PERANAN KEPEMIMPINAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN PEGAWAI KEMENTRIAN AGAMA WILAYAH
PROVINSI SUMATERA UTARA
OLEH:
DORA OCTARIA 122103099
PROGRAM STUDI DIII KESEKRETARIATAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
NAMA : DORA OCTARIA
NIM : 122103099
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KESEKRETARIATAN
JUDUL : PERANAN KEPEMIMPINAN DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KEDISIPLINAN PEGAWAI
KEMENTRIAN AGAMA WILAYAH PROVINSI
SUMATERA UTARA
Tanggal: ... September 2015 Ketua Program Studi DIII Kesekretariatan
NIP. 19741012 200003 2 003
(Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE, MM)
Tanggal: ... September 2015 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
NIP. 19560407 198002 1 001
NAMA : DORA OCTARIA
NIM : 122103099
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KESEKRETARIATAN
JUDUL : PERANAN KEPEMIMPINAN DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KEDISIPLINAN PEGAWAI KEMENTRIAN AGAMA WILAYAH PROVINSI
SUMATERA UTARA
Medan, September 2015
Menyetujui, Dosen Pembimbing
NIP. 19741012 200003 2 003
i
KATA PENGANTAR
Penulismengucapkanpujidan syukurkehadiratAllahSWTyang telah
memberikanberkah-Nyasehinggadapatmenyelesaikanpenulisan TugasAkhir inidenganjudul:“Peranan Kepemimpinan Dalam Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Pegawai Kementrian Agama Wilayah Provinsi Sumatera Utara“. Salawat dan salam juga penulis sampaikan kepadaNabiBesarMuhammad SAW,besertakeluarga danpara sahabatnya, karenadengansyafaat-Nyalahkita dapatkeluar darialamkegelapankealamyang terang benderang, kemudian dari awal yang tidak mengetahui menjadi mengetahui. Amin.
Pada saatmelakukanpenulisanTugasAkhir inipenulisbanyakmendapat bantuanbaikmorilmaupunmateril,serta motivasi,pengarahandanrestudari semua pihak, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, tanpa mengurangi
rasahormatpenulis terhadapyanglainnya. Oleh karena itu, penulis
bersediadengan senanghati menerima kritikan,masukan,sertanasehatyangsifatnyamembangundariparapembaca
demikebaikandankesempurnaanTugasAkhir ini.Maka dalamkesempatanini denganrasakerendahan hatiizinkanlahpenulismenyampaikanucapan terima kasih kepadayangterhormat :
1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr.Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. IbuDr.BebyKarinaFawzeea
Sembiring,SE,MM,selakuKetuaProgramStudiD-III
ii
Serta telah memberikan kesediaan waktunya untuk memberikan pengarahan dan saran dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
4. Ibu Magdalena. L.L. Sibarani, SE, MSi, selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. SeluruhstafpengajarataudosendanpegawaiFakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
6. Kepada seluruh karyawan / karyawati di Kantor Kementerian Agama Kota Medan, yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
7. Kepadaorangyangpaling penulisistimewai, kagumi, sayangi, cintai, danhormatidalam kehidupanyangsangatberjasa dalammembesarkandanmembimbing
penulissertaselalusabardalammendidik menjadianakyang berguna danshaleha,buatkeduaorang tuapenulisAyahanda tersayang Ali Mukhtar
PohanIbunda tersayang Mujiarni S.Pd.
Kasihsayangyangdiberikankepadapenulis,
kasihsayangmamadanayahtidakdapatterhitungolehapapun,semogaAllahya
ng akanmembalassemuakebaikan-kebaikanyang telahkalianberikan
kepadapenulis. Amin.
8. Kepada Abang Penulis Reza Pohan, ST dan adik Penulis Nazwa Descavita yang selalu memberikan semangat dan kasih sayangnya. Terima kasih atas rasa sayangnya selama ini.
iii
Dian Nitami, Widia Pangestika, Ulfah Indahsari, Tasya Junita yang selalu menjadi rekan terbaik dan terima kasih atas semua dukungan dan perhatiannya selama ini. Persahabatan yang selalu jalan tanpa rentan waktu.
10. Untuk teman kelompok magang Penulis yaitu Rizki Putri Ananda,
Rohayati, Suci Mardhotilah, Widia Pangestika yang telah memberikan kerjasama dan kesetiakawanan yang baik selama 6 minggu menjalani proses magang.
11. Untuk teman-teman Penulis di Program Studi Diploma III Kesekretariatan stambuk 2012. Terima kasih atas semua perhatian dan rasa sayang yang diberikan kepada penulis. Penulis berharap pertemanan kita tidak hanya berakhir di Fakultas Ekonomi dan Bisnis saja, tetapi akan selalu terukir dan menjadi kenangan yang terindah dalam setiap masa.
Segala budi baik berupa bantuan, semangat dan kebahagiaan yang telah diberikan selama penulisan Tugas Akhir ini, kiranya mendapat Ridho dan balasan dari Allah SWT. Semoga Tugas Akhir ini memberikan manfaat bagi semua pihak. Wassalam.
Medan, September 2015 Penulis
iv DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGATAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Sistematika Penelitian ... 6
BAB II PROFIL INSTANSI ... 8
2.1 Ruang Lingkup Perusahaan... 8
2.1.1 Sejarah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara ... 8
2.1.2 Visi, Misi, dan Makna Logo Perusahaan ... 13
2.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 18
2.3 Job Description ... 19
BAB III PEMBAHASAN ... 34
3.1 Pengertian Kepemimpinan ... 34
3.1.1. Tipe Kepemimpinan ... 35
v
3.1.3. Fungsi Kepemimpinan ... 42
3.2 Pengertian Disiplin ... 44
3.2.1. Jenis-jenis Disiplin kerja... 48
3.2.3. Tingkat dan Jenis Sanksi Disiplin... 49
3.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Disiplin Kerja ... 51
3.2.5. Pentingnya Disiplin Kerja... 52
3.2.6. Hubungan Disiplin Dengan Produktivitas Kerja ... 52
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
4.1 Kesimpulan ... 54
4.2 Saran ... 55
vi
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam suatu organisasi, pemimpin memiliki peran yang sangat penting
demi kemajuan organisasi dimana pemimpin memegang kekuasaan penting dalam setiap pengambilan keputusan, membuat rencana dasar dan dalam menentukan tujuan organisasi. Keberhasilan dari suatu organisasi sangatlah ditentukan oleh
pemimpin dalam menerapkan teori kepemimpinan dalam organisasi.
Salah satu hal terpenting yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah
kepemimpinan. Kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, serta mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok. Kepemimpinan
seseorang dapat mencerminkan karakter pribadinya. Di samping itu dampak kepemimpinannya akan mempengaruhi keberhasilan sebuah lembaga.
Thoha (2003:9) mendefinisikan gaya kepemimpinan merupakan norma
perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain. Terdapat ketiga macam tipe kepemimpinan yaitu tipe
kepemimpinan otoriter, demokrasi, dan bebas. Tipe kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin tentunya berdampak pula pada perilaku kerja dan terhadap kinerja pegawai.
Sikap, karakteristik kepribadian, nilai, dan kualitas diri seorang pemimpin akan memengaruhi perilaku dirinya, termasuk bagaimana ia menangani situasi,
2
ini dapat sangat mempengaruhi tempat kerja serta motivasi, moril dan kinerja pegawai (Sutikno, 2014;16)
Untuk mencapai tujuan bersama, manusia di dalam organisasi perlu
membina kebersamaan dengan mengikuti arahan dari pemimpinnya. Dengan arahan tersebut, perbedaan keinginan, kehendak, kemauan, perasaan, kebutuhan
dan lain-lain dipertemukan untuk digerakkan kearah yang sama oleh seorang pemimpin untuk mencapai tujuan bersama.
