• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wujudkan Kemandirian Pangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Wujudkan Kemandirian Pangan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

T

anaman pangan mendapat perhatian khusus Gubernur Kalimantan Barat, Drs. Cornelis, M.H, karena komoditi terse-but dalam jangka panjang

mencipta-kan kedaulatan dan kemandirian pangan.

"Sasaran inilah yang menjadi arah pembangunan pertanian provinsi Kalbar," kata Gubernur.

Cita-cita pembangunan pertanian, kata Cornelis, mewujudkan kesejahte-raan masyarakat Kalbar melalui kedaulatan dan kemandirian pangan. Sasaran tersebut sangat terkait deng-an visi Cornelis sebagai gubernur Kalbar, "Terwujudnya Masyarakat Kali-mantan Barat yang Beriman, Sehat, Cerdas, Aman, Berbudaya dan Sejah-tera."

Cornelis mengungkapkan saat ini masalah pangan menjadi kepedulian PBB, bahkan perhatian serius seluruh dunia. Populasi dunia yang sudah mencapai angka lebih dari 7 miliar jiwa, dan diperkirakan terus bertambah, maka permintaan pangan juga terus meningkat. Akibat berbagai kendala, peningkatan produksi pangan dunia saat ini tidak begitu menggembirakan, bahkan sangat mungkin terjadinya krisis pangan. Jika tren ini terus terjadi, maka krisis pangan global diperkirakan terjadi dalam periode 10 tahun mendatang.

Sejumlah ilmuwan bahkan berpen-dapat, sudah mulai tampak tanda-tanda gejala krisis pangan global. Banyak negara di Asia dan Afrika saat ini mengalami kekurangan pangan, karena pertanian gagal panen akibat berbagai faktor, sehingga memerlukan bantuan negara-negara lain. Di sisi lain, beberapa negara produsen sudah mulai mengurangi expor pangan mereka untuk menjaga ketahanan pangan di

Gubernur Kalbar, Drs. Cornelis, M.H,:

Wujudkan Kemandirian Pangan

Kalimantan Barat, salahsatu provinsi penyangga produksi beras nasional,

karena pangan yang dihasilkan melebihi kebutuhan Kalbar yang berpenduduk

sekitar 4,6 juta jiwa. Produksi beras Kalbar, tahun 2013 mencapai 900.000

ton, sedangkan kebutuhan masyarakatnya sekitar 630.000 ton. Surplus 270.000

ton setahun diharapkan mendukung ketahanan pangan nasional.

dalam negeri masing-masing.

Karenanya, Gubernur Cornelis mengingatkan Indonesia, sebagai salahsatu negara berpenduduk terbe-sar dunia segera mengambil langkah-langkah strategis agar meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Mungkin Indonesia masih mampu menyediakan pangan secara nasional. Tetapi dengan rata-rata pertambahan jumlah penduduk 1,5 persen setahun,

(3)

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

maka upaya peningkatan produksi pangan harus segera dilakukan," kata Cornelis.

Penyangga Beras

Kalimantan Barat menjadi salah satu provinsi penyangga produksi beras nasional, karena pangan yang dihasil-kan melebihi kebutuhan Kalbar yang berpenduduk sekitar 4,6 juta jiwa. Produksi beras Kalbar, tahun 2013 men-capai 900.000 ton, sedangkan kebutu-han masyarakatnya sekitar 630.000 ton. Maka masih terdapat surplus 270.000 ton dalam setahun, sehingga bisa membantu ketahanan pangan nasional.

Cornelis mengingatkan, jangan sampai keliru memaknai konsep ketahanan pangan hanya sekedar menjaga ketersediaan pangan. Soal-nya, ketersediaan pangan dapat dila-kukan dengan membeli dari negara-negara lain, sehingga tidak ada upaya untuk peningkatan produksi di dalam negeri. Konsep ketahanan pangan seyogyanya dimaknai sebagai kedaula-tan dan kemandirian pangan.

Kedaulatan dan kemandirian pang-an, menurut Cornelis, memotivasi petani untuk memproduksi pangan lebih tinggi, sehingga tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan masya-rakat, tetapi juga bisa mengelolanya sesuai keperluan dan tidak tergantung dari negara lain.

Cornelis mengakui, untuk mewujud-kan kedaulatan dan kemandirian pang-an mempang-ang tidak semudah membalik-kan telapak tangan. Masih banyak hambatan, tantangan dan kendala yang bisa menggagalkannya. Hamba-tan tersebut di antaranya kualitas SDM pertanian yang relatif masih belum kuat.

Tidak hanya petani, tetapi juga tenaga pendukung lain seperti pe-nyuluh, guru, dan tenaga peneliti di bidang pertanian. Akumulasi dari seluruh elemen SDM pertanian ini menjadi penentu, apakah pertanian bisa produktif atau tidak.

Di lain pihak, kepemilikan lahan

petani gurem rata-rata di bawah satu hektar. Kondisi ini tentu sangat me-nyulitkan, karena dengan lahan seluas itu tidak akan mampu meningkatkan produktivitas pertanian. Padahal untuk meningkatkan produktivitas dan produksi pangan diperlukan budidaya pertanian dengan skala luas.

