PENGARUH PEMBERIAN PUPUK DAUN DAN INTERVAL PENYIRAMAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN
BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)
SKRIPSI
OLEH :
CINDY ELISABETH SIHITE 150301065
AGROTEKNOLOGI-AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK DAUN DAN INTERVAL PENYIRAMAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN
BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)
SKRIPSI
OLEH :
CINDY ELISABETH SIHITE 150301065
AGROTEKNOLOGI-AGRONOMI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
CINDY ELISABETH SIHITE: Pengaruh Pemberian Pupuk Daun dan Interval Penyiraman Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.), dibimbing oleh IRSAL dan CHARLOQ.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk daun dan interval penyiraman air terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.). Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Januari 2020 sampai bulan Mei 2020. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu pemberian pupuk daun (0, 4, 6, 8 ml/l air) dan interval penyiraman air (1, 3, 5 ,7 hari sekali). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, total luas daun, tebal daun, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan rasio tajuk akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun dosis 8 ml/l memberikan hasil pertumbuhan terbaik yang berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, total luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Perlakuan interval penyiraman air berpengaruh nyata terhadap total luas daun dan tebal daun dengan penyiraman sekali sehari dalam kondisi kapasitas lapang. Tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan terhadap semua parameter yang diamati.
Kata Kunci: pupuk daun, interval penyiraman air, kakao
ABSTRACT
CINDY ELISABETH SIHITE. The Influence of Leaves Fertilizer and Watering Intervals on the Growth of Cacao Seedlings (Theobroma cacao L.) supervisied by IRSAL and CHARLOQ.
The research was conducted to determine the influence of leaves fertilizer and watering interval on the growth of cacao seedlings (Theobroma cacao L.) The research was conducted at the Faculty of Greenhouse Farming in Nort Sumatra University, Medan on January 2020 until May 2020 by using Randomized Block Design of two factors: Leaves Fertilizer (0, 4, 6, 8 ml/l) and Watering Intervals (1, 3, 5, 7 days). The parameters observed were plant height, number of leaves, leaf thickness, stem diameter, total of leaf area, plant dry weight, root dry weight and root canopy ratio.
The results showed that administration of foliar fertilizer at a dose of 8 ml / L gave the best growth results which significantly affected the parameters of plant height, number of leaves, stem diameter, total leaf area, shoot dry weight and root dry weight. The treatment of watering interval significantly affected the total leaf area and leaf thickness by watering it once a day in field capacity conditions. There was no interaction between the two treatments for al observed parameters.
Keywords : leaves fertilizer, watering intervals, cacao
RIWAYAT HIDUP
Cindy Elisabeth Sihite dilahirkan di Batam pada tanggal 20 Desember 1997 dari Ayah Atur Sihite dan Ibunda Tota Manalu. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Negeri 105270 Medan lulus tahun 2009, SMP Negeri 2 Sunggal lulus tahun 2012, SMA Santo Thomas 3 Medan lulus tahun 2015. Terdaftar sebagai mahasiswi Agronomi Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2015 masuk melalui jalur SNMPTN.
Pada tahun 2018, melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) PTPN 4 Kebun Tonduhan.
Pada tahun 2019 mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Parsingguran II , Humbang Hasundutan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini“Pengaruh Pemberian Pupuk Daun Dan
Interval Penyiraman Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)”yang merupakan syarat untuk dapat memperoleh gelar
sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Irsal, M.P. selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu Dr.Ir. Charloq, M.P. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam pelaksanaan penelitian serta dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2020
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii
KATA PENGANTAR. ... iv
DAFTAR ISI. ... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR LAMPIRAN. ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Hipotesis Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5
Syarat Tumbuh ... 7
Iklim ... 7
Tanah ... 8
Pupuk Daun ... 9
Interval Penyiraman Air ... 11
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Metode Penelitian... 14
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 17
Persiapan Media Tanam ... 17
Pengecambahan Benih ... 17
Pemupukan Dasar... 17
Penanaman Benih ... 18
Aplikasi Pupuk Daun ... 18
Penyiraman ... 18
Pemeliharaan Tanaman ... 19
Tinggi Tanaman ... 19
Jumlah Daun ... 19
Diameter Batang ... 20
Total Luas Daun ... 20
Tebal Daun ... 20
Bobot Kering Daun ... 20
Bobot Kering Tajuk ... 20
Rasio Tajuk Akar. ... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil. ... 22
Tinggi Tanaman ... 22
Jumlah Daun ... 25
Diameter Batang ... 28
Total Luas Daun ... 31
Tebal Daun ... 33
Bobot Kering Tajuk ... 35
Bobot Kering Akar ... 37
Rasio Tajuk Akar. ... 40
Pembahasan. ... 40
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. ... 46
Saran. ... 46 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1 Rataan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk daun dan
interval penyiraman air umur 6 s/d 16 MST... 23 2 Rataan jumlah daun pada perlakuan pupuk daun dan interval
penyiraman air umur 6 s/d 16 MST... 26 3 Rataan diameter batang pada perlakuan pupuk daun dan
interval penyiraman air umur 6 s/d 16 MST... 29 4 Rataan total luas daun pada perlakuan pupuk daun dan
interval penyiraman air umur 16 MST... 31 5 Rataan tebal daun pada perlakuan pupuk daun dan interval
penyiraman air umur 16 MST... 34 6 Rataan bobot kering tajuk pada perlakuan pupuk daun dan
interval penyiraman air umur 16 MST... 36 7 Rataan bobot kering akar pada perlakuan pupuk daun dan
interval penyiraman air umur 16 MST... 38 8 Rataan rasio tajuk akar pada perlakuan pupuk daun dan
interval penyiraman air umur 16 MST... 40
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1 Hubungan perlakuan pupuk daun dengan tinggi bibit tanaman kakao pada 16 MST... 24 2 Hubungan perlakuan pupuk daun dengan jumlah daun bibit
tanaman kakao pada 16 MST... 27 3 Hubungan perlakuan pupuk daun dengan diameter batang bibit
tanaman kakao pada 16 MST... 30 4 Hubungan perlakuan pupuk daun dengan total luas daun tanaman
kakao pada 16 MST... 32 5 Hubungan perlakuan interval penyiraman air dengan total luas
daun bibit tanaman kakao pada 16 MST... 33 6 Hubungan perlakuan interval penyiraman air dengan tebal
daun bibit tanaman kakao pada 16 MST... 35 7 Hubungan perlakuan pupuk daun dengan berat kering
tajuk bibit tanaman kakao pada 16 MST... 37 8 Hubungan perlakuan pupuk daun dengan berat kering
akar bibit tanaman kakao pada 16 MST... 39
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
1 Deskripsi Tanaman Kakao Varietas Lindak... 43
2 Bagan Penanaman Plot... 44
3 Bagan Plot Penelitian... 45
4 Jadwal Kegiatan Penelitian... 46
5 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST... 47
6 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanam 6MST... 47
7 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST... 48
8 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8MST... 48
9 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 10 MST... 49
10 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MST... 49
11 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 12 MST... 50
12 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 12 MST... 50
13 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 14 MST... 51
14 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 14 MST... 51
15 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 16 MST... 52
16 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 16 MST... 52
17 Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST... 53
18 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST... 53
19 Data Pengamatan Jumlah Daun 8 MST... 54
20 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 8 MST... 54
21 Data Pengamatan Jumlah Daun 10 MST... 55
22 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 10MST... 55
23 Data Pengamatan Jumlah Daun 12 MST... 56
24 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 12 MST... 56
25 Data Pengamatan Jumlah Daun 14 MST... 57
26 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 14 MST... 57
27 Data Pengamatan Jumlah Daun 16 MST... 58
30 Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 6MST... 59
31 Data Pengamatan Diameter Batang 8 MST... 60
32 Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 8 MST... 60
33 Data Pengamatan Diameter Batang 10 MST... 61
34 Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 10 MST... 61
35 Data Pengamatan Diameter Batang 12 MST... 62
36 Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 12 MST... 62
37 Data Pengamatan Diameter Batang 14 MST... 63
38 Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 14 MST... 63
39 Data Pengamatan Diameter Batang 16 MST... 64
40 Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 16 MST... 64
41 Data Pengamatan Total Luas Daun 16 MST... 65
42 Daftar Sidik Ragam total Luas Daun 16 MST... 65
43 Data Pengamatan Tebal Daun 16 MST... 66
44 Daftar Sidik Ragam Tebal Daun 16 MST... 66
45 Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk 16MST... 67
46 Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk 16MST... 67
47 Data Pengamatan Berat Kering Akar 16 MST... 68
48 Daftar Sidik Ragam Berat Kering Akar 16 MST... 68
49 Data Pengamatan Rasio Tajuk Akar 16 MST... 69
50 Daftar Sidik Ragam Rasio Tajuk Akar 16 MST ... 69
52 Lampiran Foto Penelitian... 70
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.
