• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK GREEN TONIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK GREEN TONIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO

(Theobroma cacao

L.)

SKRIPSI

BUSTANIL

07C10407024

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(2)

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO

(Theobroma cacao

L.)

SKRIPSI

BUSTANIL

07C10407024

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(3)

Judul : Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Penberian Pupuk Green Tonik terhadap Pertumbuhan Bibit kakao (Thebroma cacaoL.)

Nama Mahasiswa : Bustanil

N I M : 07C10407024

Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui : Komisi Pembimbing,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Aboe B. Saidi, S.Hut, M.Si

NIDN. 0130097204

Muhammad Jalil, SP, MP

NIDN. 0115068302

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,

Diswandi Nurba, S.TP, M.Si

NIDN. 0128048202

Jasmi, SP, M.Sc.

NIDN. 0127088002

(4)

Skripsi/ tugas akhir dengan judul :

Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Green Tonik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao(Thebroma cacao L)

Yang disusun oleh :

Nama : BUSTANIL

NIM : 07C10407024

Fakultas : Pertanian Program Studi : Agroteknologi

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 29 Agustus 2013 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima :

SUSUNAN DEWAN PENGUJI :

1. Aboe B. Saidi, S.Hut, M.Si Pembimbing I/ Ketua Tim Penguji

2. Muhammad Jalil, SP, MP Pembimbing II

3. Irvan Subandar, SP, MP Penguji Utama

4. Jasmi, SP, M.Sc Penguji Anggota

Meulaboh, 29 Agustus 2013 Ketua Prodi Agroteknologi

(5)

1

1.1. Latar Belakang

Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan bagian utara Amerika Selatan. Tanaman tersebut tergolong famili Sterculiaceaedari ordoMalvales yang menghasilkan biji-bijian. Penduduk yang pertama kali mengusahakan tanaman kakao serta menggunakan sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan suku Astek (Aztec). Ketika bangsa Spanyol datang tahun 1519, suku Astek-lah sebagai penanam dan mengusahakan tanaman kakao (Lukito, 2004).

Bangsa Spanyol pada saat itu tidak menyukai cokelat hasil olahan suku Astek. Mereka mulai mencari dengan menyangrai biji kakao, kemudian menumbuknya dan menambahkan gula tebu. Ternyata hasil pengolahan seperti ini lebih cocok dengan selera mereka. Karena itu, pada akhirnya bangsa Spanyol memperkenalkan gula tebu ke mesiko pada tahun 1522-1524. Orang-orang Spanyol juga tercatat sebagai penanam pertama kakao di Trinidad pada tahun 1525 (Lukito, 2004).

Di Indonesia tanaman kakao diperkenalkan oleh Bangsa Spanyol pada tahun 1560 di minahasa. Jenis yang pertama sekali di tanam adalah criollo, yang oleh bangsa Filipina diperoleh dari Venezuela. Produksi kakao ini relatif rendah dan peka terhadap serangan hama dan penyakit, tetapi rasanya enak. Pada tahun 1806 usaha perluasan kakao dimulai lagi di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Penanaman dilaksanakan di sela-sela areal pertanaman kopi (Siregar, 2004).

(6)

kakao. Negara-negara produsen utama kakao adalah Pantai Gading, Ghana, Malaysia dan Indonesia. Dalam kurun waktu 7 tahun ini, laju peningkatan produksi dari Indonesia sekitar 33%, Malaysia sekitar 18,9%, Ghana sekitar 8,16% dan Pantai Gading sekitar 4,72%. Akibat dari produksi selalu lebih dari pada permintaan maka akan terjadi stok kakao terus bertambah sehingga mengakibatkan harga biji kakao terus melemah (Susanto, 1995).

Dalam usaha budidaya tanaman kakao proses pemupukan adalah salah satu pemeliharaan sangat penting pada untuk memperoleh hasil pertumbuhan yang lebih baik, tujuan pemupukan adalah menambah kesediaan unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk memperoleh peningkatan hasil produksi yang optimal (Sutejo, 1987).

Pemupukan melalui daun dilakukan mengingat adanya kenyataan bahwa pemupukan melalui tanah kadang-kadang kurang menguntungkan dimana unsur hara yang diberikan seringkali mengalami pencucian sehingga unsur hara tersebut relatif kurang tersedia bagi tanaman. Sedangkan pemberian melalui daun dapat diserap oleh tanaman lebih cepat dibandingkan pemberian melalui tanah (Sutejo, 1987).

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengamplikasian pupuk melalui daun salah satunya adalah konsentrasi pupuk, sebab pemberian pupuk dengan Konsentrasi yang tidak tepat akan mengganggu tanaman. Pemberian dengan konsentrasi terlalu tinggi akan mengakibatkan kematian bagi tanaman yang dibudidayakan, sedang pemberian dengan konsentrasi yang terlalu rendah tidak akan memberikan hasil yang baik bagi tanaman.

(7)

Selain konsentrasi, waktu pemberian juga memegang peranan penting. Pupuk daun belum bisa disemprotkan apabila tanaman baru dipindahkan, penyemprotan baru bisa dilakukan setelah tanaman kembali segar (Lingga, 1989)

Pada jenis tanaman keras, pupuk daun dapat disemprokan dengan volume larutan secukupnya dengan interval 10-15 hari sekali hingga pertumbuhan tanaman menjadi subur dan hijau. Oleh karena itu maka perlu dilakukan peneltian tentang konsentrasi dan interval waktu penyemprotan Green Tonik untuk mendapatkan pertumbuhan bibit kakao yang baik.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk Green Tonik yang tepat sehingga diperoleh pertumbuhan bibit kakao yang optimal.

