• Tidak ada hasil yang ditemukan

TPI542015 BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF KOLEKTIF DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TPI542015 BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF KOLEKTIF DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI TAHUN 2015"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BANTUAN PENELITIAN KOMPETITIF KOLEKTIF

DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM

KEMENTERIAN AGAMA RI

TAHUN 2015

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI CIPP

(

CONTEXT INPUT PROCESS AND PRODUCT

) PADA

PROGRAM MA’HAD ALY DI PERGURUAN TINGGI

KEAGAMAAN ISLAM NEGERI

Disusun Oleh:

(2)

ii

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan model pengembangan evaluasi program pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), (2) menghasilkan teknik pelaksanaan evaluasi program pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), dan (3) menghasilkan struktur komponen dan indikator model evaluasi pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D) dengan menggunakan sembilan langkah dari 10 langkah model Borg dan Gall. Lokasi penelitian di Mahad Aly UIN Malang, dan Mahad Aly IAIN Salatiga. Subjek uji coba terdiri dari; pengelola, unsur pimpinan, dan mahasantri. Komponen model evaluasi yang digunakan adalah model evaluasi Stufflebeam (CIPP). Teknik pengumpul data yang digunakan adalah Delphi, FGD, kuesioner, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

Model evaluasi program ma‟had Aly agar dapat meningkatkan kualitas program pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) antara lain; Perbaikan sarana belajar, Perbaikan sarana, sarana, Perbaikan Kinerja dan pendampingan. Teknik pelaksanaan evaluasi yang tepat pada program pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) adalah; Teknik pemeliharaan hafalan, Teknik keberlangsungan alumni peserta

ma‟had, Kaderisasi – Regenerasi, Ilmuwan ulama dan ulama yang ilmuwan. Struktur

komponen dan indikator model evaluasi sebagai acuan penyusunan instrumen evaluasi program pembelajaran pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yakni; Aspek Context terdiri atas kelengkapan dan kejelasan visi ma‟had, kelengkapan dan kejelasan misi ma‟had, kelengkapan dan kejelasan tujuan ma‟had, ketersambunagn antara materi ma‟had dengan tujuan

PTKIN, Saling mendukung antara materi ma‟had dengan program PTKIN. Aspek

Input meliputi; kriteria calon peserta mahad, entri behavior peserta mahad, konsentrasi terhadap materi ma‟had, Respon positif terhadap proses pembelajaran, Kreatif dalam proses pembelajaran. Aspek Proses meliputi pelaksanaan kegiatan di

ma‟had, penggunaan dan keragaman model pembelelajaran, evaluasi berjalan dengan

efektif dan aktif, materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum. Aspek Product

meliputi; kemampuan yang diharapkan setelah mengikuti program ma‟had, ada respon positif dari masyarakat, terlihat jelas hasil dari alumni ma‟had, materi ma‟had menjadi model bagi pengembangan PTKIN, kemampuan bahasa asing meningkat

(3)
(4)
(5)

v

Segala puji syukur ALHAMDULILLAH hanya peneliti haturkan kepada Allah SWT (RABB) atas selesainya penyusunan laporan Akhir Penelitian dengan judul Pengembangan Instrumen Evaluasi CIPP (Context Input Process and Product) pada Program Ma’had Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri pada Program Bantuan Peningkatan Mutu Penelitian Kompetitif Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Tahun Anggaran 2015 Berdasarkan SK Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor; 4692 Tahun 2015

Dalam kesempatan ini, Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Amsal Bakhtiar Selaku Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI yang telah memberi dan menerbitkan Surat Keputusan (SK) tentang Penerima Bantuan Peningkatan Mutu Penelitian tahun 2015 untuk penelitian ini sehingga penelitian ini bisa dilaksanakan.

2. Bapak Dr. Mamat S. Burhanuddin, M. Ag., Bapak Anis Masykur, MA dan segenap jajaran Subdit Penelitian, Publikasi Ilmiah dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI yang telah membantu spirituil dan materiil dalam penelitian ini sehingga penelitian ini bisa berjalan dengan baik dan selesai tepat pada waktunya dengan hasil yang memuaskan.

3. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M. Ag. Sebagai segenap jajaran LP2M IAIN Salatiga dan jajaran pengurus yang telah membantu mengeluarkan surat pengantar penelitian ke lembaga Ma‟had yang digunakan sebagai lokasi penelitian sehingga penelitian ini bisa berjalan sesuai rencana dan berjalan dengan baik

4. Dr. Winarno, S. Si, M. Pd, Selaku anggota tim penelitian yang telah bekerja keras sehingga penelitian ini selesai tepat waktu

5. Para pakar FGD yang telah membantu dalam membuat instrumen penelitian yang menjadi tujuan utama penelitian ini

6. Segenap pengelola, pengurus serta mahasantri ma‟had UIN Malang dan ma‟had IAIN Salatiga yang telah membantu dalam pengambilan data penelitian ini 7. Fahroni, Budi Ani Fatmawati, dan Nailul Muna sebagai Mahasiswa S2 IPDI

selaku petugas lapangan penelitian.

8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu menyelesaikan laporan penelitian ini.

Semoga berbagai amal kebaikan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah S.W.T.

Hormat kami An. Ketua Tim

TTD

(6)

vi

2. Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Program Model CIPP

D. Ma‟had Aly

A.Jenis dan Pendekatan penelitian B. Prosedur Pengembangan

C.Teknik Pengumpulan Data

D.Metode Pengumpulan Data Penelitian E. Analisis Data Dan Pembahasan

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10.

Pakar Dalam Teknik FGD Dan Uji Keterbacaan Instrumen Goodness of Fit Index

Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Waktu kegiatan di ma‟had

Kegiatan rutin ma‟had tiap minggu Jadwal Harian Msaa

Instrumen penelitian

Instrumen penelitian hasil uji coba lapangan utama Instrumen penelitian pada uji coba lapangan operasional Rata-Rata Hasil Penelitian

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Gambar 2.

Langkah –langkah penelitian R & D pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and

Product) pada Program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi

Keagamaan Islam Negeri

Sturuktur Organisasi dan Tugas Pokok pengelola ma‟had

7

(9)

1 menyelenggarakan program akademik, vokasi, dan profesi berbentuk universitas, institut , atau sekolah tinggi. Adapun penjelasan dari pasal 20 ayat 1 adalah pendidikan diniyah jenjang pendidikan tinggi antara lain Ma‟had Aly. Ma‟had Aly menjadi salah satu fenomena penting karena Ma‟had Aly di perguruan tinggi memadukan kajian keislaman di pesantren yang secara khusus mengkaji khazanah keislaman klasik dengan diperkaya materi keilmuan kontemporer.

Ma‟had Aly dibentuk dalam rangka mempersiapkan kader-kader ulama

yang memiliki integritas ilmiah, amaliah dan khuluqiyah yang berkualitas dan memiliki nilai strategis dengan berorientasi keadilan, kesetaraan, keterbukaan, kejujuran, kepercayaan, dan kerakyatan. Ma‟had Aly berdasarkan Ahlus Sunah Wal Jamaa‟ah dengan dasar Islam dimaksudkan bahwa Ma‟had Aly diadakan, diselenggarakan, dan dikembangkan berangkat (point of depture) dari ajaran Islam, proses pengelolaannya secara islami dan menuju apa yang diidealkan oleh pendidikan yang islami1

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan IAIN Salatiga adalah dua Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri PTKIN yang sudah melengkapi sarana pendidikan dengan program Ma‟had al Aly sebagai upaya sarana pendidikan berupa ma‟had tersebut dimaksudkan agar mahasiswa berhasil membangun kultur akademik dan kehidupan Islami. Melalui ma‟had itu, para mahasiswa secara bersama-sama membiasakan kegiatan yang bernuansa akademik, seperti berdiskusi, membaca, menulis, dan bahkan juga belajar berorganisasi selama bertempat tinggal di tempat itu. Selain itu, dengan ma‟had, agar mereka membiasakan shalat berjama‟ah, tadarrus al Qur‟an, shalat malam dan seterusnya

Dalam evaluasi apabila sebuah program sudah dilaksanakan maka perlu dilakukan evaluasi program. Evaluasi program adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektifitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang diobservasi dengan menggunakan standard tertentu yang telah dibakukan.2

Tujuan Evaluasi program adalah “untuk meninjau kembali atas pencapaian tujuan dan untuk membantu memberikan alternatif berikutnya dalam pengambilan keputusan. Dengan melakukan evaluasi maka teridentifikasi semua hambatan, hasil evaluasi dijadikan alat rekomendasi untuk melakukan perbaikan, setelah perbaikan dari berbagai sektor maka hambatan telah dapat diselesaikan, jika hambatan telah dapat diselesaikan.

