i
PROGRAM PENGEMBANGAN
MULTIPLE INTELLIGENCE
PADA SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH (PLUS)
KOTA SALATIGA TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun oleh:
ENDANG TRI WAHYUNI
NIM 115 11 042
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
ii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 Telp. (0298) 323706.323433 Fax
323433Salatiga 50721
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama : Endang Tri Wahyuni
NIM : 115 11 042
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : S1-Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : PROGRAM PENGEMBANGAN MULTIPLE
INTELLIGENCE SISWA KELAS IV DI SD
MUHAMMADIYAH (PLUS) KOTA SALATIGA TAHUN 2015
telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.
Salatiga, 10 Agustus2015
Pembimbing,
Fatchurrohman, M. Pd.
iii SKRIPSI
PROGRAM PENGEMBANGAN MULTIPLE INTELLIGENCESISWA KELAS IV DI SD MUHAMMADIYAH (PLUS) KOTA SALATIGA
TAHUN 2015
DISUSUN OLEH
ENDANG TRI WAHYUNI
NIM:115 11 042
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Suwardi, M. Pd.
Sekretaris Penguji : Fatchurrohman, M. Pd.
Penguji I : Dr. Budiyono Saputro, M. Pd.
Penguji II : Mufiq, M. Phil.
Salatiga, 29 Agustus 2015
Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Endang Tri Wahyuni
NIM : 115 11 042
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : S1-Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat-pendapat atau temuan
dari orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Salatiga, 11Agustus 2015
Yang menyatakan,
Endang Tri Wahyuni
v
MOTTO HIDUP
“Tak ada pribadi biasa-biasa saja di dunia ini, tak ada pula anak yang bodoh, semua anak adalah bintang dengan segala jenis kecerdasan yang dimiliki”.
PERSEMBAHAN UntukMamak dan Bapak tercinta (Mamak Ngatirah dan Bapak Lanjar) dan
kakak-kakakku (Mbak Nanik dan Mas Ali, Mbak Etik dan Mas Nogil) tak lupa ponakan tercinta (dek Fina, dek Rindy, dan dek Tamam)yang menjadi inspirasi dan semangatku, dan semoga selalu diberi Rahmad-Nya.
vi
KATA PENGANTAR
Segenap rasa puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang dengan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, skripsi dengan judul
Pengembangan Multiple Intelligence Siswa Kelas IV di SD Muhammadiyah
(Plus) Kota Salatiga Tahun 2015ini bisa terselesaikan.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Baginda Rasulullah
Muhammad SAW, manusia inspiratif penuh keteladanan yang senantiasa
dinantikan syafa’atnya di hari kiamat. Tidak lupa shalawat dan salam juga
disampaikan kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa
istiqomah di jalan kebaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
motivasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang
senantiasa memberikan wejangan inspirasinya.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
KeguruanIAIN Salatiga.
3. Ibu Peni Susapti, M. Si., selaku Ketua JurusanPendidikan Guru Madrasah
vii
4. Bapak Fatchurrohman, M. Pd. selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalamproses
penulisan skripsi ini.
5. Bapak Rasimin, M. Pd., selaku dosen pembimbing akademik penulis yang
dengan kesabarannya, membimbing penulis dari waktu ke waktu.
6. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
ilmu, semangat, dan inspirasinya kepada penulis.
7. Bapak dan Ibu penulis serta kakak-kakak dan ponakan yang selalu
memberikan doa dan dukungannya kepada penulis.
8. Keluarga besar TPQ Darul Amal Salatiga yang menjadi inspirasi penulis.
9. Sahabat dan adik-adik perjuangan di wisma Safira, Najwa, dan Najma yang
telah membersamai dalam setiap waktu.
10. Sahabat perjuangan di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(KAMMI) Salatiga. Tetaplah dalam semangat nafas perjuangan.
11. Sahabat perjuangan di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal IAIN
Salatiga. Tetaplah dalam semangat nafas perjuangan.
12. Sahabat perjuangan teman-teman PGMI angkatan 2011, terkhusus kelas B.
Terima kasih kawan dan tetaplah dalam semangat nafas perjuangan.
13. Sahabat inspiratif di masa senang dan sedih yang senantiasa memberikan
semangat kepada penulis yang tidak disebut satu per satu oleh penulis.
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis. Terima
viii
Terima kasih atas kebersamaan selama ini, penulis hanya bisa turut do’a
semoga Allah Swt meridhoi setiap langkah dan mencatatnya sebagai amal
sholeh.Jazakumullahu bi ahsanil jaza’.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, baik secara substantif ataupun
teknis. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak agar bisa menjadi evaluasi dan perbaikan untuk ke depannya. Semoga
skripsi ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca semua khususnya kepada
pribadi penulis.
Salatiga, 11 Agustus 2015
Penulis
ix ABSTRAK
Wahyuni, Endang Tri. 2015. Pengembangan Multiple Intelligence Siswa Kelas IV di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga Tahun 2015.Skripsi. Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fatchurrohman, M. Pd.
Kata Kunci: Multiple Intelligence.
Multiple intelligence merupakan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh setiap individu. Siswa dipandang sebagai individu yang utuh dan unik yang memiliki berbagai macam potensi dan kecerdasan yang bisa digali, ditumbuhkan, dilejitkan dan dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Multiple intelligencepada siswa di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015, 2) Pengembangan multiple intelligencepada siswa di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015, 3) Prestasi yang telah dicapai pada siswa dari multiple intelligence di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015, 4)
Faktor yang mendukung dan menghambat dalam pengembangan multiple
intelligence pada siswa di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Peneliti mendapatkan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Tahap-tahap penelitian pra lapangan, pekerjaan lapangan, dan analisis data.
