• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENYIMPANGAN SEKSUAL SESAMA JENIS TERHADAP ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENYIMPANGAN SEKSUAL SESAMA JENIS TERHADAP ANAK"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENYIMPANGAN SEKSUAL SESAMA JENIS TERHADAP ANAK

(Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor 522/PID.B/2012/PN.SBG dan Putusan Pengadilan Negeri Banyumas Nomor 90/PID.SUS/2016/PN.BMS)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Oleh : Krisna Hidayat 02011181520073 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2019

(2)
(3)
(4)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar, tetapi milik mereka yang senantiasa berusaha

(Bacharuddin Jusuf Habibie)

Ku Persembahkan kepada:

1. Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

2. Kedua orang tuaku dan seluruh keluargaku.

3. Seluruh teman-teman dan kerabatku.

4. Orang yang menyayangiku dan selalu mendukungku.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA

PENYIMPANGAN SEKSUAL SESAMA JENIS TERHADAP ANAK (Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor 522/PID.B/2012/PN.SBG dan Putusan Pengadilan Negeri Banyumas 90/PID.SUS/2016/PN.BMS)” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Hukum Pidana.

Penulis menyadari bahwa apa yang disusun dalam skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna karena keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu penulis menerima apabila ada saran dan kritik pembaca.

Indralaya, 2019

Penulis

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga peulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dalam Penyusunan Skripsi ini, Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan, doa dan sumbangsih dari berbagai pihak maka mustahil penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk itulah pada kesempatan ini penulis akan memberikan ucapan terimakasih yang tentu saja tidak akan bisa Penulis sebutkan satu-persatu, namun kiranya dapat dimaklumi. Dalam kesempatan ini, Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Dr. Febrian, SH., M.S selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

2. Yth. Dr. Mada Apriandi, S.H., MCL. Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

3. Yth. Dr. Ridwan, S.H., M.Hum. Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

4. Yth. Drs. H. Murzal, S.H., M.Hum. Selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

5. Yth. Laurel Heydir S.H., M.A. Selaku Pembimbing Akademik.

6. Yth. Bapak Zulhidayat, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Setda Badan Hukum dan Ham Kabupaten Ogan Ilir.

(7)

7. Yth. Dr. Hj. Nashriana, S.H., M.Hum selaku Pembimbing I yang senantiasa memberikan masukan, ide, gagasan, pengetahuan yang luas, motivasi, serta analisis yang tajam dan berbagai pertolongan dalam penulisan skripsi ini, Penulis ucapkan terima kasih banyak.

8. Yth.Vera Novianti S.H., M.Hum selaku Pembimbing II yang benar-benar telaten, dan sangat membantu saya dalam tahap penelitian skripsi ini, serta banyak membagikan ilmu dan masukan serta motivasi kepada Penulis, Penulis ucapkan terimakasih banyak.

9. Seluruh Dosen pengajar, Kepala Bagian, sub Bagian Akademik dan seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas.

10.Keluarga Besar yang kukasihi dan kubanggakan yang menjadi motivasi dalam penulisan skripsi ini. Khususnya kepada orang tua saya yang luar biasa kepada Ayahanda tercinta Yan Hiayat dan Ibunda Tercinta Nur Hasanah atas dukungan, baik dukungan materi maupun moril, doa, kasih sayang, dan nasehat-nasehatnya. Untuk adek-adekku Ramli Hidayat dan Dis Juwita terimakasih juga atas dukungannya, tetap semangat dalam sekolahnya. Semua ini ku persembahkan untuk kalian.

11.Terimakasih kepada Keluarga Besar Rusli (Ucit) yang telah menjadi orangtua asuh selama merantau di Palembang, khususnya teruntuk Mang Cik Rusli (Ucit) dan Bi Cik Zarah, dan Saudara-saudaraku. Chintia Sakinah, Nyayu Zaskia Faturrahmah, Kgs. M Khalif dan si bungsu Kgs. M Khairil Ikram. Semua ini ku persembahkan untuk kalian.

(8)

12.Terimakasih kepada Keluarga Besar H. Buchari Effendi. Yang telah memberikan semangat dan dukungan baik materi maupun moril yang tidak dapat diucapkan satu-persatu.

13.Terimakasih kepada Keluarga Besar MAN 1 Pangkalpinang, Bangka Belitung, khususnya Bapak Tri Edy Kesumo Raharjo. M.pd selaku Kepala sekolah MAN 1 Pangkalpinang, dan Alm. Bapak Mardi M.pdi yang memotivasi dan mendukungku untuk tetap terus melanjutkan pendidikan sampai gelar Sarjana. Terimakasih atas bimbingannya selama saya masih mengenyam dibangku Sekolah Menengah Atas .

14.Kepada teman-teman KKL Nyimastia Nadia, Maya Riska, Rani, Ika Tiana, dan Fines Afredo.

15.Terimakasih kepada teman-teman Angkatan 2015 Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya khususnya Sahabat-sahabatku Indah Dwita, Nova Deisita Sunanta, Astri Vera Winanda, Meila Putri Utami, Chandra Setia, dan Bintang Pamungkas tetap solid dan tetap kompak semua.

16.Kepada Keluarga Besar Ikatan ISBA Indralaya, Ikatan ISBA Palembang. Ikatan Bujang Gadis Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Ikatan Alumni MTsN 1 Pangkalpinang, Ikatan Alumni MAN 1 Pangkalpinang, Ikatan Bujang Dayang Kota Pangkalpinang, dan Ikatan Duta Wisata Provinsi Bangka Belitung.

17.Terimakasih Kepada Keluarga Besar Badan Otonom Themis Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, khususnya punggawa-punggawa Themis 2015, kepada

(9)

sahabat sahabatku, Dinda Emira, Fardiah Lutfiah, Ronal Kemin, Devi Permata Sari, Meivo Tubanoku, Singgih Triwibowo, Alifah, dan teman teman yang lain yang tidak dapat saya ucapkan satu persatu.

18. Terimakasih teruntuk adik-adik ku Resy Angraini, Miftahul Jannah, Sri Agria Sekar Retno, Yeyen Sukelsi, Shella Aprilia, Jefry Sagata, Yan Habib Taqwa, Rangga, Arief Ibadurachman, Putri Dani, Marry Silvia, Putu Ariano dan seluruh yang lain tanpa terkecuali . Terimakasih buat kehadiran dan semangat kalian yang luar biasa ketika dalam penulisan skripsi ini tetap semangat dalam kuliahnya.

19. Seseorang yang mengajariku untuk menyingkapi proses hidup dengan penuh kesabaran selalu mendukungku dan menyemangatiku, saya ucapkan terimakasih

20.Almamaterku, Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

Semoga segala kebaikan yang telah diberikan akan mendapat balasan dan keberkahan dari Allah SWT. Harapan Penulis, agar Skripsi ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi semua orang yang membutuhkan. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan Skripsi ini. Saya ucapkan Terimakasih.

Indralaya, Juli 2019

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN PLAGIAT ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

ABSTRAK ... viii BAB I PENDAHULUAN . A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 12 C. Tujuan Penelitian ... 12 D. Manfaat Penelitian... 13 E. Kerangka Konseptual ... 13

F. Metode Penelitian Hukum ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Pencabulan ... 24

(11)

C. Tinjauan Anak Sebagai Korban Tindak Pidana ... 43

BAB III PEMBAHASAN

A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyimpangan Seksual Sesama Jenis Terhadap Anak (Putusan Nomor 522/Pid.B/2012/Pn.Sbg Dan Putusan

Nomor 90/Pid.Sus/2016/Pn.Bms.). ... 57 B. Penjatuhan Sanksi Pidana Dalam Konteks Tujuan Pemidanaan

Putusan Nomor 522/Pid.B/2012/Pn.Sbg Dan Putusan Nomor

90/Pid.Sus/2016/Pn.Bms. ... 88 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 98 B. Saran ... 103 DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN

(12)
(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara hukum demikian bunyi Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 setelah diamandemen ketiga dan disahkan pada tanggal 10 November 2001. Penegasan ini menunjukan bahwa segala aspek ketentuan konstitusional negara Indoensia sangatlah menjunjung tinggi berdasarkan hukum atas segala aspek kehidupan dalam bermasyarakat, kenegaraan, dan pemerintahan.

Untuk menjaga agar peraturan hukum itu dapat berlangsung dan diterima oleh seluruh aspek kehidupan masyarakat, maka dari itu peraturan hukum yang ada harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat tersebut.1 Oleh karena itu hukum juga semestinya dibuat mengikuti perkembangan di

tengah gejolak persoalan-persoalan yang tumbuh didalam kehidupan masyarakat. Tingginya suatu nilai pada peradaban tentunya memberikan suatu kemajuan bagi kehidupan manusia, namun tidak dapat hindari bahwasannya tingginya suatu peradaban tersebut dapat mempengaruhi suatu keadaan gejala sosial didalam masyarakat. Perkembangan tersebut tentunya dapat membawa suatu dampak yang sangat luar biasa yang tentunya dapat dirasakan anggota masyarakat termasuk

(15)

tuntutan hidup2. Perubahan sosial inilah dapat juga menimbulkan adanya

ketidaksesuaian unsur-unsur dalam kehidupan dimasyarakat, secara tidak langsung mempengaruhi sistem sosial, nilai, serta perilaku individu seperti halnya perilaku penyimpangan.

Perilaku menyimpang dapat juga diartikan sebagai suatu sikap atau perilaku yang ditunjukan terhadap seseorang atau masyarakat yang secara disadari atau tidak disadari. Perilaku ini merupakan ketidaksesuaiaannya terhadap norma-norma yang berlaku dan diterima ditengah-tengah sebagian besar anggota masyarakat. Menurut Narwoko dan Suyanto, penyimpangan sosial atau perilaku menyimpang adalah perilaku warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaaan, tata aturan, dan norma-norma sosial yang berlaku.3

Tentunya suatu perubahan ini juga dapat menimbulkan gejala-gelaja buruk yang dapat mengakibatkan suatu perbuatan yang tidak patut di masyarakat seperti halnya perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang tampaknya sudah semakin marak di tengah masyarakat kita, terutama penyimpangan seksual yang sudah tidak asing lagi mendengar istilah homoseksual, biseksual, lesbian, bahkan yang terdengar mengerikan seperti kasus sodomi.

Homoseksual ialah istilah untuk orang yang tertarik secara personal, emosional, atau seksual kepada orang yang berjenis kelamin sama dengannya. Jika

2Soerjono Soekanto, faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, (Jakarta:Raja

Grafindo Persada, 2005). hlm 23.

