• Tidak ada hasil yang ditemukan

FINAL PROJECT CLOCK AND ALARM OF SCHOOL BASE ON ATMEGA 16 MICROCONTROLLER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FINAL PROJECT CLOCK AND ALARM OF SCHOOL BASE ON ATMEGA 16 MICROCONTROLLER"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma

disusun oleh:

ERIC SANDY FORTUNA WATA PALUNGKUN NIM : 045114049

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

(2)

In partial fulfilment of the requirements for the degree of Sarjana Teknik Electrical Engineering Study Program

Electrical Engineering Departement

Science and Technology Faculty Sanata Dharma University

by: ERIC SANDY FORTUNA WATA PALUNGKUN

NIM : 045114049

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2009

(3)
(4)
(5)
(6)

tikungan bernama

KEGAGALAN

, ada bundaran bernama

KEBINGUNGAN

, ada tanjakan bernama

KESULITAN

. Lampu

merah bernama

MUSUH

, lampu kuning bernama

COBAAN

, kamu

akan mengalami ban kempes dan pecah, itulah hidup. Tetapi jika

kamu membawa ban serep bernama

IMAN

, mesin bernama

PENGHARAPAN

, asuransi bernama

KASIH

, pengemudi bernama

YESUS

maka sampailah kamu ke tempat yang disebut

BAHAGIA

dan

SUKSES

.

Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristusatas pertolongannya di dalam hidupku.

2. (Alm) PapidanMamiyang tercinta.

3. Emil, Indah,danJeni tersayang.

4. Almamaterku Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

(7)
(8)

karena bisa menandakan awal dan berakhirnya suatu kegiatan. Penandaan waktu dapat berupa jam dan alarm untuk mengatur kegiatan belajar mengajar di sekolah supaya berjalan dengan lancar.

Alat ini terdiri dari sebuah rangkaian master dengan penampil LCD dan 2 buah rangkaian slave dengan penampil seven segment yang masing-masing mempunyai jam dan alarm. Rangkaian master dan slave tersebut dikendalikan oleh mikrokontroler ATMEGA 16. Pengaturan jam dan alarm diatur pada rangkaian master. Informasi waktu yang berupa jam, menit, detik, hari, tanggal, bulan, dan tahun diperoleh dari IC RTC (Real Time Clock) DS1307 yang terdapat pada rangkaian master. Terdapat 3 mode alarm pada sistem ini yaitu mode off, mode interval, dan mode jam-jam tertentu. Proses mentransmisikan data dari rangkaian master ke rangkaian slave menggunakan komunikasi serial RS-485.

Dari hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa alat ini dapat bekerja dengan baik menggunakan kabel UTP (Unshielded Twisted Pair) sepanjang 10 meter. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat data waktu RTC yang ditampilkan dengan baik pada tiap-tiap tampilan rangkaian dan juga buzer akan berbunyi jika data waktu RTC sudah sama dengan data alarm yang tersimpan.

Kata kunci: Jam dan alarm, mikrokontroler ATMEGA 16, RTC, RS-485.

(9)

the begin and the end of the activity. Signaling time could be like clock and alarm which is manage all of study activity become smooth.

This tool contains of one master circuit with LCD display and two slave circuit with seven segment display that have clock and alarm itself. Those master and slave series are controlled by ATMEGA 16 microcontroller. Manage of clock and alarm are controlled in master circuit. Information of time could be like hour, minute, second, day, date, month and year were given by IC RTC (Real Time Clock) DS1307 that were contain in master circuit. There were three alarm mode in this system. There were off mode, interval mode and specific-hours mode. The process of transmission data from master circuit to slave circuit are using by serial communication RS-485.

The result of experiment could be concluded that tool had a good work with UTP (Unshielded Twisted Pair) cabel about 10 meter long. It could be proved in RTC time data which are good view on series projection and buzzer could be sound on if RTC time data as same as alarm data that already saved.

Key word: Clock and alarm, ATMEGA 16 microcontroller, RTC, RS-485.

(10)

Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga tugas akhir dengan judul “Jam dan Alarm Sekolah Berbasis

Mikrokontroler ATMEGA 16” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Selama menulis Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa ada begitu

banyak pihak yang telah memberikan bantuan dengan caranya masing-masing,

sehingga Tugas Akhir ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. (Almarhum) Ayah yang sudah tenang di sorga dan Ibu tercinta. Terima

kasih atas segala doa, semangat, kesabaran dan dukungan baik secara

moral ataupun materi.

2. Ketiga saudaraku Emil W.P, Indah W.P, dan Jeni W.P atas segala

dukungan dan pengertiannya.

3. Bapak Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T. selaku dekan Fakultas Sains dan

Teknologi.

4. Bapak Martanto, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, semangat, pengetahuan,

diskusi, arahan, kritik dan saran dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

5. Bapak B. Djoko Untoro Suwarno, S.Si., M.T. selaku dosen pembimbing II

yang dengan senang hati memberikan pengarahan, bimbingan dan segenap

perhatiannya.

(11)

Jimmy.

8. Arnold yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan,

pengetahuan, diskusi, arahan, kritik dan saran dalam menyelesaikan Tugas

Akhir.

9. Seluruh teman teknik elektro angkatan 2004 atas segala dukungan dan

bantuan.

10.Berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu atas bantuan,

dukungan, bimbingan, kritik dan saran.

Dengan rendah hati penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu berbagai kritik dan saran untuk perbaikan tugas

akhir ini sangat diharapkan. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak. Terima kasih.

Yogyakarta, Juli 2009

Penulis

(12)

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Judul ... 1

1.2. Latar Belakang ... 1

1.3. Batasan Masalah ... 2

1.4. Rumusan Masalah ... 3

1.5. Tujuan dan Manfaat... 3

1.5.1. Tujuan ... 3

1.5.2. Manfaat ... 4

(13)

2.1. Tombol ... 6

2.1.1. Tombol NO SPST Momentary Contact ... 7

2.1.2. Tombol NO DPST Momentary Contact ... 7

2.2. Mikrokontroler ATMEGA 16 ... 8

2.2.1. Fitur-fitur yang dimiliki oleh ATMEGA 16 ... 8

2.2.2. EEPROM ... 10

2.2.3. Two-Wire Serial Interface (TWI) ... 10

2.2.4. Reset... 11

2.2.5. USART ... 11

2.3. RealTime Clock DS1307 ... 15

2.3.1. Address Map dari RTC ... 16

2.3.2. I2C Data Bus ... 17

2.4. LCD (Liquid Crystal Display) ... 22

2.5. Standar Komunikasi Serial ... 24

2.5.1. Pengaturan Impedansi Terminal ... 25

2.5.2. Pemberian Prasikap Pada Jaringan RS-485 ... 27

2.5.3. Pengaman Jaringan RS-485 Terhadap Beda Potential Listrik ... 29

2.6. Transistor ... 31

2.7. Seven Segment ... 34

2.8. Buzzer ... 35

(14)

3.2.1. Rangkaian Master ... 39

3.2.1.1. Rangkaian Tombol Matriks Keypad 4 x 4 ... 39

3.2.1.2. Rangkaian Mikrokontroler Master ... 41

3.2.1.3. Rangkaian Osilator ... 42

3.2.1.4. Rangkaian Reset ... 43

3.2.1.5. Rangkaian RTC ... 44

3.2.1.6. Rangkaian Display ... 44

3.2.1.7. Rangkaian Alarm ... 45

3.2.2. Rangkaian Slave ... 46

3.2.2.1 Rangkaian Mikrokontroler Slave ... 46

3.2.2.2. Rangkaian Osilator dan Rangkaian Reset ... 48

3.2.2.3. Rangkaian Display Seven Segment... 48

3.2.2.4. Rangkaian Alarm... 49

3.2.3. Komunikasi Serial ... 50

3.2.3.1. IC Komunikasi Serial RS-485 ... 51

3.2.3.2. Konfigurasi Jaringan ... 52

3.2.3.3. Komponen Penyesuai Impedansi ... 53

3.2.3.4. Pemberian Prasikap pada Jaringan ... 53

3.2.3.5. Pengamanan Beda Potensial Untuk Jaringan ... 56

3.3. Perancangan Perangkat Lunak ... 57

(15)

3.3.1.3. Sub Rutin Atur Alarm ... 59

3.3.1.4. Sub Rutin Pemilihan Mode Alarm untuk Master ... 60

3.3.1.5. Sub Rutin Pemilihan Mode Alarm untuk Slave ... 61

3.3.2. Diagram Alir Utama pada Rangkaian Slave ... 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 64

4.1. Hasil Akhir Perancangan ... 64

4.2. Pengamatan Sistem ... 66

4.2.1. Cara Menjalankan Jam dan Alarm Sekolah ... 66

4.2.2. Pengujian Pembacaan dan Pengaturan RTC DS1307... 68

4.2.3. Pengaturan Alarm ... 69

4.2.4. Tampilan-Tampilan pada Slave ... 73

4.2.5. Pengujian RS-485 ... 77

4.2.6. Transmisi Data Serial ... 79

4.2.7. Format Data ... 80

4.2.8. Pengujian Menggunakan Terminal Codevison AVR ... 83

4.2.9. Pengujian Alarm ... 92

4.3. Catu Daya ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

5.1. Kesimpulan ... 95

5.2. Saran ... 95

(16)
(17)