Hasil penelitian ini adalah: 1)a. Multiple intelligencepada siswa di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga adalah segala jenis kecerdasan yang dimiliki oleh individu (siswa) yang terus digali, ditumbuhkan, dilejitkan, dan dikembangkan. banyak jenis kecerdasan yang dikembangkan, meliputi kecerdasan matematik, linguistik, visual-spasial, dll.b. Tujuan pengembangannya adalah untuk melenjitkan dan maksimalkan setiap kecerdasan yang dimiliki siswanya hingga menjadi siswa yang berprestasi dibidangnya. 2) Pengembangan multiple intelligencepada siswa di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga, meliputi a. Model pembelajaran bersifat “fun learning” belajar yang menyenangkan dan siswa berperan aktif., b. Media, alat, dan sumber ajar yang digunakan adalah media cetak dan elektronik, buku, dan lingkungan., c. Banyak kegiatan tambahan yang diberikan guna menunjang pengembangan multiple intelligencemaupun proses pembelajaranseperti outing class, field trip, ekstrakulikuler, ekstra bakat dan minat dll.,d. Selama belajar di SD Muhammadiyah siswa merasa senang., e. Kegiatan yang diikuti siswa sudah sesuai dengan potensi yang dimiliki. 3) Prestasi yang telah diraih oleh siswa cukup banyak, baik di bidang akademik maupun non
akademik. 4) a. Faktor yang mendukung dalam mengembangkan multiple
x
xi DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR... vi
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitian ... 5
E. Penegasan Istilah ... 5
F. Metode Penelitian ... 7
G. Sistematika Penulisan... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Multiple Intelligence ... 18
1. Pengertian Multiple Intelligence ... 18
xii
3. Cara Mengembangkan Multiple Intelligence ... 34
B. Anak Usia SD ... 44
1. Karakteristik Perkembangan Anak Usia SD ... 44
2. Cara Anak Belajar ... 45
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga. 49 B. Multiple Intelligence di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga ... 78
1. MI dan Tujuan Pengembangan Multiple Intelligence di SD Muhammadiyah (Plus)Kota Salatiga... 80
2. Pengembangan Multiple Intelligence di SD Muhammadiyah (Plus)Kota Salatiga... 80
3. Prestasi yang Telah Diraih Siswa SD Muhammadiyah (Plus)Kota Salatiga ... 86
4. Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat dalam Mengembangkan Multiple Intelligence di SD Muhammadiyah (Plus)Kota Salatiga... 87
BAB IV PEMBAHASAN A. Multiple Intelligence di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga ... 91
B. Pengembangan Multiple Intelligence di SD Muhammadiyah (Plus)Kota Salatiga ... 94
C. Prestasi yang Telah Diraih Siswa SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga... 100
xiii BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 108
B. Saran ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 113
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tahap Pra Lapangan ... 15
Tabel 1.2 Tahap Pekerjaan lapangan ... 16
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kode Penelitian
2. Pedoman Penelitian
3. Transkip Wawancara
4. Reduksi Data
5. Foto
6. Surat Keterangan Penelitian
7. Surat Tugas Pembimbing Sekripsi
8. Satuan Kredit Kegiatan (SKK)
9. Lembar Bimbingan Sekripsi
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidkan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat. (Hamalik, 2010:3) Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan juga merupakan kerja budaya yang menuntut peserta didik untuk selalu mengembangkan potensi dan daya kreativitas yang dimilikinya agar tetap bertahan dalam kehidupannya.
2
manusia dalam sebaik-baik bentuk dan berbeda dengan makhluk lainnya. Hal ini ditandai dengan diberinya manusia akal dan nafsu, sehingga manusia memiliki banyak potensi yang perlu kita hargai dan syukuri dengan mengembangkan apa yang telah diberikan Tuhan kepadanya.
Allah SWT berfirman dalam surat At-Tiin ayat 4 yang artinya:
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
.”
Selain itu Allah juga berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 70:
ْمُهاَنْلَّضَفَو ِتاَبِّيَّطلا َنِّم مُهاَنْقَزَرَو ِرْحَبْلاَو ِّرَبْلا يِف ْمُهاَنْلَمَحَو َمَدآ يِنَب اَنْمَّرَك ْدَقَلَو
ىَلَع
َلَخ ْنَّمِّم ٍريِثَك
ًلايِضْفَت اَنْق
-
"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”
Dalam pendidikan yang humanis, peserta didik dipandang sebagai makhluk unik yang memiliki berbagai macam potensi dan kecerdasan yang dengan kecerdasan berbeda-beda. Kecerdasan yang berbeda-beda sering disebut dengan multiple intelligence. Multiple intelligence sering disebut dengan kecerdasan majemuk, yang mana teori ini dikemukakan oleh Howard Gardner. Gardner mengubah tiga paradigma mendasar tentang kecerdasan, yaitu kecerdasan tidak dibatasi tes formal; kecerdasan itu multidimensi; dan kecerdasan proses discovering ability (Chatib, 2010:70-76).
3
peserta didiknya. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengembangan multiple intelligence di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah unggulan yang mampu mengembangkan kecerdasan siswanya sehingga banyak prestasi yang diraih baik di bidang akademik maupun non akademik. Misalnya di bidang akademik juara II OSN Matematika 2015 tingkat Kecamatan Sidomukti, juara II OSN IPA 2015 tingkat Kecamatan Sidomukti dan di bidang non akademik (bidang olah raga) juara I Tae Kwondo U.28 tahun 2015 tingkat Nasional, juara II adzan tingkat kecamatan Sidomukti, dan lain sebagainya.
Berlandaskan dari latar belakang itu penulis mengangkat judul
“PROGRAM PENGEMBANGAN MULTIPLE INTELLIGENCE SISWA KELAS
IV DI SD MUHAMMADIYAH (PLUS) KOTA SALATIGA TAHUN 2015”.
B. Fokus Penelitian
Kaitannya dengan judul penelitian di atas, maka ada beberapa hal yang akan diungkap oleh penulis, yaitu:
1. Apa saja multiple intelligence yang dikembangkan di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015?
2. Bagaimana cara pengembangan multiple intelligence siswa kelas IV di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015?
3. Apa saja prestasi yang telah diraih oleh siswa dari multiple intelligence di SD Muhammadiyah Kota Salatiga tahun 2015?
4. Apa saja faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pengembangan multiple intelligence siswa kelas IV di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015?
4 C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui multiple intelligence yang dikembangkan di SD Muhammadiyah
(Plus) Kota Salatiga tahun 2015.
2. Mengetahui cara pengembangan multiple intelligence siswa kelas IV di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015.
3. Mengetahui prestasi yang telah diraih oleh siswa dari multiple intelligence di SD Muhammadiyah Kota Salatiga tahun 2015.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pengembangan multiple intelligence siswa kelas IV di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga tahun 2015.
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat teoritik
Manfaat yang dicapai dari hasil penelitian adalah sebagai bahan pengembangan khazanah kajian keilmuan teoritis terkait pengembangan kecerdasan dan potensi anak terutama di dalam dunia pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi lembaga pendidikan dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di lembaga terkait.
b. Bagi para pengembang mutu pendidikan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan selanjutnya untuk meningkatkan prestasi anak bangsa.
5
d. Bagi siswa sebagai pengalaman yang baru dalam proses belajar sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
e. Bagi penulis dapat mengembangkan kemampuan meneliti suatu permasalahan dan menemukan solusinya.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas, yaitu:
1. Pengembangan
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pengembangan adalah membuat jadi luas, menjadikan besar, menjadikan merata, menjadikan maju menjadikan sempurna (Fajri dan Senja, 2005:447).
Sedang menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Pengembangan secara umum berarti pola pertumbuhan, perubahan secara perlahan (evolution) dan perubahan secara bertahap. Pengertian pengembangan dalam penelitian di sini adalah proses atau cara yang memberikan hasil..
2. Multiple Intelligence
Multiple intelligence berasal dari bahasa Inggris, dari kata multiple
6
bermacam-macam. Dalam penelitian ini multiple intelligence adalah kecerdasan majemuk atau kecerdasan ganda yang diiliki oleh setiap anak (Diantaranya adalah kecerdasan linguistik, matematik, visual-spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, naturalis dan emosional spiritual).
