- Prinsip Arsitektur berarti merancang arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan proses bisnis dan bagaimana mengimplementasikannya. Metodologi untuk desain arsitektur didalam TOGAF disebut architecture development method (ADM) yaitu suatu proses yang menyeluruh, terintegrasi untuk mengembangkan dan memelihara suatu EA. ADM meliputi 9 tahapan dasar,yaitu:
Tahap Preliminary mendefinisikan kerangka dan prinsip arsitektur yang akan diterapkan. Merupakan tahap persiapan proses perancangan, dimana dilakukan penyusunan framework dan prinsip-prinsip arsitektur. Framework diuraikan dalam bentuk visi arsitektur, sedangkan prinsip-prinsip diuraikan untuk masing-masing arsitektur yang akan dikaji yaitu proses bisnis, data aplikasi dan teknologi.
2. Phase A: Architecture Vision.
Tahap Architecture Vision menggambarkan batasan-batasan dari rancangan arsitektur dan bertujuan menciptakan keseragaman pandangan mengenai pentingnya arsitektur enterprise untuk mencapai tujuan organisasi yang dirumuskan dalam bentuk strategi serta menentukan lingkup dari arsitektur yang akan dikembangkan. Pada tahapan ini dilakukan pendefinisian ruang lingkup, batasan-batasan dan ekspektasi dari rancangan arsitektur, untuk kemudian menetapkan visi arsitektur yang diusulkan dan dipetakan strategi yang divalidasi untuk menyusun statement of architecture work untuk mendapatkan arsitektur yang ideal.
3. Phase B: Business Architecture.
Tahap Business Architecture mendefinisikan kondisi awal (as is) arsitektur bisnis, menentukan model bisnis atau aktivitas bisnis yang diinginkan berdasarkan skenario bisnis (to be) dan melakukan gap analysis antara baseline dengan target. Pada tahap ini tools dan metode umum untuk pemodelan seperti UML bisa digunakan untuk membangun model yang diperlukan.
4. Phase C: Information System Architecture.
Tahap Information System Architecture lebih menekankan pada aktivitas pengembangan arsitektur sistem informasi. Tahap ini juga didefinisikan kondisi awal (as is) arsitektur informasi, menentukan model infomasi yang diinginkan berdasarkan skenario arsitektur informasi (to be) dan melakukan gap analysis antara baseline dengan target. Pendefinisian arsitektur sistem informasi dalam tahap ini meliputi :
- Arsitektur Data (Data Architecture)
Arsitektur data melakukan indentifikasi entitas data, serta menggambarkan asosiasi data dengan proses dan skema data. Indentifikasi entitas data dilakukan berdasarkan arsitektur bisnis yang ada. Aliran informasi antar sistem didekomposisikan sebagai entitas data. Arsitektur data fokus pada kegunaan data untuk kebutuhan fungsi bisnis, proses dan layanan, dengan menggunakan teknik seperti ER-Diagram, Class Diagram, dan Object Diagram. - Arsitektur Aplikasi (Applications Architecture)
Arsitektur aplikasi melakukan identifikasi aplikasi-aplikasi yang tersedia dan relevan dalam Enterprise Continuum. Hasil identifikasi arsitektur aplikasi diusulkan sesuai dengan kebutuhan. Arsitektur aplikasi menekankan pada perencanaan kebutuhan aplikasi dengan mempergunakan Application Portfolio Catalog pada model aplikasi dengan teknik Application Communication Diagram, Application and User Location Diagram.
5. Phase D: Technology Architecture.
Tahap Technology Architecture membangun arsitektur teknologi yang diinginkan, dimulai dari penentuan jenis kandidat teknologi yang diperlukan dengan menggunakan Technology Portfolio Catalog yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras. Tahap ini juga mendefinisikan kondisi awal (as is) arsitektur tehnologi, menentukan model tehnologi yang diinginkan berdasarkan skenario arsitektur tehnologi (to be) dan melakukan gap analysis antara baseline dengan target. Pada tahap ini juga dipertimbangkan alternatif-alternatif yang diperlukan dalam pemilihan teknologi. Teknik yang digunakan meliputi Environment and Location Diagram, Network Computing Diagram.
