• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN UNSUR-UNSUR ORGANISASI DAN MASA KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANGKEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN UNSUR-UNSUR ORGANISASI DAN MASA KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANGKEP"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN UNSUR-UNSUR ORGANISASI DAN MASA KERJA DENGAN

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PERAWAT RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH PANGKEP

CORELATION ORGANIZATIONAL ELEMENT AND WORKING PERIOD

WITH ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PARAMEDIC OF

PANGKEP PUBLIC HOSPITAL

Ruslinah HTM, Syahrir A. Pasinringi, Burhanuddin Bahar

Bagian Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi : Dr. Ruslinah HTM SpM

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Makassar, 90245 HP : 085242145999

(2)

Abstrak

Rumah sakit umum Pangkep sebagai rumah sakit tipe C memiliki jumlah sarana tempat tidur 172 , yang memberikan pelayanan medik 4 spesialis dasar dan 9 spesialis lainnya yang dibantu oleh tenaga paramedis yang terdiri atas perawat pegawai negeri sipil sebanyak 94 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui menganalisis hubungan persepsi interaksi atasan dan bawahan, persepsi dukungan organisasi, iklim organisasi dan masa kerja, terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) perawat di RSUD Pangkep Tahun 2013 Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross secsional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengisian kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara rendahnya kualitas interaksi atasan-bawahan dengan rendahnya perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB) perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep analisis korelasi menunjukkan nilai r = 645, terdapat hubungan antara rendahnya persepsi dukungan organisasi dengan rendahnya Organizational Citizenship Behavior (OCB) di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep, dengan nilai r = 0,320, terdapat hubungan antara iklim organisasi yang kurang baik dengan rendahnya Organizational Citizenship Behavior (OCB) di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep nilai r = 0,408, dan tidak ada hubungan antara masa kerja dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep, dengan analisis korelasi r = -0,030.

Kata kunci : Organizational Citizenship Behavior (OCB)

ABSTRACT

Pangkep public hospital grade C has 172 beds, which gives medical treatment with 4 basic specialists and 9 other specialists which is helped by the expert consist of 94 nurses’ of civil servant. This study aims to know the correlation analysis of interactional perception between the leader and the subordinate, supporting perceptional organization, organizational climate, and working period, toward Organizational Citizenship Behavior (OCB) of the nurse in RSUD Pangkep in 2013. Design research which is used is cross secsional. Techniques of collecting data are filling the questionnaire and interview. The result showed that there is a correlation between low interactional quality of the leader and subordinate with low behaviour of nurses’ Organizational Citizenship Behavior (OCB) in Pangkep public hospital. The correlation analysis show that r value = 645, there is correlation between low supporting perceptional organization with low Organizational Citizenship Behavior (OCB) in Pangkep public hospital, with r value = 0,320, there is correlation between the deficient of organizational climate with low Organizational Citizenship Behavior (OCB) in Pangkep public hospital r value = 0,408, and there is no correlation between working period with Organizational Citizenship Behavior (OCB) in Pangkep public hospital, with correlation analysis r = -0,030.

(3)

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia sudah mulai memasuki era globalisasi yang membawa perubahan cepat. Perubahan-perubahan ini mencakup seluruh aspek kehidupan yang berdampak pada berbagai kelompok masyarakat, semua jenis organisasi bahkan seluruh masyarakat bangsa dan negara. Salah satu akibatnya masyarakat cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang lebih baik, ramah, bermutu dan nyaman karena masyarakat semakin mengerti arti pentingnya kesehatan.

Pada perusahaan jasa seperti rumah sakit peran sumber daya manusia sangat diperlukan karena ia berhubungan langsung dengan kepuasan yang akan dirasakan pelanggan/ pasien rumah sakit tersebut (Sujudi 2011). Oleh karena itu kepuasan kerja dari karyawan sangat menentukan kepuasan pelanggan karena karyawan yang mengalami kepuasan dalam pekerjaannya akan menunjukkan perilaku dan aktivitas yang citizenship seperti menolong sesama pekerja, menolong pelanggan dan lebih kooperatif (Luthans 2002).

Tuntutan perkembangan rumah sakit yang semakin pesat tersebut perlu di dukung oleh banyak faktor, salah satunya sumberdaya manusia yang profesional sehingga dapat menjawab tantangan bisnis yang semakin kompetitif dimasa depan. Profesi dokter ahli, para perawat, dan teknisi merupakan contoh para profesional yang ada dalam lingkungan rumah sakit (Sujudi 2011).

Faktor-faktor yang mendorong peningkatan profesionalitas dari aspek sumber daya manusia antara lain etos kerja, komitmen, dan kinerja. Sehingga untuk memenuhi tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan yang baik perawat harus mau melakukan tugas “ekstra” selain tugas pokok perawat yang harus dilakukan. Adapun tugas “ekstra” yang dilakukan seperti mau bekerjasama dan tolong menolong serta mau menggunakan waktu kerjanya dengan efektif. Perilaku prososial atau tindakan “ekstra” yang melebihi deskripsi peran yang ditetapkan organisasi tersebut dinamakan organizational citizenship behavior (Organ 1997).

Dengan adanya organizational citizenship behavior (OCB) yang tinggi pada perawat diharapkan dapat berdampak baik bagi pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam hal ini perawat diharapkan lebih cakap, lebih responsif, lebih sigap, ramah terhadap pasien maupun keluarga pasien dalam menjalankan tugas dan tetap bertahan di rumah sakit serta merasa mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat lebih maksimal (Organ 1997).

(4)

yang dibantu oleh tenaga paramedis yang terdiri atas perawat pegawai negeri sipil sebanyak 94 orang. Sehingga peranan tenaga sukarela di rumah sakit umum Pangkep sangat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan. Namun disisi lain terdapat keterbatasan kompetensi yang dimiliki oleh perawat tenaga sukarela dalam melaksanakan tugasnya mendampingi dokter dalam melakukan pelayanan sehingga salah satu cara meningkatkan kompetensi mereka peran dari perawat senior terutama yang pegawai negeri sipil sangat dibutuhkan untuk membantu melakukan transfer ilmu dan skill untuk mendapatkan tenaga perawat yang cakap dan terlatih dalam memberikan pelayanan.

Dan peran sebagai pembimbing tersebut harus dilakukan walaupun tanpa imbalan dari rumah sakit, namun atasan-bawahan dan pihak manajemen rumah sakit seharusnya memberi dukungan agar perilaku ekstra-role ini tumbuh menjadi perilaku OCB yang bisa meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.Adanya iklim organisasi dengan atasan-bawahan rumah sakit yang berstatus pelaksana tugas dan tidak menetap, menjadi hal yang menarik bagi peneliti untuk melihat adanya hubungan iklim organisasi,persepsi interaksi antara manajemen rumah sakit dan perawat, persepsi dukungan organisasi dan masa kerja terhadap OCB perawat di RSUD Pangkep.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan rancangan penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD. Pangkep, dilaksanakan pada bulan April 2013, menggunakan metode penelitian crosssectional.

Jenis dan variable penelitian.

Jenis penelitian adalah crossectional study, dan variable yang diteliti adalah perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB) perawat sebagai variable dependen, interaksi atasan dan bawahan, persepsi dukungan organisasi, iklim organisasi dan masa kerja sebagai variable independen.

Metode Pengumpulan data.

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner Dalam penelitian ini menggunakan data primer untuk menggali informasi terdiri dari: data kepegawaian dan Informasi SDM.

(5)

Populasi dan sampel.

Populasi adalah perawat pegawai negeri sipil dan jumlah sampel adalah 64 orang, dan yang berpartisipasi dalam penelitian adalah 62 orang.

