• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN ETOS KERJA GURU PAI DI SMP NEGERI 1 BATANGHARI LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2017/2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN ETOS KERJA GURU PAI DI SMP NEGERI 1 BATANGHARI LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2017/2018"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN ETOS KERJA GURU PAI DI SMP NEGERI

1 BATANGHARI LAMPUNG TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Oleh:

RISTA RIZKI ANA

NPM.1399401

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) METRO

1439 H / 2017 M

(2)

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN ETOS KERJA GURU

PAI DI SMP NEGERI 1 BATANGHARI

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

RISTA RIZKI ANA

NPM.1399401

Pembimbing I : Drs. H. Mokhtaridi Sudin, M.Pd Pembimbing II : Dr. Sri Andri Astuti, M.Ag

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) METRO

1439 H / 2017 M

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN ETOS KERJA GURU PAI DI SMP NEGERI 1 BATANGHARI

TAHUN PELAJARAN 2017/2018 ii

(3)

ABSTRAK Oleh:

RISTA RIZKI ANA

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor efektif yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi dan misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program sekolah yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai, baik pengetahuan profesional, kepemimpinan instruksional, ketrampilan administratif, dan ketrampilan social untuk meningkatkan mutu sekolah. Peran kepala seorang sekolah tidak bisa terlepas begitu saja, semua hal yang menjadi syarat kemajuan sekolah terlebih upaya untuk meningkatkan etos kerja guru merupakan salah satu tanggungjawab yang harus diperankan oleh kepala sekolah.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan etos Guru PAI di SMP Negeri 1 Batanghari, (2) untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru PAI di SMP Negeri 1 Batanghari.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan tehnik analisis data, peneliti menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru PAI di SMP Negeri 1 Batanghari meliputi: (a) peran kepala sekolah sebagai supervisor internal di bidang akademik yakni dengan melaksanakan supervisi pengajaran secara teratur dan kontinyu, (b) peran kepala sekolah sebagai evaluator yakni dengan melakukan pengawasan atau monitoring dan evaluasi terhadap etos kerja para guru dan karyawan secara terjadwal dan kontinyu, dan (c) peran sekolah sebagai educator yakni dengan memberikan arahan, petunjuk dan pembinaan terhadap para guru. (2) Faktor pendukung dan penghambat Kepala SMP Negeri 1 Batanghari dalam meningkatkan etos kerja guru PAI yaitu sebagai berikut: (a) Faktor Pendukung, meliputi: adanya tingkat kehidupan yang layak bagi guru., suasana dan rasa kekeluargaan dalam organisasi sekolah, dan komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru yang baik. (b) Faktor Penghambat, meliputi: fasilitas sarana dan prasarana yang terbatas, komitmen guru yang kurang baik, guru melakukan usaha lain yang terkadang mengganggu tugas dinasnya, dan kurangnya penguasaan materi oleh guru.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

MOTTO









Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruhkamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah member pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (Q.S. An-Nisaa: 58)1

1Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV.

Toha Putra, 1989), Edisi Revisi, h. 124

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati dan rasa syukur kepada Allah SWT, penulis persembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Putut Tiastoto dan Ibu Dewi Noviyanti yang senantiasa berdo‟a, memberikan semangat, dan memberikan dorongan demi keberhasilan skripsi ini.

2. Adik saya Rhafli Dharma Saputra yang memberikan dukungan dan semangat. 3. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi PAI yang selalui memberikan

inspirasi dan motivasi dalam kebersamaan yang telah terjalin selama ini. 4. Sahabat-sahabatku Yuli Juwitasari, Mayrose Eni Andriyanti,Desi Amanah,

Retno Wati, Febta Khoriatul Rahma dan Astri Lestari 5. Almamater IAIN Metro.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN ABSTRAK ... iii

NOTA DINAS ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Penelitian Relevan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 8

1. Pengertian Peran Kepemimpinan ... 8

2. Tipe Kepemimpinan ... 10

3. Pendekatan Teori Kepemimpinan ... 13

B. Kepala Sekolah ... 15

1. Pengertian Kepala Sekolah ... 15

2. Fungsi Kepala Sekolah ... 25

(12)

C. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 19

D. Etos Kerja Guru PAI ... 22

1. Etos Kerja ... 22

a. Pengertian Etos Kerja ... 22

b. Ciri-ciri etos kerja ... 23

c. Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja ... 25

2. Guru PAI ... 28

a. Pengertian Guru ... 28

b. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Sumber Data ... 33

C. Metode Pengumpulan Data ... 35

D. Teknik Penjamin Kebasahan Data ... 37

E. Metode Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 41

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Batanghari ... 41

2. Visi dan Misi Sekolah ... 42

3. Data Guru ... 43

4. Data Siswa ... 44

5. Sarana dan Prasarana... 44

6. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Batanghari ... 44

7. Denah Lokasi SMP Negeri 1 Batanghari ... 46

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 47

1. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Etos kerja guru PAI di SMP Negeri 1 Batanghari ... 47

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Batanghari dalam Meningkatkan Etos kerja guru PAI ... 58

(13)

3. Analisis Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Etos Kerja Guru Pendidikan Agama Islam

di SMP Negeri 1 Batanghari ... 66 BAB V PENUTUP ... 68 A. Kesimpulan ... 68 B. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xiii

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1Kisi-kisi Wawancara ... 36 4.1Keadaan Kepala Sekolah dan Masa Jabatan SMP Negeri 1 Batanghari ... 42 4.2Keadaan Guru SMP Negeri 1 Batanghari Tahun Pelajaran 2017/2018 ... 43 4.3Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Batanghari ... 44

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Batanghari ... 45 4.2 Denah Lokasi SMP Negeri 1 Batanghari ... 46

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Bimbingan Skripsi ... 71

2. Surat Izin Pra Survey ... 72

3. Surat Balasan Pra Survey ... 73

4. Surat Izin Research ... 74

5. Surat Tugas ... 75

6. Surat Balasan Research ... 76

7. Surat Bebas Prodi ... 77

8. Surat Bebas Pustaka ... 78

9. Outline ... 79

10.Alat Pengumpul Data (APD) ... 82

11.Formulir Konsultasi Bimbingan Skripsi ... 84

12.Foto-foto Penelitian ... 93 13.Riwayat Hidup

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era persaingan global seperti sekarang ini, lembaga pendidikan dituntut untuk meningkatkan kinerja kelembagaan yang efektif dan kondusif. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pendidikan pembelajaran di sekolah hendaknya harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa keakraban, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.

