• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Teori Atribusi (Attribution Theory)

Teori atribusi berpandangan bahwa suatu perilaku merupakan suatu akibat atau efek yang terjadi karena adanya sebab. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara internal (internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (external forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar, seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan. Teori ini juga menunjukkan bahwa pencapaian kinerja seseorang di masa mendatang tidak bisa terlepas dari penyebab kesuksesan maupun kegagalan pada pelaksanaan tugas sebelumnya (Rustiarini, 2014). Teori ini menjelaskan tentang bagaimana orang menarik kesimpulan tentang “apa yang menjadi sebab” apa yang menjadi dasar seseorang melakukan suatu perbuatan atau memutuskan untuk berbuat dengan cara-cara tertentu (Yahman, 2010). Terdapat tiga faktor yang menjadi dasar pertimbangan orang untuk menarik kesimpulan apakah suatu perbuatan atau tindakan itu disebabkan oleh sifat dari dalam diri (disposisi) ataukah disebabkan oleh faktor di luar diri. Ketiga faktor dasar pertimbangan tersebut adalah :

(2)

10

a. Konsistensi: respon dalam berbagai waktu dan situasi, yaitu sejauh mana seseorang merespon stimulus yang sama dalam situasi atau keadaan yang yang berbeda.

b. Informasi konsensus: bagaimana seseorang bereaksi bila dibandingankan dengan orang lain, terhadap stimulus tertentu.

c. Kekhususan (distinctiveness): sejauh mana orang yang kita atribusi tersebut memberikan respon yang berbeda terhadap berbagai stimulus yang kategorinya lama.

Berdasarkan teori atribusi di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku terjadi akibat adanya faktor dari internal maupun eksternal. Sehingga dapat ditentukan atribusi pada seseorang, yaitu:

a. Atribusi internal, yaitu perilaku seseorang merupakan gambaran dari karakternya apabila kekhususannya rendah, konsensusnya rendah dan konsistensinya tinggi.

b. Atribusi eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai oleh kekhususannya tinggi, konsensusnya tinggi dan konsistensinya juga tinggi.

c. Atribusi internal-eksternal, hal ini ditandai oleh kekhususannya tinggi, konsensusnya rendah dan konsistensinya juga tinggi

Dari tiga atribusi diatas maka, perilaku disfungsional audit mempunyai faktor internal yang tercermin dalam sifat kepribadian, locus of control, dan komitmen organisasi sedangkan faktor eksternal terlihat pada time budget pressure.

(3)

11 2.1.2 Perilaku Disfungsional Audit

Auditing bagi perusahaan merupakan hal yang cukup penting karena memberikan pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pada awal perkembangannya audit terhadap perusahaan harus dilakukan oleh satu atau lebih pemegang saham yang bukan merupakan pejabat perusahaan, serta mereka yang ditunjuk oleh pemegang saham lainnya sebagai perwakilan pemegang saham. Fokus awal audit ini mula-mula adalah untuk menemukann penyimpangan dalam akun neraca serta menangkal pertumbuhan kecurangan. (Boynton, Johnson, dan Kell, 2005: 10).

Seiring berkembangannya perusahaan, fungsi audit semakin penting dan timbul kebutuhan dari pemerintah, pemegang saham, analis keuangan, bankir, investor, dan masyarakat untuk menilai kualitas manajemen dari hasil operasi dan prestasi para manajer. Untuk mengatasi kebutuhan tersebut, timbul audit manajemen sebagai sarana yang terpercaya dalam membantu pelaksanaan tanggungjawab mereka dengan memberikan analisis, penilaian, rekomendasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Menurut Irsyadi (2015) menyatakan bahwa, secara umum ada beberapa fungsi audit bagi sebuah organisasi:

a. Mengevaluasi kinerja perusahaan

Evaluasi kinerja adalah fungsi utama dari audit dalam sebuah organisasi. Kinerja dalam hal ini tidak hanya dinilai dari hasil

(4)

