• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PENGEMBANGAN MULTIPLE INTELLIGENCE PADA SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH (PLUS) KOTA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROGRAM PENGEMBANGAN MULTIPLE INTELLIGENCE PADA SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH (PLUS) KOTA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROGRAM PENGEMBANGAN

MULTIPLE INTELLIGENCE

PADA SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH (PLUS)

KOTA SALATIGA TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun oleh:

ENDANG TRI WAHYUNI

NIM 115 11 042

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

ii

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 Telp. (0298) 323706.323433 Fax

323433Salatiga 50721

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : Endang Tri Wahyuni

NIM : 115 11 042

Fakultas : Tarbiyah

Jurusan : S1-Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul : PROGRAM PENGEMBANGAN MULTIPLE

INTELLIGENCE SISWA KELAS IV DI SD

MUHAMMADIYAH (PLUS) KOTA SALATIGA TAHUN 2015

telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.

Salatiga, 10 Agustus2015

Pembimbing,

Fatchurrohman, M. Pd.

(3)

iii SKRIPSI

PROGRAM PENGEMBANGAN MULTIPLE INTELLIGENCESISWA KELAS IV DI SD MUHAMMADIYAH (PLUS) KOTA SALATIGA

TAHUN 2015

DISUSUN OLEH

ENDANG TRI WAHYUNI

NIM:115 11 042

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Suwardi, M. Pd.

Sekretaris Penguji : Fatchurrohman, M. Pd.

Penguji I : Dr. Budiyono Saputro, M. Pd.

Penguji II : Mufiq, M. Phil.

Salatiga, 29 Agustus 2015

Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Endang Tri Wahyuni

NIM : 115 11 042

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : S1-Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat-pendapat atau temuan

dari orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Salatiga, 11Agustus 2015

Yang menyatakan,

Endang Tri Wahyuni

(5)

v

MOTTO HIDUP

“Tak ada pribadi biasa-biasa saja di dunia ini, tak ada pula anak yang bodoh, semua anak adalah bintang dengan segala jenis kecerdasan yang dimiliki”.

PERSEMBAHAN UntukMamak dan Bapak tercinta (Mamak Ngatirah dan Bapak Lanjar) dan

kakak-kakakku (Mbak Nanik dan Mas Ali, Mbak Etik dan Mas Nogil) tak lupa ponakan tercinta (dek Fina, dek Rindy, dan dek Tamam)yang menjadi inspirasi dan semangatku, dan semoga selalu diberi Rahmad-Nya.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segenap rasa puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang dengan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, skripsi dengan judul

Pengembangan Multiple Intelligence Siswa Kelas IV di SD Muhammadiyah

(Plus) Kota Salatiga Tahun 2015ini bisa terselesaikan.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Baginda Rasulullah

Muhammad SAW, manusia inspiratif penuh keteladanan yang senantiasa

dinantikan syafa’atnya di hari kiamat. Tidak lupa shalawat dan salam juga

disampaikan kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa

istiqomah di jalan kebaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa

motivasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis juga menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang

senantiasa memberikan wejangan inspirasinya.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

KeguruanIAIN Salatiga.

3. Ibu Peni Susapti, M. Si., selaku Ketua JurusanPendidikan Guru Madrasah

(7)

vii

4. Bapak Fatchurrohman, M. Pd. selaku pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalamproses

penulisan skripsi ini.

5. Bapak Rasimin, M. Pd., selaku dosen pembimbing akademik penulis yang

dengan kesabarannya, membimbing penulis dari waktu ke waktu.

6. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan

ilmu, semangat, dan inspirasinya kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu penulis serta kakak-kakak dan ponakan yang selalu

memberikan doa dan dukungannya kepada penulis.

8. Keluarga besar TPQ Darul Amal Salatiga yang menjadi inspirasi penulis.

9. Sahabat dan adik-adik perjuangan di wisma Safira, Najwa, dan Najma yang

telah membersamai dalam setiap waktu.

10. Sahabat perjuangan di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

(KAMMI) Salatiga. Tetaplah dalam semangat nafas perjuangan.

11. Sahabat perjuangan di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal IAIN

Salatiga. Tetaplah dalam semangat nafas perjuangan.

12. Sahabat perjuangan teman-teman PGMI angkatan 2011, terkhusus kelas B.

Terima kasih kawan dan tetaplah dalam semangat nafas perjuangan.

13. Sahabat inspiratif di masa senang dan sedih yang senantiasa memberikan

semangat kepada penulis yang tidak disebut satu per satu oleh penulis.

14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis. Terima

(8)

viii

Terima kasih atas kebersamaan selama ini, penulis hanya bisa turut do’a

semoga Allah Swt meridhoi setiap langkah dan mencatatnya sebagai amal

sholeh.Jazakumullahu bi ahsanil jaza’.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, baik secara substantif ataupun

teknis. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua

pihak agar bisa menjadi evaluasi dan perbaikan untuk ke depannya. Semoga

skripsi ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca semua khususnya kepada

pribadi penulis.

Salatiga, 11 Agustus 2015

Penulis

(9)

ix ABSTRAK

Wahyuni, Endang Tri. 2015. Pengembangan Multiple Intelligence Siswa Kelas IV di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Tahun 2015.Skripsi. Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fatchurrohman, M. Pd.

Kata Kunci: Multiple Intelligence.

Multiple intelligence merupakan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh setiap individu. Siswa dipandang sebagai individu yang utuh dan unik yang memiliki berbagai macam potensi dan kecerdasan yang bisa digali, ditumbuhkan, dilejitkan dan dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Multiple intelligencepada siswa di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015, 2) Pengembangan multiple intelligencepada siswa di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015, 3) Prestasi yang telah dicapai pada siswa dari multiple intelligence di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015, 4)

Faktor yang mendukung dan menghambat dalam pengembangan multiple

intelligence pada siswa di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Peneliti mendapatkan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Tahap-tahap penelitian pra lapangan, pekerjaan lapangan, dan analisis data.

Hasil penelitian ini adalah: 1)a. Multiple intelligencepada siswa di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga adalah segala jenis kecerdasan yang dimiliki oleh individu (siswa) yang terus digali, ditumbuhkan, dilejitkan, dan dikembangkan. banyak jenis kecerdasan yang dikembangkan, meliputi kecerdasan matematik, linguistik, visual-spasial, dll.b. Tujuan pengembangannya adalah untuk melenjitkan dan maksimalkan setiap kecerdasan yang dimiliki siswanya hingga menjadi siswa yang berprestasi dibidangnya. 2) Pengembangan multiple intelligencepada siswa di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga, meliputi a. Model pembelajaran bersifat “fun learning” belajar yang menyenangkan dan siswa berperan aktif., b. Media, alat, dan sumber ajar yang digunakan adalah media cetak dan elektronik, buku, dan lingkungan., c. Banyak kegiatan tambahan yang diberikan guna menunjang pengembangan multiple intelligencemaupun proses pembelajaranseperti outing class, field trip, ekstrakulikuler, ekstra bakat dan minat dll.,d. Selama belajar di SD Muhammadiyah siswa merasa senang., e. Kegiatan yang diikuti siswa sudah sesuai dengan potensi yang dimiliki. 3) Prestasi yang telah diraih oleh siswa cukup banyak, baik di bidang akademik maupun non

akademik. 4) a. Faktor yang mendukung dalam mengembangkan multiple

(10)

x

(11)

xi DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 5

F. Metode Penelitian ... 7

G. Sistematika Penulisan... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Multiple Intelligence ... 18

1. Pengertian Multiple Intelligence ... 18

(12)

xii

3. Cara Mengembangkan Multiple Intelligence ... 34

B. Anak Usia SD ... 44

1. Karakteristik Perkembangan Anak Usia SD ... 44

2. Cara Anak Belajar ... 45

BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga. 49 B. Multiple Intelligence di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga ... 78