6. Phase E: Opportunities and Solutions.
Tahap opportunities and solution menekankan pada manfaat yang diperoleh dari arsitektur enterprise, meliputi arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi. Pada tahap ini peluang-peluang bisnis baru dari arsitektur pada tahap-tahap sebelumnya yang mungkin muncul diidentifikasi. Hasil dari fase ini merupakan dasar dari rencana implementasi yang diperlukan untuk mencapai sasaran rancangan arsiterktur dan menjadi dasar bagi stakeholder untuk memilih dan menentukan arsitektur yang akan diimplementasikan. Untuk memodelkan tahapan ini dalam rancangan bisa menggunakan teknik Project Context Diagram dan Benefit Diagram.
7. Phase F: Migration Planning.
Tahap migration planning melakukan penilaian dalam menentukan rencana migrasi dari suatu sistem informasi, bertujuan untuk membuat suatu rencana migrasi, termasuk prioritas pekerjaan dan sasaran dari tahap ini adalah, memilah beberapa proyek-proyek implementasi berdasarkan prioritas utama. Pada tahap ini juga disusun roadmap dari keseluruhan implementasi, untuk pemodelannya dapat menggunakaan matrik penilaian dan keputusan terhadap kebutuhan utama dan pendukung dalam organisasi terhadap impelementasi sistem informasi, sehingga pengembangan migrasi terencana.
8. Phase G: Implementation Governance.
Tahapan implementation governance menyusun rekomendasi untuk pelaksanaan tatakelola implementasi yang sudah dilakukan, meliputi tatakelola organisasi, tatakelola teknologi informasi, dan tatakelola arsitektur, serta membuat suatu manajemen komunikasi dari proyek tersebut. Pemetaaan dari tahapan ini dapat dipadukan dengan framework seperti COBITS.
9. Phase H: Architecture Change Management.
Tahap architecture change management menetapkan rencana manajemen arsitektur dengan cara melakukan pengawasan terhadap perkembangan teknologi dan perubahan lingkungan perusahaan, baik internal maupun eksternal serta menentukan siklus pengembangan arsitektur enterprise berikutnya. Merupakan tahapan penting dari metodologi TOGAF karena infrastruktur TI terus berkembang
menyesuaikan kebutuhan bisnis yang ada. Sasaran dari tahapan ini adalah membangun suatu arsitektur proses manajemen perubahan bagi dasar arsitektur yang baru setelah tahapan tata laksana implementasi dilaksanakan.
ADM merupakan rangkaian proses yang berulang, baik di dalam keseluruhan rangkaian proses, di antara tahapan tertentu, atau di dalam suatu tahapan tertentu. Dalam setiap perulangan prosesnya, dipertimbangkan ruang lingkup, detil, jadwal, dan milestone yang akan dicapai,.juga diperhatikan aset yang dihasilkan pada proses perulangan sebelumnya dan kondisi pasar untuk menyesuaikan dengan kesiapan infrastruktur, sumber daya manusia, dan value dari model sistem dan model bisnis yang ada.
Dari semua tahapan ADM, terdapat banyak deriverables yang bisa dihasilkan, baik sebagai input maupun output. Namun, deliverables tersebut adalah rekomendasi, melakukan dokumentasi yang lengkap berikut versinya sangat dianjurkan, sehingga bisa diketahui perubahan-perubahan yang sudah dilakukan.