Peran pemimpin dalam suatu perusahaan sangat diharapkan dalam
menciptakan rasa keadilan bagi karyawan. Karakteristik pemimpin akan berpengaruh terhadap iklim kerja dalam suatu perusahaan, sehingga seorang
pemimpin harus mampu menjadi penggerak bagi orang lain atau bawahan untuk dapat menjalankan setiap aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan organisasi.
Menurut Daft (2010:286) sikap yang paling menarik dari para pemimpin adalah sikap-sikap yang berhubungan dengan pekerjaan, sikap yang mempengaruhi kinerja para pegawai. Dua sikap yang berhubungan dengan
penciptaan kinerja tinggi adalah kepuasan terhadap pekerjaan seseorang dan komitmen pada perusahaan.
Menurut Shashkin (2011:2) kepemimpinan yang bermakna menjadi penting karena membuat suatu keteraturan. Keteraturan ini muncul dalam kinerja para pengikut, di dalam suatu organisasi. Untuk menjaga loyatitas dari pengikut atau
Disiplin merupakan tindakan untuk mendorong anggota pegawai untuk memenuhi tuntutan sebagai ketentuan yang telah ditetapkan organisasi dan diharapkan dapat dipatuhi oleh pegawainya. Pendisiplinan pegawai diartikan
seabagai suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai sehingga para pegawai yang lain serta
meningkatkan prestasi kerja Siagian (2002:305)
Semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan
mencapai hasil yang optimal (Handoko, 2001:209). Disiplin disini adalah mengenai disiplin kerja, waktu kerja dan disiplin menaati peraturan yang sudah
ditetapkan. Kesadaran tinggi diperlukan dalam melaksanakan aturan yang dapat diwujudkan dalam disiplin kerja yang tinggi, untuk mencapai tingkat produktivitas. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab
seseorang terhada tugas-tugasnya yang diberikan kepadanya.
Disiplin kerja adalah suatu sikap, perilaku, yang dilakukan secara sukarela dan penuh kesadaran untuk mengikuti peraturan yang telah ditetapkan perusahaan
baik tertulis maupun tidak tertulis Nitisemito (2006:199). Disiplin juga merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur serta
menujukkan tingkat kesungguhan tim kerja dalam organisasi. Tindakan disiplin menurut adanya hukuman terhadap karyawan yang gagal dalam memenuhi standar yang ditentukan. Oleh karena itu tindakan disiplin tidak ditentukan secara
sembarangan melainkan melalui pertimbangan bijak.
Menurut Hasibuan (2001:190) disiplin yang baik mencerminkan besarnya
4
Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap pemimpin selalu berusaha agar para pegawainya mempunyai disiplin yang baik. Seorang pemimpin
dikatakan efektif dalam kepemimpinannya, jika para pegawainya berdisiplin baik. Pimpinan harus dapat memberikan contoh yang baik yang menyangkut
disiplin kerja kepada pegawai, sehingga dapat menerapkan dalam pekerjaan mereka masing-masing. Pimpinan yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi akan lebih mudah menerapkan kedisiplinan tersebut kepada
pegawainya.Dari uraian ini jelas bahwa kepemimpinan itu sangat penting, fungsi kepemimpinan merupakan kebijaksanaan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan disiplin kerja pegawai.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik dengan judul “Peranan Kepemimpinan Dalam Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Pegawai Kementrian
Agama Wilayah Provinsi Sumatera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peranan Kepemimpinan Dalam
Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Pegawai pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara ?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan Peranan
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Kementrian Agama Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini akan
menjadi bahan masukan pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara untuk mengetahui Peranan Kepemimpinan
Dalam Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Pegawai pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara.
2. Bagi Penulis, menambah dan memperluas pengetahuan dalam Peranan
Kepemimpinan Dalam Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Pegawai pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara .
3. Bagi Penulis lain, sebagai bahan masukan, referensi, dan perbandingan dalam penelitian dengan objek ataupun masalah yang sama dimasa yang akan datang maupun untuk penelitian lanjutan.
1.5 Sistematika Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Sumatera Utara yang berlokasi di Jln. Jend. Gatot Subroto No. 261, Kecamatan Medan Sunggal, Medan. Untuk lebih jelasnya, jadwal penelitian
6
Tabel 1.1
Jadwal Kegiatan Penulisan Tugas Akhir
No Kegiatan
Minggu Ke
1 2 3 4
1 Persiapan
2 Pengumpulan Data
3 Penulisan
Sumber : Penulis (2015)
Pada kegiatan pengumpulan data, penulis melakukan pengumpulan data selama 4 minggu, dimulai tanggal 25 Mei sampai 15 Juni 2015 pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dimana pada minggu ke-1
(pertama) dilakukan persiapan, pada minggu ke-2 (kedua) dan ke-3 (ketiga) dilakukan pengumpulan data dan yang terakhir pada minggu 4 (keempat)
dilakukan penulisan Tugas Akhir.
1.6 Sistematika Pembahasan
Adapun Sistematika Penulisan dalam Tugas Akhir ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah atau alasan mengapa penulis ingin menulis judul, serta menjelaskan mengenai perumusan masalah, manfaat
dan tujuan penelitian, sistematika penulisan yang terdiri dari lokasi dan waktu penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, metode analisis. Pada bab ini
BAB II. PROFIL PERUSAHAAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Sejarah Ringkas, Struktur Organisasi, Job Description, Visi dan Misi serta Arti Logo Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara.
BAB III. PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Manfaat Kecerdasan Emosional Dalam Aktivitas Kerja Sekretaris Pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara.
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan Kesimpulan dan Saran atas
8 BAB II
PROFIL INSTANSI
2.1. Sejarah Singkat Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara
Pada saat berdirinya Departemen Agama tahun 1946, Pulau Sumatera masih merupakan sebuah Provinsi, dimana yang memimpin Gubernur pada waktu itu
adalah Mr. Tengku Moch. Hasan. Sejalan dengan itu Gubernur Sumatera mengangkat H. Muchtar Yahya sebagai kepala “Jawatan Agama Sumatera” yang
kedudukannya berada di bawah jabatan Gubernur. Setelah wilayah Sumatera dibagi menjadi 3 (tiga) provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Provinsi Sumatera Selatan. Di ketiga wilayah provinsi ini ditunjuklah H.
Mukhtar Yahya manjadi koordinator Jawatan-Jawatan Agama yang berkedudukan di Bukit Tinggi. Atas nama Presiden Gubernur Sumatera M. Tengku Moch. Hasan
mengangkat Kepala-Kepala Jawatan Agama yang tugas pokoknya mengurus pemerintahan khususnya agama di wilayah masing-masing yaitu Teuku Moch. Daud Beureuh di wilayah Provinsi Sumatera Utara, Nazaruddin Thoha di
Sumatera Tengah dan K. Azhari di Provinsi Sumatera Selatan.
Dalam sejarahnya sesudah kantor Jawatan Agama Provinsi Sumatera Utara
ada hubungan dengan Kementrian Agama yang berkedudukan di Yogyakarta, H. Muchtar Yahya dipindahkan ke pusat untuk menduduki jabatan baru sebagai Kepala Urusan Keagamaan Wilayah Sumatera, di Provinsi Sumatera Utara yang
1953 Jawatan Agama Sumatera Utara diserah terimakan kepada Tengku Abdul Wahab Silimeun, Jawatan Agama yang awalnya berkedudukan di Bukit Tinggi
berpindah ke Kota Raja di Banda Aceh, sedangkan koordinator untuk Keresidenan Sumatera Utara dipinpin oleh H. M. Bustami Ibrahim.