1 http;//www.nuruljadid,net/ndex.php co=f2034. Diakses 15 April 2015 2

Suharsimi Arikunto & Abdul Jabar. (2009). Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 14

(10)

2

Dalam evaluasi program terdapat beberapa model evaluasi program, salah satu diantaranya adalah model CIPP (Context, Input, Process and Product). Model CIPP oleh Stufflebeam disusun berdasarkan pada empat dimensi yakni:

context, input, process, dan product. Evaluasi konteks dilakukan untuk menjawab

pertanyaan: a) kebutuhan apa yang belum dipenuhi oleh kegiatan program; b) tujuan pengembangan mana yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan; c) tujuan mana yang paling mudah dicapai. Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, bagaiman prosedur kerja untuk mencapainya.3 Evaluasi proses menekankan tujuan dan evaluasi produk digunakan untuk membantu membuat keputusan, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.4

Survey awal telah peneliti lakukan dengan hasil sebagai berikut; 1. Kondisi keuangan dalam pengelolaan di ma‟had Aly UIN Malang muncul

permasalahan serius, 2. Kondisi lingkungan di ma‟had Aly IAIN Salatiga terdapat

perselisihan dengan warga kampung karena bau dan limbah.

Berdasar pada latar belakang di atas maka sangat penting dilakukan penelitian dengan judul Pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and Product) pada Program Ma’had Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri

B.Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana model evaluasi program ma‟had Aly agar dapat meningkatkan

kualitas program pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) ?

2. Bagaimana teknik pelaksanaan evaluasi program pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)?

3. Bagaimana struktur komponen dan indikator model evaluasi pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) ?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menghasilkan model evaluasi program ma‟had Aly agar dapat

meningkatkan kualitas program pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)

2. Menghasilkan teknik pelaksanaan evaluasi yang tepat pada program pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)

3. Menghasilkan struktur komponen dan indikator model evaluasi sebagai acuan penyusunan instrumen evaluasi program pembelajaran pengelolaan Mahad Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).

3 Suharsimi Arikunto. (1988). Penilaian program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara, 39 4

(11)

3

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat : 1. Manfaat teoritis

Menambah perbendaharaan hasil penelitian tentang Pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and Product) pada Program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri

2. Manfaat praktis

a. Bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri

Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam mengelola Ma‟had Aly agar lebih bermanfaat dalam membentuk karakter bangsa yang saat ini menjadi pekerjaan rumah dunia pendidikan di Indonesia

b. Bagi Direktorat Pendidikan Tinggi Agama Islam DIKTIS

Hasil penelitian ini bisa menjadi rujukan dala membuat kebijakan mengenai Ma‟had Aly untuk PTKIN agar pengelolaan Ma‟had Aly lebih baik di Indonesia

(12)

4

A.Pengembangan Instrumen

Instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.5 Sedangkan Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara bjektif.6 Sedangkan pendapat lain menyatakan instrumen adalah alat yang digunakan untuk merekam pada umumnya secara kuantitatif keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Pada atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan 7.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.

B.Evaluasi Program

Evaluasi adalah measurement, assesment and evaluation are hierarchical. The comparison of observation with the criterion is a measurement the interpretation and description of the evidence is an assessment and the

judgment of the value of implication of the behavior is an evaluation. Sedangkan

menurut Joint Committe on Standar Evaluation menyatakan bahwa evaluation is

the systematic assesment of the worth or merit of some object.8

Menurut Kufman and Thomas menyatakan bahwa evaluasi adalah proses yang digunakan untuk menilai. Pendapat lain mendefinisikan evaluasi dapat diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau standar objektif yang dievaluasi9.

Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja atau produktivitas suatu suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan mana yang belum.10 Evaluasi memberikan informasi bagi kelas dan pendidik untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Evaluasi sebagai komponen pengajaran adalah proses untuk mengetahui keberhasilan program pengajaran dan merupakan proses penilaian yang bertujuan untuk mengetahui kesukaran-kesukaran yang melekat pada proses belajar 11.

Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, selanjutnya menyajikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan terhadap implementasi dan efektifitas suatu program.

5 Suharsimi Arikunto. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 134

6 Ibnu Hadjar.(1996).Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan.Jakarta:RajaGrafindo Persada, 160 7 Sumadi Suryabrata. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 52

8 Stufflebeam, D.L. (1971). Evaluation as enlightment for decisión making. Columbus, Ohio: Ohio State University, 3 9 Djaali, Puji Mulyono dan Ramly. (2000). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta PPs UNJ, 3

10 Djemari Mardapi. (2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press, 19 11

(13)

5

Ralp Tyler,1950 mendefinisikan bahwa evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan program sudah dapat terealisasi. Pendapat lain menyatakan Evaluasi program adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektifitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang diobservasi dengan menggunakan standard tertentu yang telah dibakukan12. Dari berbagai definisi tersebut di atas, dapat diintisarikan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi program adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu program pemerintah, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif atau pilihan yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

C.Model CIPP

Model evaluasi adalah model desain evaluasi yang dibuat oleh para ahli/pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya. Model ini dianggap model standar. Disamping itu ahli evaluasi yang membagi evaluasi sesuai dengan misi yang akan dibawakanya serta kepentingan atau penekannya atau dapat juga disebut sesuai dengan paham yang dianut yang disebut pendekatan atau approach.

1. Pengertian Model Evaluasi CIPP

Model ini menggunakan pendekatan yang berorientasi pada pemegang keputusan (a decision oriented evaluation approach structured) untuk menolong administrator dalam membuat keputusan. Merumuskan evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Membuat pedoman kerja untuk melayani para manajer dan administrator menghadapi empat macam keputusan pendidikan, membagi evaluasi menjadi empat macam, yaitu :

a. Contect evaluation to serve planning desicion, konteks evaluasi ini

membantu merencanakaan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program.

b. Input evaluation, structuring desicion, evaluasi ini menolong mengatur

keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

c. Process evaluation, to serve implementing desicion, evaluasi proses untuk

membantu mengimplementasikan keputusan sampai sejauhmana rencana telah dapat diterapkan? apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut terjawab prosedur dapat dimonitor, dikontrol dan diperbaiki.

d. Product evaluation, to serve recycling desicion, evaluasi produk untuk

menolong keputusan selanjutnya, apa hasil yang telah dicapai? apa yang dilakukan setelah program berjalan.13

2. Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Program Model CIPP

12 Suharsimi Arikunto. (1988). Penilaian program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara, 25 13

(14)

6

Dibandingkan dengan model-model evaluasi program yang lain, model CIPP memiliki kelebihan antara lain lebih komprehensif atau lengkap menjaring informasi karena obyek evaluasi tidak hanya hasil semata tetapi mencakup: konteks, masukan (input), proses, maupun hasil. Kelengkapan informasi yang dihasilkan oleh model CIPP akan mampu memberikan dasar yang lebih baik dalam mengambil keputusan, kebijakan maupun penyusunan program selanjutnya. Keterbatasan model CIPP antara lain: penerapan model in dalam program mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika tanpa kombinasi dari keempat komponen14.

D.Ma’had Aly

Kata Ma‟had Aly secara etimologi berarti pesantren tinggi atau dengan kata lain setingkat dengan perguruan tinggi. Penamaan ma‟had untuk bangunan tempat tinggal mahasiswa dikarenakan ingin memberikan kesan yang berbeda. Menurut Imam Suprayoga, “asrama” berkonotasi hanya sebagai tempat pindah tidur bagi mahasiswanya. Tidak juga dinamakan dengan “pondok pesantren (ponpes)”. Walaupun secara budaya, term “ma‟had” dapat mengacu pada “ponpes”. Penamaan istilah ini lebih ditekankan bahwa “ma‟had” itu bukan hanya sekedar “ponpes”, tempat mengaji kitab klasik. Namun lebih dari itu, yaitu kolaborasi antara sistem salafi dengan sistem modern.15

Munculnya Ma‟had Aly dilatarbelakangi oleh langkanya pendidikan

formal yang secara khusus mencetak ulama dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan, meskipun banyak perguruan tinggi Islam. Seperti diketahui seiring dengan perubahan modernisasi, kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia terus berubah dan berdampak pada pola keberagaman yang lebih rasional dan fungsional. Sebagai implikasi dari hal tersebut, adalah otoritas keulamaan harus berhadapan dengan aneka tuntutan masyarakat pada sebuah perikehidupan yang cenderung pragmatis. 16

(15)

7

Jenis penelitian ini adalah penelitian menggunakan pendekatan Research

and Development (R&D) Penelitian pengembangan memiliki karakteristik

sebagai berikut: 1). Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap kualitas pembelajaran. 2). Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi mahasiswa. 3). Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik. 4). Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.

