• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lydia Natalia Sinaga ( ) Universitas Bina Nusantara Heny Kurniawati S.ST., Ak., M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lydia Natalia Sinaga ( ) Universitas Bina Nusantara Heny Kurniawati S.ST., Ak., M."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2009-2012

Lydia Natalia Sinaga (1401137055) Universitas Bina Nusantara

081280006017 lydianatalias@gmail.com

Heny Kurniawati S.ST., Ak., M.Sc (D3761)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik komite audit dan struktur kepemilikan terhadap financial distress perusahaan. Karakteristik komite audit yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran komite audit, independensi komite audit, frekuensi pertemuan komite audit dan kompetensi komite audit. Struktur kepememilikan yang digunakan adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusonal. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2012. Total perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 20 perusahaan yang mengalami financial distress dan tidak mengalami financial distress dengan pengamatan 4 tahun berdasarkan metode purposive sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi logistik.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif secara signifikan terhadap financial distress perusahaan. (LNS)

(2)

Pendahuluan

Demi kemajuan suatu perusahaan, kondisi kesehatan sebuah perusahaan sangatlah penting diperhatikan, karena merupakan hasil interaksi kinerja manajemen dalam mengelola dana dengan kondisi lingkungan usaha perusahaan. Tujuan perusahaan tidak hanya sekedar mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya tetapi juga memberikan kesejahteraan bagi lingkungannya, dan untuk mencapai tujuannya tersebut, perusahaan perlu menerapkan strategi yang tepat.

Pembentukan komite audit di Indonesia mulai diatur setelah terjadinya krisis keuangan Asia pada tahun 1997, sehingga melalui surat edaran No. SE-03/PM/2000 BAPEPAM merekomendasikan perusahaan publik untuk membentuk Komite Audit. Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertujuan untuk membantu dewan komisaris dalam melakukan tugas dan fungsinya. Surat edaran tersebut menjelaskan bahwa Komite Audit bertugas untuk membantu dewan komisaris dengan memberikan pendapat profesional yang independen untuk meningkatkan kualitas kinerja serta mengurangi penyimpangan pengelolaan perusahaan.

Komite Audit merupakan salah satu bagian dari mekanisme tata kelola perusahaan dalam melakukan pengendalian internal. Komite Audit adalah salah satu elemen kunci dalam struktur corporate governance yang membantu mengendalikan dan mengawasi manajemen menurut Martina (2012) yang berjudul Pengaruh Karakteristik Komite Audit Pada Kondisi Financial Distress Perusahaan.

Dalam mengawasi operasi dan sistem pengendalian internal perusahaan, Komite Audit mempunyai peran penting dengan tujuan melindungi kepentingan pemegang saham. Komite Audit membantu pengembangan rencana strategis perusahaan yang dapat membantu dewan komisaris untuk memonitor manajemen dan rekomendasi dengan memperhatikan pada setiap persoalan keuangan atau operasional. Oleh sebab itu, Komite audit yang efektif akan berfokus pada peningkatan kinerja dan daya saing perusahaan, khususnya pada lingkungan bisnis yang sedang berubah yang berada di luar kendali perusahaan menurut Charan, (1998); Craven dan Wallace (2001), dalam Martina (2012). Komite Audit yang efektif diharapkan berfokus pada optimalisasi kekayaan pemegang saham dan mencegah maksimalisasi kepentingan pribadi oleh manajemen puncak menurut Wathne dan Heide (2000) dalam Rahmat (2009) yang berjudul Audit committee characteristics in financially distressed and non-distressed companies.

(3)

Diterbitkannya KEP-339/BEJ/07-2001, menjadi salah satu persyaratan listing di Bursa Efek Indonesia. Serta mengharuskan semua perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia memiliki Komite Audit. Keputusan tersebut guna membantu pemerintah untuk memperkuat tata kelola perusahaan pada semua perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia. BAPEPAM bertanggung jawab mengatur kegiatan di pasar modal dan memastikan praktik-praktik tata kelola perusahaan dilaksanakan oleh perusahaan perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia. Semua perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia diwajibkan untuk mematuhi rekomendasi dalam hal karakteristik Komite Audit. Dalam kasus ketidakpatuhan, pembenaran harus diungkapkan dalam laporan tahunan.