Pada tahun 1956, struktur pemerintahan berubah lagi. Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara yang merupakan gabungan dari keresidenanan Sumatera Timur dan Tapanuli, berkedudukan di Medan. Sementara itu akibat faktor politik
dan kepentingan nasional Daerah Aceh dijadikan Daerah Istimewa Aceh yang berkedudukan di Kota Raja Banda Aceh. Oleh karena itu dihunjuklah K. H.
Muslich sebagai pemimpin Jawatan Agama Provinsi Sumatera Utara dan pimpinan Jawatan Agama Daerah Istimewa Aceh tetap ditangan Tengku Wahab Silimeun. Sejak saat itulah Jawatan Agama kedua Provinsi ini berdiri
sendiri-sendiri dan untuk perkembangan selanjutnya diatur berdasarkan peraturan-peraturan yang ditetapkan Kementerian Pusat. Perlu diketahui situasi keagamaan
Keresidenan Sumatera Timur dan Tapanuli sebelum digabung menjadi satu jawatan Agama Provinsi Sumatera Utara, bahwa yang menjadi pimpinan Keagamaan Keresidenan Sumatera Timur pada waktu itu dipegang oleh raja-raja
yang jumlahnya tidak sedikit dengan wilayah sesuai taklukannya dan perturan yang dibuat sesuai daerah setempat.
Setelah Indonesia merdeka, Komite Nasional membentuk Badan-badan Agama di setiap keresidenan sebagai cikal bakal Dewan Agama. Adalah Partai Masyumi yang mempunyai inisiatif sangat kuat membentuk badan yang akan
10
Nasional Indinesia Pusat (KNIP). Dan berkat perjuangan Masyumi secara aklamasi usul tersebut diterima oleh anggota KNIP. Akhirnya berdirilah Dewan
Agama Keresidenan Sumatera Timur yang awal mulanya berada ditingkat Kewedanan Mandailing Tapanuli Selatan.
Sebelum adanya Dewan Agama di daerah Tapanuli, masalah-masalah yang berhubungan dengan agama ditangani oleh KUA bersama Kadhi. Merekalah pelaksana tugas berbagai hal yang berhubungan dengan masalah keagamaan
seperti pernikahan, perceraian, pengurusan mesjid, ibadah sosial dan lain sebagainya. Dengan kelahiran Dewan Agama di daerah Sumatera Timur dan
berakhirnya masa penjajahan, masyarakat mendesak agar dibentuk jawatan yang mengurusi masalah agama dan keagamaan.
Sejalan dengan itu pada tahun 1946 diadakan pelaksanaan Konfrensi
Masyumi di Mandailing Tapanuli Selatan. Salah satu kesepakatannya adalah memutuskan untuk mendesak pemerintah (keresidenan) agar membentuk
“Jawatan Agama” yang akan mengelola masalah-masalah agama mulai pada tingkat Keresidenan, Kewedanan dan Kecamatan yang selama ini pelaksananya adalah seorang Kadhi. Dalam komperensi tersebut disepakati secara bulat,
membentuk jawatan Agama yang mereka beri nama “Dewan Agama”. Sementara itu anggota konfrensi belum mengetahui berita tentang berdirinya Kementerian
Agama di pusat. Usul tersebut oleh Residen Tapanuli mendapat tanggapan yang cukup positif dan kemudian menjadi agenda penting dan pokok pembahasan KNIP sebagai lembaga yang berwenang ketika itu dan akhirnya desakan untuk
Melihat kondisi di atas, Kota Medan tidak mau menyia-nyiakan memanfaatkan kesempatan tersebut, maka pada tahun 1946 berdirilah Kantor
Departemen Agama Kota Medan. Di tengah hiruk pikuk desakan penggayangan Gerakan 30 S/PKI kala itu. Seorang tokoh KAPPI Sumatera Utara bernama AR.
Tarub Daulay mengambil alih sebuah rumah lantai dua di Jalan Bintang yang sebelumnya rumah ini adalah milik seorang dokter keturunan cina yang menyelamatkan diri dari hiruk-pikuknya penggayangan G 30 S/PKI karena
keterlibatannya dengan Partai terlarang tersebut, ia berusaha melarikan diri.
Sebagai tokoh organisasi AR. Tarup tidak mendapatkan kesulitan untuk
menguasai rumah itu. Sungguh suatu kebetulan ditunjuknya Kepala Kementerian Agama pertama Kota Medan yakni H. Abir Juhdi Daulay merupakan ayah kandung AR. Tarup Daulay, dengan demikian sangat bijak saat itu H. Abir Juhdi
Daulay merehab dan membangun rumah tersebut serta menjadikannya sebagai kantor, lantai dua beliau jadikan untuk tempat tinggal keluarganya dan lantai satu
sebagai ruang kerja Kantor Departemen Agama Kota Medan hingga tahun 1984. Sampai sekarang gedung tersebut masih berdiri walau tidak diketahui bagaimana status kepemilikan asset bekas kantor dimaksud.
Bertitik tolak pada sejarah Departemen Agama Kota Medan, menurut beberapa sumber sebenarnya pada tahun 1980 sebahagian urusan keagamaan
yakni Bagian Urusan Pendidikan telah pindah ke Jalan Sei Batu Gingging No.12 yang pada saat itu merupakan Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Sumatera Utara, akan tetapi Kepala Kantor Departeneb Agama Kota Medan
12
Sebagai catatan akhir, secara yuridis pada tahun 1984 dengan dibangunnya Kantor Departemen Agama Wilayah Provinsi Sumatera Utara di Jalan Gatot Subroto dilaksanakanlah serah terima pemakaian dan kepemilikan Kantor oleh pihak Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Sumatera utara kepada pihak Kantor Departemen Agama Kota Medan dan ditempati hingga saat ini.
Adapun gambaran organisasasi Departemen Agama berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 53 Tahun 1971 (Tentang Pembentukan Perwakilan Departemen Agama Provinsi dan Kantor Depatemen Agama Kabupaten dan Inspektoran Perwakilan), susunan kedudukan Departemen Agama adalah sebagai berikut:
1. Perwakilan Departemen Agama Provinsi.
2. Perwakilan Departemen Agama Kabupaten.
3. Kantor Urusan Agama Kecamatan.
4. Urusan Pengawasan adalah Inspektorat perwakilan.
Pada Tahun 2002 Menteri Agama memutuskan bahwa Kantor Departemen Agama Kota Medan termasuk pada Typologi I.J. dengan Susunan Organisasi dan tata kerja Kementerian Agama Medan seperti di bawah :
1. Struktur Typologi Departemen Agama Medan Provisi Sumatera Utara.
2. Bagian Tata Usaha.
3. Bidang Urusan Agama Islam.
4. Bidang Penyelenggaraan Haji, Zakat dan Wakaf.
5. Bidang Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum.
6. Bidang pendidikan keagamaan, Pondok Pesantren, pendidikan Agama
7. Bidang Bimbingan Masyarakat Kristen.
8. Pembimbing Masyarakat Khatolik.
9. Pembimbing Masyarakat Hindu.
10. Pembimbing Masyarakat Budha.
11. Kelompok jabatan fungsional.
(Kementerian Agama Kota Medan, 2012)
Makna Logo Kantor Kementerian Agama
Pada umumnya setiap perusahaan memiliki logo atau lambang yang memiliki makna tersendiri yang biasanya menunjukkan cita-cita pendirian, visi
dan misi dari perusahaan tersebut, demikian halnya dengan Kantor Wilayah Kementrian Agama mempunyai logo, yang mempunyai makna antara lain:
[image:23.595.222.383.430.581.2]Sumber : http://sumut.kemenag.go.id (2015)
Gambar 2.1 Logo Kantor Wilayah Kementrian Agama
1. Bintang bersudut lima yang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa
14
tugas Pemerintahan dalam Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
2. 17 kuntum bunga kapas, 8 baris tulisan dalam Kitab Suci dan 45 butir padi bermakna Proklamasi Kemerdekaan republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, menunjukkan kebulatan tekad para Karyawan Kementerian Agama untuk membela Kemerdekaan Negara Kesatuan republic Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
3. Butiran Padi dan Kapas yang melingkar berbentuk bulatan bermakna bahwa Karyawan Kementerian mengemban tugas untuk mewujudkan masyarakat
yang sejahtera, adil, makmur dan merata.