3. Siswa kelas IV
Siswa kelas IV adalah istilah bagi peserta didik untuk kategori Sekolah Dasar (SD) yang duduk di kelas IV. Kelas IV termasuk kelas tinggi pada SD, selain kelas V dan VI.
4. Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga
Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang berbasis Islam tingkat dasar yang berada di Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.
Jadi, pengembangan multiple intelligence di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga adalah proses pengembangan kecerdasan majemuk siswa yang berada di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga kelas IV.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan karena meneliti fenomena yang ada di lapangan atau masyarakat dan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan (Asmani, 2011:66).
7
dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif mengunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu layar yang berkonteks khusus (Moleong, 2008:5). 2. Kehadiran Peneliti
Hubungan peneliti dengan subjek dalam penelitian kualitatif peneliti secara aktif berinteraksi secara pribadi. Proses pengumpulan data dapat diubah dan hal itu tergantung pada situasi (Moleong, 2004:30).
Jadi pada penelitian kualitatif ini, kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Moleong (2008:168) mengemukakan kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga. Penelitian dilakukan dalam rentang waktu Mei-Agustus 2015.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi:
8
kesiswaan, guru kurikulum dan guru kelas IV) dan sebagian siswa kelas IV SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga.
b. Data ke dua atau data sekunder yakni data tambahan yang berasal dari sumber tertulis dan berbagai sumber lainnya yang berkaitan dengan SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga. Data ke dua ini digunakan peneliti untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang didapat dari data utama. Misalnya data prestasi siswa.
5. Metode Pengumpulan Data
Salah satu tahapan yang penting dalam penelitian adalah alat pengumpulan data (instrumen penelitian). Karenanya diperlukan istrumen pengumpulan data yang sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilakukan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2004:186)
Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terstruktur yakni peneliti melakukan wawancara dengan membawa sederetan pertanyaan yang lengkap dan terperinci sesuai dengan informasi yang ingin didapatkan.
Wawancara dilakukan kepada informan yakni Bapak Sutomo (Kepala Sekolah), Bapak Marijo (kaur kurikulum), Ibu Wiwik Widyastuti (kaur
kesiswaaan), Ibu Syafi’ah Isnaini (guru kelas IV), Aura Sangkurnia (siswa
9
dan untuk menggali data tentang pengembangan multiple intelligence di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga.
b. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistemik terhadap gejala sosial maupun psikologik melalui penglihatan dan pencatatan secara langsung (Sabari, 2010:380).
Untuk mengetahui pengembangan multiple inteligence siswa kelas IV di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga, peneliti menggunakan observasi nonpartisipan karena peneliti tidak ikut dalam kegiatan masyarakat atau kelompok komunitas sasaran penelitian
c. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari katadokumen yang artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 1993:149). Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui penelusuran dokumen yang dapat berupa buku, majalah, notulen rapat, kitab, undang-undang, dan lain-lainnya. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2011:217).
10 Masa pengumpulan data
REDUKSI DATA
Antisipasi Selama Pasca
PENYAJIAN DATA
Selama Pasca
Pasca Selama
PENARIKAN KESIMPULAN/VERIFIKASI
= A N A L I S I S 6. Analisis data
Menurut Bogdan dan Briklen (dalam Moleong, 2011:248) mendefinisikan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Adapun tujuan utama analisis data dalam penelitian kualitatif ialah mencari makna di balik data melalui pengakuan subyek pelakunya (Kasiram, 2010:355).
Secara rinci dalam proses analisis data digambarkan sebagai berikut:
Gambar Komponen analisis data: model alir
11 a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini reduksi data dapat dilakukan dengan cara menyusun ringkasan, membuang yang tidak perlu, memberi kode bagian yang penting dan sebagainya hingga laporan penelitian ini selesai.
Ada beberapa hal yang menjadi kaitan dengan reduksi data yaitu klasifikasi data yang telah dikumpulkan, dipisah-pisahkan kemudian dikelompokkan menurut permasalahannya. Dilanjutkan dengan interpretasi data yang berfungsi untuk menganalisis data lebih lanjut, data dikelompokkan kemudian diasumsikan oleh peneliti dengan landasan tujuan penelitian.
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus menerus selama proses penelitian..
7. Pengecekan Keabsahan data
12
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas sejumlah kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (comfirmability). Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik ketekunan pengamatan peneliti dan triangulasi.
a. Ketekunan Pengamatan Peneliti
Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan. Melalui teknik ini, peneliti berusaha setekun mungkin untuk mengamati setiap unsur yang relevan dengan penelitian untuk dapat ditelaah secara rinci dan berkesinambungan. Misalnya peneliti sering ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.
b. Triangulasi
13
1) Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil wawancara informan lain. Misalnya membandingkan hasil wawancara kepala sekolah dengan kaur kesiswaan.
2) Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil pengamatan. Misal membandingkan hasil wawancara guru kesiswaan dengan pengamatan yang dilakukan peneliti.
3) Membandingkan data wawancara dengan dokumen. Peneliti membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang didapat. Melalui teknik triangulasi setiap data yang didapatkan akan dibandingkan dengan data-data lainnya sehingga menjadi suatu data yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap penelitian secara umum terdiri atas tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data (Moleong, 2011:127).
a. Tahap Pra-lapangan
Tahap pra lapangan adalah tahap di mana ditetapkannya apa saja yang harus dilakukan sebelum seorang peneliti masuk ke lapangan obyek studi (Kasiram, 2010:281). Ada tujuh hal yang harus dilakukan dan dimiliki peneliti dalam tahap pra lapangan yakni:
1. Menyusun rancangan penelitian. 2. Memilih lapangan penelitian. 3. Mengurus perijinan.
14 7. Persoalan etika penelitian.
Tabel 1.1 Tahap Pra Lapangan
Waktu Kegiatan
April Menyusun proposal penelitian
Mei Mengurus perijinan
Mei Observasi
Mei Memilih dan memanfaatkan informan
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap pekerjaan lapangan, peneliti mempersiapkan dirinya untuk menghadapi lapangan penelitian dengan mamahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan sambil mengumpulkan data.
Tabel 1.2 Tahap Pekerjaan Lapangan
Waktu Kegiatan
Mei Memasuki lapangan
Mei-Juni Mengumpulkan data
c. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data bermaksud mengorganisasikan data dalam hal ini mengatur urutan data, memberikan kode, dan mengkategorikannya. Analisis ini bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi konsep, proposisi, kategori atau variabel yang berguna untuk membangun teori subtantif.
Tabel 1.3 Tahap Analisis Data
Waktu Kegiatan
Mei Menemukan dan menyajikan data
15 G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman dan penelaahan
terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji maka perlu adanya
sistematika penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan
runtut.
Bab I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika
penulisan skripsi.
Bab II : Kajian Pustaka
Berisi tentang pembahasan mengenai pengembangan multiple intelligence.
Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian
Bab ini berisi tentang kondisi umum SD Muhammadiyah (Plus) Kota
Salatiga dan penyajian data.