1. MI dan Tujuan Pengembangan Multiple Intelligence di SD Muhammadiyah (Plus)Kota Salatiga... 80

2. Pengembangan Multiple Intelligence di SD Muhammadiyah (Plus)Kota Salatiga... 80

3. Prestasi yang Telah Diraih Siswa SD Muhammadiyah (Plus)Kota Salatiga ... 86

4. Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat dalam Mengembangkan Multiple Intelligence di SD Muhammadiyah (Plus)Kota Salatiga... 87

BAB IV PEMBAHASAN A. Multiple Intelligence di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga ... 91

B. Pengembangan Multiple Intelligence di SD Muhammadiyah (Plus)Kota Salatiga ... 94

C. Prestasi yang Telah Diraih Siswa SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga... 100

(13)

xiii BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tahap Pra Lapangan ... 15

Tabel 1.2 Tahap Pekerjaan lapangan ... 16

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kode Penelitian

2. Pedoman Penelitian

3. Transkip Wawancara

4. Reduksi Data

5. Foto

6. Surat Keterangan Penelitian

7. Surat Tugas Pembimbing Sekripsi

8. Satuan Kredit Kegiatan (SKK)

9. Lembar Bimbingan Sekripsi

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidkan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat. (Hamalik, 2010:3) Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan juga merupakan kerja budaya yang menuntut peserta didik untuk selalu mengembangkan potensi dan daya kreativitas yang dimilikinya agar tetap bertahan dalam kehidupannya.

(17)

2

manusia dalam sebaik-baik bentuk dan berbeda dengan makhluk lainnya. Hal ini ditandai dengan diberinya manusia akal dan nafsu, sehingga manusia memiliki banyak potensi yang perlu kita hargai dan syukuri dengan mengembangkan apa yang telah diberikan Tuhan kepadanya.

Allah SWT berfirman dalam surat At-Tiin ayat 4 yang artinya:

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya

.”

Selain itu Allah juga berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 70:

ْمُهاَنْلَّضَفَو ِتاَبِّيَّطلا َنِّم مُهاَنْقَزَرَو ِرْحَبْلاَو ِّرَبْلا يِف ْمُهاَنْلَمَحَو َمَدآ يِنَب اَنْمَّرَك ْدَقَلَو

ىَلَع

َلَخ ْنَّمِّم ٍريِثَك

ًلايِضْفَت اَنْق

-

"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”

Dalam pendidikan yang humanis, peserta didik dipandang sebagai makhluk unik yang memiliki berbagai macam potensi dan kecerdasan yang dengan kecerdasan berbeda-beda. Kecerdasan yang berbeda-beda sering disebut dengan multiple intelligence. Multiple intelligence sering disebut dengan kecerdasan majemuk, yang mana teori ini dikemukakan oleh Howard Gardner. Gardner mengubah tiga paradigma mendasar tentang kecerdasan, yaitu kecerdasan tidak dibatasi tes formal; kecerdasan itu multidimensi; dan kecerdasan proses discovering ability (Chatib, 2010:70-76).

(18)

3

peserta didiknya. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengembangan multiple intelligence di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah unggulan yang mampu mengembangkan kecerdasan siswanya sehingga banyak prestasi yang diraih baik di bidang akademik maupun non akademik. Misalnya di bidang akademik juara II OSN Matematika 2015 tingkat Kecamatan Sidomukti, juara II OSN IPA 2015 tingkat Kecamatan Sidomukti dan di bidang non akademik (bidang olah raga) juara I Tae Kwondo U.28 tahun 2015 tingkat Nasional, juara II adzan tingkat kecamatan Sidomukti, dan lain sebagainya.

Berlandaskan dari latar belakang itu penulis mengangkat judul

“PROGRAM PENGEMBANGAN MULTIPLE INTELLIGENCE SISWA KELAS

IV DI SD MUHAMMADIYAH (PLUS) KOTA SALATIGA TAHUN 2015”.

B. Fokus Penelitian

Kaitannya dengan judul penelitian di atas, maka ada beberapa hal yang akan diungkap oleh penulis, yaitu:

1. Apa saja multiple intelligence yang dikembangkan di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015?

2. Bagaimana cara pengembangan multiple intelligence siswa kelas IV di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015?

3. Apa saja prestasi yang telah diraih oleh siswa dari multiple intelligence di SD Muhammadiyah Kota Salatiga tahun 2015?

4. Apa saja faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pengembangan multiple intelligence siswa kelas IV di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015?

(19)

4 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui multiple intelligence yang dikembangkan di SD Muhammadiyah

(Plus) Kota Salatiga tahun 2015.

2. Mengetahui cara pengembangan multiple intelligence siswa kelas IV di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015.

3. Mengetahui prestasi yang telah diraih oleh siswa dari multiple intelligence di SD Muhammadiyah Kota Salatiga tahun 2015.

4. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pengembangan multiple intelligence siswa kelas IV di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015.

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat teoritik

Manfaat yang dicapai dari hasil penelitian adalah sebagai bahan pengembangan khazanah kajian keilmuan teoritis terkait pengembangan kecerdasan dan potensi anak terutama di dalam dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga pendidikan dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di lembaga terkait.

b. Bagi para pengembang mutu pendidikan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan selanjutnya untuk meningkatkan prestasi anak bangsa.

(20)

5

d. Bagi siswa sebagai pengalaman yang baru dalam proses belajar sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

e. Bagi penulis dapat mengembangkan kemampuan meneliti suatu permasalahan dan menemukan solusinya.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas, yaitu:

1. Pengembangan

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pengembangan adalah membuat jadi luas, menjadikan besar, menjadikan merata, menjadikan maju menjadikan sempurna (Fajri dan Senja, 2005:447).

Sedang menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Pengembangan secara umum berarti pola pertumbuhan, perubahan secara perlahan (evolution) dan perubahan secara bertahap. Pengertian pengembangan dalam penelitian di sini adalah proses atau cara yang memberikan hasil..

2. Multiple Intelligence

Multiple intelligence berasal dari bahasa Inggris, dari kata multiple

(21)

6

bermacam-macam. Dalam penelitian ini multiple intelligence adalah kecerdasan majemuk atau kecerdasan ganda yang diiliki oleh setiap anak (Diantaranya adalah kecerdasan linguistik, matematik, visual-spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, naturalis dan emosional spiritual).

3. Siswa kelas IV

Siswa kelas IV adalah istilah bagi peserta didik untuk kategori Sekolah Dasar (SD) yang duduk di kelas IV. Kelas IV termasuk kelas tinggi pada SD, selain kelas V dan VI.

4. Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga

Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang berbasis Islam tingkat dasar yang berada di Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.