4. Kitab Suci bermakna sebagai pedoman hidup dan kehidupan yang serasi
antara kebahagiaan duniawi danukhrawi, materil dan spirituil dengan ridha
Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa.
5. Alas Kitab Suci bermakna bahwa pedoman hidup dan kehidupan harus
ditempatkan pada proporsi yang sebenarnya sesuai dengan potensi dinamis dari Kitab Suci.
6. Kalimat Ikhlas Beramal bermakna bahwa Karyawan Kementerian Agama
dalam mengabdi kepada masyarakat dan Negara berlandaskan niat beribadah dengan tulus dan ikhlas.
7. Perisai yang berbentuk segi lima sama sisi dimaksudkan bahwa kerukunan
Kelengkapan makna lambang Kementerian Agama melukiskan motto: Dengan Iman yang teguh dan hati yang suci serta menghayati dan mengamalkan
Pancasila yang merupakan tuntutan dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, karyawan Kementerian Agama bertekad bahwa
mengabdi kepada Negara adalah ibadah.
Visi – Misi Kantor Kementerian Agama Kota Medan
Kantor Kementerian Agama Kota Medan telah menentukan Visi dan Misi sebagai berikut:
Visi
“Terwujudnya Masyarakat Agamis, Intlektual Dan Berkualitas Menuju Masyarakat Kota Medan Yang Madani, Religius Dan Bermartabat”.
Misi :
Misi Kantor Kementerian Agama Kota Medan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan penghayatan moral ke dalam spiritual dinamika keagamaan.
2. Meningkatkan dan memperkokoh kerukunan antar umat beragama.
3. Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada madrasah dan sekolah
umum.
4. Meningkatkan pemberdayaan lembaga keagamaan.
16
2.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi Kementerian Agama Medan yaitu berbentuk garis dan staf yang disusun berdasarkan atas pertimbangan untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi baik jangka panjang maupun jangka pendek. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun struktur adalah rentang pengawasan yaitu jumlah orang yang diawasi oleh atasan tertentu. Bila suatu organisasi relative kecil, maka bentuk organisasi garis masih dapat dipergunakan. Akan tetapi bila organisasi itu berkembang dengan semakin luas, akan timbul berbagai kesulitan dan masalah, sehingga perlu bantuan kepada tenaga ahli yang dianggap lebih mampu memberikan solusi dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor: 53 Tahun 1971 Tentang Pembentukan Perwakilan Kementerian Agama Propinsi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan Inspektorat Perwakilan, susunan Kementerian Agama adalah sebagai berikut :
I. Perwakilan Kementerian Agama Provinsi
II. Perwakilan Kementerian Agama Kabupaten
III. Kantor Urusan Agama Kecamatan
IV. Urusan Pengawasan adalah Inspektorat Perwakilan
Sementara itu sesuai dengan keputusan Menteri Agama No 18 tahun 1975 tentang susunan organisasi dan tata kerja Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri dari:
a. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
b. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kotamadya
Pada masa inilah Kementerian Agama Kotamadya Medan memasuki masa persiapan untuk berdiri sendiri, yang pada awalnya berkantor di Jalan Bintang
hingga tahun 1980, sebelum pindah ke Jalan Sei Batu Gingging yang pada waktu itu merupakan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara.
2.3 Job Description
Secara struktural, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera
Utara dipimpin oleh seorang Kepala Kantor Wilayah. Dalam menjalankan tugasnya Pemimpin Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera
Utara dibantu oleh :
a. BAGIAN TATA USAHA
Bagian Tata Usaha berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 13
Tahun 2013 mempunyai tugas melakukan koordinasi perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan pelayanan dan pembinaan administrasi keuangan dan barang
milik negara di lingkungan kantor wilayah berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.
Dalam melaksanakan tugas Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi penyusunan rencana, evaluasi program dan anggaran, serta laporan;
b. Pelaksanaan urusan keuangan;
c. Penyusunan organisasi dan tata laksana; d. Pengelolaan urusan kepegawaian;
e. Penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum; f. Pelaksanaan bimbingan kerukunan umat beragama;
g. Pelaksanaan informasi dan hubungan masyarakat; dan
h. Pelaksanaan urusan ketatausahaan, rumah tangga, perlengkapan, dan pengelolaan barang milik / kekayaan negara pada Kantor Wilayah
20
Susunan Organisasi Bagian Tata Usaha terdiri atas: a. Subbagian Perencanaan dan Keuangan;
b. Subbagian Organisasi, Tata Laksana, dan Kepegawaian; c. Subbagian Hukum dan Kerukunan Umat Beragama;
d. Subbagian Informasi dan Hubungan Masyarakat; e. Subbagian Umum; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas Organisasi Bagian Tata Usaha :
(1) Subbagian Perencanaan dan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran, evaluasi dan laporan, serta pelaksanaan urusan keuangan.
(2) Subbagian Organisasi, Tata Laksana, dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan organisasi dan tata laksana serta
pengelolaan urusan kepegawaian.
(3) Subbagian Hukum dan Kerukunan Umat Beragama mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan peraturan perundang-undangan,
bantuan hukum, dan pelaksanaan urusan kerukunan umat beragama serta pelayanan masyarakat Khonghucu.
(5) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan, rumah tangga, perlengkapan, dan pemeliharan serta pengelolaan barang
milik/kekayaan negara.
b. BIDANG PENDIDIKAN MADRASAH
Bidang Pendidikan Madrasah berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2013 mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, bimbingan,
dan pembinaan pengelolaan sistem informasi di bidang pendidikan madrasah berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama.
Dalam melaksanakan tugas Bidang Pendidikan Madrasah menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di bidang pendidikan madrasah;
b. Pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang kurikulum, dan evaluasi, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengembangan potensi siswa, kelembagaan, kerja sama, dan pengelolaan
sistem informasi pendidikan madrasah; dan
c. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pendidikan madrasah.
Susunan Organisasi Bidang Pendidikan Madrasah terdiri atas: a. Seksi Kurikulum dan Evaluasi;
b. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan;
22
d. Seksi Kesiswaan;
e. Seksi Kelembagaan dan Sistem Informasi Madrasah; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas Organisasi Bidang Pendidikan Madrasah :
(1) Seksi Kurikulum dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang kurikulum dan evaluasi pada RA, MI, MTs, MA, dan MAK.
(2) Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan
pembinaan di bidang pendidik dan tenaga kependidikan pada RA, MI, MTs, MA, dan MAK.