2.3.3. The Architecture Content Framework
Pelaksanaan ADM akan menghasilkan output sebagai hasil dari effort, seperti process flows, architectural requirements, project plans, project compliance assessments, dll. Architecture Content Framework TOGAF menyediakan model struktural untuk konten arsitektur yang memungkinkan produk kerja yang didefinisikan secara konsisten,
terstruktur, dan terpresentasikan. Architecture Content Framework menggunakan tiga kategori untuk menggambarkan tipe arsitektur:
Gambar 2.8. Relationships between Deliverables, Artifacts, and Building Blocks (TOGAF® Version 9.1, an Open Group Standard)
a. Deliverable
Merupakan produk kerja yang ditentukan dan secara resmi diUlas, disetujui, dan ditandatangani oleh para pemangku kepentingan. Deliverables mewakili output dari proyek dan dalam bentuk dokumentasi yang biasanya akan diarsipkan pada saat penyelesaian proyek, atau dialihkan ke dalam Arsitektur Repository sebagai model referensi, standar, atau snapshot dari Architecture Landscape.
b. Artifact
Merupakan produk arsitektur yang menggambarkan aspek arsitektur. Artifact umumnya diklasifikasikan sebagai katalog (lists of things),
matriks (showing relationships between things), dan diagram (pictures of things).
c. Building block
Merupakan komponen (potentially re-usable) dari bisnis, IT, atau kemampuan arsitektur yang dapat dikombinasikan dengan building block lain untuk menghasilkan arsitektur dan solusi.
2.4. Tinjauan Literatur
Tinjauan literatur penelitian dilakukan untuk mempelajari berbagai teori yang berhubungan dengan kerangka pemecahan permasalahan, yang diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan yang terkait dengan penelitian, dokumentasi tentang TOGAF dan referensi lainnya. Selama ini TI sering ditinjau sebagai departemen yang konsumtif, dengan tehnologi baru yang dipakai. Departemen TI perlu mengubah persepsi ini dengan melihat masuknya tehnologi, memanfaatkan penyebarannya dan mengexploitasi manfaatnya bagi perusahaan (Gartner, 2006). Para pemangku kepentingan dapat menggunakan Enterprise Architecture sebagai 'alat' untuk mengelola sistem engineering dan perubahan. (Chen, Doumeingts, & Vernadat, 2008)
Selain itu, penulis juga melakukan wawancara dan observasi langsung ke lapangan untuk menggali informasi yang diperlukan. Penulis menggunakan kerangka kerja perancangan enterprise architecture yang diturunkan dari kerangka kerja TOGAF. Selanjutnya melakukan perancangan dari infrastruktur teknologi informasi perusahaan. Tahapan
tersebut akan menghasilkan usulan infrastruktur teknologi pendukung sistem informasi masa depan dari PT NLK Indonesia.
Tabel 2.6. Tinjauan Literatur
NO NAMA (TAHUN) METODE OUTPUT PENELITIAN KEKURANGAN KELEBIHAN SCOPE DAN PERMASALAHAN 1. (Lankhorst & Drunen, 2007) TOGAF, Achimate Penggabungan ArchiMate, bahasa pemodelan untuk EA, dengan TOGAF. Untuk memetakan struktur TOGAF cukup sulit menurut pandangan Achimate, dimana TOGAF tidak menyediakan panduan tentang cara membuat model konsisten keseluruhan arsitektur. Achimate melengkapi TOGAF dengan menyediakan konsep independen yang dapat menutup kekurangan TOGAF. Eksplorasi penggabungan ArchiMate dengan TOGAF pada penggunaan pandangan dan sudut pandang bagaimana kedua metode ini dapat saling melengkapi. 2. (Chen, Doumeingts, & Vernadat, 2008) SOA, Web Service, Web Platform Pendekatan yang diaplikasikan pada arsitektur penelitian dengan pengembangan arsitektur untuk integrasi enterprise. Pendefinisian arsitektur untuk pengembangan system perusahaan yang interoperabilitas tidak berhasil.
SOA, Web Service dan Web Platform merupakan solusi untuk komunikasi antar platform dalam EA.
Gambaran pengembangan EA pada abstraksi high level dan teknologi khusus yang independen.