Jadi, pengembangan multiple intelligence di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga adalah proses pengembangan kecerdasan majemuk siswa yang berada di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga kelas IV.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan karena meneliti fenomena yang ada di lapangan atau masyarakat dan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan (Asmani, 2011:66).

(22)

7

dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif mengunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu layar yang berkonteks khusus (Moleong, 2008:5). 2. Kehadiran Peneliti

Hubungan peneliti dengan subjek dalam penelitian kualitatif peneliti secara aktif berinteraksi secara pribadi. Proses pengumpulan data dapat diubah dan hal itu tergantung pada situasi (Moleong, 2004:30).

Jadi pada penelitian kualitatif ini, kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Moleong (2008:168) mengemukakan kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga. Penelitian dilakukan dalam rentang waktu Mei-Agustus 2015.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi:

(23)

8

kesiswaan, guru kurikulum dan guru kelas IV) dan sebagian siswa kelas IV SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga.

b. Data ke dua atau data sekunder yakni data tambahan yang berasal dari sumber tertulis dan berbagai sumber lainnya yang berkaitan dengan SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga. Data ke dua ini digunakan peneliti untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang didapat dari data utama. Misalnya data prestasi siswa.

5. Metode Pengumpulan Data

Salah satu tahapan yang penting dalam penelitian adalah alat pengumpulan data (instrumen penelitian). Karenanya diperlukan istrumen pengumpulan data yang sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilakukan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2004:186)

Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terstruktur yakni peneliti melakukan wawancara dengan membawa sederetan pertanyaan yang lengkap dan terperinci sesuai dengan informasi yang ingin didapatkan.

Wawancara dilakukan kepada informan yakni Bapak Sutomo (Kepala Sekolah), Bapak Marijo (kaur kurikulum), Ibu Wiwik Widyastuti (kaur

kesiswaaan), Ibu Syafi’ah Isnaini (guru kelas IV), Aura Sangkurnia (siswa

(24)

9

dan untuk menggali data tentang pengembangan multiple intelligence di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga.

b. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistemik terhadap gejala sosial maupun psikologik melalui penglihatan dan pencatatan secara langsung (Sabari, 2010:380).

Untuk mengetahui pengembangan multiple inteligence siswa kelas IV di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga, peneliti menggunakan observasi nonpartisipan karena peneliti tidak ikut dalam kegiatan masyarakat atau kelompok komunitas sasaran penelitian

c. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari katadokumen yang artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 1993:149). Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui penelusuran dokumen yang dapat berupa buku, majalah, notulen rapat, kitab, undang-undang, dan lain-lainnya. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2011:217).

(25)

10 Masa pengumpulan data

REDUKSI DATA

Antisipasi Selama Pasca

PENYAJIAN DATA

Selama Pasca

Pasca Selama

PENARIKAN KESIMPULAN/VERIFIKASI

= A N A L I S I S 6. Analisis data

Menurut Bogdan dan Briklen (dalam Moleong, 2011:248) mendefinisikan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Adapun tujuan utama analisis data dalam penelitian kualitatif ialah mencari makna di balik data melalui pengakuan subyek pelakunya (Kasiram, 2010:355).

Secara rinci dalam proses analisis data digambarkan sebagai berikut:

Gambar Komponen analisis data: model alir

(26)

11 a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini reduksi data dapat dilakukan dengan cara menyusun ringkasan, membuang yang tidak perlu, memberi kode bagian yang penting dan sebagainya hingga laporan penelitian ini selesai.

Ada beberapa hal yang menjadi kaitan dengan reduksi data yaitu klasifikasi data yang telah dikumpulkan, dipisah-pisahkan kemudian dikelompokkan menurut permasalahannya. Dilanjutkan dengan interpretasi data yang berfungsi untuk menganalisis data lebih lanjut, data dikelompokkan kemudian diasumsikan oleh peneliti dengan landasan tujuan penelitian.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus menerus selama proses penelitian..

7. Pengecekan Keabsahan data

(27)

12

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas sejumlah kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (comfirmability). Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik ketekunan pengamatan peneliti dan triangulasi.

a. Ketekunan Pengamatan Peneliti

Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan. Melalui teknik ini, peneliti berusaha setekun mungkin untuk mengamati setiap unsur yang relevan dengan penelitian untuk dapat ditelaah secara rinci dan berkesinambungan. Misalnya peneliti sering ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.

b. Triangulasi

(28)

13

1) Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil wawancara informan lain. Misalnya membandingkan hasil wawancara kepala sekolah dengan kaur kesiswaan.

2) Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil pengamatan. Misal membandingkan hasil wawancara guru kesiswaan dengan pengamatan yang dilakukan peneliti.

3) Membandingkan data wawancara dengan dokumen. Peneliti membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang didapat. Melalui teknik triangulasi setiap data yang didapatkan akan dibandingkan dengan data-data lainnya sehingga menjadi suatu data yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

8. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap penelitian secara umum terdiri atas tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data (Moleong, 2011:127).

a. Tahap Pra-lapangan

Tahap pra lapangan adalah tahap di mana ditetapkannya apa saja yang harus dilakukan sebelum seorang peneliti masuk ke lapangan obyek studi (Kasiram, 2010:281). Ada tujuh hal yang harus dilakukan dan dimiliki peneliti dalam tahap pra lapangan yakni:

1. Menyusun rancangan penelitian. 2. Memilih lapangan penelitian. 3. Mengurus perijinan.

(29)

14 7. Persoalan etika penelitian.

Tabel 1.1 Tahap Pra Lapangan

Waktu Kegiatan

April Menyusun proposal penelitian

Mei Mengurus perijinan

Mei Observasi

Mei Memilih dan memanfaatkan informan

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap pekerjaan lapangan, peneliti mempersiapkan dirinya untuk menghadapi lapangan penelitian dengan mamahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan sambil mengumpulkan data.

Tabel 1.2 Tahap Pekerjaan Lapangan

Waktu Kegiatan

Mei Memasuki lapangan

Mei-Juni Mengumpulkan data

c. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data bermaksud mengorganisasikan data dalam hal ini mengatur urutan data, memberikan kode, dan mengkategorikannya. Analisis ini bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi konsep, proposisi, kategori atau variabel yang berguna untuk membangun teori subtantif.

Tabel 1.3 Tahap Analisis Data

Waktu Kegiatan

Mei Menemukan dan menyajikan data

(30)

15 G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman dan penelaahan

terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji maka perlu adanya

sistematika penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan

runtut.

Bab I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika

penulisan skripsi.

Bab II : Kajian Pustaka

Berisi tentang pembahasan mengenai pengembangan multiple intelligence.

Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian

Bab ini berisi tentang kondisi umum SD Muhammadiyah (Plus) Kota

Salatiga dan penyajian data.

Bab IV: Pembahasan

Bab ini berisi pembahasan tentang konsep multiple intelligence, pengembangan multiple intelligence, capaian prestasi siswa, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pengembangan multiple intelligence di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga.

Bab V : Penutup

(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Multiple Intelligence

1. Pengertian Multiple Intelligence

Definisi cerdas tidaklah sesempit yang kita pikirkan selama ini.

Setiap manusia sesungguhnya memiliki keunikan tersendiri yang berbeda

satu sama lain. Kita tidak bisa mendefinisikan manusia cerdas dari asumsi

yang sama. Setiap orang memiliki keunggulan masing-masing di

bidangnya.