Hal tersebut terkait erat dengan kebijakan agraria nasional, karena sampai saat ini tidak ada langkah dan kebijakan untuk mengkonsolidasi lahan pertanian secara nasional. Hambatan lain, alih fungsi lahan pertanian juga mengancam kesinambungan produksi pangan di Indonesia termasuk di Kalbar. Makin banyak lahan pertanian pro-duktif beralih fungsi, maka semakin banyak kehilangan produksi pangan.

Tantangan juga terjadi pada kepe-dulian masyarakat. Banyak masyarakat yang kurang menyadari bahwa perta-nian pangan menjadi kunci kesinam-bungan Indonesia sebagai sebuah bangsa. Ini terbukti banyaknya masya-rakat yang lebih suka hidup atau beker-ja di luar pertanian tanaman pangan. Berbagai argumentasi menjadi alasan mereka untuk meninggalkan pertanian pangan. Mulai dari gengsi, kurang menguntungkan, kotor, rumit, dan sebagainya.

Kurangnya kepedulian masyarakat menyebabkan jumlah petani yang mengembangkan tanaman pangan berkurang, tentu akan mempengaruhi produksi pangan.

Cornelis sangat menginginkan hambatan, tantangan dan kendala yang dapat melemahkan kedaulatan dan kemandirian pangan segera di-atasi. SDM pertanian yang relative lemah harus segera ditingkatkan melalui berbagai bentuk program pendidikan dan pelatihan, baik formal maupun nonformal, dilakukan secara berjenjang.

Petani atau pengusaha tani megang peranan terpenting dalam me-ningkatkan produksi pangan, karena mereka yang turun langsung melak-sanakan kegiatan pertanian di la-pangan. Petani, pengusaha tani dan keluarganya, harus cerdas dan ber-pengetahuan agar dapat menghasil-kan produksi pangan yang tinggi. Cornelis berharap instansi teknis yang menangani pembinaan SDM pertanian harus bekerja secara optimal dan menyeluruh.

Pembenahan dan keberpihakan politik agraria terhadap pertanian tanaman pangan merupakan langkah yang harus segera dilakukan untuk

men-Cornelis memberikan perhatian besar terhadap pengembangan tanaman pangan

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

(4)

jamin ketersediaan dan kesinam-bungan lahan pertanian di Indonesia.

Karena hanya dengan ketersediaan lahan yang cukup, petani bisa mening-katkan produksi pangan untuk men-capai kedaulatan dan kemandirian pangan. Kebijakan pemerintah secara nasional untuk melakukan konsolidasi lahan pertanian juga bisa menjadi pilihan jika ingin menjaga agar lahan pertanian tersedia seterusnya.

Di sisi lain, pemerintah Kabupaten semestinya sudah harus mulai men-data, mengidentifikasi lahan pertanian masing-masing agar dapat dilindungi melalui Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten atau berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan yang ada.

Cornelis tetap menjadikan pem-bangunan pertanian tanaman pangan sebagai salah satu prioritas dalam paket kebijakannya. Gubernur selalu mendu-kung berbagai upaya dan program yang mengarah pada peningkatan produksi pangan di Kalbar, baik yang dilakukan individu, lembaga swasta, lembaga pemerintah maupun pihak swasta.

Food Estate

Pembangunan Food Estate yang

merupakan upaya pembangunan produksi pangan berskala luas menjadi bukti kesungguhan Cornelis mendu-kung upaya peningkatan produksi pangan di Kalbar. Seluruh kabupaten Kalbar diharapkan membangun food estate. Dengan demikian masing-masing kabupaten memiliki sentra produksi pangan untuk kebutuhan masyarakat dan mendorong agar tidak tergantung dari daerah lain.

Food Estate selain berperan menjadi sentra produksi pangan, juga akan mempermudah proses perlindungan lahan pertanian berkelanjutan. Karena Food Estate dirancang untuk menjadi kawasan budidaya pertanian dalam satu hamparan luas, sehingga pengelo-laan dan pengawasannya lebih mudah. Cornelis juga sangat mendukung berbagai terobosan dan teknologi te-rapan yang mengarah pada upaya peningkatan produtivitas dan produksi pangan di Kalbar, seperti teknologi Hazton yang dikembangkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Horti-kultura Provinsi Kalbar. Berdasarkan informasi yang diterimanya, teknologi Hazton mampu meningkatkan produk-tivitas padi mencapai dua kali lipat, dan sudah terbukti di beberapa lokasi.

"Saya memang belum sempat melakukan panen, tetapi Wakil Men-teri Pertanian dan wakil Gubernur sudah. Saya dengar panen padi Hazton mencapai 10 ton per hektar," kata Cornelis.

Gubernur menjelaskan meskipun Kalbar sudah surplus pangan, produkti-vitas rata-rata tanaman padi masih rendah, produksi tinggi hanya didukung oleh luas panen. Menurut Cornelis penerapan teknologi Hazton yang bertujuan meningkatkan produktivitas dan produksi padi di Kalbar harus didukung.

Cornelis berharap, semua upaya pembangunan pertanian yang meng-arah pada peningkatan produksi pangan dapat terlaksana sesuai ren-cana. "Kita tidak hanya ingin Kalbar sur-plus beras, tetapi harus berfikir jauh ke depan, yakni Kalbar yang mandiri dan berdaulat dalam hal pangan," kata Cornelis.