Bab IV: Pembahasan
Bab ini berisi pembahasan tentang konsep multiple intelligence, pengembangan multiple intelligence, capaian prestasi siswa, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pengembangan multiple intelligence di SD Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga.
Bab V : Penutup
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Multiple Intelligence
1. Pengertian Multiple Intelligence
Definisi cerdas tidaklah sesempit yang kita pikirkan selama ini.
Setiap manusia sesungguhnya memiliki keunikan tersendiri yang berbeda
satu sama lain. Kita tidak bisa mendefinisikan manusia cerdas dari asumsi
yang sama. Setiap orang memiliki keunggulan masing-masing di
bidangnya.
Howard Gardner adalah seorang Guru Besar yang menggagas
tentang teori multiple intelligence (kecerdasan majemuk). Teori tersebut
mencoba memperbaiki pandangan umum di dunia psikologi dan dunia
pendidikan yang mengatakan bahwa semua anak adalah sama, sehingga
semua anak harus dididik dengan cara yang sama, mata pelajaran yuang
sama dan harus meiliki cita-cita yang sama.
Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan
untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk yang
bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. (Suparno, 2004:17)
Menurut Gardner (1993:14) arti dari multiple intelligence di sini
adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah, untuk mendapatkan
jawaban yang spesifik dan untuk belajar materi baru dengan cepat dan
19
answers to specific questions, and to learn new material quickly and
efficiently.
Manusia sangatlah sempurna dibanding dengan makhluk ciptaan
Allah lainnya, karena kesempurnaan yang dimiliki manusia itulah, dengan
berbagai potensi yang melekat padanya, Allah menjadikan manusia
sebagai khalifah (penguasa) di muka bumi. Kekuatan fisik, kematangan
hati, serta kecerdasan dalam berfikir, adalah bekal yang Allah berikan agar
manusia bisa menjalankan amanahnya sebagai khalifah di muka bumi ini
(Afra, 2007:92). Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan Allah
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30:
َيَو اَهيِف ُدِسْفُي نَم اَهيِف ُلَعْجَتَأ ْاوُلاَق ًةَفيِلَخ ِضْرَلأا يِف ٌلِعاَج يِّنِإ ِةَكِئَلاَمْلِل َكُّبَر َلاَق ْذِإَو
ُكِفْس
َنوُمَلْعَت َلا اَم ُمَلْعَأ يِّنِإ َلاَق َكَل ُسِّدَقُنَو َكِدْمَحِب ُحِّبَسُن ُنْحَنَو ءاَمِّدلا
-٠٣
-
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Apakah
Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah
di sana, sedang kami bertasbih memuji-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh,
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Melalui kecerdasan yang dimiliki masing-masing individu
diharapkan dalam pendidikan ini bisa memandang manusia sebagai subyek
yang bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya dengan penuh rasa
tanggungjawab. Manusia bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri
dan atas hidup orang lain. Oleh karena itu, di dalam pendidikan tidak boleh
20
mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu
mengenali dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan mewujudkan
segala potensi yang ada pada diri mereka.
Selain pengertian di atas Gardner (dalam Lutfitati, 2008:26-27) juga
menyebutkan bahwa kecerdasan majemuk mempunyai karakteristik konsep
sebagai berikut:
a. Semua intelligensi itu berbeda-beda.
b. Semua kecerdasan dalam manusia dalam kadar yang berbeda.
c. Adanya indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan.
d. Dengan latihan, seseorang dapat membangun kekuatan kecerdasan
yang dimiliki.
e. Semua kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan, dan
dikembangkan secara optimal.
f. Semua kecerdasan-kecerdasan tersebut bekerjasama mewujudkan
aktivitas yang dilakukan individu.
g. Semua jenis kecerdasan ditemukan di semua lintas kebudayaan di
dunia dan kelompok usia.
h. Kecerdasan dapat diekspresikan melalui profesi dan hobi.
2. Jenis-Jenis Multiple Intelligence
Berikut adalah delapan jenis kecerdasan yang dimaksudkan oleh
21 a. Kecerdasan matematika dan logika
Kecerdasan matematika dan logika, yaitu kemampuan untuk
berfikir logis, sistematis, menghitungan, melakukan penalaran yang
benar, dan menggunakan angka dengan baik. Kecerdasan ini juga
meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil,
fungsi logika dan kemampuan abstraksi-abstraksi lainnya. Inilah
kecerdasan yang memuat kemampuan seseorang anak berfikir secara
induktif dan deduktif. Anak-anak dengan kecerdasan matematika dan
logika yang tinggi cenderung menyenangi kegiatan analisis dan
mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.
Kecerdasan seperti ini biasanya menggeluti profesi, seperti
insinyur, ahli ekonomi, ilmuwan, akuntan, detektif, ahli teknik, ahli
statistika, dan pekerjaan-pekerjaan yang banyak melibatkan angka.
Contoh orang yang memiliki kemampuan ini adalah Albert Einstein,
John Dewey, Sediatmo, dan Wishnu Prasetya (anak berbakat yang
meraih gelar Doktor dengan predikat Cum Laude pada tahun 1995 di
negeri Belanda dalam bidang matematika dan informatika).
Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan matematika dan logis
sebagai berikut:
1) Menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala.
2) Menikmati penggunaan bahasa komputer atau program software
22
3) Suka mengajukan pertanyaan yang bersifat analisis, misalnya
mengapa hujan turun? Di mana ujung langit? Dan sebagainya.
4) Ahli dalam permainan-permainan strategi, seperti catur, halma, dan
sebagainya.
5) Mampu menjelaskan masalah secara logis.
6) Suka merancang eksperimen untuk pembuktian sesuatu.
7) Menghabiskan waktu dengan permainan logika, seperti teka-teki.
8) Suka menyusun dalam kategori atau hierarki.
9) Mudah memahami hukum sebab dan akibat
10) Berprestasi dalam pelajaran berhitung, seperti pelajaran
matematika dan IPA.
b. Kecerdasan bahasa atau linguistik
Kecerdasan linguistik, yaitu kemampuan untuk membaca, menulis,
berkomuniksi, berkemampuan untuk menggunakan bahasa dan
kata-kata baik secara lisan maupun tulisan dalam berbagai bentuk yang
berbeda untuk mengekspresikan gagasannya. Selain itu kecerdasan ini
juga meliputi kemampuan memanipulasi struktur bahasa, semantik atau
makna bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, dimensi pragmatik atau
penggunaan praktis bahasa, menemonik atau hafalan, eksplansi dan
metabahasa.
Menurut Thomas Amstrong (Afra, 2007:145), dalam kehidupan
sekolah, kecerdasan linguistik menempati proporsi hingga 2/3 bagian.
23
Dicken, Abraham Lincoln, Winston Churchill, dan Sutan Takdir
Alisyahbana.
Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan linguistik sebagai
berikut:
1) Suka menulis kreatif.
2) Suka mengarang kisah khayal atau menuturkan lelucon.
3) Sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil.
4) Suka membaca di waktu senggang.
5) Mengeja kata dengan tepat dan mudah.