3. (Dahalin, Razak, Ibrahim, Yusop, & Kasiran, 2010) Sistemic Enterprise Architecture Methodology (SEAM) Pendekatan SEAM terbukti bahwa EA akan mampu mengatasi penyelarasan antara bisnis organisasi dan penerapan IT Organisasi sektor pemerintahan dan publik kurang mengambil bagian dalam penerapan EA bila dibandingkan dengan sektor swasta.
SOA lebih populer dari Zachman Framework menunjukkan bahwa organisasi berhati-hati dalam mengadopsi teknologi baru.
Alasan utama untuk mengadopsi EA untuk mendukung bisnis dan keselarasan TI menjadi alasan penting untuk kegiatan EA menunjukkan bahwa organisasi ingin memastikan strategi bisnis sejalan strategi TI. 4. (Zarvic & Wieringa) EAF (Zachman, Four-domain, TOGAF and RM-ODP) Kerangka dalam paper ini menggunakan mekanisme abstraksi yang berbeda, namun tetap dapat dipetakan ke dalam kerangka GRAAL dengan beberapa pendekatan. Hasilnya adalah sebuah Integrated EAF (IEAF). Menggunakan mekanisme abstraksi yang berada pada metalevel sehubungan, yang menjelaskan hubungan antara kerangka kerja yang berbeda. EAFs pada tingkat yang lebih tinggi dari abstraksi dapat mengintegrasikan kerangka kerja yang menggunakan mekanisme abstraksi tingkat yang lebih rendah.
TOGAF bila dibandingkan dengan semua framework lain yang disajikan dalam paper ini, yang paling komprehensif, karena TOGAF memiliki panduan lengkap untuk pengembangan EA dan metode pengembangan arsitektur. TOGAF dibandingkan dengan kerangka lain paling komprehensif, karena panduan lengkap untuk pengembangan EA dan metode pengembangan arsitektur. TOGAF membedakan empat jenis arsitektur, yaitu arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi.
5. (Osvalds, 2001) Zachman Framework Penggunaan arsitektur untuk memodelkan fungsi perusahaan dengan menyediakan cara untuk memverifikasi kendala desain sistem sebelum membuat dan melaksanakan desain arsitektur. Keputusan desain membahas masalah-masalah sistem mempengaruhi bagaimana sistem akan dibangun, biaya, pemeliharaan, dan interoperabilitas. EA memberkan panduan kepada sistem engineer sehingga sistem EA yang lebih baik dan mencerminkan kebutuhan. Arsitektur-centric untuk desain sistem menyediakan informasi untuk system enggineer, dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi desain sistem. Konsep bridging untuk menentukan model untuk perspektif arsitektur. Proses bridging menyediakan metodologi untuk mengembangkan model arsitektur dari EA yang secara langsung dapat ditelusuri sehingga memastikan bahwa elemen benar-benar menggambarkan EA
2.5. Tujuan dan Tahapan Langkah Penelitian
Pada pendefinisian masalah terdapat penyelarasan antara strategi bisnis dengan strategi teknologi, kemudian dilanjutkan dengan pendefinisian sumber data dimana suatu data diperlukan adanya integrasi antara unit satu dengan yang lainnya sehingga memperoleh data yang baik. Pada penyimpanan dan pengolahan data terjadi keselarasan fungsi satu dengan yang lainnya, hal ini tentunya sangat perlu diperhatikan karena pada suatu pengolahan data diperlukan penerapan fungsi yang sejalan. Dalam hal penyusunan penulis mencoba menerapkan Analisis TOGAF sebagai bahan acuan. Sehingga pada akhirnya menghasilkan data validasi yang bias diterima dan diterapkan oleh PT NLK Indonesia, dan menghasilkan
rancangan Arsitektur TI yang efektif dan relevan serta dapat menjawab permasalahan aktual perusahaan baik di tingkat strategis maupun operasional.
