• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KADAR AIR BENIH DAN JENIS KEMASAN TERHADAP VIGOR BENIH SORGUM (SORGUM BICOLOR [L.] MOENCH) DALAM ENAM BULAN MASA SIMPAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KADAR AIR BENIH DAN JENIS KEMASAN TERHADAP VIGOR BENIH SORGUM (SORGUM BICOLOR [L.] MOENCH) DALAM ENAM BULAN MASA SIMPAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

® PS AGRONOMI PPs UNHALU

P

ENGARUH

K

ADAR

A

IR

B

ENIH DAN

J

ENIS

K

EMASAN

T

ERHADAP

V

IGOR

B

ENIH

S

ORGUM

(S

ORGUM BICOLOR

[L.] M

OENCH

) D

ALAM

E

NAM

B

ULAN

M

ASA

S

IMPAN

Seed Water Content and Packaging Material Types Effect on the Sorghum’s Seed

(

Sorghum bicolor

(L.) Moench) Vigor During Six Months Storage

Oleh:

Eka Rahmatiah Tuwu

1)

, Gusti Ayu Kade Sutariati

2*)

, dan Suaib

2)

.

1)Alumni Program Studi Agronomi PPs Universitas Haluoleo

2)Dosen Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo *) Alamat surat-menyurat:gaksutariati@yahoo.com

ABSTRACT.This study aims to determine the effect of seed water content and type of packaging materials on the vigor of sorghum’s seed (Sorghum bicolor(L.) Moench). The research was conducted at the Laboratory of the Agrotechnology, Department of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Haluoleo University. This study was based on the Split Plot Design consisting of 2 factors. The first factor was the seed water content of 9% (K1), 11% (K2) and 13% (K3). The second factor was the type of packaging materials namely HVS 70 gr paper (J1),calico cloth(J2), alumunium foil(J3), andpolyethylene plastic(J4). The observed variables were USG, RGR, VI, DWNS and T50.The

results showed that the water content of 13% of poliethylen plastic packaging materials in combination was the best to uniformity of seedling growth (USG), relative growth rate (RGR), vigor indek (VI), dry weight of normal seedlings (DWNS) and T50until 6 mounth storage. The seed water content or types of packaging material in

partially, also were effected onuniformity of seedling growth(USG), relative growth rate(RGR), vigor indek(VI), dry weight of normal seedlings(DWNS) and T50.

Key words:Packaging materials, seed water content, Sorghum bicolor(L.) Moench.

ABSTRAK.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar air benih dan jenis kemasan terhadap daya simpan benih sorgum (Sorghum bicolor(L.) Moench). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) sebagai rancangan lingkungannya yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama sebagai petak utama adalah kadar air yaitu 9% (K1), kadar air 11% (K2), kadar air 13% (K3). Faktor ke dua sebagai anak petak adalah jenis kemasan yaitu kertas HVS (70 g) (J1), kain blacu (J2), aluminium foil(J3), dan plastik polietilen (J4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air benih 13% dan jenis kemasan plastik polyetilen memberikan pengaruh terbaik untuk peubah bobot keserempakan tumbuh (KST), kecepatan tumbuh (KCT-R), indeks vigor (IV), bobot kering kecambah normal (BKKN) dan T50 hingga periode

simpan 6 bulan. Kadar air benih atau jenis kemasan berpengaruh terhadap peubah keserempakan tumbuh (KST), kecepatan tumbuh (KCT-R), indeks vigor (IV), bobot kering kecambah normal (BKKN) dan T50.

Kata kunci: Jenis kemasan, kadar air benih, Sorghum bicolor(L.) Moench.

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian tanaman pangan di Indonesia merupakan simbol pembangunan pertani-an nasional ypertani-ang meliputi padi dpertani-an palawija. Namun di lain pihak pengembangan tanaman serealia lainnya selain padi dan jagung sangat diharapkan untuk menunjang diversifikasi pangan sebagai bahan alternatif untuk memenuhi kebutuhan akan pangan non beras.

Tanaman sorgum di Indonesia sebenarnya sudah sejak lama dikenal tetapi pengembangannya tidak sebaik padi dan jagung, hal ini dikarenakan

masih sedikitnya daerah yang memanfaatkan tanaman sorgum sebagai bahan pangan. Tanaman ini mem-punyai prospek yang sangat baik untuk dikem-bangkan secara komersial di Indonesia, karena didukung oleh kondisi agroekologis dan keterse-diaan lahan yang cukup luas.

Aktivitas pengelolaan benih sorgum dimu-lai dari panen sampai benih siap untuk digunakan atau untuk disimpan dalam waktu yang agak lama. Pengelolaan benih diperlukan untuk tetap menjaga kemurnian benih sorgum dari campuran material atau biji dari tanaman lainnya. Selain itu untuk menjaga agar kadar air benih dalam batas aman

(2)

untuk disimpan sehingga memperlambat laju dete-riorasi (kemunduran) benih.

Untuk menghambat deteriorasi maka benih harus disimpan dengan metode tertentu agar benih tidak mengalami kerusakan ataupun penu-runan mutu. Penyimpanan benih adalah usaha pengawetan benih yang berdaya hidup, semenjak pengumpulan hingga di lapangan. Maksud penyim-panan benih adalah agar benih dapat ditanam pada musim yang sama dilain tahun atau pada musim yang berlainan dalam tahun yang sama, atau untuk tujuan pelestarian benih dari suatu jenis tanaman (Sutopo, 2002).

Secara umum vigor diartikan sebagai ke-mampuan benih untuk tumbuh normal pada keada-an lingkungkeada-an ykeada-ang sub optimal. Vigor dipisahkkeada-an antara vigor genetik dan vigor fisiologi (Justice, 1990). Variabel-variabel yang tergolong dalam vigor benih adalah (1) Keserempakan Tumbuh (KST), (2) Kecepatan Tumbuh Relatif (KCT-R), (3) Indeks Vigor (IV), (4) Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN), (5) T50.