6) Menyukai pantun lucu dan permainan kata.
7) Suka mengisi teka-teki silang.
8) Menikmati dengan cara mendengarkan.
9) Memiliki kosakata yang luas.
10)Unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis, dan
berkomunikasi).
c. Kecerdasan musikal
Kecerdasan musikal, yaitu kemampuan untukmengkomposisikan
musik, menyanyi dan menghargai musik, memiliki kepekaan terhadap
suara nonverbal yang berada di sekelilingnya (nada dan birama). Selain
itu juga berkemampuan mengapresiasikan berbagai bentuk musikal,
membedakan, mengubah, dan mengekspresikannya. Contoh tokoh yang
memiliki kemempuan ini adalah Mozart, Leonard Bernstein, Mochtar
24
Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan musikal sebagai
berikut:
1) Suka memainkan alat musik.
2) Mudah mengingat melodi suatu lagu.
3) Lebih mudah belajar dengan iringan musik.
4) Suka mengoleksi kaset-kaset atau CD lagu-lagu.
5) Suka bernyanyi untuk diri sendiri dan orang lain.
6) Mudah mengikuti irama musik.
7) Mempunyai suaran yang bagus untukbernyanyi.
8) Peka terhadap suara-suara atau bunyi-bunyi di lingkungannya.
9) Memberikan reaksi yang kuat terhadap berbagai jenis musik.
10)Berprestasi atau menyukai pelajaran musik.
d. Kecerdasan visual spasial
Kecerdasan visual spasial, yaitu kemampuan untuk berpikir
melalui gambar, memvisualisasikan hasilmasadepan, mengimajinasikan
sesuatu dengan penglihatan, kemampuan seorang anak untuk
memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan antara objek
dan ruang. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap warna,
garis, bentuk, ruang, dan hubungan antar unsur. Profesi yang biasa
digeluti orang yang memiliki kecerdasan ini adalah arsitek, artis,
pemahat, pemotret, perencana strategik, dll. Contoh tokoh yang
25
Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan visual spasial, antara
lain:
1) Memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan
sesuatu.
2) Mudah membaca peta, grafik, dan diagram.
3) Menggambar sosok orang atau benda persis aslinya.
4) Senang melihat film, slide, foto-foto, atau karya seni lainnya.
5) Sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki jigsaw, maze
atau sejenisnya.
6) Suka melamun atau berfantasi.
7) Membangun kontruksi tiga dimensi, seperti bangunan lego.
8) Mencoret-coret di atas kertas .
9) Lebih memahami informasi lewat gambar daripada kata-kata atau
uraian.
10)Menonjol dalam mata pelajaran seni.
e. Kecerdasan kinestetik
Kecerdasan kinestetik, yaitu suatu kecerdasan di mana saat
menggunakannya seseorang mampu atau terampil menggunakan
anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti, berlari, menari,
membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni, dan hasta karya
(Amstrong, 2002:3). Contoh tokoh yang memiliki kecerdasan ini adalah
26
Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini adalah:
1) Banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu.
2) Aktif dalam kegiatan fisik, seperti berenang, bersepeda, hiking,
skateboard.
3) Perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajari.
4) Menikmati kegiatan melompat, lari, gulat, atau kegiatan fisik
lainnya.
5) Memperlihatkan ketrampilan dalam bidang kerajinan tangan, seperti
kerajinan kayu, menjahit, mengukir, dll.
6) Pandai menirukan gerakan, kebiasaan, atau perilaku orang lain.
7) Bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya.
8) Menikmati kegiatan dengan tanah liat,melukis dengan jari atau
kegiatan kotor lainnya.
9) Suka bongkar pasang benda.
10)Berprestasi dalam mata pelajaran olah raga, mekanik atau hal yang
bersifat kompetitif.
f. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal, yaitu kemampuan untuk bekerja secara
efektif dengan orang lain, memiliki empatidan pengertian, menghayati
motivasi dan tujuan seseorang. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh
guru, politisi, dan pemimpin agama. Contoh tokoh yang memiliki
27
Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini adalah:
1) Mempunyai banyak teman baik di sekolah maupun di
lingkungannya.
2) Suka bersosialisasi dimanapun berada.
3) Sangat mengenal lingkungannya.
4) Banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah.
5) Berperan sebagai penengah ketika terjadi pertikaian atau konflik di
antara teman.
6) Menikmati berbagai permainan kelompok.
7) Berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain.
8) Sering dijadikan penasehat.
9) Sangat menikmati pekerjaan orang lain.
10)Berbakat menjadi pemimpin dan unggul dalam mata pelajaran ilmu
sosial.
g. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal, yaitu kemampuan untuk melakukan
analisis diri, refleksi, menilai keberhasilan orang lain, dan memahami
diri, seperti ahli filsafat, psikolog, dan konselor. Contoh tokoh yang
memiliki kecerdasan ini adalah Plato dan Mrs. Roosevelt.
Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal adalah:
1) Memperlihatkan sikap independen dan kemauan yang kuat.
28
3) Memberikan reaksi keras terhadap topik-topik kontroversial
terhadap dirinya.
4) Bekerja atau belajar dengan baik seorang diri.
5) Memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
6) Kecenderungan mempunyai pandangan yang lain dari pandangan
umum.
7) Banyak belajar kesalahan masa lalu.
8) Dengan tepat mengekspresikan perasaannya.
9) Berpikirfokus dan terarah pada pencapaian tujuan.
10)Banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.
h. Kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan mengenal flora dan
fauna serta mencintai alam, seperti dalam ilmu biologi. Contoh tokoh
yang memiliki kemampuan ini adalah Darwin dan Mendel.
Berikut ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan naturalis:
1) Suka dan akrab dengan hewan peliharaan.
2) Suka berjalan-jalan dialam terbuka.
3) Menunjukkan kepekaan terhadappanorama alam.
4) Suka berkebun.
5) Memperlihatkan kesadaran ekologis yang tinggi.
6) Meyakini makhluk lain perlu dilindungi.
29
8) Berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan
hidup.
i. Kecerdasan Emosional Spiritual
Di samping konsep kecerdasan yang lebih terfokus pada
kemampuan kognitif, berkembang pula konsep kecerdasan yang lebih
terarah pada segi emosional dan spiritual, “emotional intelligence” dan
“spiritual intelligence”. Konsep ini muncul, bahwa kecerdasan
intelektual yang tinggi saja tidak cukup untuk menghantarkan orang
menuju sukses. (Sukmadinata, 2007:260)
Dalam bahasa latin, emosi berasal dari kata movere yang berarti
“menggerakkan atau bergerak”. Kata tersebut kemudian ditambah
awala “e-“ untuk memberi arti “bergerak menjauh” (Goleman, 1997:7).
Maksud bergerak menjauh di sini setiap emosi mempunyai
kecenderungan untuk bertindak atau memberikan reaksi.