Gambar 2.2. Konfigurasi DPST ... 8

Gambar 2.3. Konfigurasi pin ATMEGA 16 ... 9

Gambar 2.4. Interkoneksi TWI ... 10

Gambar 2.5. Rangkaian reset ... 11

Gambar 2.6. Register UBBRH dan UBBRL ... 13

Gambar 2.7. Register UCSRC ... 13

Gambar 2.8. Konfigurasi pin DS1307 ... 16

Gambar 2.9. Timing diagram mengirim data melalui I2C ... 18

Gambar 2.10. Write mode data ke RTC ... 21

Gambar 2.11. Read mode data dari RTC ... 22

Gambar 2.12. Bentuk LCD 16 x 2 ... 22

Gambar 2.13. Bagian LCD ... 22

Gambar 2.14. Sinyal dari pemancar (driver) dan penerima (receiver ) ... 25

Gambar 2.15. Rangkaian parallel termination dan Rangkaian AC-Coupled termination... 27

Gambar 2.16. Transceiver dengan resitor prasikap ... 27

Gambar 2.17. Pemisahan ground dengan isolasi optic... 29

Gambar 2.18. Penyambungan ground data dan ground lokal dengan koneksi resistor ... 30

Gambar 2.19. Sistem proteksi shunting device menggunakan dioda zener .... 30

(18)

Gambar 2.22. Karakteristik transistor ... 33

Gambar 2.23. Seven segment common anoda ... 34

Gambar 2.24. Seven segment common katoda ... 35

Gambar 2.25. Rangkaian penggerak buzzer ... 35

Gambar 3.1. Diagram blok sistem ... 37

Gambar 3.2. Rangkaian matriks keypad 4 x 4 ... 40

Gambar 3.3. Konfigurasi rangkaian master... 42

Gambar 3.4. Rangkaian osilator ... 43

Gambar 3.5. Rangkaian reset ... 44

Gambar 3.6. Rangkaian alarm ... 46

Gambar 3.7. Konfigurasi rangkaian slave ... 47

Gambar 3.8. Rangkaian display seven segment ... 48

Gambar 3.9. Rangkaian alarm pada rangkaian slave ... 50

Gambar 3.10. IC SN75176 ... 51

Gambar 3.11. Rangkaian sistem komunikasi RS-485 ... 52

Gambar 3.12. Rangkaian RS-485 dengan konfigurasi multidrop 2 kabel ... 52

Gambar 3.13. Komponen penyesuai impedansi ... 53

Gambar 3.14 Rangkaian prasikap untuk jaringan ... 56

Gambar 3.15. Rangkaian pengaman dengan metode shunting device ... 56

Gambar 3.16. Diagram alir utama pada rangkaian master ... 58

(19)

Gambar 3.20. Diagram alir pemilihan mode alarm untuk master ... 61

Gambar 3.21. Diagram alir pemilihan mode alarm untuk slave ... 62

Gambar 3.22. Diagram alir utama pada rangkaian slave ... 63

Gambar 4.1. Bentuk fisik jam dan alarm sekolah ... 64

Gambar 4.2. Bentuk fisik rangkaian master ... 65

Gambar 4.3. Bentuk fisik rangkaian slave ... 66

Gambar 4.4. Tampilan awal pada master ... 68

Gambar 4.5. Tampilan awal pada slave ... 68

Gambar 4.6. Tampilan untuk pengaturan waktu ... 69

Gambar 4.7. Tampilan ruang 2 atau 3 offline ... 70

Gambar 4.8. Tampilan pengaturan alarm mode off ... 71

Gambar 4.9. Tampilan pengaturan alarm mode interval ... 71

Gambar 4.10. Tampilan pengaturan mode jam-jam tertentu ... 73

Gambar 4.11. Tampilan untuk melihat tanggal ... 73

Gambar 4.12. Tampilan untuk melihat hari ... 74

Gambar 4.13. Tampilan mode off pada slave ... 74

Gambar 4.14. Tampilan mode interval pada slave ... 75

Gambar 4.15. Tampilan mode jam-jam tertentu pada slave ... 76

Gambar 4.16. Hasil pengamatan sinyal data waktu RTC . ... 80

Gambar 4.17. Data waktu RTC yang dikirim oleh master... 84

(20)

Gambar 4.20. Data alarm mode off yang dikirim ke slave 1 ... 85

Gambar 4.21. Data waktu RTC yang diterima oleh slave 2 ... 85

Gambar 4.22. Data alarm mode off yang diterima oleh slave 1 ... 86

Gambar 4.23. Data alarm mode off yang diterima oleh slave 2 ... 86

Gambar 4.24. Data jam mulai mode interval yang dikirim ke slave 1 ... 87

Gambar 4.25. Data jam akhir mode interval yang dikirim ke slave 1 ... 87

Gambar 4.26. Data interval mode interval yang dikirim ke slave 1 ... 87

Gambar 4.27 Data jam mulai mode interval yang diterima oleh slave 1 ... 88

Gambar 4.28. Data jam akhir mode interval yang diterima oleh slave 1 ... 88

Gambar 4.29. Data interval mode interval yang diterima oleh slave 1 ... 88

Gambar 4.30. Data jam mulai mode interval yang dikirim ke slave 2 ... 89

Gambar 4.31. Data jam akhir mode interval yang dikirim ke slave 2 ... 89

Gambar 4.32. Data interval mode interval yang dikirim ke slave 2 ... 89

Gambar 4.33. Data jam mulai mode interval yang diterima oleh slave 2 ... 89

Gambar 4.34. Data jam akhir mode interval yang diterima oleh slave 2 ... 90

Gambar 4.35. Data interval mode interval yang diterima oleh slave 2 ... 90

Gambar 4.36. Data alarm 1 mode jam-jam tertentu yang dikirim ke slave 1 ... 91

Gambar 4.37. Data alarm 1 mode jam-jam tertentu yang dikirim ke slave 2 ... 91

(21)

yang diterima oleh slave 2... 91

(22)

Tabel 2.2 Konfigurasi RTC DS1307 ... 16 Tabel 2.3 Alamat peta RTC DS1307 ... 17 Tabel 2.4. Pin LCD ... 23

Tabel 3.1. Kombinasi baris dan kolom matriks keypad 4 x 4 ... 41

Tabel 3.2. Daftar heksa dari tampilan angka pada seven segment ... 49

Tabel 4.1. Data alarm mode off pada hari senin ruang 1 ... 71

Tabel 4.2. Data alarm mode interval pada hari senin ruang 1 ... 72

Tabel 4.3. Data alarm mode jam-jam tertentu pada hari senin ruang 1 ... 72

Tabel 4.4 Data alarm mode off yang diterima oleh ruang 2 atau 3 ... 75

Tabel 4.5. Data alarm mode interval yang diterima oleh ruang 2 atau 3 ... 76

Tabel 4.6. Data alarm mode jam-jam tertentu pada ruang 2 atau 3 ... 77

Tabel 4.7. Data alarm yang dikirim ke slave 1 (ruang 2) ... 78

Tabel 4.8. Data alarm yang diterima oleh slave 1 (ruang 2) ... 78

Tabel 4.9. [Lanjutan] Data alarm yang diterima oleh slave 1 (ruang 2) ... 79

Tabel 4.10. Format data waktu RTC yang dikirim ... 81

Tabel 4.11. Format data alarm mode off yang dikirim ... 81

Tabel 4.12. Format data alarm mode interval yang dikirim ... 82

Tabel 4.13. Format data alarm mode jam-jam tertentu yang dikirim ... 83

Tabel 4.14. Data alarm mode campuran pada master (ruang 1) ... 92

Tabel 4.15. [lanjutan] Data alarm mode campuran pada master (ruang 1) ... 93

Tabel 4.16. Data alarm mode campuran pada slave 1 (ruang 2) ... 93

(23)
(24)

1.1

Judul

Jam dan Alarm Sekolah Berbasis Mikrokontroler ATMEGA 16.