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis kuantitatif yang dimaksudkan untuk mengolah dan mengorganisasikan data serta menemukan hasil yang dapat dibaca dan diinterprestasikan. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat dimaksudkan untuk melakukan uji kesesuaian antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan uji analisis korelasi.

HASIL

Analsis deskriptif

Analisis univariat dimaksudkan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dari masing – masing variabel secara mandiri baik karakteristik responden maupun variabel khusus penelitian. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin menggambarkan bahwa persentasi perawat perempuan lebih besar yaitu 77,4% dan laki-laki 22,6%. Distribusi sampel berdasarkan usia dengan jumlah yang paling banyak berusia antara 30 sampai 40 tahun dengan persentase 53,2%, sedangkan yang paling sedkit yang berusia lebih 50 tahun dengan persentase 3,2%. Distribusi sampel berdasarkan pendidikan terakhir dengan jumlah yang paling banyak tamat S1 sebanyak 37 orang dengan persentase 59,7%, sedangkan yang paling sedikit yaitu pendidikan lainnya sebanyak 6 orang dengan persentase 9,7%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya responden menyatakan tingkat interaksi antara atasan rumah sakit umum daerah Pangkep dengan perawat/paramedis adalah sedang yaitu 48 orang (77,4%), sedangkan yang menyatakan tingkat interaksi tinggi sebanyak 12 orang (19,4%) dan yang menyatakan rendah sebanyak 2 orang (3,2%). Dan untuk persepsi terhadap dukungan organisasi menunjukkan bahwa umumnya responden menyatakan tingkat persepsi dari dukungan organisasi adalah sedang yaitu 47 orang (75,8%), sedangkan yang menyatakan tingkat persepsi dukungan organisasi tinggi sebanyak 8 orang (12,9%) dan yang menyatakan rendah sebanyak 7 orang (11,3%). Untuk iklim organisasi hasil menunjukkan bahwa umumnya responden menyatakan persepsi iklim organisasi rumah sakit kurang baik yaitu 52 orang (83,9%), sedangkan yang menyatakan tidak baik sebanyak 7 orang (11,3%) dan yang menyatakan baik hanya 3 orang (4,8 %). Berdasarkan masa kerja hasil

(6)

(71,0%) sedangkan yang menyatakan baik sebanyak 16 orang (25,8%) dan yang menyatakan tidak baik sebanyak 2 orang (3,2%).

Analisis bivariat.

Untuk mengetahui hubungan variabel independen yaitu persepsi interaksi atasan-bawahan dengan perawat, persepsi dukungan organisasi, iklim organisasi dan lama kerja dengan variabel dependen yaitu Organizational Citizenship Behavior (OCB) digunakan tabulasi silang dengan analisis statistik yaitu analisis korelasi. menunjukkan bahwa responden yang mempunyai tingkat interaksi yang sedang dengan atasan mempunyai OCB yang kurang baik yaitu 41 orang dibanding dengan responden yang mempunyai tingkat interaksi yang tinggi memiliki OCB yang baik yakni sekitar 9 orang responden Hasil uji statistik dengan uji analisis korelasi diperoleh nilai p = 0,000 (p<0,05), dan nilai r = 0,645 nilai berada diantara nilai 0,60-0,799 dan diinterpretasikan berhubungan kuat antara interaksi atasan-bawahan dengan OCB perawat di RS Umum Daerah Pangkep.

Hasil persepsi dukungan organisasi yang memilih persepsi sedang, memiliki tingkat OCB kurang baik yakni sebanyak 36 responden.Hasil uji statistik dengan analisis korelasi diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05), dan r = 0,320, hal ini menunjukkan terdapatnya hubungan antara persepsi dukungan organisasi dengan OCB perawat di RS Umum Daerah Pangkep.

Responden yang memiliki persepsi iklim organisasi kurang baik mempunyai OCB kurang baik dengan jumlah responden sebanyak 38. Hasil uji statistik dengan uji korelasi diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05) dan nilai r = 0,408, hal ini berarti ada hubungan antara iklim organisasi rumah sakit dengan OCB perawat di RS Umum Daerah Pangkep.

Responden dengan lama kerja 3-10 tahun mempunyai OCB yang baik 8 orang, kurang baik 31, dan yang tidak baik 1 orang. Dari hasil ini tampak pula bahwa 40 perawat yang mempunyai masa kerja 3-10 taun (71%) .Hasil uji statistik dengan analisis korelasi diperoleh nilai p = 0,0,817 (p>0,05), nilai r = -0,030, hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara lama kerja dengan OCB perawat di RS Umum Daerah Pangkep.

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini terlihat bahwa hubungan interaksi atasan-bawahan, persepsi dukungan organisasi,dan iklim organisasi berhubungan dengan perilaku OCB dari perawat RSUD Pangkep. Namun dalam penelitian ini tampak masa kerja tidak berhubungan dengan tingkat perilaku OCB dari perawat.

(7)

Riggio (2000) menyatakan bahwa apabila interaksi atasan-bawahan berkualitas tinggi maka seorang atasan akan berpandangan positif terhadap bawahannya sehingga bawahannya akan merasakan bahwa atasannya banyak memberikan dukungan dan motivasi. Dan sebaliknya jika interaksi atasan dan bawahan rendah maka cenderung hubungan menjadi otoriter. Pada penelitian ini interaksi yang rendah ini menunjukkan belum terciptanya hubungan kerja yang harmonis antara perawat dengan pimpinan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Riggio 2000), dan (Ferry 2007) yang membuktikan bahwa interaksi atasan dan bawahan akan berhubungan dengan perilaku OCB bawahan.

Hubungan persepsi dukungan organisasi dengan OCB perawat menunjukkan umumnya responden menyatakan tingkat persepsi sedang yaitu 47 orang (75,8%). Jika dihubungkan dengan perilaku OCB, responden yang memiliki persepsi dukungan organisasi kurang baik mempunyai OCB kurang baik dengan jumlah responden sebanyak 36. Hasil uji statistik dengan analisis korelasi diperoleh nilaip = 0,011 (p<0,05) dan r = 0,320, hal ini berarti terdapat hubungan antara persepsi dukungan organisasi dengan OCB perawat di RS Umum Daerah Pangkep.

Persepsi terhadap dukungan organisasional adalah keyakinan global yang dikembangkan oleh karyawan mengenai sejauh mana komitmen organisasi pada mereka (karyawan) dilihat dari penghargaan organisasi terhadap kontribusi mereka (valuation of employees’ contribution) dan perhatian organisasi terhadap kehidupan mereka (care about employees’ well-being). (Kambuh 2012)

Pada wawancara saat pengisisan kuesioner, beberapa responden mengemukakan secara verbal adanya pemberian kesempatan untuk pengembangan karier yang tidak adil dan merata yang mereka dapatkan. Pengiriman tenaga perawat untuk dipromosikan mendapat beasiswa dan bantuan pemda untuk izin belajar dan pelatihan keterampian tidak berdasarkan prestasi kerja atau penghargaan karena tingkat kerajinan dan kedisiplinan. Hal ini memberikan dampak rendahnya minat perawat untuk berprestasi apalagi melakukan pekerjaaan extra-role.

Dalam penelitian ini diperoleh hasil menunjukkan bahwa umumnya responden menyatakan persepsi iklim organisasi rumah sakit kurang baikyaitu 52 orang (83,9%), sedangkan yang menyatakan tidak baik sebanyak 7 orang (11,3%) dan yang menyatakan baik

(8)

dihubungkan dengan perilaku OCB hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi iklim organisasi kurang baik mempunyai OCB kurang baik dengan jumlah responden sebanyak 38. Hasil uji statistik dengan uji korelasi diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05) dan r = 0,408, hal ini berarti ada hubungan antara iklim organisasidengan OCB perawat di RS Umum Daerah Pangkep.Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh (Agung 2012) yang menemukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara iklim organisasi dan organizational citizenship behavior, artinya OCB karyawan akan lebih tinggi jika iklim organisasinya kondusif. Sumbangan efektif yang diberikan variable iklim organisasi terhadap variable OCB sangat signifikan.

Beberapa penelitian sebelumnya juga menyimpulkan bahwa iklim organisasi memiliki hubungan dengan komitmen, kejenuhan dan OCB.Sehingga dapat dikatakan bahwa iklim organisasi merupakan satu hal yang penting dan tidak dapat diabaikan dalam suatu organisasi. Karena iklim organisasi merupakan konsep sistem yang dinamis yang dapat memberikan pengaruh serta dipengaruhi oleh hampir semua hal yang terjadi dalam suatu organisasi. Iklim yang kondusif akan memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya, dan sebaliknya iklim yang tidak kondusif akan menghambat laju organisasi dalam mencapai tujuannya. (Agung 2012)

Adanya faktor eksternal sebagai pembentuk OCB, maka tidak lepas dari faktor internal dari karayawan itu sendiri. OCB lebih berkaitan dengan manifestasi seseorang (karyawan) sebagai makhluk sosial. Dimana sebagai mahluk sosial, setiap individu dituntut untuk melakukan penyesuaian diri. Suatu proses penyesuaian diri dapat berlangsung terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan. Dengan adanya suatu proses penyesuaian diharapkan individu mampu memetik manfaat pengalaman. Terutama dalam lingkungan kerja yang terdiri dari berbagai macam karakteristik individu. (Aini 2012)

Pengalaman kerja dan penyesuaian diri sangat tergantung pada lama kerja dari perawat, yang dapat melahirkan dan menumbuhkan perilaku OCB. Pada penelitian ini didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa responden dengan lama kerja 3-10 tahun mempunyai OCB yang baik 8 orang, kurang baik 31, dan yang tidak baik 1 orang. Dari hasil ini tampak pula bahwa 40 perawat yang mempunyai masa kerja 3-10 tahun ( 71%) Hasil uji statistik dengan analisis korelasi diperoleh nilai p = 0,0,817 (p>0,05), nilai r = -0,030, hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara lama kerja dengan OCB perawat di RS Umum Daerah Pangkep.

(9)

Masa kerja dapat berfungsi sebagai prediktor OCB karena variabel-variabel tersebut mewakili “pengukuran” terhadap “investasi” karyawan di organisasi. Dan penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa masa kerja berkorelasi dengan OCB. Karyawan yang telah lama bekerja di suatu organisasi akan memiliki keterdekatan dan keikatan yang kuat terhadap organisasi tersebut. Masa kerja yang lama juga akan meningkatkan rasa percaya diri dan kompetensi karyawan dalam melakukan pekerjaannya, serta menimbulkan perasaan dan perilaku positif terhadap organisasi yang memperkerjakannya. Semakin lama karyawan bekerja di sebuah organisasi, semakin tinggi persepsi karyawan bahwa mereka memiliki “investasi” di dalamnya. (Greenberg 1996)

Namun dalam penelitian ini tampak hal yang bertentangan, dimana hasil analisa statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara lama kerja dengan OCB perawat. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya faktor internal yang dapat mempengaruhi OCB perawat selain lama kerja, misalnya mood atau keperibadian dan jenis kelamin. Faktor kesalahan dalam melakukan atau menggolongkan skala masa kerja juga dapat menjadi penyebab tidak berhubunganya masa kerja dengan OCB perawat pada penelitian ini. Sehingga diperlukan skala pengukuran masa kerja yang terukur untuk menumbuhkan perilaku citizenship pada karyawan.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa pada intinya penelitian ini telah mampu menjawab hipotesis yang diajukan berupa adanya hubungan antara interaksi atasan dan bawahan, persepsi dukungan organisasi dan iklim organisasi terhadap OCB perawat, kecuali hubungan antara masa kerja dengan OCB perawat. Namun terdapat pula keterbatasan dalam penelitian ini, contohnya dalam pembagian kuesioner yang tidak mengelompokkan berdasarkan departemen tempat perawat bekerja, sehingga dapat dievaluasi departement yang sangat rendah OCB sehingga dapat menjadikan masukan bagi rumah sakit untuk memperbaiki dan membina perawat di departemen tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kami menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara interaksi atasan-bawahan, persepsi dukungan organisasi dan iklim organisasi dengan perilaku Organizational citizenship behaviour (OCB) perawat di RSUD Pangkep. Dan lamanya masa kerja tidak berhubungan dengan perilaku OCB perawat RSUD Pangkep. Sehingga kami menyarankan pihak pumpinan

(10)

rumah sakit harus mampu menciptakan hubungan yang kondusif dan iklim organissai yang baik serta perhatian terhadap perawat utuk menumbuhkan perilaku OCB dari perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, dkk. 2012. Pengaruh Kepuasan Kerja dan Iklim Organisasi Swadaya terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB) Karyawan pada PT. Trubus. Jurnal

Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) |Vol. 3, No. 1, 2012

Aini, dkk. 2012. Hubungan antara kualitas interaksi atasan dan bawahan dan quality of work life dengan Organizational Citizenship Behavior Karyawan PT. Air Mancur

Palur Karanganyar. Jurnal Fak Psikologi Universitas Sebelas Maret

Ferry. 2007. Organizational Citizenship Behavior Karyawan ditinjau dari Persepsi terhadap Kualitas Intearaksi Atasan-Bawahan dan Persepsi terhadap Dukungan

Organizational. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/15723 Vol. 2 No. 1

Juni 2006.

Greenberg, J. 1996. Managing behavior in organizations: Science in service to practice. New York: Prentice Hall.

Kambuh, Aries, dkk. 2012. Pengaruh Leader Member Exchange, Persepsi Dukungan organizational, Budaya Etnis Papua dan Organizational Citizenship Behavior

terhadap Kinerja Pegawai pada Sekda Provinsi Papua. Jurnal Aplikasi Manajemen

Vol. 10: 262-272. No. 22

Luthans, F. 2002. Organizational behavior (9th ed).New York: Mc.Graw-Hill.

Morrison, E.W. 1994. Role definition and organizational citizenship behavior and

commitment, the case of railway corporation Yogyakarta, Gajah mada international

journal of businnes, vol 4 no 2.

Organ, D. W. 1997. Organizational Citizenship Behavior : It’s Construct Clean-up time.

Human Performance, Vol. 10: 85-97.

Riggio,.R.E..2000..Introduction to industrial/organizational psychology, (3rd ed). NJ : Prentice Hall.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat disimpulakan bahwa perempuan dalam hal ini para parengge-rengge berjuang untuk memenuhi kebutuhan harian dalam rumah

Private _username AsString = &#34;&#34; Private _idrole AsString = &#34;&#34; Private _role AsNew List ( OfString ) Private _ds As DataSet = Nothing #EndRegion..

Peserta didik diberikan pekerjaan rumah mempersiapkan diri untuk materi siklus kegiatan ekonomi 4 sektor.. Peserta didik diberikan

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan demikian berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dengan kata lain Kompensasi (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi Kerja (Y).

a. pelaksanaan kegiatan statistik;.. pembakuan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran. Koordinasi dan atau kerjasama penyelenggaraan statistik antara BPS, instansi

fungsi dari selisih waktu atau selisih biaya perjalanan antara moda 1 dengan moda lainya.Kurva itu adalah kurva empiris yang didapatkan langsung dari data dan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran fiqh materi hukum perkawinan melalui metode discovery learning pada