Goleman mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kapasitas
dalam mengenali perasaaan-perasaan diri sendiri dan orang lain, dalam
memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi-emosi dengan baik dalam
diri sendiri maupun dalam hubungan dengan orang lain (Waryanti,
2011:33). Muallifah (2010:118) menuturkan bahwa kecerdasan
emosional merupakan reaksi kompleks yang saling ada keterkaitan
secara mendalam dan dibarengi perasaan. Kecerdasan ini merupakan
representasi dari beberapa kemampuan yang dimiliki individu untuk
30
mengekspresikan emosi diri sendiri secara tepat, memotivasi diri
sendiri, mengenali orang lain, dan membina hubungan dengan orang
lain.
Goleman mengkategorikan ciri-ciri dari orang yang memiliki
kecerdasan emosional ini menjadi lima, yaitu:
1) Mampu mengenali wilayah emosi diri sendiri
2) Mampu mengelola emosi
3) Mampu memotivasi diri sendiri
4) Mampu mengenali emosi orang lain
5) Mampu membina hubungan dengan orang lain. (Goleman,
1997:58-59 dan Muallifah, 2010:118)
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil beberapa poin
kesimpulan sebagai berikut:
1) Emosi merupakan pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, dan mental.
2) Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk
mengendalikan atau menjinakkan pikiran, perasaan, nafsu, dan
mental.
3) Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
4) Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk membina
hubungan dan menjalin kerjasama dengan orang lain.
Dari beberapa poin di atas, penulis menyimpulkan tentang definisi
31
individu untuk mengendalikan atau menjinakkan pikiran, perasaan,
nafsu, dan mental guna kaitannya untuk menyesuaikan diri dengan
orang lain serta untuk membina hubungan dan menjalin kerjasama
dengan orang lain. Membina hubungan dengan orang lain ini
diantaranya yaitu mampu memahami perasaan orang lain.
Kecerdasan emosional ini memiliki beberapa manfaat dalam
kehidupan. Beberapa manfaat dari memiliki kecerdasan ini antara lain
sebagai berikut:
1) Kecerdasan emosi membuat seseorang tidak terjebak dalam
kecemasan dan depresi.
2) Kecerdasan emosi memunculkan perilaku altruisme atau empati.
3) Kecerdasan emosi menumbuhkan optimisme.
Sedangkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan diri yang
memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di
balik kejadian tertentu. (Muhaimin, 2010:31)
Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual mempunyai ciri-ciri
berikut:
1) Memiliki kesadaran yang tinggi.
2) Memiliki kualitas hidup yang bersumber pada visi masa depan dan
pedoman nilai-nilai kebenaran yang kokoh.
3) Memiliki kemampuan untuk menghindari hal-hal yang tidak
penting.
32 hidup.
5) Memiliki kemampuan untuk mendorong atau berbuat baik kepada
orang lain. (Syarbini, 2010:81)
Kecerdasan spiritual ini memiliki beberapa manfaat dalam
kehidupan. Beberapa manfaat ketika seseorang memiliki kecerdasan ini
antara lain sebagai berikut:
1) Menjadikan diri tidak dipenjara oleh egoisme yaitu suatu
kekeliruan yang membuat kita egois, cinta materi, serba aku.
2) Membuat seseorang berbaik sangka kepada orang lain.
3) Membantu seseorang meyakini lebih dalam ajaran agamanya.
4) Membantu seseorang menghadapi masalah, baik dan jahat,
hidup dan mati, serta asal usul sejati dari penderitaan dan
keputusaan. (Nasution, 2009:6)
Kecerdasan emosional spiritual adalah gabungan dari dua
kecerdasan diri, yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Sementara Ary Ginanjar menuliskan tentang kecerdasan emosional
spiritual adalah bagaimana bisa mengatur tiga komponen, yaitu iman,
islam, dan ihsan dalam keselarasan dan kesatuan tauhid. (Agustian,
2010:xv)
Ciri-ciri dari orang yang memiliki kecerdasan emosional spiritual
adalah adanya sebuah konsistensi (istiqamah), kerendahan hati
33
keikhlasan (sincerity), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun),
integritas dan penyempurnaan (ihsan). (Agustian, 2010:276)
Dari penjelasan tersebut, penulis merumuskan beberapa indikator
untuk mengukur tingkat kecerdasan emosional spiritual. Indikator
tersebut antara lain yaitu:
1) Berlaku rendah hati di hadapan orang lain:
a) Bertegur sapa ketika bertemu orang lain.
b) Mendengarkan dan menghargai orang lain yang sedang
berbicara atau berpendapat.
2) Bertawakkal kepada Allah dalam menyelesaikan masalah:
a) Menambah amal ibadah, doa, dan usaha ketika ada masalah.
b) Menyerahkan hasil usaha kepada Allah SWT.
3) Melakukan kebaikan dengan tulus:
a) Tidak mengharapkan imbalan atau pujian dalam melakukan
sesuatu.
b) Membantu orang tua meskipun tidak diminta.
4) Melaksanakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh:
a) Belajar dengan serius meskipun tidak dalam masa ujian.
b) Membantu orang lain dengan maksimal, tidak
34
3. Cara Mengembangkan Multiple Intelligence
a. Kecerdasan matematika dan logika
Sujiono dan Sujiono (2004:288-290) menguraikan cara
mengembangkan kecerdasan logika matematika pada anak adalah
sebagai berikut:
1) Menyelesaikan puzzle, permainan ular tangga, domino, dan
lain-lain. Permainan ini akan membantu anak dalam latihan mengasah
kemampuan memecahkan berbagai masalah dengan menggunakan
logika.
2) Mengenal bentuk geometri, dapat dimulai dengan kegiatan
sederhana sejak anak masih bayi, misalnya dengan menggantung
berbagai bentuk geometri dalam berbagai warna di atas tepat tidur
maupun di ruang belajar atau kelas pada anak usia sekolah.
3) Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu.
4) Eksplorasipikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan,olan
rdengan obr ngan, misalnya mengaitkan pola hubungan sebab
akibat atau perbandingan, permainan tebak-tebakan angka, dan
sebagainya.
5) Pengenalan pola, permainan penyusunan pola tertentu dengan
menggunakan kancing warna-warni, pengamatan atas kejadian
sehari-hari sehingga anak dapat mencerna dan memahaminya
35
6) Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika,
dapat mengikutsertakan anak belanja, membantu mengecek barang
yang sudah masuk dalam kereta belanjaan, mencermati berat ukuran
barang yang kita beli, memilih dan mengelompokkan sayur-mayur
maupun buah yang akan dimasak oleh ibu di dapur.
b. Kecerdasan bahasa atau linguistik
Sujiono dan Sujiono (2004:285-288) menguraikan bahwa materi
program dalam kurikulum yang mengembangkan keceerdasan
linguistik, antara lain pengenalan abjad, bunyi, ejaan, membaca,
menulis, menyimak, berbicara atauberdiskusi dan menyampaikan
laporan secara lisan, serta bermain games atau mengisi teka-teki silang
sederhana.