Kadar air benih yang tinggi dapat mening-katkan laju kemunduran benih pada tempat pe-nyimpanan. Laju kemunduran benih dapat diper-lambat dengan cara kadar air benih harus dikurangi sampai kadar air benih optimum. Penggunaan bahan pengemas yang tepat juga dapat melin-dungi benih dari perubahan kondisi lingkungan simpan yaitu kelembaban nisbi dan suhu. Kemasan yang baik dan tepat dapat menciptakan ekosistem ruang simpan yang baik bagi benih sehingga benih dapat disimpan lebih lama. Prinsip dasar pengemasan benih adalah untuk memper-tahankan viabilitas dan vigor benih, dan salah satu tolok ukurnya adalah kadar air benih.

Kombinasi perlakuan penyimpanan antara kadar air benih dan jenis kemasan telah banyak dilaku-kan, seperti Robi’in (2007) yang mengamati perbe-daan jenis kemasan dan periode simpan dan penga-ruhnya terhadap kadar air benih jagung dalam ruang simpan terbuka. Tatipata (2007) mengamati penga-ruh kadar air awal, jenis kemasan dan lama simpan terhadap protein membran dalam mitokondria benih kedelai. Sementara itu, kombinasi perlakuan penyimpanan untuk tanaman sorgum masih jarang di-lakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap pengaruh kadar air benih dan jenis kemas-an terhadap vigor benih sorgum.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari mulai bulan Juli sampai dengan Desember 2011.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sorgum lokal Sultra asal Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton yang dipanen oleh petani pada bulan Juni 2011. Bahan pengemas yaitu: kertas HVS 70 g; kain blacu;aluminium foil; plastik polietilen; sekam bakar, dan kertas label.

Alat-alat yang digunakan meliputi kotak perkecambahan (20 x 15 x 6 cm), timbangan anali-tik, oven listrik, cawan petri, desikator, alat pere-kat (sealer), gunting, benang, jarum, box penyim-panan dan alat tulis menulis.

Penelitian ini disusun berdasarkan Ran-cangan Petak Terbagi (Split Plot Design) sebagai ran-cangan perlakuannya, dan Ranran-cangan Acak Kelom-pok (RAK) sebagai rancangan lingkungannya, yang terdiri atas 2 faktor dengan 3 kelompok sebagai ulangan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah kadar air benih yaitu 9% (K1), 11% (K2) dan 13% (K3). Faktor ke dua sebagai anak petak adalah jenis bahan pengemas yaitu kertas HVS 70 g (J1), kain blacu (J2),aluminium foil(J3), dan plastik poli-etilen (J4). Dari 3 perlakuan petak utama dan 4 per-lakuan anak petak dengan 3 kelompok sebagai ulangan maka terdapat 12 kombinasi perlakuan dan 36 satuan percobaan.

Pertama-tama wadah kosong (cawan por-selen) ditimbang (M1). Selanjutnya kadar air benih dihitung atau diukur menggunakan metode oven dengan cara sebagai berikut (Sutariati dan Hasid, 2011): sebanyak 10 gram biji sorgum ditumbuk hingga hancur kemudian dimasukkan ke dalam wadah (cawan porselin) lalu ditimbang (M2). wadah + hancuran biji dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 103°C selama 17 jam. Setelah dioven-kan, wadah + biji dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang (M3). Perhitungan kadar air benih awal menggunakan rumus (ISTA, 2006): % . x M M M M KA 100 1 2 3 2   

Dengan: M1 = berat wadah; M2 = berat wadah + isi sebelum dioven; M3 = berat wadah + isi setelah dioven

Setelah mengetahui kadar air awal panen benih, selanjutnya dilakukan penetapan kadar air awal benih dengan cara penurunan kadar air benih sesuai dengan perlakuan menggunakan metode inkubator. Penetapan kadar air awal benih ini juga telah melalui hasil uji coba pendahuluan sebagai berikut: biji sorgum dengan kadar air awal panen 27% diturunkan kadar airnya dalam inkubator dengan suhu 30°C. Penurunan kadar air diamati secara berkala dengan interval waktu 1 jam. Hasil uji pendahuluan menunjukkan bahwa penurunan

(3)

1% kadar air membutuhkan waktu 2 jam dalam inkubator 30°C. Setelah uji pendahuluan, kadar air benih diseragamkan menjadi 15%. Penetapan kadar air benih untuk perlakuan (9%, 11% dan 13%), me-nggunakan perhitungan mundur, Untuk mendapat-kan kadar air 9%, 11% dan 13%, benih dimasukmendapat-kan dalam inkubator masing-masing selama 12 , 8 dan 4 jam.

Kemasan dipersiapkan sesuai dengan jenis-nya. Kemasan kertas HVS 70 g dibuat amplop, kemasan kain blacu dijahit dalam bentuk kantong kecil sedangkan kemasanaluminium foildan plastik polietilen ditutup dengan menggunakan alat pere-kat listrik (sealer).

Benih dimasukkan ke dalam masing-masing kemasan sebanyak 150 butir per unit per-cobaan. Benih dengan kadar air sesuai perlakuan kemudian dimasukkan ke dalam kemasan kertas HVS, kain blacu, aluminium foil dan plastik poly-etilen masing-masing sebanyak 6 kemasan. Selan-jutnya benih yang telah dikemas ditempatkan dalam box plastik, dan disimpan di dalam ruang terbuka di laboratorium pada suhu 28°C selama 6 bulan. Setiap bulan dilakukan pengamatan ter-hadap vigor benih. Pengujian dilakukan dengan metode uji perkecambahan pada medium arang sekam menggunakan wadah perkecambahan ber-ukuran 20 x 15 x 10 cm. Benih ditanam 50 butir per unit percobaan. Untuk menjaga kelembaban me-dium uji, dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore hari. Tempat pengujian juga disungkup dengan plastik yang dapat dibuka-tutup untuk menjaga kelembaban dan mengurangi curahan air jika ter-jadi hujan lebat.