Tabel 2.7. Perbandingan Tujuan dan Langkah Tinjauan Literatur per Fase
FASE TUJUAN LANGKAH
Preliminary Menyusun kapabilitas arsitektur termasuk kustomisasi TOGAF dan mendefinisikan prinsip-prinsip arsitektur.
Menyakinkan setiap orang yang terlibat di dalamnya bahwa pendekatan dilakukan untuk mensukseskan proses arsitektur.
Menspesifikasikan who, what, why, when, dan where dari arsitektur itu sendiri.
Mendefinisikan ruang lingkup dari usaha. (What)
Menentukan personil yang memodelkan dan bertanggung jawab mengerjakan arsitektur, dimana akan dialokasikan dan bagaimana peranannya. (Who) Mengembangkan arsitektur
interprise, menentukan framework dan metode yang digunakan. (How)
Menentukan tanggal penyelesaian. (When) Menetapkan tujuan
pembangunan arsitektur yang dapat memenuhi tujuan organisasi. (Why)
Architecture Vision
Menjamin evolusi dari siklus pengembangan arsitektur mendapat pengakuan dan dukungan dari manajemen enterprise.
Mensyahkan prinsip bisnis, tujuan bisnis serta
pergerakan strategis bisnis organisasi.
Mendefinisikan ruang lingkup dan melakukan identifikasi dan
memprioritaskan komponen dari arsitektur saat ini. Mendefiniskan kebutuhan
bisnis yang akan dicapai dalam usaha arsitektur ini dan batasannya.
Menghasilkan visi arsitektur yang menunjukan respon terhadap kebutuhan dan batasannya.
Menentukan / menetapkan proyek
Mengindentifikasi tujuan dan pergerakan bisnis.
Meninjau prinsip arsitektur termasuk prinsip bisnis berdasarkan arsitektur saat ini yang akan dikembangkan. Mendefinisikan apa yang ada
di dalam dan di luar ruang lingkup usaha saat ini. Mendefinisikan
batasan-batasan seperti waktu, jadwal, sumber daya dan sebagainya. Mengindentifikasikan
stakeholder, kebutuhan bisnis dan visi arsitektur.
Mengembangkan Statement of Architecture Work.
Business Architecture
Menguraikan deskripsi arsitektur bisnis dasar.
Mengembangkan deskripsi asitektur bisnis saat ini untuk
Mengembangkan arsitektur bisnis tujuan, menguraikan strategi produk dan/atau service dan aspek geografis, informasi, fungsional dan organisasi dari lingkungan bisnis yang berdasarkan pada prinsip bisnis, tujuan bisnis dan penggerak strategi. Menganalisi gap antara
arsitektur saat ini dan tujuan. Memilih titik pandang
relevan sehingga tujuan stakeholder dapat dicapai dalam arsitektur bisnis. Memilih tools dan teknik
relevan yang akan digunakan.
mendukung arsitektur bisnis target.
Mengindentifikasi reference model, sudut pandang dan tools
Melengkapi arsitektur bisnis Melakukan gap analisis dan
membuat laporan
Information Systems Architectures
Mengembangkan arsitektur dalam domain data dan aplikasi.
Membatasi ruang lingkup dari proses bisnis yang didukung pada proses yang
Mengembangkan deskripsi arsitektur data dasar
Review dan validasi prinsip, reference model, sudut pandang dan tools.
didukung oleh TI dan interface dari proses yang berkaitan dengan non-TI. Implementasi dari arsitektur,
diutamakan yang sangat dibutuhkan.
Memilih arsitektur data building block
Melengkapi arsitektur data Melakukan gap analysis
arsitektur data saat ini dengan arsitektur data target dan membuat laporan. Technology
Architecture
Membangun arsitektur teknologi yang diinginkan, dimulai dari jenis teknologi yang diperlukan dengan menggunakan Technology Portfolio Catalog yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras.
Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang diperlukan dalam pemilihan teknologi.
Membuat deskripsi dasar dalam format TOGAF
Mempertimbangkan reference model arsitektur yang berbeda, sudut pandang dan tools. Membuat model arsitektur
dari building block
Memilih services portfolio yang diperlukan untuk setiap building block
Mengkonfirmasi bahwa tujuan bisnis tercapai
Menentukan kriteria pemilihan spesifikasi
Melengkapi definisi arsitektur Melakukan gap analysis antara
arsitektur teknologi saat ini dengan arsitektur teknologi target.
Opportunities and Solutions
Mengevaluasi model yang telah dibangun untuk
arsitektur saat ini dan tujuan. Identifikasi proyek yang
akan dilaksanakan untuk mengimplementasikan arsitektur tujuan dan klasifikasikan sebagai pengembangan baru atau penggunaan kembali sistem yang sudah ada.
Review gap analysis yang sudah dilaksanakan.
Mengevaluasi dan memilih pilihan implementasi yang diidentifikasikan dalam pengembangan arsitektur. Identifikasi parameter
strategik untuk perubahan dan pelaksanaan proyek.
Menafsirkan biaya, manfaat dan ketergantungan dari proyek.
Menghasilkan implementasi keseluruhan dan strategi migrasi implementasi. Migration and
Planning
Memilih proyek yang menjadi urutan prioritas. Membentuk dasar
perencanaan implementasi detail dan rencana migrasi.
Melakukan analisis resiko dan biaya.
Membuat daftar prioritas proyek yang akan berjalan Menafsirkan biaya, manfaat
dan ketergantungan dari proyek.
Governance implementasi arsitektur. Melaksanakan fungsi
pengawasan saat
implementasi dan deploy Menjamin kecocokan antar
proyek implementasi arsitektur.
dari setiap proyek implementasi Membangun proses
deployment dan implementasi secara keseluruhan Architecture Change Management Menentukan proses manajemen perubahan arsitektur. Menyediakan monitoring berkelanjutan dari hal-hal seperti pengembangan teknologi baru dan
perubahan dalam lingkungan bisnis dan menginisialisasi siklus evolusi arsitektur yang baru.
Menyusun prosedur untuk mengelola perubahan arsitektur. Melakukan manajemen perubahan. Melakukan pemeliharaan arsitektur 2.6. Issue Perusahaan
Dalam perancangan IT Blueprint pada PT NLK Indonesia, penulis merasa perlu untuk menggali permasalahan perusahaan dari para stakeholder selengkap-lengkapnya, dan seringkali permasalahan yang paling mendasar dapat diidentifikasikan dari prestasi perusahaan dalam menjalankan
misinya dan merealisasikan visi perusahaan. Dalam hal ini penulis mengidentifikasi permasalahan perusahaan secara garis besar:
a. Kebutuhan perusahaan
- Layanan dasar yang seharusnya disediakan oleh perusahaan
- Penyediaan layanan yang ideal dan sesuai dengan proses bisnis perusahaan
- Peningkatan mutu layanan dari yang ada saat ini b. Permasalahan layanan
- Evaluasi kinerja layanan saat ini
- Penanganan masalah yang timbul dalam kinerja layanan c. Waktu dan tenaga yang dibutuhkan
- Identifikasi proses layanan organisasi yang membutuhkan waktu lama
- Identifikasi aktifitas yang rumit dalam perusahaan
- Identifikasi aktifitas yang dapat menghemat waktu proses d. Kebutuhan masa depan
- Aspek layanan yang penting di masa depan
Selain pengidentifikasian masalah, IT Blueprint pada PT NLK Indonesia juga disusun berdasarkan pada solusi model acuan bagi rancangan arsitektur berupa pola solusi best practice dengan ketepatan untuk mendukung pencapaian tujuan strategis organisasi serta mempertimbangkan kondisi TI perusahaan saat ini, trend teknologi dan peraturan perundangan.