Kakao juga salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kakao terbesar ketiga dunia setelah Ghana dan Pantai Gading. Produksi kakao di Indonesia tahun 2017 yaitu sebesar 659.776 ton mengalami peningkatan dari tahun 2016 sebesar 658.399 ton. Di daerah Sumatera Utara luas areal perkebunan kakao 67.626 ha dengan produksi sebesar 19.133 ton yang didominasi perkebunan rakyat sebesar 95,75% (Badan Pusat Statistik, 2017).
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bibit kakao selama di pembibitan. Salah satu diantaranya adalah pemupukan, dengan dilakukannya pemupukan diperoleh tambahan unsur hara yang dibutuhkan bibit kakao. Salah satu cara yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan bibit yaitu dengan menggunakan pupuk daun (Mariani, 2014).
Pemupukan melalui daun mempunyai kelebihan yaitu penyerapan haranya lebih cepat dan efektif dibanding dengan aplikasi lewat akar, sehingga tanaman akan lebih cepat menumbuhkan tunas. Supermes merupakan pupuk organik lengkap berbentuk cair yang mengandung unsur hara makro (Komposisi: C: 6%, N: 4%, P2O5: 3%, K2O: 3%, ada mikro elemen lainnya Cu, Fe, B, Mg, Mn, Zn, Co) dan mengandung unsur botanic lainnya dengan pH 6 - 7. Supermes yang terbuat dari bahan-bahan alami dengan efektifitas tinggi yang disusun secara
lainnya. Dirancang secara ampuh untuk mempercepat/meningkatkan pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan
Air merupakan bagian dari protoplasma dan menyusun 85-90% dari berat keseluruhan jaringan tanaman. Air juga merupakan reagen yang penting dalam fotosintesis dan dalam reaksi-reaksi hidrolisis. Di samping itu air juga merupakan pelarut garam-garam, gas-gas dan zat-zat lain yang diangkut antar sel dalam jaringan untuk memelihara pertumbuhan sel dan mempertahankan stabilitas bentuk daun. Air juga berperan dalam proses membuka dan menutupnya stomata.
Ketersediaan air merupakan salah satu cekaman abiotik yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air merupakan faktor utama yang berperan dalam proses fisiologi tanaman (Song dan Yunia, 2011).
Intensitas penyiraman air yang sesuai pada pertumbuhan bibit kakao berpengaruh terhadap perkembangan akar. Dimana bila tanaman kekurangan air maka akar tanaman akan terganggu dalam menyerap unsur hara dan mengganggu proses fisiologi tanaman kakao. Kekurangan maupun kelebihan air akan menjadi masalah bagi tanaman sebab jumlah air yang optimum adalah jumlah air yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kapasitas lapang (Siregar et al., 2010).
Pertumbuhan tanaman kakao di pembibitan dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara dan air, yang akan menyebabkan lancarnya aktifitas metabolisme tanaman. Kebutuhan tanaman akan ketersediaan air yang cukup sangat dikehendaki pada tanaman kakao di proses pembibitan. Apabila kelembapan
tinggi dan terjadi kekeringan akan menimbulkan penyakit dan jamur (Hendrata dan Sutardi, 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan produktivitas kakao melalui pemupukan daun dan ketersediaan air dalam tanah dengan pemberian interval penyiraman.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk daun dan interval penyiraman air terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.)
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh nyata pemberian pupuk daun dan interval penyiraman air
serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.).
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Menurut Tjitrosoepomo, G., (2005), sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut : Kingdom: Plantae ; Divisi : Spermatophyta ; Sub division : Angiospermae; Kelas : Dicotyledoneae ; Ordo : Malvales ; Family : Sterculiaceae;
Genus : Theobroma ; Spesies : Theobroma cacao L.
Akar kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya sebagian besar akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman tanah (jeluk) 0-30 cm. Jangkauan jelajah akar lateral dinyatakan jauh di luar proyeksi tajuk. Ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya ruwet (intricate) (Karmawati et al., 2010).
Tanaman kakao memiliki dua bentuk cabang, yaitu cabang orthotrop (cabang yang tumbuh ke atas) dan cabang plagiotrop (cabang yang tumbuh ke samping). Dari batang dan kedua jenis cabang tersebut sering ditumbuhi tunas- tunas air atau wiwilan yang banyak menyerap energi sehingga akan mengurangi pembungaan dan pembuahan. Jorket merupakan tempat percabangan orthotrop ke plagiotrop dengan sifat percabangan dimorfisme.Batang tanaman kakao tumbuh tegak, tinggi tanaman di kebun pada umur 3 tahun dengan kisaran 1,8-3 m dan pada umur 12 tahun mencapai 4,5-7 m, sedangkan kakao yang tumbuh liar ketinggiannya mencapai 20 m. Kakao yang diperbanyak dengan biji akan
membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer (Siregar et al., 2010).
Daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang
tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun. Dengan persendian ini dilaporkan daun mampu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus) ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen (Karmawati et al., 2010).
Bunga dan buah pada batang dan cabang atau bersifat cauliflora. Bunga kakao terdapat hanya sampai cabang sekunder. Bunga kecil dan halus berwarna putih sedikit ungu kemerahan dan tidak berbau, diameter bunga 1-2 cm. Bunga kakao tergolong bunga sempurna terdiri dari daun kelopak (calyx) sebanyak 5 helai berwarna merah muda dan benang sari (androecium) berjumlah 10 helai.
Panjang tangkai bunga 2-4 cm. Warna tangkai bunga beragam dari hijau muda, hijau, kemerahan, merah muda, dan merah. Dalam keadaan normal, tanaman kakao dapat menghasilkan bunga sebanyak 6000– 10.000 per tahun dan hanya sekitar 5% yang dapat menjadi buah (Siregar et al., 2010).
Buah kakao memiliki warna yang sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga. Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling. Pada tipe criollo dan
kasar. Sebaliknya, pada tipe forastero, permukaan kulit halus; tipis, tetapi liat.