1.2

Latar Belakang

Jam merupakan tolak ukur waktu yang menjadi patokan kegiatan manusia

dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Penandaan waktu dalam kehidupan

modern saat ini sangatlah penting, dengan penandaan waktu ini bisa menandakan

awal dan berakhirnya suatu kegiatan. Biasanya awal dan berakhirnya suatu

kegiatan ditandai dengan suatu bunyi bel/alarm, misalnya dalam kegiatan belajar

mengajar di sekolah. Saat ini sekolah masih menggunakan jam analog di setiap

ruangan dan bel/alarm yang digunakan tidak bisa diatur untuk masing-masing

ruangan tetapi diatur untuk satu sekolah secara keseluruhan. Bel/alarm sekolah

tersebut dibunyikan secara manual oleh seorang operator dengan cara menekan

tombol bel/alarm tersebut. Hal ini sangat tidak praktis dikarenakan apabila

operator tidak bisa menekan tombol bel/alarm tersebut maka kegiatan belajar

mengajar di sekolah akan terganggu. Dan apabila bel/alarm yang berbunyi tidak

tepat waktu juga akan mengganggu kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut maka diharapkan

ada suatu alat yang dapat mengatur bunyi bel/alarm secara otomatis dengan

(25)

pengendalian yang mudah, serta tampilan jam yang mudah dibaca. Alat itu dapat

diimplementasikan menggunakan mikrokontroler. Oleh karena itu, pada

kesempatan penyusunan Tugas Akhir ini, penulis akan membuat sebuah jam dan

bel/alarm sekolah berbasis mikrokontroler, yang mudah dan sederhana dalam

pengendaliannya. Jam ini dirancang supaya tampilan jamnya dapat dibaca dengan

mudah karena jam ini menampilkan jam berupa angka-angka secara presisi. Jam

akan tetap berjalan walaupun alat ini tidak mendapat sumber tegangan sehingga

tidak diperlukan pengaturan ulang ketika alat ini mendapat sumber tegangan lagi.

Alarm yang digunakan akan ditempatkan pada masing-masing ruangan. Pengaturan alarm ini dapat dibuat berbeda untuk setiap ruangan sehingga alarm

dapat diatur sesuai dengan jadwal pelajaran masing-masing kelas. Pengaturan

alarm tidak perlu dilakukan setiap hari karena data pengaturan alarm tersebut akan disimpan di mikrokontroler dan tidak akan hilang walaupun alat ini tidak

mendapat sumber tegangan. Jam dan bel/alarm ini dibuat agar kegiatan belajar

mengajar di sekolah dapat berjalan dengan tepat waktu.

1.3

Batasan Masalah

Dalam perancangan pembuatan Tugas Akhir ini penulis membuat batasan

masalah yaitu:

1. Menggunakan mikrokontroler ATMEGA 16 sebagai pengendalinya.

2. Menggunakan real time clock DS1307.

(26)

4. Tampilan jam pada mikrokontroler master menggunakan LCD 16 x 2

sedangkan pada mikrokontroler slave menggunakan common anodaseven

segment.

5. Pengaturan tampilan jam dan bel/alarm menggunakan tombol push button.

6. Menggunakan RS485 sebagai komunikasi antar mikrokontroler.

7. Mempunyai 3 mode alarm yaitu mode off, mode interval, dan mode

jam-jam tertentu.

1.4

Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang diuraikan diatas dapat diambil beberapa rumusan

masalah yaitu :

1. Bagaimana mengakses data waktu dari real time clock ?

2. Bagaimana mengaktifkan alarm pada jam-jam tertentu dan pada interval

jam tertentu ?

3. Bagaimana membuat komunikasi serial antar mikrokontroler ?

4. Bagaimana membuat rangkaian antarmuka mikrokontroler, tombol-tombol

masukan, seven segment, dan real time clock ?

1.5

Tujuan dan Manfaat

1.5.1 Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai pada Tugas Akhir ini adalah membuat suatu

(27)

1.5.2 Manfaat

Adapun manfaat yang akan dicapai dari alat ini adalah :

1. Tersedianya alat untuk referensi sebagai cara membuat jam digital.

2. Memberikan kepada pembaca bagaimana membuat suatu jam digital dan

bel/alarm. Alat ini bisa mengatur suatu alarm berbunyi menjadi otomatis

sesuai dengan program yang telah diisikan pada alat ini.

3. Selain dari situ juga diharapkan, proyek Tugas Akhir ini menambah sarana

bagi sekolah.

1.6

Metodologi Penelitian

Metodologi yang dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah:

1. Observasi, pengumpulan dan pengambilan data-data melalui pembacaan

buku-buku penunjang dari Tugas Akhir dan melalui informasi-informasi

yang didapat dari internet serta dosen pembimbing Tugas Akhir.

2. Perancangan, penyediaan seluruh komponen yang dibutuhkan dilanjutkan

perakitan dan pembuatan alat.

3. Pengujian alat, dilakukan pengujian per bagian sistem dan sistem secara

keseluruhan untuk mengetahui cara kerja dari alat dilanjutkan

pengumpulan data-data dan menyusunnya sebagai hasil akhir dalam Tugas

Akhir.

4. Kesimpulan, mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat lewat

(28)

1.7

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibagi menjadi beberapa bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan dan

manfaat, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : DASAR TEORI

Berisi dasar teori yang meliputi real time clock DS1307,

mikrokontroler ATMEGA 16, seven segment, transistor,

RS485, tombol, LCD (Liquid Crystal Display).

BAB III : PERANCANGAN ALAT

Berisi blok diagram perancangan, perancangan alat secara

hardware dan secara software. BAB IV : PENGUJIAN ALAT

Berisi hasil pengujian alat per bagian, pengujian sistem secara

keseluruhan, dan pembahasan.

BAB V : KESIMPULAN

(29)

Mikrokontroler adalah salah satu dari bagian dasar dari suatu sistem

komputer. Banyak contoh atau jenis dari mikrokontroler yang ada sekarang ini

dan salah satunya adalah mikrokontroler ATMEGA 16. Misalnya yang digunakan

pada suatu sistem pengaman mobil yang pintar. Mikrokontroler tersebut berperan

sebagai otak atau pusat dari seluruh proses yang ingin dilakukan. Dengan adanya

mikrokontroler maka prosesnya semakin lebih mudah. Salah satu aplikasi lain dari

mikrokontroler ATMEGA 16 dapat dilihat pada perancangan yang akan dibuat ini

yaitu “JAM DAN ALARM SEKOLAH BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16” yang digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam perancangan dan pembuatan jam dan alarm ini, tentunya harus

terlebih dahulu mengetahui prinsip kerja dasar dan piranti atau komponen yang

akan digunakan.

2.1

Tombol

Tombol merupakan suatu komponen yang berfungsi untuk

menghubungkan dan memutuskan arus. Tombol tersusun dari titik sambungan

yang terbuat dari bahan yang tahan terhadap busur api (arc) yang disebabkan saat

arus diputus dan saat arus terhubung. Ada dua jenis tombol yaitu tombol NO

(30)

SPST (Normally Open Single Pole, Single Throw) momentary contact dan tombol

NO DPST (Normally open double pole, single throw )momentary contact .

2.1.1 Tombol NO SPST Momentary Contact

Tombol NO SPST momentary contact adalah salah satu jenis saklar yang

dalam keadaan normal berkondisi OFF (Normally Open), berupa satu kutub

(berasal dari satu sumber) dan menghantarkan arus hanya ke satu beban.

Penghantaran arus dan tegangan (kondisi ON) dari suatu sumber terjadi jika

tombol ditekan, dan pemutusan arus dan tegangan (kondisi OFF) terjadi saat

tombol dilepas atau ketika tidak ditekan, sehingga dinamakan momentary contact

[1]. Konfigurasi NO SPST ditunjukan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Konfigurasi SPST [1].

2.1.2 Tombol NO DPST Momentary Contact

Tombol NO DPST (Normally open double pole, single throw) momentary

contact adalah salah satu jenis saklar yang dalam keadaan normal berkondisi OFF (Normally Open) terdiri dari sepasang kontak yang dioperasikan secara bersamaan

dengan sekali penekanan. Penghantaran arus dan tegangan (kondisi ON) dari

suatu sumber terjadi jika saklar ditekan dan akan terputus (kondisi OFF) jika

(31)

Gambar 2.2. Konfigurasi DPST [1].

2.2

Mikrokontroler ATMEGA 16

2.2.1 Fitur – fitur yang dimiliki oleh ATMEGA 16

1. 131 macam instruksi, yang hampir semuanya dieksekusi dalam satu siklus

clock.

2. 32 x 8 bit register serba guna.

3. Kecepatan mencapai 16 MIPS dengan 16 MHz.

4. 16 KByte Flash Memori, yang memiliki fasilitas in-sistem Programming.

5. 512 Byte internal EEPROM dan 512 Byte SRAM.

6. Programming Lock, fasilitas untuk mengamankan kode program.

7. 2 buah timer / counter 8-bit dan 1 buah timer/counter 16-bit.

8. 4 channel output PWM, 8 channel ADC 10-bit dan serial USART.

9. Master / Slave SPI serial interface dan serial TWI atau 12C dan ON-Chip

(32)

Gambar 2.3. Konfigurasi pin ATMEGA 16 [2].