Peran seorang kepala sekolah tidak bisa terlepas begitu saja, semua hal yang menjadi syarat kemajuan sekolah terlebih upaya untuk meningkatkan etos kerja guru merupakan salah satu tanggung jawab yang harus di perankan oleh kepala sekolah. Peran adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan.1

Kualitas seorang pemimpin sangat menentukan keberhasilan lembaga yang dipimpinnya, termasuk didalamnya lembaga pendidikan. Sebab kepemimpinan yang sukses itu mampu mengelola lembaga yang dipimpin, mampu mengantisipasi perubahan, mampu mengoreksi kekurangan dan kelemahan serta sanggup membawa lembaga yang dipimpin pada tujuan yang

1Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru(Jakarta: Rajawali Pers,

(18)

ditetapkan. Sehubungan dengan hal itu pemimpin merupakan kunci sukses bagi organisasi.

Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah menghadapi tanggung jawab yang berat, untuk itu ia harus memiliki persiapan memadai. Ia hendaknya belajar bagaimana mendelegir wewenang dan tanggungjawab sehingga ia dapat memusatkan perhatiannya pada usaha-usaha pembinaan program pengajaran. Suatu proses pengembangan SDM tersebut harus menyentuh berbagai bidang kehidupan yang harus tercermin dalam pribadi para pemimpin, termasuk kepala sekolah.2 Karena erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah, seperti disiplin sekolah, iklim budaya dan menurunnya perilaku nakal peserta didik.

Agar tugas-tugas berhasil baik ia perlu memperlengkapi diri perlengkapan pribadi maupun perlengkapan profesi. Ia harus memahami masalah kepemimpinan. Sebagai kepala sekolah, harus menyadari bahwa keberhasilannya bergantung pada orang-orang lain,seperti guru dan tenaga kependidikan. Oleh karena itu, karakteristik pribadi kepala sekolah memainkan peran penting dan merupakan bagian dalam keberhasilan atau kegagalanya.3

Guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang melaksanakan bimbingan terhadap peserta didik secara Islami, dalam suatu situasi pendidikan Islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan ajaran Islam.4

2E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2009),h.24

3

E. Mulyasa ,Menejemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta:Bumi Aksara,2012),h.56

4Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet

(19)

Para guru merupakan bagian integral dari keberadaan sumber daya manusia yang mempunyai peranan strategi dalam kehidupan suatu sekolah. Oleh sebab itu seorang kepala sekolah harus meningkatkan kualitas bagi para tenaga pendidik atau para guru terutama pada etos kerjanya.

Seorang guru yang mempunyai etos kerja yang tinggi, maka dia akan melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Dan demikian halnya dengan seorang guru yang mempunyai etos kerja yang rendah, maka dia akan bermalas-malasan dan kurang adanya tanggungjawab.

Faktor yang dapat menunjang dan meningkatkan etos kerja guru, yaitu Volume upah kerja yang dapat memenuhi kebutuhan seseorang, suasana kerja yang menggairahkan, penanaman sikap dan pengertian dikalangan para pegawai, sikap jujur dan dapat dipercaya, penghargaan terhadap terhadap yang berprestasi, sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik.

Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang ada di SMP Negeri 1 Batanghari terdiri dari jumlah guru secara keseluruhan mencapai 70 guru dan diantaranya tiga orang guru Pendidikan Agama Islam Ibu Susi Nawanti S.Pd, Bapak Drs. Hayumi, dan Bapak M.Nasir,M.Pd. Peningkatan etos kerja guru dalam upaya peningkatan prestasi siswa, hingga mengembangkan daya kreatifitas dan innovasi siswa dalam mengantisipasi pembaharuan pendidikan, kini merupakan kiat-kiat yang mendasari SMP Negeri 1 Batanghari dalam memajukan sekolahnya.

(20)

Berdasarkan pra-survey yang dilakukan oleh penulis di SMP Negeri 1 Batanghari, pada tanggal 16 Desember 2016 didapatkan informasi bahwa peran kepemimpinan kepala sekolah sudah cenderung demokratis. Demokratis yaitu pemimpin yang melibatkan para guru untuk bekerja sama demi memajukan mutu pendidikan disekolah. Namun dalam kepemimpinan masih ada kelemahan,karena belum efektifnya guru dalam menjalankan tugas,dan dalam memerintahkan bawahannya. Sedangkan kelemahan pada etos kerja guru di SMP N 1 Batanghari yaitu, kurang terciptanya sikap dan tanggung jawab seorang guru dalam melaksanakan tugasnya, kurang disiplinnya kerja guru dalam proses belajar mengajar karena datang terlambat. Hal ini dapat dilihat dari munculnya sikap malas, santai, dan tidak disiplin waktu dalam bekerja.

Oleh karena itu dalam memperbaiki kelemahan tersebut, banyak faktor dalam upaya dalam memajukam kualitas sekolah dan etos kerja gurunya. Untuk itu dalam meningkatkan etos kerja guru pai dapat melalui faktor-faktor yang menunjang seperti kondisi guru yang terlindungi dan tentram dalam bekerja, kondisi kerja yang menyenangkan dengan suasana dan rasa kekeluargaan. Dan upaya kepala sekolah sebagai salah satu institusi dipimpin oleh manager yang disebut kepala sekolah, ia memegang peranan yang penting dalam menentukan maju mundurnya suatu sekolah. Ada dua peran kepala sekolah, yaitu menekankan aspek admistratif manajerial dan menekankan kepada kepemimpinan pengajaran.