Buah akan masak setelah berumur enam bulan (Karmawati et al., 2010).
Biji kakao diselimuti oleh lendir (pulp) berwarna putih. Lapisan yang lunak dan manis rasanya, jika telah masak lapisan tersebut dinamakan pulp atau micilage. Biji kakao tidak mempunyai masa dormansi sehingga untuk benih tidak memungkinkan untuk disimpan dalam waktu yang agak lama. Penyimpanan benih pada temperatur antara 4-15 ºC dapat merusak benih dan perkecambahan.
Temperatur optimum untuk penyimpanan benih adalah 17 ºC (Siregar et al., 2010).
Syarat Tumbuh Iklim
Kakao tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20% dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30% cahaya matahari atau pada 15% cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang lebih besar bila cahaya matahari yang diterima lebih banyak (Karmawati et al., 2010).
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kakao adalah 1100-3000 mm, dengan distribusi merata sepanjang tahun. Pola penyebaran hujan yang penyebaran panen pada tanaman kakao, sedangkan temperatur 30-32 ºC. Iklim yang ideal untuk tanaman kakao adalah B menurut Schemidt dan Fergusson dengan bulan kering 3-4 bulan. Fotosintesis maksimum diperoleh pada cahaya
sebesar 20% dari total pencahayaan penuh yang diterima tanaman (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 2010).
Suhu ideal bagi tanaman kakao adalah 30–32° C (maksimum) dan 18°- 21° C (minimum). Berdasarkan keadaan iklim di Indonesia suhu 25-26°C merupakan suhu rata-rata tahunan tanpa faktor pembatas. Karena itu daerah- daerah tersebut sangat cocok jika ditanami kakao. Suhu yang lebih rendah dari 10°C akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Suhu yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan gugur. Pembungaan akan lebih baik jika berlangsung pada suhu 23°C (Karmawati et al, 2010).
Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 6-7,5 tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4, paling tidak pada kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada pH
tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah (Karmawati et al., 2010).
Untuk menunjang pertumbuhannya, tanaman kakao menghendaki tanah yang subur dengan kedalaman efektif lebih dari 1,5 meter supaya akar tunggang tanaman dapat leluasa menembus tanah sehingga pertumbuhan akar dapat optimal. Tekstur tanah yang sesuai untuk tanaman kakao adalah lempung berliat, lempung liat berpasir, dan lempung berpasir. Tekstur tanah ini memiliki
kemampuan menahan air tinggi dan memiliki sirkulasi udara yang baik (Liyanda et al., 2012).
Sifat kimia tanah yang harus dipenuhi adalah kadar bahan organik >3.5%, pH tanah 5.5-6.5, dan kadar unsur hara N, P, K, Ca, Mg cukup sampai tinggi.
Komponen persyaratan tumbuh yang mutlak harus dipenuhi adalah sifat fisik tanah dan iklim, terutama curah hujan. Sementara komponen lain seperti sifat kimia tanah, topografi dan kemiringan secara teknis dapat diusahakan agar tidak berdampak negatif (Ditjenbun, 2011).
Pupuk Daun
Supermes merupakan pupuk organik lengkap berbentuk cair yang mengandung unsur hara makro (Komposisi: C: 6%, N: 4%, P2O5: 3%, K2O: 3%, ada mikro elemen lainnya Cu, Fe, B, Mg, Mn, Zn, Co) dan mengandung unsur botanic lainnya dengan pH 6 - 7.Supermes yang terbuat dari bahan-bahan alami
dengan efektifitas tinggi yang disusun secara ilmiah dengan formula yang berasal dari tanaman tropis dan unsur-unsur organik lainnya. Dirancang secara ampuh untuk mempercepat/meningkatkan pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan.
Supermes mampu mempercepat pertumbuhan tanaman, dapat mengurangi tingkat serangan hama, tidak mempunyai efek samping yang merugikan tanaman dan lingkungan, serta aman bagi manusia. Pemberian juga harus memperhatikan konsentrasi dan frekuensi aplikasi terhadap tanaman. Masing-masing tanaman mempunyai konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk yang berbeda untuk memperoleh hasil optimum (Ralahalu et al., 2017).
Pupuk yang diberikan lewat daun dapat diserap melalui mulut daun (stomata) dan celah-celah kutikula, sehingga lebih cepat tersedia dan digunakan oleh tanaman untuk kebutuhan pertumbuhannya. Kandungan unsur hara dalam pupuk yang diberikan dengan konsentrasi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman
akan memungkinkan tanaman tumbuh dan berkembang dengan sempurna (Siregar et al., 2010).
Kelebihan pupuk daun dibanding pupuk akar adalah penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat. Penggunaan pupuk daun lebih efektif dibanding pupuk akar karena penyerapan haranya lebih cepat dibanding pupuk yang diberikan lewat akar sehingga tanaman akan lebih cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak.
Pada umumnya pemupukan yang diberikan lewat tanah adalah pupuk makro, sedangkan penambahan pupuk mikro kurang diperhatikan sehingga kebutuhan unsur hara pada tanaman kurang lengkap (Kurniastuti dan Palupi, 2018).
Unsur hara makro nitrogen berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, untuk sintesis asam amino dan protein dalam tanaman, merangsang pertumbuhan vegetatif, di antaranya, warna hijau daun, panjang daun, lebar daun, dan pertumbuhan vegetatif batang (tinggi dan ukuran batang). Fosfor berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan, pertumbuhan akar, pembentukan biji, pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel. Kalium berfungsi dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim, dan mineral, termasuk air; meningkatkan daya tahan atau kekebalan tanaman terhadap penyakit (Asngad, 2013).
Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk daun juga berperan dalam proses metabolisme tanaman. Walaupun dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, unsur hara mikro tetap berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kakao. Kekurangan unsur hara mikro juga dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman.
Hasil penelitian Syofia (2014) menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun supermes pada tanaman kacang hijau berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 3 MST, umur berbunga dan berat polong per tanaman dengan konsentarsi perlakuan 3ml/L air. Nugroho (2013) menambahkan salah satu kelebihan pupuk supermes ini adalah mempercepat pertumbuhan, pembungaan, dan pembuahan serta meningkatkan hasil produksi 30-100%.
Interval Penyiraman Air
Air merupakan bagian dari protoplasma dan menyusun 85-90% dari berat keseluruhan jaringan tanaman. Air juga merupakan reagen yang penting dalam fotosintesis dan dalam reaksi-reaksi hidrolisis. Di samping itu air juga merupakan pelarut garam-garam, gas-gas dan zat-zat lain yang diangkut antar sel dalam jaringan untuk memelihara pertumbuhan sel dan mempertahankan stabilitas bentuk daun. Air juga berperan dalam proses membuka dan menutupnya stomata.
Ketersediaan air merupakan salah satu cekaman abiotik yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air merupakan faktor utama yang berperan dalam proses fisiologi tanaman (Song dan Yunia, 2011).
Tanaman memiliki kebutuhan air yang berbeda pada setiap fase pertumbuhan. Pada fase pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh tanaman untuk melangsungkan proses pembelahan dan pembesaran sel yang terlihat dari pertambahan tinggi tanaman, perbanyakan jumlah daun, dan pertumbuhan akar.
