• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mau menggali kembali atau mau merubah Pancasila 1 Juni 1945?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mau menggali kembali atau mau merubah Pancasila 1 Juni 1945?"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Mau menggali kembali atau mau merubah

Pancasila 1 Juni 1945 ?

Roeslan

Tidak dapat dipungkiri lagi tentang adanya gerakan sekelompok orang atas nama agama Islam (elemen-elemen NU di Berlin), yang ingin menggali kembali dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Pancasila 1 Juni 1945. Gerakkan ini muncul dalam suatu seminar di KBRI Berlin, yang di selenggarakan pada hari Jumat sore tanggal 05.06.2015 sekitar jam 16, yang mengambil tema Pancasila dan Maritem. Dalam konteks Pancasila seminar tersebut mengambil tema : Menggalai kembali Pancasila untuk keadilan dan kemakmuran bangsa.

KOMENTAR

PADA 1 JUNI 1945, DIHADAPAN BADAN PENYELIDIK USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (BPUPKI) BUNG KARNO, PERTAMA KALI BERPIDATO TENTANG PANCASILA, YANG SELANJUTNYA MENJADI DASAR IDEOLOGI NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Dalam pidato pembukaan hahirnya Pancasila 1 Juni 1945 didepan Sidang Dokurizu Zyunbi Tyoo Sakai, untuk menyampaiakan dasar Indonesia Merdeka. Dalam pidato itu Bung Karno menyatakan bahwa Pancasila adalah Sebagai 'Philosofische Grondslag' dari pada Indonesia Meredeka. Philosifische grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran-yang-sedalam-dalamnya, jiwa, hasyrat-yang- sedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. Merdeka buat saya (BK) ialah : “political independence” politieke onafhankeijkheid. (TUJU BAHAN POKOK INDOKTRINASI- bahan pokok 1 Lahirnya Pancasila –halaman 13).

Paduka tuan yang mulia ! Saya mengerti apakah yang Paduka tuan kehendaki ! Paduka tuan minta d a s a r, minta philosophosche grondslag, atau jikalau kita boleh memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka tuan Ketua yang mulia meminta suatu adalah “Weltanschauung”. diatas mana kita mendirikan negara Indonesia itu. (TUJU BAHAN POKOK INDOKTRINASI- bahan pokok 1 Lahirnya Pancasila –halaman 20).

Dalam pidato pembukaan Pancasila 1 Juni 1945 itu Bung Karno mengatakan : “Kita hendak mendirikan negara Indonesia Merdeka diatas ‘Weltanschauung’ apa?, Nasionaliskah?, Marxis-kah, San Min chu I-kah; ‘Weltanschauung’ apakah?” (Buku yang sama halaman

(2)

2 22)

Sudara-saudara sekalian, kita telah bersidang tiga hari lamanya, banyak pikiran telah dikemukakan,-macam-macam.- tetapi alangkah benarnya perkataan dr. Soekiman, perkataan Ki Bagoes Hadikoesoemo, bahwa kita harus mencari persetujuan, mencari persetujuan faham. Kita bersama-sama mencari persatuan philosophische grondslag. Mencari satu “Weltanschauung” yang kita semua setuju. Saya katakan lagi setuju!. Yang saudara Yamin setujui, yang Ki Bagoes setujui, yang Ki Hajar setujui, yang saudara Sanoesi setujui, yang sadara Abikoesno setujui,yang saudara Lim Koen Kian setujui, pendeknya kita semua mencari satu modus. Tuan Yamin, ini bukan compromis, tapi kita besama-sama mencari satu hal, yang kita bersama-sama setujui,Apakah itu !. Pertama-tama saudara –saudara saya bertanya : Apakah kita hendak mendirikan Indonesia Merdeka untuk sesuatu orang, untuk sesuatu golongan? Mendirikan negara Indonesia Merdeka yang namanya saja Merdeka, tapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu orang, untuk memberi kekuasaan kepada satu golongan yang kaya, untuk memberi kekuasaan pada satu golongan bangsawan?.