Kata gubernur, "Jika sudah mandiri dan berdaulat, maka kemungkinan Kalbar akan menjadi lumbung pangan nasional bagi Indonesia. Pulau Kaliman-tan sebagai pulau pangan akan segera terwujud." Hero.

• TRIAS Politika

Cornelis pada saat panen jagung

(5)

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

D

ari tahun ke tahun nasib

petani tidak banyak beru-bah, meskipun Indonesia membanggakan diri negara agraris. Penyebabnya, antara lain, produksi tidak beranjak sedangkan kebutuhan terus meningkat. Kondisi inilah yang menekan ekonomi petani semakin sulit.

"Karenanya, untuk menopang perekonomian petani dibutuhkan peningkatan produksi lewat inovasi dan teknologi," kata Ir. H. Hazairin,MS,

Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, kepada TRIAS Politika.

Beranjak dari pandangan pesimis, sejak Indonesia merdeka, boleh dibilang capaian produktivitas padi petani masih berkisar 3-5 ton per Ha. Laju pertumbu-han produktivitas padi masih berjalan lambat meskipun sudah dilakukan berbagai inovasi teknologi melalui perbaikan teknologi mulai dari pengo-lahan tanah, varietas unggul spesifik lokasi, teknologi penanaman,

pemupu-kan, dan peningkatan sistem perlin-dungan tanaman. Sampai saat ini rata-rata produktivitas padi nasional masih sekitar 5 ton per Ha, sedangkan di Kalbar hanya 3,1 ton per Ha. Hal ini membuat Hazairan galau dan terus berfikir untuk mencari terobosan meningkatkan produktivitas padi.

Di tengah kegalauannya, Hazairin tidak tinggal diam, terus mencari terobosan sampai menemukan tekno-logi Hazton. Teknotekno-logi ini diberi nama HAZTON, akronim hazil berton-ton,

Para petani Kalbar punya

tag line,

apapun jenis varietasnya, yang penting teknologinya Hazton. Tidak penting

lahannya basah atau kering. Mereka bisa menanam padi di manapun, mutu dan produksi bisa meningkat,

karena teknologi Hazton melipatgandakan produksi dari 4 ton menjadi 8 ton per hektar. Sedangkan produksi

padi nasional rata-rata 5 ton/Ha. Hazton diyakini bisa menjawab permasalahan beras di tanah air. Karenanya,

semua pihak harus mendukung pengembangan teknologi Hazton.

Ir. H.Hazairin,MS, Kadis Pertanian Kalbar

Teknologi Hazton

Dongkrak Produksi Padi

(6)

atau singkatan nama dua pelopornya Hazairin dan Anton Kamaruddin. Hazton merupakan teknologi penana-man padi yang ditemukan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Horti-kultura Provinsi Kalimantan Barat.

Hazton adalah teknik penanaman padi yang menggunakan bibit 20-30 batang per lubang tanam. Diharapkan, jumlah bibit yang banyak akan menjadi indukan produktif , karena bibit di posisi tengah dan terjepit, cenderung tidak menghasilkan anakan, sehingga akan lebih produktif.

Keunggulan dengan menerapkan Teknologi Hazton antara lain produksi berlipat, penanamannya mudah, tanaman cepat beradaptasi dan tidak stres, tahan terhadap hama keong mas dan orong-orong karena menggunakan bibit tua (30-35 hari), meminimalisir penyulaman dan penyiangan, umur panen lebih cepat (lebih kurang 15 hari), mutu gabah tinggi (prosentase hampa rendah), serta menghasilkan beras berkualitas tinggi (rendemen beras kepala tinggi, presentase beras pecah

rendah).

Namun Hazton memiliki 'kelema-han' lantaran memerlukan tambahan benih dari biasanya (keperluan benih teknologi Hazton 100-120 Kg/Ha). Jadi, perlu tambahan biaya benih sekitar Rp 800.000 ribu/Ha. Tetapi hasil panen yang didapatkan dua kali lipat dari biasa. Kemudian perlu tambahan pupuk (organik/anorganik). Karena tanaman

rimbun perlu dikawal dengan agencia hayati-padi harus diimunisasi agar tahan dari berbagai gangguan penya-kit, lahan disterilisasi (decomposer lahan) dan bio fungisida. (lebih rinci baca: SOP Hazton).

Menurut Hazairin, Hazton merupa-kan teknologi sederhana dan mudah diterapkan petani. Akan tetapi, dalam proses penemuannya tidak semudah membalikkan tangan. Coba dan coba lagi. Bilamana gagal cari penyebabnya. Ada hama cari cara mengatasi sampai ditemukan yang diinginkan. Pertama, coba 12 pot, lalu 40 pot di pekarangan rumah sampai coba di areal sawah berhektar-hektar.

"Jangan dilihat sekarang setelah ketemu teknologinya, tetapi proses menemukan perlu ketekunan dan kesabaran," kata Hazairin.

Lewat uji coba di lapangan, hasil produksi bisa meningkat seratus persen, lahan yang tadinya 4 ton bisa mencapai 8 ton per Ha. Rata-rata petani Kalbar yang menggunakan teknologi Hazton bisa mencapai 10 ton per Ha. Itu artinya, dengan teknologi Hazton, produksi nasional kini 70 juta ton, bisa meningkat dua kali lipat menjadi 140 juta ton.