Kebutuhan air tanaman juga dipengaruhi berbagai faktor yang mendukung
efisiensi penggunaan air yaitu jenis dan umur tanaman, waktu atau priode pertanaman, sifat-sifat fisik tanah, teknik pemberian air, jarak sumber air, dan luas areal pertanaman efisiensi penggunaan air merupakan perbandingan jumlah air
yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu satuan berat kering (Hikmah et al., 2010).
Kapasitas lapang adalah jumlah air maksimum yang mampu ditahan oleh tanah.Sedangkan titik layu permanen adalah kandungan air tanah saat tanaman yang berada di atasnya mengalami layu permanen atau tanaman sulit hidup kembali meski telah ditambahkan sejumlah air yang mencukupi. Air yang tersedia dalam tanah adalah selisih antara air yang terdapat pada kapasitas lapang dan titik layu permanen. Diatas kapasitas lapang air akan meresap kebawah atau
menggenang sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Marsha et al., 2014).
Frekuensi penyiraman berpengaruh terhadap perkembangan akar. Dimana bila tanaman kekurangan air maka akar tanaman akan terganggu dalam menyerap unsur hara dan mengganggu proses fisiologi tanaman. Adapun ketersediaan air tanah ditentukan oleh banyaknya air kapiler yang berada di antara kapasitas lapang dan layu permanen (Simorangkir et al., 2016).
Kapasitas penyimpanan air (KPA) adalah jumlah air maksimum yang dapat disimpan oleh suatu tanah. Keadaan ini dapat dicapai jika kita memberi air pada tanah sampai terjadi kelebihan air, setelah itu kelebihan airnya dibuang. Jika pada keadaan ini semua rongga pori terisi air. Karena itu kandungan air volume maksimum menggambarkan porositas total tanah. Setelah pori terisi air (tercapai
kapasitas penyimpanan air maksimum), pemberian air kita hentikan. Pada keadaan ini tanah dalam keadaan kapasitas lapang (Destari et al., 2013).
Dalam penelitian Dalimunthe (2015) menunjukkan bahwa interval pemberian air dengan pemberian pupuk vermikompos pada bibit kakao diperoleh pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi terhadap bibit kakao pada 10 s/d 14 MST, diameter batang 4 dan 6 MST bobot basah dan bobot kering akar pada perlakuan 5 hari sekali. Sedangkan pada hasil penelitian Simorangkir (2016) menunjukkan pemberian interval air yang sesuai terhadap pertumbuhan bibit kakao yaitu pada perlakuan sekali sehari. Berdasarkan penelitian Hendrata dan Sutardi (2010) macam media tanam dapat meningkatkan tinggi bibit, jumlah daun,diameter batang serta panjang akar. Frekuensi penyiraman 3 hari sekali memberikan pengaruh yang lebih baik dalam mempengaruhi pertumbuhan bibit kakao.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2020.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao lindak varietas TSH 858 dari PPKS Medan, polibag hitam ukuran 25 cm x 30 cm, top soil, pasir, kompos, air, supermes, marshal, pupuk NPK (16:16:16) dan bahan-
bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, handsprayer , meteran, timbangan digital, oven, ember, beaker glass, pisau, pacak sampel, plang nama, kalkulator, thickness gauge, jangka sorong, jarum suntik, timbangan analitik dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompos (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan, yaitu:
Faktor I : Pupuk Organik Cair Supermes dengan 4 taraf dosis perlakuan yaitu : M0 = 0 ml/1 air
M1 = 4 ml/1 air M2 = 6 ml/1 air M3 = 8 ml/1 air
Faktor II : Interval Penyiraman Air dengan 4 taraf, dengan menjaga kondisi kapasitas lapang yaitu :
T0 = Penyiraman 1 hari sekali T1 = Penyiraman 3 hari sekali T2 = Penyiraman 5 hari sekali T3 = Penyiraman 7 hari sekali
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 16 kombinasi, yaitu : M0T0 M1T0 M2T0 M3TO
M0T1 M1T1 M2T1 M3T1 M0T2 M1T2 M2T2 M3T2 M0T3 M1T3 M2T3 M3T3
Kombinasi perlakuan = 16 perlakuan Jumlah ulangan = 3 ulangan Jumlah tanaman/perlakuan = 4 tanaman Jumlah sampel = 4 tanaman Jumlah seluruh tanaman = 204 tanaman Jarak antar blok(ulangan) = 50 cm Jarak antar polibag = 30 cm
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linier sebagai berikut :
Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + ɛijk i = 1,2,3 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3,4 Yijk : Hasil pengamatan untuk unit percobaan ke- i dengan perlakuan Pupuk Daun ke-j dan Interval Penyiraman Air ke-k
μ : Nilai tengah perlakuan ρi : Pengaruh blok ke-i
αj : Pengaruh Pupuk Daun pada taraf ke-j
βk : Pengaruh Interval Penyiraman Air pada taraf ke-k
(αβ)jk : Pengaruh interaksi antara Pupuk Daun pada taraf ke-j dan Interval Penyiraman Air pada taraf ke-k
ɛijk : Galat perlakuan pada blok ke-i, perlakuan Pupuk Daun pada taraf ke-j, perlakuan Interval Penyiraman Air pada taraf ke-k.
Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test atau DMRT) pada taraf α = 5%.
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Rumah kaca dibersihkan dari sisa-sisa bekas penanaman sebelumnya dari gulma dan lainnya yang mengganggu polibag agar dapat berdiri dengan baik luas areal 22 m x 5 m.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah top soil, pasir, dan kompos dengan perbandingan 1:1:1. Disiapkan media tanam kemudian dimasukkan ke dalam polibag ukuran 25 cm x 30 cm sesuai dengan perlakuan.
Pengecambahan Benih
Media perkecambahan adalah pasir steril ± 15 cm, dibuat arah utara- selatan. Benih didederkan dengan radikula pada bagian bawah dengan jarak antar benih 2 cm x 3 cm.
Pemupukan Dasar
Media tanam yang sudah dicampur diberi tambahan pupuk dasar pupuk dasar NPK (16:16:16) sebanyak 7,5 g/polibag sesuai rekomendasi pemupukan pada media tanam pembibitan kakao (Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao, 2010).
Penanaman Kecambah
Pemindahan kecambah ke dalam polibag dilakukan bila kotiledon sudah muncul di atas pasir ke atas yaitu saat berumur 4-5 hari. Kakao ditanam di media yang telah disiapkan. Penanaman dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak plumula dan radikula dari kakao. Setiap polibag diisi satu kecambah, dengan radikula menghadap kebawah dan membenamkannya sedalam ± 5 cm lalu ditutup dengan campuran media tanam.
Aplikasi Pupuk Daun
Aplikasi pupuk daun dilakukan menggunakan handsprayer dengan cara menyemprotkannya ke seluruh bagian daun tanaman dilakukan pada bulan pertama setelah benih berkecambah (6 MST) waktu aplikasi pagi atau sore hari disesuaikan dengan kondisi cuaca. Untuk menentukan banyaknya konsentrasi pupuk organik cair supermes digunakan alat ukur jarum suntik yang mempunyai ukuran (cc). Aplikasi pupuk dilakukan dua minggu sekali dengan dosis perlakuan masing-masing sampai 16 MST.