Pengamatan vigor benih dilakukan terha-dap semua benih yang ditanam (50 butir). Peubah yang berhubungan dengan vigor benih yang diamati adalah: (1) Keserempakan tumbuh (KST), Dihitung berdasarkan persentase kecambah normal (KN) pada hari antara hitungan pertama (5 hst) dan ke dua (7 hst) yaitu pada 6 hst (Sadjadet al., 1999).

x.100% .ditaanam benih.yang II & gan.I tara.hitun KN.hari.an KST   

(2) Kecepatan tumbuh relatif (KCT-R), merupakan perbandingan nilai KCT dengan KCT maksimum. KCT maksimum sendiri diperoleh dari asumsi bahwa pada saat hitungan pertama kecambah normal sudah mencapai 100%. KCT dihitung berdasarkan akumulasi kecepatan tumbuh harian (Sadjadet al., 1999) dengan:

 tn N t KCT 0 /

Keterangan: t=waktu pengamatan; N = % KN setiap waktu pengamatan, dan tn = waktu akhir pengamatan.

Perhitungan KCT-R untuk benih sorgum adalah: etmal / % I. hitungan . hari KCTmaks 20 5 100 100   

% x KCTmaks KCT R KCT  100

(3) Indeks vigor (IV), (Copeland & McDonald, 1995), dihitung berdasarkan persentase kecambah normal pada hitungan pertama (5 hst) dengan rumus:

% 100 . . . . . x ditaanam yang benih I hitungan KN IV   

(4) Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN), yang ditunjukkan dengan kemampuan mengoptimalkan cadangan makanan dalam benih ke dalam bentuk akumulasi bobot kering kecambah. Pengujian dilakukan di akhir pengamatan. Seluruh kecambah normal dicabut, dibungkus dengan aluminium foil dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 60oC

selama 3 hari, setelah itu dimasukkan ke dalam desikator + 30 menit kemudian ditimbang, dan (5) T50adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai

50% total pemunculan kecambah, diamati dengan menghitung jumlah benih yang berkecambah setiap hari. T50dihitung dengan rumus (ISTA, 2006):

) ( ) ( ) % 50 ( 50 tj ti ni nj ni n ti T     

Keterangan: ti = waktu antara, pada saat atau sebelum benih berkecambah 50%; tj= waktu antara, setelah benih berkecambah 50%; 50% = jumlah benih berkecambah (50% dari total benih yang berkecambah); nj = jumlah benih berkecambah pada waktu tj, dan ni = jumlah benih berkecambah pada waktu ti.

Data semua variabel pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam. Apabila dalam analisis ragam terdapat pengaruh signifikan, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) pada taraf signifikan α=0,05.

HASIL

Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh kadar air benih dan jenis kemasan terhadap bebe-rapa peubah vigor benih disajikan pada Tabel 1.

(4)

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam pengaruh kadar air benih dan jenis kemasan terhadap vigor benih sorgum Periode Simpan No. Variabel 0 1 2 3 4 5 6 1. KST Kadar Air (K) ** ** ** tn * tn * Pengemas (J) ** ** ** ** ** ** ** Interaksi ** ** ** ** ** ** ** 2. KCT-R Kadar Air (K) ** ** ** ** ** ** * Pengemas (J) ** ** ** ** tn ** ** Interaksi ** ** ** ** ** ** ** 3. IV Kadar Air (K) * * ** tn tn tn tn Pengemas (J) ** ** * ** * ** ** Interaksi ** ** * ** ** ** tn 4. BKKN Kadar Air (K) tn tn tn tn tn * ** Pengemas (J) ** ** ** ** ** ** ** Interaksi * * * ** tn ** ** 5. T50 Kadar Air (K) ** ** ** ** tn * ** Pengemas (J) ** ** ** ** ** ** ** Interaksi ** ** * ** ** ** **

Keterangan: tn = Berpengaruh tidak nyata; * = Berpengaruh nyata (5%); ** = Berpengaruh sangat nyata (1%); KST = Keserampakan tumbuh; KCT-R = Kecepatan tumbuh relatif; IV = Indeks vigor; BKKN = Bobot kering kecambah normal; T50 = Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 50% perkecambahan.

Rekapitulasi hasil sidik ragam (Tabel 1) menunjukan bahwa pengaruh kadar air benih dan jenis kemasan baik secara mandiri maupun inter-aksi menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap vigor benih sorgum. Berdasarkan interaksi antar kadar air benih dan jenis kemasan berpengaruh nyata untuk semua periode simpan. Interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan (Tabel 2)

menunjukkan bahwa benih sorgum yang disimpan pada kemasan plastik polietilen memiliki nilai KST tertinggi untuk semua tingkat kadar air hingga periode simpan 6 bulan nilai KST mencapai 68.00%, sedangkan benih yang disimpan dengan kemasan kertas pada kadar air 11% memiliki nilai KST teren-dah yang hanya mencapai 48.00%.

Tabel 2. Pengaruh interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan terhadap keserempakan tumbuh benih pada beberapa periode simpan

Periode Simpan KA Pengemas

0 1 2 3 4 5 6

9 Kertas 64.67d 64.67de 68.00de 64.67def 66.67cdef 60.00cd 60.00bc

Kain Blacu 65.33d 64.67de 68.00de 63.33ef 56.00g 60.67cd 53.33cde

Al. Foil 66.00d 62.67e 68.00de 73.33ab 70.00abc 55.33de 54.67cde

Plastik 68.67cd 68.67cd 70.00cde 71.33abc 66.67cdef 67.33ab 60.00bc

11 Kertas 75.33c 72.67c 76.00b 69.33bcd 73.33a 61.33c 48.00e

Kain Blacu 75.33c 73.33c 73.33bc 73.33ab 69.33abcd 59.33cd 58.00bcd

Al. Foil 69.33cd 69.33cd 67.33de 66.67cde 67.33bcde 60.00cd 60.00bc

Plastik 63.33d 63.33e 70.00cde 65.33de 63.33ef 64.00bc 65.33ab

13 Kertas 62.00d 52.67f 66.67e 60.00f 52.00h 52.00e 52.67cde

Kain Blacu 81.33b 81.33b 84.00a 73.33ab 62.67f 62.67bc 58.67bcd

Al. Foil 62.67d 62.67e 71.33cd 68.67bcde 65.33def 64.67bc 63.33ab

Plastik 100.00a 100.00a 82.00a 76.00a 71.33ab 71.33a 68.00a

(5)