Howard Gardner adalah seorang Guru Besar yang menggagas

tentang teori multiple intelligence (kecerdasan majemuk). Teori tersebut

mencoba memperbaiki pandangan umum di dunia psikologi dan dunia

pendidikan yang mengatakan bahwa semua anak adalah sama, sehingga

semua anak harus dididik dengan cara yang sama, mata pelajaran yuang

sama dan harus meiliki cita-cita yang sama.

Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan

untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk yang

bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. (Suparno, 2004:17)

Menurut Gardner (1993:14) arti dari multiple intelligence di sini

adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah, untuk mendapatkan

jawaban yang spesifik dan untuk belajar materi baru dengan cepat dan

(32)

19

answers to specific questions, and to learn new material quickly and

efficiently.

Manusia sangatlah sempurna dibanding dengan makhluk ciptaan

Allah lainnya, karena kesempurnaan yang dimiliki manusia itulah, dengan

berbagai potensi yang melekat padanya, Allah menjadikan manusia

sebagai khalifah (penguasa) di muka bumi. Kekuatan fisik, kematangan

hati, serta kecerdasan dalam berfikir, adalah bekal yang Allah berikan agar

manusia bisa menjalankan amanahnya sebagai khalifah di muka bumi ini

(Afra, 2007:92). Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan Allah

Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30:

َيَو اَهيِف ُدِسْفُي نَم اَهيِف ُلَعْجَتَأ ْاوُلاَق ًةَفيِلَخ ِضْرَلأا يِف ٌلِعاَج يِّنِإ ِةَكِئَلاَمْلِل َكُّبَر َلاَق ْذِإَو

ُكِفْس

َنوُمَلْعَت َلا اَم ُمَلْعَأ يِّنِإ َلاَق َكَل ُسِّدَقُنَو َكِدْمَحِب ُحِّبَسُن ُنْحَنَو ءاَمِّدلا

-٠٣

-

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku

hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Apakah

Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah

di sana, sedang kami bertasbih memuji-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh,

Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Melalui kecerdasan yang dimiliki masing-masing individu

diharapkan dalam pendidikan ini bisa memandang manusia sebagai subyek

yang bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya dengan penuh rasa

tanggungjawab. Manusia bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri

dan atas hidup orang lain. Oleh karena itu, di dalam pendidikan tidak boleh

(33)

20

mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu

mengenali dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan mewujudkan

segala potensi yang ada pada diri mereka.

Selain pengertian di atas Gardner (dalam Lutfitati, 2008:26-27) juga

menyebutkan bahwa kecerdasan majemuk mempunyai karakteristik konsep

sebagai berikut:

a. Semua intelligensi itu berbeda-beda.

b. Semua kecerdasan dalam manusia dalam kadar yang berbeda.

c. Adanya indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan.

d. Dengan latihan, seseorang dapat membangun kekuatan kecerdasan

yang dimiliki.

e. Semua kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan, dan

dikembangkan secara optimal.

f. Semua kecerdasan-kecerdasan tersebut bekerjasama mewujudkan

aktivitas yang dilakukan individu.

g. Semua jenis kecerdasan ditemukan di semua lintas kebudayaan di

dunia dan kelompok usia.

h. Kecerdasan dapat diekspresikan melalui profesi dan hobi.

2. Jenis-Jenis Multiple Intelligence

Berikut adalah delapan jenis kecerdasan yang dimaksudkan oleh

(34)

21 a. Kecerdasan matematika dan logika

Kecerdasan matematika dan logika, yaitu kemampuan untuk

berfikir logis, sistematis, menghitungan, melakukan penalaran yang

benar, dan menggunakan angka dengan baik. Kecerdasan ini juga

meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil,

fungsi logika dan kemampuan abstraksi-abstraksi lainnya. Inilah

kecerdasan yang memuat kemampuan seseorang anak berfikir secara

induktif dan deduktif. Anak-anak dengan kecerdasan matematika dan

logika yang tinggi cenderung menyenangi kegiatan analisis dan

mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.

Kecerdasan seperti ini biasanya menggeluti profesi, seperti

insinyur, ahli ekonomi, ilmuwan, akuntan, detektif, ahli teknik, ahli

statistika, dan pekerjaan-pekerjaan yang banyak melibatkan angka.

Contoh orang yang memiliki kemampuan ini adalah Albert Einstein,

John Dewey, Sediatmo, dan Wishnu Prasetya (anak berbakat yang

meraih gelar Doktor dengan predikat Cum Laude pada tahun 1995 di

negeri Belanda dalam bidang matematika dan informatika).

Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan matematika dan logis

sebagai berikut:

1) Menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala.

2) Menikmati penggunaan bahasa komputer atau program software

(35)

22

3) Suka mengajukan pertanyaan yang bersifat analisis, misalnya

mengapa hujan turun? Di mana ujung langit? Dan sebagainya.

4) Ahli dalam permainan-permainan strategi, seperti catur, halma, dan

sebagainya.

5) Mampu menjelaskan masalah secara logis.

6) Suka merancang eksperimen untuk pembuktian sesuatu.

7) Menghabiskan waktu dengan permainan logika, seperti teka-teki.

8) Suka menyusun dalam kategori atau hierarki.

9) Mudah memahami hukum sebab dan akibat

10) Berprestasi dalam pelajaran berhitung, seperti pelajaran

matematika dan IPA.

b. Kecerdasan bahasa atau linguistik

Kecerdasan linguistik, yaitu kemampuan untuk membaca, menulis,

berkomuniksi, berkemampuan untuk menggunakan bahasa dan

kata-kata baik secara lisan maupun tulisan dalam berbagai bentuk yang

berbeda untuk mengekspresikan gagasannya. Selain itu kecerdasan ini

juga meliputi kemampuan memanipulasi struktur bahasa, semantik atau

makna bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, dimensi pragmatik atau

penggunaan praktis bahasa, menemonik atau hafalan, eksplansi dan

metabahasa.

Menurut Thomas Amstrong (Afra, 2007:145), dalam kehidupan

sekolah, kecerdasan linguistik menempati proporsi hingga 2/3 bagian.

(36)

23

Dicken, Abraham Lincoln, Winston Churchill, dan Sutan Takdir

Alisyahbana.

Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan linguistik sebagai

berikut:

1) Suka menulis kreatif.

2) Suka mengarang kisah khayal atau menuturkan lelucon.

3) Sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil.

4) Suka membaca di waktu senggang.

5) Mengeja kata dengan tepat dan mudah.

6) Menyukai pantun lucu dan permainan kata.

7) Suka mengisi teka-teki silang.

8) Menikmati dengan cara mendengarkan.

9) Memiliki kosakata yang luas.

10)Unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis, dan

berkomunikasi).

c. Kecerdasan musikal

Kecerdasan musikal, yaitu kemampuan untukmengkomposisikan

musik, menyanyi dan menghargai musik, memiliki kepekaan terhadap

suara nonverbal yang berada di sekelilingnya (nada dan birama). Selain

itu juga berkemampuan mengapresiasikan berbagai bentuk musikal,

membedakan, mengubah, dan mengekspresikannya. Contoh tokoh yang

memiliki kemempuan ini adalah Mozart, Leonard Bernstein, Mochtar

(37)

24

Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan musikal sebagai

berikut:

1) Suka memainkan alat musik.