Penyiraman
Dimana untuk menentukan jumlah volume air yang diberikan dilakukan dengan menyiramkan air secara perlahan pada tanaman sampel hingga air menetes keluar polibag. Pada saat menetes pertama kali itulah ditandai kondisi air tanah pada polibag dalam kapasitas lapang 100%. Dengan demikian air yang diberikan merupakan jumlah air untuk kondisi kapasitas lapang. Angka volume yang didapat dari tiga sampel tiap perlakuan ini kemudian dirata-ratakan dan inilah sebagai patokan untuk menentukan jumlah air pada setiap dosis perlakuan. Dalam penelitian (Destari et al.,2013).
Pemeliharaan Bibit
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit menggunakan Marshal 200 EC dengan dosis 2 ml/L, aplikasi dilakukan dua minggu sekali.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan setiap seminggu sekali. Penyiangan
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi bibit diukur mulai dari garis permukaan tanah pada patok standar hingga titik tumbuh bibit dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan 2 minggu sekali pada saat objek penelitian berumur 6 MST sampai 16 MST.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung berdasarkan daun yang masih melekat pada batang dan telah membuka sempurna dalam posisi terbuka yang ditandai telah terlihatnya tulang-tulang daun seluruhnya bila diamati dari atas daun. Pengukuran jumlah daun dilakukan pada saat 2 minggu sekali saat objek penelitian berumur 6 MST sampai 16 MST.
Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur sejajar garis 2 cm di atas garis permukaan tanah pada patok standar dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter batang dilakukan pada saat 2 minggu sekali saat objek penelitian berumur 6 MST sampai 16 MST.
Total Luas Daun (cm2)
Pengamatan luas daun dilakukan di akhir penelitian dengan menggunakanpersamaan yang dibuat oleh Asomaning and locard dalam Muhammad Hatta et al., (2010) yaitu:
Log Y = -0,495 + 1,904 log X Dimana : Y = luas daun (cm²)
X = panjang daun (cm)
Luas seluruh daun dari satu bibit kemudian ditotalkan sehingga diperoleh total luas daun yang dimaksud, didalam pengamatan terakhir.
Tebal Daun (mm)
Pengukuran ketebalan daun diukur setelah tanaman berumur 16 MST dengan menggunakan alat thickness gauge meter.
Bobot Kering Tajuk (g)
Bobot kering tajuk diukur setelah tanaman berumur 16 MST dimana tanaman dibersihkan kemudian dimasukan ke dalam amplop cokelat yang telah dilubangi, kemudian dikeringkan pada suhu 70°C sampai beratnya konstan.
Bahan kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.
Bobot Kering Akar (g)
Bobot kering akar diukur setelah tanaman berumur 16 MST dimana tanaman dibersihkan kemudian dimasukan ke dalam amplop coklat yang telah dilubangi, kemudian dikeringkan pada suhu 70°C beratnya sampai beratnya konstan. Bahan kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.
Rasio Tajuk – Akar
Rasio bobot kering tajuk – akar bibit kakao diperoleh dengan cara membagi bobot kering tajuk dengan bobot kering akar.
Dengan rumus :
Rasio : Bobot Kering Tajuk Bobot Kering Akar
(Polnaya dan Marthini, 2012)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk daun berpengaruh nyata terhadap terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, total luas daun, tebal daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Pada perlakuan interval penyiraman air berpengaruh nyata terhadap total luas daun dan tebal daun. Interaksi antara perlakuan pemberian pupuk daun dan interval penyiraman air berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati.
Tinggi Tanaman
Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman pada 6 – 16 MST dapat dilihat pada Lampiran 5 s/d 16. Menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 6 -16 MST, interval penyiraman air berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kakao.
Kakao umur 6- 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air dapat dilihat dari Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Rataan tinggi bibit (cm) tanaman kakao umur 6 – 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
Pupuk Daun
ml/L
Penyiraman Air
Rataan T0:1x/1hari T1 1x/3hari T21x /5hari T31x/ 7hari
6 MST
M0 (0) 28.59 28.60 26.50 27.68 27.84b
M1 (4) 30.74 36.33 33.15 30.97 32.80a
M2 (6) 32.32 35.52 32.33 31.26 32.85a
M3 (8) 33.96 31.28 36.09 31.53 33.21a
Rataan 31.40 32.93 32.02 30.36
8 MST
M0 (0) 37.72 37.81 32.92 34.38 35.70b
M1 (4) 39.78 47.22 43.16 43.93 43.52a
M2 (6) 45.28 43.88 43.32 41.77 43.56a
M3 (8) 44.27 43.59 46.44 42.39 44.17a
Rataan 41.76 43.12 41.46 40.61
10 MST
M0 (0) 41.62 43.72 37.14 39.33 40.45b
M1 (4) 47.36 51.87 48.37 50.78 49.59a
M2 (6) 52.73 50.44 49.18 47.53 49.97a
M3 (8) 50.52 48.91 52.43 48.62 50.12a
Rataan 48.06 48.73 46.78 45.56
12 MST
M0 (0) 51.23 53.16 45.72 44.88 48.75b
M1 (4) 57.41 62.67 58.23 58.60 59.23a
M2 (6) 63.38 61.80 57.59 60.09 60.67a
M3 (8) 62.59 60.08 63.39 58.01 61.02a
Rataan 58.65 59.43 56.19 55.40
14 MST
M0 (0) 55.62 58.48 50.06 49.06 53.30b
M1 (4) 65.20 70.87 66.43 68.96 67.86a
M2 (6) 72.45 67.90 64.78 67.93 68.01a
M3 (8) 68.50 66.68 72.20 65.39 68.19a
Rataan 65.19 65.98 63.37 62.83
16 MST
M0 (0) 60.58 71.37 62.63 56.38 62.74b
M1 (4) 73.38 83.31 79.28 82.14 79.53a
M2 (6) 84.96 78.88 75.58 79.30 79.68a
M3 (8) 79.68 77.98 84.20 77.17 79.75a
Rataan 74.65 77.88 75.42 73.74
Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun umur 16 MST menghasilkan tanaman tertinggi pada perlakuan M3 (8 ml/l) yaitu 79.75 cm yang berbeda tidak nyata dengan M1 (4 ml/l) yaitu 79.53 cm dan M2 (6 ml/l) yaitu 79.68 cm tetapi berbeda nyata pada M0 (0 ml/l) yaitu 62.74 cm yang merupakan rataan terendah pada tinggi tanaman kakao.
Perlakuan pemberian interval penyiraman air umur 16 MST menghasilkan tanaman tertinggi pada T1(1x3hari) yaitu 77.8 cm dan terendah pada perlakuan T3 (1x7hari) yaitu 73.74 cm.
Hubungan perlakuan pupuk daun dengan tinggi tanaman pada 16 MST dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hubungan perlakuan pupuk daun dengan tinggi bibit tanaman kakao pada 16 MST
Gambar 1 menunjukkan hubungan kuadratik positif antara tinggi tanaman
dengan pemberian beberapa dosis pupuk daun dengan persamaan
ŷ = 0.471x2- 5.824x + 62.88 dengan R= 0.988, dengan nilai maksimum tinggi tanaman 80.88 cm pada dosis pemberian pupuk daun 6.18 ml. Tinggi tanaman bibit kakao akan terus meningkat pada dosis pupuk daun yang optimum dan akan menurun setelah melebihi batas optimum.
ŷ = 0.471x2 - 5.824x + 62.88 R= 0.988
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0
0 2 4 6 8
Tinggi Tanaman (cm)
Pupuk Daun (ml/l air)
Xmaks = 6.18 Ymaks= 80.88
Jumlah Daun
Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman pada 6–16 MST dapat dilihat pada Lampiran 17 s/d 28. Menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada umur 6-16 MST, dimana perlakuan interval penyiraman air berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada umur 6-16 MST. Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman kakao.
Rataan jumlah daun tanaman kakao umur 6- 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air dapat dilihat dari Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2. Jumlah daun (helai) tanaman kakao umur 6 – 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air
Pupuk Daun
ml/L
Penyiraman Air
Rataan T0:1xsehari T1:1x3hari T2:1x5hari T3:1x7hari
6 MST
M0 (0) 4.92 5.33 5.33 4.92 5.13c
M1 (4) 5.67 7.25 5.83 6.50 6.31b
M2 (6) 6.67 6.75 6.33 5.75 6.38a
M3 (8) 7.00 7.08 7.17 6.08 6.83a
Rataan 6.06a 6.60a 6.17a 5.81b
8 MST
M0 (0) 10.67 9.58 9.83 9.75 9.96 b
M1 (4) 10.08 11.83 10.67 11.92 11.13a
M2 (6) 11.83 11.17 11.08 10.92 11.25a
M3 (8) 11.17 12.00 12.08 10.17 11.35a
Rataan 10.94 11.15 10.92 10.69
10 MST
M0 (0) 13.08 12.75 12.42 14.08 12.65b
M1 (4) 13.08 14.75 14.25 14.50 14.04a
M2 (6) 14.75 14.08 13.67 14.00 14.13a
M3 (8) 14.42 14.50 15.33 13.25 14.38a
Rataan 13.83 14.02 13.92 13.42
12 MST
M0 (0) 16.50 15.67 14.75 14.58 15.38b
M1 (4) 17.25 18.42 17.50 18.67 17.96a
M2 (6) 18.33 18.00 17.33 18.42 18.02a
M3 (8) 18.33 19.33 18.92 16.75 18.33a
Rataan 17.60 17.85 17.13 17.10
14 MST
M0 (0) 19.00 18.83 17.50 18.92 18.56c
M1 (4) 21.08 21.92 20.92 21.67 21.40b
M2 (6) 22.42 21.25 20.42 21.75 21.46b
M3 (8) 22.50 23.33 25.25 20.75 22.96a
Rataan 21.25 21.33 21.02 20.77
16 MST
M0 (0) 24.25 23.58 21.58 22.17 22.90c
M1 (4) 26.75 27.92 26.58 26.17 26.85b
M2 (6) 27.75 26.75 25.42 27.75 26.92a
M3 (8) 28.17 29.42 30.08 25.75 28.35a
Rataan 26.73 26.92 25.92 25.46
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada uji jarak berganda duncan pada taraf α=5%.
Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun umur 16 MST menghasilkan jumlah daun tertinggi pada perlakuan M3 (8 ml/l) yaitu 28.35 helai berbeda tidak nyata pada M2 (6 ml/l) yaitu 26.92 helai tetapi berbeda nyata terhadap M1 (4 ml/l) yaitu 26.85 helai dan M0 (0 ml/l) yaitu 22.90 helai yang merupakan rataan terendah pada jumlah daun bibit kakao.
Perlakuan pemberian interval penyiraman air umur 16 MST menghasilkan jumlah daun tertinggi pada perlakuan T1(1x3hari) yaitu 6.6 helai dan terendah pada perlakuan T3 (1x7hari) yaitu 5.81 helai.
Hubungan perlakuan pupuk daun dengan jumlah daun pada 16 MST dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan perlakuan pupuk daun dengan jumlah daun bibit tanaman kakao pada 16 MST
Gambar 2 menunjukkan hubungan linear positif antara jumlah daun
dengan beberapa dosis pemberian pupuk daun dengan persamaan ŷ = 0.661x + 23.27 dengan r = 0.929, dimana jumlah daun tanaman
ŷ = 0.661x + 23.27 r = 0.929
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0
0 2 4 6 8
Jumlah Daun (helai)
Pupuk Daun (ml/l air)
Diameter Batang
Data hasil pengamatan dan sidik ragam diameter batang pada 6 – 16 MST dapat dilihat pada Lampiran 29 s/d 40. Menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada umur 6 MST - 16 MST. dimana perlakuan interval penyiraman air berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang pada umur 6 – 16 MST. Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang tanaman kakao.
Rataan diameter batang tanaman kakao umur 6- 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air dapat dilihat dari Tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 3. Diameter batang (mm) tanaman kakao umur 6 – 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air
Pupuk Daun ml/L
Penyiraman Air
Rataan T0:1xsehari T1:1x3hari T2:1x5hari T3:1x7hari
6 MST
M0 (0) 2.82 2.79 2.70 2.81 2.78b
M1 (4) 3.19 3.20 3.13 2.94 3.11a
M2 (6) 3.09 3.13 3.19 3.35 3.19a
M3 (8) 3.36 3.43 3.29 2.96 3.26a
Rataan 3.11 3.14 3.08 3.01
8 MST
M0 (0) 3.56 3.67 3.39 3.63 3.56b
M1 (4) 4.05 4.38 4.28 4.23 4.23a
M2 (6) 4.63 4.25 4.38 4.53 4.39a
M3 (8) 4.60 4.49 4.61 4.11 4.45a
Rataan 4.15 4.20 4.16 4.12
10 MST
M0 (0) 4.53 4.66 4.54 4.63 4.58c
M1 (4) 4.97 5.68 5.57 5.18 5.30b
M2 (6) 5.84 5.38 5.32 5.39 5.48a
M3 (8) 5.66 5.89 5.70 5.58 5.71a
Rataan 5.24 5.40 5.23 5.19
12 MST
M0 (0) 5.38 5.59 5.33 5.48 5.44b
M1 (4) 6.33 7.03 6.76 6.62 6.68a
M2 (6) 6.94 6.53 6.64 6.63 6.69a
M3 (8) 7.19 6.76 6.91 6.81 6.92a
Rataan 6.46 6.48 6.41 6.38
14 MST
M0 (0) 6.31 6.84 5.77 6.44 6.34b
M1 (4) 7.48 7.80 7.96 7.50 7.69a
M2 (6) 8.08 7.69 7.64 7.53 7.74a
M3 (8) 7.99 7.81 8.24 7.93 8.01a
Rataan 7.47 7.55 7.40 7.34
16 MST
M0 (0) 7.16 7.85 7.07 7.09 7.29b
M1 (4) 8.74 9.37 9.03 8.97 9.03a
M2 (6) 9.33 8.99 9.23 8.95 9.12a
M3 (8) 9.79 9.27 9.58 9.57 9.55a
Rataan 8.75 8.87 8.73 8.64
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun umur 16 MST menghasilkan diameter batang tertinggi pada perlakuan M3 (8 ml/l) yaitu 9.55 mm berbeda tidak nyata terhadap M1 (4 ml/l) yaitu 9.03 mm dan M2 (6 ml/l) yaitu 9.12 mm tetapi berbeda nyata terhadap M0 (0 ml/l) yaitu 7.29 mm yang merupakan rataan terendah pada diameter bibit kakao.
Perlakuan pemberian interval penyiraman air umur 16 MST menghasilkan diameter batang tertinggi pada T1 (1x3hari) yaitu 8.87 mm dan terendah pada perlakuan T3 (1x7hari) yaitu 8.64 mm.
