• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh : EMA WATI 09C

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh : EMA WATI 09C"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

KELAS VII SMP NEGERI 1 TANGAN-TANGAN

KECAMATAN TANGAN-TANGAN

KABUPATEN ACEH

BARAT DAYA

SKRIPSI

Oleh :

EMA WATI

09C10104111

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH TEUKU UMAR

(2)

KELAS VII SMP NEGERI 1 TANGAN-TANGAN

KECAMATAN TANGAN-TANGAN

KABUPATEN ACEH

BARAT DAYA

SKRIPSI

Oleh :

EMA WATI

09C10104111

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH TEUKU UMAR

(3)

JudulSkripsi : HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VII SMP NEGERI TANGAN-TANGAN

KECAMATAN TANGAN-TANGAN KABUPATEN ACEH BARATDAYA

NamaMahasiswa : EMA WATI

NIM : 09C10104111

Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYAAKAT

Menyetujui, KomisiPembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Kartini, SE, M.kesFariz, SKM NIDN.0127086903

Mengetahui

DekanFakultas FKM KetuaJurusan FKM

SufyanAnwar,SKM. MARS Marniati, SKM, M, Kes

(4)

Universitas Teuku Umar.Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Dalam Menghadapi Haid Pertama Kali (Menarche) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tangan-tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya. Dibawah bimbingan Kartini, SE, M. Kes dan Fariz,SKM.

PenelitiandilakukanpadaSMP Negeri 1 Tangan-tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dalam pendekatan Cross Sectional. Sampelpadapenelitianiniadalahsebanyak83 orang siswi kelas VII yang ada di SMP Negeri 1 tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

Penelitianinibertujuanuntukmengetahuibagaimana hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapi haid pertama (menarche) pada siswi kelas VII SMP Negeri 1 Tangan-tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan perangkat komputer SPSS. Definisi operasional pada penelitian ini adalah Kecemasan siswa dalam menghadapi menarche, dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan emosional.

Berdasarkanhasilpenelitianmenunjukkansemuavariabelindependen

(Informasional, Penghargaan, Instrumental, dan Emosional) mempunyaihubungandenganTingkat Kecemasan remaja Putri ketika menghadapi haid pertama (menarche) dimana p value > α (0,05).

Kepada keluarga diharapkan agar dapat memberikan perhatian dan informasi yang baik tentang haid pertama (menarche) kepada remaja putri agar remaja putri dapat mempersiapkan dirinya untuk menghadapi menarche.

Kata Kunci :Informasional, Penghargaan, Instrumental, EmosionaldanTingkat Kecemasan.

(5)

1.1.Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu periode dalam lingkaran kehidupan diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Perubahan biologis, psikologis, lingkungan, sosial dan hukum mempengaruhi awal dan akhir masa remaja(Alpers, A.2006). Masa remaja merupakan masa peralihandari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa muda. Masa remaja adalah suatu bagian dari proses tumbuh kembang yang berkesinambungan sejak saat konsepsi sampai mencapai dewasa (Narendra, dkk. 2002).

Puberitas pada perempuan dapat ditandai dengan datangnya menstruasi untuk pertama kalinya (menarche). Menstruasi atau perdarahan periodik normal uterus merupakan fungsi fisiologis yang hanya terjadi pada primata betina. Pada dasarnya menstruasi merupakan proses katabolisme dan terjadi dibawah pengaruh hormon hipofisis dan ovarium. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 8-13 tahun (Benson, dkk, 2008).Remaja yang tampak memberikan reaksi negatif terhadap awal menstruasi, kemungkinan karena alasan-alasan negatif yang sering dikemukakan oleh kaum perempuan seperti ketidaknyamanan fisik (pusing, sakit punggung, kram, sakit kepala, perut kembung dan nyeri perut), emosional (mudah tersinggung, gelisah) dan gangguan yang berat (depresi, rasa takut dan gangguan konsentrasi). Dan sebagian besar orang tua memberi informasi tentang menstruasi dan hubungan seksual sangat sulit untuk dikomunikasikan pada anak karena masih di anggap hal yang tabu. Banyak orang tua yang tidak pernah menerima pendidikan seks dirumah sehingga mereka takut untuk mendiskusikan dengan

(6)

anak-anak mereka, alasan lain mungkin karena orang tua khawatir dan cemas dengan kesan trauma pada saat pertama menstruasi mereka dimulai, mereka berpikir menstruasi adalah perdarahan yang menakutkan (Djiwandono, 2008).

Kecemasan merupakan respons individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah objek atau sumber yang spesifik dan dapat diindentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan psikologis ketika individu dapat mengidentifikasi dan menggambarkannya (Suliswati, 2005).Bila remaja perempuan sudah diberitahu tentang menstruasi sebelum remaja tersebut benar-benar mengalaminya mungkin ia akan gembira ketika menstruasi tiba, karena dengan demikian ia beranjak kearah kedewasaan. Mereka yang tidak mendapat keterangan tentang menstruasi bisa ketakutan ketika melihat darah mulai keluar dari vagina. Oleh karena itu pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya. Informasi tentang haid serta tentang alat reproduksi wanita perlu diperoleh setiap remaja wanita (Widyastuti, 2009).

Para remaja putri kebanyakan khawatir atau merasa cemas pada saat mengalami haid pertama, hal ini dikarenakan rasa cemas akan rasa sakit, nyeri di daerah perut yang sangat mengkhawatirkan. Hal ini lah yang selalu di cemaskan oleh remaja putri pada saat akan mengalami haid untuk pertama kalinya. Kebanyakan remaja putri merasa cemas dikarenakan belum tahu rasa sakit yang

(7)

akan dialami tersebut apakah ringan atau rasa sakit yang benar-benar tidak dapat ditahan sehingga harus mengkonsumsi obat atau berobat kerumah sakit.

Sebagian para remaja putri Indonesia kebanyakan tidak khawatir lagi apabila mendapatkan menarche, hal ini dikarenakan mereka sudah mendapat informasi dan cara untuk menghadapi rasa nyeri pada saat menarche. Para remaja putri merasa banyak reaksi negatif terhadap menstruasi pun bisa dihindari atau dihilangkan, hal ini karena mereka telah menyiapkan dirinya untuk menghadapi datangnya menstruasi pertama beberapa saat sebelumnya seperti bertanya langsung atau meminta bantuan medis untuk menangani efek samping fisik dan fisiologis yang mungkin timbul menjelaskan kewajaran fenomena ini. Bahkan para remaja putri kebanyakan merasa bangga dan gembiraan pada saat mendapat menarche karen mereka merasa telah dewasa(Djiwandono, 2008).