12

akhirnya saja, melainkan dari tahap perencanaan dan prosesnya. Perencanaan yang baik jika prosesnya tidak baik, maka hasilnya tidak akan baik. Selain itu, perencanaan yang tidak baik, sekalipun dilaksanakan dengan baik, hasilnya tetap tidak akan baik. Sehingga, audit sangat dibutuhkan untuk menemukan di mana letaknya suatu kesalahan.

b. Meminimalisir kesalahan

Audit dilakukan untuk memastikan bahwa suatu organisasi berjalan di jalur yang telah ditetapkan, sesuai pedoman atau panduan yang telah ditetapkan. Singkatnya, audit meminimalisir terjadinya kesalahan.

c. Memperbaiki kinerja organisasi

Audit akan menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan kinerja organisasi. Audit yang dilaksanakan di akhir periode suatu tahun anggaran bertujuan untuk merekomendasikan perbaikan pada tahun anggaran berikutnya. Sementara itu, audit yang dilaksanakan pada pertengahan tahun bertujuan untuk merekomendasikan perbaikan pada tahun atau periode yang bersangkutan.

Perilaku disfungsional audit disebut juga dengan perilaku pengurangan kualitas audit. Perilaku disfungsional auditor merupakan perilaku menyimpang dalam bentuk kecurangan, manipulasi, atau penyimpangan standar audit yang dilakukan oleh seorang auditor yang dapat berdampak pada penurunan terhadap kualitas audit secara langsung

(5)

13

maupun tidak langsung (Dewi dan Wirasedana, 2015), yang mengakibatkan penurunan kualitas laporan audit baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan dilakukannya perilaku disfungsional audit untuk memenuhi prosedur audit yang ditentukan dengan cara yang menyimpang atau tidak ditentukan dalam tahapan audit sehingga dapat menurunkan kualitas audit.

2.1.3 Time Budget Pressure

Time budget pressure menunjukkan keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran dan waktu yang telah disusun. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas audit merupakan komponen penting dalam penilaian kinerja auditor (Suryani, 2015). Kantor Akuntan Publik memberikan time budget kepada auditornya untuk mengurangi biaya audit. Karena semakin cepat waktu pengerjaan audit, maka biaya pelaksanaan audit akan semakin rendah.

2.1.4 Komitmen Organisasi

Komitmen diasumsikan sebagai refleksi dampak dari kesesuaian antara individu dengan organisasi. Komitmen pegawai merupakan hal yang penting bagi organisasi, terutama untuk menjaga kelangsungan dan pencapaian tujuan. Komitmen organisasi merupakan sikap loyalitas pekerja terhadap organisasinya dan juga merupakan suatu proses mengekspresikan perhatian dan partisipasinya terhadap organisasi (Sutrisno, 2011: 296).

(6)

14 2.1.5 Sifat kepribadian

Kepribadian merupakan suatu pola watak yang relatif permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualitas bagi perilaku seseorang (Feist dan Gregory, 2008: 5). Adanya sifat kepribadian yang berbeda antara auditor yang satu dengan auditor lain menyebabkan setiap auditor memiliki persepsi yang berbeda atas stres kerja yang dialami (Rustiarini, 2014).

2.1.6 Locus of control

Locus of control merupakan karakteristik personalitas yang menggambarkan tingkat keyakinan seseorang tentang sejauh mana mereka dapat mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya. Locus of control terkait dengan penggolongan individu menjadi dua golongan, yaitu internal dan eksternal (Chairunnisa et al., 2014). Individu dengan internal locus of control lebih menyukai pekerjaan yang menantang, menuntut kreatifitas, kompleksitas, inisiatif, dan motivasi yang tinggi. Individu dengan eksternal locus of control menyukai pekerjaan yang stabil, rutin, sederhana, dan penuh control dari atasan (Rustiarini, 2013).