(21)

Melihat peran kepemimpinan seorang kepala sekolah yang begitu urgen dalam sebuah lembaga pendidikan, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkanetos kerja guru PAI, terkait kendala-kendala yang dihadapi serta solusi apa saja yang dilaksanakan kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru PAI. Maka dari itu penulis memilih lokasi penelitian di SMP Negeri 1 Batanghari Lampung Timur.

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengkaji tentang “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Etos Kerja Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Batanghari Tahun Pelajaran 2017/2018”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas maka timbul pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan etos guru PAI di SMP Negeri 1 Batanghari?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru PAI di SMP Negeri 1 Batanghari?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan etos guru PAI di SMP Negeri 1 Batanghari.

(22)

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru PAI di SMP Negeri 1 Batanghari.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi sekolah, memberikan pengetahuan mengenai peran kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru, khususnya Pendidikan Agama Islam di sebuah lembaga pendidikan.

b. Bagi kepala sekolah, untuk selalu melakukan pembinaan terhadap guru serta mencari inovasi-inovasi untuk perkembangan, kemajuan dan kualitas sekolah.

c. Bagi guru, menjadi bahan evaluasi bagi guru agar selalu berusaha mengembangkan diri untuk meningkatkan etos kerjannya.

D. Penelitian Relevan

Penelitian relevan adalah suatu penelitian sebelumnya yang sudah pernah dibuat dan dianggap cukup relevan / mempunyai keterkaitan dengan topik yang akan diteliti yang berguna untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian dengan pokok permasalahan yang sama.

Setelah peneliti mencari skripsi lain yang relevan dengan judul skripsi yang akan diteliti oleh peneliti, peneliti menemukan dua skripsi mempunyai judul/objek yang hampir sama di antaranya:

1. Skripsi karya Nur Hidayati, Mahasiswa Jurusan FKIP Universitas Muhammadiyah Metro dengan skripsinya yang berjudul Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP Muhammadiyah 1 Metro. Menyimpulkan bahwa unsur-unsur yang

(23)

mendukung manajemen kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 1 Metro, yaitu kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.

2. Skripsi dari Reni Astuti, Mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Jurai Siwo Metro dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 2 Batanghari Tahun Pelajaran 2017/2018. Hasilnya adalah adanya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.

Skripsi yang disebutkan diatas pada dasarnya mempunyai perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Persamaannya yakni sama-sama meneliti tentang kepala sekolah dalam meningkatkan mutu sekolahnya. Sedangkan perbedaannya yakni apabila pada skripsi Nur Hidayati membahas mengenai upaya meningkatkan mutu pendidikan dan skripsi Reni Astuti membahas kinereja guru. Disini peneliti lebih menekankan kepada Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Etos Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Batanghari tahun 2017/2018.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Pengertian Peran Kepemimpinan

Peran adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran berarti perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.2 Peran adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat atau sebuah lembaga. Dalam hal ini, kepala sekolah perlu menjalankan perannya sesuai dengan hak dan kewajibannya.

Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan sekolah, maka seseorang yang diberi (atau mendapatkan) suatu posisi, diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sikap tanggung jawab dan profesionalisme dari pemegang peran tersebut.

1

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 212

2W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),

(25)

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran.3 Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan.4

Untuk memahami definisi kepemimpinan secara lebih dalam, ada beberapa definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu: 1) Stephen P. Robbins mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan

untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. 2) Rjchard L. Daft mengatakan kepemimpinan (Leadership) adalah

kemampuan mempengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan.

3) R. Terry memberikan definisi Leadership is the activity of influencing people to strive willingly for mutual objectives.

4) Ricky W. Griffin mengatakan pemimpin adalah individu yang mampu mempengaruhi perilaku orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan pemimpin adalah individu yang diterima orang lain sebagai pemimpin.

Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan jiwa kepemimpinan yang dimiliki seorang

3Suwanto,Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis,(Bandung:

Alfabeta,2016),h.140

(26)

pemimpin tidak bisa diperoleh dengan cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu ke waktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakteristik.5

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin dengan kualitas kepemimpinan yang dimilikinya bukan hanya sekedar berusaha untuk melaksanakan tugas dan berbagai rutinitas pekerjaan saja, namun lebih dari itu ia merupakan simbol dari organisasinya.

2. Tipe Kepemimpinan

Adapun tipe kepemimpinan yang pokok atau dapat juga disebut ekstrim ada tiga, yaitu:

a. Tipe Otokratis

Pada kepemimpinan otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otokratis hanya dibatasi oleh undang-undang. Kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran.6

Pemimpin yang otokratis tidak menghendaki rapat atau musyawarah. Setiap perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kepicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah ditetapkannya. Dalam tindakan dan perbuatannya ia tidak dapat di ganggu gugat.

5Ibid, h.15-16

6Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

(27)

Pengawasan bagi pemimpin yang otokratis hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya. Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang-orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang-orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat dari jabatannya. Sebaliknya, orang-orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan.7

b. Tipe Laissez-faire

Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan-kekacauan dan bentrokan-bentrokan. Tingkat keberhasilan anggota dan kelompok semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin. Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

(28)

c. Tipe Demokratis

Tipe pemimpin demokratis ikut berbaur di tengah anggota-anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota-anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara-saudaranya. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.8

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tipe kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku yang konsisten yang ditunjukkan pemimpin dan diketahui oleh pihak lain ketika pemimpin berusaha mempengaruhi orang lain. Tipe kepemimpinan antara lain tipe kepemimpinan otokratik, tipe kepemimpinan laissez-faire, dan tipe kepemimpinan demokratis. Jika dikaitkan dengan Kepala Sekolah, maka kepala sekolah dapat menggunakan tipe kepemimpinan tersebut dalam mempengaruhi guru maupun karyawan untuk meningkatkan etos kerja di sekolah yang dipimpinnya. Namun tipe kepemimpinan yang tepat untuk kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru adalah tipe kepemimpinan demokratis. Tipe kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikut sertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dengan tipe demokrasi Kepala sekolah secara tidak langsung memotivasi guru meningkatkan etos

(29)

kerjanya dan agar berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam kegiatan sekolah.