Apakah maksud kita begitu?, Sudah tentu tidak ! Baik saudara-saudara yang bernama kaum kebangsaan yang disisni, maupun saudara-saudara yang dinamakam kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan negara yang demikian itulah kita punya tujuan. Kita hendak mendirikan suatu negara “semua buat semua” . Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan maupun golongan yang kaya,-tapi “semua buat semua”.

Inilah salah satu dasar pikiran yang nanti akan saya jelaskan kali. (dikutip dari buku yang sama “Pidato Bung Karno pada hari kelahiran Pancasila 1 juni !945” halaman 23 dalam buku yang sama).

Sampai disini jelasaslah bahwa Pancasila itu sudah digali secara teliti, jimet dan sangat mendalam oleh banyak bapak-bapak pendiri bangsa dan NKRI, yang nama-namanya antara lain sudah di sebutkan diatas.

Kalau sekarang ini ada elemen-elemen agama Islam , kongkritnya elemen-elemen NU, yang hendak menggali kembali Pancasila untuk keadilan dan kemakmuran bangsa; lalu apanya yang mau digali kembali?, dan apa dasarnya?. Bukankan Pancasila itu sudah final dan paling ideal , serta tidak bisa diubah dengan dasar lainnya. Pancasila 1 Juni 1945 adalah senjata untuk menyatukan bangsa Indonesia yang bineka Tunggal Ika. Bukankah Pancasila 1 juni 1945 itu sudah kita setujui bersama? Lalu apa maunya elemen-elemen NU di Berlin yang hendak menggali kembali Pancasila? Apakah mereka sudah mempunyai

(3)

3 strategi politik tertentu, yang ujung-ujungnya menolak Pancasila 1 Juni 1945 ciptaan Bung Karno, dan akan menganti dengan dasar yang lainnya?

Selanjutnya dalam Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945, yang ditulis dalam buku TUJU BAHAN POKOK INDOKTRINASI halaman 33-35, Bung Karno menagtakan: Saudara-saudara saya usulkan: Kalau kita mencari demokrasi hendaknya bukan demokrasi barat, tapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni politiek – economische demokrasi, yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial ! Rakyat Indonesia sudah lama berbicara hal ini.. …… Maka oleh karena itu, jikalu kita memang betul-betul mengerti , mengingat, mencintai rakyat Indonesia, marilah kita terima prinsip hal sosiale rechtwaardigkeid ini, yaitu bukan saja perasaan politik, saudara-saudara, tapi juga diatas lapangan ekonomi kita harus mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya.

Dan selanjutnya dalam halaman 34 Bung karno mengatakan: Juga dalam urusan kepala negara, saya terus terang, saya tidak memilih monarchie. Apa sebab? Oleh karena monarchie “vooronderstelt erfelijkheid” - turun-menurun. Saya Islam, saya demokrat karena saya Islam saya menghendaki mufakat, maka saya minta supya tiap-tiap kepala negara pun dipilih. Tidakah agama Islam mengatakan bahwa kepala-kepada negara, baik kalif, maupun amirul mu´minin, harus dipilih rakyat?

Saudara.saudara apakah, apakah prinsip kelima itu ? 1. Kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme – atau pri-kemanusiaan 3. Mufakat – atau demokrasi

4. Kesejahteraan sosilal

Prinsip yang kelima hendaknya : Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Setelah mengalami diskusi dengan musyawarah dan mufakat akhirnya Pancasila yang diterapkan dalam pembukaan UUD 45 adalah sebagai berikut :

1. Ketuhanan yang maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradap 3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

(4)

4 Pada saat itu ada usulan amandemen yang diajukan, yalah supaya sesudah sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, ditambahkan 7 kata-kata. Dan 7 kata-kata itu yalah berbunyi : dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. (halaman 368-369, buku Tuju Bahan Pokok Indoktrinasi).