1.3. Hipotesis

1. Konsentrasi pupuk Green Tonik berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kakao

2. Interval waktu pemberian pupuk Green Tonik berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kakao.

3. Terdapat interaksi antara konsentrasi dengan interval waktu pemberian pupuk

(8)

4

2.1. Botani Tanaman Kakao

2.1.1. Sistematika

Berdasarkan batang nya klasifikasi botani tanaman kakao adalah sebagai berikut (Siregaret al.,1994).

Devisi : Spermatophyta

Anak Devisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Anak Kelas : Dialypetalae

Bangsa : Malvales

Suku : Sterculiaceae

Marga : Thebroma

Jenis : Theobroma CacaoL.

2.1.2. Morfologi

a. Akar.

Tanaman kakao berakar tunggang apabila tanaman sudah berumur 1-2 minggu dari akar tunggang tumbuh akar-akar cabang, akar cabang ini bercabang lagi beberapa kali dan pada bagian akar cabang tumbuh akar rambut yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara yang terdapat dalam tanah (Siregaret al.,1994).

b. Batang.

(9)

Kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam percabangan atau tunas vegetatif, yaitu tunas ortotrop yang tumbuh keatas dan tunas plagiotrop yang tumbuh kesamping, cabang kipas atau fan, (Susanto, 1995).

c. Daun.

Bentuk daunnya bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus), dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol kepermukaan bawah helai daun (Lukito, 2004).

d. Bunga.

Bunga tanaman kakao berwarna putih, ungu, atau kemerahan, tangkai bunganya kecil tetapi panjangnya 1 1,5 cm, daun mahkota panjangnya 6 - 8 mm, terdiri atas dua bagian, bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan bagian ujung berupa lembaran tipis berwarna putih (Lukito, 2004).

e. Buah.

Pada dasarnya buah kakao tertiri dari dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak berwarna kuning. Sementara itu buah yang ketika muda berwarna merah setelah masak berwarna jingga (oranye). Panjang buah beragam dari 10 hingga 30 cm (Lukito, 2004).

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao

2.2.1. Iklim

(10)

Curah hujan yang merata sepanjang tahun lebih penting dari pada jumlah hujan tahunan sebab tanaman kakao lebih cocok bila bulan kering tidah melebihi dari 3 bulan. Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara 1250-3000 mm tiap tahun (Susanto, 1995)

Faktor suhu sangat berhubungan dengan tinggi tempat. Pada umumnya kakao diusahakan pada ketinggian kurang dari 300 meter diatas permukaan laut. Suhu maksimal untuk kakao sekitar 30320C, sedangkan suhu minimum sekitar 18 21 0C, berdasarkan keadaan iklim di Indonesia temperatur 25 26 0C merupakan temperatur rata-rata tahunan tanpa faktor pembatas. Karena itu, daerah-daerah tersebut sangat cocok pabila ditanami kakao (Siregar, 2004).

Daerah penghasil kakao memiliki kelembaban udara relatif maksimum 100%, pada malam hari dan 70% - 80% pada siang hari.

Sinar matahari merupakan sumber energi bagi tanaman dalam proses fotosintesis. Namun kebutuhan sinar matahari tergantung dari besar kecilnya tanaman. Tanaman muda yang baru ditanam memerlukan sinar matahari sekiter 25% - 35% dari sinar matahari penuh. Tanaman dewasa yang sudah berproduksi kebutuhan sinar matahari semakin besar sekitar 65% - 75%. Hal ini dapat diperoleh dengan mengatur tanaman penaung (Susanto, 1995).

2.2.2. Tanah

(11)

akumulasi endapan suatu unsur relatif sulit diperbaiki meskipun teknologi perbaikannya telah ada (Lukito, 2004)

Tanaman kakao dapat tumbuh pada tanah yang memiliki kisaran pH 4,0-8,5. Namun pH yang ideal adalah 6,0 - 7,5 dimana unsur hara dalam tanah cukup tersedia bagi tanaman.

Tanaman kakao menghendaki tanah yang mudah ditembus oleh akar tanaman, akar tunggang tanaman kakao kedalaman sekitar 1-1,5 m, sedang akar lantara terdapat pada lapisan atas, sedalam sekitar 30 cm. dengan perakaran yang baik tanaman mampu menghisap air dan unsur hara.

Tanaman kakao tidak tahan terhadap genangan air maka diperlukan drainase yang baik sehingga pada musim kemarau tanah mampu menyimpan air dengan cukup atau tanah tetap lembab. Hal ini dapat terpenuhi apabila tanah memiliki tekstur sebagai berikut: fraksi pasir sekitar 50%, fraksi debu sekitar 10% - 20%, dan fraksi lempung sekitar 30% - 40%. Jadi, tektur tanah yang cocok untuk tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir (Susanto, 1995).

2.3. PengaruhGreen TonikTerhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Pupuk Green Tonik adalah pupuk daun yang mempunyai kandungan unsur hara yang lengkap baik hara makro maupun mikro. Pupuk ini juga disebut sebagai pupuk pelengkap cair (PPC) yang berfungsi sebagai katalisator untuk mengefektifkan/mengoptimalkan pemakaian unsur-unsur hara makro, sehingga tanaman mempunyai produktifitas yang tinggi.