3. Pendekatan Teori Kepemimpinan

Terdapat 3 macam pendekatan teori kepemimpinan, yaitu: a. Pendekatan Sifat-sifat Kepemimpinan

Usaha yang pertama kali dilakukan oleh psikolog dan peneliti untuk memahami kepemimpinan yaitu mengenali karakteristik atau ciri-ciri para pemimpin yang berhasil. Penelitian masa itu ditunjukan untuk mengetahui sifat-sifat pemimpin yang mencakup: intelektualitas, hubungan sosial, kemampuan emosional, keadaan fisik, imajinasi, kekuatan jasmani, kesabaran, kemampuan berkorban, dan kemampuan bekerja keras. Ciri-ciri tersebut harus dimiliki oleh seorang pemimpin.9

Sifat utama yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemimpin yaitu:

1. Kecerdasan

2. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial 3. Motivasi dan dorongan berprestasi

4. Sikap-sikap hubungan manusiawi.10

9Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2013),h. 88

(30)

b. Pendekatan Perilaku

Pendekatan perilaku memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya sifat seseorang relatif sukar untuk diidentifikasi. Beberapa pandangan ahli, antara lain James Owen (1973) berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari, hal ini berarti bahwa orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara efektif. Namun demikian hasil penelitian telah membuktikan bahwa perilaku kemimpinan yang cocok dalam satu situasi belum tentu sesuai dengan situasi yang lain.

c. Pendekatan Situasional

Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada kecocokan pribadi, tugas, kekuasaan, sikap, model dan presepsi.11

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pemimpin hendaknya lebih memahami situasi yang dihadapinya, baik karakter tugas, bawahan, dan lingkungan luar. Hal itu diperlukan tingkat kematangan bagi setiap pemimpin, dengan harapan pemimpin mampu mengembangkan tipe kepemimpinan yang tepat dalam segala situasi dan kebutuhan. Seorang pemimpin hendaknya mengenal dan memahami karakter-karakter yang ada di sekelilingnya, seperti pekerjaan karyawan, struktur, budaya, dan lingkungan yang cepat

(31)

berubah. Dalam hal itu, pemimpin harus tanggap terhadap lingkungan dan tuntutan karyawannya maupun masyarakat sebagai pelanggannya.

B. Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepala Sekolah

Kepala Sekolah menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu orang (guru) yang memimpin suatu sekolah guru kepala.12 Kepala sekolah adalah pemimpin yang menjalankan perannya dalam memimpin sekolah sebagai lembaga pendidikan.13

Kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.14

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud kepala sekolah ialah seorang guru yang diangkat dan diberi tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah agar dapat berjalan dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

2. Fungsi Kepala Sekolah

Jabatan kepala sekolah di duduki oleh orang yang menyandang profesi guru. Karena itu, ia harus professional sebagai guru sekaligus sebagai kepala sekolah dengan derajat profesionalisme tertentu. Kepala

12

W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum, h. 691

13 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h.135 14Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah tinjauan teoretik dan

(32)

sekolah memiliki fungi yang luas, dan dapat memerankan banyak fungsi-fungsi tersebut meskipun dengan topi yang berbeda.15

Fungsi-fungsi kepala sekolah antara lain sebagai berikut: a. Kepala Sekolah Sebagai Educator

Sebagai educator kepala sekolah berfungsi menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan guru dan tenaga kependidikan untuk berbuat serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik. Sebagai educator, kepala sekolah harus mampu menginisiasi pengajaran tim, moving class, pengembangan sekolah bertaraf internasional, kelas unggulan dan mengadakan program akselerasi bagi siswa yang cerdas di atas normal. Sebagai educator juga, kepala sekolah perlu berupaya meningkatkan kualitas guru maupun prestasi belajar siswa dalam sekolahnya.16

b. Kepala Sekolah Sebagai Manager

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah memerlukan strategi yang tepat untuk memberdayakan guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam persaingan dan kebersamaan, memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, mendorong keterlibatan

15Sudarwan Danim, Profesi Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 79 16Ibid, h. 79-80

(33)

seluruh tenaga kependidikan untuk ikut serta dalam setiap kegiatan yang menunjang program sekolah.17

c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Sebagai administrator tugas kepala sekolah erat hubungannya dengan pelbagai aktivitas administrasi sekolah, baik secara fungsional maupun substansial. Kegiatan administrasi yang dimaksud meliputi pencatatan dan penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesisifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan mengelola kurikulum, mengelola administrasi kearsipan dan administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu perlu dilakukan secara efektif dan efisien, untuk menunjang produktivitas sekolah.

d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Kepala sekolah dalam tugas ini berorientasi pada teknik individu, kelompok dan kunjungan kelas. Untuk itu sebagai supervisor kepala sekolah mensupervisi barbagai tugas pokok yang dilakukan guru dan seluruh staf.

e. Kepala Sekolah Sebagai Leader

Secara umum kepala sekolah sebagai leader adalah upaya untuk memengaruhi orang-orang untuk bekerja sama mencapai tujuan, dengan berorientasi pada tugas dan berorientasi pada hubungan. Namun secara khusus seorang kepala sekolah harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan dan

(34)

kemampuan guru maupun tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas.

f. Kepala Sekolah Sebagai Innovator

Dalam rangka memenuhi peran dan fungsinya sebagai innovator kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan guru dan tenaga kependidikan dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki strategi untuk memotivasi bawahannya, yaitu guru dan staf. Dimana mereka dimotivasi untuk melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat dilakukan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan bagi guru atau staf yang berprestasi serta penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan sentra belajar.