2.2 PENELITIAN TERDAHULU

Dewi dan Wirasedana (2015) melakukan penelitian mengenai time budget pressure, locus of control, tax complexity, dan perilaku disfungsional audit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh time budget pressure, locus of control, tax complexity terhadap perilaku

(7)

15

disfungsional audit akuntan publik di Bali. Dengan menggunakan teknik non-probability sampling, data diperoleh melalui teknik survei dengan menyebarkan kuesioner kepada 75 auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) wilayah Bali yang terdaftar di Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2013. Analisis linear berganda digunakan dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian yaitu bahwa terdapat pengaruh positif dari time budget pressure, locus of control, dan task complexity pada perilaku disfungsional audit.

Mahardini et al., (2014) melakukan penelitian mengenai etika profesi, time budget pressure, dan perilaku disfungsional audit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh etika profesi dan time budget pressure terhadap perilaku disfungsional auditor pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan enam model dimana model pertama melakukan analisis mengenai etika profesi. Kemudian model kedua menganalisis time budget pressure. Model ke tiga sampai enam menggunakan variabel independen yang sama tapi dengan variabel dependen yang berbeda. Model pertama memberikan hasil bahwa etika profesi berpengaruh negative terhadap perilaku disfungsional audit. Hasil pengujian hipotesis kedua yang dilakukan menunjukkan bahwa time budget pressure berpengaruh negatif terhadap perilaku disfungsional audit. Pengujian terhadap hipotesis ketiga menunjukkan hasil bahwa etika profesi dan time budget pressure secara bersama-sama mempengaruhi perilaku disfungsional audit. Selanjutnya pengujian hipotesis keempat

(8)

16

menunjukkan hasil bahwa etika profesi berpegaruh negatif terhadap under reporting time. Dari hasil pengujian hipotesis kelima diketahui bahwa time budget pressure berpengaruh terhadap under reporting time. Pengujian hipotesis yang keenam memberikan hasil bahwa etika profesi dan time budget pressure secara bersama-sama mempengaruhi terjadi perilaku under reporting time.

Chairunnisa et al., (2014) melakukan penelitian mengenai locus of contol, komitmen organisasi, kinerja auditor, turnover intention dan perilaku menyimpang dalam audit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh locus of contol, komitmen organisasi, kinerja auditor, turnover intention terhadap perilaku menyimpang dalam audit. Objek penelitian ini adalah auditor independen di Pekanbaru dan Padang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner. Dari 72 kuesioner didistribusikan yang kembali adalah 62 kuesioner, tetapi hanya 59 responden yang mengisi kuesioner dan metode pemilihan sampel menggunakan analisis data dilakukan dengan model regresi berganda dengan bantuan software SPSS versi 17.0. Hasilnya menetapkan bahwa locus of control, kinerja auditor, dan turnover intention berpengaruh signifikan terhadap audit disfungsional auditor independen di Pekanbaru dan Padang. Sementara komitmen organisasi tidak memiliki efek yang signifikan terhadap audit disfungsional auditor independen di Pekanbaru dan Padang.

(9)

17

Rustiarini (2013) melakukan penelitian mengenai sifat kepribadian, locus of control, stres kerja dan perilaku disfungsional audit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stres kerja pada perilaku disfungsional audit. Tujuan penting dalam penelitian ini adalah untuk menyelidiki sifat kepribadian, yang menggunakan The Big Five Personality dan locus of control pada hubungan antara pekerjaan stres dan perilaku audit yang disfungtional. Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada perusahaan akuntan publik di Bali. Analisis regresi moderator dengan uji perbedaan absolut digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres kerja memiliki efek positif pada perilaku disfungsional audit. Selain itu ditentukan dua kepribadian yang keterbukaan terhadap pengalaman, conscientiousness, eksternal dan internal locus of control berpengaruh signifikan terhadap relasi antara stres kerja dan perilaku disfungsional audit, tapi ciri-ciri kepribadian lain yaitu extraversion, agreeableness, dan neurotisisme tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hubungan antara stres kerja dan perilaku disfungsional audit. Hal ini menunjukkan bahwa kepribadian auditor penting untuk mengurangi kemungkinan perilaku disfungsional audit.