(3) Seksi Sarana dan Prasarana mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang sarana dan prasarana pada RA, MI, MTs, MA, dan MAK.
(4) Seksi Kesiswaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pengembangan potensi siswa pada RA, MI, MTs, MA, dan MAK.
(5) Seksi Kelembagaan dan Sistem Informasi Madrasah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,
c. BIDANG PENDIDIKAN AGAMA DAN KEAGAMAAN ISLAM
Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam berdasarkan Peraturan
Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2013 mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan, serta pengelolaan sistem informasi di
bidang pendidikan agama dan keagamaan Islam berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.
Dalam melaksanakan Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di bidang
pendidikan agama dan keagamaan Islam;
b. Pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang pendidikan agama Islam pada pendidikan anak usia dini, taman kanak-kanak,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan diniyah, pendidikan al-Quran, dan pondok pesantren, serta pengelolaan sistem informasi
pendidikan agama dan keagamaan Islam; dan
c. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pendidikan pendidikan agama dan keagamaan.
Susunan Organisasi Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam terdiri atas:
a. Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar;
b. Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Menengah;
24
d. Seksi Pondok Pesantren;
e. Seksi Sistem Informasi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas Organisasi Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam :
(1) Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang
pendidikan agama Islam pada pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar.
(2) Seksi Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Menengah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pendidikan agama Islam pada pendidikan
menengah.
(3) Seksi Pendidikan Diniyah dan Al-Quran mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pendidikan diniyah takmiliyah, diniyah formal dan kesetaraan serta pendidikan al-Quran.
(4) Seksi Pondok Pesantren mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang
pendidikan pondok pesantren.
bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pengelolaan sistem informasi pendidikan agama dan keagamaan Islam.
d. BIDANG PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2013 mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan, serta pengelolaan sistem informasi di bidang penyelenggaraan haji dan umrah berdasarkan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.
Dalam melaksanakan tugas Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan kebijakan teknis dan perencanaan di bidang penyelenggaraan haji dan umrah;
b. Pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang pendaftaran, dokumen, perlengkapan haji, pembinaan jemaah haji dan umrah, pengelolaan keuangan haji serta pengelolaan sistem informasi haji;
c. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang penyelenggaraan haji dan umrah.
Susunan Organisasi Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah terdiri atas: 1. Seksi Pendaftaran dan Dokumen Haji;
2. Seksi Pembinaan Haji dan Umrah;
3. Seksi Akomodasi, Transportasi, dan Perlengkapan Haji; 4. Seksi Pengelolaan Keuangan Haji;
26
Tugas Organisasi Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah :
(1) Seksi Pendaftaran dan Dokumen Haji mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pendaftaran dan dokumen haji.
(2) Seksi Pembinaan Haji dan Umrah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pembinaan haji dan umrah.
(3) Seksi Akomodasi, Transportasi, dan Perlengkapan Haji mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,
dan pembinaan di bidang akomodasi, transportasi, dan perlengkapan haji. (4) Seksi Pengelolaan Keuangan Haji mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang
pengelolaan keuangan haji.
(5) Seksi Sistem Informasi Haji mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pengelolaan sistem informasi haji dan umrah.
e. BIDANG URUSAN AGAMA ISLAM DAN PEMBINAAN SYARIAH Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2013 mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang urusan agama Islam dan pembinaan syariah serta pengelolaan sistem informasi urusan agama Islam dan
Dalam melaksanakan tugas Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di bidang urusan agama Islam dan pembinaan syariah;
b. Pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang kepenghuluan, pemberdayaan kantor urusan agama dan keluarga sakinah, pemberdayaan masjid, produk halal, hisab rukyat dan pembinaan syariah
serta sistem informasi urusan agama Islam dan pembinaan syariah; dan c. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang urusan agama Islam dan
Pembinaan Syariah
Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah terdiri atas: a. Seksi Kepenghuluan;
b. Seksi Pemberdayaan Kantor Urusan Agama; c. Seksi Kemasjidan;
d. Seksi Produk Halal, Pembinaan Syariah, dan Sistem Informasi Urusan Agama Islam; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas Organisasi Bidang Urusan Agama Islam :
(1) Seksi Kepenghuluan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
28
(2) Seksi Pemberdayaan Kantor Urusan Agama mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan
pembinaan di bidang pemberdayaan kantor urusan agama.
(3) Seksi Kemasjidan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang kemasjidan.
(4) Seksi Produk Halal, Pembinaan Syariah, dan Sistem Informasi Urusan
Agama Islam mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pengelolaan
produk halal, hisab rukyat dan pembinaan syariah serta pengelola sistem informasi urusan agama Islam.
f. BIDANG PENERANGAN AGAMA ISLAM, ZAKAT DAN WAKAF Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2013 mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang penerangan agama Islam, zakat, dan wakaf serta pengelolaan sistem informasi penerangan agama Islam, zakat, dan
wakaf berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah. Kementerian Agama.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana Bidang Penerangan Agama Islam,
Zakat, dan Wakaf menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di bidang
b. Pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang penerangan dan penyuluhan agama Islam, kemitraan umat dan publikasi dakwah, hari
besar Islam, seni budaya Islam, musabaqah AlQuran dan Al-Hadits, pemberdayaan zakat dan wakaf, serta pengelolaan sistem informasi
penerangan agama Islam zakat, dan wakaf; dan
c. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang penerangan agama Islam, zakat, dan wakaf.
Susunan Organisasi Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf terdiri atas:
a. Seksi Penerangan dan Penyuluhan Agama Islam;
b. Seksi Kemitraan Umat Islam, Publikasi Dakwah dan Hari Besar Islam; c. Seksi Pengembangan Seni Budaya Islam, Musabaqah Al-Quran dan Al
Hadits;
d. Seksi Pemberdayaan Zakat;
e. Seksi Pemberdayaan Wakaf; dan f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas Organisasi Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf :
(1) Seksi Penerangan dan Penyuluhan Agama Islam mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis,
dan pembinaan di bidang penerangan dan penyuluhan agama Islam.
30
bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang kemitraan umat Islam, publikasi dakwah dan hari besar Islam.
(3) Seksi Pengembangan Seni Budaya Islam, Musabaqah Al-Quran dan Al Hadits mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan
pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pengembangan seni budaya Islam, musabaqoh al-Quran dan al-Hadits.
(4) Seksi Pemberdayaan Zakat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pemberdayaan zakat.
(5) Seksi Pemberdayaan Wakaf mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pemberdayaan wakaf serta pengelolaan sistem informasi penerangan
agama Islam, zakat, dan wakaf.
g. BIDANG BIMBINGAN MASYARAKAT KRISTEN
Bidang Bimbingan Masyarakat Kristen berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2013 mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,
bimbingan, dan pembinaan, serta pengelolaan sistem informasi di bidang bimbingan masyarakat Kristen berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.
Dalam melaksanakan tugas Bidang Bimbingan Masyarakat Kristen menyelenggarakan fungsi:
b. Pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang kelembagaan dan sistem informasi bimbingan masyarakat Kristen,
penyuluhan dan budaya keagamaan, pendidikan agama Kristen pada pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah serta dan pendidikan
keagamaan Kristen; dan
c. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang bimbingan masyarakat Kristen.