(12)

meningkatkan produktifitas tanah. Green Tonik juga dapat meningkatkan kualitas produksi (buah lebih besar, biji lebih bernas, rentan terhadap hama dan penyakit). Di samping itu juga ramah lingkungan dan tidak merusak struktur tanah. Kandungan unsur haranya lengkap sehingga dapat mengoptimalkan pemakaian pupuk-pupuk makro yang lazim digunakan (Urea, TSP, KCl)

Green Toniksangat unggul karena bermamfaat untuk :

1. Mempercepat pertumbuhan dan perkembangan akar baru yang sangat diperlukan tanaman dalam proses penyerapan unsur hara dan perakaran yang dalam dapat mengatasi masalah cepatnya pengeringan permukaan tanah 2. Meningkatkan jumlah klorofil daun yang merupakan pabrik bagi tanaman

untuk memproduksi karbo hidrat yang selanjudnya akan ditransportasikan keseluruh jaringan tubuh tanaman dan disimpan dalam bentuk biji , buah dan umbi

3. Mempercepat pembentukan Primordia bunga yang merupakan tahap lanjut tanaman (Generatif) Untuk membentuk buah/ biiji.

4. Meningkatkan kemampuan tanaman menyerap unsur-unsur hara makro N,P,K dari pupuk-pupuk utama sehingga tanaman dapat memberikan hasil panen yang melimpah.

5. Tanaman lebih sehat, memiliki daya tahan yang kuat terhadap hama penyakit dan gangguan perubahan cuaca.

6. Dapat digunakan pada semua jenis tanaman.

Adapun keunggulan lainGreen Tonikantara lain :

1. Unsur hara yang terkandung didalamnya langsung tersedia bagi tanaman. 2. Legalitas lengkap dan terdaftar di departemen pertanian dengan nomor P629/

(13)

3. Berbentuk tepung sehingga memudahkan penyimpanan dan relatif tahan lama. 4. Ramah lingkungan dan tidak merusak struktur tanah, didukung sifatnya yang

Biodegradable(Mudah Terurai)

Kandungan unsur haranya meliputi , N, 0,23%; K, 88%; P2O5, 12,70 %; S,

0,02 %; B, 0,25%; Ca, <0, 05 ppm; Mg, 25,92 ppm; CI, 0,11%; Mn, 2,37 ppm; Zm, 11,15 ppm: Na, 27,47% Fe, 36,45 ppm; C, 6,47%; Mo, 35,37 ppm; AI, < 0,4ppm; Co, 9,59 ppm; dan Cu, < 0,03 ppm.

2.4. Pengaruh Konsentrasi Unsur hara terhadap pertumbuhan dan Hasil Tanaman.

Selama masa pertumbuhan dan perkembangannya tanaman banyak memerlukan unsur hara baik makro maupun mikro. Unsur hara makro relatif banyak diperlukan oleh tanaman dari pada unsur hara mikro. Seperti kita ketahui betapa banyaknya unsur hara atau zat mineral yang terangkut dari dalam tanah ketika pemanenan berlangsung dan akan mengakibatkan rendahnya produktivitas tanaman jika kesuburan tanah kurang diperhatikan.

Untuk perbaikan kembali unsur-unsur hara yang terdapat dalam tanah, pemupukan merupakan suatu perlakuan yang penting selain persediaan humus, reaksi tanah, struktur tanah dan lain sebagainya.

(14)

Pemberian atau penambahan zat-zat kedalam tanah harus ditinjau dari beberapa segi yaitu segi teknis, keuangan, sesial ekonomi dan lain-lain, apabila pemberian zat yang berlebihan atau serba kurang dan pemberian zat tidak tepat pada waktunya tentu akan menimbulkan akibat yang fatal atau sangat merugikan seperti :

~ Kematian pada tanaman yang dibudidayakan. ~ Timbulnya gejala-gejala penyakit yang baru.

~ Kerusakan fisik tanah, tidak ekonomis dan lain-lain.

Menurut Dwijoseputro (1983), menyatakan bahwa pada pemberian pupuk yang perlu diperhatikan adalah Konsentrasi yang tepat, apabila diberikan pada Konsentrasi yang rendah maka amplikasinya kurang efektif. Pemberian pupuk pada tanaman akan relatif efektif pada Konsentrasi tertentu, sedangkan Konsentrasi dibawah optimum tidak efektif bagi tanaman (Kusumo, 1984).

2.5. Pengaruh Interval Waktu Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman

Interval waktu pemupukan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman memerlukan bermacam-macam pupuk selama pertumbuhan dan perkembangannya (sejak kecambah hingga matinya tanaman). Terdapat berbagai proses pertumbuhan yang intensitasnya berbeda-beda. Ini berarti bahwa sepanjang pertumbuhannya ada saat-saat dimana tanaman itu memerlukan pertukaran zat secara intensif agar pertumbuhannya berlangsung dengan baik, ada saat-saat pembungaan, pembuahan dan dengan sendirinya ada saat-saat diperlukan unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan bagian-bagian tanaman.

(15)
(16)

12

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di gampong Seuneubok kecamatan Johan Pahlawan kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini dimulai dari tanggal 31 April sampai dengan 30 Juli 2012.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

 benih kakao yang digunakan adalah varietas lokal yang di peroleh dari Perkebunan Rakyat Desa Menuang Kinco.