2.3 HIPOTESIS PENELITIAN 2.3.1 Time Budget Pressure

Dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan melakukan efisiensi dalam biaya dan

(10)

18

waktu. Akibat tuntutan tersebut, menyebabkan timbulnya time budget pressure (Lautania, 2011). Keterbatasan waktu yang ada mengakibatkan auditor bekerja dibawah tekanan sehingga mengabaikan proses audit dan hanya mengerjakan beberapa bagian yang dianggap penting.

Time budget pressure termasuk dalam faktor eksternal. Menurut teori atribusi, faktor eksternal memiliki konsistensi tinggi yang artinya time budgert pressure memiliki respon yang tinggi terhadap perilaku disfungsional audit, konsensus tinggi yang artinya adanya respon auditor yang tinggi terhadap time budget pressure dalam berbagai waktu dan situasi tertentu yang dapat mempengaruhi perilaku disfungsional audit. Kemudian kekhususan yang tinggi yang bermakna time budget pressure mengakibatkan respon tinggi daripada variabel yang lain yang dapat mempengaruhi perilaku disfungsional audit. Munculnya time budget pressure dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku disfungsional audit.

Penelitian Dewi dan Wirasedana (2015) menunjukkan hasil time budget pressure berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional audit. Sedangkan penelitian Mahardini et al., (2014) menunjukkan hasil bahwa time budget pressure berpengaruh negatif terhadap perilaku disfungsional audit. Berdasarkan uraian di atas, maka muncul hipotesis:

H1: Time budget pressure berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional audit

(11)

19

Penilaian atas sifat kepribadian sering digunakan sebagai prediktor kinerja dan perilaku seseorang. Sifat kepribadian yang dimiliki setiap orang berbeda, namun pada dasarnya sifat kepribadian yang baik akan menjauhkan seseorang berperilaku buruk dan sebaliknya (Rustiarini, 2013).

Sifat kepribadian termasuk sebagai faktor internal. Menurut teori atribusi, faktor internal memiliki konsistensi tinggi yang artinya sifat kepribadian memiliki respon yang tinggi terhadap hubungan time budget pressure terhadap perilaku disfungional audit. Sifat kepribadian memiliki konsensus rendah yang artinya auditor bereaksi rendah terhadap sifat kepribadian dibandingkan dengan orang lain yang dapat mempengaruhi hubungan time budget pressure terhadap perilaku disfungional audit. Kemudian kekhususan rendah yang artinya auditor memberikan respon rendah terhadap sifat kepribadian daripada variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku disfungsional audit. Dapat disimpulkan bahwa sifat kepribadian memiliki pengaruh yang lemah terhadap perilaku disfungsional audit. Berdasarkan uraian di atas, maka muncul hipotesis:

H1a: sifat kepribadian memperlemah hubungan time budget pressure terhadap perilaku disfungional audit

Locus of control berperan dalam motivasi, locus of control yang berbeda biasanya mencerminkan motivasi yang berbeda dan kinerja yang berbeda (Lautania, 2011). Locus of control terkait dengan penggolongan

(12)

20

individu menjadi dua golongan, yaitu internal dan eksternal. Seseorang yang meyakini keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya berada dalam kontrolnya disebut memiliki locus of control internal, sedangkan seseorang yang meyakini keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya ditentukan oleh faktor-faktor eksternal (di luar kontrolnya) disebut memiliki locus of control eksternal (Chairunnisa et al., 2014).

Penelitian ini menduga bahwa auditor yang mempunyai locus of control internal yang tinggi menganggap time budget pressure sebagai suatu tantangan untuk meningkatkan kinerjanya. Namun berbeda dengan auditor yang memiliki locus of control eksternal yang tinggi. Auditor yang memiliki kepribadian ini menganggap time budget pressure merupakan faktor diluar kendali auditor sehingga memperkuat kemungkinan terjadinya perilaku disfungsional audit. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1b: locus of control internal memperlemah hubungan time budget pressure terhadap perilaku disfungsional audit

H1c: locus of control eksternal memperkuat hubungan time budget pressure terhadap perilaku disfungsional audit

2.3.2 Komitmen Organisasi

Auditor yang berkomitmen tinggi akan mempunyai usaha yang keras dan akan mempunyai kinerja yang lebih baik daripada yang tidak berkomitmen (Chairunnisa et al., 2014). Komitmen organisasi

(13)

21

menunjukkan kekuatan relatif untuk berpihak dan terlibat dalam organisasi, keinginan untuk berusaha sekuat tenaga untuk organisasi, termasuk juga keinginan untuk bertahan dalam organisasi merupakan orientasi individu terhadap organisasi dalam hal loyalitas, identifikasi dan keterlibatan.