Hubungan perlakuan pupuk daun dengan diameter batang tanaman pada 16 MST dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hubungan perlakuan pupuk daun dengan diameter batang bibit tanaman kakao pada 16 MST
Gambar 3 menunjukkan hubungan linear positif antara diameter batang
dengan pemberian beberapa dosis pupuk daun dengan persamaan
ŷ = 0.279x + 7.489 dengan r= 0.917, dimana diameter batang tanaman akan semakin meningkat dengan meningkatnya dosis pemberian pupuk daun.
ŷ= 0.279x + 7.489 r= 0.917
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00
0 2 4 6 8
Diameter Batang (mm)
Pupuk Daun (ml/L)
Total Luas Daun
Data hasil pengamatan dan sidik ragam total luas daun dapat dilihat pada Lampiran 41 s/d 42. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air berpengaruh nyata terhadap total luas daun. Sedangkan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun tanaman kakao.
Rataan total luas daun tanaman kakao umur 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air dapat dilihat dari Tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 4. Total luas daun (cm²) tanaman kakao 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air
Pupuk Daun (ml/L)
Penyiraman Air
Rataan T0:1xsehari T1:1x3hari T2:1x5hari T3:1x7hari
M0 (0) 2204.04 2072.88 1947.70 1913.66 2034.00b M1 (4) 3156.12 3002.02 3019.41 2409.46 2896.70a M2 (6) 3218.88 2901.15 2805.92 2746.50 2918.10a M3 (8) 3245.85 3436.05 3336.45 2778.18 3199.10a Rataan 2955.72a 2853.03a 2777.30a 2461.95b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada uji jarak berganda duncan pada taraf α=5%.
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun menghasilkan total luas daun tertinggi pada M3 (8 ml/l) yaitu 3199.1 cm² berbeda tidak nyata terhadap M2 (8 ml/l) yaitu 2918.1 cm² dan M1(4 ml/l) yaitu 2896.7 cm² tetapi berbeda nyata terhadap M0 (0 ml/l) yaitu 2034.0 cm² yang merupakan rataan terendah total luas daun bibit kakao .
Pada perlakuan interval penyiraman air menghasilkan total luas daun tertinggi terdapat pada T0 (1xsehari) yaitu 2955.72 cm² berbeda tidak nyata pada
tetapi berbeda nyata terhadap T3(1x7sehari) yaitu 2461.95 cm² yang merupakan rataan terendah total luas daun bibit kakao.
Hubungan perlakuan pupuk daun dengan total luas daun tanaman pada 16 MST dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan perlakuan pupuk daun dengan total luas daun bibit tanaman kakao pada 16 MST
Gambar 4 menunjukkan hubungan linear positif antara total luas daun
dengan pemberian beberapa dosis pupuk daun dengan persamaan
ŷ = 142.0x + 2122 dengan r = 0.925, dimana total luas daun tanaman akan semakin meningkat dengan meningkatnya dosis pemberian pupuk daun.
Hubungan perlakuan interval penyiraman air dengan total luas daun tanaman pada 16 MST dapat dilihat pada Gambar 5.
ŷ = 142.0x + 2122 r = 0.925
0.00 500.00 1000.00 1500.00 2000.00 2500.00 3000.00 3500.00
0 2 4 6 8
Total Luas Daun (cm²)
Pupuk Daun (ml/L)
Gambar 5. Hubungan perlakuan interval penyiraman air dengan total luas daun bibit tanaman kakao pada 16 MST
Gambar 5 menunjukkan hubungan linear negatif antara total luas daun
dengan pemberian interval penyiraman air dengan persamaan
ŷ = 77.84x – 3073 dengan r = 0.890, dimana dengan semakin lama waktu interval penyiraman air maka akan semakin menurunkan total luas daun tanaman.
Tebal Daun
Data hasil pengamatan dan sidik ragam tebal daun dapat dilihat pada Lampiran 43 s/d 44. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan interval penyiraman air berpengaruh nyata terhadap tebal daun.
sedangkan perlakuan pupuk daun. interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap terhadap tebal daun.
Rataan tebal daun tanaman kakao umur 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air dapat dilihat dari Tabel 5 sebagai berikut.
ŷ = 7.84x - 3073 r = 0.890
0.000 500.000 1000.000 1500.000 2000.000 2500.000 3000.000 3500.000
0 2 4 6 8
Total Luas Daun (cm²)
Interval Penyiraman Air (hari sekali)
Tabel 5. Tebal daun tanaman (mm) kakao 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air
Pupuk Daun (ml/L)
Penyiraman Air
Rataan T0:1x sehari T1:1x3hari T2:1x5hari T3:1x7hari
M0 (0) 0.19 0.18 0.17 0.15 0.17
M1 (4) 0.18 0.19 0.17 0.15 0.17
M2 (6) 0.19 0.19 0.17 0.15 0.17
M3 (8) 0.19 0.18 0.18 0.15 0.17
Rataan 0.18a 0.18a 0.17b 0.14b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada uji jarak berganda duncan pada taraf α=5%.
Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun menghasilkan tebal daun tertinggi pada perlakuan T0 (1xsehari) yaitu 0.188 mm berbeda tidak nyata pada T1(1x3sehari) yaitu 0.184 mm tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan T2 (1x5sehari) yaitu 0.175 mm dan T3 (1x7hari) yaitu 0.149 mm yang merupakan rataan tebal daun terendah bibit tanaman kakao.
Perlakuan pupuk daun dengan rataan tebal daun tertinggi terdapat pada perlakuan M3 (8 ml/l) yaitu 0.177 mm dan terendah pada perlakuan M0 (0 ml/l) yaitu 0.171 mm.
Hubungan perlakuan interval penyiraman air dengan tebal daun tanaman pada 16 MST dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6.Hubungan perlakuan interval penyiraman air dengan tebal daun bibit tanaman kakao pada 16 MST
Gambar 6 menunjukkan hubungan linear negatif antara tebal daun dengan interval penyiraman air dengan persamaan ŷ = 0.006x - 0.199 dengan r = 0.848, dimana dengan semakin lama waktu interval penyiraman air maka akan semakin menurunkan tebal daun tanaman.
Bobot Kering Tajuk
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 45 s/d 46. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Perlakuan interval penyiraman air. interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap terhadap bobot kering tajuk.
Rataan bobot kering tajuk tanaman kakao umur 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air dapat dilihat dari Tabel 6 sebagai berikut.
ŷ = 0.006x - 0.199 r = 0.848
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250
0 2 4 6 8
Tebal Daun (mm)
Interval Penyiraman Air (hari sekali)
Tabel 6. Bobot kering tajuk (g) tanaman kakao 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air
Pupuk Daun (ml/L)
Penyiraman Air
Rataan T0:1xsehari T1:1x3hari T2:1x5hari T3:1x7hari
M0 (0) 5.58 7.02 5.22 6.75 6.14c
M1 (4) 13.90 14.42 12.69 12.49 13.37b
M2 (6) 14.26 12.03 13.69 14.36 13.59a
M3 (8) 13.99 14.88 16.45 13.86 14.79a
Rataan 11.93 12.08 12.01 11.86
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada uji jarak berganda duncan pada taraf α=5%.
Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun menghasilkan bobot kering tajuk tertinggi pada perlakuan M3 (8 ml/l) yaitu 14.79 g berbeda tidak nyata pada M2 (6ml/l) yaitu 13.59 g tetapi berbeda nyata pada perlakuan M1 (4 ml/l) yaitu 13.37 g dan M0 (0 ml/l) yaitu 6.14 g yang merupakan rataan bobot kering tajuk terendah pada bibit kakao.