Selanjutnya pada halaman 368 dikatakan (dalam buku yang sama)

Tujuh kata-kata ini diambil dari apa yang dinamakan Piagam-Jakarta atau Jakarta-Charter, suatu dokumen- historis, yang dibuat pada tanggal 22 Juni 1945, ditanda tangani oleh 9 tokoh pemimpin Bangsa kita yaitu : Soekarno, Moh Hatta, AA Maramis, Abikusno, AK Muzakir, HA Salim, Mr. A. Subardjo. K. Wahid Hasjim dan Moh. Yamin.

Kemudian pada saat-saat menjulangnya Api-Revolusi kita. yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, perumusan ini dihilangkan dari UUD, yang dengan resmi dan sah disusun pada hari itu juga. Juga dihapuskan sjarat, bahwa Presiden Republik Indonesia harus beragama Islam.

Sebab apa dihilangkan?

Menurut authentiek yaitu catatan-catatan resmi dari Sidang Pembuat UUD. pada tanggal 18 Agustus itu, maka alasan menghilangkan 7 kata-kata perumusan Jakarta-Charter tersebut yalah untuk menjaga keutuhan-seluruh –bangsa Indonesia dari Sabang sampai ke Merauke.

Bung Hatta sendiri, yang pada waktu itu mengetuai Sidang Panitia persiapan Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945 itu a.l. berkata:

“Dengan membuang 7 kata-kata ini serta syarat bahwa Presiden yalah orang Indonesia-asli, yang harus beragama Islam, maka inilah merupakan perobahan yang maha penting, yang menyatukan Bangsa, sjarat-sjarat itu menyinggung perasaan, sedangkan membuang ini maka seluruh Hukum UUD dapat diterima oleh daerah Indonesia yang tidak beragama Islam, umpamanya yang yang pada waktu itu diperintah oleh Kaigum. Persetujuan dalam hal ini juga sudah didapat antara berbagai golongan, sehingga memudahkan pekerjaan kita waktu sekarang ini.” (hal. 369)

Demikianlah apa yang dapat kita baca dari notulen-authentiek dari Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan tanggal 18 Agustus 1945 itu, ducapkan oleh Ketuanya, yaitu Bung Hatta.

(5)

5 Dari sini dapat kita tarik suatau kesimpulan bahwa Pancsila 1 Juni 1945 itu sudah Final, dan tidak bisa dirubah-rubah lagi dengan dasar yang lain.

Memang kita semua sudah menyaksikan bahwa pelaksanaan Pancasila 1 Juni 1945, saat ini belum memadai jika ditinjau dari hakekat yang sebenarnya dari Pancasila 1 Juni 1945. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut: Dalam konteks ini bailah kita cermati pidato Bung Karno dalam menyambut Ulang tahun kemerdekaan 17 Agustus 1960, yang berjudul : JALANNYA REVOLUSI KITA (JAREK) (dalam buku yang sama halaman 187). Dalam pidato itu Bung Karno menjelaskan : Ada hubungan yang erat antara Pancasila dengan Manifesto Politik dan USDEK.

Manifesto Politik adalah pancaran dari Pancasila, USDEK adalah pancaran dari Pancasila. Manifesto Politik, USDEK dan Pancasila, adalah terjalin satu sama lain, Manifesto Politik, USDEK dan Pancasila tak dapat dipisah-pisahkan satu sama liain. Selanjutnya dalam pidato itu Bung Karno mengatakan: Jika saya harus mengambil qias agama, -sekedar qias !-maka katakan bahwa Pancasila adalah semacam Qur´annya, dan Manifesto Politik-USDEK adalah Hadis-shahinya. (Awas! saya tidak mengatakan bahwa Pancasilasila adalah Qur´an, dan bahwa Manifesto Politik dan USDEK adalah Hadis ! Qur´an dan Hadis-shahih merupakan satu kesatuan – maka Pancasila dan Manifesto Politik dan USDEK pun merupakan satu kesatuan (JAREK hal:200 dalam buku TUJU BAHAN POKOK INDOKTRINASI).

