(S tu d i K orelasi Pada S isw a MI M a'arif P u lu tan
Sid orejo K ota S a la tig a T ahun 2 0 0 5 )
S K R I P S I
D iajukan U n tu k M em en u h i K ew ajiban dan M elen gk ap i S yarat G una M em p ero leh G elar Sarjana S tra ta I
D alam Um u Tarbiyah
NIM: 114 0 3 011
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721
Website: www.stainsalatisa.ac.id Emai\:admmistrasi(d).staimalatiza.ac. id
DEKLARASI
Bismilahirrahmanirrahim
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikiran juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqasah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 4 Maret 2006 Penulis
Drs. H. M. Zulfa, M.Ag DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMB1MBING Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi
Saudari Na'imatun Nur Rohmi
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga
A s s a la m u 'a la ik u m , wr, wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari:
Nama : Na’imatun Nur Rohmi NIM : 114 03 011
Progdi : Tarbiyah / PAI
Judul : Bimbingan Keagaaman Orang Tua Pengaruhnya Terhadap Ketaatan Beribadah Anak (Studi Korelasi Pada Siswa MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga) Tahun 2005
Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
W a s sa la m u 'a la ik u m , wr, w b
Salatiga, 24 Februari 2006 Pembimbing
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721
Website: www.stainsalatiza.ac. id Email:administrasi(cbMainsalatiza.ac. id
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudari : Na'imatun Nur Rohmi dengan Nomor Induk Mahasiswa : 114 03 Oil yang beijudul : ’’BIMBINGAN KEAGAAMAN ORANG TUA PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN BERIBADAH ANAK (Studi Korelasi Pada Siswa MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2005)”, Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Sabtu, 4 Maret 2006 yang bertepatan dengan tanggal 4 Safar 1 4 2 7 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.
4 Maret 2006 M Salatiga,
---4 Safar 1---427 H
Panitia Ujian
Drs. Bad wan, M.Ag NIP. 150 198 743
Dra. Slur Hasanah NIP. 150 268 213
Barang siapa yang menginginkan dunia, maka hendaklah ia berilmu, dan
barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah berilmu. Dan
barangsiapa menginginkan keduanya, maka hendaklah berilmu.
(H.R Tarmidi Ibnu Khibban)
Bersabarlah jika engkau ingin menjadi orang yang baik,
dan lihatlah dirimu di depan cermin, sebelum engkau melihat cermin
orang lain
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang dengan seluruh pengorbanannya telah mengukir segala asa, cita dan harapan.
2. Kakak dan Adikku tersayang yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
3. Bapak Drs. M. Zulfa, M.Ag yang memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian dan kesabaran.
4. Bapak Drs. Kastolani, M.Ag selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Ekstensi. 5. Bapak Drs. Abdul Basith selaku Kepala MI Ma'Arif Pulutan Sidorejo Kota
Salatiga. 6. Suamiku
7. Teman-temanku KKN (Fifin, Mbak Noer, Ipul, Fian, Moenir). 8. Tak lupa buat anak-anak dot.com atas bantuan pengetikan skripsi ini.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat-Nya yang tiada terhingga kepada seluruh makhluk, zat tempat bergantung dan memohon segala hal dalam kehidupan. Sholawat dan salam kita sanjungkan kepada beliau Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang telah menghantarkan manusia pada jalan yang benar sesuai dengan perintah dan petunjuk Allah SWT.
Penulisan skripsi ini tak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait. Namun, kebahagiaan tentu tidak dapat di sembunyikan dari terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, tiada kata ataupun apa saja yang kami berikan kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini yang beijudul, "Bimbingan Keagaaman Orang Tua Pengaruhnya Terhadap Ketaatan Beribadah Anak (Studi Korelasi Pada Siswa MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga) Tahun 2005" , kecuali ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan setulusnya atas semua bantuan, bimbingan dan partisipasinya, khususnya kepada:
1. Bapak Drs. Badwan, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Drs. Kastolani, M.Ag selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Ekstensi.
3. Bapak Drs. H. M. Zulfa, M.Ag selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan kesabaran.
4. Bapak dan Ibu Dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam mcnuntut ilmu di STAIN Salatiga.
5. Bapak Drs. Abdul Basith selaku Kepala MI Ma'Arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga.
6. Tak lupa kepada anak-anak Dot.Com yang juga telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini.
Akhimya penulis hanya dapat berdoa kepada Allah SWT, semoga semua amal baik dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat balasan yang berlipat ganda dan selalu mendapatkan hidayah serta ridho dari-Nya. Amin.
Dengan berbagai keterbatasan pengetahuan dan lainnya yang dimiliki penulis, tentunya dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat, barokah bagi penulis khususnya dan segenap pembaca pada umumnya, serta bermanfaat bagi nusa, bangsa dan negara.
A m i n - a m in y a r o b b a l 'a la m in
Salatiga, 24 Februari 2006 Penulis
Na'imatun Nur Rohmi
viii
HALAMAN DEKLARASI... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
D. Tujuan Penelitian... 4
E. Manfaat Penelitian... 5
F. Hipotesisi ... 9
G. Sistematika Penulisan Skripsi... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Bimbingan Keagamaan orang tua... 14
1. Pengertian bimbingan keagamaan... 14
2. Peranan orang tua dalam mendidik anak... 16
3. Tugas dan tanggung j awab... 17
4. Pentingnya bimbingan keagamaan kepada anak... 21
B. Ketaatan Anak Dalam Beribadah... 24
1. Pengertian ketaatan anak dalam beribadah... 24
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketaan beribadah anak... 25
3. Hubungan bimbingan keagamaan orang tua terhadap ketaatan beribadah anak... 33
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Keadaan umum MI Ma'arif Pulutan... 35
1. Latar Belakang sejarah berdirinya MI Ma’arif Pulutan... 35
2. Keadaan Tenaga Pendidik... 36
3. Keadaan Siswa... 37
4. Kurikulum... 37
5. Sarana dan prasarana... 38
6. Struktur Organisasi... 39
B. Penyajian Data HASIL Penelitian... 39
1. Analisis Pertama... 39
2. Pengumpulan data ... 40
3. Pelaksanaan penelitian... 40
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis pertama ... 47
B. Analisakedua... 61
C. Analisa ketiga... 61
D. Analisa keempat... 61
E. Analisa lanjutan... ^ _ 65 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 68
C. Penutup... 69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFAR RIWAYAT HIDUP
TABEL II KEADAAN SISWA MI MA’ARIF PULUTAN 37 TABEL III MATA PELAJARAN MI MA’ARIF PULUTAN 37 TABEL IV DAFTAR INVENTARIS MI MA’ARIF PULUTAN 2005 / 38
2006
TABEL V STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH IBTIDAIYAH 39 (MI) MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO KOTA
SALATIGA
TABEL VI DAFTAR NILAI PERTANYAAN TENTANG 41 BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA
TABEL VII DAFTAR NILAI RATING SCALE TENTANG 43 KETAATAN ANAK DALAM BERIBADAH
TABEL VIII DAFTAR NILAI PERTANYAAN TENTANG 48 BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA
TABEL IX DAFTAR NILAI TENTANG DISTRIBUSI FREKUENSI 50 JAWABAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA TABEL X DISTRIBUSI FREKUENSI JAWABAN BIMBINGAN 54
KEAGAMAAN ORANG TUA
TABEL XII DAFTAR TENTANG DISTRIBUSI FREKUENSI 57
TABEL XIII
TABEL XIV
JAWABAN TENTANG KETAATAN BERIBADAH ANAK
DISTRIBUSI FREKUENSI FREKUENSI JAWABAN 61 KETAATAN BERIBADAH ANAK
PERSIAPAN UNTUK MENCARI KORELASI ANTARA 62 BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA
TERHADAP KETAATAN BERIBADAH ANAK MI MA'ARIF PULUTAN SIDOREJO SALATIGA
A. Latar Belakang Masalah
Ketika seorang anak pertama kali lahir ke dunia dan melihat apa yang ada di dalam rumah dan sekelilingnya, tergambar dalam benaknya sosok awal dari sebuah gambaran.. kehidupan. Bagaimana awalnya dia harus bisa melangkah dalam hidupnya di dunia ini. Jiwanya yang masih suci dan bersih akan menerima segala bentuk apa saja yang datang mempengaruhinya. Maka anak akan dibentuk oleh setiap pengaruh yang datang dalam dirinya. Imam Al-Ghazali berkata : Anak adalah amanat bagi orang tuanya, hatinya bersih, suci dan polos, kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak akan selalu menerima segala yang diukimya, dan akan cenderung terhadap apa saja yang mempengaruhinya. Maka apabila anak dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaik.an, niscanya anak akan tumbuh dan terbentuk secara baik. Sehingga kedua orang tuanya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, begitu juga sebaliknya jika anak dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan diterlantarkan, maka dosanya akan ditanggung oleh kedua orang tuanya.1
Orang tua yang memberikan pendidikan agama kepada anak terutama dalam beribadah melalui perhatian, pembiasaan dan keteladanan akan lebih mudah diterima oleh anak daripada anak dididik dengan kekerasan dan orang
1 Muhammad Nur Abdul Hafizh, M endidik Bersama Rasulullah, Bandung, Al-Bayan,
1997, him. 35.
