• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ALELOPATI GULMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH ALELOPATI GULMA"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ALELOPATI GULMA Cyperus rotundus,

Ageratum conyzoides DAN Digitaria adscendens TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT

(Lycopersicon esculentum Mill.)

YENNY FITRIA

A24070062

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

RINGKASAN

YENNY FITRIA. Pengaruh Alelopati Gulma Cyperus rotundus, Ageratum

conyzoides dan Digitaria adscendens terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.). (Dibimbing oleh DWI GUNTORO dan JUANG GEMA KARTIKA).

Alelopati merupakan peristiwa pelepasan senyawa yang bersifat racun yang dikeluarkan oleh tumbuhan yang dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang tumbuh di sekitarnya. C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens merupakan jenis gulma yang dominan pada tanaman tomat dan berpotensi mengeluarkan senyawa alelopati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati gulma C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill.).

Penelitian dilakukan pada bulan April 2011 hingga Agustus 2011 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor. Proses pembuatan ekstrak gulma dilakukan di Laboratorium Ekotoksikologi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Analisis kandungan senyawa kimia gulma dilakukan Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Laboratorium Kesehatan (LABKESDA) Provinsi DKI Jakarta.

Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (split plot design) dengan dua faktor dan 3 ulangan. Jenis gulma sebagai petak utama terdiri atas 3 jenis gulma yaitu C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens. Konsentrasi ekstrak gulma sebagai anak petak terdiri atas 4 taraf, yaitu 0 g/l (kontrol), 40 g/l, 80 g/l dan 120 g/l. Total satuan percobaan sebanyak 36 satuan. Satu satuan percobaan terdiri atas 4 polybag yang masing-masing terdapat 1 tanaman tomat sehingga terdapat 144 tanaman tomat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi alelopati dari jenis gulma C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens tidak berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Konsentrasi ekstrak gulma dapat menurunkan jumlah daun, jumlah cabang, dan bobot buah total per tanaman tomat dibandingkan kontrol. Pemberian ekstrak gulma dengan konsentrasi 40 g/l hingga 120 g/l mampu menurunkan bobot buah total per tanaman dibandingkan kontrol.

(3)

Hasil uji GC-MS mengidentifikasi beberapa senyawa yang terkandung dan tergolong kedalam senyawa alelopati dari ketiga gulma tersebut. Senyawa alelopati yang terdapat pada ekstrak gulma C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens dapat menghambat pertumbuhan dan hasil tanaman tomat diantaranya: senyawa fenol, coumarin dan asam lemak (linoleic acid, palmitic acid, stearic acid, myristic acid). Penghambatan pertumbuhan yang terjadi pada parameter jumlah daun dan jumlah cabang yang mengakibatkan penurunan bobot buah total per tanaman dan produktivitas tanaman tomat masing-masing hingga 25.86% dan 25.62% dibandingkan dengan kontrol.

(4)

PENGARUH ALELOPATI GULMA Cyperus rotundus,

Ageratum conyzoides DAN Digitaria adscendens TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT

(Lycopersicon esculentum Mill.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

YENNY FITRIA

A24070062

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(5)

Judul : PENGARUH ALELOPATI GULMA Cyperus rotundus, Ageratum conyzoides dan Digitaria adscendens TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.)

Nama : YENNY FITRIA NIM : A24070062

Menyetujui, Pembimbing I

Dwi Guntoro, SP., M.Si NIP : 19700829 199703 1 001

Pembimbing II

Juang Gema Kartika, SP., M.Si NIP. 19810701 200501 2 005

Mengetahui.

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP : 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 29 April 1990. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Suhiarto dan Ibu Sri Murni.

Riwayat pendidikan penulis dimulai tahun 1995 di SD Negeri 03 Pagi Penggilingan, Jakarta. Setelah lulus tahun 2001, penulis melanjutkan studi di SMP Negeri 236 Jakarta hingga tahun 2004. Penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri 11 Jakarta pada tahun 2007. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007, sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi mahasiswa. Tahun 2007 hingga 2008 penulis menjadi fotografer Koran Kampus IPB, tahun 2009 penulis menjadi staf Departemen Infokom Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) IPB. Tahun 2010 hingga 2011 penulis menjadi asisten mata kuliah Ekologi Tanaman, Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman, dan Pengendalian Gulma. Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan diantaranya: MPD “Semai 45”, MPF “Saung tani 45”, FESTA XXXI, Farmer Field Day IPB 2010, dan The 10th International Sago Symposium (ISS) 2011. Penulis juga pernah menjadi Oral Persenter dalam Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI) 2011 di BALITSA, Bandung, 23-24 November 2011.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Skripsi yang disusun berjudul “Pengaruh Alelopati Gulma C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)”. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh alelopati yang dihasilkan oleh beberapa gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Cikabayan, Kampus IPB Dramaga.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah turut membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, secara khusus penulis sampaikan kepada:

Dwi Guntoro, SP., M.Si sebagai pembimbing skripsi pertama yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penulisan skripsi ini.

Juang Gema Kartika, SP., M.Si sebagai pembimbing skripsi kerdua yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penulisan skripsi ini.

Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.

Ir. Purwono, MS sebagai pembimbing akademik yang memberikan arahan dan bimbingan akademik.

Ibunda Sri Murni, Ayahanda Suhiarto, Reysa, Ahmad, Renny, Simbah putri, Simbah kakung dan seluruh keluarga yang selalu memberi dukungan semangat, doa dan motivasi, serta kasih sayang yang tidak terbatas.

Pak Milin, Pak Mamat dan seluruh pegawai rumah kaca di Kebun Percobaan Cikabayan IPB yang telah membantu memfasilitasi segala kebutuhan selama penelitian berlangsung.

Nugroho Besar Pratama yang telah memberikan kasih sayang, semangat, doa, bantuan dan motivasinya selama penulis menyelesaikan penelitian.

(8)

Sahabatku Feni Shintarika, Moliya Nurmalisa, Febri Farhanny yang selalu memberikan semangat dan motivasi selama di perkuliahan.

Iyut, Dias, Fikrin, Afifah, Mukhlis, Ami, Dian, Tika atas semangat dan bantuan selama penulis menyelesaikan penelitian.

Rekan seperjuangan AGH44BERSATU yang telah memberikan kenangan persahabatan yang indah selama di perkuliahan.

Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sampaikan satu persatu, yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir. Semoga karya ilmiah ini berguna bagi semua pihak yang membutuhkan dan sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya.

Bogor, Desember 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Gulma pada Budidaya Tomat ... 3

Ageratum conyzoides L. ... 4

Cyperus rotundus L. ... 6

Digitaria adscendens Henr... 8

Alelopati ... 9

BAHAN DAN METODE ... 12

Tempat dan Waktu ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 12

Pelaksanaan Penelitian ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

Kondisi Umum ... 16

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tomat ... 16

Komponen Hasil dan Hasil Tanaman Tomat ... 25

Pembahasan ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

Kesimpulan ... 31

Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap

Tinggi Tanaman Tomat ... 19 2. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap

Jumlah Daun Tanaman Tomat ... 21 3. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap

Jumlah Cabang Tanaman Tomat ... 22 4. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap

Bobot Kering Tanaman Tomat ... 23 5. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap

Panjang Akar Tanaman Tomat pada 12 MST ... 24 6. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap

Kandungan Klorofil Daun Tanaman Tomat pada 8 MST ... 25 7. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap

Umur Berbunga, Jumlah Tandan/Tanaman, Jumlah Bunga/Tanaman, Jumlah Buah/Tanaman, Bobot Buah Total/Tanaman, dan Fruitset ... 26 8. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Gulma Ageratum conyzoides L. ... 5

2. Gulma Cyperus rotundus L. ... 6

3. Gulma Digitaria adscendens Henr. ... 8

4. Hama dan Penyakit pada Tanaman Tomat ... 18

5. Tinggi Tanaman Tomat pada 3 MST ... 20

6. Grafik Interaksi Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Bobot Kering Tanaman Tomat pada 8 MST ... 23

7. Grafik Interaksi Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Panjang Akar Tanaman Tomat pada 12 MST ... 24

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Rekapitulasi Uji-F Pertumbuhan Vegetatif, Komponen Hasil dan

Hasil Tanaman Tomat ... 38

2. Hasil Uji-F Tinggi Tanaman Tomat ... 39

3. Hasil Uji-F Jumlah Daun Tanaman Tomat ... 40

4. Hasil Uji-F Jumlah Cabang Tanaman Tomat ... 41

5. Hasil Uji-F Bobot Kering Tanaman Tomat ... 42

6. Hasil Uji-F Panjang Akar dan Kandungan Klorofil Tanaman Tomat ... 43

7. Hasil Uji-F Umur Berbunga, Jumlah Tandan/Tanaman, Jumlah Bunga/Tanaman, Jumlah Buah/Tanaman, dan Fruitset ... 44

8. Hasil Uji-F Bobot Buah Total per Tanaman dan Produktivitas Tanaman Tomat ... 45

9. Kandungan Senyawa-senyawa dalam Cyperus rotundus ... 48

10. Kandungan Senyawa-senyawa dalam Digitaria adscendens ... 47

11. Kandungan Senyawa-senyawa dalam Ageratum conyzoides ... 48

12. Deskripsi Tomat Varietas Ratna ... 49

13. Suhu Rumah Kaca selama Penelitian ... 50

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tomat merupakan salah satu jenis sayuran buah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan baik dalam keadaan segar maupun olahan. Tomat mengandung zat-zat penting bagi kesehatan manusia seperti: folat, kalium, vitamin C dan E, flavonoid, klorofil, β-karoten dan lycopene (Wilcox et al., 2003).