Susunan Organisasi Bidang Bimbingan Masyarakat Kristen sebagaimana terdiri atas:
a. Seksi Kelembagaan dan Sistem Informasi Bimbingan Masyarakat Kristen; b. Seksi Penyuluhan dan Budaya Keagamaan;
c. Seksi Pendidikan Agama Kristen pada Pendidikan Anak Usia Dini
danDasar;
d. Seksi Pendidikan Agama Kristen pada Pendidikan Menengah;
e. Seksi Pendidikan Keagamaan Kristen; dan f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas Organisasi Bidang Bimbingan Masyarakat Kristen :
(1) Seksi Kelembagaan dan Sistem Informasi Bimbingan Masyarakat Kristen mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan,
32
(2) Seksi Penyuluhan dan Budaya Keagamaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan
pembinaan di bidang penyuluhan dan budaya keagamaan.
(3) Seksi Pendidikan Agama Kristen pada Pendidikan Anak Usia Dini dan
Dasar mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pendidikan agama Kristen pada pendidikan anak usia dini dan dasar.
(4) Seksi Pendidikan Agama Kristen pada Pendidikan Menengah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan
teknis, dan pembinaan di bidang pendidikan agama Kristen pada pendidikan menengah.
(5) Seksi Pendidikan Keagamaan Kristen mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pendidikan keagamaan Kristen.
h. TUGAS PEMBIMBING MASYARAKAT KATOLIK
Pembimbing Masyarakat Katolik mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan, bimbingan, pembinaan, dan pengelolaan sistem informasi di bidang bimbingan masyarakat Katolik berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.
i. TUGAS PEMBIMBING MASYARAKAT HINDU
Pembimbing Masyarakat Hindu mempunyai tugas melaksanakan
bimbingan, pembinaan, dan pengelolaan sistem informasi di bidang bimbingan masyarakat Hindu berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama.
j. TUGAS PEMBIMBING MASYARAKAT BUDDHA
Pembimbing Masyarakat Buddha mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, bimbingan, pembinaan, dan pengelolaan sistem informasi di bidang
34 BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Kepemimpinan
Menurut C. Rost dalam Safaria (2004:3), kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan bawahan yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama.
Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi diantara orang-orang yang menginginkan perubahan signifikan, dan perubahan
tersebut mencerminkan tujuan bersama oleh pemimpin dan bawahan.
Menurut Siagian (2002:62), mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya
sedemikian rupa sehinggan orang lain itu mau melakukan kehendak pimpinan meskipun secara pribadi hal itu tidak mungkin tidak disenangi.Kepemimpinan
hanya dapat dilaksanakan oleh seseorang pemimpin. Seseorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa
menanyakan alasan-alasannya.
Menurut Kartono (2006:3) menjelaskan bahwa seorang pemimpin adalah
seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama.Pemimpin memiliki peran strategis dalam sebuah organisasi karena
Gaya kepemipinan juga mempengaruhi hubungan tenaga kerja dan karyawan untuk mendefinisikan perundingan beersama dan mengidentifikasikan
langkah-langkah yang diperlukan dalam mewujudkan hubungan perundingan bersama Mondy (2008:116).
3.1.1. Tipe Kepemimpinan
Menurut Arifin (2012:89) tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi dapat digolongkan ke dalam enam gaya, yaitu:
1. Tipe Kepemimpinan Otoriter (authoritarian)
Tipe kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri yaitu, (1) menganggap organisasi
sebagai milik pribadi, (2) mengidentikkan tujuan pribadi sebagai tujuan organisasi, (3) menganggap bawahan hanya sebatas alat, (4) tidak menerima kritik, saran ataupun pendapat, (4) terlalu tergantung pada kekuasaan
formilnya, dan (5) dalam tindakan pergerakan menggunakan pendekatan pemaksaan dan punitif. Gaya kepemimpinan ini tidak tepat untuk suatu
organisasi ataukelompok masyarakat pada saat ini, dimana hak asasi manusia merupakan hal yang harus dihormati oleh pemimpin sekalipun. 2. Tipe Kepimimpinan Militeristis
Tipe kepemimpinan militeristis pada dasarnya memiliki ciri-ciri yaitu: (1) menggerakkan bawahan dengan sistem perintah, (2) bergantung pada
pangkat dan jabatan, (3) senang pada formalitas yang berlebihan, (4) menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, (5) sukar menerima kritik, dan (6) menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan. Tipe
36
masyarakat yang bukan di kalangan militer, karena membukam aspirasi warga.
3. Tipe Paternalistis
Ciri-ciri dari tipe kepemimpinan paternalistis ialah: (1) menganggap
bawahan sebagai manusia tidak dewasa, (2) bersikap terlalu melindungi, (3) jarang memberikan kesempatan pada bawahan untuk mengambil keputusan, inisiatif dan mengembangkan daya kreasi, dan (4) bersikap maha tahu. Tipe
kepemimpinan ini sempat berkembang di masa lalu dimana pemimpin merupakan figur yang serba hebat dan harus ditiru dan diikuti oleh
masyarakat sebagai klien. 4. Tipe Kharismatis
Tipe kepemimpinan ini memiliki karateristik yang khas yaitu pada daya
tarik yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya sangat besar. Tegasnya, seorang pemimpin yang kharismatik
adalah seorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkrit, mengapa orang tersebut dikagumi.
5. Tipe Kepemimpinan Demokratis (democratic)
Tipe kepemimpinan demokratis memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) proses
pergerakan bawahan melalui kritik, (2) berusaha menyelaraskan kepentingan tujuan organisasi dengan tujuan pribadi dari bawahan, (3) senang menerima saran, pendapat bahkan kritik, (4) mengutamakan
menjadikan bawahannya sukses, dan (6) mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. Inti dari gaya pemimpin demokratis adalah
memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan serta memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
6. Tipe Kepimpinan Laissez Faire
Tipe kepemimpinan laisses faire berpandangan bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota
organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang ingin dicapai, tugas apa yang
mau ditunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pimpinan tidak perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional. Kementrian Agama Wilayah Provinsi Sumatera Utara mengadopsi tipe
kepemimpinan demokratis. Hal itu terlihat dari tindakan pemimpin yang senang menerima saran, pendapat bahkan terbuka atas kritik dari bawahan.
Hal ini Kakanwil berusaha mengajak semua bagian yang ada pada kantor untuk bekerja sama dalam untuk bekerjasama dalam usaha mewujudkan visi dan misi kementrian Agama Wilayah Provinsi Sumatera Utara.
3.1.2. Teori Kepemimpinan
38
kepemimpinan membicarakan bagaiman seseorang menjadi pemimpin, atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. (Sutikno, 2014:25).
1. Teori-teori dalam Kepemimpinan. a) Teori Sifat
Menurut teori sifat, hanya individu yang memiliki sifat-sifat tertentulah yang bisa menjadi seorang pemimpin. Individu tersebut lebih dikenal sebagai orang super (greatman). Teori menegaskan ide bahwa beberapa individu dilahirkan memiliki sifat-sifat tertentu yang secara alamiah menjadikan mereka seorang pemimpin. Teori ini mencoba untuk membandingkan sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin dengan individu yang bukan pemimpin. Secara umum dari hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa sifat-sifat yang dimiliki pemimpin berkorelasi kecil dengan kesuksesan seorang pemimpin. Artinya walaupun sifat-sifat tertentu penting untuk dimiliki oleh seorang pemimpin, namun sifat itu sendiri tidak bisa mendorong seorang pemimpin untuk sukses dalam mengelola organisasi, sebab masih ada faktor-faktor lain yang turut mendorong kesuksesan seorang pemimpin (Yukl dalam safaria 2004:40).