2) Mudah mengingat melodi suatu lagu.

3) Lebih mudah belajar dengan iringan musik.

4) Suka mengoleksi kaset-kaset atau CD lagu-lagu.

5) Suka bernyanyi untuk diri sendiri dan orang lain.

6) Mudah mengikuti irama musik.

7) Mempunyai suaran yang bagus untukbernyanyi.

8) Peka terhadap suara-suara atau bunyi-bunyi di lingkungannya.

9) Memberikan reaksi yang kuat terhadap berbagai jenis musik.

10)Berprestasi atau menyukai pelajaran musik.

d. Kecerdasan visual spasial

Kecerdasan visual spasial, yaitu kemampuan untuk berpikir

melalui gambar, memvisualisasikan hasilmasadepan, mengimajinasikan

sesuatu dengan penglihatan, kemampuan seorang anak untuk

memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan antara objek

dan ruang. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap warna,

garis, bentuk, ruang, dan hubungan antar unsur. Profesi yang biasa

digeluti orang yang memiliki kecerdasan ini adalah arsitek, artis,

pemahat, pemotret, perencana strategik, dll. Contoh tokoh yang

(38)

25

Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan visual spasial, antara

lain:

1) Memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan

sesuatu.

2) Mudah membaca peta, grafik, dan diagram.

3) Menggambar sosok orang atau benda persis aslinya.

4) Senang melihat film, slide, foto-foto, atau karya seni lainnya.

5) Sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki jigsaw, maze

atau sejenisnya.

6) Suka melamun atau berfantasi.

7) Membangun kontruksi tiga dimensi, seperti bangunan lego.

8) Mencoret-coret di atas kertas .

9) Lebih memahami informasi lewat gambar daripada kata-kata atau

uraian.

10)Menonjol dalam mata pelajaran seni.

e. Kecerdasan kinestetik

Kecerdasan kinestetik, yaitu suatu kecerdasan di mana saat

menggunakannya seseorang mampu atau terampil menggunakan

anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti, berlari, menari,

membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni, dan hasta karya

(Amstrong, 2002:3). Contoh tokoh yang memiliki kecerdasan ini adalah

(39)

26

Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini adalah:

1) Banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu.

2) Aktif dalam kegiatan fisik, seperti berenang, bersepeda, hiking,

skateboard.

3) Perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajari.

4) Menikmati kegiatan melompat, lari, gulat, atau kegiatan fisik

lainnya.

5) Memperlihatkan ketrampilan dalam bidang kerajinan tangan, seperti

kerajinan kayu, menjahit, mengukir, dll.

6) Pandai menirukan gerakan, kebiasaan, atau perilaku orang lain.

7) Bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya.

8) Menikmati kegiatan dengan tanah liat,melukis dengan jari atau

kegiatan kotor lainnya.

9) Suka bongkar pasang benda.

10)Berprestasi dalam mata pelajaran olah raga, mekanik atau hal yang

bersifat kompetitif.

f. Kecerdasan interpersonal

Kecerdasan interpersonal, yaitu kemampuan untuk bekerja secara

efektif dengan orang lain, memiliki empatidan pengertian, menghayati

motivasi dan tujuan seseorang. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh

guru, politisi, dan pemimpin agama. Contoh tokoh yang memiliki

(40)

27

Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini adalah:

1) Mempunyai banyak teman baik di sekolah maupun di

lingkungannya.

2) Suka bersosialisasi dimanapun berada.

3) Sangat mengenal lingkungannya.

4) Banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah.

5) Berperan sebagai penengah ketika terjadi pertikaian atau konflik di

antara teman.

6) Menikmati berbagai permainan kelompok.

7) Berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain.

8) Sering dijadikan penasehat.

9) Sangat menikmati pekerjaan orang lain.

10)Berbakat menjadi pemimpin dan unggul dalam mata pelajaran ilmu

sosial.

g. Kecerdasan intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal, yaitu kemampuan untuk melakukan

analisis diri, refleksi, menilai keberhasilan orang lain, dan memahami

diri, seperti ahli filsafat, psikolog, dan konselor. Contoh tokoh yang

memiliki kecerdasan ini adalah Plato dan Mrs. Roosevelt.

Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal adalah:

1) Memperlihatkan sikap independen dan kemauan yang kuat.

(41)

28

3) Memberikan reaksi keras terhadap topik-topik kontroversial

terhadap dirinya.

4) Bekerja atau belajar dengan baik seorang diri.

5) Memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

6) Kecenderungan mempunyai pandangan yang lain dari pandangan

umum.

7) Banyak belajar kesalahan masa lalu.

8) Dengan tepat mengekspresikan perasaannya.

9) Berpikirfokus dan terarah pada pencapaian tujuan.

10)Banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.

h. Kecerdasan naturalis

Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan mengenal flora dan

fauna serta mencintai alam, seperti dalam ilmu biologi. Contoh tokoh

yang memiliki kemampuan ini adalah Darwin dan Mendel.

Berikut ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan naturalis:

1) Suka dan akrab dengan hewan peliharaan.

2) Suka berjalan-jalan dialam terbuka.

3) Menunjukkan kepekaan terhadappanorama alam.

4) Suka berkebun.

5) Memperlihatkan kesadaran ekologis yang tinggi.

6) Meyakini makhluk lain perlu dilindungi.

(42)

29

8) Berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan

hidup.

i. Kecerdasan Emosional Spiritual

Di samping konsep kecerdasan yang lebih terfokus pada

kemampuan kognitif, berkembang pula konsep kecerdasan yang lebih

terarah pada segi emosional dan spiritual, “emotional intelligence” dan

“spiritual intelligence”. Konsep ini muncul, bahwa kecerdasan

intelektual yang tinggi saja tidak cukup untuk menghantarkan orang

menuju sukses. (Sukmadinata, 2007:260)

Dalam bahasa latin, emosi berasal dari kata movere yang berarti

“menggerakkan atau bergerak”. Kata tersebut kemudian ditambah

awala “e-“ untuk memberi arti “bergerak menjauh” (Goleman, 1997:7).

Maksud bergerak menjauh di sini setiap emosi mempunyai

kecenderungan untuk bertindak atau memberikan reaksi.

Goleman mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kapasitas

dalam mengenali perasaaan-perasaan diri sendiri dan orang lain, dalam

memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi-emosi dengan baik dalam

diri sendiri maupun dalam hubungan dengan orang lain (Waryanti,

2011:33). Muallifah (2010:118) menuturkan bahwa kecerdasan

emosional merupakan reaksi kompleks yang saling ada keterkaitan

secara mendalam dan dibarengi perasaan. Kecerdasan ini merupakan

representasi dari beberapa kemampuan yang dimiliki individu untuk

(43)

30

mengekspresikan emosi diri sendiri secara tepat, memotivasi diri

sendiri, mengenali orang lain, dan membina hubungan dengan orang

lain.

Goleman mengkategorikan ciri-ciri dari orang yang memiliki

kecerdasan emosional ini menjadi lima, yaitu:

1) Mampu mengenali wilayah emosi diri sendiri

2) Mampu mengelola emosi

3) Mampu memotivasi diri sendiri

4) Mampu mengenali emosi orang lain

5) Mampu membina hubungan dengan orang lain. (Goleman,

1997:58-59 dan Muallifah, 2010:118)

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil beberapa poin

kesimpulan sebagai berikut:

1) Emosi merupakan pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, dan mental.

2) Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk

mengendalikan atau menjinakkan pikiran, perasaan, nafsu, dan

mental.

3) Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

4) Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk membina

hubungan dan menjalin kerjasama dengan orang lain.

Dari beberapa poin di atas, penulis menyimpulkan tentang definisi

(44)

31

individu untuk mengendalikan atau menjinakkan pikiran, perasaan,

nafsu, dan mental guna kaitannya untuk menyesuaikan diri dengan

orang lain serta untuk membina hubungan dan menjalin kerjasama

dengan orang lain. Membina hubungan dengan orang lain ini

diantaranya yaitu mampu memahami perasaan orang lain.

Kecerdasan emosional ini memiliki beberapa manfaat dalam

kehidupan. Beberapa manfaat dari memiliki kecerdasan ini antara lain

sebagai berikut:

1) Kecerdasan emosi membuat seseorang tidak terjebak dalam

kecemasan dan depresi.

2) Kecerdasan emosi memunculkan perilaku altruisme atau empati.

3) Kecerdasan emosi menumbuhkan optimisme.

Sedangkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan diri yang

memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di

balik kejadian tertentu. (Muhaimin, 2010:31)

Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual mempunyai ciri-ciri

berikut:

1) Memiliki kesadaran yang tinggi.

2) Memiliki kualitas hidup yang bersumber pada visi masa depan dan

pedoman nilai-nilai kebenaran yang kokoh.

3) Memiliki kemampuan untuk menghindari hal-hal yang tidak

penting.

(45)

32 hidup.

5) Memiliki kemampuan untuk mendorong atau berbuat baik kepada

orang lain. (Syarbini, 2010:81)

Kecerdasan spiritual ini memiliki beberapa manfaat dalam

kehidupan. Beberapa manfaat ketika seseorang memiliki kecerdasan ini

antara lain sebagai berikut:

1) Menjadikan diri tidak dipenjara oleh egoisme yaitu suatu

kekeliruan yang membuat kita egois, cinta materi, serba aku.

2) Membuat seseorang berbaik sangka kepada orang lain.

3) Membantu seseorang meyakini lebih dalam ajaran agamanya.

4) Membantu seseorang menghadapi masalah, baik dan jahat,

hidup dan mati, serta asal usul sejati dari penderitaan dan

keputusaan. (Nasution, 2009:6)

Kecerdasan emosional spiritual adalah gabungan dari dua

kecerdasan diri, yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Sementara Ary Ginanjar menuliskan tentang kecerdasan emosional

spiritual adalah bagaimana bisa mengatur tiga komponen, yaitu iman,

islam, dan ihsan dalam keselarasan dan kesatuan tauhid. (Agustian,

2010:xv)

Ciri-ciri dari orang yang memiliki kecerdasan emosional spiritual

adalah adanya sebuah konsistensi (istiqamah), kerendahan hati

(46)

33

keikhlasan (sincerity), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun),

integritas dan penyempurnaan (ihsan). (Agustian, 2010:276)

Dari penjelasan tersebut, penulis merumuskan beberapa indikator

untuk mengukur tingkat kecerdasan emosional spiritual. Indikator

tersebut antara lain yaitu:

1) Berlaku rendah hati di hadapan orang lain:

a) Bertegur sapa ketika bertemu orang lain.

b) Mendengarkan dan menghargai orang lain yang sedang

berbicara atau berpendapat.

2) Bertawakkal kepada Allah dalam menyelesaikan masalah:

a) Menambah amal ibadah, doa, dan usaha ketika ada masalah.

b) Menyerahkan hasil usaha kepada Allah SWT.

3) Melakukan kebaikan dengan tulus:

a) Tidak mengharapkan imbalan atau pujian dalam melakukan

sesuatu.

b) Membantu orang tua meskipun tidak diminta.

4) Melaksanakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh:

a) Belajar dengan serius meskipun tidak dalam masa ujian.

b) Membantu orang lain dengan maksimal, tidak

(47)

34

3. Cara Mengembangkan Multiple Intelligence

a. Kecerdasan matematika dan logika

Sujiono dan Sujiono (2004:288-290) menguraikan cara

mengembangkan kecerdasan logika matematika pada anak adalah

sebagai berikut:

1) Menyelesaikan puzzle, permainan ular tangga, domino, dan

lain-lain. Permainan ini akan membantu anak dalam latihan mengasah

kemampuan memecahkan berbagai masalah dengan menggunakan

logika.

2) Mengenal bentuk geometri, dapat dimulai dengan kegiatan

sederhana sejak anak masih bayi, misalnya dengan menggantung

berbagai bentuk geometri dalam berbagai warna di atas tepat tidur

maupun di ruang belajar atau kelas pada anak usia sekolah.

3) Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu.

4) Eksplorasipikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan,olan

rdengan obr ngan, misalnya mengaitkan pola hubungan sebab

akibat atau perbandingan, permainan tebak-tebakan angka, dan

sebagainya.

5) Pengenalan pola, permainan penyusunan pola tertentu dengan

menggunakan kancing warna-warni, pengamatan atas kejadian

sehari-hari sehingga anak dapat mencerna dan memahaminya

(48)

35

6) Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika,

dapat mengikutsertakan anak belanja, membantu mengecek barang

yang sudah masuk dalam kereta belanjaan, mencermati berat ukuran

barang yang kita beli, memilih dan mengelompokkan sayur-mayur

maupun buah yang akan dimasak oleh ibu di dapur.

b. Kecerdasan bahasa atau linguistik

Sujiono dan Sujiono (2004:285-288) menguraikan bahwa materi

program dalam kurikulum yang mengembangkan keceerdasan

linguistik, antara lain pengenalan abjad, bunyi, ejaan, membaca,

menulis, menyimak, berbicara atauberdiskusi dan menyampaikan

laporan secara lisan, serta bermain games atau mengisi teka-teki silang

sederhana.

Kiat untuk mengembangkan kecerdasan linguistik pada anak

sejak usia dini, antara lain dapatdilakukan dengan cara-cara berikut ini:

1) Mengajak anak berbicara sejak bayi, anak memiliki pendengaran

yang cukup baik sehinggasangat dianjurkan sekali berkomunikasi

dan menstimulasi anak dengan mengajaknya berbicara.

2) Membacakan cerita atau mendongeng sebelum tidur atau dapat

dilakukan kapan saja sesuai situasi dan kondisi.

3) Bermain mengenalkan huruf abjad dapat dilakukan sejak kecil,

seperti bermain huruf-huruf sandpaper (amplas), anak belajar

mengenali huruf dengan cara melihat dan menyentuhnya, di

(49)

36

atau guru. Seiring dengan pemahaman anak akan huruf dan

penggunaannya, yaitu dengan bermain kartu bergambar berikut

kosa katanya.

4) Merangkai cerita, sebelum dapat membaca tulisan, anak-anak

umumnya gemar “membaca gambar”. Berikan anak potongan

gambar dan biarkan anak mengungkapkan apa yang ia pikirkan

tentang gambar itu.

5) Berdiskusi tentang berbagai hal yang ada di sekitar anak. Bertanya

tentang yang ada di lingkungan sekitar, misalnya mungkin anak

mempunyai pendapat sendiri tentang binatang peliharaan rumah.