2
tua sama sekali tidak memberikan pembiasaan dan keteladanan, maka anak akan raj in dan taat hanya waktu di rumah ketika dalam pengawasan orang tua. Setelah di luar rumah maka anak akan seenaknya dalam menjalankan ibadah.
Dengan pembiasaan dan keteladanan orang tua dalam mengeijakan ibadah, baik itu sholat, berpuasa, membaca Al-Qur’an, shodaqoh (infaq, zakat) dan lain sebagainya, maka anak akan dengan sendirinya taat dalam beribadah.
Taat bukan berarti mengerjakan kebaikan (ibadah) jika ada orang tua atau orang yang ditakuti akan tetapi mengerjakan ibadah sadar dengan sendirinya, dengan hati nuraninya dan dengan niat ikhlas.
Dengan latar belakang pada uraian di atas penulis mencoba mengadakan penelitian ada atau tidaknya hubungan, "BIMBINGAN KEAGAAMAN ORANG TUA PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN BERIBADAH ANAK (Studi Korelasi Pada Siswa MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga) Tahun 2005.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah tafsir dalam memahami judul di atas, maka perlu adanya pembatasan dan penjelasan istilah terlebih dahulu dengan judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut:
1. Bimbingan
atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.2
2. Keagamaan
Keagaamaan berasal dari kata "agama" yang berarti segenap kepercayaan, serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.3 Sedangkan keagamaan berarti si fat yang berhubungan dengan agama.4 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan keagamaan berarti suatu usaha memimpin yang mengharap pada hal-hal yang bersifat agama. Tuhan, pemerintah, dan sebagainya).6 Taat berarti juga patuh kepada nabi Muhammad SAW, patuh kepada ajaran Islam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
2 Bimo Walgito, Bim bingan dan Penyuluhan di Sekolah, Andi Offset, Yogyakarta, Edisi
ke empat, 1993, him. 4.
WJS, Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, Balai Pustaka,
Jakarta, 1982, him. 19. 4 Ibid, him. 19.
5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kam us Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Balai Pustaka, him. 629. 6 Ibid, him. 880.
4
5. Ibadah
Ibadah menurut ahli fiqh adalah apa yang dikerjakan untuk mendapatkan keridhoan Alloh SWT dan mengharap pahala di akhirat.7
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah SWT, yang didasari ketaatan mengeijakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.8
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bimbingan keagamaan orang tua terhadap anak dan ketaatan anak dalam beribadah pada siswa MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2005.
2. Sejauhmana mana tingkat ketaatan beribadah anak pada siswa MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2005.
3. Adakah hubungan antara bimbingan keagaaman orang tua pengaruhnya terhadap ketaatan beribadah anak pada siswa Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2005.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bimbingan keagamaan orang tua pengaruhnya terhadap ketaatan beribadah anak pada siswa MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2005.
7 Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama IAIN, Jakarta, Ilmu Fiqh, 1983, him. 3
2. Untuk mengelahui tingkat ketaatan beribadah anak pada siswa MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2005.
3. Untuk mengetahui hubungan keagaaman orang tua pengaruhnya terhadap ketaatan beribadah anak pada siswa MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2005.
E. Kajian Pustaka
Penelitian ini merupakan penelitian kuantiatif, untuk itu diperlukan suatu metode dan cara dalam memperoleh data yang akan diuraikan dalam pembahasan serta analisis selanjutnya. Data selain diperoleh dari data perpustakaan.juga diperoleh dari hasil observasi langsungdi lapangan.
Pembinaan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempumaan dari pembinaan anak. Karena nilai ibadah yang didapat oleh anak akan dapat menambah keyakinan akan kebenaran ajarannya. Dengan kata lain semakin tinggi nilai ibadah yang dilakukan anak bisa dikatakan sebagai cerminan atau bukti nyata dari aqidahnya.
6
Dalam Islam penyampaian rasa agama dimulai sejak pertemuan ibu dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai dengan do'a kepada Allah. Selanjutnya memanjatkan do'a dan harapan kepada Allah, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi anak yang shaleh.
Bagitu anak lahir, dibisikkan ditelinganya kalimat adzan dan iqamah, dengan harapan kata-kata thayyibah itulah yang pertama kali terdengar oleh anak, kemudian ia akan berulang kali mendengamya, setiap waktu shalat tiba. Kalimat-kalimat thayyibah dan yang lainnya yang berisikan jiwa agama akan sering didengar oleh anak melalui ibunya, waktu ia disusukan, dimandikan, diganti pakaian dan ditidurkan oleh ibunya. Pengalaman-pengalaman yamg seperti itu akan menyuburkan tumbuhnya rasa agama di dalam jiwa anak, dan akan tetap hidup di dalam jiwanya. Jika ia melihat ibu dan bapaknya shalat, mengaji atau mengamalkan ibadah yang lain, maka ia pun akan menyerap apa yang dilihatnya itu, lebih-lebih lagi jika disertai dengan kata-kata yang bemafaskan agama.
Setelah anak mencapai umur dua tahunan, barangkali anak mulai meniru ibu atau bapaknya shalat, berdoa, mengaji dan mengucapkan kata-kata yang dapat ditirunya.
latihan dan pembiasaan keagamaan waktu kecilnya, maka anak tidak akan taat terhadap ajaran agama bahkan acuh atau anti agama.9
Perlu diketahui, bahwa kualitas hubungan anak dan orang tuanya, akan mempengaruhi keyakinan beragamanya dikemudian hari. Apabila ia merasa di sayang dan diperlakukan adil, maka ia akan meniru orang tuanya dan menyerap agama dan nilai-nilai menjauhi apa yang diharapkan orang tuanya, mungkin ia tidak mau melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya, tidak shalat tidak puasa dan sebagainya.
Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal baik buruknya anak. Jika pendidik jujur dapat dipercaya, berakhlak mulia dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangana dengan agama, maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak yang mulia dan dalam sikap yang menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Dan jika pendidik bohong, durhaka, kikir, penakut, maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan, dusta, kikir, penakut dan hina.
Anak, bagaimanapun besamya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikan, bagaimanapun suci (fitrah), ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama, selama ia tidak melihat sang pendidik (oarang tua) sebagai teladan.10
Ketika anak masih kecil harus dibiasakan menjalankan shalat, puasa beberapa hari pada bulan Ramadhan. Jika anak .kuat dan mampu, orang tua
9 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta, Ruhama,
Cet-2, 1995, him. 64-65.