Berbeda halnya dengan kebanyakan remaja putri di Aceh, mereka merasa tabu atau malu untuk menayakan langsung kepada orang tua mengenai menarche, hal ini terjadi karena rasa hormat dan segannya para remaja putri untuk membicarakan hal-hal yang di anggapnya tidak wajar di bicarakan kepada orang tua. Para remaja putri lebih banyak mencari informasi dari teman-temannya yang telah mangalami menarche ataupun langsung mencari informasi di internet. Akan tetapi, informasi yang di dapatkan remaja putri tidak sepenuhnya dapat di katakan benar, karena untuk menghilangkan rasa nyeri pada saat mendapatkan menarche kebanyakan remaja putri meminum obat penghilang rasa nyeri. Hal ini akan berbahaya bagi kesehatan remaja putri tersebut jika penggunaan obat tidak mendapatkan petunjuk yang benar dari dokter maupun orang yang ahli dalam bidang pengobatan. Oleh karenanya dukungan orang tua, terutama perhatian orang

(8)

tua terhadap remaja putri harus lebih di tingkatkan lagi, terutama dalam memberi informasi tentang menarche, sehingga remaja putri tidak perlu merasa cemas dalam mengahadapi rasa nyeri pada saat akan menarche dan mereka dapat melewati menarche tanpa rasa cemas dan cara yang salah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang remaja putrikelas VII SMP Negeri 1Tangan-tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Dayatentang menstruasi, beberapa remaja putri mengatakan mengetahui sedikit-sedikit tentang menstruasi tetapi mereka belum mengetahu betul tentang menstruasi, mereka menjawab dengan malu-malu ketika peneliti bertanya tentang pengertian menstruasi dan mereka mengatakan sedikit cemas, mereka mengetahui tentang menstruasi dari teman-teman dan teman pengajian. Beberapa orang siswi mengatakan mengatakan mereka merasa cemas jika akan mendapatkan menstruasi dikarenakan melihat kakaknya jika menstruasi selalu sakit perut sampai tidak bisa bangun, jadi mereka takut jika mereka juga mengalami seperti itu.

Kecemasan yang di alami para siswi SMP Negeri 1 tangan-tangan ini di alami karena kurangnya pengetahuan mereka terhadap haid pertama (Menarche). Para siswi ini tidak mengetahui bagaimana cara mengatasi nyeri pada saat akan datang bulan (Menarche), apa yang harus mereka lakukan, dan bagaimana cara mengatasi rasa nyeri tersebut. Untuk mengatasi kecemasan para siswi-siswi ini di butuhkan dukungan keluarga seperti ibu dan kakak perempuan. Hal ini di karenakan ibu dan kakak perempuan lebih memahami tentang menarche dan telah melewati masa-masa nyeri datangnya bulan, sehingga lebih mudah untuk memberikan pemahaman kepada anak atau adik perempuannya yang belum mendapat menarche. Agar pemahaman tentang menarche dan kecemasan dalam

(9)

menghadapi menarche berkurang, remaja putri seharusnya memiliki pengetahuan dan pamahaman yang baik tentang menstruasi sebagai kesehatan dasar dari sistem reproduksi dan mendapat dukungan yang bagus dari keluarga. Dari fenomena diatas, masih ada remaja putri yang masih kurang mendapat dukungan dari keluarga karena mereka di anggap masih kecil oleh orang tua atau kakak, dan mereka masih merasa malu jika harus bertanya kepada ibu mereka, oleh karena itu mereka merasa takut dan cemas jika akan menstruasi.

Jumlah siswi kelas VII SMP Negeri 1tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya adalah 83 siswi dari 5 kelas VII yang ada, yaitu siswi kelas VII.1 sebanyak 18 siswi perempuan, kelas VII.2 sebanyak 11 siswi perempuan, kelas VII.3 sebanyak 18 siswi perempuan, kelas VII.4 sebanyak 16 siswi perempuan, kelas VII.5 sebanyak 20 siswi perempuan. Dari keseluruhan siswi perempuan kelas VII SMP Negeri 1tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya, diketahui hampir 87 persen siswi sudah mengalami menarche dan telah melewati rasa khawatir pada saat menarche, hal ini dapat mereka lakukan karena mereka telah mempersiapkan diri untuk tumbuh dewasa dengan mencari informasi tentang haid pada teman-teman, membaa buku, mengikuti siaran kesehatan di televisi serta adanya dukungan keluarga yang menjelaskan sebelumnya tentang menarche dan cara mengatasi nyeri di perut pada saat menarche. Selain itu keluarga juga memginformasikan segala sesuatu yang menyangkut dengan menarche seperti mandi wajib setelah haid, serta apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh di lakukan pada saat datang bulan (Laporan Survei awal, 2013).

(10)

Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang”Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Remaja PutriDalam Menghadapi Haid Pertama Kali(Menarche) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tangan-tanganKecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.”

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan “Bagaimana

hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapi Haid Pertama Kali(menarche)pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tangan-tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya?.

1.3.Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapi Haid Pertama Kali (menarche)pada siswa kelas VII SMPNegeri 1Tangan-tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui hubungan dukungan informasi dengan tingkat kecamasan remaja putri dalam menghadapi Haid Pertama Kali (menarche) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tangan-tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya .

(11)

2. Untuk mengetahui hubungan dukungan penghargaan dengan tingkat kecemasanremaja putridalam menghadapiHaid Pertama Kali (menarche) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya .

3. Untuk mengetahui dukungan instrumental dengan tingkat kecemasanremaja putridalam menghadapiHaid Pertama Kali (menarche) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya .

4. Untuk mengetahui dukungan emosional dengan tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapiHaid Pertama Kali (menarche) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 tangan Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya .

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

1. Bagi siswi kelas VII SMP Negeri 1 tangan Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya sebagai bahan informasi mengenai cara mengatasi rasa nyeri pada saat Haid Pertama Kali (menarche). 2. Bagi SMP Negeri 1 Negeri Tangan-tangan Kecamatan Tangan-Tangan

Kabupaten Aceh Barat Daya bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan meminimalisasikan kekhwatiran para siswi tentang cara mengatasi rasa nyeri pada saat Haid Pertama Kali (menarche).

(12)

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian khususnya hubungan dukungan penghargaan dengan tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapi Haid Pertama Kali (menarche) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1Tangan-tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya .

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

3. Bagi pihak lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat membandingkan antara teori dengan praktek yang sesungguhnya di lapangan khususnya tentang Haid Pertama Kali (menarche).

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Haid Pertama Kali (Menarche)

2.1.1 Pengertian Haid Pertama Kali (Menarche)

Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Menstruasi adalah produksi berulang hormon estrogen dan progesteron sampai menghilang. Berkurang dan menghilangnya estrogen dan progesteron menyebabkan terjadi fase vasokontriksi (pengerutan) pembuluh darah, sehingga lapisan dalam rahim mengalami kekurangan aliran darah (kematian). Selanjutnya diikuti dengan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan pelepasan darah dalam bentuk perdarahan yang disebut menstruasi (Manuaba, 2009).

Narendra, dkk (2002) mengatakan menarche adalah menstruasi pertama. Menarche sejak berabad-abad yang lalu tidak berbeda dengan sekarang, yaitu antara 11-15 tahun (rata-rata 13 tahun). Beberapa ahli mengatakan bahwa anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak lebih cepat mengalami menarche daripada anak yang kurus. Saat timbulnya menarche juga kebanyakan ditentukan oleh pola dalam keluarga. Hubungan antara usia menarche sesama saudara kandung lebih erat daripada antara ibu dan anak perempuannya. Menarche lebih lambat timbul pada daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan dan lebih cepat didaerah dataran rendah. Faktor lain seperti penyakit kronis, terutama yang mempengaruhi masukan makanan dan oksigenisasi jaringan yang dapat memperlambat menarche.