 Tanah yang digunakan untuk media tanam adalah campuran tanah lapisan atas (Top Soil) yang berjenis Aluvial berasal dari desa Seuneubok kecamatan Johan Pahlawan kabupaten Aceh Barat.

 Pupuk kandang digunakan sebagai campuran media tanam yang diperoleh sekitar desa Seuneubok.

 Pupuk yang digunakan adalah pupuk daun Green Tonik yang diperoleh dari depot Pertanian Meulaboh.

 Polybag yang digunakan dalam penelitian ini berwarna hitam berukuran 18 cm x 25 cm dengan jumlah polybag sebanyak 135 buah.

(17)

2. Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, jangka sorong (Caliper), ayakan, timbangan, ember, meteran, spayer, gelas ukur dan alat tulis.

3.3. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) Faktorial. Ada 2 faktor yang diteliti masing-masing terdiri dari 5 dan 3 taraf perlakuan dengan 3 ulangan.

Konsentrasi Green Tonik (K)

K0 : Tanpa Green tonik ( Kontrol)

K1 : 1,5 cc l air-1

K2 : 2,5 cc l air-1

K3 : 3,5 cc l air-1

K4 : 4,5 cc l air-1

Interval Waktu Pemberian Pupuk Green tonik (W) W1 : 7 hari sekali ( mulai umur 14 s/d 70 hst)

W2 : 14 hari sekali (mulai umur 14 s/d 70 hst)

(18)

Tabel 1 : Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Green Tonik

No Susunan Model matematika yang digunakan adalah :

Yijk = +i + Kj+ Wk+ (KW)jk+ijk Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan untuk faktor konsentrasi taraf ke-j, faktor interfal

waktu pemberian taraf ke-k dan ulangan ke-i

 = Nilai tengah umum

i = pengaruh ulangan ke-i ( i = 1, 2, 3 dan 4)

Kj = pengaruh faktor Konsentrasi ke-i ( i = 1, 2, 3 dan 4)

Wk = Pengaruh faktor interval waktu pemberian ke-j ( j = 1, 2 dan 3)

(KW)jk = Interaksi terhadap faktor konsentrasi dan interval waktu

pemberianpada taraf media ke-i, dan taraf konsentrasi hara ke-j

ij = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor konsentrasi taraf ke-j,

(19)

Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%. Dengan persamaan sebagai berikut:

BNT0,05= t0.05 (dbg)

r KTg

2

Dimana :

BNT0,05 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5 %

t0,05(dbg) = Nilai baku t pada taraf 5 %; ( derajat bebas galat )

KTg = Kuadrat tengah galat

r = Jumlah ulangan.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

1. Pemilihan Benih

Buah untuk keperluan benih diambil dari buah yang telah masak, bentuknya normal dan sehat. Untuk pengambilan biji dari buah dilakukan dengan pemotongan buah secara horizontal dimana biji yang diambil hanya bangian tengah. Pemotongan dilakukan dengan Hati-hati sehinga bijinya tidak rusak. Sebelum dikecambahkan terlebih dahulu selaput buah (pulp) yang menutupi biji dihilangkan dengan menggunakan abu sekam, kemudian dicuci dengan air bersih dan ditiriskan. Biji yang telah bersih dikecambahkan dalam kotak pengecambahan, penyiraman kecambah dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore.

(20)

Media tumbuh bagi pembibitan ini adalah campuran tanah lapisan atas (Top Soil) dan Pupuk Kandang dengan perbandingan berat 3: 1 (Tiga bagian tanah dan Satu bagian pupuk kandang). Media tanam yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan diayak lalu diaduk sampai merata serta dimasukkan kedalam polybag.

3. Persemaian

Sebelum bibit ditanam dalam polybag terlebih dahulu disemai pada media pasir, kemudian ditutup dengan goni basah.

4. Penanaman Kecambah

Sebelum penanaman, kecambah diseleksi terlebih dahulu dengan memilih kecambah yang pertumbuhannya normal. Biji yang berkecambah dengan panjang radikula mencapai 0,5-1 cm kemudian dipindahkan dalam polybag/media tanam. Kecambah ditanam dengan radikula kebawah dan seluruh biji tertutup oleh lapisan tanah dan waktu pemindahan kecambah dilakukan 12 hari setelah benih tersebut berkecambah.

5. Pemberian pupukGreen Tonik

Aplikasi pupuk Green Tonik diberikan sesuai dengan perlakuan yang dicobakan yaitu : K0: TanpaGreen Tonik,K1:1,5 cc l air-1, K2: 2,5 cc l air-1, K3:

3,5 cc l air-1, dan K4: 4,5 cc l air-1dengan interfal waktu pemberian yaitu: W1 : 7

hari sekali, W2: 14 hari sekali, W3: 21 hari sekali, Aplikasi pupuk ini diberikan

pada pagi hari atau sesuaikan dengan cuaca setempat.

(21)

Penyiraman dilakukan dua kali sehari pagi dan sore hari.

7. Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara teratur dengan mencabut rumput yang tumbuh didalam dan disekitar polybag.

3.5. Pengamatan

Parameter pertumbuhan bibit yang diamati adalah sebagai berikut : a. Tinggi Bibit (cm)

Pengamatan tinggi bibit dilakukan pada umur 30, 60 dan 90 hari setelah tanam, diukur dari permukaan tanah yang telah diberi tanda sampai bagian tanaman yang tertinggi.

b. Jumlah Daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan pada umur 30, 60 dan 90 hari setelah tanam, dihitung mulai dari daun pertama keluar sampai dengan daun terakhir. c. Diameter Pangkal Batang (mm)

(22)

18

4.1. Pengaruh Konsentrasi Green Tonik

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai dengan 18) menunjukkan bahwa konsentrasi Green Tonik berpengaruh sangat nyata diameter pangkal batang bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST. Berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit kakao dan jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST.