Perlakuan interval penyiraman air dengan bobot kering tajuk tertinggi terdapat padapada perlakuan T1(1x3hari) yaitu 12.08 g dan terendah pada perlakuan T3(1x7hari) yaitu 11.86 g.
Hubungan perlakuan pupuk daun dengan bobot kering tajuk tanaman pada 16 MST dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Hubungan perlakuan pupuk daun dengan bobot kering tajuk bibit tanaman kakao pada 16 MST
Gambar 7 menunjukkan hubungan kuadratik positif antara bobot kering
tajuk dengan pemberian beberapa dosis pupuk daun dengan persamaan
ŷ = 0.153x2- 2.267x + 6.232 dengan R = 0.981, dengan nilai maksimum 14.62 g pada dosis pupuk daun 7.40 ml. Bobot kering tanaman akan terus meningkat pada dosis pupuk daun yang optimum dan akan menurun setelah melebihi batas optimum.
Bobot Kering Akar
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering akar dapat dilihat pada Lampiran 47 s/d 48. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Perlakuan interval penyiraman air. interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap terhadap bobot kering akar.
Rataan bobot kering akar tanaman kakao umur 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air dapat dilihat dari Tabel 7 sebagai berikut.
ŷ = 0.153x2 - 2.267x + 6.232 R = 0,981
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00
0 2 4 6 8
Bobot Kering Tajuk (g)
Pupuk Daun (ml/L)
Xmaks= 7.40 Ymaks= 14.62
Tabel 7: Bobot kering akar (g) tanaman kakao 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air
Pupuk Daun (ml/L)
Penyiraman Air
Rataan T0:1xsehari T1:1x3hari T2:1x5hari T3:1x7hari
M0 (0) 0.99 1.03 1.07 1.11 1.05c
M1 (4) 1.90 2.03 1.97 1.63 1.87b
M2 (6) 1.89 1.90 1.84 1.87 1.88b
M3 (8) 2.21 2.27 2.25 2.20 2.23a
Rataan 1.75 1.81 1.79 1.70
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada uji jarak berganda duncan pada taraf α=5%.
Tabel 7 menunjukkan bahwa pada perlakuan pupuk daun menghasilkan bobot kering akar tertinggi pada perlakuan M3 (8 ml/l) yaitu 2.23 g yang berbeda nyata pada M2 (6 ml/l) yaitu 1.88 g. M1 (4 ml/l) yaitu 1.87 g dan M0 (0 ml/l) yaitu 1.05 yang merupakan rataan terendah bobot kering akar bibit kakao.
Perlakuan interval penyiraman air dengan berat kering akar tertinggi terdapat padaperlakuan T1(1x3hari) yaitu 1.81g dan terendah pada perlakuan T3(1x7hari) yaitu 1.7 g.
Hubungan perlakuan pupuk daun dengan bobot kering akar tanaman pada 16 MST dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Hubungan perlakuan pupuk daun dengan berat kering akar bibit tanaman kakao pada 16 MST
Gambar 8 menunjukkan hubungan linear positif antara berat kering akar
dengan pemberian beberapa dosis pupuk daun dengan persamaan
ŷ = 0.142x + 1.117 dengan r = 0.938, dimana bobot kering akar tanaman akan semakin meningkat dengan meningkatnya dosis pemberian pupuk daun.
Rasio Tajuk – Akar
Data hasil pengamatan dan sidik ragam panjang akar dapat dilihat pada Lampiran 49 s/d 50. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa.
perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air serta interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap terhadap rasio tajuk akar.
Rataan rasio tajuk akar tanaman kakao umur 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air dapat dilihat dari Tabel 8 sebagai berikut.
ŷ = 0.142x + 1.117 r = 0.938
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
0 2 4 6 8
Bobot Kering Akar (g)
Pupuk Daun (ml/L)
Tabel 8. Rasio tajuk akar tanaman kakao 16 MST pada perlakuan pupuk daun dan interval penyiraman air
Pupuk Daun (ml/L)
Penyiraman Air
Rataan T0:1xsehari T1:1x3hari T2:1x5hari T3:1x7hari
M0 (0) 5.56 6.93 4.95 6.21 5.97
M1 (4) 8.11 7.45 6.53 7.78 7.47
M2 (6) 7.78 6.56 7.71 7.85 7.47
M3 (8) 6.44 6.66 7.45 7.05 6.90
Rataan 7.03 6.90 6.66 7.22
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada uji jarak berganda duncan pada taraf α=5%.
Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada perlakuan pupuk daun M2 (6 ml/l) yaitu 7.47 dan terendah pada perlakuan M0 (0 ml/l) yaitu 5.97. Rataan tertinggi pada perlakuan interval penyiraman air pada perlakuan T3 (1x7hari) yaitu 7.22 dan terendah T2 (1x5hari) yaitu 5.97.
Pembahasan
Pengaruh Pemberian Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)
Berdasarkan hasil sidik ragam pemberian pupuk daun berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang. Tinggi tanaman dengan rataan tertinggi dihasilkan pada perlakuan M3(8 ml/l) yaitu 79.75 cm dan terendah pada perlakuan M0 (0 ml/l) yaitu 62.74 cm. Sedangkan untuk diameter batang dengan rataan tertinggi didapat pada perlakuan M3(8 ml/) yaitu 9.55 mm dan terendah pada perlakuan M0 (0 ml/l) yaitu 7.29 mm. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan nitrogen yang tinggi terdapat pada pupuk daun yaitu N: 4% P: 3% K:
3% mampu mencukupi kebutuhan hara tanaman. Dimana kandungan N akan
merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman seperti tinggi dan diameter batang.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hansen et al., (2017) yang menyatakan ketersediaan nitrogen yang cukup mempunyai peran utama untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan dan khususnya pertumbuhan batang yang dapat memacu pertumbuhan tinggi tanaman. Tersedianya unsur hara yang cukup dapat meningkatkan proses fotosintesis dan metabolisme tanaman yang akan memacu pertumbuhan tinggi yang diikuti dengan pertambahan lilit batang yang besar.
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk daun berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan total luas daun.Jumlah daun dengan rataan tertinggi dihasilkan pada perlakuan M3 (8 ml/l) yaitu 28.35 helai dan terendah terdapat pada perlakuan M0 (0 ml/l) yaitu 22.90 helai. Sedangkan untuk total luas daun dengan rataan tertinggi dihasilkan pada perlakuan M3 (8 ml/l) yaitu 3199.13 cm² dan terendah pada perlakuan M0 (0 ml/l) yaitu 2034.0 cm². Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk supermes melalui daun lebih efektif dilakukan, karena unsur hara yang dikandung pupuk supermes cepat diserap tanaman melaui mulut daun dan celah kutikula sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat didukung oleh pemberian dosis yang tepat. jenis pupuk yang tepat, sasaran yang tepat. dan waktu yang tepat pada saat mengaplikasikannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kurniastuti dan Palupi (2018) yang menyatakan bahwa unsur hara yang terkandung dalam bentuk ion-ion yang ada dipermukaan daun akan bergerak masuk secara difusi dan osmosis ke dalam sel setelah stomata membuka.
Pupuk daun lebih efisien jika diaplikasikan pada tanaman sesuai kebutuhan, bila pupuk diberikan melebihi konsentrasi optimum, maka dapat mengakibatkan