h. Kepala Sekolah Sebagai Entrepreneur

Sebagai administrator kepala sekolah harus menjadi wirausaha atau entrepreneur sejati. Istilah wirausaha ini merujuk pada usaha dan sikap mental, tidak selalu dalam tafsir komersial. Untuk menjadi seorang entrepreneur, administrator sekolah harus percaya diri atau memiliki kepercayaan, ketidak tergantungan, kepribadian mantap dan

(35)

optimism, berorientasi pada tugas dan hasil dan haus akan prestasi, berorientasi pada laba atau hasil, bekerja keras, tekun, tabah, energik, penuh inisiatif, berani mengambil resiko sesuai dengan peluang yang ada, suka pada tantangan.18

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus bertanggung jawab atas terlaksanakannya seluruh program pendidikan disekolah. Untuk dapat merealisasikan semua tugas dan fungsi kepemimpinannya maka kepala sekolah hendaknya mengetahui jumlah pembantunya, mengetahui namanama pembantunya, mengetahui tugas masing-masing pembantunya, memelihara suasana kekeluargaan dan memperhatikan kesejahteraan para pembantunya.

C. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah

Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa peran kepala seorang sekolah tidak bisa terlepas begitu saja, semua hal yang menjadi syarat kemajuan sekolah terlebih upaya untuk meningkatkan etos kerja guru merupakan salah satu tanggung jawab yang harus di perankan oleh kepala sekolah.

Kepala sekolah sebagai pemimpin harus bisa mempengaruhi orang personil-personil sekolah untuk berkomitmen untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan artinya yang dilakukan kepala sekolah sesuai dengan harapan orang tua dengan melihat kualitas hasil belajar setiap siswa.

(36)

Keberhasilan pendidikan disekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia disekolah. kepala sekolah merupakan salah satu kompenen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan etos kerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.19

Pemimpin yang baik haruslah menjalankan peranan seperti berikut: 1. Ing ngarso sung Tulodo,

2. Ing madyo mangun karso, dan 3. Ing (Tut) wuri andayani.20

Ing Ngarso mempunyai arti di depan/di muka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang -orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan. Jadi seorang kepala sekolah mampu menjadi tauladan bagi setiap warga sekolah.

Dalam ajaran Ki Hajar Dewantara yang pertama ini menggambarkan situasi dimana seorang pemimpin bukan hanya sebagai orang yang berjalan di depan, namun juga harus menjadi teladan bagi orang-orang yang

19 Donni Juni, Kinereja Dan profesionalisme (Bandung :CV.Alfabeta,2012), h.34 20 M. Ngalim Purwanto,Administrasi dan supervisi ., h.66

(37)

mengikutinya. Kata Ing Ngarso tidak dapat berdiri sendiri, jika tidak mendapatkan kalimat penjelas dibelakangnya.

Artinya seorang kepala sekolah yang berada di depan jika belum memberi teladan maka belum pantas menyandang gelar „Pemimpin„. Jika kita

melihat kepemimpinan dari orang-orang dalam sejarah, maka dapat kita lihat betapa perbuatan sang pemimpin menjadi inspirasi bagi orang yang dipimpinnya.

Kepemimpinan tidak dapat lepas dari kekuasaan karena tanpa kekuasaan, pemimpin tidak memiliki kekuatan yuridis atau kekuasaan lain dalam mempengaruhi orang lain agar bertindak seperti yang ia kehendaki. Dalam dunia pendidikan, kepala sekolah sebagai pemimpin yang bertanggung jawab kelancaran proses belajar mengajar disuatu sekolah. Disisi lain ia sebagai manajer yang mengatur seluruh kegiatan sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, tanggung jawab terhadap kegiatan yang ada disekolah tersebut.

Konsep kepemimpinan kepala sekolah tidak bisa dilepaskan dari konsep kepemimpinan secara umum. Secara formal kegiatan kepemimpinan kepala sekolah harus diselenggarakan oleh seseoarang yang menduduki jabatan tertentu yang di lingkungannya terdapat sejumlah orang yang harus bekerjasama untuk mencapai satu tujuan.

(38)

Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu:

1. Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing.

2. Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.21

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa peran kepemimpinan kepala sekolah sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan khususnya etos kerja guru pendidikan agama Islam. Dalam dunia pendidikan tuntutan guru dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu alternatif yang penting untuk diperhatikan. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang bertanggung jawab kelancaran proses belajar mengajar disuatu sekolah. Disisi lain ia sebagai manajer yang mengatur seluruh kegiatan sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, tanggung jawab terhadap kegiatan yang ada disekolah tersebut.

D. Etos Kerja Guru PAI 1. Etos Kerja

a. Pengertian Etos Kerja

Secara etimologis, kata etos berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan

(39)

atas sesuatu.22 Etos mempunyai arti sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap, serta persepsi terhadap nilai bekerja.23

Secara umum sebuah aktifitas dapat disebut etos kerja apabila mengandung tiga aspek,yaitu:

1) Aktifitas tersebut dilakukan karena dorongan tanggung jawab (motivasi).

2) Aktifitas tersebut dilakukan dengan kesengajaan, direncanakan, karena terkandung didalamnya suatu gabungan antara rasa dan rasio.

3) Aktifitas tersebut dilakukan karena adanya suatu arah dan tujuan yang luhur secara dinamis memberikan makna bagi dirinya.24

Oleh karena itu, bekerja merupakan suatu kewajiban dan mungkin juga keinginan setiap orang untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya dimasa yang akan datang.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa etos kerja dapat diartikan sebagai cara kerja, sifat atau kebiasaan terhadap kerja, pandangan terhadap kerja yang dimiliki oleh seseorang, suatu kelompok atau suatu bangsa.

b. Ciri-ciri Etos Kerja

Keadaan etos kerja seseorang setidak-tidaknya dapat dibidik dari cara kerjanya yang memiliki 3 ciri dasar, yaitu:

a. Keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaan (job quality). b. Menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan.