4.1.1. Tinggi Bibit Kakao(cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa konsentrasi Green Tonik berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST.Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai konsentrasi Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik Umur 30, 60 dan 90 HST

Konsentrasi Green Tonik Tinggi Bibit Kakao (cm)

Simbol cc l air-1 30 HST 60 HST 90 HST

K0 0 (kontrol) 15,25 20,09 23,83

K1 1,5 15,16 20,17 24,15

K2 2,5 15,17 20.10 23,73

K3 3,5 15,31 20.13 24,78

K4 4,5 15,24 20.58 25,19

Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao tertinggi umur 30 HST dijmpai pada konsentrasi green tonik 3,5 cc l air-1 (K3) meskipun secara statistik

(23)

tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga bahwa hara yang diterima oleh tanaman tidak cukup dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan akan kerdil atau tidak tumbuh normal. Menurut pendapat Setyamidjaja (1986) menyatakan bahwa selama pertumbauhan dan perkembangan dari mulai berkecambah sampai menghasilkan buah membutuhkan unsur hara, tidak tersedia unsur hara bagia tanaman akan menyababkan pertumbuhan terganggu.

4.1.2. Jumlah Daun Bibit Kakao (helai)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan bahwa konsentrasi Green Tonik berpengaruh tidak nyata jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST. Rata-rata jumlah daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik Umur 30, 60 dan 90 HST

Konsentrasi Green Tonik Jumlah Daun Bibit Kakao (cm)

Simbol cc l air-1 30 HST 60 HST 90 HST

K0 0 (kontrol) 4.04 6.82 9.59

K1 1,5 4.22 6.85 9.74

K2 2,5 4.19 6.78 9.67

K3 3,5 4.37 7.15 10.00

K4 4,5 4.37 7.33 9.89

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao terbanyak umur 30 dan 60 HST dijmpai pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air-1 (K4) meskipun

secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan umur 90 HST jumlah daun bibit kakao terbanyak dijmpai pada konsentrasi green tonik 3,5 cc l air-1 (K3) meskipun secara statistik

(24)

unsur hara terhadap tanaman dapat mengakibatkan terhambatnya pembelahan dan perkembagan sel, sehingga dapat menghambat laju pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman dan jumlah daun. Hal tersebut disebabkan karena pada fase pertumbuhan bibit kakao atau tanaman kakao yang masih muda belum bisa menyerap dan mentraspotasi unsur hara kebagian organ organ tanaman yang membutuhkan secara maksimal. Menurut Jumin (1989) juga menambahkan ketika proses fotosintesis terganggu, maka hasil fotosentesis yang seharusnya diproduksi untuk pembentukan daun muda menjadi terhambat.

4.1.3. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao (mm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14, 16 dan 18) menunjukkan bahwa konsentrasi Green Tonik berpengaruh sangat nyata diameter pangkal batang bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST. Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai konsentrasi Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST setelah diuji dengan BNT0,05disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik Umur 30, 60 dan 90 HST

Konsentrasi Green Tonik Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao (mm)

Simbol cc l air-1 30 HST 60 HST 90 HST

K0 0 (kontrol) 1.28a 6.14 a 9.08 a

K1 1,5 1.36 ab 6.27ab 9.20 b

K2 2,5 1.40b 6.28 b 9.22 b

K3 3,5 1.40b 6.38 bc 9.31 bc

K4 4,5 1.41b 6.39 c 9.33 c

BNT0,05 0.08 0.09 0.08

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (uji BNT)

Tabel 4 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao terbesar umur 30 HST dijumpai pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air-1 (K4) yang

(25)

berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada umur 60 dan 90 HST diameter pangkal batang bibit kakao terbesar dijumpai pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air-1 (K4) yang berbeda nyata dengan konsentrasi green tonik 0 cc l air-1 (K1) ,

konsentrasi green tonik 1,5 cc l air-1 (K1), konsentrasi green tonik 2,5 cc l air-1

(K2) namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi green tonik 3,5 cc l air-1

(K3). Adapun hubungan antara diameter pangkal batang bibit kakao umur 30,60

dan 90 HST dengan berbagai konsentrasi Green Tonik dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao Umur 30,60 dan 90 HST dengan Berbagai Konsentrasi Green Tonik.

Gambar 1 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao meningkat pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air-1 (K4) dan menurun pada

konsentrasi green tonik 0 cc l air-1 (K0). Hal ini diduga bahwa unsur hara yang

diterima oleh tanaman terpenuhi sehingga pertumbuhan dan perkembagan tanaman kakao tumbuh normal. Menurut Darmawan dan Baharsyah (1993) yang mengatakan bahwa ketersediaan unsur hara yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi metabolisme pada jaringan tanaman. Bucman dan Brady (1982) menambahkan bahwa tanaman akan tumbuh dengan baik dan subur apabila unsur

1.28 1.36 1.40 1.40 1.41 6.14 6.27 6.28 6.38 6.39 9.08 9.20 9.22 9.31 9.33

0.00

Konsentrasi Green Tonik (cc l air-1)

(26)

hara yang dibutuhkan berada dalam kondisi yang cukup dan seimbang bagi pertumbuhan dan perkembagan tanaman.