Produksi tomat di Indonesia pada tahun tahun 2005 sebesar 647 020 ton, sedangkan pada tahun 2007 menurun menjadi 635 474 ton, dan tahun 2009 sebesar 853 061 ton (BPS, 2009). Salah satu faktor yang menyebabkan fluktuasi produksi tomat adalah kurangnya pengelolaan lingkungan tumbuh sehingga menyebabkan adanya serangan dari organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu OPT yang dapat menurunkan produksi tanaman tomat yaitu gulma.

Gulma menimbulkan kerugian secara perlahan selama gulma hidup dalam ruang tumbuh yang sama dan berinteraksi dengan tanaman budidaya. Menurut Moenandir (2010) gulma merupakan tumbuhan yang tidak berguna karena keberadaannya tidak dikehendaki. Kehadiran gulma pada pertanaman budidaya dapat menghambat pertumbuhan, menjadi inang hama dan penyakit serta menurunkan hasil panen.

Pada pertanaman tomat, kehadiran gulma tertentu menjadi sangat penting karena dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tomat. Terdapat beberapa jenis gulma dominan yang tumbuh pada pertanaman tomat antara lain C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens (Sutater dan Bangun, 1988). Ketiga gulma tersebut diketahui menurunkan produksi pada beberapa tanaman budidaya. Hasil penelitian Inawati (2000) menunjukkan bahwa kehadiran gulma A. conyzoides dan C. rotundus pada pertanaman kedelai dapat menurunkan produksi masing-masing sebesar 21.72% dan 37%, D. adscendens dapat menurunkan hasil tanaman bawang merah sekitar 43.5% (Lasmini, 1997).

Salah satu cara gulma menurunkan produksi tanaman budidaya yaitu dengan proses alelopati. Menurut Rice (1984) alelopati didefinisikan sebagai pengaruh merugikan dari suatu tanaman (termasuk mikroorganisme) atas tanaman

(14)

lain baik langsung maupun tidak langsung melalui senyawa kimia racun yang dikeluarkan ke lingkungan tumbuhnya. C. rotundus bersifat alelopati dan mampu menurunkan hasil pada beberapa tanaman budidaya seperti bawang (89%), okra (62%), wortel (50%), kacang hijau (41%), ketimun (43%), kubis (35%), tomat (53%) dan padi (28%). Sastroutomo (1990); Ferguson dan Rathinasabapathi (2009) menambahkan bahwa senyawa alelopati dapat mempengaruhi aktivitas tumbuhan diantaranya: penyerapan hara, pembelahan sel, penghambat pertumbuhan, fotosintesis, respirasi, sintesis protein dan aktivitas enzim.

Pada umumnya pengaruh alelopati dari suatu jenis gulma terhadap tanaman budidaya sulit diketahui hanya dengan pengamatan secara visual di lapang. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh alelopati gulma C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens terhadap pertumbuhan dan hasil pertanaman tomat.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati gulma C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (L. esculentum Mill.).

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Perbedaan jenis gulma menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.

2. Konsentrasi ekstrak gulma mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.

3. Terdapat interaksi jenis gulma dengan konsentrasi ekstrak gulma terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Gulma pada Budidaya Tomat

Budidaya tomat, pada umumnya harus bebas gulma selama siklus hidupnya, terutama pada periode awal pertumbuhan tanaman agar peluang untuk menguasai ruang tumbuh sedini mungkin sebelum gulma mulai ada pada pertanaman budidaya (Laude et al., 1996). Menurut Shanmugavelu et al. (1985) periode awal pertumbuhan tanaman tomat merupakan periode kritis untuk kompetisi gulma dan diperlukan lingkungan bebas gulma untuk menjamin pertumbuhan dan hasil yang baik. Beberapa jenis gulma dominan ditemukan pada pertanaman tomat (Sutater dan Bangun, 1988), antara lain (a) golongan rumput diantaranya D. adscendens, Eleusine indica, (b) golongan teki diantaranya C. rotundus, dan (c) golongan daun lebar diantaranya Cleome rutidosperma, A. conyzoides, Amaranthus spinosus, Alternanthera philoxeroides.

Seperti tanaman tomat, gulma juga membutuhkan air, nutrisi, dan ruang untuk tumbuh, memproduksi buah serta biji-bijian (Lange et al., 1986). Menurut Moenandir (2010) gulma yang tumbuh berdekatan dengan tanaman budidaya dapat menyebabkan adanya persaingan atau kompetisi sebagai interaksi dari keduanya. Sembodo (2010) menjelaskan bahwa persaingan atau kompetisi terjadi dikaitkan dengan ketersediaan sarana tumbuh seperti air, hara, cahaya matahari, CO2 dan ruang tumbuh yang terbatas. Beberapa kerugian yang disebabkan oleh kehadiran gulma pada pertanaman budidaya antara lain: menurunkan kuantitas dan kualitas hasil panen, gulma menjadi inang hama dan penyakit tumbuhan serta gulma dapat meracuni tanaman (alelopati).

Gulma dalam tomat menimbulkan masalah serius dan mempengaruhi tanaman sehingga mengakibatkan penurunan yang signifikan pada hasil (Shanmugavelu et al., 1985). Hasil penelitian Laude et al. (1996) menunjukkan bahwa kehadiran gulma selama pertumbuhan tanaman tomat dapat meningkatkan kehilangan hasil tomat hingga 54.22%. Hal ini disebabkan adanya kompetisi gulma dengan tanaman yang semakin lama, sehingga kehilangan hasil semakin besar. Penurunan hasil akibat kehadiran gulma juga dapat melalui proses alelopati.

(16)

Menurut Rice (1984) C. rotundus bersifat alelopati dan mampu menurunkan hasil pada tomat sebesar 53%.

Gulma tidak hanya bersaing dengan tanaman tomat, tetapi juga dapat sebagai inang inang hama, penyakit dan nematoda yang pada akhirnya dapat menduduki tanaman tomat. Sebagai contoh gulma parasit seperti Cuscuta, spp. dan Orobanche spp. dapat menyerang tanaman tomat secara langsung (Lange et al., 1986). Terdapat beberapa contoh jenis gulma yang berperan sebagai inang hama dan penyakit pada tanaman budidaya lainnya diantaranya: A. conyzoides sebagai inang virus Ruga tabaci yang menyerang tembakau (Soejono, 2006), Physalis angulata sebagai inang virus pada kentang, C. rotundus, Echinochloa colona sebagai inang virus kerdil rumput pada padi melalui perantara wereng coklat (Nilaparvata lugens), D. adscendens, Leesia exandra dan Cynodon dactylon sebagai inang Cochliobolus miyabeanus pada padi (Sembodo, 2010).

Pengendalian gulma pada pertanaman tomat sebaiknya dilakukan sedini mungkin untuk meminimalkan kehilangan hasil dan menekan kompetisi atau persaingan (Laude et al., 1996). Beberapa cara pengendalian gulma yang dapat dilakukan pada pertanaman tomat antara lain, secara manual (penyiangan) dan menggunakan herbisida. Hasil penelitian Abidin et al. (1994) menunjukkan bahwa pengendalian gulma secara manual yang terbaik yaitu pada penyiangan dua kali yang dilakukan pada 1/3 umur tanaman tomat (30 hari setelah tanam) dan 2/3 umur tanaman (60 hari setelah tanam). Pengendalian secara manual yang dilakukan terus menerus dapat menurunkan hasil tomat sebagai akibat dari perlakuan mekanis yang mengganggu terhadap perkembangan tanaman. Pengendalian gulma dengan herbisida juga dapat dilakukan. Menurut Shanmugavelu et al. (1985) beberapa jenis herbisida yang umum digunakan untuk pengendalian gulma di pertanaman tomat seperti: metribuzin, chloramben, diphenamid, EPTC (ethyl dipropylthiocarbamate), nitrofen dan trifularin.