Berdasarkan hasil pengamatan interaksi antar perlakuan kadar air benih dan jenis kemasan berpengaruh nyata untuk semua periode simpan. Interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan (Tabel 3) menunjukkan bahwa benih sorgum yang disimpan pada kemasan plastik polietilen memiliki nilai KCT-R tertinggi untuk semua tingkat kadar air hingga periode simpan 6 bulan, sedangkan benih

yang disimpan dengan kemasan kertas dengan kadar air 13% memiliki nilai KCT-R terendah.

Pada masa periode simpan 0, 1, 2, dan 3 bulan terjadi penurunan nilai KCT-R, namun pada masa periode simpan empat bulan mengalami kenaikan dan menurun kembali pada periode simpan 5 dan 6 bulan.

Tabel 3. Pengaruh interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan terhadap kecepatan tumbuh relatif benih pada beberapa periode simpan

Periode Simpan

KA Pengemas

0 1 2 3 4 5 6

9 Kertas 42,94a 42,89b 37.54a 35.87ab 33.25def 35,49bc 29,94g

Kain Blacu 39,37a 39.67cd 37.08a 36.30a 37.96b 32.12def 33.16cde

Al. Foil 39,47a 41.30bc 38.37a 32.80bcd 33.14ef 38.41a 34,40bcd

Plastik 37,93a 37.93de 37.16a 35.04abc 36.05bc 34,52cd 35.30ab

11 Kertas 33.61b 35,07f 32.03b 33.64 30.27g 32,03def 30.31g

Kain Blacu 33.51b 34,60f 32.91b 30.49de 31.05fg 33.82cde 31.41efg

Al. Foil 34.53a 36.27ef 38.71a 33.98abc 34.88cde 34.01cde 32.69def

Plastik 39.90a 39,90cd 36.38a 35.74ab 37.24bc 33.44de 36,97a

13 Kertas 21.39a 21.39h 37.41a 32.43cd 33.35def 30.00f 29.92g

Kain Blacu 30.23c 30,23g 27.42c 29.47e 35.54bcde 31.52ef 30.79g

Al. Foil 40.39a 40.39c 35.72a 34.40abc 35.71bcd 32.79de 31.03fg

Plastik 40.57b 45,48a 30.91b 36.57a 41.68a 37,77ab 34.58bc

Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berpengaruh tidak nyata berdasarkan UJBD 5%. Berdasarkan hasil pengamatan interaksi

antar perlakuan kadar air benih dan jenis kemasan berpengaruh nyata hingga periode simpan 5 bulan, namun berpengaruh tidak nyata pada periode simpan 6 bulan. Interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan (Tabel 4) menunjukkan bahwa benih sorgum yang disimpan pada kemasan plastik

polietilen memiliki nilai indeks vigor (IV) tertinggi untuk semua tingkat kadar air hingga periode simpan 5 bulan, sedangkan benih yang disimpan dengan kemasan kertas dengan kadar air 13% memiliki nilai IV terendah dan berpengaruh tidak nyata dengan benih yang disimpan dengan kemasan kain blacu.

Tabel 4. Pengaruh interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan terhadap indeks vigor (IV) benih pada beberapa periode simpan

Periode Simpan

KA Pengemas

0 1 2 3 4 5 6

9 Kertas 58.67bc 57.33bcd 60.67abc 44.67ef 48.67bc 34.67ef 31.33

Kain Blacu 56.67bc 54.67bcd 61.33abc 42.67f 38. 00d 39.33de 30.67

Al. Foil 56.67bc 56.67bcd 57.33abcd 53.33bc 49.33bc 30.00f 38.00

Plastik 52.00cb 52.00de 60.00abc 56.00ab 54.67ab 51.33ab 51.33

11 Kertas 56.00bc 56.00bcd 49.33de 52.67bcd 60.00a 40.67cde 39.33

Kain Blacu 64.00b 64.00b 53.33cde 44. 67ef 46.00bc 44.00abcd 36.67

Al. Foil 47.33d 47.33de 54.67bcde 50.00cde 47.33bc 39.33de 42.67

Plastik 52.67cd 52.67cde 52.67cde 47.33def 45.33c 47.33abc 46.67

13 Kertas 50.67cd 44.67e 48.00e 42.67f 36.00d 40.00cde 38.00

Kain Blacu 63.33b 63.33abc 66.67a 52.00bcd 52.00abc 40.00cde 39.33

Al. Foil 55.33bc 55.33bcd 56.67bcd 58.00ab 50.67bc 52.00a 48.67

Plastik 82.67a 82.67a 62.67ab 61.33a 60.67a 43.33bcd 57.33

Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berpengaruh tidak nyata berdasarkan UJBD 5%. Berdasarkan Tabel 5, interaksi perlakuan

antara kadar air benih dan jenis kemasan menun-jukkan bahwa benih sorgum yang disimpan dengan menggunakan kemas plastik polietilen

menunjuk-kan nilai bobot kering kecambah normal tertinggi pada periode simpan 0, 1, 2, 3, 5, dan 6 bulan untuk semua tingkat kadar air benih, namun berpengaruh tidak nyata pada periode simpan 4 bulan. Benih

(6)

sorgum yang disimpan pada kemasan kertas

memiliki nilai bobot kering kecambah normal paling rendah untuk periode simpan 0, 1, 2, 3, 5, dan 6bulan.