4.2. Interval Waktu Pemberian

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai dengan 18) menunjukkan bahwa interval waktu pemberian Green Tonik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit kakao umur 60 dan 90 HST, jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST dan diameter pangkal batang bibit kakao umur 30 dan 60 HST. Berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kakao umur 30 HST. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang bibit kakao umur 90 HST.

4.2.1. Tinggi Bibit Kakao (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa interval waktu pemberian Green Tonik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit kakao umur 60 dan 90 HST. Berpegaruh nyata terhadap tinggi bibit kakao umur 30 HST.Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST setelah diuji dengan BNT0,05 disajikan

padaTabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Tinggi Bibit Kakao Pada Berbagai Interval Waktu Pemberian Green Tonik Umur 30, 60 dan 90 HST

Interval Waktu Pemberian Tinggi Bibit Kakao (cm)

Simbol Hari Sekali 30 HST 60 HST 90 HST

W1 7 15.01 a 19.78 a 22.47 a

W2 14 15.27 ab 20.34 b 25.29 b

W3 21 15.41 b 20.33 b 25.25 b

BNT0,05 0.27 0.16 0.87

(27)

Tabel 5 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao tertinggi umur 30 dan 60 HST dijumpai pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3) yang berbeda

nyata dengan interval waktu pemberian7 hari sekali (W1) namun tidak berbeda

nyata dengan interval waktu pemberian 14 hari sekali (W2). Sedangkan umur 90

HST tinggi bibit kakao tertinggi dijumpai pada interval waktu pemberian 14 hari sekali (W2) yang berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 7 hari sekali

(W1) namun tidak berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 21 hari sekali

(W3). Adapun hubungan antara tinggi bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST

dengan berbagai interval waktu pemberian Green Tonik dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tinggi Bibit Kakao Umur 30, 60 dan 90 HST Dengan Berbagai Interval Waktu Pemberian Green Tonik.

Gambar 2 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao meningkat pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3) dan menurun pada interval waktu pemberian

7 hari sekali (W1). Hal ini diduga bahwa interval waktu pemberian pupuk pada

masa vegetatif sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Riana (1996) yang mengatakan tanaman kakao memerlukan pemupukan yang ekfektif dan mengatur interval waktu dan aplikasi yang baik sehingga pertumbuhan kakao

(28)

dapat tumbuh dengan baik. Rosmarkan dan Yowono (2002) juga mengatakan bahwa tanaman memelukan bahan organik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya, dengan menggunakan hara green tonik sehingga tanaman dapat memenuhi sklus hidupnya.

Peninggkatan tinggi tanaman kakao semakin meningkat pada interval waktu pemberian pupuk green tonik umur 90 HST. Hal ini disebabkan karena unsur hara yang diperoleh sudah memenuhi dan mencapai keseimbagan pada pertumbuhan tanaman kakao. Menurut Harjadi (1989) yang mengatakan bahwa unsur hara yang tersedia bagi tanaman melalui proses fotosintesis menghasilkan kabohidrat yang kemudian diangkat kebagian organ tanaman, hal ini akan merangsang pertumbuhan, perpanjangan dan pembesaran bagian vegetatif maupun generatif.

4.2.2. Jumlah Daun Bibit Kakao (helai)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan bahwa interval waktu pemberian Green Tonik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST. Rata-rata jumlah daun bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST setelah diuji dengan BNT0,05disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kakao Pada Berbagai Interval Waktu Pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST.

Interval Waktu Pemberian Jumlah Daun Bibit Kakao (helai)

Simbol Hari Sekali 30 HST 60 HST 90 HST

W1 7 3.95 a 6.29 a 9.18 a

W2 14 4.38 b 7.33 b 10.11 b

W3 21 4.38 b 7.33 b 10.04 b

BNT0,05 0.29 0.33 0.39

(29)

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao terbanyak umur 30 dan 60 HST dijumpai pada interval waktu pemberian 14 hari sekali (W2) dan

interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3) yang berbeda nyata dengan interval

waktu pemberian 7 hari sekali (W1). Sedangkan pada umur 90 HST jumlah daun

bibit kakao terbanyak dijumpai pada interval waktu pemberian 14 hari sekali (W2)

yang berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 7 hari sekali (W1) namun

tidak berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3). Adapun

hubungan antara jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST dengan berbagai interval waktu pemberian Green Tonik dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Jumlah Daun Bibit Kakao Umur 30, 60 dan 90 HST Dengan Berbagai Interval Waktu Pemberian Green Tonik.

Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao meningkat pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3) dan menurun pada interval waktu

pemberian 7 hari sekali (W1). Hal ini diduga bahwa interval waktu pemerian

(30)

Surdarsianto (1994) juga menambahkan bahwa pemupukan dilakukan secara tepat dan teratur pada bibit kakao akan memberikan hasil yang nyata serta menguntungkan apabila dibandingkan dengan tanpa pemupukan yang tidak sesuai dengan waktu dan kebutuhan bibit.