3Dwi Narwoko dan Suyanto Bagong, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:

(16)

orang tersebut laki-laki, maka umumnya dikenal dengan istilah “gay”, sementara jika perempuan lebih dikenal dengan istilah “lesbian”. Perilaku Homoseksual atau lesbian ini dapat menyebabkan timbulnya penyait AIDS atau (Acquired Immunodeficiency Syndrome).Pada tahun 1979, penyakit ini baru ditemukan pada pusat penyakit yang berada di Atlanta Georgia, Amerika Serikat melaporkan ada suatu penyakit yang menimpa pada lima pemuda. Penyakit itu adalah pneumo cystis carini pheumonia, dan yang lebih mengherankan semuanya pelaku Homoseksual. Dr. Martin, seseorang anggota panitia khusus yang dibentuk oleh UNISCO tahun 1969 untuk meneliiti penyakit tersebut, yang menjadi penyebab utamanya penyakit syphilisdan

gonorheaadalah homoseksual. Dilain pihak, 65% penyakit syphilis yang terjadi pada kurun waktu 1960-1962 dilondon disebabkan Homoseksual.4

Kurangnya pengetahuan tentang hukum didalam masyarakat akan beresiko menjadi pelaku pidana maupun korban. Tidak menutup kemungkinan dapat dikaitkan bahwasannya pengaruh penyimpangan ini dengan cepatnya berimbas kepada anak-anak dibawah umur dengan istilah-istilah yang terjadi menimbulkan perilaku buruk atau negatif seperti tindak pidana pencabulan terhadap anak dibawah umur yang dilakukan oleh orang dewasa. Berdasarkan pengetahuan umum Pencabulan merupakan suatuperbuatan yang berkenaan dengankehidupan di bidang seksual yang melanggar kesusilaan (kesopanan). Didalam KUHP Kitab Undang-undang Hukum

4Jaslin Bin Muhammad Bin Muhalhil Al Yasin, Sex Islami, Jakarta: Pt Al Mawardi Prima,

(17)

Pidana, menggolongkan tindak pidana pencabulan ini kedalam tindak pidana kesusilaan.

Bentuk – bentuk pencabulan sangat beragam, ada beberapa jenis dan istilah tentang pencabulan adalah:5

1. Exhibitionism Seksual : sengaja memamerkan alat kelamin; 2. Fonding : mengelus/meraba alat kelamin seorang;

3. Fellatio : orang dewasa memaksa untuk melakukan kontak mulut; 4. Voyeurism : orang dewasa mencium dengan nafsu;

Pencabulan adalah jenis kejahatan yang berdampak sangat buruk terutama pada korbannya. Sebab pencabulan akan melanggar hak asasi manusia serta dapat merusak martabat kemanusiaan, khususnya terhadap jiwa, akal, dan keturunan. Kasus-kasus tindak pidana pencabulan saat ini marak terdengar terjadi di Indonesia, namun sungguh sangat disayangkan korban dalam kejahatan ini seringkali adalah anak-anak.6 Tindak pidana pencabulan terhadap anak sebagai korban yang merupakan salah satu masalah sosial yang sangat meresahkan masyarakat sehingga perlu dicegah dan di tanggulangi.7

Penyebab mengapa laki-laki ingin melakukan pencabulan ini dikarenakan pada dubur atau anus kaya akan ujung saraf sehingga orang tersebut bisa memperoleh kenikmatan ketika disodomi, dan orang suka menyodomi karena kedua otot utama

5Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, Bandung:Mandar Maju,

, 1985, hlm. 264.

6Sulistiyaningsih, Skripsi: Tindak Pidana Pencabulan Terhadap Anak , Purwokerto: Unsoed,

2012, hlm. 2.

7Nofri Amelia, Skripsi: Analisis Kriminologi Tindak Pidana Pencabulan Tehadap Anak Di Lingkungan Keluarga, Palembang: Universitas Sriwijaya, 2014, hlm. 2.

(18)

sekitar dubur bias meremas-remas alat kelamin sehingga yang menyodomi memperoleh sensasi kenikmatan. Dalam sejarah tumbuh kembang anak termasuk organ reproduksi, pada awalnya alat kelaminlah yang menjadi fokus si anak, akan tetapi kalau sesorang tersebut memperoleh rangsangan pada sekitar duburnya baik secara sukarela maupun terpaksa, maka yang bersangkutan akan menyimpan memori kenikmatan tersebut. Masalah sodomi terjadi pada orang dibawah umur terutama anak-anak yang menimbulkan kekerasan sampai pembunuhan.8

Menurut pengetahuan umum, anak adalah seseorang yang lahir dari hubungan pria dan wanita. Sedangkan yang di maksud dengan anak- anak adalah seorang yang masih dibawah usia tertentu yang belum dewasa. Pengertian tersebut merupakan pengertian yang sering kali dijadikan sebagai pedoman dalam mengkaji berbagai persoalan tentang anak. Anak merupakan generasi penurus bangsa dan penerus pembangunan yang dipersiapkan sebagai subjek pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan merupakan pemegang kendali masa depan suatu negara termasuk Negara Indosesia. R.A. Koesnan berpendapat bahwa anak-anak yaitu manusia muda, dalam umur muda, dalam jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya.9 Oleh sebab itu, sangat diperlukan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap anak-anak.

8Heri Cahyono, Pendidikan Karakter Bagi Pelaku Pedofilia (Sebuah Strategi Dalam Mengatasi Amoral), https://media.neliti.com/media/publications/230893-pendidikan-karakter-bagi-pelaku-pedofili-1d1c6ba0.pdf, Diakses Pada 28 Februari 2019, 22.41 WIB

9R. A. Koesnan, Susunan Pidana dalam Negara Sosialis Indonesia, Bandung: Sumur, 2005 ,

(19)

Didalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana landasan konstitusional serta Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 28 B ayat (2) UUD 1945 dengan tegas menyebutkan “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan atas kekerasan dan diskriminasi”.10 Data menyebutkan dalam Komisioner KPAI Jasra

Puta, menunjukkan bahwa pihaknya menemukan 218 kasus kekerasan seksual anak pada 2015.Sementara pada 2016, KPAI mencatat terdapat 120 kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak.Kemudian di 2017, tercatat sebanyak 116 kasus.11

Tindak pidana yang sering kali ada peranan korban didalamnya adalah tindakpidana pencabulan.Tindak pidana pencabulan diatur dalam Kitab Undang-UndangHukumPidana (KUHP) pada bab XIV Buku ke-II yakni dimulai dari Pasal 289-296 KUHP, yang selanjutnya dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kesusilaan. Tindak pidana pencabulan tidak hanya di atur dalam KUHP saja namun di atur pula pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak.

Didalam KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menjelaskan perberbuatan pencabulan terhadap anak terdapat ancaman pidana sebagaimana pada Pasal 292 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyebutkan;

“Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain yang sama jenis kelaminnya dengan dia yang diketahuinya atau sepatutnya harus

10Syamsuri S. Samauna D, Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Persetubuhan Yang

Dilakukan Seorang Ayah Terhadap Anak Kandungnya Yang Dibawah Umur,

https://jurnal.untad.ad.id.//, Diakses Pada 9 September 2018, 17:08.

11Komisi Perlindungan Anak Indonesia, “Tahun 2017, KPAI Temukan 116 Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak”, http://www.kpai.go.id/berita/tahun-2017-kpai-temukan-116-kasus-kekerasan-seksual-terhadap-anak/”, Diakses pada 20 Oktober 2018, 12:30.

(20)

diduga belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.”

Selain Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, adapun Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak mengatur mengenai tindak pidana pencabulan terhadap anak dimana ancaman pidananya lebih berat yaitu paling lama 15 tahun. Ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 82 yang menyebutkan bahwa;

“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbutan cabul di pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah)”.

Kasus-kasus pencabulan yang dilakukan oleh orang dewasa ini sering kali terjadi baik dikalangan kehidupan bermasyarakat tidak terkecuali dikalangan perkotaan maupun di kalangan perdesaan terpencil karena keinginan seksual untuk membangkitkan nafsu birahi setiap orang berbeda-beda, sehingga ingin mencari kenikmatan atau kepuasan diri sendiri sehingga melampiaskan hasrat tersebut kepada siapa saja dan dimana saja. Pencabulan merupakan kejahatan kesusilaan yang disebabkan oleh berbagaifaktor. Kejahatan ini cukup kompleks penyebabnya dan tidak berdiri sendiri. Penyebabnya dapat dipengaruhi oleh kondisi yang mendukung, seperti keberadaan korbanyang secara tidak langsung mendorong pelakunya dan bisa jadi ada unsur-unsurlain yang mempengaruhinya.Beberapa faktor ini terkait dengan

(21)

posisi korbandalam hubungannya dengan pelakunya. Artinya sudah ada relasi lebih dulu (dalamukuran intensif tertentu) antara korban dan pelakunya..12

Berdasarkan uraian Penulis yang telah disebutkan diatas perlu adanya pembahasan ketidaksesuaian perilaku penyimpangan seksual dalam hal ini adalah kasus pencabulan yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap orang yang belum dewasa atau anak dibawah umur dapat terjadi dikalangan kehidupan masyarakat mengingat semakin meningkatnya ketidaksempurnaan proses sosial menyebabkan kegagalan individu atau kelompok sesuai dengan norma-norma atau kaidah-kaidah yang berlaku dan berkembang.

Dengan melihat fakta-fakta yang ada Penulis menganggap bahwa kasus penyimpangan seksual dalam hal ini pencabulan sangat marak terjadi. Seperti salah satu contoh kasus yang menggemparkan dunia hiburan yang terjadi dalam kasus artis Pedangdutpenyanyi kondang bernama Saiful Jamil yang menjadi tersangka dalam kasus dugaan pencabulan terhadap anak dibawah umur. Saiful Jamil mengakui mencabuli remaja yang beinisial DS di kediamannyadi Jalan Kelapa Puan Timur RW 12 Kelurahan Pegangsaan Dua, Kelapa Gading Jakarta Utara. Kejadian tersebut bermula pada saat Saiful Jamil meminta korban DS untuk membantunya hingga larut malam pada acara konser dangdut di salah satu Stasiun TV Swasta .Setiba di rumah kediaman Saiful Jamil, korban DS kemudian dimintai untuk memijat.

12Dikdik. M, Arif Mansyur,Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, Jakarta: PT Raja

(22)

Bermula dari meminta tolong itulah Saiful Jamil melancarkan aksi tidak senonoh tersebut. Saiful Jamil sempat meminta dua kali, tetapi DS tidak berkenan, setelah DS sedang tertidur di kediaman Saiful Jamil sekitar pukul 04.00 WIB, tersangka Saiful Jamil melakukan perbuatan asusila tersebut. Tidak terima dilecehkan, korban DS disuruh pulang oleh Saiful jamil langsung melaporkan peristiwa tersebut bersama orangtuanya ke Polisi. Atas aksi perbuatannya Saiful Jamil dijerat dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman penjara 15 tahun dan denda maksimal Rp 5 miliar.

Berdasarkan hal-hal yang melatarbelakangi kejadian-kejadian tersebut, maka dari itu penulis ingin lebih membahas lebih mendalam tentang tindak pidana pencabulan terhadap anak dibawah umur yang dilakukan oleh orang dewasa,serta ingin mengetahui bagaimanakan pertanggungjawaban terhadap pelaku tindak pidana pencabulan ini dalam melakukan perbuatan tindak pidana dan apa saja faktor yang dapat mempengaruhi pelaku melakukan perbuatan tindak pidana.

1. Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor 522/PID.B/2012/PN.SBG.13

a. Menyatakan Terdakwa AFDAL TANJUNG alias MAMAK PADAL terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum melakukan perbuatan melanggar kesusilaan dengan seorang anak dibawah umur dari jenis

13Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia,“Putusan PN Sibolga Nomor 522/PID.B/2012/PN.SBG”,https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/c7b43393c4f1e1e16c2a880 72d6e9c6f, Diakses pada, 12 Maret 2019, 13:18.

(23)

kelamin yang sama atau yang kekurangan dewasaannya itu diketahui atau telah diduga sebagai mana dalam surat dakwaan melanggar Pasal 292 KUHP berbunyi, “Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain yang sama jenis kelaminnya dengan dia yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam dengan pidana penjara palinglama lima tahun.”

b. Menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa AFDAL TANJUNG alias MAMAK PADAL tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan dikurangi selama terdakwa ditahan, dengan perintah terdakwa tetap ditahan.

2). Putusan Pengadilan Negeri Banyumas Nomor 90/PID.SUS/2016/PN.BMS.14

a. Menyatakan terdakwa BM terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pencabulan anak dibawah umur dengan sesama jenis secara berlanjut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 82 ayat (1) Jo Pasal 76E Undang – Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan terhadap anak berbunyi, “Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal dalam Pasal 76E dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15

14Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, “Putusan PN Banyumas Nomor 90/PID.SUS/2016/PN.BMS”,https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/e3cb5fe32100ab12893946 d42ec65a8e, Diakses pada, 12 Maret 2019, 13:12

(24)

(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliyar rupiah).” sedangkan Pasal 76E berbunyi “Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul.”

b. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa tersebut dengan pidana penjara selama 15 (lima belas) tahun dikurangkan seluruhnya selama Terdakwa berada dalam masa penahanan, dengan pidana denda sebesar Rp50.000.000,00 subsidair 6 (enam) bulan krungan dengan perintah Terdakwa tetap ditahan.

Maka dari itu Penulis membuat perlunya pengendalian sosial yang mana disebutkan kali ini adalah hukum yang mengatur tatanan di kehidupan masyarakat dan juga bagaimana pertanggung jawabannya terhadap pelaku tindak pidana dalam kasus pencabulan terhadap anak dibawah umur dalam hal ini dikaitkan dengan penyimpangan seksual sesama jenis.

Dengan latar belakang diatas maka dalam penulisan skripsi sebagai salah satusyarat untuk meraih gelar sarjana hukum penulis mengambil judul

“PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENYIMPANGAN SEKSUAL SESAMA JENIS TERHADAP ANAK (Studi Pengadilan Negeri Sibolga Putusan Nomor 522/PID.B/2012/PN.SBG dan Pengadilan Negeri Banyumas Putusan Nomor 90/PID.SUS/2016/PN.BMS).”

(25)

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dibuat untuk mempermudah penulis dalam membatasi masalah yang akan di analisis atau akan diteliti sehingga mencapai tujuan apa yang diinginkan. Berdasarkan dengan latar belakang diatas rumusan masalah yang ingin dikasi oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana penyimpangan seksual terhadap anak pada Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor 522/Pid.B/2012/Pn.Sbg Dan Putusan Pengadilan Negeri Banyumas Nomor 90/Pid.Sus/2016/Pn.Bms.

2. Bagaimanakah pertanggungjawaban terhadap penjatuhan sanksi pidana. Putusan pengadilan negeri sibolga nomor 522/pid.b/2012/pn.sbg dan putusan pengadilan negeri banyumas nomor 90/pid.sus/2016/pn.bmsditinjau dari tujuan pemidanaan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penelitian yang ingindicapai oleh Penulis sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi terhadap pelaku tindak pidana penyimpangan seksual terhadap anak dibawah umur.

(26)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan hakim dalam dalam konteks tujuan pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana penyimpangan seksual terhadap anak dibawah umur.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu hukum khususnya mengenai perlindungan bagi anak dibawah umur;

b. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul serta berusaha untuk memberikan masukan dalam bentuk pemikiran mengenai pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana Penyimpangan seksual terhadap anak dibawah umur;

2. Manfaat Teori

Penelitian ini diharapkan agar mempunyai manfaat yaitu untuk memperkaya ilmu pengetahuan penulis, khususnya bagi pihak yang berkepentingan dalam perkara ini, dan memperluas pengetahuan tentang penyelesaian suatu kasus, khususnya pertanggung jawaban terhadap pelaku pidana penyimpangan seksual sesama jenis terhadap anak dibawah umur;

(27)

E. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual atau kerangkateori merupakan pendapat para ahli dan para sarjanawan yang diakui oleh masyarakat. Adapun kerangka yang akan diulas sebagai berikut :

1. Konsep Pertanggungjawaban Pidana

Pertanggungjawaban pidana dalam bahasa asing disebut sebagai “toerekenbaarheid”, “criminal responbility”, “criminal hability”. Bahwa pertanggungjawaban pidana dimaksudkan untuk

menekan apakah seseorang tersangka/terdakwa

dipertanggungjawabkan atas suatu tindak pidana (crime) yang terjadi atau tidak. Dengan perkataan lain apakah terdakwa akan di pidana atau dibebaskan. Jika ia di pidana, harus ternyata bahwa tindakan yang dilakukan itu bersifat melawan hukum dan terdakwa mampu bertanggungjawab. Kemampuan tersebut memperlihatkan kesalahan dari petindak yang berbentuk kesengajaan atau kealpaan.15

2. Konsep Pertimbangan Hakim

Menurut Mackenzie, ada beberapa teori atau pendekatan yang dipergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan putusan dalam suatu perkara, yaitu sebagai berikut:16

15M. Rasyid Ariman dan M. Fahmi Raghib, Hukum Pidana Fundamental: TindakPidana, Pertanggungjawaban Pidana, Pidana dan Pemidanaan , Palembang: Unsri Press,2013, hlm. 190.

16Ahmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif,

(28)

a. Teori Keseimbangan

Yang dimaksud dengan keseimbangan adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang tersangkut dan berkaitan dengan perkara, yaitu antara lain seperti adanya keseimbangan yang berkaitan dengan masyarakat, kepentingan terdakwa dan kepentingan korban;

b. Teori Pendekatan Seni dan Intuisi

Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari hakim. Sebagai diskresi, dalam menjatuhkan putusan hakim menyesuaikan dengan keadaan dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana, hakim akan melihat keadaan pihak terdakwa atau penuntut umum dalam perkara pidana;

c. Teori Pendekatan Keilmuan

Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian khususnya dalam kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin konsistensi dari putusan hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan semacam peringatan bahwa dalam memutus suatu perkara, hakim tidak

(29)

boleh semata-mata atas dasar intuisi atau insting semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan juga wawasan keilmuan hakim dalam menghadapi suatu perkara yang harus diputusnya;

d. Teori Pendekatan Pengalaman

Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari, dengan pengalaman yang dimilikinya, seorang hakim dapat mengetahui bagaimana dampak dari putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana yang berkaitan dengan pelaku, korban maupun masyarakat;

e. Teori Ratio Decidendi

Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang disengketakan, kemudian mencari peraturan perundang-undangan yang relevan dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum dalam penjatuhan putusan, serta pertimbangan hakim harus didasarkan pada motivasi yang jelas untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan bagi para pihak yang berperkara;

(30)

3. Konsep Tujuan Pemidanaan

Pidana perlu dijatuhkan pada seseorang yang melakukan pelanggaran pidana karena pidana juga berperan sebagai pranata sosial. Dalam hal ini pidana sebagai bagian dari reaksi social saat terjadi pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku, yaitu norma yang mencerminkan nilai dan struktur masyarakat yang merupakan reafirmasi simbolis atas pelanggaran terhadap “hati nurani bersama“ sebagai bentuk ketidaksetujuan terhadap perilaku tertentu. Bentuknya berupa konsekuensi yang menderitakan, atau setidaknya tidak menyenangkan.17

Ada beberapa teori tujuan pemidanaan yaitu :

a. Teori pembalasan, teori ini menyatakan bahwa pelaku yang melakukan tindak pidana harus mendapatkan balasan atas perbuatan yang dilakukannya. Teori ini lebih mengedepankan bahwa sanksi yang dijatuhkan untuk orang yang melakukan kejahatan merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada orang yang

17Adami Chazawi. Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Bandung: Alumni. 2006,

(31)

melakukan kejahatan tersebut sehingga sanksi ini bertujuan untuk memuaskan tuntutan keadilan.18

b. Teori tujuan, teori ini menyatakan bahwa pemodanaan merupakansarana untuk mencapai suatu tujuan yang berguna untukmensejahterakan masyarakat dan sanksi bertujuan untuk mencegah seseorang melakukan kejahatan.19

c. Teori gabungan, teori gabungan ini merupakan gabungan dari teori pembalasan dan teori tujuan. Menurut teori ini, tujuan dari pidana yaitu selalu membalas kesalahan atau yang dilakukan seseorang yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan mewujudkan suatu ketertibandengan ketentuan berat pidananya tidak boleh melebihi batas suatu pembalasan yang adil.20

F. Metode Penelitian Hukum

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Normatif atau penelitian hukum kepustakaan yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka dengan tipe penulisan deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan tentang suatu hal tertentu yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat

18Zainal Abidin,Pemidanaan, Pidana dan Tindakan dalamRancangan KUHP, Hlm. 11. 19Ibid.

20Samosir, Djisman,Fungsi Pidana Penjara Dalam Sistem Pemidanaan di Indonesia.

(32)

dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat.21

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian hukum mengenal beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengkaji suatu permasalahan tertentu. Jenis-jenis pendekatan tersebut meliputi:

a. Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach)

Pendekatan statute ini dilakukan dengan cara mempelajari semua peraturan perundang-undangan yang bersangkutan dengan permasalahanyang sedang dihadapi. Pendekatan undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang-undang dengan undang-undang-undang-undang lainnya, dan hasil dari mempelajari peratu perundang-undangan tersebut merupakan suatu argumen untuk

memecahkan isu yang dihadapi.22

b. Pendekatan Kasus (Case Approach)

Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan telaah pada kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi.Kasus-kasus yang ditelaah merupakan dihadapi.Kasus-kasus yang telah memperoleh putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap. Hal pokok yang dikaji pada

21Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2014, hlm. 105. 22Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana,2011,hlm. 93.

(33)

setiap putusan tersebut adalah pertimbangan hakim untuk sampai pada suatu keputusan sehingga dapat digunakan sebagai argumentasi dalam memecahkan isu hukum yang dihadapi.23

c. Pendekatan Komparatif (Comparative Approach)

Pendekatan Perbandingan ini dilakukan dengan membandingkan peraturan hukum ataupun putusan pengadilan di suatu Negara, namun haruslah mengenai hal yang sama. Perbandingan ini dilakukan untuk memperoleh persamaan dan perbedaan diantara peraturan hukum atau putusan pengadilan tersebut. 24

3. Sumber Bahan Hukum

Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data-data sekunder yaitu data-data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.25

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat, berupa:

23Ibid. hlm. 24 24Ibid. hlm. 24 25Ibid. hlm. 24

(34)

1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) jo. Undang-undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Peraturan Hukum Pidana untuk Seluruh Wilayah Republik Indonesia dan mengubah KUHP (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1660);

2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3) Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157) 5) Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor 522/PID.B/2012/PN.SBG; 6) Putusan Pengadilan Negeri Banyumas Nomor 90/PID.SUS/2016/PN.BMS;

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang berisi penjelasan mengenai bahan hukum primer.26Penelitian ini menggunakan buku-buku teks yang berkaitan dengan suatu masalah yang akan dibahas, bahan hukum sekunder ini terdiri dari hasil-hasil penelitian, hasil karya dari

(35)

kalangan hukum (misalnya: buku-buku, makalah hukum, jurnal/majalah hukum, artikel, skripsi) dan sebagainya;

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum tambahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.27 Bahan hukum tersier terdiri dari kamus, ensiklopedia, dan

sebagainya yang berkaitan dengan masalah tindak pidana pelaku penyimpangan seksual Sesama jenis terhadap anak dibawah umur;

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pada penelitian ini, Penulis memfokuskan metode pengumpulan bahan pada studi kepustakaan (library research).Studi kepustakaan atau studi dokumen meliputi studi bahan-bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.28Teknik studi kepustakaan dilakukan dengan

mencari, mengutip, mencatat, menginventarisasi, menganalisis, dan mempelajari data yang berupa bahan-bahan pustaka yang dibutuhkan dan berhubungan dengan skripsi Penulis.

27Ibid.

28Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers,

(36)

5. Analisis Bahan Hukum

Berdasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan metode penelitian bersifat deskriptif analitis.Deskriptif tersebut, meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isiatau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.29 Yaitu mengenai pertanggungjawaban pada kasus

Pertanggungjawaban terhadap pelaku tindak pidana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan suatu perkara tersebut.

6. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam skripsi ini dilakukan menggunakan metode deduktif. Metode deduktif ini merupakan suatu metode penarikan kesimpulan yang berpangkal dari suatu pengetahuan yang bersifat umum yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini dan berakhir pada suatu pengetahuan baru yang bersifat khusus.30Prosedur penalaran deduktif adalah prosedur penalaran yang berawal dari suatu peraturan perundang-undangan dan berakhir pada suatu kesimpulan berupa fakta hukum yang dapat dilihat dari pendapat-pendapat hukum.31

29Ibid. hal.107.

30Amiruddin dan Zainal Asikin,op.cit.,hlm. 4. 31Amiruddin dan Zainal Asikin, op.cit.,hlm. 47.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Adam Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana bagian I, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

---2001, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa,Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

---2006, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Bandung: Alumni.

Achmad Ali, 2008, Menguak Realitas Hukum: Rampai Kolom dan Artikel dalam

Bidang Hukum.Jakarta: Kencana

Ahmad Rifai, 2010, Penemuan Hukum Oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif, Jakarta: Sinar Grafika.

Amiruddin dan Zainal, Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers.

Andi Hamzah, 2001, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia.

---2009, Terminologi Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika.

---1994, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta.

Arif Gosita dalam Maulana Hassan Wadong, 2000, Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak. Grasindo.

Bambang Poernomo, 1997 “Pertumbuhan Hukum Penyimpangandiluar Kodifikasi Hukum pidana, Jakarta: Bina Aksara.

(38)

Bukhori, 2001, Islam dan Adab Seksual, Jakarta:Amzah.

Barda NawawiArief, 1998, Hukum Pidana I, Badan Penyedai Bahan Kuliah Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang: (tanpa penerbit).

---2001, Masalah penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Bandung: Citra Aditya Bakti.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka.

Frans Maramis, 2013, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis Di Indonesia.Jakarta: Rajawali Pers.

Jaslin Bin Muhammad Bin Muhalhil Al Yasin, 2006,Sex Islami, Jakarta: Pt Al Mawardi Prima.

Kartini Kartono, 1985, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual,Bandung: Mandar Maju.

Kartonegoro, Diktat Kuliah Hukum Pidana, Jakarta: Balai Lektur Mahasiswa. Lamintang, 1984,Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Sinar Baru.

Leden Marpaung, 2014, Asas-Teori-Praktik: Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika

Lilik Muladi, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktikdan Permasalahannya.

Jakarta: Alumni, 2006

M. Rasyid Ariman dan M. Fahmi Raghib, 2013, Hukum Pidana Fundamental:

TindakPidana, Pertanggungjawaban Pidana, Pidana dan Pemidanaan.

Palembang: Unsri Press.

Maulana Hassan Wadong, 2000, Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Jakarta: PT. Grasindo.

(39)

Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1984, Teori-teori dan Kebijakan Hukum Pidana, Alumni: Bandung,

M. Yahya Harahap, 2005, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Jakarta: Sinar Grafika.

Nashriana, 2011,Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Niniek Suparni, 2007, Eksitensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan Jakarta: Sinar Grafika.

Nofri Amelia, 2014”Analisis Kriminologi Tindak Pidana Pencabulan Tehadap Anak DiLingkungan Keluarga”Skripsi Tidak diterbitkan.Universitas Sriwijaya: Palembang.

P.A.F Lamintang dan Leo Lamintang, 2010, Hukum Penintensier Edisi Kedua, Jakarta:Sinar Grafika.

Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana.P. A. F. Lamintang, 1990,Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Sinar Baru.

R.A. Koesnan, 2005, Susunan Pidana dalam Negara Sosialis Indonesia, Bandung:

Samosir, Djisman,Fungsi.1992, Pidana Penjara Dalam Sistem Pemidanaan di Indonesia. Bandung : Bina Cipta,

Sumur,Saifullah, 2007, Refleksi Sosiologi Hukum, Semarang: Refika Aditama.

Roeslan Saleh, 1999, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana,

Jakarta:Aksara Baru.

Rusli Muhammad, 2006, Potret lembaga Pengadilan Indonesia, , Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(40)

Soerjono Soekanto,2005,factor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum,

Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Sulistiyaningsih, 2012,“Tindak Pidana Pencabulan Terhadap Anak”.Skripsi, Tidak diterbitka.Unsoed: Purwokerto.

Tri Andrisman,2011, Hukum Pidana Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum

PidanaIndonesia, Bandar Lampung: Universitas Lampung,

Wiryono Projodikoro, 1986, Azas- azas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: PT. Eresco.

Yusti Probowati Rahayu, 2005,Diballik Putusan Hakim, Srikandi: Surabaya,

Zainal Abidin Farid, 2007, Hukum Pidana I, Jakarta: Sinar Grafika.

Zainuddin Ali, 2014, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.

Undang-Undang:

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) jo. Undang-undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Peraturan Hukum Pidana untuk Seluruh Wilayah Republik Indonesia dan mengubah KUHP (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1660);

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

(41)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5332).

Internet:

https://medium.com/ @indotesis/tindak-pidana–pencabulan-anak-9a19acf58498 diaksespada Jumat, 24 Agustus 2018, 20:33 WIB.

https://www.google.co.id/amp/s/alihamdan.id/penyimpangan-sosial/ diakses pada jumat 24 Agustus 2018, 20:40 WIB.

https://www.google.co.id/amp/s/alihamdan.id/penyimpangan-sosial/ diakses pada Sabtu 25 Agustus 2018, 23:11 WIB.

www.kpai.go.id https://mitrawacana.or.id/kebijakan/uu-n0-35-tahun-2014-tentang-perlind ungan-anak/ diakses pada Minggu 2 September 2018, 08:08 WIB.

https://www.google.co.id/amp/s/muliadinur.wordpress.com/2008/07/16/penelitian-hukum /amp/ diakses pada Kamis 13 September 2018, 05:18 WIB.

https://www.google.co.id/amp/s /www.patinews.com /ancaman - pidana- bagi – pelakupencabulan-anak – di –bawah-umur/amp/ diakses pada Minggu 2 September2018, 08:20 WIB.

https://www.kajianpustaka.com/2017/03/tindak-pidana-pencabulan-anak.html?m= diakses pada Sabtu 15 September 2018, 23:48 WIB.

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-perlindungan-anak/13146diakses pada Sabtu 15 September 2018, 01:22 WIB.

(42)

Abdul Azis Ramadhani Homoseksual Dalam Perspektif Hukum Pidana Dan Hukum

Islam suatu Studi Komparatif Normatif Diakses

DariHttps://Search.Yahoo.Com/Search/?Toggle=1&Cop=Mss&Ei=UTF8&Fr =Vmn&Type=Auslog_Yaapp6_Adw_Ch&P=Jurnal+Aziz+Ramadhani Diakses Pada 15 Maret 2019, 17:48.

Sekretarian Kabinet Republik Indonesia, Inilah Materi Pokok Perppu Nomor 1 Tahun 2016, Yang Sering Disebut Perppu Kebiri dikases dari https://setkab.go.id/inilah-materi-pokok-perppu-nomor-1-tahun-2016-yang-sering-disebut-perppu-kebiri/ Pada 4 April 2019. 17:45

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia,“Putusan PN Sibolga

Nomor 522/PID.B/2012/PN.SBG”, https://putusan.mahkamahagung.go.id

/putusan /c7b43393c4f1e1e16c2a88072d6e9c6f, Diakses pada, 12 Maret 2019, 13:18.

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, “Putusan PN Banyumas

Nomor90/PID.SUS/2016/PN.BMS”,https://putusan.mahkamahagung.go.id/put

usan/e3cb5fe32100ab12893946d42ec65a8e, Diakses pada, 12 Maret 2019, 13:12

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut Pertanggungjawaban pelaku tindak pidana pencabulan anak dibawah umur yaitu ditinjau dari

Kesimpulan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan perilaku penyimpangan seksual dalam berpacaran di Desa Mlopoharjo kecamatan Wuryantoro

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Perkembangan dari zaman ke zaman maka terdapat pula perubahan dalam masyarakat banyaknya kasus tindak pidana pencabulan yang

Bentuk dari pelecehan seksual dengan verbal ialah menggoda, bercanda, menulis surat, bersiul, ajak kencan bersifat seksual yang tidak diinginkan, menceritakan atau

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tentang pengaturan tindak pidana penyimpangan seksual menurut hukum positif di Indonesia homoseksual dan lesbian diatur di

Oleh karena itu, dalam kasus tindak pidana pencabulan yang dilakukan oleh anak, hakim tidak dapat memberikan putusan berupa diversi, tetapi berupa sanksi tindakan

Kekerasan seksual pada anak merupakan faktor utama penularan penyakit menular seksual (PMS). Korban kekerasan seksual sering dikucilkan dalam kehidupan sosial, hal

Pelecehan seksual pada anak tidak hanya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana saja tetapi juga diatur dalam peraturan yang lebih khusus yaitu diatur dalam Undang-Undang Nomor 35