Tabel 5. Pengaruh interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan terhadap berat kering kecambah normal benih pada beberapa periode simpan

Periode Simpan

KA Pengemas

0 1 2 3 4 5 6

9 Kertas 8484.83cde 8484.83cde 8459.76cd 8232.30 cde 8089.03 7632.47 ef 7484.30 de

Kain Blacu 8292.40de 8292.40de 8459.23cd 8065.17 de 7821.90 7398.60 g 7337.73 e

Al. Foil 8531.17cd 8531.17cd 8485.50cd 8332.70 cd 8221.50 7904.47 d 7785.17 cd

Plastik 9644.30b 9644.30 b 9903.83ab 9834.40ab 9767.77 9668.23 ab 9644.20 a

11 Kertas 8472.73cde 8472.73cde 8418.50cd 8465.77c 8431.87 7817.97 de 7758.77 cd

Kain Blacu 8449.10cde 8449.10cde 8419.03cd 8132.20de 8188.97 7924.53 cd 7895.33 c

Al. Foil 8279.17de 8279.17de 8329.83de 9611.37de 8118.73 8017.93 cd 8029.13 bc

Plastik 9837.33b 9837.33ab 9798.13b 9611.37b 9535.20 9501.03 b 9567.77 ab

13 Kertas 8174.83c 8174.83e 8195.93e 7965.473 7696.37 7532.20 fg 7563.60 cde

Kain Blacu 8752.10c 8752.10c 8578.83c 8397.77c 8064.73 7891.73 d 7829.77 cd

Al. Foil 8605.40cd 8605.40cd 8505.63cd 8464.67c 8222.13 8131.23 c 8191.63 b

Plastik 10074.40a 10074.40a 10040.67a 10027.50a 9707.30 9834.60 a 9835.23 a

Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berpengaruh tidak nyata berdasarkan UJBD 5%.

Berdasarkan Tabel 6, interaksi perlakuan antara kadar air benih dan jenis bahan kemasan menunjukkan bahwa benih sorgum yang disimpan dengan menggunakan kemasan plastik polietilen dengan kadar air 13% memiliki nilai T50 terendah

hingga periode simpan 6 bulan, sedangkan benih sorgum yang disimpan pada kemasan kertas dengan kadar air 13% memiliki nilai T50paling tinggi hingga

periode simpan 6 bulan.

Tabel 6. Pengaruh interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan terhadap T50benih pada beberapa periode simpan

Periode Simpan

KA Pengemas

0 1 2 3 4 5 6

9 Kertas 3.92a 3.92ab 3.95ab 4.49ab 4.38ab 4.77a 4.60a

Kain Blacu 4.11a 4.04a 4.15a 4.84a 4.69a 4.82a 4.75a

Al. Foil 3.71a 3.69bc 3. 63b 3.99cd 4.39ab 4.40ab 4.08ab

Plastik 3. 64ab 3.62bc 3.99ab 3.74d 3.75cd 3.71c 3.76bc

11 Kertas 3.84a 3.82ab 3.81ab 4.03bcd 4.26abc 3.88c 3.89bc

Kain Blacu 3.75a 3.79ab 3.75ab 4.19bc 4.19abc 4.06bc 3.85bc

Al. Foil 3.62ab 3.58ab 3.59b 3.88cd 3.92bcd 3.93bc 3.89bc

Plastik 3.88a 3.85ab 3.81ab 3.89cd 3.69cd 3.83c 3.84bc

13 Kertas 3.96a 3.99a 3.96ab 4.47ab 4.81a 4.65a 4.63a

Kain Blacu 3.80a 3.78ab 3.75ab 3.98cd 3. 90bcd 3.78c 3.79bc

Al. Foil 3.30bc 3.24cd 3.17c 3.29e 3.59de 3.69c 3.22c

Plastik 3.10c 3.07d 3.06c 3.05e 3.12e 2.94d 2.97d

Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berpengaruh tidak nyata berdasarkan UJBD 5%.

PEMBAHASAN

Penyimpanan merupakan suatu proses yang harus diperhatikan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempenga-ruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah kualitas fisik-fisiologis. Kuali-tas fisik-fisiologis bibit dapat dipengaruhi oleh kualitas benih yang melalui tahapan proses penyim-panan. Kualitas benih terbaik didapatkan saat benih mencapai masak fisiologis, yang dicirikan

berat kering, vigor benih maksimum serta kadar air benih yang minimum. Berat kering benih menun-jukkan kemampuan benih dalam membentuk bio-massa kecambah. Vigor benih bisa dilihat dari ke-mampuan benih untuk berkecambah normal.

Kadar air merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan saat pemanenan, pengemasan, penyimpanan dan pemindahan benih. Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk memper-tahankan vigor benih selama periode simpan yang lama, sehingga benih ketika akan dikecambahkan

(7)

masih mempunyai vigor yang tidak jauh berbeda dengan vigor awal sebelum benih disimpan (Sutopo, 2004).

Keserempakan tumbuh (KST) merupakan salah satu indikator vigor selain KCT, tingginya nilai

KST juga menunjukkan semakin tinggi pula vigor benih tersebut (Sutopo, 2004). Interaksi antar kadar air benih dan jenis kemasan berpengaruh nyata untuk semua periode simpan.

Interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan (Tabel 2) menunjukkan bahwa benih sor-gum yang disimpan pada kemasan plastik polietilen dengan kadar air 13% memiliki nilai KST tertinggi hingga periode simpan 6 bulan dan berpengaruh tidak nyata dengan benih yang dikemas dengan menggunakan kemasan aluminium foil, sedangkan benih yang disimpan dengan kemasan kertas pada kadar air 11% memiliki nilai KST terendah. Penggu-naan plastik polietilen dan aluminium foil sebagai jenis kemasan cukup baik karena selain kedap dari uap air dan udara luar. Kemasan plastik polietilen dan aluminium foil mempunyai stabilitas air lebih terjaga, sehingga vigor benih lebih dapat diperta-hankan dalam periode simpan yang lama dari pada kemasan kertas dan kain blacu. Salbiati (2005) menyatakan bahwa kemasan yang kedap relatif lebih mampu menahan perubahan vigor benih pada kondisi ruang yang terbuka (suhu kamar). Hal terse-but sejalan dengan yang diungkapkan oleh Rahayu dan Widajati (2007) bahwa kemasan yang kedap lebih mampu menjaga vigor dan viabilitas benih selama masa penyimpan.