Pada Gambar 2.3 menunjukkan konfigurasi pin ATMEGA 16, sehingga

pin tersebut dapat di deskripsikan sebagai berikut [2]:

1) PORTA (PORTA ), merupakan pin IO dua arah dan berfungsi khusus

sebagai pin masukan ADC. 7

0−

2) PORTB (PORTB ), merupakan pin IO dua arah dan fungsi khusus

sebagai pin timer/counter, komparator analog dan SPI. 7

0−

3) PORTC (PORTC0−7), merupakan pin IO dua arah dan fungsi khusus.

4) PORTD (PORTD0−7), merupakan pin IO dua arah dan fungsi khusus.

5) RESET (pin 9) adalah pin untuk me-reset mikrokontroler.

6) XTAL1 dan XTAL2 pin untuk exsternal clock.

7) VCC (pin 10) dan GND (pin 11).

(33)

9) AREF adalah pin masukan untuk tegangan referensi eksternal ADC.

2.2.2 EEPROM

Mikrokontroler ATMEGA 16 memiliki EEPROM sebesar 512 byte yang

dapat ditulisi sebanyak 100000 kali. Memori EEPROM ini hanya dapat diakses

dengan menggunakan register-register I/O yaitu register EEPROM. Untuk

mengakses memori EEPROM ini diperlakukan seperti mengakses data eksternal

sehingga waktu eksekusinya relatif lebih lama bila dibandingkan dengan

mengakses data dari SRAM [2].

2.2.3 Two-Wire Serial Interface (TWI)

Mikrokontroler ATMEGA 16 memiliki fitur komunikasi serial alternatif

yang lain yaitu Two-Wire Serial Interface (TWI). Komunikasi ini termasuk dalam

jenis synchronous karena memiliki satu sumber clock yang digunakan secara

bersama – sama untuk semua peripheral. Komunikasi TWI hanya membutuhkan 2

jalur transmisi yaitu satu jalur untuk clock (SCL) dan satu jalur untuk data (SDA).

Dengan komunikasi TWI ini kita dapat menghubungkan peripheral-peripheral

eksternal sampai dengan 128 buah hanya dengan menggunakan 2 jalur transmisi seperti terlihat pada Gambar 2.4.

(34)

2.2.4 Reset

Gambar 2.5 menunjukkan konfigurasi tombol reset. Reset akan aktif bila pin

RST diberikan logika high selama 2 µs.

R1

10K

VCC (pin 10) RST (pin 9)

10uF RESET

1 2

Gambar 2.5. Rangkaian reset [2].

Pada Gambar 2.5 apabila saklar tidak ditekan, pin reset pada

mikrokontroler akan mendapatkan logika rendah ‘0’. Sedangkan saat saklar

ditekan pin akan mendapatkan logika tinggi ‘1’ dan akan me-reset mikrokontoler.

Resistor dan kapasitor digunakan untuk memperoleh waktu pengosongan

kapasitor. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk me-reset adalah dua siklus

mesin dan memenuhi Persamaan 2.1.

T = R x C ………..………...…..(2.1)

2.2.5 USART

Universal Synchronous and Asynchronous Serial Receiver and

Transmitter (USART) juga merupakan salah satu mode komunikasi serial yang

memiliki fleksibilitas tinggi, yang dapat digunakan untuk melakukan transfer data

baik antar mikrokontroler maupun dengan modul-modul eksternal termasuk PC

(35)

USART memungkinkan transmisi data baik secara synchronous maupun

asynchronous sehingga dengan demikian USART pasti kompatibel dengan UART. Pada mikrokontroler ATMEGA 16, secara umum pengaturan mode

komunikasi baik synchronous maupun asynchronous adalah sama. Perbedaannya

hanyalah terletak pada sumber clock saja. Jika pada mode asynchronous masing –

masing peripheral memiliki sumber clock sendiri maka pada mode synchronous

hanya ada satu sumber clock yang digunakan secara bersama-sama. Dengan

demikian secara hardware untuk mode asynchronous hanya membutuhkan 2 pin

yaitu TXD dan RXD sedangkan untuk mode synchronous harus 3 pin yaitu TXD,

RXD dan XCK.

Untuk mengatur mode dan prosedur komunikasi USART dilakukan

melalui register USCRA, UCSRB, UCSRC, UBRRH, UBRRL dan UDR. Secara

khusus untuk mengatur USART baudrate menggunakan register

UBRRL-UBRRH.

UBRRL dan UBRRH atau sering disebut sebagai UBRR merupakan

register yang digunakan untuk mengatur kecepatan/baudrate transmisi data pada komunikasi USART. UBRR sebetulnya berupa register 16-bit tetapi untuk upper

bytenya yaitu register UBRRH digunakan bersama-sama dengan register UCSRC

pada gambar 2.7 [2]. Sehingga untuk mengaksesnya diperlukan pemilihan register

(36)

Gambar 2.6.Register UBBRH dan UBBRL [2].

Gambar 2.7.Register UCSRC [2].

1. Bit 15 - URSEL: Register Select.

Jika bit URSEL, bernilai ’1’ berarti mengakses register UCSRC dan jika

bit URSEL benilai ’0’ berarti mengakses register UBRRH.

2. Bit 14:12 - Tidak digunakan.

3. Bit 11:0 - UBRR11:0 USART Baud Rate Register

UBRR11:0 adalah register dengan lebar 12-bit yang digunakan untuk

menentukan baudrate komunikasi USART. Pengaturan baudrate dan

penentuan nilai register UBBR dapat dihitung dengan menggunakan

(37)

Tabel 2.1. Perhitungan UBRR dan Baud Rate [2]

Keterangan:

BAUD : Baudrate (bps)

Fosc : Frekuensi Osilator (Frekuensi kristal)

UBRR : Nilai register UBRR (UBRRH-UBRRL)

Pada perhitungan baudrate sering dilakukan pendekatan terhadap hasil

perhitungan rumus. Sebagai hasil pendekatan akan menyebabkan terjadinya error,

dengan error yang muncul akibatnya pendekatan ini dapat dirumuskan sebagai

berikut [2]:

100 1⎟×

⎠ ⎞ ⎜

=

BaudRate BaudRate

Error ClosestMatch

%..………...…..(

2.2)

Keterangan

Error : Presentase error yang dihasilkan

BaudRate : BaudRate hasil perhitungan

(38)

2.3

Real Time Clock

DS1307

Real Time Clock adalah daya rendah, penuh BCD jam / kalender plus 56

byte dari nonvolatile SRAM. Alamat dan data yang dikirim melalui serial 2-wire

bi-directional bus. Jam/kalender ini menyediakan detik, menit, jam, hari, tanggal,

bulan, dan tahun informasi. Akhir bulan tanggal secara otomatis akan disesuaikan

untuk bulan dengan kurang dari 31 hari, termasuk koreksi untuk tahun kabisat.

Jam dapat beroperasi di 24 jam atau 12 jam dengan format AM/PM sebagai

indikatornya. DS1307 memiliki daya built-in rasa sirkuit yang mendeteksi

gangguan listrik dan secara otomatis beralih ke baterai pasokan [3].

Berikut ini merupakan features Real Time Clock DS1307 :

1. Real time clock menghitung detik, menit, jam, hari, tanggal, bulan, dengan

kompensasi tahun kabisat berlaku sampai dengan 2100.

2. Memiliki 56 byte nonvolatile RAM untuk penyimpanan data.

3. Memiliki 2-wire serial interface.

4. Programmable squarewave sinyal output.

5. Otomatis daya gagal mendeteksi dan beralih circuitry.

6. Dipakai kurang dari 500 na dalam baterai cadangan.

7. Modus berjalan dengan osilator.

8. Opsional industri suhu berkisar -40°C sampai 85°C.

9. Tersedia dalam 8-pin DIP atau SOIC.

(39)

Gambar 2.8. Konfigurasi pin DS1307 [3].

Tabel 2.2. Konfigurasi RTC DS1307 [3].

Nama Pin Keterangan

X1, X2 32,768 kHz crystal sambungan

VBAT 3 volt battery input

GND Ground

SDA Serial Data

SCL Serial Jam

SQW / OUT Square gelombang / Output Driver

VCC Dasar Power Supply

2.3.1 Address Map dari RTC

Alamat peta untuk RTC dan RAM register DS1307 dapat dilihat pada

Tabel 2.3. Register jam terletak di lokasi alamat 00h sampai 07h sedangkan

(40)

Tabel 2.3. Alamat peta RTC DS1307 [3].

2.3.2 I2C Data Bus

I2C adalah protokol transfer data serial. Device atau komponen yang mengirim data disebut transmitter, sedangkan device yang menerimanya disebut

receiver. Device yang mengendalikan operasi transfer data disebut master, sedangkan device lainnya yang dikendalikan oleh master disebut slave. Master

device harus menghasilkan serial clock melalui pin SCL, mengendalikan akses ke BUS serial dan menghasilkan sinyal kendali START dan STOP. DS1307 adalah

real time clock yang berperan sebagai slave pada komunikasi serial ini, sedangkan

master-nya dalah sebuah prosesor. Gambar 2.9 adalah timing diagram mengirim data melalui I2C.