Apapun pendapatnya, orang dewasa harus menghargai isi

pembicaraannya.

6) Bermain peran, ajaklah anak melakukan suatu adegan seperti yang

pernah ia alami, misalnya saat berkunjung ke dokter. Bermain

peran ini dapat membantu anak mencobakan berbagai peran sosial

yang diamatinya.

7) Memperdengarkan dan perkenalkanlah laguanak-anak, ajaklah

anak ikut bernyanyi dengan penyanyi yang mendendangkan lagu

dari kaset yang diputar. Kegiatan ini sangat menggembirakan anak,

selain mempertajam pendengaran anak, memperdengarkan lagu

juga menuntut anak untuk menyimak setiap lirik yang dinyanyikan

yang kemudian anak menirukan lagu tersebut dan juga menambah

(50)

37 c. Kecerdasan musikal

Sujiono dan Sujiono (2004:298-300) menguraikan cara

mengembangkan kecerdasan musikal pada anak berikut ini:

1) Beri kesempatan pada anak untuk melihat kemampuan yang ada

pada diri mereka, buat mereka lebih percaya diri. Misalnya,

langkah pertama beri pertanyaan “siapa yangsuka musik?”dan

selanjutnya “siapa yang suka memainkan alat musik dan

bernyanyi?” setelah itu kembangkan pemahaman anak tentang

musik.

2) Buatlah kegiatan-kegiatan khusus yang dapat dimasukan dan

dikembangkan dalam kecerdasan musikal, misalnya “career

day”di mana para musisi para musisi profesional menceritakan

“kecerdasan musiknya”, karya wisata di mana anak diajak ke

stasiun radio untuk memutarkan lagu-lagu, biografi dari musisi

terkenal, paduan suara, dan lain-lain.

3) Pengalaman empiris yang praktis, buatlah penghargaan terhadap

karya-karya yang dihasilkan anak, seperti buat rak pameran seni

atau buat pentas seni.

4) Ajak anak menyanyikan lagu-lagu dengan syair sederhana dengan

irama dan birama yang mudah diikuti.

Stimulasi untuk kecerdasan musikal, antara lain dengan:

1) Meminta anak menciptakan sendiri lagu-lagu, rap, atau senandung.

(51)

38

makna dari yang mereka pelajari, lengkapi dengan alat musik atau

perkusi.

2) Diskografi, mencari lagu, lirik, atau potongan lagu dan

mendiskusikan pesan yang ingin disampaikan dari lagu tersebut.

3) Konsep musikal, nada musik yang digunakan sebagai alat kreatif

untuk mengekspresikan konsep, pola, atau skema pelajaran.

4) Musik suasana, gunakan rekaman musik yang membangun suasana

hati yang cocok untuk pelajaran atau unit tertentu.

d. Kecerdasan visual spasial

Sujiono dan Sujiono (2004:292-295) menguraikan bagaimana

cara mengembangkan kecerdasan visual spasial pada anak sebagai

berikut:

1) Mencoret-coret, untuk mampu menggambar, anak memulainya

dengan tahapan mencoret terlebih dahulu. Pada dasarnya kegiatan

mencoret yang sejak dini merupakan sarana anak mengekspresikan

diri. Kegiatan ini dalam melatih koordinasi tangan, mata anak.

2) Menggambar dan melukis. Biarkan anak menggambar atau melukis

apa yang ia inginkan sesuai imajinasi dan kreativitasnya karena

menggambar dan melukis merupakan ajang bagi anak untuk

mengekspresikan diri.

3) Kegiatan membuat prakarya atau kerajinan tangan menuntut

(52)

39

anak pun terlatih karenanya. Selain itu dapat membangun

kepercayaan diri anak.

4) Mengunjungi berbagai tempat, dapat memperkaya pengalaman

visual anak, seperti mengajaknya ke museum, kebun binatang, dan

lainnya.

5) Melakukan permainan konstruktif dan kreatif, sejumlah permainan

seperti membangun kontruksi dengan menggunakan balok, mazes,

puzzle dan lain sebagainya.

6) Mengatur dan merancang. Kejelian anak untuk mengatur dan

merancang, juga dapat diasah dengan mengajaknya dalam kegiatan

mengatur ruang kelas, ruang di rumah, seperti latihan menata

tempat tidurnya. Kegiatan ini juga melatih anak untuk

meningkatkan kepercayaan diri anak, bahwa ia mampu memutuskan

sesuatu.

e. Kecerdasan kinestetik

Sujiono dan Sujiono (2004:290-292) menguraikan cara

menstimulasi kecerdasan fisik pada anak, antara lain sebagai berikut:

1) Menari. Anak-anak pada dasarnya menyukai musik dan tari. Untuk

mengasah kecerdasan fisik ini dapat dilakukan dengan mengajak

anak untuk menari bersama karena menari menuntut

keseimbangan, keselarasan gerak tubuh, kekuatan, dan kelenturan

(53)

40

2) Bermain peran/drama. Melalui kegiatan bermain peran, kecerdasan

gerakan tubuh anak juga dapat terangsang. Kegiatan ini menuntut

bagaimana anak menggunakan tubuhnya menyesuaikan dengan

perannya, bagaimana ia harus berekspresi, termasuk juga gerakan

tangan. Kemampuan sosialisasinya pun berkembang karena ia

dituntut dapat bekerja sama dengan orang lain.

3) Latihan ketrampilan fisik. Berbagai latihan fisik dapat membantu

meningkatkan ketrampilan motorik anak, tentunya latihan tersebut

disesuaikan dengan usia anak. Misalnya, aktivitas berjalan di atas

papan titian. Aktivitas ini dapat dilakukan saat anak berusia 3-4

tahun. Selain melatih kekuatan otot, aktivitas ini juga melatih untuk

belajar keseimbangan.

4) Olahraga. Berbagai kegiatan olahraga dapat meningkatkan

kesehatan dan juga pertumbuhan. Olahraga harus dilakukan sesuai

dengan perkembangan motorik anak, seperti berenang, sepak bola

mini, main tenis, bulu tangkis ataupun senam. Seluruh cabang

olahraga pada dasarnya merangsang kecerdasan gerakan tubuh,

mengingat hampir semuanya menggunakan anggota tubuh.

f. Kecerdasan interpersonal

Sujiono dan Sujiono (2004:297-298) menguraikan bahwa cara

mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak, yakni:

1) Mengembangkan dukungan kelompok

(54)

41

3) Memberi kesempatan bertanggung jawab di rumah

4) Bersama-sama menyelesaikan konflik

5) Melakukan kegiatan sosial di lingkungan

6) Menghargai perbedaan pendapat antara anak dengan teman

sebayanya

7) Menumbuhkan sikap ramah dan memahami keragaman budaya

lingkungan sosial

8) Melatih kesabaran menunggu giliran

9) Berbicara serta mendengarkan pembicaraan orang lain terlebih

dahulu

g. Kecerdasan intrapersonal

Sujiono dan Sujiono (2004:295-297) menguraikan cara

mengembangkan kecerdasan intrapersonal pada anak sebagai berikut:

1) Menciptakan citra diri positif, “aku anak baik”, “saya anak yang

rajin membantu ibu”, dan lain-lain.