Kemasan yang berbahan porous seperti kertas dan kain blacu berpengaruh paling buruk terhadap viabilitas benih karena kemasan berbahan ini tembus udara sehingga mudah terjadi pertukar-an kelembabpertukar-an dengpertukar-an udara di sekelilingnya. Penyimpanan benih dilakukan terhadap benih yang tidak langsung digunakan. Supaya tidak mengalami kemunduran/deteriorasi maka benih harus disim-pan dengan suhu, kadar air dan kelembaban ter-tentu. Menurut Harrington (1973), bahwa kelem-baban udara mempengaruhi kadar air benih, dan kadar air benih mempengaruhi respirasi benih. Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahan-kan viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu dan kelembaban nisbi ruangan. Pada suhu rendah res-pirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi kelem-baban udara lingkungan dipengaruhi oleh suhu ling-kungan. Kelembaban udara dan suhu saling berkait-an dberkait-an mempengaruhi kemundurberkait-an benih, dimberkait-ana setiap penurunan kadar air 1% meningkatkan masa hidup dua kali dan setiap penurunan suhu ruang simpan 5°C akan meningkatkan masa hidup benih dua kali.

Copeland (1976) menyatakan bahwa respi-rasi pada dasarnya merupakan proses oksidatif perombakan cadangan makanan dalam benih, baik karbohidrat, lemak maupun protein yang mengha-silkan uap air, CO2dan energy. Semakin lama proses

respirasi berlangsung, semakin banyak cadangan makanan yang digunakan sebagai substratnya (Justice dan Bass,1990). Sutopo (2004), berpenda-pat bahwa peningkatan konsentrasi oksigen akan mempercepat laju respirasi, sehingga benih akan kekurangan energi untuk berkecambah nantinya. Sebaliknya, pengurangan konsentrasi oksigen di-samping menghambat proses respirasi benih, juga menekan laju respirasi hama dan serangga dalam penyimpanan.

Kecepatan tumbuh relatif (KCT-R) merupa-kan salah satu indikator vigor, tingginya nilai KCT-R menunjukkan semakin tinggi pula vigor benih ter-sebut (Sutopo, 2004). Interaksi antar kadar air dan jenis bahan kemasan berbeda nyata untuk semua periode simpan.

Interaksi antara kadar air dan bahan pengemas (Tabel 3) menunjukkan bahwa benih sorgum yang disimpan pada kemasan plastik poli-etilen memiliki nilai KCT-R tertinggi untuk semua tingkat kadar air hingga periode simpan 6 bulan, sedangkan benih yang disimpan dengan kemasan kertas memiliki nilai KCT-R terendah, berpengaruh tidak berbeda nyata dengan benih yang dikemasan menggunakan kain blacu. Pada masa periode simpan 0, 1, 2, dan 3 bulan terjadi penurunan nilai KCT-R, namun pada masa periode simpan empat bulan mengalami kenaikan dan menurun kembali pada periode simpan 5 dan 6 bulan, hal ini menun-jukkan bahwa pada benih sorgum mengalami dor-mansi sekunder yang diakibatkan oleh kondisi ruang penyimpanan. Hal ini sejalan dengan penelitian Wulandari (2009) bahwa benih pepaya yang disimpan di ruang terbuka mengalami penu-runan vigor pada masa awal penyimpan, namun setelah 2 bulan mengalami kenaikan kembali dan kemudian menurun pada pada periode simpan selanjutnya.

Kunci keberhasilan penyimpanan benih ortodoks seperti jagung terletak pada pengaturan kadar air dan suhu ruang simpan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Harrington (1973). Proses metabolisme me-ningkat dengan meme-ningkatnya kadar air benih, dan dipercepat dengan meningkatnya suhu ruang sim-pan. Peningkatan metabolisme benih menyebabkan kemunduran benih lebih cepat (Justice dan Bass 1979). Kaidah umum yang berlaku dalam penyim-panan benih menurut Sutopo (2004) adalah untuk setiap 1% penurunan kadar air,daya simpan dua kali lebih lama. Kaidah ini berlaku pada kisaran kadar air 5-14%, dan suhu ruang simpan tidak lebih dari 40

(8)

oC. Secara praktis, benih dapat disimpan pada suhu

kamar (28oC) atau ruang sejuk (12oC), bergantung pada lama penyimpanan dan kadar air benih yang akan disimpan. Apabila daya berkecambah benih dipertahankan diatas 80% (sesuai standar daya berkecambah), maka kadar air benih harus 12% (dapat dicapai melalui pengeringan dengan sinar matahari pada musim kemarau) atau pengovenan agar daya berkecambah benih masih dapat diper-tahankan sampai 10 bulan penyimpanan pada suhu kamar (28oC).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa, vigor kekuatan tumbuh (VKT) benih dengan peubah IV

(indeks vigor) sangat nyata dipengaruhi oleh inter-aksi antara kadar air benih dan jenis bahan kema-san. Interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan (Tabel 4) menunjukkan bahwa benih sor-gum yang disimpan pada kemasan plastik polietilen memiliki nilai IV tertinggi untuk semua tingkat kadar air hingga periode simpan 5 bulan, sedangkan benih yang disimpan dengan kemasan kertas dan kain blacu memiliki nilai IV terendah hingga periode simpan 5 bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks vigor (IV) mengalami penurunan hingga peri-ode simpan 5 bulan (Gambar 1).