4.2.3. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao (mm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14, 16 dan 18) menunjukkan bahwa interval waktu pemberian Green Tonik berpengaruh sangat nyata terhadap diameter pangkal batang bibit kakao umur 30 dan 60 HST. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang bibit kakao umur 90 HST.Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST setelah diuji dengan BNT0,05disajikan pada

Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao Pada Berbagai Interval Waktu Pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST

Interval Waktu Pemberian Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao (mm)

Simbol Hari Sekali 30 HST 60 HST 90 HST

W1 7 1.24 a 6.23 a 9.19

W2 14 1.41 b 6.28 a 9.23

W3 21 1.45 b 6.37 b 9.27

BNT0,05 0.06 0.07

-Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (uji BNT)

Tabel 7 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao terbesar umur 30 HST dijumpai pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3) yang

berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 7 hari sekali (W1) namun tidak

berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 14 hari sekali (W2). Pada umur 60

(31)

pemberian 7 hari sekali (W1) dan interval waktu pemberian 14 hari sekali (W2).

Sedangkan umur 90 HST diameter pangkal batang bibit kakao terbesar dijumpai pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3) meskipun secara statistik

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Adapun hubungan antara diameter pangkal batang bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST dengan berbagai interval waktu pemberian Green Tonik dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao Umur 30, 60 dan 90 HST Dengan Berbagai Interval Waktu Pemberian Green Tonik.

Gambar 4 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao meningkat pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W3) dan menurun pada

interval waktu pemberian 7 hari sekali (W1). Hal ini diduga karena unsur hara

(32)

4.3. Interaksi

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai dengan 18) menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata antara konsentrasi Green Tonik dan interval waktu pemberian Green Tonik terhadap tinggi bibit kakao dan jumlah daun bibit kakao umur 60 dan 90 HST dan diameter pangkal batang bibit kakao umur 30 HST. Terdapat interaksi yang nyata terhadap jumlah daun bibit kakao umur 30 HST.

4.3.1. Tinggi Bibit Kakao (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 4 dan 6) menunjukkan bahwaterdapat interaksi yang sangat nyata antara konsentrasi Green Tonik dan interval waktu pemberian Green Tonik terhadap tinggi bibit kakao umur 60 dan 90 HST. Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai konsentrasi Green Tonik dan interval waktu pemberian Green Tonik umur 60 dan 90 HST setelah diuji dengan BNT0,05disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Tinggi Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik dan Interval Waktu Pemberian Green Tonik Umur 60 dan 90 HST.

Konsentrasi Green

(33)

Tabel 8 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao tertinggi umur 60 HST dijumpai pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air-1 (K4) dan interval waktu

pemberian 21 hari sekali (W3). Umur 90 HST tinggi bibit kakao tertinggi dijumpai

pada pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air-1 (K4) dan interval waktu pemberian

14 hari sekali (W2). Hal ini diduga berbedanya konsentrasi green tonik dan

interval waktu pemberian atau sebaliknya. Hubungan antara tinggi tanaman dengan berbagai konsentrasi green tonik dan interval waktu pada umur 60 dan 90 HST dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.

Gambar 5. Tinggi Tanaman Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik dan Interval Waktu umur 60 HST.

(34)

Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 60 dan 90 HST dijumpai pada konsentrasi 3,5 cc l air-1 dan interval waktu pemberian Green Tonik 21 hari sekali. Hal ini diduga bahwa konsentrasi dan interval waktu pemberian Green Tonik sesuai dengan kebutuhan tanaman. Menurut Schrath dan Sinclair (2003) tanaman yang memperoleh unsur hara dalam jumlah optimal serta waktu yang tepat. Darmawan dan Baharyah (1983) yang menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi proses metabolisme pada jaringan tanaman, sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik.

4.3.2. Jumlah Daun Bibit Kakao (helai)

(35)

Tabel 9. Rata-rata jumlah daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi Green Tonik dan interval waktu pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST.

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (uji BNT).

Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao terbanyak umur 30, 60 dan 90 HST dijumpai pada pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air-1 (K4) dan

interval waktu pemberian 14 hari sekali (W2). Hal ini diduga berbedanya

(36)

Gambar 7. Jumlah Daun Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik dan Interval Waktu umur 30 HST

Gambar 8. Jumlah Daun Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik dan Interval Waktu umur 60 HST.

Gambar 9. Jumlah Daun Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik dan Interval Waktu umur 90 HST.

(37)

Gambar 7, 8 dan 9 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST terbanyak dijumpai pada konsentrasi 4,5 cc l air-1 dan interval waktu pemberian Green Tonik 14 hari sekali. Hal ini diduga bahwa konsentrasi dan interval waktu pemberian Green Tonik seimbang dengan kebutuhan tanaman. Menurut Soetejo dan Kartasapoetro (1990) yang menyatakan bahwa waktu aplikasi juga menentukan pertumbuhan tanaman. konsentrasi pupuk dan interval waktu yang tepat akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembagan bagi tanaman.

4.3.3. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao (mm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata antara konsentrasi Green Tonik dan interval waktu pemberian Green Tonik terhadapdiameter pangkal batang bibit kakao umur 30 HST. Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai konsentrasi Green Tonik dan interval waktu pemberian Green Tonik umur 30 HST setelah diuji dengan BNT0,05disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai konsentrasi Green Tonik dan interval waktu pemberian Green Tonik umur 30 HST.

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (uji BNT).

(38)

waktu pemberian 7 hari sekali (W1). Hal ini diduga berbedanya konsentrasi green

tonik dan interval waktu pemberian atau sebaliknya. Hubungan antara diameter pangkal batang bibit kakao dengan berbagai konsentrasi green tonik dan interval waktu pada umur 30 HST dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik dan Interval Waktu umur 30 HST.