Ageratum conyzoides L.

A. conyzoides L. merupakan gulma semusim, dengan nama lokal babadotan (Jawa Barat) dan wedusan (Jawa Tengah dan Timur) . A. conyzoides L. termasuk ke dalam famili Asteraceae (Soerjani et al., 1987). A. conyzoides L.

(17)

mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga mudah tumbuh di mana-mana dan sering menjadi gulma yang merugikan para petani (Sukamto, 2007). Menurut Ming (1999) penyebaran A. conyzoides L. cukup luas, mencapai daerah tropis dan subtropis. A. conyzoides L. menyebar dari tenggara Amerika Utara ke Amerika Tengah, tetapi pusat asalnya di Amerika Tengah dan Karibia. Kebanyakan ditemukan di Meksiko, Amerika Tengah, Karibia dan Florida.

Gambar 1. Gulma A. conyzoides L. (EBD, 2010)

A. conyzoides L. dapat digunakan sebagai obat, pestisida dan herbisida, bahkan untuk pupuk dapat meningkatkan hasil produksi tanaman. Di sisi yang lain A. conyzoides L. yang menunjukkan gejala lurik kekuningan dapat menjadi sumber penyakit bagi tanaman lain yang diusahakan di sekitarnya. A. conyzoides L. telah digunakan secara luas dalam pengobatan tradisional oleh masyarakat di berbagai belahan dunia. Di India, A. conyzoides L. digunakan sebagai bakterisida, antidisentri dan antilithik. Di Brazil, perasan atau ekstrak tanaman ini sering dipakai untuk menangani kolik, flu dan demam, diare, rheumatik dan efektif mengobati luka bakar (Sukamto, 2007).

A. conyzoides L. diduga kuat mempunyai zat alelopati yang dapat menekan pertumbuhan tanaman lainnya (Sukamto, 2007). Menurut Xuan et al. (2004) penggunaan daun A. conyzoides L. dengan dosis 2 ton/ha dapat menekan sampai 75% pertumbuhan beberapa gulma pada pertanaman padi seperti

(18)

Aeschynomene indica, Monochoria vaginalis dan Echinochloa crus-galli var. formo-sensis Ohwi. Ming (1999) menambahkan bahwa metabolit sekunder dari A. conyzoides L. meliputi flavonoid, alkaloid, coumarin, minyak esensial dan tanin.

Organ-organ penting pada A. conyzoides L. antara lain : (1) batang, tanaman herba ini memiliki batang tegak berbentuk bulat, bercabang tingginya mencapai 120 cm saat berbunga. Pada bagian tanaman muda memiliki bulu halus. (2) daun, bentuk daun agak bulat telur atau berbentuk hati, pinggiran daun bergerigi dengan permukaan bergelombang dan berbulu. (3) bunga, bunga terletak di ujung atas, memiliki ganggang bunga dengan panjang 5-17 mm. (4) buah, jumlah bunga dapat mencapai 60-70 bunga dengan warna hijau pucat (Soerjani et al., 1987).

Cyperus rotundus L.

C. rotundus L. merupakan salah satu gulma merugikan di dunia, tersebar secara luas di seluruh daerah tropis dan subtropis di 52 pertanaman yang berbeda dan di 92 negara (Rao, 2000). C. rotundus L. dikenal dengan nama umum teki, dengan nama asing nut grass, nut sedge dan coco sedge. C. rotundus L. termasuk ke dalam famili Cyperaceae (teki-tekian).

(19)

C. rotundus L. mengandung minyak esensial yang dapat digunakan dalam pengobatan tradisional. Minyak yang dihasilkan berbeda-beda tergantung daerah asal tumbuhnya. Hasil penelitian Lawal dan Oyedeji (2009) menunjukkan bahwa akar C. rotundus L. di Afrika Selatan mengandung minyak esensial seperti α-cyperone, caryophyllene oksida, β-selinene, myrtenol, β-pinene dan trans-pinocarveol. Zoghbi et al. (2008) menyatakan bahwa pada akar C. rotundus L. di Brazil mengandung α-cyperone dan cyperotundone, sedangkan di India mengandung α-copaene, cyperene, valerenal, caryophyllene oksida dan trans-pinocarveol (Jirovetz et al., 2004).

Organ-organ penting pada C. rotundus L. antara lain : (1) akar, C. rotundus L. memiliki perakaran serabut yang tertutup dengan bulu-bulu halus. C. rotundus L. memiliki warna rhizoma atau rimpang pada awalnya berwarna putih dengan daging tipis, ujung rhizoma liat berwarna hitam, berakhir di umbi. Ukuran umbi pada C. rotundus L. kecil dengan panjang kurang lebih 2,5 cm dengan bentuk yang tidak teratur atau agak bulat. Pada awalnya umbi berwarna putih dan sekulen yang berkembang terus serta membentuk umbi dalam tanah, kemudian tunas/kuncup berkecambah membentuk tumbuhan baru. (2) batang, C. rotundus L. memiliki batang tegak, soliter, tingginya mencapai 15-30 (1-75) cm x 1-2 mm dengan bentuk segitiga atau triangular di dasar umbi. (3) daun, C. rotundus L. memiliki daun dengan bentuk pipih, agak kaku dengan pinggiran daun rata, bentuknya makin ke ujung lancip. Warna daun C. rotundus L. ada bagian atas hijau tua, pada bagian bawah pucat, jumlah daunnya sebanyak 4-10 dengan panjang 10-60 cm x 1-2 mm. Pelepah daun berwarna coklat kemerahan, sebagian pelepah berada di bawah tanah. (4) bunga, C. rotundus L. memiliki bunga majemuk pada bagian ujung (Soerjani et al., 1987). (5) buah, buah C. rotundus L memiliki ciri khas yaitu berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, kadang melekuk berwarna coklat, dengan panjang 1.5-4.5 cm dengan diameter 5-10 mm (Almatholib, 2005).

(20)

Digitaria adscendens Henr.

Digitaria adscendens Henr. memiliki nama lain yaitu D. ciliaris (Retz.) Koel, D. sanguinalis Scop. var. ciliaris Parl. (Soerjani et al., 1987). D. adscendens Henr. termasuk ke dalam famili Poaceae (Gramineae).

Gambar 3. Gulma D. adscendens Henr. (JIRCAS, 2009)

Menurut Rice dan Parenti dalam Qasem dan Foy (2001) senyawa alelopati yang terkandung pada D. adscendens diantaranya chlorogenic, dan isochlorogenic. Organ-organ penting pada D. adscendens Henr antara lain : (1) akar, D. adscendens Henr memiliki perakaran serabut (Halvorson dan Guertin, 2003). (2) batang, gulma semusim ini memiliki tinggi 10-60 cm, bergerombol, tidak berbuluh, bercabang, berlekuk-lekuk seperti lutut. (3) daun, helaian daun lembut, berbulu jarang, berbentuk garis-garis, menyempit ke bagian dasarnya, pinggiran dan tulang daun kasar (Pancho et al., 1977). (4) bunga, bunga majemuk terdiri dari 2-11 cabang, menjari ke atas dengan panjang 5-15 cm (Halvorson dan Guertin, 2003). Bunga berbentuk bulir, bercabang-cabang di dasarnya. Berkembang biak dengan biji dan anakan (Pancho et al., 1977). (5) biji, biji berbentuk oval cariopsis dengan panjang 2-3 mm dan memiliki warna kuning kecoklatan.

(21)

Alelopati

Tumbuh-tumbuhan menghasilkan berbagai jenis metabolit yang tidak diketahui kegunaannya dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Diduga bahwa tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan senyawa kimia yang beracun baik untuk dirinya sendiri maupun jenis-jenis tumbuhan yang lainnya (Sastroutomo, 1990).

Istilah alelopati pertama digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai interaksi biokimiawi secara timbal balik yang bersifat penghambatan maupun perangsangan antara semua jenis tumbuhan (termasuk mikroorganisme) (Rice, 1984). Rice (1984) mendefinisikan alelopati sebagai pengaruh yang merugikan dari suatu tanaman (termasuk mikroorganisme) terhadap tanaman lain baik langsung maupun tidak langsung melalui senyawa kimia racun yang dikeluarkan ke lingkungan tumbuhnya. Singh et al. (2001) menambahkan bahwa alelopati menunjukkan efek langsung atau tidak langsung tanaman ke tanaman lain melalui pelepasan zat kimia ke lingkungannya dan memegang peran penting dalam agroekosistem.

Senyawa alelopati merupakan metabolit sekunder pada tumbuh-tumbuhan. Senyawa tersebut dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan, antara lain pada daun, batang, akar, rizome, bunga, buah dan biji serta dapat dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan yang masih hidup atau telah mati (Sastroutomo, 1990). Senyawa tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori menurut struktur dan sifat yang berbeda dari senyawa tersebut diantaranya: (1) asam organik yang larut dalam air, alkohol rantai lurus, aldehid alifatik, dan keton, (2) lakton sederhana yang tak jenuh, (3) rantai panjang asam lemak (fatty acid) dan polyacetylenes, (4) Naphthouinones, anthroquinones dan quinines kompleks, (5) fenol sederhana, asam benzoat dan turunannya, (6) asam sinamat dan turunannya, (7) kumarin, (8) flavonoid, (9) tanin, (10) steroid dan terpenoid (lakton sesquiterpene, diterpenes, dan triterpenoid), (11) asam amino dan polipetida, (alkaloid dan dyanohydrins), (12) sulfida dan glukosida, (15) purin dan nukleotida (Rice, 1984; Wang et al., 2006). Senyawa alelopati dapat mempengaruhi penyerapan hara, pembelahan sel, penghambat pertumbuhan,

(22)

fotosintesis, respirasi, sintesis protein dan aktivitas enzim (Sastroutomo, 1990; Ferguson dan Rathinasabapathi, 2009).

Senyawa alelopati pada tumbuhan dapat dilepaskan dalam berbagai cara, antara lain melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan dekomposisi residu dan proses lainnya baik di alam maupun sistem pertanian (Ferguson dan Rathinasabapathi, 2009). Putnam (1984) melaporkan mengenai adanya senyawa alelopati yang dilepaskan melalui penguapan dan diindentifikasi sebagai senyawa yang termasuk ke dalam golongan terpenoid. yaitu Artemisia, Eucalyptus dan Salvia. Pada percobaan penampungan eksudat akar tanaman Hemarthia altissima diperoleh senyawa berasal dari asam-asam benzoat, sinamat dan fenolat. Hasil pencucian daun alang-alang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung dan mentimun, pembusukan sisa tumbuhan menghasilkan senyawa beracun, asam sianida (HCN) dan benzaldehida.

Beberapa jenis gulma telah banyak diteliti dan diketahui memiliki pengaruh alelopati diantaranya, A. conyzoides L., Imperata cylindrica dan C. rotundus L. memiliki pengaruh alelopati dan dapat menurunkan hasil padi gogo (Pane et al., 1988). Penelitian oleh Nugroho et al. (1988) menunjukkan bahwa alelopati yang dihasilkan oleh C. rotundus dapat mereduksi berat kering bagian atas dan bagian bawah tanaman, panjang tanaman, dan jumlah daun tanaman pada kacang tanah. Menurut Lasmini (1997) D. adscendens dan C. kyllingia terbukti memiliki potensi alelopati yang dapat menurunkan hasil pada tanaman bawang merah. Hasil penelitian Marisa et al. (2004) menunjukkan bahwa Porphyllum ruderale mengandung zat alelopati dan dapat menghambat perkecambahan benih jagung. Menurut Batish et al. (2009) A. conyzoides dapat mempengaruhi pertumbuhan awal tanaman padi dengan melepaskan senyawa kimia berupa asam penolik ke lingkungan tanah.

Tumbuh-tumbuhan bervariasi dalam menghasilkan senyawa alelopati (alelokimia) bergantung pada keadaan lingkungan tempat tumbuhan tersebut tumbuh dan gangguan serta tekanan lingkungan yang dialami. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan senyawa alelopati, antara lain kualitas, kuantitas cahaya, lamanya penyinaran, kekurangan unsur hara dan gangguan ketersediaan air. Jenis dan umur jaringan tumbuhan juga mempunyai pengaruh

(23)

yang sangat penting karena alelokimia yang tersebar tidak merata dalam tumbuh-tumbuhan. Diantara jenis tumbuhan yang satu dengan yang lainnya juga terdapat perbedaan kemampuan dalam menghasilkan alelokimia diantara sesama jenis, perbedaan dapat terjadi dalam konsentrasi alelokimia yang dihasilkan sebagai akibat adanya perbedaan genotipe. Sebagai contoh, beberapa varietas gandum liar dapat menghasilkan skopoletin dan turunannya dalam konsentrasi yang berbeda-beda. Beberapa jenis mentimun dapat menghambat perkecambahan biji-biji gulma tetapi tidak dengan jenis yang lain bahkan ada yang memberikan stimulasi (Putnam, 1984).

(24)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan April 2011 hingga Agustus 2011 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor. Proses pembuatan ekstrak gulma dilakukan di Laboratorium Ekotoksikologi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Analisis kandungan senyawa kimia gulma dilakukan Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Laboratorium Kesehatan (LABKESDA) Provinsi DKI Jakarta.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih tomat varietas Ratna, media tanam berupa tanah latosol, gulma C. rotundus, A. conyzoides, dan D. adscendens, fumigan (bahan aktif Dezomet 98%), pupuk kandang ayam, aquadest, insektisida, NPK 15-15-15, NPK Mutiara 16-16-16 dan Growmore 10-55-10.

Alat yang digunakan antara lain polybag ukuran 35 cm x 35 cm, tray, timbangan analitik, gelas ukur, meteran, digital thermo-hygrometer, LI-COR Li-6400XT, ajir, oven, kertas oven, kertas saring, blender, gunting, ember dan alat pertanian.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan dua faktor dan 3 ulangan. Jenis gulma sebagai petak utama terdiri atas 3 jenis gulma yaitu C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens. Konsentrasi ekstrak gulma sebagai anak petak yang terdiri atas 4 taraf, yaitu 0 g/l (kontrol), 40 g/l, 80 g/l dan 120 g/l, sehingga terdapat total satuan percobaan sebanyak 36 satuan. Satu satuan percobaan terdiri atas 4 polybag yang masing-masing terdapat 1 tanaman tomat sehingga terdapat 144 tanaman tomat.

(25)

Model matematika percobaan ini mengikuti model Gomez dan Gomez (1995) sebagai berikut:

Yijk = µ + αi +βj + δij + τk + (ατ)ik + εijk

Yijk = Nilai pengamatan dari jenis gulma ke-i, kelompok ke-j pada konsentrasi ekstrak ke-k,

μ = Nilai tengah umum,

αi = Pengaruh dari jenis gulma ke-i, βj = Pengaruh dari kelompok ke-j,

δij = Pengaruh galat percobaan jenis gulma ke-i pada kelompok ke-j, τk = Pengaruh dari konsentrasi ekstrak ke-k;

(ατ)ik = Interaksi antara jenis gulma ke-i dengan konsentrasi ekstrak ke-k. εijk = Pengaruh galat percobaan jenis gulma ke-i, kelompok ke-j pada

konsentrasi ekstrak ke-k.

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila hasilnya berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Tanam

Media tanam untuk polybag berupa campuran tanah latosol dan pupuk kandang ayam dengan perbandingan 2:1. Media tanam yang digunakan disterilkan dengan menggunakan fumigan yang berbahan aktif Dezomet 98% dengan dosis 40 g/m2 selama 3 minggu. Tanah yang digunakan sebanyak 576 kg dan pupuk kandang ayam sebanyak 288 kg. Sebelum disterilisasi, tanah dikeringkan terlebih dahulu selama 1 minggu. Tanah dihaluskan secara manual, kemudian disaring. Tanah dan pupuk kandang ayam dicampur sesuai dengan perbandingan, kemudian dihamparkan di lantai jemur setinggi 40 cm. Fumigan ditaburkan di atas media tanam secara rata dan ditutup rapat. Setelah satu minggu, media tanam diaduk dengan cangkul agar gas-gas fumigan dapat menguap dan ditutup rapat kembali selama 2 minggu. Media tanam dimasukkan sebanyak 6 kg per polybag.

(26)

Persemaian

Benih tomat varietas Ratna disemai dalam tray semai ukuran 72 lubang. Media persemaian yang digunakan berupa tanah latosol. Benih ditanam dengan kedalaman + 0.5 cm dengan isi 1 benih per lubang. Penyiraman dilakukan sehari dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Pemberian pupuk daun (Gandasil D) dilakukan setiap minggu dengan konsentrasi 2 g/l.

Pindah Tanam

Bibit tomat berumur 4 minggu setelah semai dipindah tanam ke dalam polybag berukuran 35 cm x 35 cm yang telah berisi media tanam. Satu polybag ditanam 1 bibit tanaman tomat.

Pengajiran

Pengajiran dilakukan agar tanaman tomat tidak rebah. Pengajiran dengan menggunakan bambu berukuran 1 meter yang dipasang pada saat tanaman berumur 2 MST. Ajir dipasang dengan jarak 5 cm dari tanaman tomat dengan kedalaman + 15 cm.

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan terdiri atas penyulaman, pemupukan, penyiraman, dan pengendalian OPT. Penyulaman tanaman dilakukan pada 1 MST. Pupuk dasar yang digunakan yaitu pupuk majemuk NPK 15-15-15 dengan dosis 600 kg/ha (Nurtika, 2007), sehingga kebutuhan pupuk sebanyak 18 g/polybag. Aplikasi pupuk dasar diberikan pada saat pindah tanam dengan cara ditugal dengan jarak 10 cm dari tanaman tomat. Pupuk lanjutan berupa NPK Mutiara 16-16-16 diberikan setiap minggu pada saat fase vegetatif dengan konsentrasi 4 g/l dan Growmore 10-55-10 pada fase generatif dengan konsentrasi 2 g/l. Setiap pupuk lanjutan dilarutkan dengan air kemudian disiramkan ke polybag. Pupuk lanjutan diaplikasikan sebanyak 200 ml/ polybag. Penyiraman dilakukan sehari dua kali, yaitu pagi dan sore hari sebanyak 250 ml/polybag setiap kali penyiraman. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual dan kimiawi. Pengendalian pengorok daun dilakukan secara manual dengan memotong bagian

(27)

daun yang terserang. Pengendalian kutu putih dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif Deltamethrin 25 g/l dengan konsentrasi 1 ml/l ke bagian tanaman yang terserang kutu putih kemudian diusap dengan busa.

Pembuatan Larutan Ekstrak Gulma

Pembuatan larutan ekstrak gulma dilakukan dengan cara mengeringkan seluruh bagian gulma dengan oven pada suhu 800C selama dua hari. Setelah kering kemudian gulma dihaluskan. Gulma yang sudah halus ditimbang sesuai dengan perlakuan konsentrasi. Gulma tersebut direndam dengan aquadest selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan dan air hasil saringan tersebut digunakan sebagai larutan ekstrak dalam perlakuan (Guntoro, 2003). Pemberian ekstrak gulma dilakukan dengan cara menyiramkan larutan tersebut sebanyak 150 ml/polybag ke media tanam pada saat tomat berumur 2 MST (Minggu Setelah Tanam), 4 MST dan 6 MST.

Pemanenan

Pemanenan buah dilakukan mulai 8 MST hingga 12 MST. Buah dipanen jika warna kulit buah sudah berwarna merah lebih dari 60% (light red).

Pengamatan

Peubah yang diamati antara lain:

1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tertinggi dari cabang utama. Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai dari 3 sampai dengan 6 MST.

2. Jumlah daun (helai), dihitung dari daun yang telah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai dari 3 sampai dengan 6 MST. 3. Jumlah cabang, dihitung jumlah total cabang yang telah terbentuk dari setiap

tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai dari 3 sampai dengan 6 MST.

4. Umur berbunga. Waktu berbunga diamati setelah 75% dari populasi tanaman yang telah berbunga.

(28)

5. Jumlah tandan buah per tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai dari 4 sampai dengan 10 MST.

6. Jumlah bunga per tanaman, dihitung dari jumlah bunga yang muncul per tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai dari 4 sampai dengan 10 MST.

7. Jumlah buah, dihitung dari jumlah keseluruhan total buah yang dipanen tiap tanaman mulai dari 8 sampai dengan 12 MST.

8. Bobot panen total (g), dihitung dari bobot keseluruhan total buah yang dipanen tiap tanaman mulai dari 8 sampai dengan 12 MST.

9. Persentase bunga yang menjadi buah (fruitset) (%).

10. Bobot kering tanaman (g), dilakukan dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman yang dioven pada suhu 800C selama 48 jam. Pengamatan dilakukan setiap dua minggu dan dilakukan destruksi pada satu tanaman setiap perlakuan.

11. Panjang akar (cm), diamati dengan cara mengukur panjang akar yang paling panjang. Pengamatan dilakukan pada saat panen.

12. Analisis klorofil daun, pengamatan dilakukan pada 8 MST dengan menggunakan LI-COR Li-6400XT (Gambar 12).

13.

Analisis kandungan senyawa kimia pada gulma C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens dengan menggunakan uji GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry).

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Tanaman tomat secara umum tumbuh dengan baik, walaupun terdapat beberapa tanaman yang terserang hama dan penyakit, tanaman tidak sampai mengalami kematian selama penelitian. Suhu harian di rumah kaca selama penelitian berlangsung berkisar antara 22.480 - 48.340C, dengan kelembaban berkisar antara 21.88 – 96.22% (Gambar 8 dan 9). Suhu yang relatif tinggi pada siang hari menjadi penyebab daun tanaman mengalami kelayuan, akan tetapi kelayuan yang terjadi tidak bersifat permanen. Menurut Hidayat (1997) tanaman tomat dapat tumbuh optimal pada suhu antara 200 – 300C, suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan banyak bunga yang rontok. Cahyono (2008) menambahkan bahwa kelembaban yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan memicu serangan hama serta penyakit. Selain itu, kelembaban yang tinggi juga dapat menghambat proses pembuahan dan buah yang dihasilkan menjadi peka terhadap penyakit busuk ujung buah pada tanaman tomat.

Persentase daya tumbuh tanaman tomat pada minggu pertama sebesar 98.61%. Pembungaan 75% pada tanaman tomat berlangsung pada 24 HST (Hari Setelah Tanam). Tanaman tomat mulai berbuah umur 4 MST dan panen pertama dilakukan pada umur 8 MST.

Selama proses pertumbuhan, beberapa tanaman terserang hama dan penyakit. Hama yang menyerang yaitu pengorok daun (Liriomyza sp.) yang menyerang pada awal tanam (Gambar 4a). Hama pengorok daun tidak menyebabkan banyak kerusakan sebab pengendalian hama dilakukan secara rutin. Selain itu, serangan kutu putih (Paracoccus marginatus) terjadi pada 8 MST (Gambar 4b). Serangan kutu putih tidak merusak tanaman karena segera dilakukan pengendalian secara kimiawi untuk mencegah kutu putih menyebar ke tanaman lainnya.

Penyakit yang menyerang yaitu busuk ujung buah (Gambar 4c). Gejala yang terlihat dari penyakit ini yaitu terdapat bercak berwarna hijau gelap, kemudian menjadi coklat kehitaman dan basah. Menurut Trisnawati et al. (2002) penyakit busuk ujung buah merupakan penyakit fisiologi yang disebabkan oleh

(30)

kelembaban tanah yang berfluktuasi tinggi, perubahan kelembaban udara yang mendadak, kelebihan unsur nitrogen dan kekurangan unsur hara kalsium. Selain itu, penyakit Tomato Mozaic Virus (TMV) (Gambar 4d). Tanaman tomat yang diserang penyakit ini yaitu salah satu tanaman perlakuan Cyperus rotundus tanpa perlakuan ekstrak gulma (kontrol) dan pertumbuhannya terhambat akibat serangan penyakit ini. Gejala yang terlihat yaitu terdapat bercak berwarna kuning pada daun dan daun-daun di bagian ujung tanaman mengerut. Menurut Trisnawati et al. (2002) virus TMV menyerang daun tanaman tomat dan serangan akan tinggi jika temperatur tinggi yang mengakibatkan pertumbuhan buah menjadi terhambat, jumlahnya sedikit, ukurannya kecil, dan bentuknya tidak normal. Cahyono (2008) menambahkan bahwa penyakit TMV biasanya disebarkan oleh serangga vektor, seperti thrips.

Gambar 4. Hama dan Penyakit pada Tanaman Tomat: (a) Hama Penggorok Daun, (b) Kutu Putih, (c) Penyakit Busuk Ujung Buah dan (d) Tomato Mozaic Virus (TMV)

a

b

(31)

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tomat Tinggi Tanaman

Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma dan tingkat konsentrasi berbeda tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman tomat pada umur 3 MST hingga 6 MST (Lampiran 1). Secara rinci pengaruh jenis gulma dan konsentrasi ekstrak gulma terhadap tinggi tanaman tomat disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Tinggi Tanaman Tomat

Perlakuan Tinggi Tanaman

3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

Jenis Gulma ……….. cm ………..

C. rotundus 40.60 47.57 49.07 50.75

D. adscendens 39.71 47.83 50.51 53.35

A. conyzoides 39.04 45.39 50.50 50.07

Konsentrasi Ekstrak Gulma

0 g/l 41.92 47.30 48.89 50.67

40 g/l 38.19 45.17 50.56 51.65

80 g/l 39.81 48.67 52.01 52.11

120 g/l 39.22 46.59 48.65 49.81

Tinggi tanaman tomat umur 3 MST tidak dipengaruhi oleh perlakuan ekstrak gulma (Gambar 5). Tinggi tanaman tomat pada 3 MST berkisar antara 38.19 - 41.92 cm.

(32)

.

Gambar 5. Tinggi Tanaman Tomat pada 3 MST dengan perlakuan ekstrak gulma: (A) C. rotundus, (B) D. adscendens (C) A. conyzoides

(33)

Jumlah Daun

Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma tidak berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman tomat pada umur 3 MST hingga 6 MST, sedangkan pemberian ekstrak gulma dengan tingkat konsentrasi yang berbeda berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman tomat pada umur 5 MST dan 6 MST (Lampiran 1).

Pemberian ekstrak gulma dengan tingkat konsentrasi yang berbeda menekan jumlah daun tanaman tomat pada umur 6 MST. Konsentrasi ekstrak gulma 40 g/l mampu menekan jumlah daun tanaman tomat dibandingkan dengan kontrol. Pemberian ekstrak gulma dengan konsentrasi 120 g/l juga mampu menekan jumlah daun tanaman tomat dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan konsentrasi ekstrak gulma 40 g/l dan 120 g/l mampu menekan jumlah daun tanaman tomat masing-masing sebesar 7.34% dan 7.68% terhadap kontrol (Tabel 2).

Tabel 2. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Jumlah Daun Tanaman Tomat

Perlakuan Jumlah Daun (helai)

3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Jenis Gulma

C. rotundus 13.94 18.11 24.92 31.64

D. adscendens 13.58 17.89 24.44 31.25

A. conyzoides 13.44 17.47 24.64 31.36

Konsentrasi Ekstrak Gulma

0 g/l 13.97 18.00 25.41ab 32.70a

40 g/l 13.22 17.59 23.67b 30.30b

80 g/l 13.89 18.04 26.22a 32.48a

120 g/l 13.53 17.67 23.37b 30.19b

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Jumlah Cabang

Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma yang berbeda berpengaruh terhadap jumlah cabang tanaman tomat pada umur 3 MST, namun pada umur 4 MST hingga 6 MST tidak menunjukkan adanya pengaruh. Pemberian ekstrak gulma dengan tingkat konsentrasi berbeda berpengaruh terhadap jumlah cabang pada umur 3 MST dan 6 MST (Lampiran 1).

(34)

Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma A. conyzoides dan D. adscendens dapat menekan jumlah cabang lebih rendah dibandingkan dengan jenis gulma C. rotundus pada saat tanaman berumur 3 MST. Pemberian ekstrak gulma dengan konsentrasi 40 g/l mampu menekan jumlah cabang tanaman tomat dibandingkan dengan kontrol pada saat tanaman berumur 3 MST. Perlakuan konsentrasi 40 g/l dan 120 g/l mampu menekan jumlah cabang sebesar 26.42%. Pada 6 MST, pemberian ekstrak gulma dengan konsentrasi 40 g/l cenderung menekan jumlah cabang tanaman tomat sebesar 6.46% dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3).

Tabel 3. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Jumlah Cabang Tanaman Tomat

Perlakuan Jumlah Cabang

3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Jenis Gulma

C. rotundus 1.15a 3.47 (1.83) 7.53 9.04 D. adscendens 0.85b 2.94 (1.69) 7.69 9.58 A. conyzoides 0.75b 2.64 (1.52) 7.47 9.50 Konsentrasi Ekstrak Gulma

0 g/l 1.06a 3.41 (1.82) 7.81 9.44ab 40 g/l 0.78b 2.56 (1.47) 7.07 8.83b 80 g/l 1.06a 3.41 (1.81) 8.07 10.06a 120 g/l 0.78b 2.70 (1.62) 7.30 9.17b

Keterangan :

angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

angka dalam kurung (…) : data ditransformasi dengan menggunakan

Bobot Kering Tanaman

Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma dan tingkat konsentrasi yang berbeda tidak berpengaruh terhadap bobot kering tanaman tomat yang didesktruksi pada umur 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 12 MST. Namun, interaksi antara jenis gulma dan konsentrasi gulma memberikan pengaruh terhadap bobot kering tanaman tomat pada umur 8 MST (Lampiran 1).

Pemberian ekstrak gulma dengan tingkat konsentrasi berbeda cenderung menekan bobot kering tanaman tomat pada umur 4 MST dan 6 MST. Pemberian

(35)

ekstrak gulma dengan konsentrasi 40 g/l cenderung menekan bobot kering tanaman tomat dibandingkan dengan kontrol (Tabel 4).

Tabel 4. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Bobot Kering Tanaman Tomat

Perlakuan Bobot Kering Tanaman (g)

4 MST 6 MST 8 MST 12 MST Jenis Gulma

C. rotundus 9.60 15.38 27.39 54.92

D. adscendens 9.05 15.23 26.08 50.61

A. conyzoides 9.52 16.41 23.57 49.13

Konsentrasi Ekstrak Gulma

0 g/l 10.10 17.10 25.48 53.39

40 g/l 8.70 15.69 26.49 45.76

80 g/l 9.46 15.01 25.76 55.40

120 g/l 9.30 14.89 24.98 51.66

Terdapat interaksi jenis gulma dengan konsentrasi ekstrak terhadap bobot kering tanaman tomat Pemberian ekstrak gulma D. adscendens dengan konsentrasi 80 g/l cenderung menekan bobot kering tanaman tomat sebesar 33.10% dibandingkan dengan kontrol (Gambar 6).

Gambar 6. Grafik Interaksi Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Bobot Kering Tanaman Tomat pada 8 MST

(36)

Panjang Akar

Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma dan tingkat konsentrasi berbeda tidak berpengaruh terhadap panjang akar tanaman tomat pada 12 MST. Namun, interaksi antara jenis gulma dan konsentrasi ekstrak gulma memberikan pengaruh terhadap panjang akar tanaman tomat (Lampiran 1). Panjang akar tanaman tomat pada 12 MST berkisar antara 45.97 – 50.55 cm (Tabel 5).

Tabel 5. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Panjang Akar Tanaman Tomat pada 12 MST

Perlakuan Panjang (cm)

Jenis Gulma

C. rotundus 45.97

D. adscendens 46.57

A. conyzoides 50.55

Konsentrasi Ekstrak Gulma

0 g/l 48.39

40 g/l 48.23

80 g/l 47.66

120 g/l 46.50

Terdapat interaksi antara jenis gulma dengan konsentrasi ekstrak terhadap panjang akar tanaman tomat. Pemberian ekstrak gulma C. rotundus dengan konsentrasi 40 g/l cenderung menekan panjang akar tanaman tomat sebesar 39.56% dibandingkan dengan kontrol (Gambar 7).

Gambar 7. Grafik Interaksi Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Panjang Akar Tanaman Tomat pada 12 MST

(37)

Kandungan Klorofil

Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma dan tingkat konsentrasi berbeda tidak berpengaruh terhadap kandungan klorofil daun tanaman tomat (Lampiran 1). Kandungan klorofil daun tanaman tomat berkisar antara 22.33 – 24.87% (Tabel 6).

Tabel 6. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Kandungan Klorofil Daun Tanaman Tomat pada 8 MST

Komponen Hasil dan Hasil Tanaman Tomat

Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma dan tingkat konsentrasi berbeda tidak berpengaruh terhadap umur berbunga, jumlah tandan buah per tanaman, jumlah bunga per tanaman, jumlah buah per tanaman, dan fruitset, namun berpengaruh terhadap bobot buah total per tanaman (Lampiran 1).

Umur berbunga tanaman tomat berkisar antara 24.00 - 24.89 HST, jumlah tandan buah berkisar antara 14.36 - 17.63 tandan dan jumlah bunga berkisar antara 32.70 – 38.04 bunga (Tabel 7).

Perlakuan Klorofil Daun (%)

Jenis Gulma

C. rotundus 24.71

D. adscendens 25.06

A. conyzoides 25.25

Konsentrasi Ekstrak Gulma

0 g/l 24.78

40 g/l 26.04

80 g/l 24.33

(38)

Tabel 7. Pengaruh Jenis Gulma dan Konsentrasi Ekstrak Gulma terhadap Umur Berbunga, Jumlah Tandan, Jumlah Bunga, Jumlah Buah per Tanaman dan Fruitset

Perlakuan Umur Berbunga (HST) Jumlah Tandan Buah Jumlah Bunga Jumlah Buah Fruitset (%) per Tanaman Jenis Gulma C. rotundus 24.33 15.36 34.36 15.00 45.36 D. adscendens 24.33 16.08 36.70 15.14 43.10 A. conyzoides 24.33 15.61 33.83 15.11 44.90

Konsentrasi Ekstrak Gulma

0 g/l 24.00 15.04 32.70 14.55 46.03 40 g/l 24.89 14.36 33.30 14.19 43.94 80 g/l 24.00 17.63 38.04 16.96 45.75 120 g/l 24.44 15.81 35.81 14.63 42.09

Pemberian ekstrak gulma dengan konsentrasi 40 g/l hingga 120 g/l mampu menurunkan bobot buah total per tanaman dibandingkan kontrol masing-masing sebesar 21.63%, 25.86% dan 24.21%. Pemberian ekstrak gulma dengan konsentrasi 40 g/l hingga 120 g/l juga mampu menurunkan produktivitas tanaman tomat dibandingkan kontrol masing-masing sebesar 21.64%, 25.62% dan 24.38% (Tabel 8).

Tabel 8. Bobot Buah Total per Tanaman dan Produktivitas Tanaman Tomat Perlakuan Bobot Buah Total per

Tanaman (g) Produktivitas (ton/ha) Jenis Gulma C. rotundus 122.39 3.06 D. adscendens 132.79 3.32 A. conyzoides 140.94 3.52

Konsentrasi Ekstrak Gulma

0 g/l 160.60a 4.02a

40 g/l 125.86b 3.15b

80 g/l 119.99b 2.99b

120 g/l 121.72b 3.04b

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

(39)

Pembahasan

Senyawa Alelopati

Senyawa kimia yang dilepaskan berupa senyawa alelopati yang merupakan metabolit sekunder pada tumbuh-tumbuhan. Rice (1984) mendefinisikan alelopati sebagai pengaruh merugikan dari suatu tanaman (termasuk mikroorganisme) atas tanaman lain baik langsung maupun tidak langsung melalui senyawa kimia racun yang dikeluarkan ke lingkungan tumbuhnya. Rice (1984) dan Wang et al. (2006) mengklasifikasikan senyawa alelopati ke dalam beberapa kategori menurut struktur dan sifat yang berbeda dari senyawa tersebut diantaranya: (1) asam organik yang larut dalam air, alkohol rantai lurus, aldehid alifatik, dan keton, (2) lakton sederhana yang tak jenuh, (3) rantai panjang asam lemak (fatty acid) dan polyacetylenes, (4) Naphthouinones, anthroquinones dan quinines kompleks, (5) fenol sederhana, asam benzoat dan turunannya, (6) asam sinamat dan turunannya, (7) kumarin, (8) flavonoid, (9) tanin, (10) steroid dan terpenoid (lakton sesquiterpene, diterpenes, dan triterpenoid), (11) asam amino dan polipetida, (alkaloid dan dyanohydrins), (12) sulfida dan glukosida, (15) purin dan nukleotida.

Hasil uji GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) mengidentifikasi beberapa senyawa yang terkandung dalam gulma C. rotundus, A. conyzoides, dan D. adscendens. Senyawa-senyawa yang tergolong ke dalam senyawa alelopati dari gulma C. rotundus diantaranya: ketones, linoleic acid, palmitic acid, penol, sesquiterpenes, stearic acid, steroid, dan terpenes. Senyawa alelopati dari gulma A. conyzoides diantaranya: coumarin, etanol, linoleic acid, myristic acid, palmitic acid, etanol, sesquiterpenes, stearic acid, dan steroid. Senyawa alelopati dari gulma D. adscendens diantaranya: etanol, ketones, linoleic acid, palmitic acid, pentanoic acid, steroid, triterpenes, sesquiterpenes dan stearic acid (Lampiran 9 sampai 11).

Pengaruh Jenis Gulma

Pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens tidak menunjukkan penghambatan pada pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Pane et al. (1988) yang

(40)

menyatakan bahwa ekstrak A. conyzoides, I. cylindrica dan C. rotundus dapat menekan pertumbuhan, mengurangi jumlah anakan, dan menurunkan hasil pada tanaman padi gogo. Menurut Rice (1984) C. rotundus bersifat alelopati dan mampu menurunkan hasil pada tomat sebesar 53%. Hasil penelitian Lasmini (1997) juga menyatakan bahwa D. adscendens dan C. kyllingia terbukti memiliki potensi alelopati yang dapat menurunkan hasil pada tanaman bawang merah.

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Gulma

Pemberian ekstrak gulma dengan tingkat konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh terhadap jumlah daun, jumlah cabang, dan bobot buah total per tanaman. Pemberian ekstrak gulma dengan konsentrasi 40 g/l mampu menekan jumlah daun sebesar 7.34% pada 6 MST, jumlah cabang sebesar 26.42% pada 3 MST, dan bobot buah total per tanaman hingga 25.86% dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa alelopati yang terdapat pada ekstrak gulma dengan konsentrasi 40 g/l mampu mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman tomat. Menurut Saefudin (1990) esktrak akar dan umbi tanaman I. cylindrica, Dendrocalamus giganteus Munro, C. rotundus pada konsentrasi 10 g/l dapat menghambat pertumbuhan, produksi, dan bobot kering tanaman tomat.

Penurunan jumlah daun dan jumlah cabang tanaman tomat dipengaruhi oleh senyawa kimia yang bersifat alelopati. Penurunan jumlah daun dan jumlah cabang diduga karena adanya pengaruh senyawa fenol, coumarin dan asam lemak (fatty acid) yang terkandung dalam ekstrak gulma. Lambers et al. (2008) menjelaskan bahwa penghambatan oleh senyawa fenolik terjadi pada proses pembentukan ATP yang dapat menekan hampir seluruh proses metabolisme dalam sel. ATP merupakan salah satu komponen yang berperan dalam mengikat CO2, sehingga penghambatan ini menyebabkan jumlah karbohidrat yang berfungsi sebagai bahan bakar dan bahan penyusun struktur sel berkurang. Harborne (1999) menambahkan bahwa asam fenolat, kumarin, lakton, asam lemak (fatty acid) dikategorikan ke dalam senyawa yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Gupta (2005) coumarin dan scopoletin dapat

(41)

menurunkan proses mitosis dan mengurangi fotosintesis akibat penutupan stomata.

Bobot buah total per tanaman juga dipengaruhi oleh senyawa kimia yang bersifat alelopati. Pada umur tanaman 4 minggu dan 6 minggu dilakukan aplikasi ekstrak gulma, pada periode tersebut tanaman sudah mulai dalam fase pembungaan dan pembentukan buah. Menurut Sutoto (2001) pada tanaman tomat umur 4 minggu jika tanaman mendapat gangguan dapat mempengaruhi pembentukan buah. Buah merupakan salah satu hasil akumulasi metabolisme tanaman. Cekaman tanaman berupa senyawa alelopati yang terkandung dalam ekstrak gulma diduga menghambat proses metabolisme tanaman, yang berakibat pada penurunan bobot buah total per tanaman. Menurut Sastroutomo (1990); Ferguson dan Rathinasabapathi (2009) senyawa alelopati dapat mempengaruhi penyerapan hara, pembelahan sel, fotosintesis, sintesis protein dan aktivitas enzim.

Kandungan klorofil pada daun tanaman tomat tidak dipengaruhi oleh pemberian ekstrak gulma dengan jenis gulma dan konsentrasi yang berbeda. Hal ini didukung oleh Einheling dan Ramussen dalam Zhou dan Yu (2006) bahwa senyawa asam ferulic. asam ρ-coumaric dan asam venolid dapat menurunkan jumlah klorofil pada tanaman kedelai, namun senyawa tersebut tidak menurunkan jumlah klorofil pada tanaman gandum.

Pemberian ekstrak gulma dengan tingkat konsentrasi yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, bobot kering tanaman, umur berbunga, jumlah tandan buah per tanaman, jumlah bunga per tanaman, jumlah buah per tanaman, dan fruitset. Hal ini diduga karena frekuensi pengaplikasian ekstrak gulma dalam penelitian ini hanya dilakukan 1 kali setiap minggu perlakuan (2 MST, 4 MST, dan 6 MST). Sehingga, senyawa alelopati yang terdapat pada ekstrak gulma dengan pengaplikasian 1 kali setiap minggu perlakuan belum mampu mempengaruhi beberapa parameter pengamatan tersebut. Sembodo (2010) menyatakan bahwa kehadiran gulma menimbulkan kerugian secara perlahan selama gulma hidup dalam ruang tumbuh yang sama dan berinteraksi dengan tanaman budidaya.

(42)

Pemberian ekstrak gulma yang dilakukan secara umum belum berpengaruh pada beberapa variabel pengamatan pertumbuhan lainnya. Hal ini diduga bahwa ekstrak gulma menggunakan metode ekstrak air mengandung senyawa alelopati yang rendah sehingga belum mampu mempengaruhi beberapa variabel pengamatan pertumbuhan.

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi alelopati dari jenis gulma C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens tidak berbeda dalam menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Konsentrasi ekstrak gulma dapat mempengaruhi jumlah daun, jumlah cabang, dan bobot buah total per tanaman tomat dibandingkan kontrol. Terdapat interaksi jenis gulma dengan konsentrasi ekstrak gulma terhadap bobot kering dan panjang akar tanaman tomat.

Hasil uji GC-MS mengidentifikasi beberapa senyawa yang terkandung dan tergolong kedalam senyawa alelopati dari ketiga gulma tersebut. Senyawa alelopati yang terdapat pada ekstrak gulma C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens dapat menghambat pertumbuhan dan hasil tanaman tomat diantaranya: senyawa fenol, coumarin, dan asam lemak (linoleic acid, palmitic acid, stearic acid, myristic acid). Penghambatan pertumbuhan yang terjadi pada parameter jumlah daun dan jumlah cabang yang mengakibatkan penurunan bobot buah total per tanaman dan produktivitas tanaman tomat masing-masing hingga 25.86% dan 25.62% dibandingkan dengan kontrol.

Saran

Penghambatan pertumbuhan tanaman tomat yang mengakibatkan penurunan hasil tanaman tomat dipengaruhi oleh senyawa alelopati dari gulma C. rotundus, A. conyzoides dan D. adscendens. Oleh karena itu, ketiga gulma tersebut pada pertanaman tomat perlu dikendalikan lebih awal untuk minimalkan pengaruh senyawa alelopati. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah frekuensi pemberian ekstrak gulma dalam setiap minggu perlakuan. Sehingga dapat diketahui pengaruh alelopati dari gulma C. rotundus, A. conyzoides, dan D. adscendens serta konsentrasi yang paling menghambat pada pertumbuhan maupun komponen hasil tanaman tomat. Selain itu, disarankan menggunakan metode ekstrak selain air, diantaranya menggunakan metode ekstrak dengan alkohol.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. Z., F.A. Bahar, dan E. Koswara. 1994. Pengaruh cara pengendalian Gulma terhadap hasil tomat di lahan sawah. Buletin Penelitian Hortikultura. 22(2):1-5.

Almatholib, S.A. 2005. Studi keefektivan herbisida campuran berbahan aktif glifosat dan 2,4-D pada Cyperus rotundus (L.), Paspalum conjugatum (Berg.), dan Ageratum Conyzoides (L.). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 46 hal. Arizona State University Vascular Plant Herbarium. 1991. Digitaria ciliaris

(Retz.) Koel. http://www.intermountainbiota.org. [24 November 2011]. Badan Pusat Statistik. 2009. Produksi sayuran di Indonesia. http://www.bps.go.id.

[20 Desember 2010].

Batish, D. R., S. Kaur., H. P. Singh., Kohli and R. K. Kohli. 2009. Role of root-mediated interactions in phytotoxic interference of Ageratum conyzoides with rice (Oryza sativa). Flora. 204:388–395.

Cahyono, B. 2008. Tomat : Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta. 136 hal.

Ethnobotanical Database of Bangladesh (EBD). 2010. Ageratum conyzoides. http://www.ethnobotanybd.com. [7 Desember 2011].

Ferguson, J. J., and B. Rathinasabapathi. 2009. Allelopathy: How Plants Suppress Other Plants. Horticultural Sciences Department, Florida Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida. http://edis.ifas.ufl.edu. [20 Agustus 2011].

Gomez, KA., dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian (diterjemahkan dari Statistical Prosedures for Agricultural Research, penerjemah : E. Sjamsudin dan J.S. Baharsjah). Universitas Indonesia Press. Jakarta. 698 hal.

Guntoro, D., M.A. Chozin, dan A. Wibowo. 2003. Pengaruh alelopati beberapa jenis gulma pada tingkat konsentrasi ekstrak bahan kering yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Prosiding Konferensi ke-XVI, Jilid I. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Bogor. 132-139 hal.

(45)

Gupta, U.S. 2005. Physiology of Stressed Crops : Volume III The Stress of Allelochemicals. Science Publishers, Inc. Enfield (NH), USA. 195 p. Halvorson, W. L. and P. Guertin. 2003. Digitaria sanguinalis (L.) Scop.

Geological Survey / Southwest Biological Science Center. University of Arizona. Tucson, Arizona. 32 p.

Harborne, 1999. Phytochemical dictionary: Handbook of bioactive compounds from plants 2nd. Taylor and Francis. London. 221-234 p.

Hidayat, A. 1997. Ekologi tanaman tomat. Dalam A. S. Duriat, W. W. Hadisoeganda, R. M. Sinaga, Y. Hilma, dan R. S. Basuki (Eds.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. p. 59-61.

Inawati, L. 2000. Pengaruh jenis gulma terhadap pertumbuhan, pembentukan bintil akar dan produksi tiga varietas kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 34 hal.

Japan International Research Center for Agricultural Sciences (JIRCAS). 2009. Cyperus rotundus L. http://www.jircas.affrc.go.jp. [7 Desember 2011].

Japan International Research Center for Agricultural Sciences (JIRCAS). 2009. Digitaria ciliaris (Retz.) Koel. http://www.jircas.affrc.go.jp. [8 Desember 2011].

Jirovetz, L., A.Wobus., G. Buchbauer., M.P. Shafi., and P.T. Thampi. 2004. Comparative analysis of the essential oil and SPME-headspace aroma compounds of Cyperus rotundus L. roots/tubers from South-India using GC, GC-MS and olfactometry. J. Essent. Oil-Bearing Plants. 7:100-106. Lambers, H., F.S. Chapin III, and T.L. Pons. 2008. Plant Physiological Ecology.

Springer. New York. 604 p.

Lange, A.H., B.B. Fischer, and F.M. Ashton. 1986. Weed control. In J. G. Atherton and J. Rudich. (Eds.). The Tomato Crop. Chapman & Hall. New York. 485-492 p.

Lasmini, S. A. 1997. Potensi alelopati gulma Digitaria adscendens dan Cyperus kyllingia terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 7-57 hal.

Laude, S., dan O.R. Madkar. 1996. Kehilangan hasil tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) pada berbagai periode bebas gulma. Prosiding Konferensi ke-XIII dan Seminar Ilmiah. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Bandar Lampung. 45-48 hal.

Gambar

Gambar 1. Gulma A. conyzoides L. (EBD, 2010)
Gambar 2. Gulma C. rotundus L. (JIRCAS, 2009)
Gambar 3. Gulma D. adscendens Henr. (JIRCAS, 2009)
Gambar 4. Hama dan Penyakit pada Tanaman Tomat: (a) Hama Penggorok  Daun,  (b)  Kutu  Putih,  (c)  Penyakit  Busuk  Ujung  Buah  dan   (d) Tomato Mozaic Virus (TMV)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan industri media televisi yang berorientasi pasar dalam beberapa tahun terakhir ini tidak terlepas dari dorongan dan ketersediaanya produk budaya massa terutama dari

Selain Juara Tim 1, 2, 3, LDBI tahun ini juga memberikan penghargaan kepada juri terbaik yang terdiri dari para guru pembim- bing daerah yang mengikuti seminar pen- jurian

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala

Ia tidak tahan terhadap fluktuasi salinitas yang tinggi, salinitas yang baik berkisar antara 28-35 ppt, untuk memperoleh kondisi perairan dengan kondisi salinitas tersebut

Berdasarkan Pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah unit Usaha Kecil Menengah yang ada di Pangkalpinang tahun 2011 sebanyak 563 unit di mana

IQ (Ilmu Al-qur’an): Jurnal Pendidikan Islam | Volume 1 No.02 2018 | 301 Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro dalam mengembangkan kecakapan hidup jiwa sosial santri dari segi

Dari tulisan ini saya hanya bisa mengatakan tentang beberapa hal bahwa, pertama, dalam konteks sistem pendidikan sekolah sangat mungkin dibangun dan diciptakan

Karena topik pembahasan dalam penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana suatu program pemerintah menjadi acuan dalam peningkatan pendapatan asli desa (PAD)