Komitmen organisasi merupakan faktor yang bersumber dari internal, sehingga memiliki kekhususan rendah, konsensus rendah dan konsistensi yang tinggi. Kekhususan rendah berarti auditor memberikan respon rendah terhadap komitmen organisasi daripada variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku disfungsional audit. Konsensus rendah artinya auditor bereaksi rendah terhadap komitmen organisasi dibandingkan dengan orang lain yang dapat mempengaruhi perilaku disfungsional audit. Konsistensi yang tinggi artinya adanya respon auditor yang tinggi terhadap komitmen organisasi dalam berbagai waktu dan situasi tertentu yang dapat mempengaruhi perilaku disfungsional audit. Dapat disimpulkan bahwa, auditor yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan mengurangi pengaruh terhadap disfungsional audit.

Penelitian Chairunnisa et al., (2014) menunjukkan hasil bahwa komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap perilaku disfungsional audit. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

(14)

22

H2: Komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap perilaku disfungsional audit

Sifat kepribadian yang baik akan memberikan pengaruh yang baik terhadap lingkungan. Sifat kepribadian merupakan faktor internal sehingga akan mengurangi perilaku disfungsional audit. Sifat kepribadian memiliki kaitan terhadap komitmen organisasi, dimana kepribadian yang baik akan menambah kuat komitmen yang dimiliki auditor.

H2a: sifat kepribadian memperkuat hubungan komitmen organisasi terhadap perilaku disfungsional audit

Penelitian ini menduga bahwa auditor yang mempunyai locus of control internal yang tinggi menganggap komitmen organisasi sebagai suatu tantangan untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadi perilaku disfungsional audit. Namun berbeda dengan auditor yang memiliki locus of control eksternal yang tinggi. Auditor yang memiliki kepribadian ini menganggap komitmen organisasi merupakan faktor diluar kendali auditor sehingga memperkuat kemungkinan terjadinya perilaku disfungsional audit. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2b: locus of control internal memperkuat hubungan komitmen organisasi terhadap perilaku disfungsional audit

H2c: locus of control eksternal memperlemah hubungan komitmen organisasi terhadap perilaku disfungsional audit

(15)

23

2.8 KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan penjabaran hipotesa diatas, dapat digambarkan hubungan antar variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Locus Of Control: -internal -eksternal Sifat Kepribadian Komitmen Organisasi Time Budget Pressure Perilaku Disfungsional Audit

Referensi

Dokumen terkait

Hasil studi di lapangan menunjukkan bahwa pengolahan data, input data barang, input data transaksi, serta laporan pendapatan harian dan bulanan pada Toko Melati Agency masih

Program atau aplikasi yang akan dibangun akan mengubah atau lebih tepatnya melakukan konversi format text DOS ke dalam bentuk ANSI dalam sistem operasi windows, sehingga dapat

Julia Quinn’s The Viscount Who Loved Me is a historical-romance which talks about love and marriage among the British upper class people in the nineteenth century. Since the

konsep elektronika yang digunakan dalam proses kontrol di industry, komponen-komponen yang digunakan dalam elektronika industri (Sensor dan transduser, Aktuator, Motor listrik,

Setelah proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a match pada mata pelajaran fiqih pokok bahasan zakat, terjadi peningkatan hasil belajar pada

The aim of this study was to determine the genetic variation and relationship of 24 genotypes of Madura tobaccos with Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) analysis..

Faktor lain yang mempengaruhi subjek mempunyai minat untuk menikah dengan pria warga negara asing karena subjek terobsesi memiliki pacar seperti bapaknya. Faktor ini terjadi

[r]