Gambar 10 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao terbesar umur 30 HST dijumpai pada konsentrasi 4,5 cc l air-1dan interval waktu pemberian Green Tonik 7 hari sekali. Hal ini diduga karena pada konsentrasi pupuk Green Tonik tersebut unsur hara yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan tanaman yang seimbang, sehingga dapat memicu pertumbuhan dan perkembagan lebih baik serta didukung oleh faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiadi (2008) yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembagan suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor tanah, iklim dan tanaman itu sendiri yang semuanya saling berinteraksi satu sama lain dan waktu pemupukan yang tepat.

(39)

36

5.1. Kesimpulan

1. Konsentrasi Green Tonik berpengaruh sangat nyata diameter pangkal batang bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST. Berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit kakao dan jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST. Pertumbuhan tanaman kakao terbaik dijumpai pada konsentrasi dosis pupuk green tonik 4,5 cc l air-1.

2. Interval waktu pemberian Green Tonik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit kakaoumur 60 dan 90 HST, jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST dan diameter pangkal batang bibit kakao umur 30 dan 60 HST. Berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kakaoumur 30 HST. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang bibit kakao umur 90 HST. Pertumbuhan tanaman kakao terbaik dijumpai pada interval waktu pemberian 21 hari sekali.

3. Terdapat interaksi yang sangat nyata antara konsentrasi Green Tonik dan interval waktu pemberian Green Tonik terhadap tinggi bibit kakao dan jumlah daun bibit kakao umur 60 dan 90 HST dan diameter pangkal batang bibit kakao umur 30 HST. Terdapat interaksi yang nyata terhadap jumlah daun bibit kakao umur 30 HST.

5.2. Saran

(40)

Baharsyah. J. 1993. Hortikultura Aspek Budidaya.. Penerbit UI, Jakarta

Buckman, H.O. Brady, N.C. 1982. Ilmu Tanah. (terjemahan : Soegiman). Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Dwijoseputro D. 1983. Pengantar Fioslogi Pertumbuhan. PT. Gramedia, Jakarta. Darmawan. J dan Baharsyah. 1983. Dasar-dasar Ilmu Fisologi Tanaman, Bogor.

Institur Pertanian Bogor.

Erwin, 1987. Pemupukan interval. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta. 110 hal

Harjadi, S.S. 1989. Pengantar agronomi. Gramedia, Jakarta.

Jumin, H. B. 1989. Ekologo Tanaman: Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali Press, Jakarta.

Kartasapoetro, A. G. 1990. Pengaruh Iklim Terhapa Tanah. Bumi Aksara, Bandung 134 hlm.

Lukito, AM. 2004. Paduan Lengfkap Budidaya Kakao /PPKKI. Agromedia Pustaka, Jakarta. 328 Halaman.

Lingga, P. 1994. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Loveless. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Gremedia Pustaka Utama, Jakarta.

Riana E.S. 1996. Pengaruh konsentrasi dan interval waktu pemberian pupk lengkap cair green tonik terhadap pertumbuhan tanaman kakao. Fakultas Pertanian. Universitas Muhamadiyah Malang, Malang.

Rosmarkan dan Yowono, N. W. 2002. Ilmu Keseburan Tanah. Kanisius, Yogjakarta.

Schroth & Sinclair (Eds). (2003). Pohon, tanaman dan kesuburan tanah: konsep dan metode penelitian. Cambridge : CABI Publishing

(41)

2004. Budidaya Cokelat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Surdarsianto. 1994. Potensi kompos dan pupuk kandang untuk produksi padi organik

di tanah inceptisol. J. Akta Agrosia 11(1):13-18.

Susanto, FX. 1995. Tanaman Kakao Budidaya dan pengolahan hasil. Kanisius, Yogyakarta, 183 halaman.

Gambar

Tabel 1 :  Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Konsentrasi dan IntervalWaktu Pemberian Pupuk Green Tonik
Tabel 2.Rata-rata Tinggi Tanaman Pada Berbagai Konsentrasi Green TonikUmur 30, 60 dan 90 HST
Tabel 3.Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green
Tabel 4.Rata-rata Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao pada Berbagai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peubah amatan yang diamati adalah tinggi bibit kakao, diameter batang bibit kakao, jumlah daun bibit kakao, total luas daun bibit kakao, bobot basah tajuk bibit kakao, bobot

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati biokom berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 9-17 MST, bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk.. Kata kunci :

Interaksi perendaman benih kakao dalam air kelapa dengan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter.Disarankan untuk

Rata-Rata Jumlah Daun Kakao Terhadap Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi POC Urin Kelinci Pada Umur 4 Minggu Setelah Tanam (cm)… 55. Tabel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun dosis 8 ml/l memberikan hasil pertumbuhan terbaik yang berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman,

Pemberian pupuk kandang ayam pengaruh nyata terhadap total luas daun bibit kakao, sedangkan pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap total

Dari hasil pengujian sidik ragam terlihat bahwa berat kering bagian atas tanaman kakao pada umur 12 MSPT, menunjukan perbedaan yang tidak nyata pada perlakuan media

INDAH PERMATA SARI SIAGIAN : Pertumbuhan Bibit Kakao ( Theobroma cacao L.) dengan Pemberian Pupuk NPK Dan Hayati,.. dibimbing oleh Ir.BALONGGU SIAGIAN MS