Gambar 1. Grafik pengaruh bahan pengemas terhadap indeks vigor (IV) benih pada beberapa periode simpan. Berdasarkan grafik dinamika indeks vigor

(IV) menunjukkan bahwa indeks vigor baik pada kemasan kertas, kain blacu, aluminium foil dan plastik polietilen mengalami penurunan hingga periode simpan 5 bulan. Kemasan plastik polietilen mengalami penurunan indeks vigor yang tidak signifikan, sedangkan benih yang dikemas dengan menggunakan kemasan kertas dan kain blacu mengalami penurunan indeks vigor yang cukup drastis pada periode simpan 5 bulan. Benih sorgum yang disimpan dengan menggunakan kemasan plastik polietilen dan aluminium foil menunjukkan dinamika indeks vigor yang lebih baik dibandingkan dengan benih yang disimpan dengan menggunakan kemasan kertas dan kain blacu.

Pada umumnya vigor benih mengalami penurunan setelah melewati masa penyimpanan, karena setiap organisme hidup selalu mengalami penuaan. Sadjad (1993) menyatakan bahwa peri-ode simpan akan berpengaruh terhadap vigor benih, dimana penurunannya seiring dengan per-tambahan waktu. Selain itu, dalam proses penyim-panan benih faktor kadar air juga sangat mempe-ngaruhi, kadar air benih yang tinggi dapat mening-katkan laju kemunduran benih dalam tempat penyimpanan.

Bobot kering kecambah normal (BKKN) merupakan salah satu indikator vigor benih (VB), tingginya nilai BKKN menunjukkan tingginya vigor benih (Justice dan Bass, 2002). Sadjadet al. (1999) mengemukakan bahwa kemampuan berkecambah suatu benih berhubungan dengan banyaknya ca-dangan makanan yang dikandungnya. Prawiranata et al. (1992) menjelaskan benih yang memiliki vigor tinggi mampu menghasilkan berat kering kecambah yang tinggi pada kondisi optimum dan suboptimum. Interaksi antara kadar air dan jenis kemas-an (Tabel 5) menunjukkkemas-an bahwa benih sorgum yang disimpan pada kemasan plastik polietilen memiliki nilai BKKN tertinggi untuk semua tingkat kadar air hingga periode simpan 6 bulan, sedang-kan benih yang disimpan dengan kemasan kertas dan kain blacu memiliki nilai BKKN terendah. Terjadinya hal seperti tersebut di atas disebabkan pada tempat penyimpanan yang tidak kedap udara, benih tersebut mengadakan keseimbangan kadar air dengan udara sekitarnya sehingga kadar airnya menjadi tinggi, sedangkan tempat penyimpanan yang kedap udara dapat mempertahankan kadar air tetap rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Isbagio (1979) yang menyatakan, bahwa jika kadar air benih tetap rendah dalam batas maksimal

(9)

selama periode penyimpanan, maka benih akan dapat mempertahankan mutu dan kualitasnya, sehingga vigor benih tetap baik.

Salah satu gejala kemunduran biokimiawi pada benih selama proses penyimpanan adalah ter-jadinya perubahan kandungan beberapa senyawa cadangan makanan yang berfungsi sebagai bahan sumber energi utama. Perubahan cadangan makan-an dalam benih terutama berupa kmakan-andungmakan-an karbo-hidrat, lemak, dan protein selama penyimpanan menjadi salah satu penyebab benih mengalami penurunan kemampuan berkecambah, dan bahkan kehilangan daya tumbuh. Oleh karena itu sedapat mungkin teknik pengemasan benih memberikan jumlah oksigen yang cukup untuk respirasi, tetapi masih menjamin benih tidak kehabisan energi pada akhir penyimpanan. Benih yang masih mampu ber-kecambah berarti masih memiliki cadangan makan-an dalam jumlah ymakan-ang cukup. Upaya memperta-hankan daya tumbuh benih dalam penyimpanan dengan membatasi ketersediaan oksigen dimaksud-kan agar laju respirasi berlangsung lambat. Laju respirasi benih yang lambat dalam penyimpanan, berarti laju perombakan cadangan di dalam benih juga berlangsung lambat. Oleh karena pemakaian cadangan makanan dalam benih lewat proses perombakan sangat sedikit, sehingga benih tidak kehabisan cadangan makanan meskipun disimpan dalam waktu lama (Sutopo, 2004).

T50 adalah waktu yang dibutuhkan untuk

mencapai 50% total pemunculan kecambah, di-amati dengan menghitung jumlah benih yang berkecambah setiap hari. T50menggambarkan vigor

suatu benih. Interaksi antara kadar air dan jenis bahan kemasan berpengaruh nyata hingga periode simpan 6 bulan.

Tabel 6 menunjukan bahwa benih sorgum yang disimpan dengan kemasan plastik polietilen padakadar air 13% memiliki nilai T50 terendah

hingga periode simpan enam bulan dengan nilai 2.97, artinya benih sorgum yang dikemas dengan menggunakan plastik polietilen telah berkecambah 50% pada hari ke 2 (dua). Benih sorgum yang dikemas menggunakan kertas pada kadar air 13% memiliki nilai T50paling tingi dengan nilai 4.63 yang

artinya bahwa benih yang dikemas dengan meng-gunakan kertas baru berkecambah 50% setelah hari ke empat.

Penggunaan plastik sebagai bahan penge-mas mempunyai keunggulan yaitu sifatnya ringan, transparan, kuat, dan permeabilitasnya terhadap uap air, O2dan CO2. Selain itu wadah plastik dapat

mempertahankan benih dari kelembaban. Harrington (1973) menyatakan untuk penyimpanan benih selama mungkin tanpa menghilangkan daya berkecambah dan vigor dapat dilakukan dengan

mengkondisikan lingkungan yang kering dan dingin. Untuk memperpanjang daya berkecambah dan vigor benih dapat dilakukan dengan cara penyim-panan dalam kamar dingin, penyimpenyim-panan dalam ruang simpan yang dihumidifikasi dan penyimpanan dalam wadah kedap uap air atau wadah yang resis-ten terhadap kelembaban.