2) Pendidik dapat memberikan self image citra diri yang baik pada

anak yaitu dengan menampilkan sikap yang angat namun tegas

sehingga anak tetap dapat memiliki sikap hormat.

3) Ciptakan suasana serta situasi dan kondisi yang kondusif di rumah

dan sekolah yang mendukung pengembangan kemampuan

intrapersonal dan penghargaan diri anak.

4) Menuangkan isi hati dalam jurnal pribadi, setiap anak tentu

(55)

42

Agar anak terbiasa dan mampu mencurahkan isi hatinya, beri

kegiatan semisal mengisi buku harian. Anak dapat menuangkan isi

hatinya dalam bentuk tulisan maupun gambar.

5) Bercakap-cakap memperbincangkan kelemahan, kelebihan dan

minat anak. Pendidik dapat menanyakan pada anak dengan suasana

santai, hal-hal apa saja yang ia rasakan sebagai kelebihannya dan

dapat ia banggakan, serta kegiatan apa yang saat ini ia minati.

Bantu anak untuk menemukan kekurangan dirinya, semisal

sikap-sikap negatif yang sebaiknya diperbaiki.

6) Membayangkan diri di masa datang, lakukan perbincangan dengan

anak semisal anak ingin seperti apabila besar nanti, dan apa yang

akan dilakukan bila dewasa nanti.

7) Mengajak berimajinasi jadi tokoh sebuah cerita. Biar anak berperan

menjadi salah satu tokoh cerita yang tengah digemari.

h. Kecerdasan naturalis

Sujiono dan Sujiono (2004:300-301) menguraikan cara

mengembangkan kecerdasan naturalis pada anak, yaitu:

1) Beri kesempatan pada anak didik untuk mengetahui kemampuan

yang ada pada dirinya.

2) Ceritakan “kondisi akhir” sebagai keteladana dan inspirasi bagi

mereka.

3) Buatlah kegiatan-kegiatan khusus yang dapat dimasukkan ke dalam

(56)

43

hewan dan ahli binatang menceritakan tentang kecerdasan

naturalisnya.

4) Karya wisata ke kebun binatang, pengalaman empiris praktis,

misalnya mengamati alam dan makhluk hidup.

i. Kecerdasan emosional spiritual

Sujiono dan Sujiono (2004:122) menguraikan bahwa cara untuk

mengembangkan kecerdasan ini pada anak antara lain:

1) Melalui teladan dalam bentuk nyata yang diwujudkan perilaku baik

lisan, tulisan maupun perbuatan, melalui cerita atau dongeng untuk

menggambarkan perilaku baik buruk.

2) Mrngamati berbagai berbagai bukti-bukti kebesaran Sang Pencipta

seperti beragam binatang dan aneka tumbuhan serta kekayaan alam

lainnya.

3) Mengenalkan dan mencontohkan kegiatan keagamaan secara nyata.

4) Membangun sikap toleransi kepada sesama sebagai makhluk

ciptaan Tuhan.

Adapun program stimulasi untuk mengembangkan kecerdasan

spiritual pada anak usia dini dapat dilakukan melalui program

keteladanan dari orang tua atau orang dewasa sehingga anak terbiasa

untuk meniru perilaku baik yang dilihat, melalui program pembiasaan

agar anak-anak benar-benar dapat menginternalisasi suatu kegiatan,

melalui kegiatan spontan berupa pengawasan terhadap perilaku anak

(57)

44

memotivasi anak dalam melakukan berbagai kegiatan keagamaan dalam

kehidupan sehari-hari.

B.Anak Usia SD

1. Karakteristik Perkembangan Anak Usia SD

Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua yaitu

kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua,

dan tiga sedangkan kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam.

masa kelas-kelas rendah kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 dan 10

tahun. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10

tahun sampai umur 12 atau 13 tahun . Erikson (dalam Nana, 2003: 118)

menyebutkan pada tahap anak sekolah ini ditandai oleh kemampuan

menciptakan sesuatu dan rendah diri (industry-inferiorly).

Menurut Piaget (dalam Majid, 2014:7-8), kematangan

bio-psikologis seseorang memiliki tingkatan-tingkatan. Tingkatan

perkembangan intelektual memiliki ciri-ciri tersendiri, antara lain:

Tahap pra-operasional (2-7 tahun), tahap berpikir pra-konseptual

(2-4 tahun) yang ditandai dengan mulainya adaptasi terhadap simbol, mulai

dari tingkah laku berbahasa, aktivitas imitasi dan permainan. Kemudian

pada tahap berpikir intuitif (4-7 tahun)ditandai oleh berpikir pralogis yaitu

antara operasional konkret dengan prakonseptual. Pada tahap ini

perkembangan ingatan siswa didik sudah mulai mantap, tapi kemanapun

(58)

45

Perkembangan intelektual siswa sekolah dasar berada pada tahap

operasional konkret (7-11 tahun) yang ditandai oleh kemampuan berpikir

konkret dan mendalam, mampu mengklasifikasi dan mengontrol

persepsinya. Pada tahap ini, perkembangan kemampuan berpikir siswa

sudah mantap, kemampuan skema asimilasinya sudah lebih tinggi dalam

melakukan suatu koordinasi yang konsisten antar skema (Muhibin,

1995:67).

Berdasarkan tahapan tersebut, siswa sekolah dasar kelas I-VI

memiliki tingkatan intelektual operasional konkret dan siswa kelas enam

memiliki tingkatan operasional formal.

2. Cara Anak Belajar

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada

rentang usia tersebut anak mulai menunjukan perilaku belajar sebagai

berikut:

a. Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek

situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur

secara serentak.

b. Mulai berpikir secara operasional.

c. Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan

benda-benda.

d. Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan,

prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan

Gambar

Gambar Komponen analisis data: model alir
Tabel 1.1 Tahap Pra Lapangan
Gambar Ramadhan
Gambar FKPAI Kota
+3

Referensi

Dokumen terkait

Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya yaitu dengan tetap mempertahankan jalur sirkulasi utama kampung yang sudah ada sebelumnya dan dengan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk merancang Dispersion Flattened Fiber (DFF) Triple Cladding Single Mode Step Index (SM/SI) dengan dispersi minimum yaitu kurang dari

Bersusah pula suiuhan kemari Maksud nan kami hendak ke negeri. Setelah sudah baginda berkata Lalulah berangkat ke dalam kota.. Diiringkan ramai gegap gempita Disambut

Judul Proyek Tugas Akhir : Belawan International Port Passenger Terminal Tema : Arsitrektur Metafora..

Di samping serat kapas, ada juga serat tanaman lain yang sering digunakan sebagai bahan dasar pembuat benang tenun, yaitu, antara lain, serat yute (goni) dari tanaman

Jaksa 2 : baik saudara saksi ya kami bacakan BAP saudara saksi pada tanggal 16 april 2007 nomor 7 dan tanggal 10 april 2010 nomor 10, ya, saya bacakan, bahwa setelah selesai tugas

Penggunaan biogas dapat mengurangi jumlah tabung gas LPG yang digunakan oleh peternak dan dapat menjadi sumber penghasilan tambahan dengan menjual pupuk hasil

fasilitasi kebutuhan serta sosialisasi MEA 2015, mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten, memperkuat sektor industri jasa domestik, menstimulasi pelaku