• Data kirim hanya dapat dimulai ketika saluran tidak sibuk, ditandai dengan

kondisi HIGH yang cukup lama pada pin SCL maupun SDA.

• Selama kirim data, ketika pin SCL HIGH, pin SDA harus dalam keadaan

stabil, LOW atau HIGH tergantung informasi yang ingin dikirim.

(41)

kondisi SDA pada saat SCL HIGH akan dianggap sebagai sinyal kendali

START (HIGH ke LOW) atau STOP (LOW ke HIGH).

Gambar 2.9.Timing diagram mengirim data melalui I2C [3].

Berikut ini adalah beberapa jenis kondisi pada BUS [3]:

Bus not busy:Pada saat bus tidak sibuk, SCL dan SDA dalam keadaan HIGH.

Start data transfer: Ditandai dengan perubahan kondisi SDA dari HIGH ke LOW ketika SCL HIGH.

Stop data transfer:Ditandai dengan perubahan kondisi SDA dari LOW ke HIGH

ketika SCL HIGH.

Data valid: Data yang dikirim bit demi bit dianggap valid jika setelah START,

kondisi SDA tidak berubah selama SCL HIGH, baik SDA HIGH maupun SDA

LOW tergantung dari bit yang ingin dikirim. Setiap siklus HIGH SCL baru menandakan pengiriman bit baru. Duty cycle untul SCL tidak harus 50%, tetapi

frekuensi kemunculannya hanya ada 2 macam, yaitu mode standar 100kHz dan

fast mode atau mode cepat 400kHz. Setelah SCL mengirimkan sinyal HIGH yang

(42)

sebagai acknowledge dari receiver ke transmitter. DS1307 hanya bisa melakukan

transfer pada mode standar 100 kHz.

Acknowledge:Setiap receiver wajib mengirimkan sinyal acknowledge atau sinyal balasan setiap selesai pengiriman 1-byte atau 8-bit data. Master harus memberikan

ekstra clock pada SCL, yaitu clock kesembilan untuk memberikan kesempatan

receiver mengirimkan sinyal acknowledge ke transmitter berupa keadaan LOW

pada SDA selama SCL HIGH. Meskipun master berperan sebagai receiver, ia

tetap sebagai penentu sinyal STOP. Pada bit-akhir penerimaan byte terakhir,

master tidak mengirimkan sinyal acknowledge, SDA dibiarkan HIGH oleh

receiver dalam hal ini master, kemudian master mengubah SDA dari LOW menjadi HIGH yang berarti sinyal STOP.

Tergantung kondisi bit R/W, 2 jenis transfer dimungkinkan, yaitu :

1. Data transfer from a master transmitter to a slave receiver. Byte pertama yang dikirimkan oleh master adalah alamat slave, setelah itu master

mengirimkan sejumlah byte data. Slave atau receiver mengirimkan sinyal

acknowledge setiap kali menerima 1-byte data. Pada tiap byte, bit pertama yang dikirim adalah MSB.

2. Data transfer from a slave transmitter to a master receiver. Meskipun

master berperan sebagai receiver, byte pertama dikirmkan oleh master

berupa address slave. Setelah itu slave mengirimkan bit acknowledge,

dilanjutkan dengan pengiriman sejumlah byte dari slave ke master. Master

(43)

byte terakhir. Pada akhir byte, master mengirimkan sinyal ‘not

acknowledge’, setelah itu master mengirimkan sinyal STOP.

IC RTC DS1307 beroperasi dalam 2 mode, yaitu :

1. Slave Receiver Mode (Write Mode):

Setelah sinyal START, master mengirimkan byte pertama yang terdiri dari

7-bit address IC DS1307, yaitu 1101000 dan 1-bit R/W, yaitu LOW,

karena ini adalah operasi WRITE. Hardware pada DS1307 akan membaca

address yang dikirmkan oleh master tersebut, kemudian slave, dalam hal ini DS1307, akan mengirimkan bit acknowledge pada SDA. Setelah itu

master akan mengirimkan address tempat data pertama akan diakses,

address ini berbeda dengan 7-bit address IC tadi, ini adalah address isi IC DS1307, bukan address IC DS1307. Address ini akan disimpan dalam

register pointer oleh DS1307 yang juga mengirim sinyal acknowledge ke

master. Setelah itu, master dapat mengirimkan sejumlah byte ke slave, di mana setiap byte dibalas dengan acknowledge oleh slave. Setiap menerima

byte baru, isi register pointer ditambah satu, sehingga register ini menunjuk ke alamat berikutnya dari lokasi data pada DS1307. Setelah

menerima acknowledge terakhir, master akan mengirim sinyal STOP

(44)

Gambar 2.10.Write mode data ke RTC [3].

2. Slave Transmitter Mode (Read Mode):

Sama seperti mode write, setelah master memberikan sinyal START, ia

mengirimkan byte pertama yang terdiri dari 7-bit adalam IC DS1307, yaitu

1101000, diikuti 1-bit R/W, yaitu HIGH. Setelah menerima byte pertama

ini, slave, dalam hal ini DS1307 akan mengirimkan bit acknowledge pada

SDA. Setelah itu slave mulai mengirimkan sejumlah byte ke master.

Setiap byte pengiriman dibalas dengan 1-bit acknowledge oleh master.

Byte pertama yang dikirimkan oleh slave atau DS1307 adalah data yang

alamatnya ditunjuk oleh register pointer pada DS1307. Setiap kali

pengiriman byte ke master, secara otomatis isi register pointer ditambah

satu. DS1307 akan terus menerus mengirimkan byte ke master, sampai

(45)

Gambar 2.11.Read mode data dari RTC [6].

2.4

LCD (

Liquid Crystal Display

)

LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu penampil dari bahan cairan

kristal yang pengoperasiannya menggunakan sistem dot matriks. Pada

perancangan alat ini digunakan penampil LCD 2 x 16 karakter seperti terlihat

pada Gambar 2.12, yang artinya LCD ini memiliki 2 baris dan 16 kolom karakter.

Sehingga jumlah total karakter yang dapat ditampilkan sekaligus adalah sebanyak

32 karakter. Masing-masing karakter tersebut terbentuk dari susunan titik yang

berukuran 8 baris dan 5 kolom dot.

(46)

Tabel 2.4. Pin LCD [4].

Nomor Pin Simbol Nomor Pin Simbol 1 VEE (0V) 9 DB2 2 VCC (5V) 10 DB3 3 GND (0V) 11 DB4

4 RS 12 DB5

5 R/W 13 DB6

6 E 14 DB7

7 DB0 15 A

8 DB1 16 K

LCD yang digunakan pada perancangan ini adalah LCD Module M1632

produk dari SEIKO. Pada LCD ini terdiri dari 8 jalur data, 3 jalur kendali dan

fasilitas pengaturan kontras serta backlight [4]. LCD ini dapat dikendalikan

dengan mikrokontroler atau mikroposesor. Deskripsi pin [4]:

1. DB0 s/d DB7, merupakan jalur data yang dipakai untuk menyalurkan kode

ASCII maupun perintah pengatur kerja LCD tersebut.

2. RS (register select), merupakan pin yang dipakai untuk membedakan jenis

data yang dikirim ke LCD. Jika RS berlogika ‘0’, maka data yang dikirim

adalah perintah untuk mengatur kerja LCD tersebut. Jika RS berlogika ‘1’,

maka data yang dikirim adalah kode ASCII yang ditampilkan.

3. R/W (read/write), merupakan pin yang digunakan untuk mengaktifkan

pengiriman dan pengambilan data ke dan dari LCD. Jika R/W berlogika

‘0’, maka akan diadakan pengiriman data ke LCD. Jika R/W berlogika

‘1’, maka akan diadakan pengambilan data dari LCD.

4. E (enable), merupakan sinyal sinkronisasi. Saat E berubah dari logika ‘1’

ke ‘0’, maka data di DB0 s/d DB7 akan diterima atau diambil dari port

(47)

5. VCC dan GND, Sebagai terminal power supply (+5V).

2.5

Standar Komunikasi Serial

Pada sistem pengiriman data secara serial ada dua cara dasar untuk

pengiriman data. Cara pertama menggunakan penghantar tidak seimbang

(unbalanced line) dimana hanya sebuah penghantar yang digunakan untuk

mengirimkan data isyarat digital dengan diatur secara relatif terhadap penghantar

common signal eart return. Pada sistem ini nilai amplitudo sinyal tergantung pada beda potensial antara penghantar sinyal terhadap ground. Cara kedua, yang

dikenal dengan operasi diferensial atau seimbang (balanced line) menggunakan

dua penghantar untuk masing-masing arah pengiriman. Tegangan positif

diumpankan oleh terminal ke satu penghantar untuk menunjukkan logika 0,

sementara tegangan negatif untuk menunjukkan logika 1. Pada sistem ini kedua

penghantarnya selalu berfluktuasi sehingga selalu tercipta beda potensial pada

kedua penghantar. Hal inilah yang menyebabkan keunggulan sistem pengiriman

data secara seimbang, yaitu sinyalnya masih dapat terdeteksi pada jarak yang

cukup jauh. Selain itu, sistem pengiriman data secara seimbang ini lebih tahan

terhadap noise karena noise hanya memiliki satu nilai. Sistem pengiriman data

serial secara seimbang ini biasanya menggunakan sistem standar 422 dan

RS-485.

Sistem pengiriman data secara serial dengan standar komunikasi serial

RS-485 dikembangkan sejak tahun 1983 dan mampu mentransmisikan data yang

(48)

suatu jaringan telepon tunggal (party line) atau pada jaringan multidrop (jaringan

yang menggunakan topologi bus). Ada sebanyak 32 pasang pemancar

(driver)/penerima (receiver) yang dapat disatukan pada jaringan multidrop. Pada

sisi pemancar (driver), akan menghasilkan tegangan sebesar 2 sampai 6 Volt yang

saling berbeda polaritasnya pada terminal A-B dengan acuan titik tengah ground

[5]. Pada penerima (receiver) mampu menerima data dengan nilai amplitudo

sinyal minimal +200mV sampai –200mV hingga +6 V sampai –6 V (sinyal

maksimal) yang masih dapat diterima antara terminal A-B seperti ditunjukkan

pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14. Sinyal dari pemancar (driver) dan penerima (receiver ) [5].

2.5.1 Pengaturan Impedansi Terminal

Pengaturan impedansi terminal dimaksudkan agar sinyal dapat terserap

secara penuh oleh penerima dan tidak berbalik ke saluran transmisi kembali.

Pengaturan impedansi terminal ini beracuan pada panjang kabel pengahantar dan

kecepatan laju data yang digunakan sistem. Pengaturan impedansi terminal dapat

(49)

Sebagai contoh sebuah sistem yang menggunakan kabel dengan panjang 600

meter, maka delay propagasi saluran dapat dihitung dengan mengalikan panjang

kabel dengan kecepatan laju propagasi yang biasanya sebesar 66% sampai 75 %

dari kecepatan cahaya (= 3 x108 m/s). Dengan panjang kabel 600 meter maka perjalanan bolak-balik data 1200 meter dengan laju propagasi 0,66 kecepatan

cahaya, sehingga delay propagasi sebesar 6,06µs. Bila perjalanan data sebanyak

tiga kali bolak-balik, pemantulan akan melemah maka sinyal akan stabil pada

18,18µs. Padahal lebar satu bit data untuk 9600 baud adalah 104µs sehingga pada

kasus ini pengaturan impedansi terminal dapat diabaikan [5]. Ada dua macam

pengaturan impedansi terminal, yaitu:

1. Dengan parallel termination.

Yaitu dengan menambahkan resistor yang dipasang paralel antara terminal

A dan B (Gambar 2.15 (a)) sebagai penyesuai impedansi. Nilai resistor ini

pada umumnya sebesar 100 Ω. Nilai ini didapatkan dari nilai impedansi

intrinsik kabel penghantar transmisi. Pemasangan resistor terminasi harus

diletakkan pada ujung jalur data, dan tidak boleh ada lebih dua terminasi

yang ditempatkan pada sistem, karena dapat menambah pembebanan DC

pada sistem tersebut.

2. Dengan AC-couple termination

Yaitu dengan menambahkan sebuah kapasitor kecil secara seri dengan

resistor penyesuai impedansi yang dipasang paralel pada terminal A dan B

Gambar 2.15(b). Cara ini berfungsi untuk menghilangkan efek

(50)

Gambar 2.15. (a) Rangkaian parallel termination dan (b) Rangkaian AC-Coupled termination [5].

2.5.2 Pemberian Prasikap Pada Jaringan RS-485

Ketika suatu jaringan berada dalam keadaan idle (menunggu), semua

driver RS-485 menjadi penerima. Pada keadaan ini tidak ada driver yang aktif pada jaringan dan semua dalam keadaan tristate. Tanpa ada yang mengendalikan

jaringan, maka sistem dalam keadaan tidak menentu. Untuk memelihara status

idle dalam keadaan jaringan kosong maka perlu dipasangkan resistor yang dirangkai pullup dengan saluran data B terhadap VCC (umumnya bernilai +5

Volt) dan resistor pulldown pada saluran data A terhadap ground [5]. Gambar

2.16 memperlihatkan rangkaian transceiver dengan resistor prasikap.

(51)

Untuk memperoleh nilai resistor prasikap adalah sebagai berikut :

a.Masing-masing nilai impedansi untuk driver RS-485 adalah 12KΩ dan

dirangkai secara paralel, maka jumlah beban (Rbeban) adalah

n

beban R R R R

R 1 ... 1 1 1 1 3 2 1 + + + +

= ……...…………(2. 3)

dengan : n maksimal = 32

b.Jumlah beban dirangkai paralel dengan 2 resistor penyesuai impedansi,

maka jumlah beban total (Rtotal) adalah

pi beban

total R R

R

2 1

1 = +

………...………….(2. 4)

c.Nilai amplitudo sinyal minimal adalah 200mV, maka arus ( I ) yang

dihasilkan total R I 3 10 200× −

= ……….………..(2. 5)

d.Untuk menciptakan arus prasikap sebesar I dengan tegangan catu 5V,

maka resistor ( R ) yang dibutuhkan sebesar

I

R= 5………....………...(2. 6)

e.Resistor prasikap yang dipasangkan pada dua sisi yaitu antara VCC

dengan line B dan line A dengan ground maka nilai resistansi prasikap

(Rprasikap) adalah

2 R

(52)

2.5.3 Pengaman Jaringan RS-485 Terhadap Beda Potensial Listrik

Pada sistem komunikasi dengan standar RS-485 yang menggunakan dasar

sistem perbedaan potensial sinyal dengan besar nilai perbedaan sinyal maksimal 6

Volt maka dengan jauhnya jarak antar sistem memungkinkan besar nilai

amplitudo sinyal dapat berbeda karena setiap sistem menggunakan acuan ground

lokal yang berbeda. Untuk itu perlu kiranya dibedakan antara ground sinyal

dengan referensi sinyal komunikasi, sedangkan ground sinyal adalah grounding

lokal yang dapat juga mempunyai beda potensial terhadap ground referensi.

Untuk menanggulangi perbedaan ground yang dapat berakibat berbedanya

amplitudo sinyal maka dapat ditempuh dua cara pencegahan :

1) Dengan memisahkan antara ground data dengan ground local / casing /

ground power. Caranya dengan menggunakan koneksi optik (dapat berupa

optocoupler atau komponen optik yang lain). Gambar 2.17

memperlihatkan pemisahan ground dengan isolasi optik.

Gambar 2.17. Pemisahan ground dengan isolasi optic [5].

2) Menyambungkan ground data dan ground local / ground power dengan

(53)

dengan nilai resistansi kecil. Gambar 2.18 memperlihatkan gambar

penyambungan ground data dan ground lokal dengan koneksi resistor.

Gambar 2.18. Penyambungan ground data dan ground lokal dengan koneksi resistor [5].

Ada pula pengamanan yang lain yaitu dengan metode shunting device.

Metode ini memiliki dua cara yanmg memiliki kelebihan masing-masing :

1. Cara pertama yaitu dengan memasangkan dioda zener bolak-balik secara

shunt terhadap ground ataupun terhadap masing-masing penghantar

jaringan. Kelebihan cara ini yaitu dapat memberi proteksi terhadap yang

tinggi tetapi kelemahannya memiliki batas ambang tegangan yang tinggi

dan tingkat pengamanannya lambat. Gambar 2.19 memperlihatkan gambar

sistem proteksi shunting device menggunakan dioda zener.

(54)

2. Cara kedua dengan memasangkan dioda zener bolak-balik secara shunt dan

merangkaiakan fuse secara seri. Gambar 2.20 memperlihatkan sistem

proteksi shunting device dengan menggunakan dioda zener dan fuse seri.

Gambar 2.20. Sistem proteksi shunting device dengan menggunakan dioda zener dan fuse seri [5] .

2.6

Transistor

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat,

sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan,

modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam

kran listrik, dimana berdasarkan masukan arusnya (BJT) atau masukan

tegangannya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari

sirkuit sumber listriknya. Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal.

Tegangan atau arus yang dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih

besar yang melalui 2 terminal lainnya.

Salah satu fungsi aplikasi dari transistor adalah sebagai saklar (switching).

Transistor berfungsi sebagai saklar maka dapat dioperasikan pada dua daerah titik

kerja, dengan tujuan menghasilkan dua kondisi ON dan OFF, yaitu daerah jenuh

(55)

berada dalam keadaan saklar ON. Hal ini disebabkan tahanan dan tegangan antara

kolektor dan emiter mendekati nol, sehingga kutub kolektor dan emiter akan

terhubung singkat (short circuit) yaitu sebesar tegangan transistor yang dipakai.

Pada daerah tersumbat (cut off), transistor berada dalam keadaan OFF. Hal

ini terjadi karena besar resistansi antara kolektor dan emitor mendekati tak

terhingga sehingga membentuk suatu rangkaian terbuka (open circuit), dengan

demikian VCE mendekati VCC, ini terjadi karena adanya arus bocor dari kolektor

ke emiter dan tegangan saturasi transistor [6].

Arus dalam rangkaian mengalir melalui kaki kolektor dan emitor seperti

Gambar 2.21. Arus konvensional mengalir melalui terminal positif sumber

mengelilingi rangkaian dan kembali ke terminal negatif. Arus mengalir lewat

transistor menurut tanda panah dari kaki emitor pada simbol diagram rangkaian.

Sewaktu transistor berfungsi sebagai saklar, transistor akan mengalirkan

atau menghentikan aliran arus. Peristiwa ini dapat diperjelas dengan menaruh

sebuah lampu pada bagian kolektor untuk memperlihatkan adanya arus listrik

yang mengalir. Hal ini terlihat pada Gambar 2.22.

b c

e

A r u s

Arus

(56)

b c

e OFF Tidak ada

arus basis Arus basis

b c

e ON

Gambar 2.22. Karakteristik transistor [6].

Pada daerah tersumbat (cut off), transistor berada dalam keadaan OFF. Hal

ini terjadi karena besar resistansi antara kolektor dan emitor mendekati tak

terhingga sehingga membentuk suatu rangkaian terbuka (open circuit), dengan

demikian VCE mendekati VCC, ini terjadi karena adanya arus bocor dari kolektor

ke emiter dan tegangan saturasi transistor.

Arus yang mengalir ke kaki basis dari transistor diatur oleh tegangan

diantara kaki basis dan terminal negatif. Sewaktu tidak ada arus atau arus yang

mengalir terlalu kecil dalam kaki basis, transistor akan cut off sehingga transistor

tidak bisa bekerja dan arus yang mengalir dari kolektor ke emiter sangat kecil.

Bila tegangan yang diberikan lebih besar dari tegangan barier dioda yang ada

pada transistor tersebut yaitu 0,6 volt dan diberikan antara basis dan terminal

ground, maka arus akan mengalir melalui basis transistor dan transistor akan jenuh sehingga transistor dapat bekerja (ON) seperti halnya sebuah saklar

elektronik. Untuk mengetahui besarnya tegangan dan arus yang mengalir pada

transistor dapat dicari berdasarkan datasheet karakter transistor dengan

(57)

β IC

IB= ... (2.8)

IB VBE VB

RB= − ... (2.9)

IC VCE Vcc

RC= − ... (2.10)

VE VB

VBE = − ... (2.11)

VE VC

VCE = − ... (2.12)

2.7

Seven Segment

Merupakan susunan LED yang tersusun rapih sehingga membentuk angka

delapan. Ada dua jenis seven segment yaitu :

1. Common Anoda

Memiliki common berupa sumber tegangan 5 V yang dihubungkan ke

anoda atau input dari dioda. LED akan menyala dengan memberi logika nol (low) pada Driver. Gambar 2.23 menunjukkan seven segment jenis

common anoda.

C F D G H 5V VCC A B A B C D E F G H J2 Sev en Segment

1 2 3 7 9 10 4 5 6 B A AN D C D E F G H E 5V VCC

(58)

2. Common Katoda

Memiliki common berupa ground yang dihubungkan ke katoda dari dioda.

LED akan menyala dengan memberi logika satu (high) pada Driver.

Gambar 2.24 menunjukkan seven segment jenis common katoda.

H B C D A E F A B C D E F G H J2 Sev en Segment

1 2 3 7 9 10 4 5 6 B A KT D C D E F G H G

Gambar 2.24. Seven segment common katoda.

2.8

Buzzer

Buzzer digunakan sebagai penghasil bunyi. Frekuensi bunyi buzzer ini

dapat diatur sesuai yang diinginkan dengan cara mengatur seperti program pada

mikrokontroler. Rangkaian penggerak buzzer diperlukan agar buzzer dapat

berbunyi, seperti pada Gambar 2.25.

(59)

Nilai Re dan Rb ditentukan dengan perhitungan :

R

e

=

Ie

Vbz

Vec

Vcc

...2.3)

I

c

=

xIcMax

2 1

... (2.4)

I

b

=

hfe Ic

... (2.5)

R

b

=

Ib Vb

=

Ib V VReeb

(60)

Perancangan jam digital dan bel/alarm sekolah otomatis berbasis

mikrokontroler ini terdiri atas penyusunan diagram blok, perancangan perangkat

keras dan perancangan perangkat lunak.

3.1

Diagram Blok Perancangan

Diagram blok sistem yang akan dirancang dapat dilihat pada gambar 3.1.

Ruangan 1 (Pengendali / Master)

Real Time Clock

Tombol Mikrokontroler

ATMEGA 16

Gambar 3.1. Diagram blok sistem. Ruangan 3 (Slave 2) Ruangan 2 (Slave 1)

Master

Keypad Matriks DS1307

4 x 4

Rangkaian

Alarm

Rangkaian Display

LCD 16x2

Mikrokontroler ATMEGA 16

Slave 2

Mikrokontroler ATMEGA 16

Slave 1

Rangkaian

Alarm

Rangkaian

Alarm

Rangkaian

Display 7

segment

RS485

RS485 RS485

Rangkaian

Display 7

segment

(61)

Alat yang dirancang akan diterapkan untuk tiga buah ruangan.

Masing-masing ruangan mempunyai jam digital dan alarm. Jam dan alarm tersebut

dikendalikan oleh sebuah rangkaian master. Pengaturan jam dan alarm dilakukan

melalui sebuah keypad. Alarm bisa dibuat berbeda untuk setiap ruangan.

Pengiriman data antar mikrokontroler menggunakan komunikasi serial standar

RS-485.

Berdasarkan Gambar 3.1 sistem terdiri dari sebuah rangkaian master

(pengendali) yang berada di ruangan 1 dan rangkaian slave yang berada di

ruangan 2 dan 3. Rangkaian master merupakan rangkaian utama untuk melakukan

pengaturan jam dan alarm. Proses pengaturan jam dan alarm ini diprogram

menggunakan keypad matriks 4 x 4. Data waktu yang sudah diatur akan disimpan

pada RTC. RTC diaktifkan dengan memberi program dari mikrokontroler master.

Setelah RTC aktif maka mikrokontroler master akan membaca data waktu di

RTC. Data yang sudah dibaca akan dikirimkan juga ke tiap-tiap mikrokontroler

slave. Data waktu pada ruangan 1 akan ditampilkan di LCD 16 x 2 sedangkan

pada ruangan 2 dan 3 akan ditampilkan di seven segment. Pengaturan alarm untuk

setiap ruangan bisa dibuat berbeda. Data alarm untuk ruangan 1 akan disimpan di

EEPROM mikrokontroler master sedangkan data alarm untuk ruangan 2 dan 3

akan dikirim ke mikrokontroler slave 2 dan 3 dan disimpan pada masing-masing

EEPROM.

Setelah jam dan alarm diatur maka setiap mikrokontoler akan

membandingkan data waktu dengan data alarm yang tersimpan di masing-masing

(62)

melalui transistor (driver alarm). Apabila transistor pada keadaan ON maka alarm

akan berbunyi.

3.2

Perancangan Perangkat Keras

Perancangan perangkat keras untuk alat ini terbagi menjadi tiga yaitu

rangkaian master, rangkaian slave dan komunikasi serial RS-485.

3.2.1 Rangkaian Master

Pada rangkaian master ini, terdapat 5 macam rangkaian yaitu :

1. Rangkaian Tombol Matriks Keypad 4 x 4.

2. Rangkaian Mikrokontroler Master.

3. Rangkaian Real Time Clock.

4. Rangkaian Display LCD.

5. Rangkaian Alarm.

3.2.1.1 Rangkaian Tombol Matriks Keypad 3x4

Rangkaian masukan tombol pengaturan jam dan alarm menggunakan

konfigurasi matriks keypad yang bertujuan untuk menghemat jumlah port yang

digunakan pada mikrokontroler. Konfigurasi yang digunakan adalah matriks

keypad 4 x 4 yang artinya terdiri dari 4 kolom dan 4 baris. Apabila tidak

menggunakan konfigurasi matriks keypad 4 x 4 maka dibutuhkan 16 port

sedangkan dengan matriks keypad 4 x 4 hanya menggunakan 8 port. Matriks

keypad ini tersusun dari 16 tombol yang mewakili angka-angka 0-9, CANCEL,

ENTER, UP, DOWN, MENU, COR.

Antarmuka matriks keypad ini dihubungkan dengan port A, untuk

(63)

sebagai keluaran. Sedangkan barisnya terhubung dengan jalur PA.3, PA.2,

PA.1, dan PA.0 yang berfungsi sebagai masukan mikrokontroler. Konfigurasi

rangkaian matriks keypad dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Pengecekan pada matriks keypad adalah dengan sistem pengecekan

secara berurutan (scanning) yaitu pengecekan baris dan kolom secara

bergantian. Untuk mengecek salah satu tombol yang ditekan, maka terlebih

dahulu tiap kolom diberi logika ‘0’, kemudian dilakukan pengecekan tiap baris.

Apabila salah satu baris bernilai ‘0’ hal ini menandakan ada tombol yang

sedang ditekan. Sebagai contoh apabila tombol ‘1’ ditekan maka kolom 1

(PA.7) dan baris 1 (PA.3) akan berkondisi ‘0’, demikian pula untuk penekanan

tombol-tombol lainnya. Kombinasi baris dan kolom matriks keypad yang

digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

(64)

Tabel 3.1. Kombinasi baris dan kolom matriks keypad 3 x 4.

Tombol PA.7 PA.6 PA.5 PA.4 PA.3 PA.2 PA.1 PA.0

1 0 1 1 1 0 1 1 1

2 1 0 1 1 0 1 1 1

3 1 1 0 1 0 1 1 1

COR 1 1 1 0 0 1 1 1

4 0 1 1 1 1 0 1 1

5 1 0 1 1 1 0 1 1

6 1 1 0 1 1 0 1 1

MENU 1 1 1 0 1 0 1 1

7 0 1 1 1 1 1 0 1

8 1 0 1 1 1 1 0 1

9 1 1 0 1 1 1 0 1

UP 1 1 1 0 1 1 0 1

CANCEL 0 1 1 1 1 1 1 0

0 1 0 1 1 1 1 1 0

ENTER 1 1 0 1 1 1 1 0

DOWN 1 1 1 0 1 1 1 0

3.2.1.2 Rangkaian Mikrokontroler Master

Pada rangkaian master ini, mikrokontroler yang digunakan adalah

mikrokontroler ATMEGA 16 yang berfungsi untuk membaca register-register

(65)

waktu ke LCD, membunyikan alarm, mengecek tombol, mengatur perubahan

waktu yang ada di RTC. Pengiriman data ke mikrokontroler slave

menggunakan komunikasi serial standar RS-485 karena pengiriman datanya

lebih tahan terhadap noise dan mampu mentransmisikan data yang cukup jauh

yaitu 1,2 km.. Konfigurasi rangkaian mikrokontroler master dapat dilihat pada

Gambar 3.3.

CONECTOR KE LCD KEYPAD

4x4

KOMUNIKASI

RTC

Gambar 3.3. Konfigurasi rangkaian master.

3.2.1.3 Rangkaian Osilator

Osilator on-chip digunakan sebagai sumber detak (clock) untuk

mikrokontroler. Penentuan osilator yang digunakan dapat berpengaruh dalam

(66)

serial. Rangkaian osilator ini terdiri dari dua kapasitor dan sebuah kristal

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4. Dalam perancangan ini resonator

kristal yang digunakan adalah kristal 4 MHz yang dapat memberikan instruksi

cycle time (waktu 1 siklus) sebesar 1 µs. Satu siklus mesin mikrokontroler ini

dikerjakan dalam 4 periode osilator. Sesuai dengan yang ada di data sheet, jika

dipakai kristal 4 MHz maka kapasitor yang digunakan sebesar 22 pF [2].

Gambar 3.4. Rangkaian osilator.

3.2.1.4 Rangkaian Reset

Reset seperti yang ditujukkan pada Gambar 3.5 digunakan untuk

mengembalikan keseluruhan sistem (program) ke awal. Reset terjadi dengan

adanya logika 1 selama minimal 2 cycle (2µ detik) pada kaki reset (pin 9)

berdasarkan data sheet [2]. Waktu pengosongan dipilih sebesar 100 ms dengan

asumsi waktu reset telah lebih dari 2 µs, sesuai dengan Persamaan 2.1. Bila

nilai hambatannya (R) dipilih 10 kΩ, maka nilai C adalah:

100 .10-3 = 10.000 x C

(67)

Gambar 3.5. Rangkaian reset.

3.2.1.5 Rangkaian RTC

RTC yang digunakan adalah RTC DS1307. Pin 5 RTC dihubungkan

dengan pin C.1 yang digunakan sebagai serial data, sedangkan pin 6 RTC

dihubungkan dengan pin C.0 yang digunakan sebagai serial clock. Menurut

data sheet, kristal yang dipakai adalah kristal 32,768 kHz. RTC ini juga

memakai baterai eksternal sebesar 3 volt yang berguna untuk menghitung

waktu yang tersimpan dalam RTC walupun RTC tidak mendapat supply Vcc.

Gambar rangkaian antarmuka RTC DS1307 dengan mikrokontroler dapat

dilihat pada Gambar 3.3.

3.2.1.6 Rangkaian Display

Penampil yang digunakan adalah LCD dengan tipe dot matrik 16x2

keluaran seico, sehingga LCD ini memiliki 2 baris dengan kemampuan

menampilkan 16 karakter tiap baris..

Gambar rangkaian antarmukaantara LCD dan mikrokontroler master

dapat dilihat pada Gambar 3.3. Jalur data DB4 s/d DB7 dari LCD dihubungkan

dengan pin B.4 s/d pin B.7 dan untuk sinyal kontrol sebagai pulsa trigger (E)

(68)

dihubungkan dengan pin B.1 sedangkan pin R/W LCD dihubungkan dengan

pin B.0

3.2.1.7 Rangkaian Alarm

Rangkaian alarm ini menggunakan transistor A733 sebagai

switching guna mengaktifkan buzzer. Rangkaian buzzer aktif low. Frekuensi

bunyi buzzer ini dapat diatur sesuai yang diinginkan dengan cara mengatur

seperti program pada mikrokontroler. Rangkaian buzzer dapat ditampilkan

pada Gambar 3.6.

Ditentukan besarnya Vec adalah setengah dari Vcc yaitu sebesar 2,5 Volt

dengan arus penguatan dc (hfe ) adalah 90 serta arus maksimal Ic = 150 mA.

Dengan menggunakan persamaan 2.13, 214, 2.15, 2.16 nilai Re dan Rb adalah :

Ic = ½ Icmax

Ic = 1/2 .150mA = 75 mA

A hfe

Ic

Ib 833,33µ 90 10 75 3 = × = = −

Karena Ib sangat kecil, maka Ie ≈ Ic.

Ω = × − = −

= 33,3

10 75 5 , 2 5 Re 3 Ie Vec Vcc

Vbc = Vec – Veb = 2,5 – 0,7 = 1,8V

Ω = × − = −

= 3840

10 3 , 833 8 , 1 5 6 Ib Vbc Vin Rb

Jadi nilai Re dipilih 33Ω (mendekati 33,3) dan nilai Rb dipilih 3900Ω

(69)

Logika yang digunakan untuk mengaktifkan buzzer yaitu dengan

memberikan logika “0” pada kaki basis transistor.

Gambar 3.6. Rangkaian alarm.

3.2.2 RANGKAIAN SLAVE

Pada rangkaian slave ini, terdapat 3 macam rangkaian yaitu :

1. Rangka

Gambar

Gambar 2.3. Konfigurasi pin ATMEGA 16 [2].
Gambar 2.5. Rangkaian reset [2].
Tabel 2.2. Konfigurasi RTC DS1307 [3].
Gambar 2.15.   (a) Rangkaian parallel termination dan (b) Rangkaian AC-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bersandarkan pada temuan- temuan dari analisis data, terdapat sebuah kecenderungan adanya hubungan antara aspek semantik dan pembentukan kata, dalam hal ini, di area penyematan

Their possible biosynthetic precursor pyrrolidine-2-acetic acid and its methyl- ester were isolated and identi " ed together with the pyrrolizidine alkaloids

Bangkok Bank Cabang Jakarta adalah kantor cabang dari Kantor Pusat Bangkok Bank di Thailand, dalam hal ini tidak ada informasi kepemilikan saham bank yang

Japanese Asplenium incisum also contained kaempferol 3- O -gentiobioside, but it was accompanied by kaempferol 3- O -gentiobioside-4 @ - O -glucoside, kaempferol 3- O - glucoside

Amina adalah senyawa organic yang mengandung atom nitrogen trivalent yang mengandung atom nitrogen trivalen yang berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina

undulata , kaempferol 3-methyl ether, quercetin 3,7-dimethyl ether and " ve dihyd- ro # avonols: dihydrokaempferol and its 7-methyl ether, dihydroquercetin and its 7-mono and 7,3

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuliana (2016) yang menunjukkan bahwa kualitas layanan secara parsial mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

Harmansyah, 11410020, Dinamika Kepercayaan Diri Pada Anak Tuna Rungu (Studi Kasus Di Sekolah Dasar Luar Biasa Putra Jaya Malang), Skripsi, Fakultas Psikologi UIN Maulana