22Toto Tasmara,Membudidayakan Etos Kerja Islami,(Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 15 23Toto Tasmara,Etos Kerja Pribadi Muslim.(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 25 24 Toto tasmara,etos kerja.,h.10

(40)

c. Keinginan utuk memberikan layanan kepada masyarakat melalui karya profesionalnya.25

Ketiga ciri tersebut pada dasarnya terkait dengan kualifikasi yang harus dimiliki oleh guru pada umumnya, yaitu kualifikasi personal dan professional. Ciri yang pertama terkait dengan kualifikasi profesional, sedangkan ciri kedua dan ketiga terkait dengan kualifikasi personal dan sosial.26

Dalam pola pemahaman sistem tenaga kependidikan di Indonesia, terdapat tiga dimensi umum kompetensi yang saling menunjang membentuk kompetensi professional tenaga kependidikan, yaitu:

1) Kompetensi personal atau pribadi 2) Kompetensi sosial atau kemasyarakatan 3) Kompetensi professional.27

Dilihat dari sisi ini, maka ciri dasar yang pertama tersebut di atas terkait dengan kompetensi professional, yakni menyangkut kemampuan dan kesediaan serta tekad guru pendidikan agama Islam untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan agama yang telah dirancang melalui proses dan produk kerja yang bermutu. Ciri dasar yang kedua terkait dengan kompetensi personal, yakni ciri hakiki dari kepribadian guru agama Islam untuk menjaga harga diri dalam

25

Muhaimin, et.all., Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 114-115

26Ibid, h. 115

(41)

melaksanakan pekerjaannya guna mencapai tujuan Pendidikan agama yang ditetapkan. Ciri dasar yang ketiga terait dengan kompetensi sosial atau kemasyarakatan, yakni perilaku guru Pendidikan agama Islam yang berkeinginan dan bersedia memberikan layanan kepada masyarakat melalui karya profesionalnya untuk mencapai pendidikan agama.28

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami guru pada umumnya harus memiliki, kualifikasi personal dan professional untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan agama yang telah dirancang melalui proses dan produk kerja yang bermutu dan guna mencapai tujuan pendidikan agama yang ditetapkan.

c. Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

Seseorang agaknya akan sulit melaksanakan tugas/ pekerjaannya dengan tekun dan memiliki komitmen terhadap ketiga ciri dasar yang telah tersebut di atas, jika pekerjaan itu kurang bermakna baginya, dan tidak bersangkutan dengan tujuan hidupnya yang lebih tinggi, langsung ataupun tidak langsung. Cara kerja seseorang yang memandang pekerjaannya sebagai kegiatan untuk mencari nafkah semata atau hanya untuk memperoleh salary (gaji) dan sandang pangan demi survival fisik jangka pendek, agaknya akan berbeda dengan cara kerja seseorang yang memandang

(42)

tugas/pekerjaanya sebagai calling professio dan amanah yang hendak dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan.

Allah berfirman:







Artinya : Ibrahim berkata: "tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat".(Q.S Al-Hijr:

56)

Dari ayat tersebut maka orang yang berputus asa dalam bekerja dapat bersumber dari pandangannya terhadap pekerjaan dan tujuan hidupnya. Karena itu, adanya etos kerja yang kuat pada seseorang memerlukan kesadaran mengenai kaitan suatu pekerjaan dengan pandangan hidupnya yang lebih menyeluruh, dan yang memberinya keinsafan akan makna dan tujuan hidupnya.

Etos kerja juga sangat erat kaitannya dengan sistem pendidikan dan budaya yang ada di lingkungan seseorang. Contoh nilai-nilai keyakinan, budaya, dan beberapa kebiasaan yang dapat menghambat etos kerja seseorang yaitu sebagai berikut:

1) Khurafat dan takhayul

2) Tak akan lari gunung dikejar; alon-alon asal kelakon

3) Gampangan, Take it easy, bagaimana nanti sajalah 4) Mangan ora mangan pokoke kumpul

5) Nrima-Fatalistis

6) Salah persepsi, bahwa kerja kasar itu hina, dan 7) Keyakinan akan keampuhan suatu jimat atau mascot.29

(43)

Adapun faktor yang dapat menunjang dan meningkatkan etos kerja guru, yaitu:

1) Volume upah kerja yang dapat memenuhi kebutuhan seseorang.

2) Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim yang ditunjang dengan komunikasi demokrasi yan gserasi dan manusiawi antara pemimpin dan bawahan.

3) Penanaman sikap dan pengertian dikalangan para pegawai 4) Sikap jujur dan dapat dipercaya dari kalangan pemimpin

terwujud dalam kenyataan.

5) Penghargaan terhadap need for achievement ( hasrat dan kebutuhan untuk maju) atau penghargaan terhadap yang berprestasi.

6) Sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik, seperti tempat olah raga, perpustakaan untuk guru, rekreasi,hiburan dan lain-lain.30

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa terdapat titik temu dalam menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja seseorang. Jika dikaitkan dengan etos kerja guru di sekolah, maka ada dua aspek esensial dalam menjelaskan faktor-faktor tersebut, yaitu faktor pertimbangan internal, yang menyangkut ajaran yang diyakini atau sistem budaya, agama, dan kepercayaan, serta semangat untuk menggali informasi dan menjalin komunikasi dan faktor pertimbangan eksternal, yang menyangkut latar belakang pendidikan, sistem sosial dimana seseorang itu hidup, dan lingkungan alam yang lainnya, seperti lingkungan kerja seseorang.