Komite Nasional Good Corporate Governance pada Bulan Mei 2002 mengembangkan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. Dalam Pedoman Pembentukan Komite Audit tersebut di jelaskan mengenai karakteristik Komite Audit untuk menjamin praktek-praktek corporate governance yang baik karena praktik corporate governance yang baik mampu meningkatkan kinerja finansial perusahaan dan meminimalkan resiko financial distress. Dijelaskan pula bahwa tugas Komite Audit adalah memberikan suatu pandangan tentang masalah akuntansi, pelaporan keuangan dan penjelasannya, sistem pengawasan internal, serta auditor independen menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2002). Serta tujuan dibentuknya Komite Audit adalah untuk melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit ekstern, memberikan pengawasan independen atas proses risiko dan kontrol dan melaksanakan pengawasan independen atas proses tata kelola perusahaan.

Karakteristik komite audit dinilai dari 4 aspek, yaitu ukuran komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, proporsi komite audit independen, dan kompetensi ahli keuangan komite audit. Karakteristik yang baik dari Komite Audit berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan yang bagus, yang berbanding negatif dengan financial distress (Rahmat, 2009). Oleh karena itu, efektivitas Komite Audit dikaitkan dengan kemakmuran atau financial distress perusahaan.

Penelitian terkait financial distress telah banyak dilakukan, namun masih sedikit yang penelitian mengenai pengaruh karakteristik komite audit terhadap financial distress. Salah satu penelitian terkait karakterisktik komite audit terhadap kondisi financial distress dilakukan oleh Rahmat (2009). Penelitian tersebut bertujuan untuk memberikan bukti mengenai kinerja komite audit dengan cara

(4)

membandingkan pengaruh karakteristik komite audit pada perusahaan yang mengalami financial distress dan yang tidak mengalami financial distress. Perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan suspend di Bursa Efek Malaysia dikategorikan sebagai perusahaan financial distress. Perusahaan dinyatakan suspend apabila perusahaan tidak dapat memenuhi syarat listing di Bursa Efek Malaysia. Sebaliknya, perusahaan yang tidak terdaftar sebagai perusahaan suspend dari Bursa Efek Malaysia dikategorikan sebagai perusahaan non-financial distress. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut diperoleh dari Bursa Efek Malaysia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ahli keuangan dalam komite audit berpengaruh negatif terhadap financial distress.

Diungkapkan juga menurut Simpson dan Gleason (1999) yang berjudul International Review of Economics and Finance, bahwa kurangnya kompetensi di antara anggota Komite Audit dapat berpengaruh pada financial distress perusahaan. Dalam McMullen dan Raghunandan (1996) yang berjudul Audit Committee Performance: An Investigation of the Consequences Associated with Audit Committees, Komite Audit yang kompeten memiliki kapasitas untuk mengurangi financial distress, karena dengan adanya Komite audit yang kompeten maka dapat membantu meningkatkan performa perusahaan. Kompetensi yang dimiliki oleh komite audit berhubungan negatif dengan kesulitan keuangan perusahaan (Rahmat, 2009).

Aspek penting lain dari corporate governance adalah mengenai kepemilikan saham. Dalam struktur kepemilikan saham perusahaan publik, kepemilikan saham dapat berasal dari kepemilikan manajerial (insider) seperti direksi dan komisaris, serta kepemilikan institusional (outsider), yaitu yang dapat berasal dari kepemilikan saham oleh institusi atau perseorangan dengan jumlah lebih dari 5% maupun kepemilikan saham publik dimana masing-masing pemilik memiliki saham kurang dari 5%.