Sedikit penjelasan: Manipol/USDEK merupakan akronim1 dari Manifesto politik/Undang-Undang Dasar1945, Sosialis Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin,dan Kepribadian Indonesia, yang oleh Bung Karno dijadikan sebagai Pola pembangunan negara Republik Indonesia, sehingga harus dijunjung tinggi, dipupuk, dan dijalankan oleh semua bangsa Indonesia. Penjelasan dan penekanan Bung Karno bahwa

Manifesto Politik, USDEK dan Pancasila, adalah terjalin satu sama lain, Manifesto Politik, USDEK dan Pancasila tak dapat dipisah-pisahkan satu sama liain. Artinya Pancasila itu sudah dipikirkan secara mendalam sekali oleh bapak-bapak para pendiri bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemikiran tersebut sesuai dengan pemikiran mutahir (baru dan modern) dizaman modern sekarang ini yaitu pemikiran sistem. Munculnya pemikiran sistem merupakan sebuah revolusi menyeluruh dalam sejarah pemikiran ilmiah Barat. Pemikiran sistem dalam rangka adanya saling keterkaitan, hubungan-hubungan, keteraturan dan konteks.

(akronim1: Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online [2] kependekan yg berupa

gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yg ditulis dan dilafalkan sbg kata yg wajar (msl mayjen mayor jenderal, rudal peluru kendali, dan sidak inspeksi mendadak)

(6)

6 Substansi dan Bentuk. Ketegangan antara pemikiran mekanisme dan holisme2 merupakan

tema yang selalau berulang disepanjang sejarah biologi. Ini adalah merupakan konsekuensi yang tak dapat terhindarkan dari pembagian kuno antara subsatansi (materi,struktur, kwantitas) dengan bentuk (pola, keteraturan, kwalitas).

(holisme2 berasal dari perkataan holon; kata Holons adalah merupakan suatu keseluruhan, tapi juga sekaligus memrupakan bagian dari keseluruhan yang lain. Misalnya , seluruh bagian dari Atom adalah merupakan bagian dari seluruh molekul; seluruh molekul adalah merupakan bagian dari seluruh Celle; seluruh Celle adalah merupakan bagian dari organisme dst. Jadi Holon itu mempunyai dua sifat/kemampuan, yaitu sebagai keseluruhan dan bagian. Ini berarti Keseluruhan itu juga menghayati bagian).

Mencermati Pancasila 1 Juni 1945 dari sudut pandang pemikiran Sistem.

Dari sudut pandang sistem, memahami Pancasila harus dimulai dari memahami polanya. Studi tentang pola sangat penting untuk memahami system Pancasila, karena sifat- sifat sistemik, sebagaimana kita lihat dari suatu konfigurasi hubungan-bubungan yang teratur dalam Pancasila 1 Juni 1945. Jadi apa yang rusak ketika ketika Pancasila mati?; Pancasila mati, karena polanya sudah dihancurkan, sejak berkuasannya rezim totaliterisme militer pimpinan jendral TNI AD Soeharto.

Pola pembangunan NKRI adalah Manifesto Politik/USDEK (yang merupakan pancaran dari Pancasila 1 Juni 1945), sejak berkuasanya Orde Baru sudah dihancurkan, dan diganti dengan pola kesaktian Pancasila, yang berkaitan erat dengan pembangunan masyarakat kediktatoran militer fasis, yang menggunakan kesaktian Pancasila untuk menghalalkan pembantaian massal (genosida) 1965-1966, terhadap 3 juta rakyat yang tak bersalah, memenjarakan dan membuang ratusan ribu rakyat yang tak bersalah ke pulau Buru.

Dampak dari kesaktian Pancasila sampai sekarang ini masih terrasakan, ini tercermin dalam bentuk menentang penuntasan pelanggaran HAM berat 1965-1966, melalui pengadilan HAM AD HOC, dan pelestarian TAP MPRS XXV/1966 yang melarang semua faham Sosialisme, dan komunisme, dan TAP MPRS XXXIII/1967 (yang berkaitan dengan nama baik Bung Karno).

Sudah 17 tahun reformasi, tapi sampai sekarang ini belum ditemukan pemimpin bangsa Indonesia yang mau memahami pola-pola tersebut, sehingga pembangunan yang mencerminkan tuntutan hakiki Pancasila 1 Juni 1945, hingga saat ini belum dapat dirasakan hasilnya, dalam konteks ini yang salah bukan Pancasila 1 Juni 1945, yang salah adalah polanya karena sudah dihancurkan oleh rezim militer fasis Orde Baru, dan

(7)

7

diteruskan oleh rezim reformasi gadungan sampai sekarang ini.

Apakah pola Pembangunan NKRI menurut Pancasila 1 Juni 1945, Pola Pembangunan itu adalah : Demokrasi Terpimpim, yang artinya adalah Demokrasi yang mengikuti keteraturan yang telah ditetapkan oleh Pancasila 1 Juni 1945, yaitu Demokrasi yang mempraktekan musyawarah dan mufakat, Demokrasi yang membela amanat penderitaan rakyat, dan membela kedaulatan rakyat, bukan demokrasi leberal/neoliberal yang dikagumi oleh pera elite bangsa Indonesia yang berkuasa dinegeri ini. Demikin juga pola Perekonomian, seharusnya melaksanakan pola Demokrasi ekonomi, menurut UUD 45, khususnya Pasal 33 UUD 45, bukan ekonomi neoliberal, yang mengikuti globalisasi pasar bebas milik kaum kapitalis neoliberal, pimpinan imperialisme AS, dimana kedaulatan

pasar ditempatkan diatas kedaulatan rakyat; dan pola persatuan bangsa Indonesia,

yaitu persatuan dari semua gplongan, yang menyetujui jiwa Pancasila 1 Juni 1945 , yaitu persatuan yang berjiwa Pluralisme. Semuanya ini sudah dihancurkan, sehingga Pancasila telah busuk dan mati.

Jadi jika mememang kita iklas dan jujur hendak menghidupkan kembali Pancasila 1 Juni 1945, maka kita harus berjuang secara bergotong royong dari semua kekuatan demokratis dan revolusioner, menghidupkan kembali pola-pola Pancasila 1 Juni 1945, seperti yang sudah disebutkan diatas; agar supaya kita dapat menghadirkan kesejahteraan hidup bagi Rakyat Indonesia secara keseluruhan. Menghadirkan suatau masyarakat yang bebas dari adanya penghisapan manusia atas manusia, yang oleh Bung Karno disebut masyarakat sosialis Indonesia.

Cara menggali kembali Pancasila untuk keadilan dan kemakmuran bangsa, sama sekali tidak dapat dibenarkan, karena Pancasila 1 Juni 1945 itu sudah final, tak perlu digali kembali, yang penting bagi kita adalah menghidupkan kembali pola-pola Pancasila 1 Juni 1945 , yaitu demokrasi terpimpin, demokrasi ekonomi, kebudayaan Indonesia, dan manifesto politik/USDEK, ini yang harus dihidupkan kembali, jika kita memang iklas dan jujur hendak menghadirkan kemakmuran dan kesejahteraan Rakyat Indonsesia. Cara menggali kembali Pancasila adalah jalan yang sesat, oleh karena itu perlu dipertanyakan: Mau menggali kembali atau mau merubah Pancasila 1 Juni 1945?

Oleh karena itu studi tentang pola sangat penting untuk memahami system kehidupan Pancasila 1 Juni 1945 yang sifatnya sistemik, sebagaimana yang telah di sebutkan diatas, yang muncul dari suatu konfigurasi hubungan-hubungan yang teratur. Sifat-sifat sistemik adalah sifat-sifat suatu pola, jadi apa yang rusak ketika Pancasila 1 Juni 1945 mati, yang rusak adalah polanya. Semua komponen-komponennya yaitu bangsa Indonesia masih tetap ada, Rayat Indonesia yang patriotik dan revolusioner masih ada,

(8)

8 Bineka Tunggal Ika masih ada, kaum Buruh dan Tani yang mendukung UUD 45, khususnya Pasal 33 UUD 45 masih ada, para patriot revolusioner Indonesia masih ada, para pengusaha nasional yang patriotik masih ada, UUD 45, khususnya Pasal 33 UUD 45, Pancasila 1 Juni 1945, semuanya masih tetap ada, tapi konfigurasi hubungan diantara komponen-komponen itu telah dihancurkan lewat TAB MPRS XXV/1966 , bikinan rezim diktator militer fasis pimpinan jendral TNI AD Soeharto, sehingga Pancasila mati sampai sekarang ini.

Penghancuran komponen-komponen bangsa ini tercarmin dalam TAB MPRS XXV/1966, yang melarang mempelajari teori-teori sosialisme, komunime , TAB MPRS XXV /1966 diera reformasi sekarang ini masih terus dijunjung tinggi oleh DPR RI, dan para politikus busuk warisan rezim militer fasis Soeharto. Semua gerakan yang memperjuangkan kembalinya UUD 45, khususnya Pasal 33, dan Pancasila 1 Juni 1945, Manifesto Politik /USDEK langsung dicurigai dan diberi stempel PKI, di ancam dan di tangkap oleh polisi.

Hanya almarhum Presiden Gus Dur yang pernah mencanangkan agar supaya TAP MPRS XXV/1966 dicabut, dampaknya adalah Gus Dur dilengser oleh gerakan poros tengah pimpinan Amin rais. Pengalaman Gus Dur inlah yang mencerminkan bahwa di NKRI era reformasi ini masih banyak elemen-elemen orde baru yang anti UUD 45, khususnya khususnya Pasal 33 UUD 45 , dan Pancasila 1 Juni 1945, dan mereka masih mendominasi kekuasaan politik di NKRI sebagai penumpang–penumpang gelap di NKRI, yang katanya sudah berreformasi sejak 17 tahun lamanya.

Nampaknya semua eleman-eleman Orde Baru dan para elite reformis gadungan (busuk) yang berkuasa di negeri ini, tak dapat memahami keadaan ini, karena mereka gagal dalam memahami pentingnya pola, yang terkandung dalam jiwa Pancasila 1 Juni 1945, dan mereka terus memutus konfigurasi hubungan-hubungan diantara komponen-komponen bangsa Indonesia yang Bineka Tunggal Ika. Itulah sebabnya mengapa sudah 17 tahun reformasi tapi Pancasila 1 Juni 1945 masih belum dapat dilaksanakan sepenuhnya . Sungguh menyedihkan kondesi seperti ini !!!

Referensi

Dokumen terkait

Memungkinkan dapat terjadi pada saat proses pemberian nilai siswa karana dalam penialain menunggu hasil penilaian yang sudah lengkap dari guru bidang studi kemudian diberikan wali

Dari data dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kendala yang kira-kira dihadapi oleh industri nasional dalam berpartisipasi adalah (1) Kebijakan pemerintah

Hasil analisa bivariat untuk melihat hubungan setiap komponen karakteristik dengan kondisi perilaku dan fungsi kognitif sebagian besar tidak ada yang menunjukkan hubungan

Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN K1 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG LIMUN MEDAN TAHUN 2013.. Nama Mahasiswa :

Pemilikan Rumah (KPR) pada Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Surabaya. Bagi STIE

Hasil penelitian diperoleh alternatif strategi pengembangan usahatani padi yang dapat dilakukan Pemerintah di Desa Payabenua adalah Strategi S-O : 1) optimalisasi lahan

Pemupukan silika merupakan upaya yang ditujukan untuk menyediakan silika dalam bentuk yang dapat diserap tanaman. Bahan – bahan yang digunakan sebagai sumber silikat untuk

Pendekatan sistem yang penulis ambil adalah analisis dan perancangan terstruktur, digunakan untuk mendefinisikan dan mengilustrasikan organisasi dari sistem informasi