(44)

2. Guru PAI

a. Pengertian Guru

Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar. Guru berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya berat, besar, penting, baik sekali, terhormat, dan pengajar. Ada hal yang cukup menarik dalam pandangan masyarakat Jawa. Guru dapat di lacak melalui akronim gu dan ru. Gu diartikan dapat “digugu” (dianut) dan ru berarti dapat “ditiru” (dijadikan teladan).31

“Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggug jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua.”32

Selanjutnya, dalam konteks kependidikan Islam ada beberapa kata yang mengacu pada pengertian guru, seperti

murabbi, mu’allim, dan mu’addib. Dalam hal ini dibahas secara luas oleh Abudin Nata, yaitu kata ‘alim ( bentuk jamaknya adalah

‘ulama’) atau mu’allim, yaitu orang yang mengetahui. Selain itu ada istilah lain, yaitu mudarris yang berarti pengajar (orang yang memberi pelajaran). Namun secara umum, mu’allim lebih banyak digunakan daripada mudarris.33

31

Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosifis dan Aplikatif-Normatif.( Jakarta : Amzah , 2013).h.107-108.

32Zakiah Darajdjat, ilmu pendidikan,( Jakarta: Bumi Aksara,2011). h.39.

(45)

Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan (guru/ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup.







Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-mujadilah:11)34

Jadi dapat disimpulkan, guru adalah seseorang yang berjasa dalam memberikan pengetahuan dan ilmu yang belum pernah kita dapatkan dan membantu mengembangkan bakat yang terpendam dalam diri kita. Mereka adalah orang yang mengajarkan kita tentang sesuatu yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, agama serta bangsa.

b. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang melaksanakan bimbingan terhadap peserta didik secara Islami, dalam suatu situasi pendidikan Islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan ajaran Islam.35

Pengertian guru dalam pendidikan islam adalah sebagai pendidik. Pendidik adalah bapak ruhani (spiritual father) bagi peserta

34QS. Al-mujadilah (58) :11.

(46)

didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu,pemberian akhlak mulia,dan meluruskan prilaku yang buruk.36

Sebagai seorang pendidik, guru agama Islam mempunyai jabatan yang sangat luas yaitu untuk membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid sesuai dengan ajaran agama Islam. Pendidik memiliki peran yang sangat urgen, sebab pendidik merupakan pengelola proses pembelajaran . Artinya, pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam pembentukan pribadi anak didiknya.37

Adapun tugas guru PAI sebagai pendidik di sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Sebagai pengajar (instruktur) yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun dan penilaian setelah program itu dilaksanakan.

2. Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil seiring tujuan Allah menciptakan manusia.

3. Sebagai pemimpin (maneger) yang memimpin dan mengendalikan diri peserta didik dan masyarakat yang terkait upaya pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, partisipasi program yang dilakukan itu.38

36 Bukhari Umar,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta:Amzah,2011),h.86 37 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan., h. 111

(47)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang bertanggung jawab memberikan santapan jiwa dengan ilmu,pemberian akhlak mulia,dan meluruskan prilaku yang buruk. Oleh karena itu guru pendidikan agama islam bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan agama saja, melainkan juga dituntut untuk bisa membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia yang matang dan dewasa serta dapat selalu berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Serta tugas utama guru meliputi tiga hal,yaitu tugas instruksional, tugas edukasi, dan manajerial.

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.1 Penelitian kualitatif juga menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.2 Berdasarkan pengertian tersebut maka penelitian kualitatif sangat menekankan pada proses analisis.

Penelitian kualitatif lapangan ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuai unit sosial individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.3 Penelitian ini dilakukan dengan menghimpun data dalam keadaan sewajarnya, mempergunakan cara bekerja yang sistematis, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga tidak kehilangan sifat ilmiahnya atau serangkaian kegiatan atau proses menjaring data/informasi yang bersifat sewajarnya.

1

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 60.

2Moh.Kasiram, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: UIN-Maliki Press, 2010), h. 175. 3Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 80.

(49)

Alasan Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dikarenakan permasalahan yang diteliti oleh Peneliti bersifat kompleks, dan dinamis sehingga sulit dilakukan jika menggunakan penelitian kuantitatif. Permasalahan yang diteliti oleh Peneliti dikatakan kompleks, karena objek yang diteliti adalah Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Etos Kerja Guru PAI di SMP N 1 Batanghari, yang di dalamnya terdapat permasalahan yang kompleks dan dapat berubah sesuai dengan kondisi yang dialami oleh subjek penelitian.

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang Peneliti gunakan adalah penelitian yang bersifat penelitian deskriptif karena bertujuan untuk membuat pencandraan (deskriptif) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian-kejadian.4 Berdasarkan sifat penelitian di atas, maka dalam penelitian ini Peneliti berupaya mendeskripsikan secara sistematis Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Etos Kerja Guru PAI di SMP N 1 Batanghari.

B. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah “kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.5

4 Ibid.,h.76.

5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),

(50)

Adapun sumber yang peneliti gunakan dalam menyusun skripsi ini dikelompokkan menjadi dua yakni sumber primer dan sumber sekunder.

1. Sumber Primer

Sumber primer adalah data yang diperoleh dari cerita para pelaku peristiwa itu sendiri, dan saksi mata yang mengalami atau mengetahui peristiwa tersebut.6Adapun yang dimaksud dengan data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subyek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subyek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti”.7Sumber primer dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah Kelas dan Guru PAI SMP Negeri 1 Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

2. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah informasi yang diperoleh dari sumber lain yang mungkin tidak berhubungan langsung dengan peristiwa tersebut.8Berdasarkan pengertian diatas, maka peneliti dalam mengumpulkan data tentang Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMP N 1 Batanghari tidak hanya bergantung kepada sumber primer, tetapi melalui orang lain yang dapat memberikan informasi tentang obyek yang diteliti, staf tata usaha,dokumentasi sekolah dan guru PAI.

6Sukardi,Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2003), h. 205.

7Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2010), cet ke-14, h. 22.

(51)

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah awal yang harus ditempuh oleh seorang Peneliti dalam sebuah penelitian. Untuk mendapatkan data secara objektif dalam peneitian ini beberapa metode yang Peneliti gunakan antara lain:

1. Metode Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (unterviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9 Teknik pengumpulan data yang digunakan menekankan pada jenisteknik wawancara, khususnya wawancara mendalam (deep interview), yaitu “wawancara yang dilakukan secara informal”.10

Metode wawancara mendalam terbagi menjadi tiga macam yaitu wawancara terstuktur, wawancara terbuka terstandar, dan wawancara tak berstruktur.