Teori keagenan memberikan argumentasi bahwa kepemilikan saham oleh direksi dapat mengurangi biaya keagenan (Jensen dan Meckling, 1976). Dengan demikian hal ini akan mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami financial distress (Abdullah, 2006 dalam Dhika, 2013). Namun demikian bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan direksi dengan kinerja perusahaan juga belum jelas. Kepemilikan saham direksi yang tinggi dimana direksi mendapatkan control yang efektif terhadap perusahaan akan berpengaruh secara negatif dengan nilai perusahaan

(5)

karena pengkubuan manajemen (Shleifer dan Vishny dalam Dhika, 2013). Para peneliti ini menyatakan bahwa para direksi mementingkan dirinya sendiri dengan membuat investasi spesifik yang dapat menjadikan suatu hal sangat mahal bagi pemegang saham untuk menggantikan mereka. Alasan yang mungkin adalah karena direksi dengan tingkat kepemilikan saham yang tinggi, potensi untuk portofolio kemakmuran personal dan potensi untuk pengkubuan mereka dapat menyebabkan keputusan –keputusan manajemen menjadi tidak konsisten dengan tujuan peningkatan nilai pemegang saham yang berorientasi pertumbuhan dan pengambilan resiko. Dalam struktur permodalan di Indonesia, kepemilikan saham manajerial dapat berasal dari anggota dewan direksi ataupun dari anggota dewan komisaris. Karena keberadaan dewan komisaris adalah untuk melakukan pengawasan terhadap dewan direksi, maka keberadaan dewan komisaris yang memiliki saham pada perusahaan juga akan memberikan salah satu motivator yang besar dalam menunjang pengawasan yang lebih efektif terhadap direksi. Abdullah (2006) menunjukan bahwa kepemilikan saham oleh dewan komisaris dapat menghindarkan perusahaan dari financial distress.

Demikian pula dengan kepemilikan saham outsider dengan kepemilikan saham di atas 5%, juga dapat memperkecil masalah keagenan (Shleifer dan Vishny, 1986 dalam Ujiyantho, 2007). (Kang dan Shivdasani, 1995 dalam Dhika, 2013) menunjukkan bahwa kepemilikan saham yang besar di luar perusahaan dapat mengarahkan pada perubahan manajemen. Dengan demikian kepemilikan saham outsider dapat memainkan peran dalam menentukan status financial distress karena mereka adalah pihak yang menempatkan kekayaan mereka pada perusahaan sehingga mereka akan memberikan peran dalam menentukan perusahaan.

Peneliti terdahulu (Dhika, 2013) menyatakan bahwa ukuran komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, ukuran dewan komisaris, dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Sedangkan komite audit independen, ukuran dewan direksi, dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress. Variabel yang digunakan adalah ukuran komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, proporsi komite audit independen, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional. Peneliti menjadikan penelitian Dhika sebagai penelitian acuan. Peneliti akan mengembangkan penelitian Dhika. Namun, peneliti memfokuskan terhadap karakteristik komite audit. Dalam penelitian terdahulu

(6)

(Dhika, 2013) dalam variabel karakteristik komite audit, peneliti terdahulu tidak mengikut sertakan kompetensi ahli keuangan komite audit, sehingga dalam penelitian yang sekarang, peneliti menambah variabel karakteristik komite audit, yaitu kompetensi ahli keuangan komite audit agar lebih menggambarkan kualitas komite audit perusahaan, serta sesuai saran peneliti terdahulu.

Penelitian ini memberikan bukti tambahan terhadap kinerja Komite Audit dengan memeriksa karakteristik Komite Audit perusahaan-perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan perusahaan-perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Diharapkan Komite Audit dengan karakteristik baik akan memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan financial distress perusahaan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam hal mengevaluasi efektivitas Komite Audit dalam menghindari financial distress. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penyusunan skripsi ini penulis memiliki judul:

“PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2009-2012”

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu ukuran jumlah komite audit, komposisi komisaris independen komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, ahli keuangan dalam komite audit, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional terhadap variabel dependen, yaitu financial distress. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur go public yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 sampai dengan 2012.

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian tentang karakteristik Komite Audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah anggota Komite Audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan.

(7)

2. Untuk mengetahui pengaruh komposisi komisaris independen Komite Audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan.

3. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi pertemuan Komite Audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan.