Suhu pada ruang penyimpanan dan kadar air benih merupakan faktor penting yang mempe-ngaruhi masa hidup benih. Pada kisaran suhu ter-tentu, umur penyimpanan benih sayuran, bunga-bungaan dan tanaman pangan menurun dengan meningkatnya suhu, kecuali pada benih-benih ter-tentu yang biasanya berumur pendek. Secara umum dan vigor benih menurun sejalan dengan mening-katnya suhu dan semakin lamanya benih terkena suhu tinggi serta dengan meningkatnya kandungan air benih. Pada suhu tertentu, kerusak-an berkurang dengan berkurangnya kadar air benih.

KEPUSTAKAAN

Ali Napiah, 2009. Pengaruh Jenis Kemasan Dan Tingkat Kemasakan Buah Terhadap Daya Simpan Benih Tanaman Jarak Pagar ( Jatro-pha curcas L.). Progran Studi: Pemuliaan Tanaman Dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.http:// repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123 456789/44693/ A09ana.pdf?sequence=1. Arsyad, A., 2003. Pengaruh Cara Ekstraksi, Kondisi

Simpan dan Lama Penyimpanan Terhadap Viabilitas Benih Mengkudu (Morinda citri-folia L.). Skripsi Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor . Hlm 8-9.

Copeland, L.O., and M.C. Donald, 1995. Principles of Seed Science and Technology. Third Edition. New York: Chapmond and Hall. Chuansin, S., S. Vearasilp, S. Srichuwong, E.Pawelzik.

2006. Selection of packaging materials for soybean seed storage. (Online) Available http://www. tropentag.de/2006/abstract/ full/229.pdf(26 November 2007).

Harington, J.C., 1973. Problem of Seed Storage p. 251-263. In: Heydecker (Ed). Seed Ecologi Academy Press–London.

In Sari, 2010. Pengaruh lama pengeringan dan penyimpanan terhadap viabilitas benih bengkuang (Pachyrhizus erosusL.). Univer-sitas Sumatera Utara. http://repository. usu.ac.id/bitstream/123456789/19966/4/ Chapter%20II.pdf.

Isbagio, P., 1979. Evaluasi dan Interpretasi dalam Pengujian Benih Menuju Standarisasi Be-nih. Lembaga Penyuluhan Pertanian Bogor.

(10)

[ISTA] International Seed Testing Association, 2006. International rules for seed testing: rules 1999. Seed Sci. Technol. 27:37-40 (Supple-ment).

Justice, 1990. Viabilitas Dan Vigor Benih. http:// budidaya benih tanaman. blogspot. com/ 2010/11/viabilitas-dan-vigor-benih. html. 27 November 2010.

Prawiranata, W., S. Harran dan P. Tjndronegoro, 1992. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Fakultas Matemetika dan Ilmu Alam. IPB Bogor. 247 hal.

Rahayu Esti dan Eny Widajati, 2007. Pengaruh Kemasan, Kondisi Ruang Simpan dan Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Caisin (Brassica chinensis L.). Bul. Agron. (35) (3) 191–196 (2007).

Robi’in, 2007. Perbedaan Bahan Kemasan dan Periode Simpan dan Pengaruhnya Terha-dap Kadar Air Benih Jagung Dalam Ruang Simpan Terbuka. Buletin Teknik Perta-nian Vol. 12 No. 1, 2007.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. JKTA: Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Silbiati, 2005. Pengaruh Kondisi Simpan dan Kombi-nasi Jenis Kemasan–Perlakuan Metalaksil terhadap Viabilitas Benih Dua Kultivar Jagung Manis. Skripsi IPB. Bogor 52 hal. Sutopo, 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Raja Grfindo Persada. Jakarta.

Tatipata, A., 2007. Pengaruh Kadar Air Awal, Kemasan dan Lama Simpan terhadap Protein Membran Dalam Mitokondria Benih Kedelai. Bul. Agron. (36) (1) 8–16 (2008).

Wulandari, R. R., 2009. Pengujian Sifat Benih Pepaya dengan Penyimpanan Suhu Dingin. Skripsi. Departemen AGH IPB. 37 hal.

Gambar

Tabel 2. Pengaruh interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan terhadap keserempakan tumbuh benih pada beberapa periode simpan
Tabel 4. Pengaruh interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan terhadap indeks vigor (IV) benih pada beberapa periode simpan
Tabel 6. Pengaruh interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan terhadap T 50 benih pada beberapa periode simpan
Gambar 1. Grafik pengaruh bahan pengemas terhadap indeks vigor (IV) benih pada beberapa periode simpan.

Referensi

Dokumen terkait

Introduksi berbagai benih varietas unggul nasional yang dianggap memiliki potensi produktivitas tinggi untuk menggantikan varietas lokal ternyata bukan hanya berdampak pada

Persentase jumlah ikan dengan ukuran panjang yang lebih kecil dari panjang saat pertama kali memijah ( length at first maturity ) untuk jenis ikan yang tertangkap

Setelah diberi penjelasan sebelumnya, guru mengulang lagi pertanyaan : “bagaimana pipa yang semakin sempit dapat menaikkan air semakin tinggi?” Siswa menjawab,

Berdasarkan hasil penilaian kinerja keterampilan pemecahan masalah, hasil tes keterampilan pemecahan masalah dan hasil tes belajar yang ditunjukkan siklus I ada

Pembacaan aktivitas antimikroba yaitu dengan cara diukurnya zona bening yang muncul disekitar sampel edible film pada cawan petri dan dikur menggunakan jangka

Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri.. Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia

Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, pada pasal 1 angka 1 dan juga pada Pasal 171 Kompilasi Hukum

Dari rumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan pada tinjaun pustaka, maka kerangka pikir dalam penelitan tentang perbandingan ketepatan anatomi dan