(14)

Menstruasi adalah perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan dialami oleh sebagian besar wanita usia produktif. Fase menstruasi merupakan periode luruhnya lapisan endometrium. Pada usia 8-9 tahun terdapat estrogen rendah dan pengeluaran FSH minimal. Estrogen rendah berfungsi untuk tumbuh kembang alat seks sekunder dan mempersiapkan uterus (endometrium) lebih matang untuk menerima rangsangan. Pada usia 10-11 tahun terjadi perdarahan lucut endometrium, tanpa disertai ovulasi untuk lebih mematangkan uterus dengan endometrium dan alat seks sekunder (Manuaba, 2009).

2.1.2 Fisiologi menstruasi

Siklus menstruasi pada wanita tidak sama, dengan variasi normal antara 26-32 atau 28-35 hari. Alat kandungan pada saat lahir belum berkembang. Setelah panca indra menerima rangsangan yang diteruskan ke pusat dan diolah oleh hipotalamus melalui sistem portal mengeluarkan hormon gonadotropik perangsang folikel dan Luteinizing Hormone yang merangsang indung telur. Hormon perangsang folikel (FSH), merangsang folikel primordial yang dalam perjalanannya mengeluarkan hormon estrogen untuk pertumbuhan tanda seks sekunder (Manuaba, 2009).

Menstruasi atau perdarahan yang terjadi untuk pertama kali disebut menarche. Pada saat menarche hanya hormon estrogen saja yang dominan, dominannya hormon estrogen pada permulaan menstruasi sangat penting karena menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder. Itu sebabnya pada permulaan perdarahan sering tidak teratur karena bentuk menstruasinya anovulatoir atau tanpa pelepasan telur. Baru setelah umur wanita mencapai remaja sekitar 17-18 tahun, menstruasi teratur dengan interval 26-32

(15)

hari. Durasi rata-rata perdarahan menstruasi adalah 3-7 hari tetapi dapat pula bervariasi. Kehilangan darah rata-rata pada periode menstruasi normal sekitar 35-90 ml. Kira-kira tiga perempat darah ini hilang dalam 2 hari pertama. Wanita berusia <35 tahun cenderung kehilangan lebih banyak darah dibanding mereka yang berusia >35 tahun (Benson & dkk, 2008).

Menurut Salmah & dkk (2006) mengatakan siklus menstruasi pada wanita terjadi di endometrium, kelenjar hipotalamus-hipofisis dan ovarium sebagai siklus yang berulang:

1. Siklus endometrium

Siklus menstruasi endometrium terdiri dari empat fase yaitu fase menstruasi, fase proliferasi, fase sekresi dan fase iskemik.

a. Fase menstruasi

Fase ini ditandai oleh perdarahan pervaginam, berlangsung selama 3-5 hari. Secara fisiologis ini adalah akhir dari siklus menstrual karena endometrium luluh kelapisan dasra bersama darah dari kapiler dan ovum yang tidak dibuahi.

b. Fase proliferasi

Merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari kelima ovulasi. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal dalam sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Sejak saat ini terjadi penebalan 8 sampai 10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi bergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium (Graaf).

(16)

c. Fase sekresi

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi diproduksi lebih banyak progesteron. Sekarang terlihat endometrium yang edematosa, vaskular dan fungsional. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.

d. Fase iskemik

Pada fase ini apabila tidak terjadi pembuahan korpus luteum yang menyekresi estrogen dan progesteron menyusut sehingga suplai darah ke endometrium fungsional berhenti dan terjadi nekrosis, akibat dari hancurnya lapisan endometrium menyebabkan perdarahan menstruasi dimulai lagi yang menandai hari pertama siklus berikutnya.

i. Siklus hipotalamus-hipofisis

Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk menyekresi Gonadotropin-Releasing Hormone (Gn-RH). Gn-RH sebaliknya menstimulasi sekresi hipofisis anterior FSH. FSH menstimulasi perkembangan folikel de Graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior mengeluarkan Lutenizing Hormone (LH). Lonjakan LH yang menyolok dan kadar estrogen yang berada dibawah puncak ini mengawali ekspulsi ovum dari folikel ke de Graaf dalam 24-36 jam. LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13

(17)

atau ke-14 pada siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada waktu ini, korpus luteum menyusut. Oleh karena itu, kadar progesteron dan estrogen menurun terjadi menstruasi dan hipotalamus sekali lagi distimulasi untuk menyekresi Gn-RH. Proses ini disebut siklus hipotalamus-hipofisis.

ii. Siklus ovarium

Lama fase folikular pada siklus menstruasi ovarium ini bervariasi pada setiap wanita. Hampir semua variasi lama siklus ovarium merupakan akibat variasi lama fase folikular. Kadang-kadang (1 dari 100 siklus menstruasi), lebih dari satu folikel diseleksi dan lebih dari satu osit menjadi matur dan mengalami ovulasi. Setelah ovulasi, kadar estrogen turun. Pada 90% wanita pengeluaran darah hanya sedikit sehingga tidak disadari. Pada 10% wanita terjadi perdarahan yang cukup sehingga dapat dilihat dan mengakibatkan perdarahan dipertengahan siklus.

2.1.3 Gangguan menstruasi

2.1.3.1Jumlah darah dan lama menstruasi

Hipermenorea (menoragia) adalah bentuk gangguan siklus menstruasi tetap teratur, jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak dan terlihat dari jumlah pembalut yang dipakai dan gumpalan darahnya. Penyebab terjadinya menoragia kemungkinan terdapat mioma uteri (pembesaran rahim), polip endometrium atau hiperplasia endometrium (penebalan dinding rahim). Diagnosis kelainan ini dapat ditetapkan dengan pemeriksaan dalam ultrasonografi (USG) dan pemeriksaan terhadap kerokan (Manuaba, 2009).

(18)

Kelainan kedua adalah hipomenorea, pada kelainan ini siklus menstruasi tetap teratur sesuai dengan jadwal menstruasi, jumlahnya sedikit, dengan kenyataan tidak banyak berdarah. Penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita kekurangan gizi atau wanita dengan penyakit tertentu (Manuaba, 2009).

2.1.3.2Gangguan Kelainan siklus menstruasi

Mencakup bentuk-bentuk kelainan sebagai berikut, polimenorea yaitu menstruasi yang sering terjadi dan abnormal. Oligomenorea adalah siklus menstruasi melebihi 35 hari, jumlah perdarahan mungkin sama, penyebabnya adalah gangguan hormonal. Amenorea yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari tiga bulan berturut-turut. Menstruasi wanita teratur setelah mencapai usia 18 tahun. Amenorea primer terjadi ketika seorang wanita tidak mengalami menstruasi sejak kecil, penyebabnya kelainan anatomis alat kelamin (tidak terbentuknya rahim, tidak ada liang vagina atau gangguan hormonal). Amenorea fisiologis (normal) yaitu seorang wanita sejak lahir sampai mencapai menarche, terjadi pada kehamilan dan menyusui sampai batas tertentu dan setelah mati haid. Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan, penyebabnya kemungkinan gangguan gizi dan metabolisme, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin atau terdapat penyakit menahun (Manuaba, 2009).

2.1.3.3Pendarahan di luar menstruasi

Perdarahan diluar menstruasi disebut juga metroragia. Perdarahan ini dapat disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan anatomis. Pada kelainan hormonal terjadi gangguan poros hipotalamus-hipofise, ovarium

(19)

(indung telur) dan rangsangan estrogen dan progesteron dengan bentuk perdarahan yang terjadi di luar menstruasi, bentuknya bercak dan terus menerus, perdarahan menstruasi berkepanjangan. Pengobatan terhadap kelainan ini pada remaja (gadis) dengan pengaturan secara hormonal sedangkan untuk wanita menikah atau mempunyai anak dengan memeriksa alat kelamin dan bila perlu dilakukan kuretase dan pemeriksaan patologi untuk memastikannya. Bentuk gambaran klinis gangguan hormonal dengan perdarahan yaitu perdarahan rahim menyimpang, menometroragia (perdarahan banyak dan berkelanjutan dengan menstruasi) atau metroragia atau perdarahan diluar menstruasi (Manuaba, 2009).

Pada kelainan anatomis terjadi perdarahan karena adanya gangguan pada alat-alat kelamin di antaranya pada mulut rahim (keganasan, perlukaan atau polip). Pada bagian rahim (mioma uteri atau tumor rahim), polip pada lapisan dalam rahim, keguguran atau penyakit trofoblast, keganasan. Sedangkan pada saluran telur kelainan dapat berupa kehamilan tuba (diluar kandungan), radang saluran telur atau tumor tuba sampai keganasan tuba. Setiap perdarahan abnormal yang terjadi bersamaan atau diluar menstruasi sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat (Manuaba, 2009). 2.1.3.4Keadaan patologis terkait menstruasi

Gangguan ini dapat berupa ketegangan sebelum menstruasi terjadi keluhan yang mulai sekitar seminggu sebelum dan sesudah menstruasi. Terjadi karena ketidakseimbangan estrogen dan progesteron menjelang menstruasi. Ketegangan sebelum menstruasi ini terjadi pada wanita umur sekitar 30-40 tahun dan pengobatannya bergantung pada keadaan dan memerlukan konsultasi dengan ahli. Bentuk gangguan sebelum menstruasi lainnya adalah mastodinia yaitu terasa

(20)

pembengkakan dan pembesaran payudara sebelum menstruasi. Ini disebabkan oleh peningkatan estrogen sehingga terjadi retensi air dan garam. Tetapi perlu diperhatikan kemungkinan adanya radang payudara atau tumor payudara, karenanya disarankan untuk melakukan pemerikasaan rutin (Manuaba, 2009).

Keluhan lain berkaitan dengan masa sebelum menstruasi yaitu rasa nyeri saat ovulasi, ini terjadi karena pecahnya folikel Graaf, dapat disertai perdarahan, lamanya sekitar beberapa jam sampai 2-3 hari, ini adalah waktu yang tepat untuk hubungan seks yang memungkinkan terjadinya kehamilan. Sedangkan gangguan yang berkenaan dengan masa haid berupa dismenorea (rasa nyeri saat menstruasi). Perasaan nyeri pada waktu menstruasi dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan ini ada dua bentuk yaitu dismenorea primer dan sekunder (Manuaba, 2009).

Dismenorea primer yaitu nyeri menstruasi yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis dan alat kelamin. Dismenorea sekunder yaitu nyeri menstruasi yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah menstruasi disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakaian IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Untuk menegakkan penyebab dismenorea perlu konsultasi dengan dokter ahli kandungan sehingga dapat memberi pengobatan yang tepat (Manuaba, 2009).

2.1.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menarche 1. Faktor Kesehatan

Menurut Wong, dkk (2008) faktor kesehatan yang mempengaruhi Menarche pada remaja putri adalah sebagai berikut:

(21)

a. Perubahan Hormonal yaitu proses produksi dan pelepasan gamet atau dengan kata lain kematangan serta pelepasan ovum pada wanita serta sekresi hormon seks.

b. Kematangan Seksual yaitu dimana usia, pertambahan tinggi, berat badan serta bentuk tubuh yang telah mencapai puncaknya seperti telah tumbuhnya payudara dan lain sebagainya.

c. Penyakit yaitu seseorang yang memiliki riwayat penyakit kronis terutama yang mempengaruhi masukan makanan dan oksigenasi jaringan akan dapat memperlambat menarche.

2. Faktor Pertumbuhan

Menurut Wong, dkk (2008) faktor pertumbuhan yang dapat mempengaruhi menarche adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan Fisik yaitu cepatnya pertumbuhantinggi dan berat badan pada seorang remaja putri.

b. Berat Badan yaitu dimana anak yang memiliki kandungan lemak lebih banyak akan cepat menarche sedangkan anak yang kelangsungan lemaknya sedikit akan lambat mendapatkan menarche.

c. Lingkungan yaitu remaja putri yang bertempat tinggal di kota akan lebih cepat mendapatkan menarche dikarenakan pergaulan mereka yang membuat mereka lebih cepat untuk berfikir dewasa di bandingkan dengan remaja putri di desa.

(22)

2.2 Remaja Putri

2.2.1 Pengertian Remaja Putri

Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan individu. WHO mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa yang meliputi kematangan fisik, kognitif, dan emosional untuk mempersiapkan diri baik pada anak laki-laki maupun pada anak perempuan. Batasan tumbuh menjadi seorang remaja sulit ditetapkan, tetapi periode ini sering dinampakkan dengan karakteristik seks sekunder pada sekitar usia 11 sampai 12 tahun dan berakhir dengan berhentinya pertumbuhan tubuh pada usia 18 sampai 20 tahun (Narendra, 2002).

Masa remaja yakni antara 10 sampai 19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia. Adolesens adalah masa dalam kehidupan seseorang ketika dia berubah menjadi orang dewasa. Ini adalah suatu periode yang secara kasar paralel dengan tahun-tahun remaja awal, tetapi kadang-kadang lebih awal pada anak perempuan yaitu umur 9 tahun. Awal adolesens sering dikenal sebagai pubertas (Widyastuti dalam Narendra, 2002).

Wong (2008) mengatakan masa remaja yang secara literatur berarti tumbuh hingga mencapai kematangan, secara umum berarti proses fisiologis, sosial dan kematangan yang dimulai dengan perubahan pubertas. Masa remaja terdiri atas tiga subfase yang jelas yaitu: masa remaja awal (usia 11-14 tahun), masa remaja pertengahan (usia 15-17 tahun) dan masa remaja akhir (usia 18-20 tahun). Menurut Alpers (2006) Masa remaja secara kronologis didefinisikan sebagai periode dari 10 hingga 21 tahun.