10 Abdulah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan A nak Dalam Islam , Semarang, Ass-
8
mengajaknya pula menjalankan ibadah haji. Begitu juga, anak dibiasakan mengeluarkan infak, shodaqoh meskipun tidak banyak, ia terbiasakan mengeluarkan zakat pada usia mukallaf, jika ada kesempatan orang tua hendaknya mengajak anak menghadiri majelis-majelis ta’lim. Dan semuanya ini tidak akan berhasil jika orang tua sebagai pendidik hanya memerintah dengan ucapan tanpa adanya penerapan dan keteladanan dari orang tua.11
Adapun yang menjadi indikator Bimbingan Agama Islam dalam keluarga :
1. Membimbing dalam belajar agama Islam:
a. Membimbing anak untuk melaksanakan sholat b. Membimbing anak untuk membaca Al-Qur’an c. Membimbing anak tentang akhlak
- Memberikan keteladan
- Memberikan contoh yang baik - Membimbing perilaku yang baik
d. Membimbing anak untuk melaksanakan puasa wajib dan sunah. 2. Memberi pujian atau hadiah pada anak apabila:
a. Rajin dalam mengerjakan ibadah sholat, puasa dan rajin dalam membaca Al-Qur’an.
b. Mengerjakan hal-hal yang positif, yang baik.
3. Memberi hukuman secara bertahap apabila anak melakukan kesalahan 4. Menyediakan fasilitas, yaitu dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak
yang berkaitan dengan keagamaan.
Sedangkan yang menjadi indikator ketaatan beribadah anak adalah: 1. Melaksanakan sholat fardhu tepat pada waktunya
2. Selalu berdoa setelah melakasanakan sholat 3. Membaca A1-Qur'an setelah sholat maghrib 4. Melakasanakan puasa baik fardhu maupun sunnah 5. Taat dan berbakti kepada orang tua.
6. Berperilaku yang baik
7. Mengeluarkan infaq, shodaqoh, zakat
F. Hipotesis
Hipotesa merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya dengan riset, oleh karena itu hipotesis adalah “dugaan yang mungkin benar dan mungkin salah”.12
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah "Adanya Hubungan Antara Bimbingan Keagamaan Orang Tua pengaruhnya Terhadap Ketaatan beribadah Anak (Studi Korelasi Pada Siswa MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga) Tahun 2005.
12 Kartini Kartono, Pengantar M ethodologi R iset Sosial, Bandung, Mandar Maju, 1990,
10
G. Metode Penelitian
1. Metode Penentuan Subyek Obyek Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dibatasi sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama.11
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas siswa MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga. Sedangkan yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah kelas IV-VI dengan jumlah 50 anak.
Pengertian dari sampel itu sendiri adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 14
2. Metode Pengumpulan Data a. Metode Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tantang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.* 13 14 15
Metode ini penulis gunakan untuk mencari data tentang ketaatan beribadah anak pada siswa MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga Tahun2005.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.16 Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui gambaran umum sekolah, guru, sarana dan prasarana
lj Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rieneke
Cipta, edisi Revisi V, 2002, him. 108. 14 Ibid, him. 109.
15 Ibid, him. 128..
Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga melalui dokumen atau arsip data statistik sekolah.
c. Metode Observasi
Metode observasi disebut juga pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.17
Metode yang penulis gunakan adalah metode observasi tidak langsung yaitu dengan teknik Rating Scale. Rating Scale adalah pencatatan gejala menurut tingkatan-tingkatannya.18 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang ketaatan beribadah anak.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang ketaatan beribadah anak pada siswa MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga.
3. Metode Anal isa Data
Untuk menganalisa data yang telah terkumpul, digunakan analisa statistik dengan rumus sebagai berikut:
a. Rumus Prosentase
P=— x 100%
N
Keterangan:
P : Angka prosentasi yang diberi
17 Ibid, him. 133.
18 Sutrisno Hadi, M etodologi Research II, Yayasan Penerbit Fak. Psykologi UGM,
12
F : Frekuensi dari jawaban N : Jumlah Responden19
Rumus ini digunakan untuk mengetahui Bimbingan Keagamaan Orang Tua pengaruhnya Terhadap Ketaatan Beribadah Anak Pada Siswa MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2005.
b. Rumus Korelasi Product Moment
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan Bimbingan Keagamaan Orang Tua Terhadap Ketaatan Beribadah Anak Pada Siswa MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2005, digunakan rumus sebagai berikut:
________N Z x y - (Xx)(X> )
J{
n
I
.
x
2
-(ixfllNly
1
~(ly):}
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi variable x dan variable y xy : perkalian antara x dan y
x 2 : Variabel pengaruh y 2 : Variabel terpengaruh
N : Jumlah Sampel yang diselidiki Z : Sigma (jumlah)20
19 Sutrisno Hadi, Statistik Pendidikan III, Yogyakarta, Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM, 1982, him. 399
20 Abdulrahman Ritonga, Statistik Terapan untuk Penelitian, Lembaga Penerbit Fak.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pengasan Istilah, Pokok Masalah, Tujuan Penelitian, Kajian Pustaka, Hipotesis, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi.
Bab II Landasan terdiri dari Pengertian Bimbingan Keagamaan Orang Tua, Peranana Orang Tua dalam Mendidik Anak, Tugas dan Tanggungjawab Orang Tua, Pentingnya Bimbingan Keagamaan Kepada Anak, Pengertian Ketaatan Anak dalam Beribadah, Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketaatan Beribadah Anak, Hubungan Bimbingan Keagamaan Terhadap Ketaatan Beribadah Anak.
Bab III Gambaran Umum MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga, yaitu Letak Geogratls, Keadaan Siswa, Struktur Organisasi Sekolah dan Sarana MI Ma'arif Pulutan Sidorejo Kota Salatiga, Bimbingan Keagamaan Orang Tua Pengaruhnya Terhadap Ketaatan Beribadah Anak, Keadaan Umum Responden, Variabel Jawaban Responden, Skor Jawaban Tiap Item, Hasil Angket.
Bab IV Analisa Data terdiri dari Analisa Pertama, Analisa Kedua dan Analisa Ketiga.
BAB II
LANDASAN TOERI
A. Bimbingan Keagamaan Orang Tua 1. Pengertian bimbingan keagamaan
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
"Guidance" berasal dari kata kerja " to guide" yang berarti menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu.
Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalarn Year's Book o f Education 1995, yang menyatakan:
"Guidance is a process o f helping individual thorough their own effort to discover and develop their potentialities both fo r personal happiness and social usefulness".1
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usaha sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Menurut Drs. H.M. Arifin, M. Ed, dikatakan dengan istilah bimbingan dan penyuluhan agama, yaitu:
"Usaha pemberian bantuan terhadap seseorang yang mengalami kesuliatan baik lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut kehidupan, dimasa kini dan masa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan dibidang mental dan spiritual. Dengan maksud agar orang yang bersangkutan mampu mengasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.2
1 Hallen A,. Bim bingan dan Konseling, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, him. 3.
2 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bim bingan dan Penyuluhan Agam a, PT. Golden
Terayon Press, Jakarta, hlm.2.
14
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghidari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya .3
Keagamaan berasal dari kata agama yang istilahnya sama dengan Bahasa Inggris religion/religi.