4. Untuk mengetahui pengaruh keahlian keuangan anggota Komite Audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan.

5. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan pihak manajerial terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan.

6. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan pihak institusi luar terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan.

METODA PENELITIAN Desain Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang artinya dapat dikuantitatifkan ke dalam angka-angka berupa laporan tahunan perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2012.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut berupa laporan keuangan dan annual report yang lengkap dengan komite audit dan struktur kepemilikan secara konsisten, yang diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id, dan website resmi masing-masing perusahaan dengan cara mengunduh (download).

Penentuan Jumlah Sampel

Penelitian ini membutuhkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) berupa perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di BEI. Sampel tersebut ditentukan berdasarkan kriteria perusahaan yang setiap tahunnya dari industri tersebut ada perusahaan yang mengalami delisted atau bangkrut karena penurunan kondisi keuangan.

Metode Penentuan Sampel

Metode pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan memperhatikan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk dijadikan sampel penelitian. Teknik ini

(8)

digunakan karena tidak semua sampel memiliki kriteria-kriteria yang sesuai dengan maksud penelitian.

Adapun kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk dijadikan penentuan jumlah sampel adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012.

2. Perusahaan manufaktur yang memiliki laba bersih negatif selama 2 tahun beruturut-turut dan perusahaan pasangannya yang tidak memiliki laba bersih negatif selama 2 tahun berturut-turut dalam tingkat total asset yang sebanding.

3. Perusahaan yang memiliki data laporan Komite Audit yang lengkap. 4. Perusahaan dengan annual report yang lengkap.

Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada 3, yaitu : 1. Analisis Deskriptif Statistik

2. Analisis Regresi 3. Analisis Uji Hipotesis ANALISIS DAN BAHASAN

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap 6 hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, maka diperoleh hasil dengan Uji Wald sebagai berikut :

1. Hipotesis 1 (Jumlah Anggota Komite Audit)

Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,999. Jika dibandingkan dengan alpha 5%, maka nilai signifikansi variabel komite audit ini jauh lebih besar (0,999 > 0,05). Hasil ini mengindikasikan bahwa secara statistik variabel komite audit tidak berpengaruh terhadap financial distress. 2. Hipotesis 2 (Komisaris Independen Pada Komite Audit)

Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,999. Maka hasil ini mengindikasikan bahwa secara statistik variabel komposisi komisaris independen pada komite audit tidak berpengaruh terhadap financial distress 3. Hipotesis 3 (Frekuensi Pertemuan Komite)

(9)

Hasil analisis pada tabel diatas, nilai signifikansinya sebesar 0,052. Maka hasil ini mengindikasikan bahwa secara statistik variabel Frekuensi Pertemuan Komite audit tidak berpengaruh terhadap financial distress.

4. Hipotesis 4 (Keahlian Keuangan Komite Audit)

Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,066. Maka hasil ini mengindikasikan bahwa secara statistik variabel Keahlian Keuangan Komite audit tidak berpengaruh terhadap financial distress.

5. Hipotesis 5 (Kepemilikan Manajerial)

Kepemilikan saham oleh pihak manajerial berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap financial distress.

6. Hipotesis 6 (Kepemilikan Institusional)

Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansinya sebesar 0,573. Maka hasil ini mengindikasikan bahwa secara statistik variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap financial distress.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Secara statistik, perusahaan yang memiliki jumlah anggota komite audit, komposisi komisaris independen dalam komite audit, frekuensi pertemuan / rapat komite audit, ahli keuangan dalam komite audit, yang telah sesuai peraturan BAPEPAM, memiliki peluang yang sama dalam menghadapi financial distress. Dengan kata lain bahwa perusahaan hanya menggunakan peraturan Bapepam terkait komite audit sebagai pemenuhan regulasi saja, oleh sebab itu peraturan Bapepam tersebut belum berjalan efektif.

2. Hipotesis kelima mengindikasikan bahwa secara statistik variabel kepemilikan manajerial berpengaruh secara negatif terhadap financial distress. Dengan nilai koefisien korelasinya sebesar -125,618. Yang artinya setiap kepemilikan manajerial naik maka akan menurunkan kondisi financial distress pada perusahaan.