Sekarang, penduduk Indonesia lebih kurang 250 juta jiwa. Andaikan ber-tambah menjadi 500 juta jiwa, produksi padi teknologi Hazton masih bisa mencukupi kebutuhan pangan

pendu-Wamentan RI Rusman Heryawan melakukan Panen padi Teknologi Hazton, Rabu 13 Agustus 2014 di Desa Peniraman, Kab. Mempawah-Kalbar

FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)

(7)

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

duk, dengan capaian produksi 140 juta ton. Hazairin menekankan perlunya percobaan-percobaan untuk mening-katkan produktivitas pertanian, seperti mencoba menanam padi dengan teknologi Hazton.

Hazairin mengungkapkan, misalnya para petani di Jawa, dengan lahan yang kian menyempit sangat tepat meng-gunakan teknologi Hazton. Sebab, lahan yang ada bisa dimaksimalkan dengan peningkatan mutu dan pro-duksi yang berlipat. Para buruh tani bisa juga mengembangkan Hazton dengan cara menggunakan polibag di peka-rangan rumah. Teknologi Hazton dapat mengoptimalkan lahan untuk pening-katan produksi padi.

Pemerintah provinsi Kalbar menem-puh langkah yang sejalan dengan visi Indonesia yang ingin berdaulat di bidang pangan. Terobosan Hazton juga selaras dengan konsep pembangunan nasional yang memprioritaskan perta-nian dalam arti luas, dan mengubah ketergantungan ekonomi daerah dari

SDA tak terbarukan ke SDA terba-rukan. Pengembangan sektor perta-nian Kalbar, termasuk rencana swa-sembada beras, akan berjalan lebih baik jika mendapat dukungan langsung yang mengikat pemerintah pusat.

Pemprov Kalbar merespon keingi-nan pemerintah pusat untuk

mengem-bangkan program tanaman padi, bagian dari upaya mencapai keman-dirian pangan, sehingga semua pihak perlu memberikan dukungan.

Hazairin menghargai langkah Joko-wi, presiden terpilih yang ingin mem-bangun pertanian berawal dari pe-ningkatan produksi beras. Pilihan itu sangat tepat, karena beras komoditi yang sangat strategis. Hazairin meng-utip Badan Pangan Dunia, FAO-Food and Agriculture Organization-yang mem-perkirakan tahun 2025, dua miliar penduduk dunia akan mengalami rawan pangan.

Saat ini, penduduk dunia sudah menembus angka 7 miliar jiwa. Ini artinya, pasokan pangan semakin perlu, dan semakin sulit. Dalam hal ini, Indonesia harus mampu mengambil keuntungan dari krisis pangan global, yaitu memproduksi pangan sebanyak-banyaknya, karena Indonesia sangat berpotensi. Pertanian padi sektor yang sangat menjanjikan dan memiliki pasar permanen. Seiring dengan mening-katnya permintaan pangan dunia, peluang dan pangsa pasar komoditi padi tidak akan pernah habis.

Wakil Gubernur Kalbar Christiandi Sanjaya, Panen Padi Teknologi Hazton di Desa Peniraman, Kab. Mempawah

FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)

FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)

Panen padi Teknologi Hazton bersama perwakilan BI Kalbar, Kasdam XII Tanjungpura, Wamen Pertanian, Wagub Kalbar, Bupati Mempawah, Kadistan Kalbar dan Direktur Serelia Tanaman Pangan Kementan

(8)

Pangsa pasar bertambah dan nilai ekonomisnya semakin tinggi seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk, kebutuhan pangan semakin tinggi. Mengikuti mekanisme pasar, harga meningkat seiring dengan ber-tambahnya permintaan.

Jadi, pasar pangan tidak akan pernah sepi. Dengan demikian, petani padi akan menempati posisi yang semakin strategis dan penting bagi perjalanan sebuah bangsa. Apalagi In-donesia menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif, kata Hazairin, sejalan dengan amanah pembukaan UUD 1945. Kongkritnya, Indonesia sangat berpeluang untuk memainkan peran bebas aktif di dalam memenuhi kebutuhan pangan warga dunia.

"Semakin bertambahnya penduduk, tentu permintaan pangan meningkat. Jadi, pasar beras tidak akan pernah lesu. Atau selama orang masih makan nasi, pangsa pasar beras tidak akan pernah habis. Jadi, seberapapun produksi beras tidak akan mubazir. Bilamana kebutu-han nasional tercukupi, sisanya dijual ke pasar internasional," kata Hazairin. Hazairin menapaki karier pertanian dari bawah, mulai dari penyuluh hingga ke puncak karier, kepala dinas perta-nian. Karena itu, tidak berlebihan bila dia sangat mengidolakan

pembangu-nan pertanian. Apalagi habitat orang Indonesia pertanian. Sejak ribuan tahun lalu, bangsa Indonesia sudah menyatu dengan sawah dan padi.

Obsesinya, pematangan pengem-bangan teknologi Hazton terus dilaku-kan. Dia memantapkan teknologi Hazton dalam pertemuan kelompok tani, aparat pemerintah dan penyuluh. Petani yang sudah mencoba teknologi Hazton harus menularkan pengeta-huannya kepada petani yang ingin menerapkan teknologi tersebut.

Para pemula diajak mengikuti pelatihan-pelatihan, sehingga mema-hami teknik budidaya Hazton dengan benar. Untuk areal 'percontohan'

Hazairin memberi bantuan maksimal, mulai penyediaan benih, pemupukan dan pendampingan, bilamana terjadi gangguan hama. Hazairin mengharap-kan, kelompok tani bisa memberikan contoh kepada petani-petani lain.

Harapannya, berdampak signifikan terhadap produktivitas padi di Kalbar. Hazairin menggandeng banyak pihak bagi sosialisasi teknologi Hazton. Bank Indonesia, misalnya, memberikan dukungan penuh untuk pengembangan Hazton. Bilamana satu hektar bisa berproduksi 10 ton, maka petani sangat layak menerima saluran kredit per-bankan. Bantuan nyata sudah diberikan BI bagi pengembangan padi Hazton di desa Peniraman, kabupaten Mempa-wah, dan beberapa kabupaten di Kalimantan Barat.

Balai Benih Induk Padi Peniraman saat melaksanakan Panen Perdana Padi dengan Teknologi Hazton, hasilnya 16,78 Ton/HA GKP (Gabah Kering Panen) atau setara dengan 13 ton/ hektar GKG (Gabah Kering Giling). Panen perdana itu, dihadiri Hazairin dan Kepala Perwakilan BI Kalbar, Hilman Tisnawan.

Pengembangan teknologi ini sejalan dengan keinginan BI Provinsi Kalbar yang membangun kerjasama dengan Dinas Pertanian Tanam Pangan dan Hortikultura dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan serta Tim Pengendali Inflansi Daerah (TPID)

TPID Kalbar Panen Padi Teknologi Hazton di BBI Padi Peniraman Kab. Mempawah

Petani Panen Padi Teknologi Hazton di Desa Peniraman Kab. Mempawah, Kalbar

FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)

(9)

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Kalbar.

Dukungan yang diberikan BI mem-buat Hazairin mencurahkan segala perhatiannya agar teknologi Hazton menyebar ke pelosok Kalbar. Tahun ini sudah dikembangkan 800 Ha, tahun 2015 direncanakan seluas 5.000 hektar. Kata Hazairin, sesuatu yang sangat membanggakan bilamana ada pihak memberikan jaminan kredit. Sebab, kredit tersebut jarang didapatkan para petani.

Selama ini para petani sulit men-dapatkan kredit lantaran pihak per-bankan menilai sektor perpadian tidak prospektif. Karena dalam pengelolaan tradisional, manajemennya buruk dan tidak inovatif. Untuk mengatasi hal itu, Hazairin dan jajarannya mendorong petani berbudidaya secara kelompok, memiliki manajemen, membangun kebersamaan yang berazaskan

kejuju-ran dan kebenakejuju-ran. Sehingga hasil yang didapatkan maksimal dan pihak per-bankan bersedia menjalin kerjasama.

Upaya Hazairin secara perlahan sudah membuahkan hasil. Ketika majalah TRIAS Politika berkunjung ke desa Peniraman, Mempawah, saat itu para petani sedang rapat, bertema, "upaya pemantapan Hazton."

Hadir saat itu camat, penyuluh, dinas pertanian dan kelompok tani. Mereka bertukar pikiran, saling ber-tanya dan bermusyawarah agar Hazton sukses di daerah secara mera-ta. Memang beberapa petani yang menerapkan Hazton sudah menuai hasil yang baik. Hazairin ingin para petani lebih luas lagi mengembangkan

Hazton dengan indek pertanaman bisa dua kali setahun.

Gubernur Kalbar, Bapak Cornelis, diawal menjabat mengajak Hazairin berdiskusi untuk peningkatan produksi padi. Ditanya gubernur, kenapa produk-si tidak meningkat? Gubernur, sebagai orang lapangan tentu sangat mema-hami kondisi masyarakat yang membu-tuhkan pangan. Hazairin tertantang untuk pengembangan lahan sejuta hektar. Kini lahan pertanian sawah Kalbar seluas 500.000 Ha untuk sekali tanam, tetapi bila dua kali tanam, tentu menjadi sejuta Ha.

Kata Hazairin, program peningka-tan kesejahteraan pepeningka-tani lewat pela-tihan, pendampingan penyuluh, kerja sama dengan pelaku bisnis dan peng-uatan lembaga pertanian. Juga sangat perlu pengadaan sarana dan prasa-rana, teknologi pertanian tepat guna, dan penerapan teknologi pertanian maju.

Hazairin berangkat dari pemikiran sederhana. Bila petani terabaikan, sebagai penduduk mayoritas, tentu akan menjadi beban bagi bangsa. Sebaliknya, bila petani diberdayakan akan menjadi potensi yang sangat besar. Sebab, bila terjadi peningkatan produksi, tentu daya beli petani meningkat, dan akan berdampak positif bagi sektor riil. • TRIAS Politika

Hazairin bersama Gubernur dan Ketua TP-PKK Kalbar Panen Padi

Panen Padi Teknologi Hazton di Desa Semparuk, Kab.Sambas, Kalbar

Hazairin menggandeng banyak pihak bagi sosialisasi tehnologi Hazton. Bank Indonesia, misalnya, memberikan dukungan penuh untuk

pengembangan Hazton. Bilamana satu hektar bisa ber-produksi 10 ton, maka petani sangat layak menerima saluran kredit

perban-kan. Bantuan nyata sudah diberikan BI bagi pengembangan

padi Hazton di desa Peniraman, Kab. Mempawah.

FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)

(10)

A

wal perkenalannya dengan Hazton, Sukiman menderita rugi, separuh produksinya lenyap. Salah satu biangkerok-nya adalah serangan jamur dan bakteri, karena pertumbuhan padi cepat dan rimbun. Kegagalan pertama bukan akhir segala-galanya. Dia berusaha keras mencari penyebab yang sesung-guhnya, kenapa angka produksi padi-nya merosot.

Akhirnya, Sukiman menemukan sumber persoalan yang sebenarnya. Setelah itu, pada panen selanjutnya, Sukiman meraih untung, panennya naik jadi 150%, malah ada yang mencapai dua ratus persen. Tetapi secara umum teknologi Hazton bisa meningkatkan produksi dua kali lipat dari biasanya.

Kisah sukses Sukiman menyebar di kalangan petani, informasinya sampai ke Singkawang. Para petani Singka-wang yang tergabung dalam Kelompok

Sukiman 'Provokator'

Hazton dari Sambas

Semangat Sukiman menggebu-gebu begitu mengerahkan semua perhatiannya

bagi budidaya padi dengan teknologi Hazton. Awalnya, petani Sambas, Kalbar,

ini ditentang keras oleh rekan-rekannya sesama petani, kenapa harus

menerapkan teknologi Hazton.Namun dia tidak pernah mundur.

Tani Sinar Intan, Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan, ramai-ramai menerapkan Teknologi Hazton. Program Hazton dikembang-kan di areal 80 hektar.

Misdah, pimpinan kelompok tani tersebut, mengungkapkan, awalnya dia mendengar di Sambas ada pengem-bangan padi teknologi Hazton, sudah memberi bukti peningkatan produksi. Dia penasaran, lalu proaktif melakukan budidaya yang sama. Gayung ber-sambut.

Ketika dia membangun komunikasi dengan pemerintah provinsi, dia mendapat respon yang sangat positif. Kelompok tani yang dia pimpin ber-gerak cepat untuk pengembangan seluas 80 hektar. Mereka mengelola lahan dengan menggunakan teknologi modern.

Sukiman tak henti-hentinya dida-tangi rekan-rekan petani yang

memin-tanya berbagi pengetahuan tentang Hazton. Saung yang dibangunnya di tengah sawah dijadikan tempat diskusi untuk penerapan teknologi Hazton. Dia didatangi para petani dari Sambas dan kabupaten-kabupaten lain. Mereka ter-tarik melihat Sukiman yang belajar sembari menerapkan teknologi Hazton. Sukiman yang semula ragu tentang Hazton, bertanya sendiri, apakah mim-pi hasil belasan ton per hektar bisa di-wujudkan Hazton? Agar tidak terus bermimpi, dia terdorong untuk men-cobanya. Alhasil, tanpa maksud melebih-lebihkan, dia sudah merasakan panen 12-15 ton. Tetapi dalam peng-elolaan dibutuhkan disiplin yang ketat dan pengawasan aktif. Sukiman malah sempat siang-malam tidak bisa mening-galkan sawah untuk menjaga ganggu-an tikus. Semua upaya dilakukganggu-an agar produksi padinya naik berlipat-lipat.

Hasil yang dia dapatkan sekarang 'memprovokasi' para petani di Sambas untuk menerapkan teknologi Hazton. Mereka kian bersemangat lantaran mendapat dukungan penuh dari Dinas Pertanian Kalbar.

"Alhamdulillah desa-desa lain sudah banyak yang mengikuti teknologi Hazton. Waktu mendapatkan hasil di bawah 4 ton/Ha tidak membuat kami patah semangat. Malah kami semakin bersemangat untuk terus mencoba," kata Sukiman.

Sukiman menekankan perlunya disiplin ketat petani dalam menerapkan teknologi Hazton. Sebab, Hazton mem-butuhkan penanganan yang aktif, tidak bisa sembarangan. Hasil yang didapat sangat signifikan. Ketika tiba waktu me-mupuk, harus dipupuk. Tidak bisa ditun-da, tidak seperti pola tanam tradisional. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui tepat waktu.

Karena itu, Sukiman menganjurkan kepada kelompok tani berperan aktif, tidak hanya terpampang di papan nama. Jangan hanya mendengar hasilnya, tetapi harus mencoba dengan tindakan nyata di lapangan.

Kata Sukiman, Hazton mengajak para petani untuk kreatif dan disiplin.

(11)

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Kenyakan petani selama ini berbudi-daya seadanya, sering menunda pekerjaan dan lengah. Sementara Hazton 'memaksa' petani untuk aktif dan mengelola secara modern.

Sukiman mengingatkan agar refor-masi tidak hanya di birokrasi pemerin-tahan, tetapi para petani juga harus mereformasi diri agar hasil yang diraih optimal. Sebagai petani, Sukiman merasa malu bila mendapati gudang-gudang Bulog diisi beras dari Thailand. Ke depan gudang-gudang Bulog harus diisi beras petani lokal.

"Reformasi jangan hanya di biro-krasi, tetapi petani juga harus direfor-masi. PNS masuk kerja jam 7.00 pagi, seharusnya petani juga bisa mulai bekerja dari jam 7.00 pagi. Orang-or-ang pintar sOrang-or-angat menghargai waktu, apakah petani tidak bisa menghargai waktu? kata Sukiman.

H. Salam, petani Hazton dari desa Peniraman, Mempawah, mersakan hal yang sama dengan Sukiman. Pertama mendengar teknologi Hazton, dia merasa ragu untuk menerapkannya. Memang saat melihat Hazton yang tumbuh di pot sangat bagus, tetapi apakah hal yang sama bisa diterapkan di areal sawah yang rentan gangguan hama dan penyakit. Namun setelah dicoba melalui kerjasama dengan Bank Indonesia Perwakilan Kalbar, produksi yang dihasilkan meningkat 100%.

Ujicoba pertama dilakukan pada lahan seluas 25 hektar, tahap kedua mencapai 80 hektar. Para petani Peni-raman sangat antusias dengan

keber-hasilan penaman pertama teknologi Hazton di wilayah mereka, dan untuk tahap selanjutnya terdapat beberapa petani menanam secara swadaya. Para petani desa Peniraman telah mem-bulatkan tekad dengan semboyan, "Apapun varietas dan jenis lahannya, Hazton teknologinya."

Kebiasaan petani selama ini meng-gunakan benih sebanyak 25-30 kg/Ha dengan penanaman 2-5 bibit perlu-bang. Dengan teknologi Hazton meng-gunakan benih sebanyak 100 - 120 kg dengan bibit sebanyak 20-30 perlu-bang, sehingga petani perlu menam-bah benih sebnyak 75-100 kg atau dengan nominal 750 ribu - 1 juta untuk tiap hektar.

"Tidak masalah keluarkan dana tambahan, karena hasil yang didapat berlipat. Kami sekarang sudah semang-at menggunakan teknologi Hazton. Apalagi kami dapat dukungan penuh dari dinas pertanian Kalbar," jelas Salam.

Hazairin, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, berharap, bila program Hazton ini sesuai harapan agar ditularkan ke lahan-lahan lainnya. Sebab, para petani, kata Hazairin, lebih senang diberi contoh. Kalau hasil sudah terbukti, mereka akan menerapkan pola yang sama. Teknologi Hazton dari pemerintah provinsi Kalbar sudah kita serahkan kepada kelompok tani.

Mereka sudah menyanggupi me-melihara dan merawat tanaman padi ini sesuai ketentuan yang telah

dian-jurkan. Kelompok tani yang menja-lankan program Hazton, rata-rata sudah mendapatkan pembinaan dari dinas pertanian. Yakni bagaimana sistem kerja petani di lapangan dalam menerapkan teknologi Hazton dengan ketentuan yang telah dianjurkan dari hasil pelatihan.

Hazairin meminta kepada kelom-pok tani yang telah menyanggupi tek-nologi Hazton agar menerapkannya secara serius dan berkesinambungan. Mulai dari perawatan, tahap penye-maian bibit, tahap pemupukan, hingga tahap hasil panen dilaksanakan. Me-nanggapi hal itu, Misdah, selaku pimpi-nan kelompok tani dari Singkawang, akan berupaya kuat untuk mensuk-seskan teknologi Hazton.

Karena ini menjadi 'pertaruhan' untuk membuktikan kepada masyara-kat tani bahwa Hazton solusi untuk peningkatan mutu dan jumlah produksi. Mereka pun kian terpacu karena men-dapat dukungan penuh dari dinas pertanian Kalbar.

"Kami dapat bantuan benih seratus persen, bantuan pupuk juga demikian dan komunikasi aktif dari pemerintah. Berikutnya, kami akan mandiri," kata Misdah kepada TRIAS Politika.

Hazairin mengharapkan, Kelompok Tani Sinar Intan bisa memberikan contoh kepada petani lainnya. Sehingga berdampak signifikan terhadap produktivitas padi di Kalbar, khususnya Kota Singkawang. Target menyejahterakan petani diharapkan terwujud. • TRIAS Politika

(12)

Standar Operasional Prosedur (SOP)

BUDIDAYA PADI DENGAN

TEKNOLOGI HAZTON

TAHAPAN BUDIDAYA PADI DENGAN TEKNOLOGI HAZTON:

1. Persiapan Lahan: rumput/jerami dibersihkan (dipotong atau dengan herbisida) kemudian lakukan pengolahan tanah, sekaligus aplikasikan pupuk organik/kandang sebanyak 500-1.000 kg/Ha dan SP- 36 sebanyak 150 kg/ ha.

2. Aplikasi Decomposer/Sterilisasi lahan (Jerami, rumput, lahan)

• 1 sachet DECOPRIMA (100 gr), dilarutkan dalam 1-2 liter air didiamkan selama 3-6 jam kemudian diencerkan untuk 100 liter air, dan disemprotkan merata menggunakan sprayer di jerami yang telah disebarkan merata di lahan. Pastikan kondisi jerami tetap lembab/berair (macak-macak) supaya proses dekomposisi berjalan optimum. Dapat juga diaplikasikan setelah pengolahan tanah selesai. • Keperluan untuk 1 ha sawah = 400 liter/ha (4 saset) 3. Persiapan Benih (100-120 kg/ha)

Pilih benih unggul yang telah dilepas Menteri Pertanian RI atau benih unggul lokal.

4. Perendaman Benih.

Benih direndam dengan air bersih selama 24 jam. 5. Pemeraman Benih.

Setelah direndam, benih diperam dalam karung goni lembab + 24-48 jam, benih tumbuh tunas dan akar siap ditabur/disemai di pesemaian

6. Benih yang sudah diperam (sudah keluar akar) ditabur merata di bedengan pesemaian.

(Agar terhindar serangan burung, benih yang telah ditabur dipukul-pukul/dibenamkan sedikit di dalam lumpur).

7. Imunisasi Padi dan Pengendalian Hama Penyakit di pesemaian (Saat umur 7-15 hari setelah semai) 2 tablet Bactoplus Padi dilarutkan 100 cc air, dibiarkan 6-12 jam, dan larutkan juga 1 sachet Bt-Plus(Bio Insektisida) kedalam 1 liter air, dibiarkan 6-12 jam, dan kedua larutan tadi dicampur air 14-17 liter (1 tangki semprot) disemprotkan merata di pesemaian.

8. Umur bibit 30-35 hari setelah semai, ditanam dengan jumlah 20-30 bibit/lubang.

Benih direndam dengan air yang dicampur BactoPlus Padi selama 24 jam. 1 tablet untuk 5-10 kg gabah

Pencabutan dan seleksi bibit padi

Penanaman padi teknologi Hazton di Desa Sedau Kec. Singkawang Selatan Kota Singkawang

FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)

FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)

FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)

Oleh: ANTON KAMARUDDIN, SP, M.Si

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2014

(13)

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

9. Jarak Tanam menggunakan Sistem Jajar Legowo (4:1, 2:1). Jarak Tanam 25x20/40 atau 25x30/50.

10. Aplikasi Pupuk Urea 50 kg dan NPK 50 kg pada umur 5-7 hari setelah tanam.

11. Aplikasikan PPC (Pupuk Pelengkap Cair) pada umur 7, 17, 27 dan 37 hari setelah tanam dan dapat dicampur dengan Bio Insektisida (Bt-Plus).

12. Aplikasi Probiotik Bactoplus Padi pada umur padi: 12, 24, dan 45 hst (cara seperti teknik di pesemaian). Dapat dicampur dengan insektisida (Bahan Aktif: Abamiktin 2 cc/liter) dan PPC.

13. Aplikasi Pupuk Susulan: Pupuk Urea 50 kg, NPK 100 kg, dan KCl 50 kg pada umur 25 hari setelah tanam. 14. Padi siap panen (relatif lebih cepat 10-15 hari dari cara

konvensional).

HASIL PANEN PADI TEKNOLOGI HAZTON DI BEBERAPA DAERAH DI KALIMANTAN BARAT:

1. Hazton di Semparuk Sambas.

Panen 2.5 ton/1600m2 atau 15 Ton/Ha

2. Hazton menggunakan varietas Cibogo, di Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya. Luas lahan 2.000 m2 (0,2 Ha) = 4.8 Ton atau sekitar 24 Ton/hektar.

3. Hazton menggunakan varietas Inpari 10 di desa Peniraman, Kabupaten Mempawah seluas 35 Ha panen sekitar 8 - 11,5 Ton/Ha (musim gadu, sawah tadah hujan, dan terpengaruh oleh kondisi kekeringan/kemarau). 4. Hazton di Sembora Kab. Mempawah seluas 6 Ha produksi

sekitar 8,2 Ton/Ha (terpengaruh oleh kondisi kekeringan/ kemarau dan serangan wereng coklat).

5. Hazton menggunakan varietas Inpari 10 di Balai Benih Induk Peniraman produksi sekitar 16,78 Ton/Ha. Sekian, Semoga bermanfaat, Jazakumullahu Khairan, Wassalam. Wallahu a'lam...

Hamparan padi Teknologi Hazton Siap dipanen

Perbandingan padi konvensional dengan Hazton sawah mini (sekitar 21 hst)

KONVENSIONAL

HAZTON

Panen Perdana Padi Teknologi Hazton di BBI Padi Peniraman Kab Mempawah oleh TPID

Inovasi Budidaya (seperti Sistem Tanam Jajar Legowo)

FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)

FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)

FOTO: Erviyanto (Humas Distan Kalbar)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu masih dengan memperhatikan asosiasi kedua unsur ini dapat diketahui pula asal batuan sumber dari sedimen-sedimen dimana mineral tersebut terakumulasi, karena

institutional investors and overall, but also positively related to money market in- flows. However, the outflow effect is both larger and more consistently confirmed by the

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini ialah transplantasi dengan judul Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan

Kalsium karbonat sendiri memiliki densitas yang mirip dengan aluminium yaitu sekitar 2710 kgm -3 sehingga dapat terdispersi secara baik pada lelehan aluminium dan telah

Dalam hal ini yang dijadikan sebagai responden adalah pejabat dan staf Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, pejabat Dinas Perdagangan dan

Hal ini diduga disebabkan oleh pengaruh dari kandungan hara tanah N rendah, hara P dan K pada sedang (Tabel 5). Namun perlakuan interaksi dari tiga faktor pupuk urea,

Bila audiens benar-benar sangat tidak tertarik terhadpa pesan-pesan yang anda sampaikan, pesan-pesan persuasif (persuasive messages) dapat digunakan

yang signifikan pada persepsi mahasiswa mengenai pemilihan karir ditinjau dari. faktor gaji, pelatihan professional, pertimbangan pasar kerja, lingkungan