(23)

Berdasarkan sifat dan ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu (Widyastuti dalam Narendra, 2002):

a. Masa remaja awal (10-12 Tahun)

Sifat dan ciri yang terlihat pada remaja putri adalah merasa ingin lebih dekat dengan teman sebaya, tampak merasa ingin bebas dan remaja putri tampak lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

b. Masa remaja menengah (13-15 tahun)

Sifat dan ciri yang terlihat pada remaja putri adalah mereka merasa ingin mencari identitas diri atau tertarik pada lawan jenis. Timbul perasaan cinta yang mendalam dan kemampuan berpikir makin berkembang, berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

Sifat dan ciri yang terlihat pada masa ini pengungkapan kebebasan diri dalam mencari teman sebaya lebih selektif, memiliki citra, gambaran, keadaan dan peranan terhadap dirinya dapat mewujudkan perasaan cinta dan memiliki kemampuan berpikir lebih baik dari sebelumnya.

2.2.2 Pubertas Remaja Putri

Pubertas adalah proses kematangan hormonal dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai muncul. Proses ini umumnya dibagi menjadi dalam tiga yaitu pra pubertas, merupakan periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak pertama kali mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual. Pubertas merupakan titik pencapaian kematangan seksual, ditandai dengan

(24)

keluarnya darah mensruasi pertama kali pada remaja putri. Dan pasca pubertas merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas. Ketika pertumbuhan tulang telah lengkap dan fungsi reproduksi terbentuk dengan cukup baik (Wong, 2008).

Pubertas adalah rangkaian peristiwa yang mengarah ke pematangan seksual. Waktu terjadinya percepatan pertumbuhan, pematangan tulang rangka, perkembangan karakteristik seksual dan pencapaian fertilitas. Pubertas adalah suatu bagian yang penting dari masa remaja dimana yang lebih ditekankan adalah proses biologis yang pada akhirnya mengarah kepada kemampuan bereproduksi. Masa pubertas adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, dimana terjadi suatu percepatan pertumbuhan, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan perubahan psikologis yang menyolok (Narendra, 2002).

Menurut Alpers, dkk (2006) mengatakan pubertas sering digambarkan sebagai permulaan masa remaja, meskipun rata-rata usia pubertas pada anak perempuan adalah 11,2 tahun dengan kisaran antara 8-13 tahun. Semua jaringan tubuh dipengaruhi oleh perubahan biologis selama pubertas. Pertumbuhan sistem reproduksi, kardiovaskular dan muskuloskeletal selama masa ini sangat berkaitan. Perubahan biologis yang terbesar terjadi pada masa pubertas dapat digolongkan kedalam 6 golongan, yaitu: pertumbuhan tulang, perubahan komposisi tubuh, perkembangan kardiorespirasi, hematologik perkembangan neuroendokrin dan maturasi sistem reproduksi.

Menurut Wong & dkk (2008) pada masa pubertas terjadi tiga proses perubahan pada remaja putri yaitu:

(25)

a. Perubahan hormonal

Secara umum diterima bahwa peristiwa pubertas disebabkan oleh pengaruh hormon dan dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior (adenohipofisis) sebagai respons terhadap stimulus dari hipotalamus. Stimulasi gonad memiliki fungsi ganda yaitu:

1) Produksi dan pelepasan gamet, produksi sperma pada pria dan kematangan serta pelepasan ovum pada wanita.

2) Sekresi hormon seks yang sesuai yaitu estrogen dan progesteron dari ovarium (wanita) dan testosteron dari testis (pria).

b. Kematangan seksual

Pada kebanyakan remaja putri, indikasi awal pubertas adalah tampaknya tonjolan payudara, terjadi pada usia antara 9 dan 13½ tahun. Kondisi ini diikuti dengan pertumbuhan rambut pubis pada mons pubis sekitar 2 sampai 6 bulan yang dikenal sebagai adrenarke. Pada sebagian kecil remaja putri yang sedang berkembang secara normal, rambut pubis dapat tumbuh mendahului perkembangan payudara. Awal munculnya menstruasi atau menarche terjadi sekitar 2 tahun setelah penampakan perubahan pubertas pertama, kira-kira 9 bulan setelah kecepatan pertambahan tinggi badan dan 3 bulan setelah kecepatan pertambahan berat badan mencapai puncaknya. Menarche telah dikaitkan dengan perolehan kandungan lemak tubuh (lebih banyak kandungan lemak, lebih awal terjadinya menarche), walaupun hal ini bersifat kontroversial.

(26)

c. Pertumbuhan fisik

Fenomena yang selalu dikaitkan dengan kematangan seksual adalah peningkatan pertumbuhan yang dramatis. sekitar 20% sampai 25% tinggi badan akhir dicapai selama pubertas dan kebanyakan pertumbuhan ini terjadi selama periode 24 sampai 36 bulan merupakan ledakan pertumbuhan remaja. Percepatan pertumbuhan ini terjadi pada semua anak-anak, tetapi seperti pada area perkembangan lainnya, usia terjadinya awitan, durasi dan luasnya pertumbuhan sangat bervariasi. Ledakan pertumbuhan terjadi lebih awal pada remaja putri, biasanya terjadi antara usia 9½ sampai 14½ tahun, rata-rata remaja putri yang ledakan pertumbuhannya lebih lambat dan kurang luas, akan mencapai pertambahan tinggi badan 5 sampai 20 cm dan pertambahan berat badan 7 sampai 25 kg. Pertumbuhan tinggi badan biasanya berhenti 2 sampai 2½ tahun setelah menarche pada remaja putri.

2.3 Kecemasan

2.3.1 Pengertian Kecemasan

Menurut Suliswati (2005) kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.

Selanjutnya menurut Hawari dalam Suliswati (2005) kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Kecemasan terjadi karena individu tidak mampu mengadakan peny esuaian diri terhadap diri sendiri di dalam lingkungan pada umumnya.Kecemasan merupakan

(27)

suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas-batas normal.

Kecemasan (ansietas) adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis (Tomb, 2003). Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual tehadap bahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart, 2006). Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal (Suliswati, 2005).

Cemas merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu. Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek yang membahayakan yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Ansietas dapat dilihat dalam rentang ringan, sedang, berat sampai panik. Setiap tingkat menyebabkan perubahan fisiologis dan emosional pada individu (Videbeck dalam Suliswati, 2005).

Kesimpulan yang dapat di mabil dari beberapa definisi diatas tentang kecemasan bahwa rasa cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas individu atau seseorang akan merasa

(28)

tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi.

2.3.2 Tingkat kecemasan

Menurut Suliswati (2005) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu atau seseorang yaitu tingkat kecemasan ringan, tingkat kecemasan sedang, tingkat kecemasan berat dan tingkat kecemasan panik. Penjelasan tentang empat tingkat kecemasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kecemasan ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Contohnya: seseorang yang menghadapi ujian akhir, pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan, individu yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, atau individu yang tiba-tiba dikejar anjing menggonggong.

2. Kecemasan sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Contohnya: pasangan suami istri yang menghadapi kelahiran bayi pertama dengan resiko tinggi, keluarga yang menghadapi perpecahan (berantakan), seseorang yang mengalami konflik dalam pekerjaan.

(29)

3. Kecemasan berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya detail pada yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk terfokus pada area lain. Contohnya: seseorang yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena bencana alam, atau seseorang dalam penyanderaan.

4. Panik

Seseorang kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian. Contohnya: individu dengan kepribadian pecah/depersonalisasi.

Gambar 2.1 Skema Rentang Respon Kecemasan

Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

2.4 Dukungan Keluarga

2.4.1 Pengertian Dukungan Keluarga

Menurut Sarwono (2003) dukungan keluarga adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang

(30)

tersebut dalam melaksanakan kegiata. Menurut Santoso (2001) dukungan yaitu suatu usaha untuk menyongkong sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu.

Menurut Sudiharto (2007) menyatakan bahwa dukungan keluarga dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang rekat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama.

Menurut Kuncoro dalam Karnisa (2009) dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan olah orang-orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.

Menurut Karnisa(2009) mengatakan bahwa dukungan keluarga adalah keberadaan, ketersediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Dukungan keluarga sebagai adanya kenyamanan, perhatian dan penghargaan atau menolong dengan sikap menerima kondisinya.

Menurut Friedmen (2000) salah satu bentuk dukungan keluarga berupa pemberian bantuan pinjaman materi, membantu memecahkan masalah, membantu mengatasi kesusahan keluarga lainnya. Dalam mengatasi ketegangan kehadiran

(31)

keluarga sangat penting untuk mendorong para remaja dalam mengatasi maslah atau kekhawatiran yang sedang di hadapinya, dukungan keluarga juga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan menstabilkan emosinya, serta memberikan motivasi yang besar terhadap para remaja.

2.4.2Konsep Dukungan Keluarga

Konsep dukungan keluarga yaitu berupa dukungan keluarga dalam konsep sosial. Dukungan sosial sampai saat ini masih diperdebatkan bahkan menimbulkan kontradiksi. Dukungan sosial sering dikenal dengan istilah lain yaitu dukungan emosi yang berupa simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian dan keinginan untuk mendengarkan keluh kesah orang lain. Sejumlah orang lain yang potensial memberikan dukungan tersebut disebut sebagai significant other, misalnya sebagai seorang istri significant other nya adalah suami, anak, orang tua, mertua dan saudara-saudara (Yanuasti, 2001).

Dukungan sosial merupakan umpan balik bagi individu yang dapat mempengaruhi perilaku, pikiran mau pun emosional yang negatif dari individu tersebut. Dukungan sosial merupakan bagian dari lingkungan yaitu dukungan yang diperoleh seseorang dari lingkungan sekitar. Dukungan sosial adalah dukungan yang didapat dari keakraban sosial (teman, keluarga, anak ataupun orang lain) berupa pemberian informasi, nasehat verbal atau non verbal, bantuan nyata atau tidak nyata, tindakan yang mempunyai manfaat sosial dan efek perilaku bagi penerima yang akan melindungi diri dari perilaku negatif dan stres.

Dukungan sosial adalah sebuah yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial

(32)

yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan suami atau istri atau dukungan dari saudara kandung dan dukungan sosial keluarga eksternal bagi keluarga inti.

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari beberapa penjelasan diatas bahwa dukungan sosial adalah hubungan antar pribadi yang didalamnya terdapat satu atau lebih ciri-ciri, antara lain: bantuan atau pertolongan dalam bentuk fisik, perhatian emosional, pemberian informasi dan pujian, dukungan sosial sebagai keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk dimintai bantuan, dorongan dan penerimaan apabila individu mengalami kesulitan.

2.4.3 Jenis Dukungan Keluarga

Menurut Nursalam (2007) ada empat jenis dukungan keluaraga atau empat dimensi dukungan sosial, antara lain instrumental, informasional, penghargaan dan emosional. Keempat jenis dukungan tersebut akan di jelaskan sebagai berikut:

2.4.3.1Dukungan informasional

Dukungan informasional adalah dukungan yang mencakup pemberian nasehat, saran, pengetahuan dan informasi serta petunjuk. Dukungan informasional adalah yang mencakup pemberian nasehat, saran atau umpan balik tentang keadaan atau apa yang dikerjakan seseorang. Dukungan keluarga adalah dukungan berupa pemberian informasi yang dibutuhkan oleh seseorang.

(33)

Dukungan informasional adalah dukungan yang diajarkan seseorang dalam bentuk informasi atau nasehat yang membuat membuat bisa membuat suatu keputusan.

Dukungan Informasional di bagi dalam dua bagian yaitu pertama, pemberian informasi atau pengajaran suatu keahlian yang dapat memberi solusi pada suatu masalah dan kedua adalah appraisal support, yaitu pemberian informasi yang dapat membantu individu dalam mengevaluasi performance pribadinya. Keluarga atau teman dapat memberikan dukungan informatif dengan memberikan saran tentang apa yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah.

Dukungan informasional dapat di katakan sebagai bantuan informasi dimana komunikasi tentang opini atau kenyataan yang relevan tentang kesulitan-kesulitan pada saat ini, misalnya nasehat dan informasi-informasi yang dapat menjadikan individu lebih mampu untuk mengatasi sesuatu. Dukungan informasional merupakan bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih.

Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan diseminator informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah atau stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stresor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

(34)

Sarwono (2008) mengatakan keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi. Perubahan yang terjadi saat menstruasi pertama (menarche) menyebabkan remaja menjadi canggung. Oleh karena itu remaja perlu mengadakan penyesuaian tingkah laku. Penyesuaian tersebut tidak dapat dilakukan dengan mulus, terutama jika tidak ada dukungan dari orang tua. Peran ibu sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama pada masa remaja. Remaja mulai mengenal berbagai proses seksual yang sedang terjadi pada tubuh dan jiwanya pertama kali melalui ibu komunikasi yang efektif antara ibu dan anak akan membantu anak dalam menyesuaikan diri saat mengalami menstruasi pertama (menarche).

2.4.3.2Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan adalah dukungan yang terjadi lewat ungkapan hormat atau penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif individu itu dengan individu lain, misalnya dengan membandingkan kehidupan orang lebih buruk dari kehidupan dia untuk menambah harga diri (Nursalam & Kurniawati, 2007).

Dukungan penghargaan (Appraisal Support) merupakan suatu dukungan sosial yang berasal dari keluarga atau lembaga atau instansi terkait dimana pernah berjasa atas kemampuannya dan keahliannya maka mendapatkan suatu perhatian yang khusus (Juwariah, 2009).Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan penghargaan yang positif untuk individu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif individu dengan individu lain, seperti misalnya perbandingan dengan orang-orang yang kurang mampu atau

(35)

lebih buruk keadaannya. Hal seperti ini dapat menambah penghargaan diri. Melalui interaksi dengan orang lain, individu akan dapat mengevaluasi dan mempertegas keyakinannya dengan membandingkan pendapat, sikap, keyakinan dan perilaku orang lain. Jenis dukungan ini membantu individu merasa dirinya berharga, mampu dan dihargai.

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Terjadi lewat ungkapan rasa hormat (penghargaan) serta sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga, diantaranya adalah memberikan penghargaan dan perhatian. Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain, contohnya dengan membandingkannya dengan orang lain yang lebih buruk keadaannya (Karnisa, 2009).

2.4.3.3Dukungan instrumental

Dukungan instrumental adalah dukungan yang meliputi bantuan keuangan, barang dan semua kebutuhan konkret yang diperlukan. Dukungan instrumental adalah dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata atau dukungan material. Dukungan ini mengacu pada penyediaan benda-benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis. Dukungan instrumental adalah dukungan dalam bantuan langsung (Nursalam & Kurniawati, 2007).

Dukungan instrumental merupakan tindakan atau materi yang diberikan oleh orang lain yang memungkinkan pemenuhan tanggung jawab yang dapat membantu untuk mengatur situasi yang menekan. Menurut Wangmuba dalam

(36)

Nursalam (2007) mengatakan dukungan instrumental berupa dukungan materi seperti benda atau barang yang dibutuhkan oleh korban dan bantuan finansial untuk biaya pengobatan, pemulihan maupun biaya hidup sehari-hari selama korban belum dapat menolong dirinya sendiri.

Dukungan instrumental (tangible assisstance) merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau meminjamkan uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan atau membantu meringankan tugas orang yang sedang stres. Dukungan instrumental meliputi penyediaan dukungan material seperti pelayanan, bantuan finansial atau barang

2.4.3.4Dukungan emosional

Dukungan emosional merupakan salah satu bagian dari dukungan sosial. Dukungan emosional terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku yang diperoleh individu ini. Status dukungan emosional mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan kepedulian atau membantu orang menerima dari orang-orang atau kelompok-kelompok lain. Dukungan emosional adalah dukungan yang mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan (Nurasalam & Kurniawati, 2007).

Dukungan emosional sebagai dukungan yang diperoleh atau didapatkan dari anggota keluarga. Anak sangat berperan dalam kehidupan emosional keluarga, figur ayah, figur ibu dan figur anak saling terkait dan menjadi saling mengisi satu sama lain. Pengalaman afektif yang dialami oleh salah satu anggota

(37)

keluarga memiliki pengaruh terhadap anggota lain sehingga dukungan secara emosional sangat dibutuhkan dan sudah menjadi efek yang alami dalam simbiosa-mutualisme keluarga.

Dukungan emosional adalah dukungan yang diberikan seseorang untuk mendengarkan perasaan untuk memberikan dorongan kepada individu yang sedang stres (Albert, dkk, 2009).Dukungan emosional mencakup ungkapan dan perilaku empati, afeksi, kepedulian, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Tipe dukungan emosional dapat membuat seseorang merasa dihargai apa adanya dan merasa diterima. Perilaku yang mencerminkan penghargaan, afeksi, kepercayaan dan perhatian (Neergaard, dkk, 2006).

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai individu (baik pria maupun wanita) akan selalu terjaga kerahasiaannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta didengarkan.

Ibu mempunyai peran yang lebih besar dalam memberikan informasi tentang menstruasi kepada remaja dibandingkan ayah. Oleh karena itu, ibu diharapkan dapat memberikan dukungan emosi sehingga remaja merasa nyaman dan tidak takut ketika mengalami menstruasi pertama (menarche). Pengetahuan yang dapat diberikan kepada remaja tentang menstruasi pertama (menarche) dapat berupa pengetahuan tentang proses terjadinya menstruasi secara biologis,

(38)

kebersihan pada saat menstruasi, dukungan emosional dan dukungan psikologis (Aboyeji & dkk, 2005).

2.4.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Juwariah (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah sebagai berikut:

1) Faktor internal

a. Tahap perkembangan

Tahap perkembangan adalah dukungan keluarga yang dapat ditentukan oleh faktor usia, dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Pendidikan dan tingkat pengetahuan adalah keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan yang terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir sesorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.

c. Faktor emosi

Faktor emosi juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda

(39)

sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.

d. Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

2) Faktor eksternal a. Praktik dikeluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan, biasanya mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kesehatannya.

b. Faktor sosio ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap stres dan penyakitnya. Variabel psikososial mencakup stabilitas perkawinan, gaya hidup dan lingkungan kerja. Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala stres dan penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

(40)

c. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksaan kesehatan pribadi.

2.5 Kerangka Teoritis

Kerangka teori ini disimpulkan berdasarkan tinjauan kepustakaan diatas yaitu: Faktor Predisposisi 1. Dukungan Informasional 2. Dukungan Penghargaan 3. Dukungan instrumental 4. Dukungan emosional Faktor pendukung 1. Perkembangan 2. Pengetahuan 3. Spiritual/Budaya Faktor pendorong 1. Sosio Ekonomi

2. Sikap Petugas Kesehatan

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Sumber : dari buku ilmu kesehatan masyarakat dan pronsip-prinsip dasar (Notoatmodjo, 2003)

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependent

1. Dukungan informasional 2. Dukungan Penghargaan 3. Dukungan Instrumental 4. Dukungan Emosional

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Kecemasan siswi dalam menghadapi Haid Pertama (menarche) Kecemasan siswi dalam menghadapi Haid Pertama kali

(41)

2.7Hipotesis Penelitian

1. Adanya hubungan dukungan informasional dengan tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapi Haid Pertama kali (Menarche)pada siswa kelas VII SMP Negeri 1Tangan-tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

2. Adanya hubungan dukungan penghargaan dengan tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapi Haid Pertama kali (Menarche) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tangan-tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

3. Adanya hubungan dukungan instrumental dengan tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapi Haid Pertama kali (Menarche)pada siswa kelas VII SMP Negeri 1Tangan-tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

4. Adanya hubungan dukungan emosional dengan tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapi Haid Pertama kali (Menarche)pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tangan-tangan Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalahKuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional, dimana variabel bebas dan terikat diteliti pada saat yang bersamaan saat penelitian dilakukan, yang bertujuanuntuk mengetahui Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapi menarche pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tangan-tangan Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1Tangan-tangan Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya dari bulan September sampai dengan Oktober tahun 2013.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh siswi kelas VII SMP Negeri 1Tangan-tangan Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya sebanyak 83 orang siswi dari 5 kelas VII yang ada di SMP Negeri 1 Tangan-tangan Kecamatan Tangan-Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

Kelas Populasi VII 1 18 siswi VII 2 11 siswi VII 3 18 siswi VII 4 16 siswi VII 5 20 siswi

(43)

3.3.2Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari beberapa anggota populasi, dikarenakan jumlah populasi yang kurang dari 100 maka populasi sekaligus menjadi sampel yaitu sebesar 83 orang siswi Kelas VII SMP Negeri 1 Tangan-tangan.

3.4.Metode Pengumpulan Data

Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan diedit untuk mengecek ulang atau mengoreksi untuk mengetahui kebenaran.

2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian dikumpul dan diberi kode.

3. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan dalam bentuk tabel.

3.5. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui wawancara dan observasi dengan menggunakan kuisioner dan checklist yang telah disusun sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari SMP Negeri Tangan-tangan Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

(44)

3.6. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional

NO Variabel Keterangan Variabel Dependen

1Kecemasan Siswi Definisi Kekhawatiran yang timbul ketika dalam menghadapi akan menghadapi haid pertama

menarche dikarenakan rasa nyeri pada perut Cara ukur Wawancara

Alat Ukur Kuisioner Hasil Ukur 1.Cemas Berat 2. Cemas Ringan

Skala ukur Ordinal

NO Variabel Keterangan Variabel Independen

1 Dukungan DefinisiPemberian nasehat, petunjuk,saran Informasionaluntuk memecahkan suatu masalah

seseorang

Cara ukur Wawancara Alat Ukur Kuesioner Hasil Ukur 1. Baik 2. Tidak Baik

Skala ukur Ordinal

2 Dukungan Definisi Ungkapan hormat atau penghar- Penghargaan gaan positif untuk orang lain

Cara ukur Wawancara Alat Ukur Kuesioner Hasil Ukur 1. Baik 2. Tidak Baik

Skala ukur Ordinal

3 Dukungan Definisi Bantuan keuangan yang diperlu Instrumental kan oleh seseorang

Cara ukur Wawancara Alat Ukur Kuesioner Hasil Ukur 1. Baik 2. Tidak Baik

Skala ukur Ordinal

4 Dukungan Definisi Mendengarkan keluh kesah sese- Emosional orang dan memberikan dorongan

kepada orangtersebut Cara ukur Wawancara

Alat Ukur Kuesioner Hasil Ukur 1. Baik 2. Tidak Baik

(45)

3.7. Aspek Pengukuran Variabel

Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2003.).

1. Kecemasan siswi dalam menghadapi menarche

Cemas Berat : jika jawaban responden menunjukkan rasa cemas yang berlebihan atau responden mendapat skor nilai > 2

Cemas Ringan:jika jawaban responden menunjukkan rasa cemas yang biasa saja atau responden mendapat skor nilai <2

2. Dukungan Informasional

Baik: jika responden mendapat skor nilai > 3 Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai <3 3. Dukungan penghargaan

Baik: jika responden mendapat skor nilai >2 Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai <2 4. Dukungan Instrumental

Baik: jika responden mendapat skor nilai >2 Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai <2 5. Dukungan Emosional

Baik: jika responden mendapat skor nilai >2 Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai <2

(46)

Tabel 3.3. Skor skala pengukuran

3.8. Teknik Analisis Data 3.8.1.Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.8.2.Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen (variabel terikat) dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X2) (Budiarto, 2001).

Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut akan di hitung nilai odd ratio (OR). Bila tabel 2 x 2, dan dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”

Analis data dilakukan dengan menggunakan perangkat computer SPSS untuk membuktikan yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (H0 ditolak) sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna.

Keterangan (pilihan) Nilai 1. Baik (B)

2. Tidak Baik (TB)

>2 <2

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum

SMP Negeri 1 Tangan-tangan beralamat di Jalan Tanjung Bunga Kecamatan Tangan-tangan Kode Pos 23763 Kabupaten Aceh Barat Daya Provinsi Aceh.

Adapun batas-batas SMP Negeri 1 Tangan-tangan adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjung Bunga

2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Gunong Cut 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Geulumpang 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Mesjid

SMP Negeri 1 Tangan-tangan berdiri diatas tanah milik pemerintah Daerah dengan luas tanah 14.129 M2 dan luas kelas belajar 4.316 M2 . SMP Negeri 1 Tangan-tangan berdiri pada tanggal 1 April tahun 1979. No. Statistik Sekolah 201061707001. SMP Negeri 1 Tangan-tangan memiliki 15 ruang belajar dengan jumlah murid keseluruhan 464 orang dan jumlah guru 39 orang.

A.Visi SMP Negeri 1 Tangan-tangan: Unggul dalam prestasi berwawasan global berdasarkan islami, seni dan budaya daerah.

B. Misi SMP Negeri 1 Tangan-tangan:

- Melaksanakan segala kegiatan pendidikan dan pengajaran kepada siswa dengan baik dan Mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang menunjang pembelajaran dan kreatifitas anak bangsa.

- Mengamalkan ajaran Islam secara kaffah - Melestarikan budaya daerah dan budaya bangsa

(48)

Dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis dilapangan kecemasan yang dirasakan remaja putri pada saat akan menghadapi menarche berada pada cemas berat, hal ini dikarenakan banyak remaja putri yang kurang mendapatkan informsi tentang menarche. Selain itu kurangnya informasi yang diberikan orang tua kepada para remaja putri tentang menarche membuat kecemasan yang dirasakan remaja putri menjadi berat.

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sari utami (2008) tentang tingkat kecemasan remaja putri terhadap menarche didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial yang diberikan ibu dengan kecemasan menghadapi menarche. Semakin intensif dukungan sosial yang diberikan ibu kepada remaja putri maka kecemasan menghadapi menarche akan semakin berkurang. Secara keseluruhan responden yang terlibat dalam penelitian ini memiliki tingkat dukungan sosial yang diberikan ibu berada pada kategori sedang.Secara keseluruhan tingkat kecemasan menghadapi menarche responden penelitian berada pada kategori sedang.

4.1.2 Analisis Univariat

Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk meihat hubungan antar variabel maka terlebih dahulu dibuat analisi univariat dengan tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti:

Gambar

Gambar 2.1 Skema Rentang Respon Kecemasan
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.3. Skor skala pengukuran
+4

Referensi

Dokumen terkait

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan bagaimana dukungan keluarga pada remaja putri untuk

Hubungan Peran Keluarga dengan Pengetahuan Remaja Putri tentang Menstruasi Di SMP An-Nizam.. Kecamatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,3% atau n = 36 remaja putri mendapat dukungan emosional dari keluarga, hal ini dapat diartikan bahwa keluarga turut

MEMBACA HURUF JAWA MELALUI MEDIA KARTU KUARTET PADA SISWA KELAS VIII B SMP PENDA TAWANGMANGU”. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Diharapkan kepada keluarga untuk selalu memberikan dukungan nya kepada remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) dan untuk penelitian selanjutnya

Keluarga memberikan dukungan informasional kepada subjek yaitu berupa nasehat dan saran-saran untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi subjek dengan

b) Yang bersangkutan terutama kepala keluarga sudah berumur lebih dari 40 tahun dan punya tanggungan isteri dan anak. c) Sudah berdomisili di Kabupaten Aceh Barat

Hubungan dukungan orang tua dengan kecemasan remaja putri dalam menghadapi perubahan fisik pada masa pubertas di SMP Negeri 1 Depok, Sleman,