3. Secara statistik variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh negatif terhadap financial distress. Artinya secara statistik, perusahaan yang

(10)

mempunyai kepemilikan institusional tinggi atau rendah mempunyai peluang yang sama mengalami financial distress.

Implikasi Manajerial

Implikasi bagi dewan komisaris adalah sebaiknya dalam perekrutan anggota komite audit dilakukan tes kompentensi di bidang bisnis dan khususnya keuangan agar komite audit dapat menjalankan tugasnya dengan maksimal dan lebih efektif. Penelitian ini juga memiliki implikasi bagi perusahaan sebagai bahan evaluasi atas kinerja komite audit terhadap financial distress perusahaan.

Implikasi Regulator (Pemerintah)

Penelitian ini memiliki implikasi bagi pemerintah dan Bapepam sebagai bahan evaluasi bahwa peraturan mengenai pembentukan komite audit nyatanya belum efektif dalam pencegahan financial distress. Dengan demikian, jika penerapan peraturan mengenai komite audit itu efektif diharapkan kepercayaan pihak internal (manajemen) dan pihak eksternal (investor dan masyarakat) yang memiliki kepentingan atas laporan keuangan dan laporan tahunan yang mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam finansialnya juga akan meningkat.

Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya menggunakan periode selama empat tahun yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Karena itu penelitian ini hanya terbatas pada sampel perusahaan pada periode tersebut.

2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan dari manufaktur. Karena itu penelitian ini tidak dapat digeneralisir untuk digunakan dalam pemahaman lintas industri atau diaplikasikan untuk industri selain manufaktur.

3. Faktor-faktor diluar rasio keuangan seperti kondisi ekonomi (pertumbuhan ekonomi,tingkat pengangguran, inflasi dan lain-lain) serta parameter politik tidak dapat digunakan dalam penelitian ini karena kesulitan pengukurannya. Dan apabila faktor-faktor ersebut dapat diperoleh dan dapat diukur dengan

(11)

tepat, maka akan diperoleh tingkat prediksi going concern suatu perusahaan yang lebih akurat.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan yang diungkapkan diatas, peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut:

a. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar dalam mengetahui apakah perusahaan mengalami financial distress atau tidak, sebaiknya menggunakan analisis diskriminan z-score yang memiliki indikator keuangan yang lebih banyak sehingga dapat lebih menggambarkan kondisi finansial perusahaan. b. Untuk variabel independen juga dapat ditambahkan variabel keragaman

gender untuk meneliti lebih akurat independensi dan integritas dalam komite audit.

REFERENSI

Abdullah, Shamsul Nahar (2006). Board structure and ownership in Malaysia: the case of distressed listed companies, Corporate Governance Volume 6. Emerald Group Publishing Limited. Jurnal. Malaysia

Anggraini, Tifani Vota (2010). Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Financial Distress. E-journal/undip. Semarang

Arens, Alvin A., Elder, and Beasley (2012). Auditting dan Jasa Assurance : Pendekatan Terintegrasi. Edisi 12. Jakarta. Erlangga

Bapepam No.SE/PM/2000 Tentang Pembenukan Komite Audit Bayangkara, IBK (2008). Audit Manajemen. Jakarta. Salemba Empat

Bodroastuti, Tri (2009). Pengaruh Struktur Corporate Governance terhadap Financial Distress. Jurnal Ilmu Ekonomi ASET, Vol. 11, No. 2. Semarang Brigham Eugene F., Philip R. Daves (2004). Intermediate Financial Management.

(12)

Craven, K.S. and Wallace, W.A. (2001). A framework for determining the influence of the corporate board of directors in accounting studies, Corporate Governance, Vol. 9 No.1, pp.2-23

Elyanto, Alvin Agus (2013). Analisis Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress. Jurnal. Semarang

Fachrudin, Khaira Amalia (2008). Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal. Medan. USU Press

Fadhilah, Fauziah Nurul (2013). Analisis Pengaruh Karakteristik Corporate Governance terhadap Kemungkinan Financial Distress. Skripsi. Semarang Ghozali (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan

Penerbit UnDip. Semarang

http://www.ecgi.org Buku Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia (2006). Jakarta. KNKG

http://www.fcgi.or.id/ Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI,2002) http://www.idx.co.id Bursa Efek Indonesia

Harmawan, Dhika (2013). Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Ukuran Dewan, dan Struktur Kepemilikan terhadap Financial Distress. Skripsi. Jakarta Jensen, and Meckling (1976). Theory of The Firm, Managerial Behaviour Agency

Cost and Ownership Structure. Journal. USA Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-643/BL/2012 Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-29/PM/2004

Kristianti, Martina Eny (2012). Pengaruh Karakteristik Komite Audit Pada Kondisi Financial Distress Perusahaan. Jurnal. Semarang

Mohd Mohid Rahmat, Takiah Mohd Iskandar, dan Norman Mohd Saleh (2009). Audit Committee Characteristics in Financially Distresses and Non-distressed companies. Jurnal. Malaysia

(13)

Nuresa, Ardina (2013). Pengaruh efektivitas Komite Audit terhadap Financial Distress. Jurnal. Semarang

Nur DP, Emrinaldi (2007). Analisis Pengaruh Praktek Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) terhadap Kesulitan Keuangan Perusahaan (Financial Distress) : Suatu Kajian Empiris. Jurnal. Riau

Pembayun, Galuh Agatha (2012). Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress. Jurnal. Semarang

Pierce, J. And Zahra, S. (1992). Board Composition from a strategic contingency perspective, Vol. 29, pp. 411-38. Journal of Management Stuides

Putri, Ni Wayan Krisnayanti Arwinda (2014). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Likuiditas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Pada Financial Distress. Jurnal. Bali

Sedarmayanti (2012). Good Governance & Good Corporate Governance. Bandung. CV Mandar Maju.

Sekaran, Uma (2006). Research Methods for Business Buku2. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

Simpson, W.G dan Gleason, A.E (1999). Board Structure, ownership, and financial distress in banking firms, International Review of Economics and Finance. Vol. 8, pp. 281-92. Jurnal

Triwahyuningtias, Mellinda (2012). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Dewan, Komisaris Independen, Likuiditas dan Leverage terhadap Terjadinya Kondisi Financial Distress (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010. Jurnal. Semarang Tunggal, Amin Widjaja (2010). Dasar-dasar Audit Internal. Jakarta. Harvindo Tunggal, Amin Widjaja (2012). Pengantar Effective Internal Audit. Jakarta.

Harvindo

Tunggal, Hadi Setia (2013). Internal Audit Dan Corporate Governance. Jakarta. Harvindo

(14)

Ujiyantho, Muh. Arief (2007). Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, Dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar Wardhani, Ratna (2007). Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan

Referensi

Dokumen terkait

Jenis bahan pembawa tepung ketan putih dengan lama waktu penyimpanan pelet selama 12 minggu menghasilkan rata-rata persentase perkecambahan konidia (viabilitas) T..

Hasil uji reliabilitas pada data kuesioner persepsi kinerja produk kartu Simpati dengan menggunakan program SPSS 18, dapat dilihat pada tabel berikut ini:..

knowledge sharing enablers yaitu teknologi informasi, struktur organisasi, dukungan pemimpin, kepercayaan dan kemampuan belajar secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan

Selanjutnya sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 88 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan Daerah tentang

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada kedua peneliti ketika guru di Sekolah Minggu A menyampaikan firman Tuhan kepada anak-anak, salah satu masalah yang paling

Plastik yang dimaksud diberi nama plastik tipe A. Sayur diletakkan dalam plastik tipe A ini secara baik kemudian plastik di " sealed " pada ujungnya sedemikian rupa hingga

yang rendah Penciptaan lapangan kerja dengan memperbesar investasi padat karya Perhatian khusus kepada usaha mikro dan kecil Pengembangan kewirausahaan Perkuatan basis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi KUD Subur Kecamatan kalipuro kabupaten Banyuwangi apabila di desain dengan menggunakan BSC dilihat dari 4