Kiat untuk mengembangkan kecerdasan linguistik pada anak
sejak usia dini, antara lain dapatdilakukan dengan cara-cara berikut ini:
1) Mengajak anak berbicara sejak bayi, anak memiliki pendengaran
yang cukup baik sehinggasangat dianjurkan sekali berkomunikasi
dan menstimulasi anak dengan mengajaknya berbicara.
2) Membacakan cerita atau mendongeng sebelum tidur atau dapat
dilakukan kapan saja sesuai situasi dan kondisi.
3) Bermain mengenalkan huruf abjad dapat dilakukan sejak kecil,
seperti bermain huruf-huruf sandpaper (amplas), anak belajar
mengenali huruf dengan cara melihat dan menyentuhnya, di
36
atau guru. Seiring dengan pemahaman anak akan huruf dan
penggunaannya, yaitu dengan bermain kartu bergambar berikut
kosa katanya.
4) Merangkai cerita, sebelum dapat membaca tulisan, anak-anak
umumnya gemar “membaca gambar”. Berikan anak potongan
gambar dan biarkan anak mengungkapkan apa yang ia pikirkan
tentang gambar itu.
5) Berdiskusi tentang berbagai hal yang ada di sekitar anak. Bertanya
tentang yang ada di lingkungan sekitar, misalnya mungkin anak
mempunyai pendapat sendiri tentang binatang peliharaan rumah.
Apapun pendapatnya, orang dewasa harus menghargai isi
pembicaraannya.
6) Bermain peran, ajaklah anak melakukan suatu adegan seperti yang
pernah ia alami, misalnya saat berkunjung ke dokter. Bermain
peran ini dapat membantu anak mencobakan berbagai peran sosial
yang diamatinya.
7) Memperdengarkan dan perkenalkanlah laguanak-anak, ajaklah
anak ikut bernyanyi dengan penyanyi yang mendendangkan lagu
dari kaset yang diputar. Kegiatan ini sangat menggembirakan anak,
selain mempertajam pendengaran anak, memperdengarkan lagu
juga menuntut anak untuk menyimak setiap lirik yang dinyanyikan
yang kemudian anak menirukan lagu tersebut dan juga menambah
37 c. Kecerdasan musikal
Sujiono dan Sujiono (2004:298-300) menguraikan cara
mengembangkan kecerdasan musikal pada anak berikut ini:
1) Beri kesempatan pada anak untuk melihat kemampuan yang ada
pada diri mereka, buat mereka lebih percaya diri. Misalnya,
langkah pertama beri pertanyaan “siapa yangsuka musik?”dan
selanjutnya “siapa yang suka memainkan alat musik dan
bernyanyi?” setelah itu kembangkan pemahaman anak tentang
musik.
2) Buatlah kegiatan-kegiatan khusus yang dapat dimasukan dan
dikembangkan dalam kecerdasan musikal, misalnya “career
day”di mana para musisi para musisi profesional menceritakan
“kecerdasan musiknya”, karya wisata di mana anak diajak ke
stasiun radio untuk memutarkan lagu-lagu, biografi dari musisi
terkenal, paduan suara, dan lain-lain.
3) Pengalaman empiris yang praktis, buatlah penghargaan terhadap
karya-karya yang dihasilkan anak, seperti buat rak pameran seni
atau buat pentas seni.
4) Ajak anak menyanyikan lagu-lagu dengan syair sederhana dengan
irama dan birama yang mudah diikuti.
Stimulasi untuk kecerdasan musikal, antara lain dengan:
1) Meminta anak menciptakan sendiri lagu-lagu, rap, atau senandung.
38
makna dari yang mereka pelajari, lengkapi dengan alat musik atau
perkusi.
2) Diskografi, mencari lagu, lirik, atau potongan lagu dan
mendiskusikan pesan yang ingin disampaikan dari lagu tersebut.
3) Konsep musikal, nada musik yang digunakan sebagai alat kreatif
untuk mengekspresikan konsep, pola, atau skema pelajaran.
4) Musik suasana, gunakan rekaman musik yang membangun suasana
hati yang cocok untuk pelajaran atau unit tertentu.
d. Kecerdasan visual spasial
Sujiono dan Sujiono (2004:292-295) menguraikan bagaimana
cara mengembangkan kecerdasan visual spasial pada anak sebagai
berikut:
1) Mencoret-coret, untuk mampu menggambar, anak memulainya
dengan tahapan mencoret terlebih dahulu. Pada dasarnya kegiatan
mencoret yang sejak dini merupakan sarana anak mengekspresikan
diri. Kegiatan ini dalam melatih koordinasi tangan, mata anak.
2) Menggambar dan melukis. Biarkan anak menggambar atau melukis
apa yang ia inginkan sesuai imajinasi dan kreativitasnya karena
menggambar dan melukis merupakan ajang bagi anak untuk
mengekspresikan diri.
3) Kegiatan membuat prakarya atau kerajinan tangan menuntut
39
anak pun terlatih karenanya. Selain itu dapat membangun
kepercayaan diri anak.
4) Mengunjungi berbagai tempat, dapat memperkaya pengalaman
visual anak, seperti mengajaknya ke museum, kebun binatang, dan
lainnya.
5) Melakukan permainan konstruktif dan kreatif, sejumlah permainan
seperti membangun kontruksi dengan menggunakan balok, mazes,
puzzle dan lain sebagainya.
6) Mengatur dan merancang. Kejelian anak untuk mengatur dan
merancang, juga dapat diasah dengan mengajaknya dalam kegiatan
mengatur ruang kelas, ruang di rumah, seperti latihan menata
tempat tidurnya. Kegiatan ini juga melatih anak untuk
meningkatkan kepercayaan diri anak, bahwa ia mampu memutuskan
sesuatu.
e. Kecerdasan kinestetik
Sujiono dan Sujiono (2004:290-292) menguraikan cara
menstimulasi kecerdasan fisik pada anak, antara lain sebagai berikut:
1) Menari. Anak-anak pada dasarnya menyukai musik dan tari. Untuk
mengasah kecerdasan fisik ini dapat dilakukan dengan mengajak
anak untuk menari bersama karena menari menuntut
keseimbangan, keselarasan gerak tubuh, kekuatan, dan kelenturan
40
2) Bermain peran/drama. Melalui kegiatan bermain peran, kecerdasan
gerakan tubuh anak juga dapat terangsang. Kegiatan ini menuntut
bagaimana anak menggunakan tubuhnya menyesuaikan dengan
perannya, bagaimana ia harus berekspresi, termasuk juga gerakan
tangan. Kemampuan sosialisasinya pun berkembang karena ia
dituntut dapat bekerja sama dengan orang lain.
3) Latihan ketrampilan fisik. Berbagai latihan fisik dapat membantu
meningkatkan ketrampilan motorik anak, tentunya latihan tersebut
disesuaikan dengan usia anak. Misalnya, aktivitas berjalan di atas
papan titian. Aktivitas ini dapat dilakukan saat anak berusia 3-4
tahun. Selain melatih kekuatan otot, aktivitas ini juga melatih untuk
belajar keseimbangan.
4) Olahraga. Berbagai kegiatan olahraga dapat meningkatkan
kesehatan dan juga pertumbuhan. Olahraga harus dilakukan sesuai
dengan perkembangan motorik anak, seperti berenang, sepak bola
mini, main tenis, bulu tangkis ataupun senam. Seluruh cabang
olahraga pada dasarnya merangsang kecerdasan gerakan tubuh,
mengingat hampir semuanya menggunakan anggota tubuh.
f. Kecerdasan interpersonal
Sujiono dan Sujiono (2004:297-298) menguraikan bahwa cara
mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak, yakni:
1) Mengembangkan dukungan kelompok
41
3) Memberi kesempatan bertanggung jawab di rumah
4) Bersama-sama menyelesaikan konflik
5) Melakukan kegiatan sosial di lingkungan
6) Menghargai perbedaan pendapat antara anak dengan teman
sebayanya
7) Menumbuhkan sikap ramah dan memahami keragaman budaya
lingkungan sosial
8) Melatih kesabaran menunggu giliran
9) Berbicara serta mendengarkan pembicaraan orang lain terlebih
dahulu
g. Kecerdasan intrapersonal
Sujiono dan Sujiono (2004:295-297) menguraikan cara
mengembangkan kecerdasan intrapersonal pada anak sebagai berikut:
1) Menciptakan citra diri positif, “aku anak baik”, “saya anak yang
rajin membantu ibu”, dan lain-lain.
2) Pendidik dapat memberikan self image citra diri yang baik pada
anak yaitu dengan menampilkan sikap yang angat namun tegas
sehingga anak tetap dapat memiliki sikap hormat.
3) Ciptakan suasana serta situasi dan kondisi yang kondusif di rumah
dan sekolah yang mendukung pengembangan kemampuan
intrapersonal dan penghargaan diri anak.
4) Menuangkan isi hati dalam jurnal pribadi, setiap anak tentu
42
Agar anak terbiasa dan mampu mencurahkan isi hatinya, beri
kegiatan semisal mengisi buku harian. Anak dapat menuangkan isi
hatinya dalam bentuk tulisan maupun gambar.
5) Bercakap-cakap memperbincangkan kelemahan, kelebihan dan
minat anak. Pendidik dapat menanyakan pada anak dengan suasana
santai, hal-hal apa saja yang ia rasakan sebagai kelebihannya dan
dapat ia banggakan, serta kegiatan apa yang saat ini ia minati.
Bantu anak untuk menemukan kekurangan dirinya, semisal
sikap-sikap negatif yang sebaiknya diperbaiki.
6) Membayangkan diri di masa datang, lakukan perbincangan dengan
anak semisal anak ingin seperti apabila besar nanti, dan apa yang
akan dilakukan bila dewasa nanti.
7) Mengajak berimajinasi jadi tokoh sebuah cerita. Biar anak berperan
menjadi salah satu tokoh cerita yang tengah digemari.
h. Kecerdasan naturalis
Sujiono dan Sujiono (2004:300-301) menguraikan cara
mengembangkan kecerdasan naturalis pada anak, yaitu:
1) Beri kesempatan pada anak didik untuk mengetahui kemampuan
yang ada pada dirinya.
2) Ceritakan “kondisi akhir” sebagai keteladana dan inspirasi bagi
mereka.
3) Buatlah kegiatan-kegiatan khusus yang dapat dimasukkan ke dalam
43
hewan dan ahli binatang menceritakan tentang kecerdasan
naturalisnya.
4) Karya wisata ke kebun binatang, pengalaman empiris praktis,
misalnya mengamati alam dan makhluk hidup.
i. Kecerdasan emosional spiritual
Sujiono dan Sujiono (2004:122) menguraikan bahwa cara untuk
mengembangkan kecerdasan ini pada anak antara lain:
1) Melalui teladan dalam bentuk nyata yang diwujudkan perilaku baik
lisan, tulisan maupun perbuatan, melalui cerita atau dongeng untuk
menggambarkan perilaku baik buruk.
2) Mrngamati berbagai berbagai bukti-bukti kebesaran Sang Pencipta
seperti beragam binatang dan aneka tumbuhan serta kekayaan alam
lainnya.
3) Mengenalkan dan mencontohkan kegiatan keagamaan secara nyata.
4) Membangun sikap toleransi kepada sesama sebagai makhluk
ciptaan Tuhan.
Adapun program stimulasi untuk mengembangkan kecerdasan
spiritual pada anak usia dini dapat dilakukan melalui program
keteladanan dari orang tua atau orang dewasa sehingga anak terbiasa
untuk meniru perilaku baik yang dilihat, melalui program pembiasaan
agar anak-anak benar-benar dapat menginternalisasi suatu kegiatan,
melalui kegiatan spontan berupa pengawasan terhadap perilaku anak
44
memotivasi anak dalam melakukan berbagai kegiatan keagamaan dalam
kehidupan sehari-hari.
B.Anak Usia SD
1. Karakteristik Perkembangan Anak Usia SD
Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua yaitu
kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua,
dan tiga sedangkan kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam.
masa kelas-kelas rendah kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 dan 10
tahun. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10
tahun sampai umur 12 atau 13 tahun . Erikson (dalam Nana, 2003: 118)
menyebutkan pada tahap anak sekolah ini ditandai oleh kemampuan
menciptakan sesuatu dan rendah diri (industry-inferiorly).
Menurut Piaget (dalam Majid, 2014:7-8), kematangan
bio-psikologis seseorang memiliki tingkatan-tingkatan. Tingkatan
perkembangan intelektual memiliki ciri-ciri tersendiri, antara lain:
Tahap pra-operasional (2-7 tahun), tahap berpikir pra-konseptual
(2-4 tahun) yang ditandai dengan mulainya adaptasi terhadap simbol, mulai
dari tingkah laku berbahasa, aktivitas imitasi dan permainan. Kemudian
pada tahap berpikir intuitif (4-7 tahun)ditandai oleh berpikir pralogis yaitu
antara operasional konkret dengan prakonseptual. Pada tahap ini
perkembangan ingatan siswa didik sudah mulai mantap, tapi kemanapun
45
Perkembangan intelektual siswa sekolah dasar berada pada tahap
operasional konkret (7-11 tahun) yang ditandai oleh kemampuan berpikir
konkret dan mendalam, mampu mengklasifikasi dan mengontrol
persepsinya. Pada tahap ini, perkembangan kemampuan berpikir siswa
sudah mantap, kemampuan skema asimilasinya sudah lebih tinggi dalam
melakukan suatu koordinasi yang konsisten antar skema (Muhibin,
1995:67).
Berdasarkan tahapan tersebut, siswa sekolah dasar kelas I-VI
memiliki tingkatan intelektual operasional konkret dan siswa kelas enam
memiliki tingkatan operasional formal.
2. Cara Anak Belajar
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada
rentang usia tersebut anak mulai menunjukan perilaku belajar sebagai
berikut:
a. Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek
situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur
secara serentak.
b. Mulai berpikir secara operasional.
c. Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan
benda-benda.
d. Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan,
prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan