• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. KADAR UNSUR HARA N, P DAN C SERASAH DAUN Avicennia marina YANG MENGALAMI PROSES DEKOMPOSISI PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VI. KADAR UNSUR HARA N, P DAN C SERASAH DAUN Avicennia marina YANG MENGALAMI PROSES DEKOMPOSISI PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6.1. Pendahuluan

6.1.1. Latar Belakang

Nitrogen menyusun 79% dari atmosfer, dan bahkan lebih banyak lagi N sebagai sedimen organik yang berada di dalam tanah. Baik nitrogen dalam bentuk gas (N2) di udara maupun yang terikat dalam sedimen tanah, keduanya tidak tersedia bagi tumbuhan. Hanya bentuk yang teroksidasi (NO3

-) atau bentuk yang tereduksi (NH4

+

) (ion) yang tersedia. Ikatan dengan hidrogen, yang mereduksi N, dapat terbentuk karena petir, oleh organisme penambat nitrogen, atau secara komersial dengan proses Haber-Bosch. Amonia dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi : NH4à NO2à NO3. Transformasi ini terjadi secara biologis dan karenanya peka terhadap pH tanah, suhu dan kelembaban. Kandungan N tumbuhan rata-rata 2 – 4 % dan mungkin juga sebesar 6%. Nitrogen merupakan bahan penyusun asam amino, amida, basa bernitrogen seperti purin dan protein serta nukleoprotein (Gardner, dkk., 1985).

Nitrogen diperlukan oleh mikroorganisme untuk sintesis protoplasma, dan apabila nitrogen tidak cukup tersedia maka kemampuan fungi untuk menguraikan karbohidarat akan berkurang. Jika pasokan nitrogen melebihi jumlah yang diperlukan untuk sintesis protein (umumnya lebih dari 1,5 sampai 1,7 % dari substrat) kelebihan ini akan dibuang sebagai amonia. Jika pasokan karbon (sumber energi) tidak mencukupi sebesar 50 – 80% dari total nitrogen substrat, nitrogen bisa dilepaskan sebagai amonia. Pada keadaan yang sesuai, fungi akan berasimilasi rata-rata 30 sampai 40% dari substrat karbon yang terdekomposisi (Moore-Landecker, 1990). Nitrogen penting pada tumbuhan sebagai komponen pembentuk asam amino, enzim, protein dan asam nukleat (Fisher dan Binkley, 2000).

Bakteri dan fungi memperoleh energi untuk metabolismenya dari hasil penguraian karbohidrat (Waring dan Schlessinger,1985). Faktor yang mempengaruhi aktivitas jasad renik dalam penguraian bahan organik adalah jenis tumbuhan dan iklim setempat. Faktor jenis tumbuhan biasanya berbentuk sifat fisik dan kimia daun yang tercermin dalam perbandingan antara unsur

(2)

karbon (C) dan unsur nitrogen (N) yang dinyatakan sebagai nisbah C :N (Thaiutsa dan Granger, 1979).

Pada kandungan karbohidrat dan nitrogen yang relatif besar kecepatan dekomposisi adalah lambat dan pada tanah yang tidak terganggu (undisturbed soil) di bawah kondisi fisik tertentu humus dapat terakumulasi sebagai lapisan H di bawah F2 pada horizon Ao. Nisbah karbon dengan nitrogen penting untuk mengetahui populasi mikroba yang dapat berada pada serasah dan secara tidak langsung mengetahui laju dekomposisi yang dapat berlangsung (Dix dan Webster, 1995).

Kadar karbon menurun dengan penurunan ukuran partikel-partikel serasah, sedangkan kandungan nitrogen dan fosfor meningkat (Greenway, 1994) Menurut Wakushima dkk., (1994 diacu oleh Ito dan Nakagiri, 1997) tanah hutan mangrove di daerah tropis dan subtropis bersifat semi aerobik, rendah kandungan unsur hara, mempunyai konsentrasi logam berat yang lebih tinggi dan salinitasnya lebih tinggi dibanding tanah-tanah terestrial.

Kecepatan dekomposisi serasah daun dan proses menyatu ke dalam tanah mineral bergantung pada kondisi fisik dan jenis tumbuhan. Pada komunitas tumbuhan tertentu dengan produksi serasah yang banyak, proses dekomposisi berlangsung lambat, dan akibatnya serasah dapat terakumulasi pada permukaan tanah sampai kedalaman beberapa sentimeter (Dix dan Webster, 1995).

Sisa hewan atau serasah tumbuhan yang banyak kandungan nitrogen dan fosfornya akan mengalami pelapukan dengan cepat tanpa penambahan unsur hara, terutama pada keadaan aerobik. Berbeda halnya dengan bahan-bahan rendah kadar nitrogen seperti jerami, tumpukan jerami dan sisa-sisa batang (stubble) yang mengalami dekomposisi secara lambat dan tidak sempurna dan kemungkinan masih tersisa 50 – 60% dari bobot awal setelah 3 sampai 10 bulan terdekomposisi. Ahli pertanian sering menambahkan pupuk mengandung nitrogen dan fosfor ke tanah dalam upaya mempercepat dekomposisi serat atau sisa jaringan berkayu seperti jerami dan sisa batang (stuble) yang penyusun utama dinding selnya adalah selulosa atau lignin (Moore-Landecker,1990).

Lama dekomposisi serasah daun berhubungan dengan tinggi kandungan fenol dan tinggi nisbah C : N yang cenderung membuat serasah tidak disukai dan tidak dapat dimanfaatkan sebagai makanan oleh hewan tanah. Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa, cacing tanah (earthworm) lebih menyukai

(3)

daun-daun dengan kandungan polifenol rendah dan nisbah C : N rendah (Dix dan Webster, 1995).

Dekomposisi maksimum akan terjadi selama pasokan nitrogen dan karbon dan unsur hara penting lainnya (terutama fosfor) yang terdapat pada substrat atau tanah berlimpah (Waksman, 1952 diacu oleh Moore-Landecker, 1990). Dalam dekomposisi serasah ketersediaan nitrogen dapat digunakan sebagai indikator kecepatan proses mineralisasi. Serasah dengan pasokan nitrogen yang baik (nisbah C : N, 30 : 1 seperti jenis tumbuhan legum) akan cepat terdekomposisi dan apabila pasokan nitrogen sedikit (nisbah C : N, lebih besar 200 : 1 seperti pada kayu) proses dekomposisi berlangsung lambat (Pugh, 1974). Fosfor dalam tanah berada dalam bentuk organik dan anorganik. Fosfor yang terikat dalam bahan organik baru menjadi tersedia bagi tumbuhan setelah bahan organik tersebut mengalami dekomposisi. Fosfor organik lebih terikat kuat dalam kondisi masam daripada dalam kondisi alkali. Fosfor organik berada dalam bentuk inositol, asam nukleat dan fosfolipid (Ismunadji dkk., 1991).

Ketersediaan unsur hara yang berbeda pada tahap yang berbeda dalam proses dekomposisi serasah daun diperkirakan merupakan faktor utama yang berperan dalam suksesi mikroorganisme pada serasah. Konsentrasi unsur-unsur hara pada bahan organik sangat mempengaruhi kecepatan dekomposisi serasah dan jumlah unsur hara yang dilepaskan selama dekomposisi. Di antara unsur hara non struktural pada kayu, nitrogen mempunyai peran penting walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil yaitu, kira-kira 0.03 – 0.1 %. Pada kondisi seperti ini berbagai jenis fungi tetap dapat berperan dalam proses dekomposisi serasah, karena fungi mempunyai suatu mekanisme yang efisen dalam melakukan metabolisme (Levi dkk., 1968).

Kecepatan pelapukan kayu mempunyai korelasi positif dengan jumlah nitrogen yang terkandung pada kayu. Pada percobaan in-vitro didapatkan, bahwa pada kayu yang dilapukkan, fungi melakukan autolisis dan menggunakan kembali nitrogen yang terdapat pada miseliumnya atau yang berasal dari lisis fungi lain selama pelapukan. Pada kondisi ini fungi menggunakan nitrogen yang banyak untuk metabolisme. Nitrogen memberikan kontibusi pada Basidiomycota yang melapukkan kayu, sebagai senyawa yang ada dalam makanan (conserve). Untuk pembentukan sporofor pada beberapa keadaan, digunakan sumber N lainnya seperti jenis-jenis bakteri penambat nitrogen. Dari data hasil studi Aho dkk., (1974) diketahui bahwa aktivitas nitrogenase pada kayu teras pohon konifer

(4)

hidup yang mengalami pelapukan dan beberapa kelompok jenis bakteri, dapat berperan dalam pengaturan denitrogen anaerobik. Data percobaan ini juga mendukung, bahwa pertumbuhan fungi pelapuk kayu teras cocok pada konsentrasi O2 yang rendah sekali. Selain itu, tiamin adalah vitamin penting yang dibutuhkan oleh kebanyakan fungi pelapuk kayu.

6.1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat salinitas dan lama masa dekomposisi terhadap kadar unsur hara N, P dan C serasah daun

A. marina yang mengalami proses dekomposisi.

6.1.3 Hipotesis

Tingkat salinitas dan lama masa dekomposisi berpengaruh terhadap kuantitas unsur hara N, P dan C yang terdapat pada serasah daun A. marina.

6.2. Bahan dan Metode

6.2.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian lapangan dilakukan di kawasan hutan mangrove Perum Perhutani Desa Blanakan Kec. Blanakan BKPH Pamanukan KPH Purwakarta, di LaboratoriumTanah Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor dan di Laboratorium Kimia Tanah Institut Pertanian Bogor, Bogor. Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2003 sampai bulan September 2004.

6.2.2. Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak terbagi dalam RAL yang terdiri atas : tingkat salinitas (< 10 ppt, 10 – 20 ppt, 20 – 30 ppt dan > 30 ppt) sebagai petak utama dan lama masa dekomposisi (Serasah yang belum mengalami proses dekomposisi sebagai kontrol, 15 hari, 30 hari, 45 hari, 65 hari, 75 hari, 90 hari, 105 hari, 120 hari dan 135 hari) sebagai anak petak.

(5)

6.2.3. Penentuan Kadar Unsur Hara N, P dan C Serasah daun A. marina Penentuan kadar nitrogen total dilakukan dengan menggunakan metode

Kjelldhal. Nitrogen (organik dan anorganik) didestruksi dengan H2SO4 pekat. Dalam destruksi nitrogen diubah menjadi garam amonium sulfat, kemudian didestilasi dengan penambahan NaOH 50 % untuk melepas NH4- yang ditangkap dengan larutan asam borat. Jumlah N diketahui setelah titrasi destilat dengan HCl yang telah dibakukan sampai terjadi perubahan warna dari hijau menjadi merah muda. Penetapan kadar nitrogen dilakukan dengan Rumus (4)

Kadar N dalam daun = x 100%

b 14 x 0,02 x a (4) dengan pengertian : a = selisih volume (ml)

b = bobot kering dalam 0,1 gram tepung daun 0,02 = normalitas HCl

14 = bobot atom nitrogen

Adapun penentuan kadar unsur fosfor dilakukan dengan cara memasukkan 5 gram contoh serasah daun kering udara, yang berukuran lebih kecil dari dua milimeter ke dalam botol kocok. Selanjutnya pada contoh serasah ditambahkan 12,5 ml HCl 25 persen dan dengan menggunakan mesin pengocok suspensi dikocok selama 30 menit. Suspensi ini selanjutnya disaring melalui kertas saring berlipat dan filtrat ditampung dalam labu ukur 100 ml, kemudian dihimpitkan hingga tanda tera. Sebanyak 5 ml filtrat dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan dihimpitkan hingga tanda tera. Alikuot yang sudah mengalami pengenceran dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Larutan PB dan PC ditambahkan secara berturut-turut, dikocok dan dibiarkan 15 menit. Fosfor ditetapkan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 mµ. Selanjutnya dibuat larutan blanko dan larutan baku untuk fosfor. Adapun kadar fosfor dihitung dari larutan baku.

Penetapan kadar fosfor dilakukan dengan Rumus (5)

P (ppm) = P dalam Larutan (ppm) x 10 x 50 x 100 x 100 + KA (5) 5 5 5 100

(6)

Penentuan kadar unsur karbon dilakukan berdasarkan kehilangan bobot bahan organik karena pemanasan. Penetapan kadar karbon dilakukan dengan Rumus (6)

Kadar C dalam daun x 100%

BKM(g) 0.4) (0.458b 1.724 − = (6) dengan pengertian : b = BKM – BKP

BKM = Bobot kering serasah daun setelah pemanasan 1050 C BKP = Bobot kering serasah daun setelah pemanasan 3750 C

6.3.

Hasil

6.3.1. Kadar Unsur Hara N

Hasil analisis ragam (Lampiran 31 a) menunjukkan adanya pengaruh yang nyata tingkat salinitas terhadap kadar unsur hara N serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi. Kadar unsur hara N serasah daun A. marina

tiap ulangan dapat dilihat pada Lampiran 19.

Pada tingkat salinitas > 30 ppt kadar unsur hara N rata-rata 1.70 % adalah

tertinggi di antara kadar unsur hara N yang terdapat pada serasah daun

A. marina yang mengalami dekomposisi pada ke-empat tingkat salinitas yang diteliti. Kadar unsur hara N rata-rata yang terdapat pada serasah daun A. marina

yang mengalami dekomposisi di lingkungan dengan berbagai tingkat salinitas disajikan pada Gambar 41.

Kadar unsur hara N serasah daun A. marina yang belum dan telah mengalami dekomposisi di lapangan di dalam kondisi lingkungan dengan berbagai tingkat salinitas selama 15 sampai 135 hari ditunjukkan pada Gambar 42. Dapat dijelaskan bahwa kadar unsur hara N tertinggi, yaitu rata-rata 2.55 % terdapat pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi selama 105 hari pada tingkat salinitas > 30 ppt. Adapun kadar unsur hara N serasah daun A. marina terendah, yaitu rata-rata 0.96 %, terdapat pada serasah daun yang belum mengalami proses dekomposisi.

(7)

Gambar 41. Kadar unsur hara N rata-rata serasah daun A. marina yang mengalami dekomposisi di lingkungan dengan berbagai tingkat salinitas

Gambar 42. Kadar unsur hara N rata-rata pada berbagai lama masa dekomposisi serasah daun A. marina pada berbagai tingkat salinitas

Dari Gambar 42 juga dapat dijelaskan bahwa peningkatan kadar unsur hara N terjadi mulai dari serasah mengalami dekomposisi selama 15 hari sampai 105 hari. Selanjutnya setelah serasah mengalami dekomposisi selama120 hari dan 135 hari terjadi penurunan kadar unsur hara N.

1.48 b 1.52 ab 1.46 b 1.7 a 1.3 1.35 1.4 1.45 1.5 1.55 1.6 1.65 1.7

Kadar unsur hara N

rata-rata (%) <10 ppt 10-20 ppt 20-30 pt >30 ppt Tingkat salinitas 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Kontrol 15 30 45 60 75 90 105 120 135 Lama masa dekomposisi (hari)

Kadar unsur hara N

rata-rata (%)

(8)

6.3.2. Kadar Unsur Hara P

Kadar unsur hara P rata-rata pada serasah daun A. marina yang mengalami dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas dapat dilihat pada Gambar 43. Adapun kadar unsur hara P serasah daun A. marina tiap ulangan pada tiap tingkat salinitas dan lama masa dekomposisi dapat dilihat pada Lampiran 20.

Kadar unsur hara P tertinggi serasah daun A. marina yang mengalami dekomposisi terdapat pada tingkat salinitas > 30 ppt yaitu rata-rata 0,149% dan terendah rata-rata 0.138% terdapat pada serasah daun A. marina yang mengalami dekomposisi pada tingkat salinitas < 10 ppt. Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 31 b) diketahui bahwa tingkat salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap kadar unsur hara P.

Gambar 43. Kadar unsur hara P rata-rata serasah daun A. marina yang telah mengalami proses dekomposisi di lingkungan dengan berbagai tingkat salinitas

Kadar unsur hara P serasah daun A. marina setelah beberapa lama masa dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas ditampilkan pada Gambar 44. Dari Gambar 44 dapat dijelaskan bahwa kadar unsur hara P rata-rata terbesar, yaitu 0.1% terdapat pada serasah daun A. marina yang belum mengalami proses dekomposisi di lapangan, sedang kadar unsur hara P terkecil terdapat pada

0.139 c 0.143 bc 0.145 ab 0.150 a 0.132 0.134 0.136 0.138 0.14 0.142 0.144 0.146 0.148 0.15

Kadar unsur hara P

rata-rata (%)

<10 ppt 10-20 ppt 20-30 pt >30 ppt Tingkat salinitas

(9)

serasah daun A. marina yang telah mengalami dekomposisi selama 135 hari pada tingkat salinitas < 10 ppt, yaitu rata-rata 0.004 %.

Penurunan kadar unsur hara P serasah daun A. marina terjadi mulai dari serasah yang belum mengalami proses dekomposisi di lapangan sampai mengalami proses dekomposisi selama 45 hari. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa kadar unsur hara P menurun dengan bertambah lama masa dekomposisi serasah, walaupun dalam rentang waktu tertentu terjadi kenaikan kadar unsur hara P. Pola perubahan kadar unsur hara P berdasarkan pengamatan pada berbagai tingkat salinitas cenderung menunjukkan pola yang sama, karena berdasarkan analisis ragam, tingkat salinitas tidak berpengaruh terhadap kadar unsur hara P.

Gambar 44. Kadar unsur hara P rata-rata serasah daun A. marina setelah berbagai lama masa dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas

6.3.3. Kadar Unsur Hara C

Pengaruh tingkat salinitas terhadap kadar unsur hara C yang terdapat pada serasah daun A. marina yang mengalami dekomposisi dapat dilhat pada Gambar 45. Analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 31 c. Kadar unsur hara C serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas dan lama masa dekomposisi tiap ulangan, dapat dilihat pada Lampiran 21. 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 Kontrol 15 30 45 60 75 90 105 120 135

Lama masa dekomposisi (hari)

Kadar unsur hara P

rata-rata (%)

(10)

Dari Gambar 45 dapat dijelaskan bahwa kadar unsur hara C tertinggi, yaitu rata-rata 45,20 % terdapat pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas < 10 ppt. Adapun kadar unsur hara C terendah, yaitu rata-rata 43,47% terdapat pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas 20 – 30 ppt.

Gambar 45. Kadar unsur hara C rata-rata serasah daun A. marina yang telah mengalami proses dekomposisi di lingkungan dengan berbagai tingkat salinitas

Kadar unsur hara C rata-rata serasah daun A.marina dengan berbagai lama masa dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas disajikan pada Gambar 46. Dapat dijelaskan bahwa kadar unsur hara C serasah daun A. marina mengalami kenaikan pada serasah daun yang mengalami dekomposisi selama 15 hari dan 30 hari. Namun demikian nilai absolut (Lampiran 22) kadar unsur hara C rata-rata yang terdapat pada serasah daun yang mengalami dekomposisi selama 15 hari dan 30 hari menunjukkan penurunan dibanding kadar unsur hara C serasah daun yang belum mengalami dekomposisi. Pada Gambar 46 terlihat bahwa perubahan kadar unsur hara C serasah daun A. marina berlangsung secara perlahan sejak serasah belum mengalami dekomposisi sampai serasah mengalami dekomposisi selama 15 hari. Pada serasah daun yang mengalami dekomposisi selama 30 hari kadar unsur hara C cenderung naik. Pada serasah daun A. marina yang mengalami dekomposisi selama 105 hari sampai 120 hari terjadi penurunan kadar unsur hara C yang besar. Pola penurunan kadar unsur hara C serasah daun A. marina yang mengalami dekomposisi pada ke-empat

45.20 a 44.58 ab 43.47 b 44.46 ab 42.5 43 43.5 44 44.5 45 45.5

Kadar unsur hara C

rata-rata (%)

<10 ppt 10-20 ppt 20-30 pt >30 ppt Tingkat salinitas

(11)

tingkat salinitas menunjukkan pola yang sama, karena berdasarkan analisis ragam memang tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kadar unsur hara C pada berbagai tingkat salinitas tersebut.

Gambar 46. Kadar unsur hara C rata-rata serasah daun A. marina dengan berbagai lama masa dekomposisi dalam lingkungan dengan berbagai tingkat salinitas

6.4. Pembahasan

Kadar unsur hara N pada serasah daun A. marina yang mengalami dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas cenderung menunjukkan peningkatan dengan makin besar salinitas lingkungan. Kecuali pada serasah daun yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas 20 – 30 ppt, yaitu mengalami penurunan. Kadar unsur hara N yang kecil pada serasah daun

A. marina yang mengalami dekomposisi pada tingkat salinitas < 10 ppt diperkirakan karena pada tingkat salinitas ini pelepasan N dari serasah ke

ekosistem mangrove lebih besar dibanding pelepasannya dari serasah daun

A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas 10 – 20 dan > 30 ppt. Akibatnya unsur hara N pada serasah daun sisa adalah sedikit. Pola ini hanya berlaku untuk kadar unsur hara N serasah daun A.marina yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas < 10 ppt, 10 – 20 ppt dan > 30 ppt. Adapun kadar unsur hara N serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas 20 – 30 ppt adalah lebih kecil dibanding kadar unsur hara N serasah daun A. marina yang mengalami proses

0 10 20 30 40 50 60 Kontrol 15 30 45 60 75 90 105 120 135 Lama masa dekomposisi (hari)

Kadar unsur hara C

rata-rata (%)

(12)

dekomposisi pada tingkat salinitas < 10 ppt dan 10 – 20 ppt, yang seharusnya lebih tinggi apabila mengikuti pola perubahan kadar unsur hara N dengan makin besar tingkat salinitas. Diperkirakan hasil ini berhubungan dengan laju dekomposisi serasah daun A. marina yang dipengaruhi oleh lama masa dekomposisi. Pengaruh lama dekomposisi serasah daun A. marina terhadap laju dekomposisi serasah yang menunjukkan bahwa serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas 20 – 30 ppt laju dekomposisinya lebih besar, yaitu 6,80/th. Laju dekomposisi yang besar diperkirakan disebabkan oleh keberadaan organisme seperti cacing yang ikut berperan dalam proses dekomposisi tersebut. Akibatnya waktu terjadi penghancuran yang dilakukan oleh cacing tersebut, diduga juga terjadi pelepasan unsur hara N yang lebih besar dibanding laju dekomposisi serasah daun A. marina pada tingkat salinitas < 10 ppt, 10 – 20 ppt dan > 30 ppt, yaitu berturut-turut 4,98/th, 5,89/th dan 3,95/th.

Kadar unsur hara P yang terdapat pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas menunjukkan pola yang sama dengan pola kadar unsur hara N, yaitu kadar unsur hara P meningkat dengan peningkatan salinitas. Kadar unsur hara P serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas < 10 ppt adalah terkecil, yaitu sebesar 0,139 %. Hal ini diduga karena terjadi proses dekomposisi serasah daun A. marina lebih cepat pada tingkat salinitas < 10 ppt. Laju dekomposisi yang cepat dapat menyebabkan pelepasan unsur hara P lebih besar, demikian pula sebaliknya untuk tingkat salinitas yang lebih besar proses dekomposisi serasah menjadi lebih lambat sehingga unsur hara P yang dilepaskan juga menjadi lebih kecil. Dengan makin besar tingkat salinitas maka proses dekomposisi serasah daun A. marina berlangsung makin lambat, sehingga unsur hara P yang terlepas ke ekosistem mangrove tertahan pada serasah daun tersebut.

Pengaruh lama masa dekomposisi serasah daun A. marina terhadap kadar unsur hara P, menunjukkan pola penurunan dengan makin bertambah lama masa dekomposisi. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan pola laju dekomposisi serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas. Pada laju dekomposisi serasah daun A. marina dapat dilihat bahwa mulai dari serasah daun yang belum mengalami proses dekomposisi sampai mengalami proses dekomposisi selama 60 hari (Gambar 6),

(13)

terjadi laju dekomposisi yang besar terlihat dengan besarnya persentase kehilangan serasah.

Berbeda dengan kadar unsur hara N dan P, kadar unsur hara C serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas menunjukkan pola penurunan dengan makin besar tingkat salinitas. Menurut Greenway (1994) kadar unsur hara C menurun dengan pengurangan ukuran partikel serasah sedangkan kadar unsur hara N dan P mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh ukuran partikel serasah yang dipengaruhi oleh lama masa dekomposisi. Makin lama masa dekomposisi serasah daun A. marina maka makin kecil ukuran partikelnya (Gambar 7). Selain itu juga dapat dijelaskan bahwa unsur hara C yang terdapat pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas yang kecil lebih lama di lepas ke ekosistem mangrove dibanding dengan unsur hara C yang terdapat pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas yang lebih besar. Hal ini bisa dilihat pada serasah daun yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas > 30 ppt yang mempunyai kadar unsur hara C yang lebih besar dibanding tingkat salinitas yang lebih kecil. Pada penelitian ini didapatkan kadar unsur hara C berkisar dari 43,7% sampai 45,3%. Menurut Bunt dkk., (1982) kadar unsur hara C pada serasah daun A. marina

berkisar 45.4 – 50.8 %. Adapun menurut Saenger (2002) kadar unsur hara C pada serasah daun A. marina berkisar dari dan 43.9 – 48 %. Kadar unsur hara fosfor dan nisbah karbon dengan nitrogen dan karbon dengan fosfor pada serasah juga dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme (Fisher dan Binkley, 2000).

6.5. Kesimpulan

Berdasarkan data yang dapat dikumpulkan dapat ditarik beberapa

kesimpulan, sebagai berikut (1) kadar unsur hara N pada serasah daun

A. marina lebih besar pada tingkat salinitas > 30 ppt dibanding tingkat salinitas yang lebih kecil dan bertambah besar dengan makin lama masa dekomposisi (sampai 105 hari serasah daun mengalami dekomposisi), (2) kadar unsur hara P lebih besar pada tingkat salinitas > 30 ppt dibanding tingkat salinitas yang lebih kecil, tetapi berkurang dengan makin lama masa dekomposisi serasah, dan (3) kadar unsur hara C pada serasah daun A. marina lebih besar pada tingkat salinitas < 10 ppt dibanding tingkat salinitas yang lebih besar dan bertambah

(14)

besar dengan makin lama masa dekomposisi. Akan tetapi nilai absolut kadar unsur hara C serasah daun A. marina yang mengalami dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas berkurang dengan makin lama masa dekomposisi.

Gambar

Gambar 41. Kadar unsur  hara N rata-rata serasah daun  A. marina yang  mengalami dekomposisi di lingkungan dengan berbagai tingkat  salinitas
Gambar 43. Kadar unsur hara  P rata-rata serasah daun  A. marina yang telah  mengalami proses dekomposisi di lingkungan dengan berbagai  tingkat salinitas
Gambar 44. Kadar unsur hara P rata-rata  serasah daun  A. marina setelah  berbagai lama masa dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas
Gambar 45. Kadar unsur hara C rata-rata serasah daun A. marina yang telah  mengalami proses dekomposisi di lingkungan dengan berbagai  tingkat salinitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Keterampilan berpikir kritis siswa setelah diberikan model pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami peningkatan, dikarenakan siswa dilatih untuk menganalisis argumen

This study examines the forms of violence in Indonesian folktales, focusing on how physical and verbal violence are depicted in Indonesian folktales retold in children’s books

terhadap pH tanah sedangkan pemberian isolat bakteri pereduksi sulfat tidak. berpengaruh nyata terhadap

Ciri ini sangat penting kerana pemimpin sebenarnya adalah seorang daie (pendakwah) yang bertanggungjawab untuk menyeru ummat ke arah penghayatan Islam yang sebenar

Seperti pada blok Way Pemerihan dan Way Canguk yang memiliki satwa mangsa harimau yang cukup banyak, tetapi survai harimau dan satwa mangsanya pada periode pengamatan

Pengembangan Usaha Pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Mendukung Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis.. Perancangan Percobaan: Untuk Menganalisis

Kempen Hijaukan Sekolah- Membuat Buku Skrap 9..

Penelitian menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendapatkan, gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena recording IB pada ternak