Setelah melihat dari pengertian ketiganya, peneliti menggunakan wawancara terstuktur. wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menerapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan.11Wawancara ini diajukan kepala kepala sekolah untuk mendapatkan data tentang etos kerja guru PAI, dan guru PAI untuk mendapatkan data tentang peran kepeminpinan kepala sekolah.

9

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian, h. 186.

10 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2013), h. 136.

(52)

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara

Kepala Sekolah Guru PAI

1. Usaha kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru PAI. 2. Melakukan kunjungan pengawasan

atau supervisi terhadap guru PAI. 3. Penanganan kesejahteraan diluar gaji

guru PAI.

4. Pemberian wewenang atau

kepercayaan terhadap guru PAI. 5. Memberikan petunjuk atau informasi

kepada guru PAI

6. Melakukan monitoring terhadap guru PAI.

7. Melakukan bimbingan dan

pembinaan terhadap guru PAI

8. Strategi dalam memotivasi etos kerja guru PAI

9. Bentuk motivasi dalam

meningkatkan etos kerja guru PAI 10.Faktor pendukung dan penghambat

dalam meningkatkan etos kerja guru PAI

1. Usaha ibu kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru PAI.

2. Cara pemberian penghargaan terhadap guru PAI yang memiliki prestasi memuaskan. 3. Strategi yang telah dilakukan

kepala sekolah

4. Bentuk motivasi yang telah dilakukan oleh kepala sekolah.

5. Faktor pendukung dan

penghambat guru PAI dalam meningkatkan etos kerjanya.

(53)

2. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data, mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasati, notulen rapat, lenger, agenda, dan sebagainya.12Adapun metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang dokumentasi seperti agenda kepala sekolah, catatan kegiatan kepala sekolah, guru dan lain-lain. Terhadap segala hal baik objek atau peristiwa yang terjadi di SMP N 1 Batanghari.

3. Metode Observasi

Metode Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau prilaku objek sasaran.13Dalam hal ini yang diobservasi adalah mengenai pelaksanaan proses etos kerja guru bidang studi pendidikan agama Islam di sekolah.

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Teknik untuk mencapai keabsahan atau kredibilitas data dilakukan dengan cara triangulasi. Trianggulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu.14Dalam penelitian pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi sumber.

12Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h.231 13

Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 104.

14Djamal Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

(54)

Triangulasi sumber adalah untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.15Oleh karena itu data yang diperoleh kemudian dicek kembali dengan sumber data lainnya sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data kualitatif adalah bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.16Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif yaitu bertolak dari hal-hal khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secaraterus menerus sampai tuntas.

Adapun tahapan analisis data dalam penelitian ini adalah:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.17Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

16Lexy J. Moleong, Metode Penelitian, h. 248.

17Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R,&D,

(55)

2. Penyajian Data(Display Data)

Setelah data direduksi, maka tahap selanjutnya adalah display data. Melalui data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam bentuk pola hubungan sehingga akan mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi

Tahap ketiga dalam analisis ini adalah pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.18 Kesimpulan dapat berupa deskriptif atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Dengan demikian, setelah data terkumpul maka penulis memilah-milahnya dan menyajikannya, selanjutnya menarik kesimpulan.

(56)

Ketiga tahapan tersebut penulis lakukan dengan langkah pertama yaitu penulis mengobservasi keadaan di SMP Negeri 1 Batanghari Lampung Timur terkait peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru. Disertai dengan wawancara kepada pihak-pihak yang berkompeten serta dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang terkait.

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Batanghari

SMP Negeri 1 Batanghari adalah SMP Negeri yang berada di Desa Banarjoyo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Pada mulanya, SMP Negeri 1 Batanghari bernama SMP Persiapan yang didirikan pada tanggal 2 April 1981. Pendiri sekolah ini diprakarsai oleh tokoh-tokoh masyarakat Kecamatan Batanghari. SMP Persiapan ini berjalan selama 2 tahun, karena pada tahun 1983 menjadi sekolah Negeri 1 Batanghari. Kepemimpinan sekolah atau kepala sekolah dimulai sebagai berikut:

Tabel 4.1

Keadaan Kepala Sekolahdan Masa Jabatan SMP Negeri 1 Batanghari

No Nama Masa jabatan

1 Bapak Drs. Baharudin Harahap 1983-1990

2 Bapak Drs. Hasan Basri 1990-1997

3 Bapak Sugeng R 1997-1998

4 Bapak Drs. Edi Sutrisno, M.M 1998-2006

5 Bapak Sugeng S.Pd 2006-2007

6 Bapak Drs. M. Ngadenan 2007-2009

Gambar

Tabel 3.1  Kisi-kisi Wawancara

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan zat adiktif buatan atau sintesis adalah zat tambahan makanan yang diperoleh melalui sintesis (pembuatan), baik di laboratorium maupun

PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH D AN D ISIPLIN KERJA GURU TERHAD AP EFEKTIVITAS MANAJEMEN MUTU SMA SWASTA SE-KOTA BAND UNG.. Indonesia | repository.upi.edu |

membedakan antara Allah dan rasul dalam keyakinan, mereka bahkan mengatakan “Kami beriman terhadap sebagian, dan mengkufuri sebagian yang lain”. ا عطاو ا ع س ا

serta syahadat rasul dalam kaca mata islam dan kristen.selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi siapa saja untuk menelaah lebih

activities according to students’ learning styles develop students’ speaking.. ability?”, the data showed that there was a significant increased

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 19/PPBJ/02.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

Jam Prime Time adalah waktu penayangan paling baik , yaitu pada jam 19.30 21.00 yang dimana pemirsa televisi dapat menyaksikan program acara pada jam tersebut Tetapi

“Jangan berilusi, bekerja keraslah, hidup yang hemat, nikmati pada masanya.” Bekerja sekarang, nikmati hari tua, dan sisakan untuk generasi yang