Penelitian terbaru tentang pendekatan sifat ini menghasilkan karakteristik baru yang dianggap mampu mendorong pemimpin menjadi seorang pemimpin yang efektif, seperti sifat keterampilan administratif, kemandirian dan sifat agresif dalam persaingan. Menurut Stogdill, sifat-sifat tertentu yang berkembang akibat pengaruh situasi organisas. Sebagai contoh, sifat kreativitas akan berkembang jika seorang pemimpin berada di dalam organisasi yang fleksible dan mendorong kebebasan
b) Teori Perilaku
Menurut (Arifin, 2012:29) Kepemimpinan merupakan interaksi
pemimpin dengan pengikut, dan dalam interaksi tersebut pengikutlah yang menganalisis dan mempersepsikan apakan menerima atau menolak pengaruh dari
pemimpinnya. Melahirkan dua orientasi perilaku pemimpin, yaitu: 1. Berorientasi tugas.
Mengutamakan penyelesaian tugas, dan menampilkan gaya kepemimpinan
otokratis.
2. Berorientasi pada orang.
Mengutamakan penciptaan hubungan-hubungan manusiawi menampilkan gaya kepemimpinan demokratis atau partisipatif.
c) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan
situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Siagian (2002:129) adalah:
1. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas 2. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
3. Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan 4. Norma yang dianut kelompok
5. Rentang kendali
40
7. Tingkat stress
8. Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar
cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut
berkembanglah model-model kepemimpinan berikut ( Sumber : Http://belajarpsikologi.com )
a). Model kontinu Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri
kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas. Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak
bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b. Model ” Interaksi Atasan-Bawahan”
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada
tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
1. Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik;
2. Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang
tinggi;
3. Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c. Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi
situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan
dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah:
1. Memberitahukan;
2. Menjual;
3. Mengajak bawahan berperan serta;
4. Melakukan pendelegasian.
d. Model ” Jalan- Tujuan ”
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan
42
bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.
e. Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” :
Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan
proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting
untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut
“didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.
3.1.3. Fungsi Kepemimpinan
Sesungguhnya semua orang mempunyai potensi menjadi pemimpin, yang
berbeda hanya derajat bakatnya saja, namun demikian potensi itu harus dikembangkan menjadi pemimpin yang baik dan efektif sangat dibutuhkan
keberadaannya. Kepemimpinan dan diraih. Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam dan
bukan diluar organisasi.
Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial karena harus diwujudkan
Sutikno (2014:18) secara operasional kepemimpinan dapat dibedakan menjadi lima fungsi pokok yaitu :
1) Fungsi instruktif. Fungsi instruktif ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa,
bagaimana, bilamana dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
2) Fungsi Konsulatif. Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Hal tersebut
digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang
yang dipimpinnya.
3) Fungsi Partisipasi. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya baik dalam keikutsertaan
mengambil keputusan maupun melaksanakannya.
4) Fungsi Delegasi. Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan
wewenang atau menetapkan keputusan baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan.
5) Fungsi Pengendalian. Kepemimpinan yang sukses harus mampu mengatur
aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Kelima fungsi kepemimpinan tersebut pada dasarnya merupakan strategi mengefektifkan organisasi sebagai teknik mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku atau menggerakkan anggota organisasi agar melaksanakan kegiatan
44
3.2. Disiplin
Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap
menghormati,menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya
dan tidak mengelak menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya (Sastrohadiwiryo, 2001 : 291). Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa disiplin kerja adalah sikap para
pegawai untuk berperilaku sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dimana dia bekerja. Sedangkan tindakan disiplin itu sendiri adalah pengurangan yang
dipaksakan oleh pimpinan terhadap imbalan yang diberikan oleh organisasi karena adanya suatu kasus tertentu (Gomes, 2000 :232). Tindakan disiplin ini tidak termasuk pemberhentian sementara atau penurunan jumlah tenaga kerja yang
disebabkan oleh kejadian-kejadian perilaku khusus dari pegawai yang menyebabkan rendahnya produktivitas atau pelanggaran-pelanggaran
aturan-aturan instansi.
Disiplin yang baik pada hakekatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber dari hati nurani manusia akan
menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak bertahan lama. Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan
keteladanan-keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat. Umumnya disiplin kerja dapat
berpakaian rapi ditempat kerja, jika mereka menggunakan perlengkapan kantor dengan hati-hati, jika mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan yang
memuaskan dengan mengikuti cara kerja yang telah ditentukan oleh kantor atau instansi dan jika mereka menyelesaikan pekerjaan dan semangat kerja.
Pengertian Disiplin Menurut Para Ahli
1) Menurut James Drever dari sisi psikologis, disiplin adalah kemampuan mengendalikan perilaku yang berasal dari dalam diri seseorang sesuai
dengan hal-hal yang telah di atur dari luar atau norma yang sudah ada. Dengan kata lain, disiplin dari segi psikologis merupakan perilaku
seseorang yang muncul dan mampu menyesuaikan diri dengan aturan yang telah ditetapkan.
2) Menurut Pratt Fairshild dari sisi sosiologi, disiplin terdiri dari dua bagian,
yaitu disiplin dari dalam diri dan juga disiplin sosial. Keduanya saling berhubungan satu sama lain, sehingga seseorang yang mempunyai sikap
disiplin merupakan orang-orang yang dapat mengarahkan perilaku dan perbuatannya berdasarkan patokan atau batasan tingkah laku tertentu yang diterima dalam kelompok atau lingkup sosial masing-masing. Pengaturan
tingkah laku tersebut bisa diperoleh melalui jalur pendidikan dan pembelajaran.
46
Berdasarkan ketiga pengertian disiplin menurut para ahli di atas, bisa disimpulkan bahwa dari sudut pandang manapun, disiplin merupakan sikap yang
wajib ada dalam diri semua individu. Mengapa? Karena disiplin adalah dasar perilaku seseorang yang sangat berpengaruh besar terhadap segala hal, baik
urusan pribadi maupun kepentingan bersama. Untuk mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi dalam mengerjakan sesuatu, dibutuhkan latihan dengan kesadaran dari dalam diri akan pentingnya sikap disiplin sehingga menjadi suatu
landasan bukan hanya pada saat berkerja, tetapi juga dalam berperilaku sehari-hari.
Adapun indikator yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan (dharma, 2003:355) adalah :
1). Kehadiran karyawan setiap hari
Karyawan wajib hadir dikantor sesuai dimulainya jam kerja. Setiap hari pegawai wajib mengisi absensi di finger print, dan bagi pegawai yang
berhalangan dikarenakan sakit ataupun izin, harus menyertakan surat dokter yang menyatakan bahwa kondisi pegawai tersebut memang sedang sakit.
2). Ketepatan jam kerja
Penetapan hari kerja dan jam kerja diatur atau ditentukan oleh Kementrian Agama Wilayah Provinsi Sumatera Utara. Pegawai diwajibkan untuk
mengikuti aturan jam kerja, tidak melakukan pelanggaran jam istirahat, jadwal kerja lain, keterlambatan masuk kerja, wajib mengikuti aturan jam kerja per hari. Para pegawai harus mematuhi ketepatan jam kerja yang telah ditentukan
ketepatan jam kerja ini banyak yang datang tepat waktu, hal itu menjadi salah satu bukti bahwa kepemimpinan kakanwil kementrian agama wilayah provinsi
sumatera utara berhasil dalam menetapkan peraturan jam kerja. 3). Ketaatan Karyawan terhadap peraturan
Adakalanya karyawan menunjukkan ketidakpatuhan, seperti menolak melaksanakan tugas yang seharusnya dilakukan. Jika tingkah laku karyawan menimbulkan dampak atas kinerjanya, para pimpinan harus siap melakukan
tindakan kedisiplinan.