B.Prosedur Pengembangan

Langkah-langkah prosedur pengembangan instrumen evaluasi program pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and Product)

pada program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri

menggunakan 9 langkah dari 10 langkah model Borg & Gall seperti Gambar 1 berikut ini.

Research and information collecting (Mencari referensi instrumen evaluasi CIPP)

Planning. (Merancang produk menggunakan flowchart)

mination and implementation. (mempublikasi hasil product

Operatioanl field testing (melakukan ujicoba skala besar)

Main product revision (memperbaiki produk setelah ujicoba pakar)

Operational product revision (memperbaiki sesuai masukan uji coba)

main field testing (melakukan uji coba produk skala kecil)

Gambar 1. Langkah –langkah penelitian R & D pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and Product) pada Program Ma‟had Aly di

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri

Berdasar pada Gambar 1 di atas, langkah-langkah penelitian dijabarkan sebagai berikut.

(16)

8 waktu penelitian, penulisan draf awal;

3. Pengembangan bentuk produk awal berupa bentuk penyusunan instrumen, bentuk model evaluasi, dan panduan penggunaan model evaluasi, dengan subjek uji coba sebanyak 4 orang uji subjek yang terdiri atas 2 orang pakar evaluasi, 2 orang pakar pengelolaan Ma‟had.

Kegiatan dilakukan pada Kamis, hari dan tanggal yakni; Kamis, 12 Nopember 2015, waktu ; 09.00 – 12.00, tempat ; Gedung Pascasarjana IAIN Salatiga dengan personal seperti tabel berikut;

Tabel 1.

Pakar Dalam Teknik FGD Dan Uji Keterbacaan Instrumen

NO NAMA KEAHLIAN

1. Peni Susapti, M. Si Pengukuran

2. Fatkhurrohman, M. Pd Metodologi

3. Imam Masarum, M. Pd. Bahasa Indonesia

4. Revisi produk, dilakukan perbaikan sebagaimana yang telah diusulkan oleh hasil uji lapangan pendahuluan;

5. Uji coba lapangan utama/diperluas dilakukan di satu Ma‟had Aly yaitu

yang terdiri atas 2 orang pimpinan ma‟had, 4 orang dosen pembimbing

ma‟had, dan 10 orang santri ma‟had.;

Kegiatan ini telah dilakukan pada hari, tanggal yakni; Kamis, 19 Nopember 2015, waktu ; 09.00 – 12.00, tempat ; Gedung Pascasarjana IAIN Salatiga dan Ma‟had Al Jami‟ah UIN Malang dengan teknik Delphi. 6. Revisi produk, melakukan perbaikan instrumen berdasarkan masukan

dan saran sebagaimana diusulkan oleh hasil uji lapangan utama;

7. Uji coba lapangan operasional dilakukan di 2 Ma‟had Aly yaitu Ma‟had

Aly UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan Ma‟had Aly IAIN Salatiga.

Subjek uji coba terdiri atas pimpinan dan pengelola ma‟had sebanyak 4 orang, 6 dosen pembimbing Ma‟had Aly, dan santri 20 orang.

Kegiatan ini sudah dilakukan pada hari, tanggal yakni; Sabtu, 21 Nopember 2015, waktu ; 09.00 – 12.00, tempat ; Gedung Pascasarjana IAIN Salatiga dan Ma‟had Al Jami‟ah UIN Malang dengan teknik Delphi 8. Revisi produk akhir, melakukan perbaikan sebagaimana yang diusulkan

dalam uji lapangan operasional, yaitu melakukan perbaikan dan penyempurnaan akhir pada instrumen model yang dikembangkan sehingga menjadi produk akhir hasil dari pengembangan (final product). Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data tersebut memberi gambaran tentang pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and Product) pada program Ma‟had Aly

(17)

9

instrumen angket/kuesioner teknik Delphi merupakan pendapat dari para pakar dan para praktisi untuk membuat judgement berupa hasil kesepakatan tentang konseptualisasi pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context Input

Process and Product) pada Program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi

Keagamaan Islam Negeri. Kuesioner juga digunakan untuk menjaring data tentang perencanaan program, pelaksanaan program, dan hasil dari pelaksaan program melalui pimpinan ma‟had, dosen dan santri. Data kualitatif diperoleh dari hasil data dokumentasi ma‟had, studi observasi, wawancara, penilaian pengamatan langsung di ruang dan kelas ma‟had. Seluruh data yang berhasil dihimpun akan diolah guna untuk membuat keputusan tentang status program apakah akan diputuskan program tetap berjalan, dihentikan atau dimodifikasi dan juga untuk menentukan rekomendasi untuk Ma‟had Aly.

C.Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpul data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui beberapa teknik diantaranya: kurang cocok, dan tidak cocok. Selain menggunakan pilihan jawaban tersebut para pakar juga diminta usulan, saran, dan pendapat pada lembar asulan, saran, dan pendapat;

2. Teknik FGD, teknik ini merupakan metode partisipasi dalam pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan dan kebutuhan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi secara kelompok dan untuk mendapatkan kesepakatan bersama. FGD dapat digunakan sebagai alat pengumpul data atau merupakan strategi penelitian;

3. Uji keterbacaan instrumen hasil pengembangan instrumen evaluasi CIPP

(Context Input Process and Product) pada program Ma‟had Aly di

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri difokuskan pada penilaian: (a) kejelasan indikator pengelolaan ma‟had , (b) kejelasan indikator kecakapan individu, (c) kejelasan indikator sikap sosial, (d) penggunaan bahasa Indonesia secara baku, (e) perumusan pertanyaan, dan (f)

(18)

10

5. uji coba kedua dalam skala lebih besar melibatkan satu Ma‟had Aly

untuk menguji perangkat evaluasi, model evaluasi, dan panduan evaluasi;

D.Metode pengumpulan data penelitian

Metode instrumen pengumpulan data menggunakan beberapa macam; 1. Angket/kuesioner, teknik ini dapat memberikan informasi penting dan

jelas tentang kualitas, nilai atau keefektifan program. Dalam penelitian ini metode angket/kuisioner digunakan untuk menjaring sikap responden tentang komponen Ma‟had Aly. Kuesioner diisi oleh pimpinan ma‟had, dosen pembimbing ma‟had, dan santri untuk dimudahkan dalam menjawab karena sudah disiapkan jawaban tinggal memilih yang dirasa tepat;

2. Observasi, observasi bertujuan untuk melakukan pengamatan dan proses pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and

Product) pada program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan dapat mengungkap hal yang masih tersembunyi, yang masih tertutup pada saat melakukan observasi. Tujuan wawancara adalah memberi kebebasan kepada pimpinan, guru dan santri untuk mengungkap informasi hingga informasi tersulit akan dapat dijelaskan;

4. Dokumentasi, metode ini digunakan untuk menggali informasi melalui dokumen Ma‟had Aly. Data hasil penelitian dianalisis dengan cara mengorgasasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola.

E.Analisis data penelitian

Data dibagi menjadi dua yaitu kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.18 Adapun tahapan-tahapan dapat dilihat sebagai berikut.

1. Analisis data secara kuantitatif, data yang terkumpul dianalisis dengan Exploratory Factor Analysis (EFA) dengan menggunakan bantuan program SPSS 10.0. Variabel laten dibentuk berdasarkan konsep teoretis dengan beberapa indikator/manifest. Tujuan penggunaan EFA ini adalah untuk menguji apakah konstruk yang telah dibentuk dapat dijelaskan oleh indikatornya atau tidak. Apabila indikator-indikator tersebut dapat menjelaskan konstruk atau variabelyang ada,

18

(19)

11

maka kebenaran tersebut ditunjukkan pada nilai loading factor yang tinggi. Setiap butir harus memiliki muatan lebih besar dari 0,3 (>0,3), demikian juga sebaliknya jika butir tersebut memiliki muatan lebih kecil dari 0,3 (<0,3) maka butir tersebut dinyatakan tidak valid, maka harus dibuang atau gugur. Konstruk diuji dengan melihat nilai Kaiser Mayer Olkin (KMO) diharapkan 0,5 (> 0,5). Analisis menggunakan EFA untuk menguji validitas pada uji coba kedua dan digunakan untuk uji normalitas konstruk sebelum dianalisis menggunakan CFA pada uji coba ketiga.

2. Reliabilitas dilihat dari nilai alphanya jika nilai alpha > 0,7 maka instrumen dianggap reliabel dan jika kurang dari 0,7 dianggap tidak reliabel. Pengujian menggunakan Cronbach Alpha digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen pada uji coba kedua dan ketiga.

3. Hasil uji coba ketiga data dianalisis menggunakan metode CFA dengan tujuan untuk melihat validitas dari masing-masing instrumen yaitu konteks, input, proses, dan produk. Analisis menggunakan CFA validitas dilihat dari nilai t (t-value), muatan faktor dilihat dari nilai alpha, jika nilai alpha> 0,03 (tarap signifikan 5 %) dibanding dengan nilai t tabel 1,96 maka butir dinyatakan valid. Valid dapat dibuktikan pada diagram path ditunjukkan dengan tulisan angka hitam, semakin besar nilai t hitung maka semakin valid. Jika nilai alpha tertulis merah maka dinyatakan bahwa butir tersebut tidak valid sehingga harus di-drop. 4. Uji kecocokan model antara lain dilihat RMSEA harus dibawah 0,08

dan GFI harus lebih besar dari 0,90. Uji kecocokan antara model teoretis dan model empiris didasarkan pada empat kategori; (1) Chi-Square, (2) Signifikan Probablity,(3) Root Mean Square of Error Approximation (RMSEA), dan Goodness of Fit Index (GFI), Standar yang digunakan dapat dilihat pada tabel nomor 2 berikut ini.

Tabel 2. Goodness of Fit Index

No Indeks Cut of value Keterangan

1 Chi-Square (X2 Kecil Semakin kecil X2 semakin

baik

2 Probability (p) ≥ 0,05 Harus lebih besar dari 0,05

3 RMSE ≤ 0,08 Rata-rata perbedaan/df

4 Goodness of Fit Index (GFI)

≥ 0,90 Nilai berkisar 0-1

5. Data hasil observasi terdiri atas data penilaian pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and Product) pada program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri yang terdiri atas data hasil observasi santri putra dan putri secara terpisah

dari tiga Ma‟had Aly. Data observasi masing-masing diambil dari dua

(20)

12 instrumen dan analisis keefektifan model. Analisis model terdiri dari empat kriteria yang harus dipenuhi, yaitu komprehensif, praktis, ekonomis dan didukung oleh instrumen yang valid dan reliable.

Keempat kriteria syarat model tersebut hanya validitas dan reliabilitas yang dianalisis secara kuantitatif sedangkan komprehensif, praktis, dan ekonomis akan dianalisis secara kualitatif.

Cara menganalisis data secara deskriptif, data kuantitatif yang berasal dari instrumen dicari skor reratanya, kemudian dikonfirmasikan ke dalam data kualitatif dengan menggunakan skala 5, kemudian dideskripsikan. Hasil diskripsi dijadikan dasar untuk penilaian apakah instrumen, model evaluasi yang dikembangkan, dan panduan telah memenuhi syarat pengembangan model yang digunakan untuk mengevaluasi program pengembangan instrumen evaluasi CIPP (Context Input Process and Product) pada program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri. Bentuk konversi data kuantitatif menjadi kualitatif menggunakan skala 5 ini sebagai berikut.

Tabel 3. Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif

Rumus Rerata Skor Klasifikasi

X > x i + 1,8 x sbi > 4,2 Sangat baik

Xi + 0,6 x sbi < X ≤ i + 1,8 x sbi > 3,4-4,2 Baik

Xi –0,6 x sbi < X ≤ i + 0,6 x sbi >2,6-3,4 Cukup

Xi –1,8 x sbi < X ≤ i – 0,6 x sbi >1,8-2,6 Kurang

X ≤ X i – 1,8 X sbi ≤ 1,8 Sangat Kurang

Analisis data secara kualitatif adalah menaganalisis data hasil validasi (penilaian) dari para ahli (expert) dan pengguna model

evaluasi (pimpinan Ma‟had Aly) serta praktisi yang memberi masukan

-masukan dalam rangka perbaikan model evaluasi dan perangkatnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriftif kualitatif yaitu mendiskripsikan atau memberi gambaran tentang objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa membuat analisis ataupun kesimpulan yang berlaku untuk umum melalui wawancara, pengolahan angket, dan dokumentasi.19

(21)

13

kualitatif menggunakan tampilan berupa narasi, tabel, dan grafik meliputi data perkembangan jumlah mahasantri selama tiga tahun, output santri

BAB IV

(22)

14

A. Data Hasil Penelitian 1. Ma’had Aly IAIN Salatiga

a. Dasar Pemikiran

Sejak awal berdirinya, Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) memiliki mandat utama sebagai pusat pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman. Berada disebuah negara dengan mayoritas penduduk muslim, kedudukan strategis PTAI akan sangat berkonstribusi pada pembentukan citra Islam di Indonesia. Konstribusi itu akan lebih nyata jika PTAI menawarkan berbagai alternatif kajian keislaman yang komprehensif dan pada saat yang sama terlibat dalam mengatasi persoalan-persoalan umat dan warga negara.

Posisi PTAI seperti itu mengharuskan adanya formulasi yang integratif terhadap studi-studi keislaman. Keberadaan ma‟had dikampus Perguruan Tinggi Islam diyakini dapat memperkuat citra PTAI yang unik dan berkarakter sebagai pengemban misi studi keislaman secara komprehensif. Dengan integralitas itu diharapkan PTAI mampu menghasilkan mahasiswa dan alumni yang memiliki keunggulan akademik, keluhuran ahlak, ketinggian spiritualitas, dan penguasaan ilmu pengetahuan secara integratif.

Sejauh ini, alumni PTAI belum mencapai kompetensi lulusan yang dapat diunggulkan. Indikasi yang mudah dicandera bahwa mereka belum mampu bersaing dengan lulusan Perguruan Tinggi lain untuk mendapatkan pekerjaan atau menempuh pendidikan lebih lanjut. Kondisi demikian ini disebabkan antara lain:

1) Lemahnya penguasaan bahasa asing, terutama Arab dan Inggris 2) Minimnya penguasaan ilmu-ilmu keislaman karena tidak ditopang

dengan kemampuan membaca dan memahami kitab-kitab standar 3) Lemahnya kemampuan akademik serta kurangnya inovasi dan

kreatifitas

4) Internalisasi nilai-nilai Islam yang kurang mendapat perhatian sehingga belum membentuk watak, kepriadian, atau ahlak bagi alumni.

Mencermati beberapa pemasalahan di atas IAIN Salatiga berupaya mencari solusi alternatif dalam upaya meningkatkan kompetensi lulusan IAIN. Upaya yang dipandang penting adalah menyelenggarakan program penunjang yang disebut Ma‟had Mahasiswa. Ide pendirian ma‟had ini dilatar belakangi oleh keberhasilan ma’hadaly Sunan Ampel yang dirintis dan dikembangkan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sejak tahun 2000. Poin penting keberhasilan tersebut terletak pada keseriusan, kebersamaan, keikhlasan, dan tanggung jawab semua civitas akademika untuk membina mahasiswa melalui ma’had

(23)

15

Pendirian ma‟had mahasiswa sebagai senyawa integrasi pendidikan tinggi dan pendidikan pesantren dipandang penting untuk menjadi pilar kampus meliputi: dosen dan mahasiswa, masjid, ma‟had, laboratorium, perpustakaan, sarana pertemuan ilmiah, pusat-pusat pelayanan/perkantoran, pusat pengembangan seni dan olah raga, dan sumber pendanaan. Ma‟had Mahasiswa yang dimaksud bukan jenis atau nomenklatur baru melainkan bagian yang tak terpisahkan. Maka keberadaan ma‟had mahasiswa adalah sesuatu yang niscaya dan merupakan komplemen terhadap pilar lainnya.

Program ini tidak memberikan gelar khusus, tetapi menyatu dengan gelar yang diberikan IAIN sesuai dengan fakultas/jurusan/program studi yang diambil oleh mahasiswa yang bersangkutan. Program ini lebih diarahkan untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kompetensi di bidang bahasa (Arab dan Inggris), hafalan al-Quran, penguasaan ilmu-ilmu Islam, dan penghayatan nilai-nilai Islam melalui pembiasaan sehari-hari.

b. Landasan Filosofi

Pengembangan Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga didasarkan pada semangat filosofis berikut ini:

1) Ma‟had merupakan salah satu pilar Perguruan Tinggi Agama Islam yang

menitik beratkan pada penguasaan ilmu-ilmu keislaman dan pendalaman serta penghayatan nilai-nilai agama Islam bagi mahasiswa.

2) Sebagai bagian integral dari Perguruan Tinggi Agama Islam, ma‟had

berfungsi sebagai peletak dasar penguasaan ilmu-ilmu agama dan penerapan nilai-nilai keberagamaan bagi mahasiswa IAIN. Dengan demikian semua akifitas ma‟had dan perkuliahan di IAIN harus berjalan seiring dan saling mendukung.

3) Secara historis, ma‟had merupakan pelembagaan tradisi pesantren ke dalam kampus. Oleh sebab itu, ma‟had harus merefleksikan nilai-nilai kepesantrenan, mentransformasikan keilmun dan pengalaman tradisi keislaman, dan menjadi model pendidikan Islam khas Indonesia karena muncul dan berkembang dari pengalaman sosiologis masyarakat lingkunganya.

4) Ilmu-ilmu keislaman yang diajarkan di ma‟had bersumber dari khazanah intelektual Islam klasik, meodorong sikap intelektual yang berpegang teguh kepada tradisi-tradisi Islam yang kaya.

5) Ma‟had merupakan lembaga pendidikan terintegrasi antara kultur

akademik Perguruan Tinggi dan kearifan pendidikan pesantren untuk melahirkan sarjana santri atau santri sarjana dalam struktur kehidupan masyarakat Indonesia.

c. Landasan Yuridis

(24)

16

1) Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Idonesia Nomor 4301).

2) Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586).

3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496). 4) Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan

pendidikan keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 nomor 124, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4769). 5) Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 1980 tentang peraturan disiplin pegawai negri sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1980 nomor 50, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3176). 6) Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan

penyelenggaraan pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2010 nomor 23, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5105). 7) Keputusan menteri agama nomor 156 tahun 2004 tentang pedoman

pengawasan, pengendalian dan pembinaan program diploma, sarjana dan pasca sarjana diperguruan tinggi.

8) Keputusan menteri agama nomor 353 tahun 2004 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi agama Islam.

9) Peraturan menteri agama nomor 10 tahun 2010 tentang organisasi dan tata kerja kementerian agama.

10)Keputusan direktur jenderal kelembagaan agama Islam nomor Dj.II/114/2005 tentang penetapan standar minimal kompetensi dasar dan kompetensi utama lulusan program strata satu Perguruan Tinggi Agama Islam.

d. Profil Ma’had IAIN Salatiga

Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga berlokasi di Kampung Kembangarum,

Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Propinsi Jawa Tengah. Ma‟had IAIN Salatiga terdiri dari ma‟had putra dan putri, terletak di dua lokasi yang berdekatan di areal tanah seluas + 2100 m2,

Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga didirikan pada tangggal 1 September 2005, di bawah naungan Yayasan Kerjasama Alumni, Orang Tua Mahasiswa (YAKAOMI) IAIN Salatiga yang dipimpin oleh Bapak H. Jumadi, BA. Pendirian ma‟had ini dilatari oleh beberapa ide dasar sebagai berikut.

Pertama, untuk menggabungkan dimensi positif perguruan tinggi dan

pesantren, dimana keduanya harus dicapai bersama-sama untuk mewujudkan generasi yang mempunyai penguasaan ilmu pengetahuan dan terknologi serta memiliki kepribadian dan moralitas yang baik.

Kedua, pada tataran keilmuan menjadi sangat penting untuk dapat

(25)

17

mendapatkan signifikasi dan justifikasi secara objektif dalam alur disiplin ilmiah.

Ketiga, dalam wilayah sosial kemasyarakatan saat ini nampak semakin

nyata terlihat adanya fenomena elitis kelompok terpelajar yang pintar ketika di sekolah tetapi mereka terisolasi oleh ilmu mereka sendiri di tengah-tengah masyarakatnya sehingga mereka menjadi kehilangan kepekaan terhadap lingkungan sosialnya. Dampak dari kenyataan ini adalah semakin jauhnya jarak antara sekolah/perguruan tinggi dengan kebutuhan dan masalah-masalah riil di masyarakat akhirnya pendidikan seperti berdiri di atas menara gading yang asing dari realita masyarakat dan budayanya. Padahal idealnya pendidikan harus dekat bahkan menyatu dengan masyarakat.

Keempat, tidak dapat disangkal bahwa produk pendidikan saat ini

ditambah dengan budaya pragmatis yang berkembang di masyarakat Indonesia, menjadikan manusia (mahasiswa) bergerak di ruang yang sangat sempit. Ruangan superfisial akan tetapi telah menjadi arus utama dari budaya yang berkembang yakni trend, popularitas dan material. Dari ruang-ruang inilah tolok ukur keberhasilan dan kegagalan dibuat.

Melihat fenomena tersebut, Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga menyelenggarakan pendidikan yang berusaha mengoptimalkan potensi fitrah manusia secara holistik sehingga akan terwujud generasi dengan karakter yang utuh. Sehat secara jasmani, cerdas dalam berfikir, terampil dalam bekerja dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai ajaran Islam. Dengan kata lain akan diikhtiarkan terwujudnya santri mahasiswa yang akan mampu berperan secara optimal di masyarakat sesuai dengan keahlian dan bidang ilmunya masing-masing yang saleh secara sosial dan saleh secara ritual.

1. Santri

Input Santri Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga adalah mahasiswa S1

yang terdaftar di IAIN Salatiga dengan ketentuan, maksimal semester III untuk mahasiswa reguler dan semester VIII untuk mahasiswa program KKI sesuai persyaratan yang berlaku.

2. Sistem Pendidikan

Dalam menjalankan sistem pendidikannya Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga berusaha mengembangkan potensi fitrah manusia baik dimensi

fikriyah, ruhaniyah, maupun jasmaniyah melalui berbagai bidang

pendidikan yakni: pengajaran, kepengasuhan dan kesantrian, yang

ketiganya dilakukan secara bersama-sama dengan tetap

mempertimbangkan kebutuhan, ketersediaan waktu dan pikiran dari setiap santri yang juga belajar di IAIN Salatiga

a. Pengajaran

Adalah proses pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar di kelas oleh santri dan ustadz dalam serangkaian mata dirosah. Selain itu juga ditunjang dengan kegiatan-kegiatan keilmuan (seminar, diskusi kelompok) yang diselenggarakan oleh organisasi santri dan kelompok-kelompok kajian yang ada.

(26)

18

hasanah keilmuah Islam termasuk bidang studi yang ditekuni di perguruan tinggi masing-masing

b. Kepengasuhan

Adalah bidang pendidikan di ma‟had yang memberikan tekanan pada pembentukan mental dan rasa santri mahasiswa melalui kegiatan-kegiatan ubudiyah : shalat berjamaah, dzikir, istighotsah, puasa, qiyam al lail. Juga melalui pendampingan-pendampingan sehingga dalam diri santri tumbuh nilai kemanusiaan yang dilandasi dengan nilai ke-Islaman.

c. Kesantrian

Adalah bidang pendidikan di Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga yang lebih banyak menekankan pada sisi kreatifitas, inisiatif, kepekaan, keberanian dan kecakapan santri dalam bidang-bidang yang diminati.

Karenannya dalam proses ini seluruh kegiatan direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi sendiri oleh santri dengan berbagai kegiatan seni, olahraga, pengabdian masyarakat, kewirausahaan, lingkungan berbahasa, diskusi-diskusi, kegiatan kerumah-tanggaan. Dalam hal ini asatidz/ pembina bersifat sebagai pendamping dan pengarah.

e. Visi Dan Misi

1. Visi

Terwujudnya Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga sebagai pusat pemantapan akidah dan akhlak, serta pengembangan ilmu dan tradisi keislaman demi lahirnya sarjana muslim yang memiliki keunggulan di bidang ilmu keislaman, kemampuan berbahasa asing, kepribadian utuh, dan

ber-akhlaqul karimah.

2. Misi

a. Mendidik mahasiswa-santri memiliki kemampuan membaca dan memahami al-Quran dengan baik dan benar, kemantapan akidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu keagamaan. b. Memperkuat proses internalisasi nilai-nilai keislaman, kepribadian

dan keadaban melalui pendidikan terintegrasi antara pendidikan akademik Perguruan Tinggi dan pendidikan pesantren.

c. Melatih keterampilan berbahasa asing (Arab, Inggris dan lainya) bagi mahasiswa-santri melalui penciptaan lingkungan dan bi’ah

lughawiyah yang kondusif.

a. Fungsi Dan Tujuan

1. Fungsi

Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga berfungsi sebagai wahana pembinaan mahsiswa dalam pengembangan ilmu keagamaan dan kebahasaan serta peningkatan dan pelestarian tradisi spiritualitas keagamaan untuk mendukung pencapaian visi, misi, dan tujuan IAIN Salatiga.

2. Tujuan

(27)

19 a. Beraqidah kuat dan berakhlak mulia

b. Memiliki kemampuan berbahasa Arab dan Inggris, baik lisan maupun tulisan.

c. Menguasai ilmu-ilmu keislaman sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan Islam secara luas.

d. Mampu membaca kitab klasik dan kontemporer e. Menghafal beberapa juz atau seluruh juz al-Quran

f. Memiliki kemampuan akademik kompetitif sehingga mampu

mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya dalam kehidupanya sebagai individu dan warga masyarakat.

b. Pengelolaan Ma’had Mahasiswa

1. Posisi Ma’had Dalam Struktur Kelembagaan IAIN Salatiga

1. Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga sebagai wahana pembinaan mahasiswa

dalam pengembangan ilmu keagamaan dan kebahasaan, serta penanaman dan pelestarian tradisi spritualitas keagamaan, merupakan sub sistem akademik dan pembinaan mahasiswa dalam rangka pembinaan visi dan misi pendidikan tinggi Islam.

2. Ma‟had Mahasiswa merupakan salah satu rukun atau pilar Perguruan

Tinggi Agama Islam. Karena itu ma‟had bukanlah lembaga tersendiri dan terpisah dari kelembagaan IAIN Salatiga, bukan pula nomenklatur baru, tetapi satu kesatuan organik dengan IAIN Salatiga. Semua aktfitas ma‟had dan proses pembelajaran berjalan seiring dan saling menopang demi keberhasilan pendidikan di IAIN Salatiga

f. Sturuktur Organisasi dan Tugas Pokok

Gambar 2 berikut adalah Sturuktur Organisasi dan Tugas Pokok pengelola ma’had

Gambar 2. Sturuktur Organisasi dan Tugas Pokok pengelola ma’had

1. Rektor IAIN bersama Pembantu Rektor I, II dan II adalah penanggung jawab dan penanggung gugat.

2. Direktur Ma‟had:

a. Diangkat oleh Rektor IAIN melalui surat keputusan.

Rektor IAIN Salatiga Puket I, Puket II, Puket

III

Pengasuh Ma’had Putra

Direktur Ma’had

(28)

20

b. Direktur Ma‟had bertindak sebagai pengambil kebijakan strategis

tentang pengeloaan ma‟had

c. Secara personal maupu bersam-sama Pengasuh Ma‟had dapat memberikan saran kepada rektor/Rektor tentang pengembangan ma‟had

d. Direktur Ma‟had menjadi top leader dan pengambil kebijakan strategis

di tingkat ma‟had, penandatangan surat keluar, dan melakukan

hubungan dengan pihak luar.

3. Pengasuh Ma‟had

a. Pengasuh Ma‟had diangkat oleh /Rektor IAIN Salatiga berdasarkan usulan dewan pengasuh melalui surat keputusan

b. Dalam melaksanakan tugasnya Pengasuh Ma‟had bertanggung jawab kepada Direktur Ma‟had

c. Memimpin, mengawasi, mengarahkan, mengelola dan

mengembangkan sistem menejemen dan administrasi.

d. Melaksanakan kurikulum akademik, pembudayaan bahasa, program pembinaan mental spiritual akhlak karimah, yang telah ditetapkan oleh dewan pengasuh.

e. Mewakili Ma‟had Mahasiswa dalam melaksanakan hubungan dengan

pihak luar.

f. Menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan semesteran dan tahunan kepada rektor/Rektor melaui sidang dewan pengasuh.

4. Katib (sekretaris)

a. Diangkat dan diberhentikan oleh Pengasuh Ma‟had dengan

persetujuan Direktur Ma‟had

b. Bertanggungjawab dalam penyusunan rencana dan program kerja, pengelolaan di bidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kerumahtanggaan, akademik, kesiswaan, perencanaan dan sistem informasi.

c. Dalam melaksanakan tugasnya, katib dibantu tenaga administrasi (tata usaha) dalam bidang pendidikan dan pengajaran, pembinaan kelembagaan dan kegiatan mahasiswa-santri dan alumni, pengelolaan data dan informasi.

d. Membatu direktur dan pengasuh menyusun laporan kegiatan semesteran dan tahunan.

5. Bendahara (Amin al Shunduq)

a. Diangkat dan diberhentikan oleh direktur dengan persetujuan dewan pengasuh.

b. Bertanggung jawab dalam pengelolaan keuangan ma‟had.

c. Membantu mudir menyusun anggaran, menyiapkan, mengolah, menyajikan data, membukukan dan membuat laporan keuangan. d. Menyusun laporan keuangan harian, semesteran dan tahunan. 6. Dewan Mudarris

(29)

21

b. Dewan mudarris diangkat dan diberhentikan melalui SK Rektor IAIN Salatiga

c. Dewan mudarris mempunyai tugas melaksanakan

pendidikan-pengajaran, serta memberikan bimbingan, dan pembiasaan kepada para mahasiswa-santri dalam proses pendidikan.

7. Murabbi

a. Diangkat dan bertanggungjawab kepada pengasuh

b. Murabbi minimal S1 yang diseleksi untuk bertugas sebagai pelaksana

harian pada masing-masing unit hunian.

c. Pada satu unit hunian ma‟had sekurang-kurangnya dibutuhkan

seorang murabbi.

d. Berdasarkan atas tugasnya, murabbi harus memiliki kompetensi

manajemen dasar, hafal/fasih dalam pembacaan al-Quran,

berkomunikasi bahasa arab dan/atau inggris secara aktif, dan memiliki kecakapan lain yang dibutuhkan.

8. Musyrif

a. Diangkat dan bertanggung jawab kepada drektur melelui persetujuan pengasuh.

b. Musyrif adalah bertindak sebagai pembimbing/wali yang menangani sebanyak-banyaknya 20 mahasiswa-santri, sesuai dengan gender dan ko-edukasi.

c. Musyrif adalah mahasiswa senior yang diseleksi untuk membantu

murabbi dalam pelaksanaan kegiatan ma‟had, dan pembinaan akhlak,

serta peningkatan spritualitas.

d. Berdasarkan tugasnya, musyrif harus memiliki kompetensi hafal/fasih dalam pembacaan al-Quran, berkomunikasi bahasa Arab dan/atau Inggris secara aktif, dan memilki kecakapan lain yang dibutuhkan.

g. Sistem Pengelolaan

1. Pengelolaan manajemen dan administrasi ma‟had al-jamiah dilaksanakan

oleh direktur dibantu oleh : a) sekretaris dan tata usaha, b) bendahara dalam bidang keuangan.

2. Pengelolaan akademik ma‟had, yakni kagiatan ta’lim tanmiyah lughah, tsaqofah ma’hadiyah, pembinaan ahklak, dan peningkatan spritualitas dilaksanakan oleh pengasuh, mudarris, dibantu oleh murabbi dan musyrif.

h. Sumber Pendanaan

Sumber pendanaan Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga berasal dari anggaran IAIN Salatiga atau sumber pendanaan lain yang tidak mengikat.

i. Pelaporan

1) Secara kelembagaan direktur berkewajiban menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas secara tertulis dan periodik.

2) Laporan disusun dan dilaksanakan secara berjenjang pada masing-masing tugas dan fungsi dalam struktur.

3) Pelaporan dimaksudkan untuk mempertanggungjawabkan dan

(30)

22

4) Laporan disusun berdasarkan rencana strategi, rencana kinerja, pengukuran kinerja kegiatan, dan pengukuran pencapaian sasaran.

5) Pelaporan disampaikan kepada pimpinan IAIN Salatiga, direktorat jenderal pendidikan Islam kementerian agama RI, dan pihak lain yang diperlukan.

j. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan dua cara: monitoring internal dan eksternal

1. Monitoring dan evaluasi internal dilaksanakan oleh Pusat Penjaminan Mutu (P2M) IAIN Salatiga.

2. Monitoring dan evaluasi eksternal dilaksanakan oleh ditjen pendidikan Islam departemen agama RI.

Monitoring dan penilaian meliputi beberapa aspek berikut: a. Pencapaian visi, misi dan tujuan program

b. Manajemen lembaga (pengelola akademik, administrasi, dan keuangan). c. Capaian kurikulum dan sistem pembelajaran

d. Menejemen sumber daya manusia dan sarana/prasarana. e. Profil dan kompetensi out put program

Penilaian profil dan kompetensi out put program dilakukan melalui metode assestmen kompetensi, yaitu proses pembuktian ketercapaian kompetensi yang telah ditetapkan.

Tujuan assemen kompetensi adalah mendapatkan bukti-bukti penguasaan kompetensi yang akan digunakan untuk menilai kinerja program secara lebih luas.

Assemen kompetensi dilakukan pada akhir masa program, dilakukan oleh pimpinan IAIN Salatiga.

k. Pola Umum Penyelenggaraan Ma’had Mahasiswa

1. Penyelenggaraan ma‟had mahasiswa dilaksanakan secara bertanggung jawab dengan memperhatikan prinsip profesionalitas, berorientasi mutu, keikhlasan, kemadirian, dan kebersamaan demi tercapainya tujuan pendidikan Ma‟had Mahasiswa

2. Pengaturan dan pengelolaan tempat tinggal mahasiswa dilakukan secara benar, akuntabel, sesuai aturan yang berlaku, dan diperutukkan bagi seluruh mahasiswa baru IAIN Salatiga, jika dalam pelaksanaanya, berkaitan dengan kapasitas hunian asrama (tempat tinggal) yang tidak mampu menampung seluruh mahasiswa baru, IAIN Salatiga memilih alternatif pengaturan seperti dibawah ini:

a. Melakukan seleksi terhadapa mahasiswa baru yang dianggap memilki prestasi.

b. Melakukan pengumuman dan seleksi terhadap mahasiswa baru yang berminat tinggal di asrama sesuai kebutuhan

(31)

23

l. Standar Minimal Ma’had Mahasiswa

1. Komponen Fisik

a. Asrama

1) Asrama merupakan gedung pemondokan bagi mahasiswa-santri

aktif ma‟had al-jamiah dengan dua fungsi utama: (pembelajaran 24

jam) dan wadah pembinaan mahasiswa melalui pola kepengasuhan. 2) Sebagai full day learning sphere, di samping menjadi tempat tinggal mahawasiswa-santri, asrama harus menjadi wahana penciptaan situasi yang kondusif bagi pencapaian tujuan pendidikan di PTAI.

3) Sebagai wadah pembinaan mahasiswa, asrama arus

merepresentasikan nilai-nilai yang dicita-citakan dalam falsafah kehidupan pesantren melalui pola kepengasuhan yang total.

4) Penghuni asrama adalah mahasiswa aktif IAIN Salatiga.

5) Daya tampung asrama disesuaikan dengan jumlah mahasiswa-santri aktif, layak huni, memenuhi standar kelayakan hunian. b. Masjid

1) Masjid berfungsi sebagai sarana ibadah dan pembinaan mahasiswa-santri dalam menunjang aktifitas keagamaan ma‟had dan/atau proses pembelajaran secara umum di kampus.

2) Masjid sebaiknya terintegrasi dan berada dilokasi yang dekat dengan gedung ma‟had/asrama, bukan masjid yang berdiri sendiri dan jauh dari lokasi.

3) Kapasitas dan daya tampung masjid sekurang-kurangnya sama atau lebih besar dengan jumlah mahasiswa-santri yang menghuni di asrama.

4) Apabila fasilitas masjid belum terpenuhi, maka untuk sementara menggunakan aula ma‟had

c. Rumah Pengasuh

1) Rumah pengasuh merupakan sarana tempat tinggal bagi dewan pengasuh (kiai), yang berfungsi juga sebagai sarana pembelajaran informal bagi mahasiswa-santri Ma‟had Mahasiswa.

2) Sebagi tempat tinggal, desain rumah pengasuh harus memiliki kelayakan huni, nilai privasi, dan berada pada lokasi yang dekat atau terintegrasi dengan asrama.

d. Sarana Penunjang

1) Sebagai penunjang terhadap kegiatan pendidikan di Ma‟had

Mahasiswa, keberadaan saran penunjang dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah bagi dan menunjang pencapaian tujuan pendidikan di IAIN Salatiga.

2) Sarana penunjang sebaiknnya terintegrasi dengan gedung ma‟had, atau berada pada lokasi kampus agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Secara umum sarana penunjang terdiri dari 2 kategori:

a) Sarana Penunjang Akademik

 Perpustakaan dan ruang baca bagi mahasiswa-santri

 Ruang halaqoh

(32)

24

pemimpinan IAIN untuk menjadi penanggungjawab

penyelenggaraan Ma‟had Mahasiswa. Kreteria mudir adalah: a) memiliki kemampuan dalam bidang ilmu agama (terutama keahlian membaca dan memahami kitab-kitab standar), b) berakhlak mulia, dan c) memiliki komitmen untuk mengembangkan Ma‟had Mahasiswa.

2) Mudir bertanggung jawab dalam pengembangan akademik dan

penmbinaan mahasiswa-santri di Ma‟had Mahasiswa, pengambil kebijakan, menjadi teladan, dan tempat bertanya dalam soal agama.

b. Mudarris adalah beberapa ustad yang karena kemampuanya dalam

bidang ilmu agama (terutama keahlian membaca dan memjelaskan kitab kuning) dan/atau menguasai al-Quran, ditunjuk untuk mengampu meteri kajian tertentu di Ma‟had Mahasiswa

c. Murabbi adalah seorang (diutamakan sarjana/alumni SI) yang ditunjuk

secara khusus untuk membantu pengasuh/mudarris dalam pelaksanaan kegiatan ma‟had, pembelajaran al-Quran, kitab, tahfidz, dan pembinaan akhlak. Murabbi diharuskan memiliki kemampuan dalam bidang ilmu agama (terutama keahlian membaca dan menjelaskan kitab kuning), atau mengampu pembelajaran al-Quran.

d. Musyrif adalah mahasiswa senior yang dipilih untuk membantu

murabbi dalam pelaksanaan kegiatan ma‟had seperti ta‟lim al-Quran

dan kitab, pembinaan akhlak, dan peningkatan spiritualitas, musyrif diharuskan memiliki kemampuan dalam bidang ilmu agama (terutama keahlian membaca dan menjelaskan kitab kuning), atau mengampu pembelajaran al-Quran.

e. Mahasiswa-santri adalah mahasiswa IAIN Salatiga aktif (diutamakan semester I dan II) yang memenuhi syarat dan bersedia mematuhi aturan yang berlaku di Ma‟had Mahasiswa.

m. Kurikulum Ma’had Mahasiswa

(33)

25

a. Ta’lim al-Quran

1. Kegiatan ini wajib diikuti semua mahasiswa-santri yang diklasifikasikan sesuai dengan kemampuanya dalam empat kategori/kelompok, yakni:

tashwit, qiro’ah, tarjamah dan tafsir.

2. Ta’lim al-Quran dilaksanakan sekurang-kurangnya tiga kali dalam satu minggu selama dua semester.

3. Indikator capaian ta’lim al-Quran diakhir semester genap, semua mahasiswa-santri setidak-tidaknya telah mampu membaca al-Quran dengan baik dan benar, dan mampu menghafal juz amma.

4. Setiap mahasiswa-santri yang telah dinyatakan mencapai indikator capaian al-Quran. PTAI dapat dijadikan sertifikat tersebut sebagai prasyarat pengambilan matakuliah ulumul qur‟an/ studi al-Quran.

b. Ta’lim al-Hadist

1. Talim al-hadist wajib diikuti semua mahasiswa-santri

2. Kitab al-hadist diselenggarakan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu minggu selama dua semester.

3. Indikator capaian ta’lim al-hadis adalah kemampuan mahasiswa-santri menghafal dan memahami makna kandungan hadis, yang jumlahnya ditentukan oleh majelis masyayikh.

4. Setiap mahasiswa-santri yang telah dinyatakan mencapai indikator pencapaian ta’lim al-hadistdiberikan sertifikat ta‟lim al-hadits.

c. Ta’lim al-Afkar al-Islamiyah

1. Ta’lim al-afkar al-Islamiyah adalah pengajaran dan proses transmisi pengetahuan keislaman khusus, seperti ilmu dan praktek tasawauf untuk pembentukan kepribadian dan spiritualitas, atau ilmu fiqh untuk pembentukan ubudiyah mahasiswa-santri.

2. Kegiatan ini diselenggarakan setidaknya dua kali dalam satu minggu, selama dua semester, dan wajib diikuti oleh semua santri.

3. Kegiatan ini diasuh langsung oleh pengasuh unit hunian (wali al-mabna). 4. Indikator capaian kompetensi ta’lim al-afkar al-Islamiyah ialah masing-masing mahasisawa-santri mampu menjelaskan dan memahami hukum-hukum tertentu dengan menyertakan dalil baik Quran mapun al-sunnah, dan menyebukan pokok-pokok keimanan serta komprehensif. 5. Pada setipa akhir semestrer diselenggarakan test atau evaluasi dan

diberikan sertifikat bagi yang dinyatakan lulus capaian minimal sebagai syarat mengambil mata kuliah studi kalam atau studi fiqh atau studi tasawuf.

d. Tanmiyah al-Lughah

Kegiatan tanmiyah al-lughah dapat dilakukan sekurang-kurangnya meliputi: 1. Penciptaan lingkungan kebahasaan (bi’ah lughowiyah) dilakukan dengan

(34)

26

a. Meletakan beberapa stetement berbahasa Arab/Inggris dibeberapa tempat strategis, baik berupa ayat al-Quran, al-hadits, pribahasa, atau pendapat pakar, yang dapat memotivasi penggunaan bahasa arab maupun inggris.

b. Memberikan materi dan kosa kata bahasa Arab/Inggris dan /bahasa asing lain yang harus dihafalkan

c. Memberikan layanan administrasi dan layanan umum lainya dengan menggunkan bahasa Arab/Inggris dan atau bahasa asing lain

d. Memberikan labelisasi benda-benda yang ada di unit-unit hunian dan sekitar ma‟had dengan memberi nama dalam bahasa Arab/ Inggris e. Memberlakukan wajib berbahasa Arab/Inggris bagi semua penghuni

ma‟had

f. Membentuk mahkamah bahasa yang bertugas memberikan sanksi terhadap pelanggaran berbahasa.

2. Pelayanan Konsultasi Bahasa

a. Pelayanan ini dipandu oleh musyrif/ah pada unit masing-masing untuk membantu mahasiswa-santri yang mendapatkan kesulitan dalam merangkai kalimat yang benar, melacak arti kata yang benar dan umum digunakan serta bentuk layanan kebahsaan yang lainya.

b. Layanan ini dapat diakses di ruangan yang telah disediakan musyrif/ah dengan jadwal layanan yang disepakati dalam sepekan.

3. Al-yaum al-Araby dan English Day

Program ini dilaksanakan dalam satu hari yang dipersiapkan secara khusus untuk pemberian materi bahasa Arab/Inggris, seperti pelatihan membuat kalimat yang baik dan benar, permainan kebahasaan, debat, latihan percakapan dua orang atau lebih dan diskusi bahasa Arab/Inggris dengan tema-tema tertentu

4. Al-musabaqoh al-Arabiyah dan English Contest

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memacu kreatifitas kebahasaan degan cara mengkompetisikan keterampilan dan kecakapan mahasiswa-santri dalam berbahasa Arab/Inggris melalui berbagai lomba kebahasaan. Kegiatan ini setidaknya dilaksanakan setahun sekali pada akhir program

al-yaum al-araby/english day.

5. Shabah al-Lughah/Language morning

Bentuk kegiatan yang diformat untuk membekali kosa kata, baik Arab/Inggris, contoh kalimat yang baik dan benar, pembuatan contoh-contoh kalimat yang lain. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi stelah sholat subuh dimasing-masing unit hunian.

e. Tsaqofah Ma’hadiyah

1. Transmisi tsaqofah ma’hadiyah

(35)

27

b. Kegiatan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru untuk memberikan orienstasi dan pembekalan materi tentang sholat, keistimewaan membaca al-Quran, puasa dan dzikir

c. Materi dan penjelasan kegiatan ini menggunakan dasar normatif yang mutawatir dan/shohih hikmah al-tasyri’ (filosofi legislasi), perspektif medis, psikologis, dan sebaginya sehingga dapat memunculkan kesadaran dan penghayatan masing-masing dalam menunaikan sholat, puasa, dan dzikir.

2. Pembentukan Tsaqofah Ma’hadiyah

a. Pembengtukan tsaqofah ma’hadiyah meliputi kegiatan sholat

maktubah berjama‟ah, sholat sunnah mua‟kadah, puasa-puasa

sunnah, pembacaan al-adzkar al-ma’tsurah, dan khatmil quran. b. Pembentukan tsaqofah ma‟hadiyah dilaksanakan oleh semua

civitas Ma‟had Mahasiswa.

c. Pembentukan tsaqofah ma’hadiyah dimaksudkan untuk

meneladani sunnah rosullillah menangkap hikmahnya, sebagai saran implementasi ilmu, memperdalam spritual, dan membentuk keagungan akhlak.

(36)

28

Tabel 4. berikut adalah waktu kegiatan di ma‟had

Waktu Kegiatan

03.00 – 04.00 Qiyamu al lail (tahajud) 04.00 – 05.00 Shalat Subuh berjamaah 05.00 – 06.00 Kerja bhakti bersih-bersih (ro‟an) 06.00 – 07.00 Persiapan ke kampus

07.00 – 15.30 Perkuliahan di kampus 15.30 – 17.00 Olah raga

17.00 – 17.30 Tadarrus Al quran

17.30 – 18.00 Shalat maghrib berjamaah + kultum 18.00 – 20.30 Dirosah malam sesuai kelas masing-masing

h. Kegiatan Mingguan

Selain aktifitas keseharian, di Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga juga ada kegiatan-kegiatan yang berjalan secara rutin setiap minggu baik yang diselenggarakan oleh Pembina maupun oleh organisasi santri seperti tabel 5 berikut.

Tabel 5. Kegiatan rutin ma‟had tiap minggu

Hari Waktu Kegiatan

Jumat Dini hari 03.30 – 04.30 Istighatsah

Kamis malam 18.00 – 20.30 Tahlil, diskusi, rebana, khithabah Ahad pagi 06.00 – 08.00 Kerja bakti bersama

i. Kegiatan Bulanan dan Tahunan

Selain kegiatan rutin setiap hari dan setiap minggu, juga diselenggarakan kegiatan bulanan dan tahunan yang diselenggarakan oleh organisasi santri dengan bimbingan dari pembina berupa tekhtiman al quran, seminar, pelatihan kepemimpinan, enterpreneurship, kegiatan sosial kemasyarakatan (idul Qurban, bhakti sosial, khitanan massal, dll) .

j. Kurikulum Dan Silabus

Secara garis besar, kurikulum Ma‟had Mahasiswa IAIN Salatiga dibagi menjadi dua bagian yang merupakan satu kesatuan integral, yakni: Intra-curricular dan Extra-Intra-curricular.

Gambar

Gambar 1. Langkah –evaluasi CIPP (langkah penelitian R & D pengembangan instrumen Context Input Process and Product) pada Program Ma‟had Aly di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
Tabel 3.  Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif
Gambar 2.  Sturuktur Organisasi Murabbi dan Tugas Pokok pengelola ma’had
Tabel 4. berikut adalah waktu kegiatan di ma‟had
+5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menunjukkan batas tanah sehubungan dengan permohonan Keterangan Rencana Kota atas tanah yang terletak di .... Pemegang hak

Photo Copy Gambar Site Plain konsep nama jalan dan nomor bangunan rangkap 3 (tiga) lembar.. Photo Copy Bukti Kepemilikan atas tanah sebanyak 1

Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara khususnya angkatan tahun 2011 ganjil, teristimewa kepada Ba- pak kepala BAPPEDA

BERTANGGUNG JAWAB PENUH TERHADAP BANGUNAN YANG TELAH BERDIRI BAIK MENYANGKUT KEKUATAN KONSTRUKSI, KEKOKOHAN DAN KUALITA STRUKTUR BANGUNAN SERTA KESELAMATAN UMUM DI

Penarikan sampel dua-tahap sering digunakan untuk memperkirakan total populasi, stratifikasi pada tahap kedua (Neyman, tahun 1938, Rao, 1973) atau kedua tahap (Binder, et.al, 2000)

“GENDERANG BARATAYUDHA” VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

Sangatlah masuk akal ketika informasi tambahan yang cocok untuk elemen yang tidak termasuk dalam sampel fase kedua, dan dapat digunakan secara luas untuk estimator variansi