Menurut A.S. Homby and E.C. Pam we 11 dalam kamus "An English-Reader's Dictionary" yang dikutip oleh Drs. Nasrudin Razak bukunya Dienul Islam :
a. "Belive in God as creator and controller o f the universe"
(Kepercayaan kepada Tuhan sebagai pencipta dan pengawas alam semesta).
b. "System o f faith and worshop based on such b e lie f (Sistem kepercayaan dan penyembahan didasarkan atas keyakinan tertentu).3 4 5
Sedangkan pengertian keagamaan ialah sifat-sifat yang terdapat dalam agama, segala sesuatu mengenai agama.5
Yang penulis maksud adalah agama Islam. Kalau diartikan disini agama Islam adalah sebagai berikut:
"Addin yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, ialah apa yang diturunkan oleh Allah SWT, di dalam Al-Qur'an yang disebut dalam sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah atau larangan- larangan dan petunjuk-petunjuk untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat.6
3 Bimo Walgito. Bim bingan dan Penyuluahan di Sekolah, Andi Offset, Yogyakarta,
edisi ke empat, 1993 him. 4
4 Nasruddin Razak, D ienul Islam , Al-Ma'arif, Bandung, 1989, him. 60.
5 WJS. Poerwadarminto, Kam us Besar Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982. him. 19.
16
Dalam bidang ibadah mengandung peraturan-peraturan hubungan manusia dengan Tuhannya, seperti: shalat, puasa, zakat, meng-Esakan Allah dan lain-lain yang menyangkut kepercayaan, keyakinan dan pengabdian kepada Allah.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa bimbingan keagamaan orang tua adalah usaha orang tua dalam memberikan bimbingan / pembinaan keagamaan kepada anaknya agar mereka bisa hidup sesuai dengan ajaran agamanya.
2. Peranan orang tua dalam mendidik anak
Di dalam keluarga, mula-mula anak menerima pendidikan secara langsung dari orang tuanya. Karena pendidikan anak dalam keluarga bersifat kodrat maka dalam hal ini harus menjadi fundamen bagi pendidikan yang diterima di luar rumah. Untuk selanjutnya karena anak harus mengembangkan kualitas dirinya, untuk itu anak membutuhkan lingkungan pendidikan yang lain, seperti di sekolah. Dengan demikian pendidikan keluarga harus menjadi dasar bagi pendidikan anak. Jadi orang tua berkewajiban mengasuh, mendidik serta mengarahkan agar nantinya menjadi shaleh dan shalihah serta berakhlak mulia.
depan sebagai panutan anak dimana orang tua yang pertama mereka kenal sebelum memasuki bangku sekolah ataupun pondok pesantren.
Jadi jelas bahwa peran orang tua yang sangat dibutuhkan oleh anak. Jika ayah dan ibunya membiasakan anak berlatih, bertindak, bersikap sopan dan menghormati orang lain, mengajari tentang tata cara melaksanakan ibadah sholat, membiasakan untuk berdo'a dan membaca Al-Qur'an dan mengajarinya bershadaqah, untuk menumbuhkan ketaatan anak dalam beribadah.
3. Tugas dan tanggung jawab orang tua
Orang tua sebagai manusia yang lebih dewasa adalah merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak didik mereka, disinilah mereka mula-mula menerima pendidikan baik langsung maupun tidak langsung. Disamping itu keluarga merupakan unit kehidupan bersama manusia terkecil dan alamiah, artinya secara alamiah dialami setiap kehidupan seorang manusia.7
Orang tua mempunyai tugas tanggung jawab yang sangat besar dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya dengan kebaikan dan dasar-dasar agama. Dalam bidang agama ini, tanggung jawab mereka sangat komplek, berhubungan dengan segala hal yang menyangkut masalah perbaikan jiwa dan kepribadian.
7Achmadi, Ilm u Pendidikan Islam , Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, Salatiga, 1987,
18
Pada umumnya orang tua merasa bertanggung jawab atas pendidikan dan melangsungkan hidup anak-anak mereka, dan tidak diragukan lagi bahwa tanggungjawab pendidikan secara sadar atau tidak, diterima dengan sepenuh hatinya atau tidak, hai itu adalah merupakan “fitrah” yang telah dikodratkan Allah SWT kepada setiap orang tua. Mereka tidak bisa mengelak atas tanggungjawab itu karena telah merupakan amanah Allah SWT, yang dibebankan kepada mereka.8
Disini akan diuraikan mengenai tugas dan tanggungjawab orang tua dalam keluarga.
1) Orang tua sebagai pel indung dan pemelihara
Orang tua sebagai kepala keluarga berkewajiban untuk melindungi keluarga, yaitu orang tua harus memelihara keselamatan kehidupan keluarga.
Sejak lahir anak-anak sudah membawa bakat-bakat sebagai karunia Allah kepada setiap makhluk hidup, maka kewajiban orang tua adalah memelihara, membimbing dan mengarahkan kepada akhlak yang baik.
2) Orang tua sebagai pendidik
Mendidik merupakan kewajiban orang tua dan tanggung jawab orang tua, mulai dari kecil anak harus sudah dididik kearah kebaikan, agar kelak anak itu benar-benar menjadi anak yang bisa diharapkan oleh orang tua, menjadi anak yang shaleh dan bertanggung jawab dalam kehidupannya.
20
Disamping itu orang tua hams membekali anak dengan pendidikan dan bimbingan keagamaan sebagai dasar kepribadian mereka. Dalam hal ini Prof. DR. Zakiyah Daradjat mengemukakan:
"Pendidikan agama bukanlah sekedar menyampaikan pengetahuan agama dan melatih ketrampilan dalam melaksanakan ibadah. Akan tetapi pendidikan jauh lebih luas dari pada itu ia pertama-tama bertujuan untuk membentuk kepribadian anak, sesuai dengan ajaran agama. Pembinaan sikap mental dan akhlak jauh lebih penting dari pada pandai menghafal dalil-dalil dan hukum-hukum agama yang tidak diresapkan dan dihayatinya dalam hidup".10
3) Orang tua sebagai pemimpin
Orang tua selain sebagai pelindung dan pendidik, juga berperan sebagai pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Memimpin mempakan kegiatan pengarahan dan pengendalian orang lain ke arah tujuan yang telah ditentukan. Oleh sebab itu sebagai orang tua berkewajiban mempengaruhi, mengarahkan dan mengendalikan anak dan istrinya agar mereka melaksanakan ajaran-ajaran sesuai dengan syari'at Islam.
Seorang ayah sebagai kepala keluarga mempunyai peranan penting untuk memimpin, memberikan bimbingan, pendidikan serta perlindungan. Dalam bidang pendidikan seorang ayah hams mampu bertindak sebagai seorang gum dan pemimpin bagi istri dan anak- anaknya. Untuk itulah orang tua dikatakan sebagai pemimpin hams memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap amanat Allah yang
10
dititipkan kepadanya, sebab amanat tersebut nantinya akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat di hadapan Allah SWT.
4. Pentingnya bimbingan keagamaan kepada anak
Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilakukan pada masa kecilnya dulu. Anak yang waktu kecilnya tidak pemah mendapatkan pendidikan agarna, maka pada masa dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Sebaliknya, jika orang yang waktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama, misalnva bapak-ibunya adalah orang-orang yang tahu agama, lingkungan sosial dan kawan- kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula pendidikan agama secara sengaja di rumah, sekolah dan masyarakat. Maka orang itu akan dengan sendirinya cenderung nanti hidup dalam aturan-aturan agama terbiasa menjalankan ibadah, takut melakukan larangan-larangan agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama.11
Setiap orang tua dan semua guru ingin membina anak agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan taat beribadah dan akhlak yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik yang formal (di sekolah) maupun yang informal (di rumah oleh orang tua).12
11 Ibid, him. 35
22
Disini akan diuraikan beberapa metode penelitian yang efektif untuk membimbing anak, supaya anak menjadi seperti yang diharapkan para orang tua.
a. Pendidikan dengan keteladanan
Orang tua sebagai pembimbing dan pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, segala tingkah laku dan perbuatannva akan terekam dan ditiru disadari atau tidak, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya baik dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Karenanya keteladanan merupakan faktor penentu baik buruknya anak.13
b. Pendidikan dengan adat kebiasaan
Orang tua membimbing anak tidak cukup hanya melalui suruhan, tetapi orang tua dituntut untuk menjadi contoh bagi anak- anaknya. Mengajarkan kepada mereka akhlakul karimah kepada sesama manusia dan makhluk yang lain serta mengerjakan ibadah kepada Allah. Orang tua membiasakan mengajak anak-anaknya untuk shalat beijamaah, dibiasakan berdo'a dan membaca Al-Qur'an, berbicara yang baik, menghormati orang tua dan bersikap sopan kepada orang lain.
Para orang tua hendaknya mengajarkan kepada anak-anak mereka tetang hukum-hukum halal dan haram.’4 Disini orang tua dituntut melatih anak-anaknya mengerjakan perintah-perintah Allah
u Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan A nak M enurut Islam Kaidah-kaidah Dasar,
dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya. Jika orang tua (pendidik) mendapat anaknya berbuat dosa atas kemungkaran seperti mencuri, berbicara kotor, maka orang tua harus mengingatkan bahwa yang dilakukan itu adalah perbuatan makruh, bahwa perbuatan itu haram. Dan jika orang tua (pendidik) mendapati anaknya berbuat baik atau positif, seperti mengeluarkan shadaqah atau menolong orang lain, maka orang tua juga harus mendorong supaya lebih raj in lagi dan mengatakan bahwa hal yang dilakukan itu perbuatan baik dan halal. c. Pendidikan dengan nasihat
Diantara metode dan cara-cara mendidik yang efektif didalam upaya membentuk keimanan anak, mempersiapkannya secara moral, psikis, dan sosial adalah mendidiknva dengan memberi nasihat. Sebab, nasihat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakekat, menghiasinya dengan moral mulia, dan mengajarinya tentang prinsip Islam.13
Seorang ayah dan ibu diharapkan memiliki waktu luang untuk berkumpul bersama anak-anaknya dan diisi dengan bercerita tentang kisah-kisah dan hikmah yang berintikan nasihat, dengan cara yang tidak membosankan, dan variatif sehingga tujuan membentuk rohani, jiwa, dan akhlak mereka akan tercapai. Dalam menyampaikan nasihat hendaknya orang tua menggunakan bahasa yang baik dan lemah lembut.
24
B. Ketaatan Anak Dalam Beribadah
1. Pcngertian ketaatan anak dalam beribadah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ketaatan berasal dari kata taat yang berarti senantiasa menurut (kepada Tuhan, Pemerintah).1' "taat" adalah patuh, tekun, yang dimaksud disini adalah taat pada ajaran Islam, menjalankan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan- larangan-Nya Sedangkan beribadah berasal dari kata ibadah. Menurut ahli fiqh ibadah adalah apa yang dikerjakan untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT dan mengharap pahala di akhirat.
Pembinaan ketaatan beribadah pada anak dimulai dari dalam keluarga. Ketika anak barn lahir langsung diperdengarkan suara adzan, agar pengalaman pertama melalui pendengarannya adalah kalimat-kalimat tauhid pengakuan akan keagungan Allah dan kerasulan nabi Muhammad. Dalam berbagai kesempatan ia mendengar kalimat-kalimat thoyibah, mendengar ayah ibunya membaca A1-Qur'an, bertutur kata yang baik, lemah lembut, melihat ayah dan ibunya mengerjakan shalat dan ibadah yang lain, maka dengan sendirinya anak akan mengikuti apa yang dikerjakan ayah dan ibunya.
Dengan adanya pengalaman-pengalaman keagaman tersebut serta dengan adanya peran aktif orang tua dalam membimbing anak-anaknya dan mengajak serta untuk shalat berjamaah, membaca Al-Qur'an, berdoa, bershadaqah, taat kepada orang tua, menghormati orang lain serta bertutur
15 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
kata yang baik. Dengan demikian jika anak sudah terlatih sejak kecil, maka di waktu besar nanti anak akan taat menjalankan ibadah.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan beribadah anak
Anak adalah amanat bagi .orang tuanya yang harus dijaga, dibimbing (dididik) dan diarahkan kepada kebaikan agar anak nantinya tidak terjerumus kepada kemaksiatan dan perbuatan zalim. Orang tua mengharapkan anak-anaknya menjadi anak yang shaleh dan shalikhah, mempunyai kepribadian yang kuat, sikap mental yang sehat, akhlak terpuji, serta selalu taat dalam menjalankan ibadah.
Semua itu tidak akan terjadi tanpa adanya dukungan, baik dari keluarga, sekolah maupun masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan anak beribadah adalah faktor intern dan faktor ekstem.
Faktor intern yaitu yang ada pada diri anak tersebut dan sudah melekat dalam halinya. Dalam mengerjakan ibadah anak tidak menunggu suruhan dari orang tua. Anak mengerjakan dengan niat ikhlas.
Faktor ekstem yaitu faktor yang berasal dari luar, antara lain: faktor keluarga. faktor sekolah dan lingkungan dan faktor masyarakat.
a. Faktor keluarga
26
secara sungguh-sungguh supaya anak taat dalam menjalankan ibadahnya, baik shalat, membaca A1-Qur'an, bedoa, zakat, shadaqah, taat dan berbakti kepada orang tua dan menghormati serta berperilaku baik kepada orang lain. Hal ini tidak lepas dari kondisi orang tua itu sendiri, jika orang tua di rumah selalu menjalankan shalat dengan selalu berjamaah, berdoa setelah shalat, raj in membaca Al-Qur'an, menghormati orang lain, berbicara yang baik, berzakat, senang bershadaqah, maka anak dengan sendirinya akan mengikuti seperti apa yang dikerjakan orang tuanya.
b. Faktor sekolah dan lingkungan
Sekolah adalah merupakan lembaga yang secara khusus mengenai kegiatan pendidikan pada dasamya tanggung jawab yang dipikulnya merupakan limpahan dari orang tua dan masyarakat.17
Tugas tcrsebut diberikan oleh orang tuanya untuk meneruskan pendidikan yang telah diterima didalam keluarganya agar pertumbuhan dan perkembangan baik kepribadian dan sikap keagamaanya sesuai dengan harapan.
Sekolah dalam usahanya untuk memberikan ilmu pengetahuan terhadap siswa dan sebagai lembaga pendidikan formal, harus memfungsikan pendidikannya dalam hal yang benar, yaitu dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku anak didiknya kearah yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Secara singkat sekolah mempunyai peranan penting dalam usaha membentuk kepribadian anak untuk masa depannya, terutama yang berciri khas agama, dimana kurikulumnya diajarkan pendidikan tentang akhlak dan bagaimana melaksanakan ibadah dengan baik.
Faktor lain yang mempengaruhi anak rajin dan taat menjalankan ibadah selain guru yang mengarahkan dan membimbingnya adalah adanya fasilitas di sekolah yang mendukung (masjid) dan teman-temannya. Dengan adanya fasilitas masjid, guru dan siswa dapat memanfaatkannya untuk shalat berjamaah, tadarus, pengajian, dan kegiatan keagamaan lainnya. Teman, disini juga sangat mempengaruhi anak. Jika temannya di sekolahan cuek-cuek saja dalam melaksanakan kegiatan ibadah, maka anak juga akan terpengaruh cuek. Dan sebaliknya jika temannya rajin shalat, berpuasa, bertutur kata sopan, menghormati orang lain, maka kemungkinan besar anak juga akan berperilaku yang baik dan taat menjalankan ajaran agama sesuai dengan syari'at Islam,
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan yang lebih besar dari pada lingkungan keluarga dan sekolah, masyarakat disini kita sebut saja teman pergaulan, media massa, tempat-tempat rekreasi dan orang sekitar yang bergaul dengannnya.
kegiatan-28
kegiatan agama maka anak juga akan melaksanakan kehidupannya dengan cara Islami. Begitu juga sebaliknya, jika masyarakat hidup dalam lingkungan yang acuh tak acuh dalam melaksanakan ajaran agama maka anak juga akan menjalankan ajaran agama secara acuh tak acuh.
Masyarakat terbentuk dari kumpulan keluarga yang semakin banyak, karena itu dalam perkembangan anak pandangan dan sikap hidup orang-orang yang dikagumi akan berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak, dan tidak jarang keadaan masyarakat atau organisasi dalam masyarakat juga merupakan faktor penting dalam proses pembentukkan perilaku anak.
Penulis membagi dua aspek yang berkaitan dengan ketaatan anak dalam menjalankan ibadah, yaitu aspek ibadah dan aspek akhlak.
1) Aspek ibadah
Pengertian tentang ibadah dapat kita tinjau dari dua segi, yaitu segi bahasa dan segi istilah. Menurut bahasa ibadah adalah berarti ta'at, sedang menurut istilah ilmu fiqh berarti meng-Esakan Allah, menta'zimkan Allah dengan penuh ta'zim serta menghinakan dirinya (kita) dan menundukkan jiwa kepadanya.18 19
a) Shalat
Shalat menurut bahasa berarti: do'a. sedang menurut istilah (ahli fiqh) adalah: perbuatan (gerak) yang dimulai
18 Zakiyah Daradjat, Op.Cii, him. 143.
19 Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama / IAIN Pusat, Ilm u Fiqh, Jilid I, Jakarta,
dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.20
Menjalankan ibadah shalat berarti mengadakan hubungan langsung dengan Sang Pencipta (Allah SWT), sehinggga dengan menjalankan shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Hal ini bisa diperoleh apabila shalatnya diresapi benar-benar dal am hati dan sudah melekat dalam kepribadiannya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ankabut: 45
$.\— — P ^ — gjj oil— 1^1 j l oli V2JI j
Artinya: "...dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar...." (QS. Al-Ankabut: 45)21
b) Puasa
Secara lughawi shiyam atau shaum berarti berpantang menahan diri dari sesuatu. Menurut istilah puasa atau shiyam adalah suatu ibadah kepada Allah SWT dengan syarat dan rukun tertentu dengan jalan menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain perbuatan yang dapat
2 0
Moh. Rifa'i, dkk, Terjemahan K hulasha K ifayatul A khyar, CV. Toha Putra,
Semarang, 1978, him. 53.
30
merugikan atau mengurangi makna atau nilai dari puasa, semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari.22
Menjalankan puasa di bulan Ramadhan merupakan rukun Islam yang hukumnya fardhu 'ain (wajib perseorangan) atas setiap muslim yang sudah baligh dan berakal. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 183 :
^ — Ip ^-5^ Ip
d y & y
Artinya : ' Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa" (Al- Baqarah ayat 183).23
Dari ayat tersebut, bahwa puasa bertujuan membentuk manusia bertaqwa sesungguhnya taqwa berarti suatu sikap mental yang tumbuh atas dasar jiwa tauhid dan berkembang dengan ibadah-ibadah yang dilakukan kepada Allah SWT. c) Zakat
Zakat menurut bahasa artinya: tumbuh, berkat, atau banyak kebaikan. Sedangkan menurut istilah (ahli fiqh) artinya: kadar harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok-kelompok tertentu dengan berbagai syarat.24
22 Muh. Rifa’i, dkk., Op.Cit, him. 23.
23 Depag, RI, Op.Cit, him. 44.
Zakat hukumnya fardhu 'ain atas tiap-tiap orang mukmin yang cukup syarat-syaratnya. Zakat dikeluarkan untuk membersihkan harta yang kemungkinan terdapat harta yang haram. Firman Allah surat An-Nisa' ayat 77 :
. . . \ olL/gll 1 . . . .
Artinya : "...dirikan sembahyang dan tunaikanlah zakat...."P
d) Tadarus (membaca A1-Qur'an)
Al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai suatu petunjuk dan rahmad bagi manusia dalam hidupnya. Al-Qur'an merupakan firman Allah yang berisi petunjuk bagi manusia, sebagai pedoman bagi orang-orang yang mengetahui dan mengamalkannya.
Al-Qur'an merupakan pedoman hidup bagi umat Islam sehingga sangat dianjurkan untuk membacanya agar mereka mengetahui apa yang terkandung didalamnya, baik perintah maupun larangan Allah SWT.
Adapun hikmah bagi orang yang membaca Al-Qur'an antara lain dapat menghibur perasaan yang sedih dan menjadi penawar bagi yang sedang gelisah jiwanya. Dengan membaca Al-Qur'an dan memahami isi yang terkandung didalamnya 25
serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari maka akan berlambah ketakwaan kita kepada Allah,
e) Berdo'a
Berdo'a kepada Allah ialah menyatakan bahwa ia sangat berhajat kepada-Nya dalam memperoleh sesuatu yang kita kehendaki.26
2) Aspekakhlak
Al-Ghazali memberi pengertian tentang akhlak : "A1 khuluq (jamaknva Al-Akhlaq^l ialah ibarat (sifat atau keadaan) dari perilaku yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa. daripadanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.27
Membahas tentang akhlak tidak terlepas dari perilaku manusia, sebab akhlak akan selalu berhubungan dengan tingkah laku, dan tingkah laku manusia juga tidak akan lepas dari kecenderungan jiwanya. Jika kecenderungan jiwanya didasari dengan agama, maka tingkah lakunya akan cenderung kepada perilaku keagamaan, tetapi sebaliknya jika jiwanya tidak didasari oleh agama, maka peri lakunya juga akan mengikuti nafsunya.
Adapun yang dimaksud dengan akhlak disini adalah manusia terhadap manusia lainnya yaitu sebagai berikut:
Hasby As-Sidiqi, Pedoman D zikir dan Shalat, Bulan Bintang, Jakarta, him. 97.
a) Terhadap orang tua
Merupakan suatu kewajiban bagi setiap anak untuk berbakti kepada kedua orang tua, tiada orang yang lebih besar jasanya kepada kita,. karena merekalah yang telah membesarkan, mengasuh dan mendidik dengan penuh ikhlas dan kasih sayang. Dan anak tidak boleh berlaku dan berbicara kasar kepada orang tua. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua menduduki tempat yang paling istimewa, bahkan menduduki tempai kedua Tuhan dan Rasulnya.
b) Akhlak terhadap orang lain
Di dalam kehidupan sehari-hari tidak akan lepas untuk saling berhubungan dengan orang lain, anak dengan orang tua, saudara dan orang lain. Dalam berhubungan itu Islam sudah memberikan aturan supaya dalam kita berhubungan dengan orang lain hendaknya dengan akhlak yang baik (sopan santun). Manusia tidak bisa hidup sendiri bagaimanapun kuatnya pasti akan membutuhkan orang lain untuk saling berinteraksi.
3. Hubungan bimbingan keagamaan orang tua terhadap ketaatan beribadah anak
34
tersebut taat kepada Allah, selalu mengeijakan segla perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangannya.
Pembinaan keagamaan terhadap anak akan berhasil apabila orang tua memperhatikan perkembangan jiwa anak dan berusaha menciptakan suasana harmonis dalam keluarga. Orang tua memberikan contoh, keteladanan yang baik bagi anak-anaknya dan berpegang teguh pada syariat Islam. Karena dengan cara tersebut, disamping anak dapat menerima mengenai bimbingan keagamaan yang diberikan, secara pengalaman dan praktek, mereka dapat merasakan nikmatnya beribadah dan semakin lama anak akan menjadi semakin taat dalam beribadah.
Pembinaan ketaatan beribadah anak dimulai dari keluarga. Jika orang tua sejak dini menanamkan nilai-nilai ketaatan berbadah dengan pembiasaan dan keteladanan, maka anak dengan sendirinya akan taat dalam menjalankan ibadahnya.
Dengan adanya pengalaman-pengalaman peran aktif orang tua dalam membimbing anak-anaknya dan mengajak dalam hal ibadah seperti, mengajak untuk shalat berjamaah, membaca Al-Qur'an, berdo'a, bershadaqah, taat kepada orang tua, menghormati orang lain serta bertutur kata yang baik.
Anak adalah amanat bagi orang tuanya yang harus dijaga, dibimbing dan diarahkan kepada kebaikan agar nantinya anak tidak teijerumus kepada kemaksiatan dan perbuatan zalim.
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Keadaan Umura MI Ma’arif Pulutan
1. Latar Belakang Sejarah Berdirinya MI Ma’arif Pulutan
MI Ma’arif Pulutan didirikan pada tahun 1954 oleh tokoh masyarakat Desa Pulutan antara lain : KH. Asnawi, H. Qolyubi, H. Achmad, KH. Nawawi, H. Ridwan dan H. Abdul Rouf.
Pada awal berdirinya, kegiatan belajar mengajar berlangsung dibeberapa rumah penduduk yang dipinjam oleh Madrasah. Rumah-rumah tersebut antara lain milik, H. Ridwan, H.A. Insan, H. Abdul Rouf, H. Qolyubi dan Amin Anshor. Proses pembelajaran berlangsung sangat sederhana dengan sistem klasikal dan menggunakan media pembelajaran yang sangat terbatas. Manajemen madrasah yang diterapkan juga sangat sederhana, bahkan para guru yang mengajar di madrasah tidak mendapatkan gaji dari madrasah. Jumlah siswa pada masa-masa awal ini relatif besar rata-rata 50 siswa per kelas.
Kondisi ini berjalan sampai dengan tahun 1962, dimana madrasah menempati gedung belajar yang tidak berpencar-pencar yakni di rumah H. Ridwan. Pada tahun 1966 kegiatan pembelajaran di madrasah berpindah menempati Balai Desa Pulutan. Pada tahun 1968 masyarakat menghendaki pendirian gedung madrasah. Maka didirikanlah gedung madrasah 4 ruang kelas dengan menggunakan areal tanah desa. Melihat kondisi MI yang
masih berdiri di tanah desa, maka keluarga Bani Yusuf mengambil prakarsa untuk mewakafkan sebagian tanah guna pembangunan gedung madrasah. Pembangunan gedung dimulai dengan dukungan dana dari keluarga Bani Yusuf. Gedung unit I berjumlah 5 ruang kelas untuk Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dan gedung unit II berjumlah 5 ruang kelas untuk Madrasah Ibtida’iyah (MI). Kondisi madrasah ini berlangsung hingga sekarang dengan berbagai kekurangan, kelebihan, hambatan maupun tantangan yang ada.
MI Ma’arif Pulutan berstatus DISAMAKAN, dengan dasar Surat Keputusan Kepala Kantor Departemen Agama Salatiha nomor: Mk.02/PP.03.2/888/1998 tanggal 20 Juli 1988. Adapun status tanah lokasi MI Ma’arif Pulutan adalah tanah wakaf, dengan dasar Sertifikat Tanah Wakaf dari Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertanahan Kota Salatiga Nomor: 11.03.14.01.1.00001 tanggal 29 Nopember 2001.
2. Keadaan Tenaga Pendidik
Adapun tenaga pendidik yang mengajar di MI Ma’arif Pulutan adalah sebagai berikut:
TABELI
Keadaan Guru MI Ma’arif Pulutan
No Nam a Guru Jabatan Ijazah Tertinggi
1 Drs. Abdul Basith Kepala Sekolah SI
2 Sulkhani Maimun, A.Ma PNS D II
3 Ircham PNS - MTs
4 Saefuddin Kolyubi GTT STM
5 Mustafifah, A.Ma GTT D II
6 Murtadho, S.Ag GTT SI
7 Hanik Mufidah, S.Ag GTT SI
37
9 Rohmawati, S.Pdl GTT SI 10 M. Agus Indryiatno, A.Ma GTT D II
11 Aini Nur Faizah, S.Pd GTT SI
12 Laila Mafruhah, S.Pdl GTT SI
13 Siti Anisah, A.Ma PNS D II
11 KTK dipinjamkan dari gedung TPQ Al-Syifa Pulutan yang letaknya bersebelahan dengan gedung MI Ma’arif Pulutan.
b. Daftar Inventaris Madrasah Tahun Pelajaran 2005/2006 TABEL IV
Daftar Inventaris MI Ma’arif Pulutan 2005 / 2006
No Nama Barang Jumlah 15 Radio / tape recorder / sound sistem 1
16 Komputer 1
39
6. Struktur Organisasi
TABEL V
STRUKTUR ORGANISASI
MADRASAH IBTIDAIAYH (MI) MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO KOTA SALATIGA
B. Penyajian Data Hasil Penelitian 1. Populasi dan sampel penelitian
2. Pengumpulan data
Semua data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis kumpulkan dari beberapa teknik. Yakni dokumentasi, interview, angket dan observasi. Observasi yang dalam hal ini berupa pengisian daftar rating scale tentang bimbingan keagamaan orang tua sedangkan interview dan angket mengenai ketaatan beribadah yang penulis gunakan sebagaia metode pokok dalam pengumpulan data Sedangkan yang lainnya sebagai metode bantu dalam rangkaian pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Dari data rating scale yang telah diisi oleh beberapa siswa dan jawaban dari 50 responden yang penulis gunakan dalam menganalisa data untuk mengetahui sejauh mana bimbingan keagamaan oarang tua dan ketaatan anak dalam beribadah di MI Ma'arif Pulutan Kec. Sidorejo Kota Salatiga.
3. Pelakasanaan penelitian
Adapun cara penelitian berdasarkan observasi yang berupa daftar rating scale adalah untuk memperoleh data mengenai bimbingan keagamaan orang tua yang terdiri dari 10 item. Dengan cara ini penilaiannya adalah sebagai berikut:
41
Sedangkan untuk pcnilaian terhadap variabel ketaatan beribadah diperoleh dari hasil angket adalah sama dengan penilaian pada metode observasi, yakni untuk jawaban A (baik) diberi nilai 3, untuk jawaban B (sedang) diberi nilai 2, untuk jawaban C (kurang) diberi nilai 1.
Cara penilaian tersebut adalah sama dengan variabel dan variabel 2 kemudian hasil akhir dari perhitungan tersebut adalah sebagaimana pada tabel di bawah ini.
TABEL VI
43
45
No No Responden
No Item dan Skor Total
skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
45 45 2 1 2 3 1 2 2 2 2 3 20
46 46 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 25
47 47 2 2 3 3 1 3 3 2 2 3 24
48 48 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 26
49 49 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 25
50 50 2 2 3 3 1 3 3 3 3 3 26
Seluruh data dari hasil penelitian dari penyebaran angket dapat terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data tersebut sesuai dengan proposinya masing-masing yang mengacu pada tujuan penelitian, yaitu sebagaimana tercatat di bawah ini:
1. Untuk mengetahui bagaiamana bimbingan keagamaan orang tua terhadap anak.
2. Untuk mengetahui bagaimana variasi ketaatan beribadah anak
3. Untuk mengetahui pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadap ketaatan beribadah anak
Berdasarkan dari ketiga tujuan penetilian di atas maka penulis menganalisis dari tujuan pertama dan kedua menggunakan rumus prosentase sebagai berikut:
P =
Keterangan : P : Prosentase F : Frekuensi
N : Jumlah responden
Sedangkan untuk mengetahui dari tujuan yang ketiga, penulis menggunakan rumus product moment, yaitu :
47
N Z x y - (
Zx)(Zy)
y l { N l x
2
-(E x )2}{/VSy2 -
w }
Keterangan :
rxy : Koefisiensi korelasi product moment antara variabel x dan variabel y
Zxy : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y Xx : Jumlah skor x
Xy : Jumlah skor y
N : Jumlah obyek yang diteliti
A. Analisis Pertama
Untuk mengetahui tentang bimbingan keagaman orang tua. Adapun langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Membuat tabel daftar nilai dan nominasi hasil observasi dalam daftar
rating scale pada variabel terhadap bimbingan keagamaan. 2. Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket 3. Memprosentasikan jawaban
TABEL VIII
Dari data di atas dapat dicari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rum us :
i *, + i
ki
Keterangan :
i = Interval xt = nilai tertinggi xr = nilai terendah
ki = Kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Maka berdasarkan tabel di atas tersebut dapat diketahui pada variabel bimbingan keagamaan orang tua, nilai tertinggi 28 dan nilai terendah 14. Dalam hal ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
. 2 8 -1 4 + 1
/ =
---3
Jadi jelas bahwa pada variabel ini dapat dikategorikan variasi tinggi, sedang, rendah sebagai berikut:
a. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 24 - 28 b. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 19- 23 c. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 1 4 -1 8
Kemudian dicari prosentasi frekuensi bimbingan keagamaan orang tua. Hal ini menggunakan nlmus prosentase sebagai berikut:
/> = — xl00%
53
1. Untuk kategori tinggi tentang bimbingan keagamaan orang tua antara skor 24 - 28 ada 6 responden.
F
P = — x 100%
N
= — xl00% 50
= 12%
2. Untuk kategori sedang tentang bimbingan keagamaan orang tua antara skor 1 9 -2 3 ada 11 responden
P = — xl00%
N
= 11x 1 0 0 % 50
= 22%
3. Untuk kategori rendah tentang bimbingan keagamaan orang tua antara skor 1 4 -1 8 ada 33 responden
P = — x 100%
N
33
= —-x 100% 50
= 6 6%
DISTRIBUSI FREKUENSI JAWABAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA
TA B EL X
No Bimbingan Keagamaan
Orang Tua Interval Frekuensi Prosentase
1 Tinggi 2 4 -2 8 6 12%
2 Sedang 19- 2 3 11 22%
3 Rendah 1 4 - 1 8 34 66%
Jumlah 50 100
B. Analisis Kedua
Untuk mengetahui tentang ketaatan beribadah anak.
Adapun langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Membuat tabel daftar nilai dan nominasi hasil observasi dalam daftar rating scale tentang ketaatan beribadah anak.
2. Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket 3. Memprosentasekan j awaban
57
TABEL XII
DAFTAR TENTANG DISTRIBUSI FREKUENSI JAW ABAN TENTANG KETAATAN BERIBADAH ANAK
No Responden Alternatif Jawaban Total Nominasi
26 8 1 1 27 A
27 2 6 2 20 C
28 2 3 5 17 C
29 3 2 5 18
c
30 6 3 1 25 A
31 6 1 3 23 B
32 4 2 4 20
C
33 6 3 1 25 A
34 6 3 1 25 A
35 8 1 1 27 A
36 8 1 1 27 A
37 2 3 5 17 C
38 3 4 3 20 C
39 7 2 1 26 A
40 3 3 4 19 C
41 3 3 4 19 C
42 6 3 1 25 A
43 5 2 3 22 B
44 3 4 3 20 C
45 2 6 2 20 C
46 6 3 1 25 A
47 5 4 1 24 B
48 6 4 0 26 A
49 5 5 0 25 A
59
Dari data di atas dapat dicari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rum us :
i = x, - x r +1
k i
Keterangan :
i = Interval xt = nilai tertinggi xr = nilai terendah
ki = Kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Maka berdasarkan tabel di atas tersebut dapat diketahui pada variabel tentang ketaatan beribadah anak, nilai tertinggi 28 dan nilai terendah 17. Dalam hal ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Jadi jelas bahwa pada variabel ini dapat dikategorikan variasi tinggi, sedang, rendah sebagai berikut:
a. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 25 - 28 b. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 2 1 -2 4 c. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 1 7 -2 0
P = — x 100%
N
a. Untuk kategori tinggi tentang ketaatan beribadah anak antara skor 25 - 28 ada 24 responden.
P = — x 100%
N
= — xl00% 50
= 48%
b. Untuk kategori sedang tentang ketaatan anak beribadah antara skor 21 - 24 ada 11 responden
P = — x 100%
N
= — x 100% 50
= 2 2%
c. XJtltlik kategori rendah tentang ketaatan beribadah anak antara skor 17 - 20 ada 15 responden
P = — x 100%
N
= — xl00% 50
= 30%
61
TABEL XIII
DISTRIBUSI FREKUENSI FREKUENSI JAWABAN KETAATAN BERIBADAH ANAK
No Ketaatan Anak Dalatn
Beribadah Interval Frekuensi Prosentase
1 Tinggi 25-28 24 48%
2 Sedang 21-24 11 22%
3 Rendah 17-20 15 30%
Jumlah 50 100
C. Analisis Ketiga
Untuk mengetahui tentang data dari ketaatan beribadah anak Adapun langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut:
1 . Membuat tabel daftar nilai dan nominasi hasil observasi dalam daftar rating scale pada variabel ketaatan beribadah anak.
2. fJerhbUat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket 3. Meitljtfosentasekan jawaban
4. Meilginterprestasikan hasil prosentase jawaban responden
D. Analisis Keempat
1. Membuat tabel persiapan untuk mencari korelasi antara bimbingan keagamaan orang tua pengaruhnya terhadap ketaatan beribadah anak pada siswa MI MA'arif Pulutan Sidorejo Salatiga
2. Mencari x, y, x2, y2 dengan cara mengalikannya.
3. Memasukkan nilai x dan y yang sudah ada kedalam rumus korelasi
Product Moment.
TABEL XIV
PERSIAPAN UNTUK MENCARI KORELASI ANTARA BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA TERHADAP
KETAATAN BERIBADAH ANAK MI MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO SALATIGA
No Respondent X Y Y2 XY
47 28 24 784 576 672
48 20 26 400 676 520
49 20 25 400 625 500
50 22 26 484 676 572
Jumlah 955 1162 18631 27470 22361
Selanjutnya dad tabel di atas tersebut diketahui harga-harga sebagai berikut:
Lx =955
Ly =1162
Lx2 = 18631 Ly2 =27470 Lxy =22361
Selanjutnya setelah mengetahui semuanya, kemudian memasukkan ke dalam rumus korelasi product moment.
_ _ _ _ _ _ _ A/Z x y - ( L x : ) ( Z y ) _ _ _ _ _ _
^ \N L x 2 ~ ( ljc ) 2\{N Zy2
r 50x22361 - (955)(ll62 )
-7(50*18631 - (955 f j{50*27470 - (l 162 )2} ___________ 1118050 -1109710
65
_ 8340
Txy ~ 7119525 } {23256 } 8340
^ ~ V454073400 8340 ^ " 21308 .998 ^ = 0.391
E. Analisis Lanjutan
Setelah r (koefisien korelasi) dari kedua variabel x dan y di ketahui, maka untuk mengetahui dapat dan tidaknya hipotcsis diterima atau tidak harus dikonsultasikan nilai % hasil dari perhitungan dengan nilai r yang terdapat dalam tabel nilai r product moment sehingga dapat diketahui bahwa r hitung dengan r tabel signifikan atau tidak.
Hal ini dikarenakan bila r hitung sama dengan atau lebih besar dari r tabel, maka r hitung dapat dikatakan signifikan.
Sesuai dengan responden sebanyak 50 anak binaan maka dapat dilihat dalam tabel nilai-nilai r product moment adalah sebagai berikut:
- Pada taraf signifikan 5 % = 0,279 - Pada taraf signifikan 1 % = 0,361
Sehingga dapat dibandingkan berdasarkan tabel tersebut nilai-nilai yang diperoleh ialah :