Adapun peraturan yang berkaitan dengan disiplin, antara lain :
a. Peraturan jam masuk, pulang kerja, dan istirahat
b. Peraturan dasar tentang berpakaian dan bertingkah laku dalam pekerjaan
c. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit-unit
kerja
d. Peraturan dengan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para
pegawai selama dalam melakukan pekerjaannya.
Dari ketiga indikator kedisiplinan diatas. Pegawai pada Kementrian Agama Wilayah Provinsi Sumatera Utara cendrung sudah menjalankan semuanya
dengan baik. Walaupun tidak dapat dipungkiri, masih ada beberapa pegawai yang masih belum dapat menjalankan kedisiplinan secara baik.
3.2.1. Jenis-Jenis Disiplin Kerja
Handoko (2001: 208), menyatakan bahwa disiplin dapat dibedakan
48
1. Disiplin Preventif Yaitu disiplin yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga
penyelewengan- penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri di antara para karyawan, dengan cara ini
para karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa.
2. Disiplin Korektif
Merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencegah agar kesalahan tidak terulang kembali sehingga tidak terjadi pelanggaran pada hari-hari
selanjutnya disiplin progresif merupakan pengulangan kesalahan yang sama akan mengakibatkan hukuman yang lebih berat.
Tindakan yang dilakukan Kementrian Agama Wilayah Provinsi Sumatera
Utara dalam menerapkan disiplin kerja, antara lain :
1. Pegawai yang absen akan diberikan sanksi/denda yang telah ditetapkan
kepada setiap bagian.
2. Melaporkan kepada pimpinan yang lebih tinggi, dalam hal ini Kakanwil. Jika ada pegawai yang melakukan penyimpangan kerja, agar mendapatkan
sanksi.
3. Penjadwalan jam kerja untuk meningkatkan disiplin waktu kerja, pimpinan
Adapun jadwal kerja pegawai pada Kementrian Agama Wilayah Provinsi Sumatera Utara, yaitu :
1. Pada hari Senin – Jum’at, pegawai masuk kerja pada pukul 07.30 WIB, istirahat 12.00-13.30 WIB dan pulang pada pukul 16.00 WIB.
2. Pada hari Jum’at pegawai masuk 07.30 WIB, dan diisi dengan kegiatan seperti senam dan olahraga.
Setiap hari kerja, pegawai diwajibkan untuk mengisi absen di finger print untuk semua bagian. Hal ini merupakan salah satu upaya pimpinan dalam menerapkan kedisiplinan pegawai pada Kementrian Agama Wilayah Provinsi Sumatera Utara, yang relatif sudah dilaksanakan dengan baik.
3.2.2. Tingkat dan Jenis Sanksi Disiplin
Sastrohadiwiryo (2001:293) tujuan utama mengadakan sanksi disiplin kerja bagi pegawai yang melanggar norma-norma perusahaan adalah memperbaiki
dan mendidik para pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin. Sanksi atas pelanggaran disiplin yang dijatuhkan haruslah setimpal dengan pelanggaran
disiplin yang dilakukan sehingga secara adil dapat diterima. Pada umumnya sebagai pegangan manajer meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis sanksi disiplin kerja terdiri atas sanksi disiplin berat, sanksi disiplin sedang, dan sanksi
disiplin ringan.
1. Sanksi Disiplin Berat
Sanksi disiplin berat misalnya :
50
b. Pembebasan dari jabatan / pekerjaan untuk dijadikan sebagai pegawai biasa bagi yang memegang jabatan.
c. Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri pegawai yang bersangkutan.
d. Pemutusan hubungan kerja tidak dengan hormat sebagai pegawai di perusahaan.
2. Sanksi Disiplin Sedang
Sanksi Disiplin Sedang misalnya :
a. Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancang
sebagaimana pegawai lainnya.
b. Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasanya diberikan, harian, mingguan, atau bulanan.
c. Penundaan program promosi bagi pegawai yang bersangkutan pada jabatan yang lebih tinggi.
3. Sanksi Disiplin Ringan
Sanksi Disiplin Ringan misalnya :
a. Teguran lisan kepada pegawai yang bersangkutan
b. Teguran Tertulis
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis
3.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Disiplin Kerja
Dalam pendisiplinan kerja ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan (
Haidjrachman, dkk, 2002: 241):
1. Pembagian tugas dan pekerjaan telah dibuat lengkap dan dapat diketahui
dengan sadar oleh para pekerja.
2. Adanya petujuk kerja yang singkat, sederhana dan lengkap.
3. Kesadaran setiap pekerjaan terhadap suatu tugas atau pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya.
4. Perlakuan adil terhadap setiap penyimpangan oleh manajer.
5. Adanya keinsyafan para pekerja bahwa akibat dari kecerobohan atau kelalaian dapat merugikan organisasi dan dirinya serta ada kemungkinan membahayakan orang lain.
3.2.4. Pentingnya Disiplin Kerja
Keteraturan adalah ciri utama organisasi dan disiplin adalah salah satu
metode untuk memelihara keteraturan tersebut. Tujuan utama disiplin adalah untuk menigkatkan efisiensi semaksimal mungkin dengan cara mencegah
pemborosan. Singkatnya, disiplin dibutuhkan untuk tujuan organisasi yang lebih jauh, guna menjaga efisiensi dengan mencegah dan mengoreksi tindakan-tindakan individu dalam iktikad tidak baiknya terhadap kelompok. Lebih jauh lagi, disiplin
berusaha untuk melindungi perilaku yang baik dengan menetapkan respons yang dikehendaki. (Tohardi, 2002) Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang
52
kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga di peroleh hasil yang optimal. Adapun bagi karyawan akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan
menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
3.2.5. Hubungan Disiplin Dengan Produktivitas Kerja
Disiplin pegawai memainkan peranan yang dominan, krusial, dan kritikal dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja para pegawai.
Disiplin kerja para pegawai sangat penting. Disiplin kerja merupakan hal yang harus ditanamkan dalam diri tiap karyawan, karena hal ini akan menyangkut tanggung jawab moral karyawan itu pada tugas kewajibannya. Seperti juga suatu
tingkah laku yang bisa dibentuk melalui kebiasaan. Selain itu, disiplin kerja dapat ditingkatkan apabila tedapat kondisi kerja yang dapat merangsang karyawan untuk
berdisiplin. Disiplin kerja atau kebiasaan-kebiasaan baik yang harus ditanamkan dalam diri karyawan sebaiknya bukan atas dasar paksaan semata, tetapi harus lebih di dasarkan atas kesadaran diri dalam diri karyawan. Menurut Tohardi
(2002), ketidakdisiplinan individu atau karyawan dapat memengaruhi produktivitas kerja organisasi.
Kegiatan pendisiplinan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar meengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat di cegah. Sasaran pokoknya dalah untuk mendorong disiplin
diri di antara para karyawan untuk datang di kantor tepat waktu. Dengan datang ke kantor tepat waktu dan melaksanakan tugas sesuai dengan tugasnya, maka
sangat di pengaruhi oleh disiplin pegawai. Apalagi di antara pegawai sudah tidak menghiraukan kedisiplin kerja, maka dapat dipastikan produktivitas kerja akan
54 BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan penelitian pada Kantor Wilayah Kementeriaan Agama Provinsi Sumatera Utara, maka ditarik kesimpulan dan saran terhadap penerapan
komunikasi sebagai berikut: 4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,
maka peneliti dapat mengambil kesimpulan yang berkaitan dengan Peranan Kepemimpinan Dalam Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Pegawai Kementrian
Agama Wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai be