• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jenis Kemasan Terhadap Viabilitas Benih Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench Pada Suhu Ruang Simpan Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jenis Kemasan Terhadap Viabilitas Benih Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench Pada Suhu Ruang Simpan Berbeda"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JENIS KEMASAN TERHADAP VIABILITAS BENIH TIGA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor [L]. Moench)

PADA SUHU RUANG SIMPAN BERBEDA

Oleh

ADILA UTAMAKO

(2)

Adila Utamako pada kemasan kain terigu yang disimpan pada suhu kulkas serta pada kemasan kaleng yang disimpan pada suhu kamar, memiliki viabilitas yang paling baik setelah penyimpanan selama empat bulan. Penyimpanan benih sorgum sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, karena memiliki viabilitas yang lebih baik dibandingkan benih sorgum yang disimpan pada suhu kamar.

(3)
(4)

PENGARUH JENIS KEMASAN TERHADAP VIABILITAS

BENIH TIGA VARIETAS SORGUM (

Sorghum bicolor

[L].

Moench) PADA SUHU RUANG SIMPAN BERBEDA

( Skripsi)

Oleh

ADILA UTAMAKO

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 4

1.4 Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Botani Tanaman Sorgum... 10

2.2 Struktur Biji dan Kimia Sorgum ... 11

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Benih ... 13

2.3.1 Kemasan atau Wadah Simpan ... 14

2.3.2 Suhu Ruang Simpan ... 16

2.3.3 Genetik ... 17

III. BAHAN DAN METODE ... 19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

(7)

ii

3.3 Metode Penelitian... 19

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 21

3.4.1 Persiapan Benih ... 21

3.4.2 Pengemasan ... 21

3.4.3 Penyimpanan ... 22

3.4.4 Pengecambahan ... 22

3.5 Pengamatan ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil Penelitian ... 25

4.2 Pembahasan ... 56

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 63

PUSTAKA ACUAN ... 64

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel teks Halaman

1. Hasil analisis kimia biji sorgum ... 13 2. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh jenis kemasan dan

varietas sorgum pada semua variabel pengamatan pada suhu kulkas dan suhu kamar ... 25 3. Pengaruh kemasan dan varietas terhadap daya berkecambah (%)

benih sorgum yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu kamar ... 26 4. Pengaruh kemasan dan varietas terhadap kadar air (%) benih

sorgum yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu kamar ... 31 5. Pengaruh kemasan dan varietas terhadap kecepatan perkecambahan

(%) benih sorgum yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu kamar 38 6. Pengaruh kemasan dan varietas terhadap indeks vigor (%) benih

sorgum yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu kamar ... 41 7. Pengaruh kemasan dan varietas terhadap potensi tumbuh maksimum

(%) benih sorgum yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu kamar 45 8. Pengaruh kemasan dan varietas terhadap bobot kering kecambah

normal (gram) sorgum yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu

kamar ... 48 9. Pengaruh kemasan dan varietas terhadap daya hantar listrik (µSg-1cm-1)

benih sorgum yang disimpan pada suhu kulkas dan suhu kamar ... 54 10.Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum

(9)

iv

11.Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan pertama di suhu kulkas ... 68 12.Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum

pada bulan kedua di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ... 69 13.Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan

kedua di suhu kulkas ... 69 14.Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum

pada bulan ketiga di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ... 70 15.Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan

ketiga di suhu kulkas ... 70 16.Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum

pada bulan keempat di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ... 71 17.Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan

keempat di suhu kulkas ... 71 18.Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum

pada bulan pertama di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ... 72 19.Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan

pertama di suhu kamar ... 72 20.Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum

pada bulan kedua di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ... 73 21.Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan

kedua di suhu kamar ... 73 22.Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum

pada bulan ketiga di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ... 74 23.Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan

ketiga di suhu kamar ... 74 24.Hasil pengamatan persen daya berkecambah benih 3 varietas sorgum

(10)

v

25.Analisis ragam peubah daya berkecambah benih sorgum pada bulan keempat di suhu kamar ... 75 26.Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada

bulan pertama di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ... 76 27.Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan pertama

di suhu kulkas... 76 28.Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada

bulan kedua di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ... 77 29.Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan kedua

di suhu kulkas... 77 30.Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada

bulan ketiga di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ... 78 31.Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan ketiga

di suhu kulkas... 78 32.Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada

bulan keempat di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ... 79 33.Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan keempat

di suhu kulkas... 79 34.Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada

bulan pertama di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ... 80 35.Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan pertama

di suhu kamar ... 80 36.Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada

bulan kedua di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ... 81 37.Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan kedua

di suhu kamar ... 81 38.Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada

(11)

vi

39.Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan ketiga

di suhu kamar ... 82 40.Hasil pengamatan persen kadar air benih 3 varietas sorgum pada

bulan keempat di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ... 83 41.Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum pada bulan keempat

di suhu kamar ... 83 42.Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3 varietas

sorgum pada bulan pertama di suhu kulkas dengan 4 kemasan

berbeda ... 84 43.Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum

pada bulan pertama di suhu kulkas ... 84 44.Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3 varietas

sorgum pada bulan kedua di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda 85 45.Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum

pada bulan kedua di suhu kulkas ... 85 46.Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3

varietas sorgum pada bulan ketiga di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ... 86 47.Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum

pada bulan ketiga di suhu kulkas ... 86 48.Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3 varietas

sorgum pada bulan keempat di suhu kulkas dengan 4 kemasan

berbeda ... 87 49.Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum pada

bulan keempat di suhu kulkas ... 87 50.Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3 varietas

sorgum pada bulan pertama di suhu kamar dengan 4 kemasan

berbeda ... 88 51.Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum pada

(12)

vii

52.Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3 varietas sorgum pada bulan kedua di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda . 89 53.Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum

pada bulan kedua di suhu kamar ... 89 54.Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3 varietas

sorgum pada bulan ketiga di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda . 90 55.Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum pada

bulan ketiga di suhu kamar ... 90 56.Hasil pengamatan persen kecepatan perkecambahan benih 3 varietas

sorgum pada bulan keempat di suhu kamar dengan 4 kemasan

berbeda ... 91 57.Analisis ragam peubah kecepatan perkecambahan benih sorgum pada

bulan keempat di suhu kamar ... 91 58.Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada

bulan pertama di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ... 92 59.Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan

pertama di suhu kulkas ... 92 60.Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada

bulan kedua di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ... 93 61.Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan kedua

di suhu kulkas... 93 62.Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada

bulan ketiga di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ... 94 63.Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan ketiga

di suhu kulkas... 94 64.Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada

(13)

viii

65.Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan keempat di suhu kulkas... 95 66.Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada

bulan pertama di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ... 96 67.Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan pertama

di suhu kamar ... 96 68.Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada

bulan kedua di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ... 97 69.Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan kedua

di suhu kamar ... 97 70.Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada

bulan ketiga di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ... 98 71.Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan ketiga

di suhu kamar ... 98 72.Hasil pengamatan persen indeks vigor benih 3 varietas sorgum pada

bulan keempat di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ... 99 73.Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum pada bulan keempat

di suhu kamar ... 99 74.Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3 varietas

sorgum pada bulan pertama di suhu kulkas dengan 4 kemasan

berbeda ... 100 75.Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum

pada bulan pertama di suhu kulkas ... 100 76.Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3 varietas

sorgum pada bulan kedua di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda 101 77.Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum

(14)

ix

78.Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3

varietas sorgum pada bulan ketiga di suhu kulkas dengan 4 kemasan

berbeda ... 102 79.Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum

pada bulan ketiga di suhu kulkas ... 102 80.Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3 varietas

sorgum pada bulan keempat di suhu kulkas dengan 4 kemasan

berbeda ... 103 81.Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum pada

bulan keempat di suhu kulkas ... 103 82.Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3 varietas

sorgum pada bulan pertama di suhu kamar dengan 4 kemasan

berbeda ... 104 83.Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum pada

bulan pertama di suhu kamar ... 104 84.Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3 varietas

sorgum pada bulan kedua di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda . 105 85.Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum

pada bulan kedua di suhu kamar ... 105 86.Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3 varietas

sorgum pada bulan ketiga di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda . 106 87.Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum pada

bulan ketiga di suhu kamar ... 106 88.Hasil pengamatan persen potensi tumbuh maksimum benih 3 varietas

sorgum pada bulan keempat di suhu kamar dengan 4 kemasan

berbeda ... 107 89.Analisis ragam peubah potensi tumbuh maksimum benih sorgum pada

(15)

x

90.Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal 3 varietas sorgum pada bulan pertama di suhu kulkas dengan 4 kemasan

berbeda ... 108 91.Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum

pada bulan pertama di suhu kulkas ... 108 92.Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal 3 varietas sorgum

pada bulan kedua di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ... 109 93.Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum pada

bulan kedua di suhu kulkas ... 109 94.Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal 3 varietas sorgum

pada bulan ketiga di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda ... 110 95.Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum pada

bulan ketiga di suhu kulkas ... 110 96.Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal benih 3 varietas

sorgum pada bulan keempat di suhu kulkas dengan 4 kemasan

berbeda ... 111 97.Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum pada

bulan keempat di suhu kulkas ... 111 98.Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal benih 3 varietas

sorgum pada bulan pertama di suhu kamar dengan 4 kemasan

berbeda ... 112 99.Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum pada

bulan pertama di suhu kamar ... 112

100. Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal 3 varietas sorgum pada bulan kedua di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda... 113 101. Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum pada bulan kedua di suhu kamar... 113 102. Hasil pengamatan persen bobot kering kecambah normal 3 varietas

(16)

xi

103. Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum pada

bulan ketiga di suhu kamar... 114

104. Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal 3 varietas sorgum pada bulan keempat di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda ... 115

105. Analisis ragam peubah bobot kering kecambah normal sorgum pada bulan keempat di suhu kamar... 115

106. Hasil pengamatan daya hantar listrik 3 varietas sorgum pada bulan kedua di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda... 116

107. Analisis ragam peubah daya hantar listrik benih sorgum pada bulan kedua di suhu kulkas... 116

108. Hasil pengamatan daya hantar listrik benih 3 varietas sorgum pada bulan keempat di suhu kulkas dengan 4 kemasan berbeda... 117

109. Analisis ragam peubah daya hantar listrik benih sorgum pada bulan keempat di suhu kulkas... 117

110. Hasil pengamatan daya hantar listrik 3 varietas sorgum pada bulan kedua di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda... 118

111. Analisis ragam peubah daya hantar listrik benih sorgum pada bulan kedua di suhu kamar... 118

112. Hasil pengamatan daya hantar listrik 3 varietas sorgum pada bulan keempat di suhu kamar dengan 4 kemasan berbeda... 119

113. Analisis ragam peubah daya hantar listrik benih sorgum pada bulan keempat di suhu kamar... 119

114. Deskripsi varietas Numbu... 120

115. Deskripsi varietas Wray... 121

(17)
(18)
(19)
(20)

“Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada

keringanan. Karena itu bila kau sudah

selesai (mengerjakan yang lain). Dan

berharaplah kepada Tuhanmu.”

(Q.S. Insyirah: 6-8)

“ Successful people are not gifted, they

just work hard, then succeed on

purpose.”

(21)

Dengan segala kerendahan hati dan mengucapkan rasa syukur kepada

Allah SWT

Ku persembahkan karyaku ini untuk.

Ayah dan umi terkasih, terima k

asih atas segala do’a yang selalu

dipanjatkan, limpahan kasih sayang yang tak terhingga, serta selalu

memotivasi dan menginspirasiku

Kakak, adik, dan keponakanku tersayang yang senantiasa

menghiburku, menyemangati, menolong, dan membantuku dalam

suka dan duka

(22)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 05 Desember 1992. Penulis

merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, pasangan Bapak A. Muzanni Said, S.Pd dan Ibu Suhida, S.Pd.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak Aisyiah III Bandar Lampung pada tahun 1998, Sekolah Dasar Negeri I Langkapura Bandar Lampung pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2007, Sekolah Menegah Atas Swasta Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswi Jurusan Agroteknologi , Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penulis diterima melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada bulan Juni - Juli 2013, penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Lampung dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Januari - Februari 2014 di Desa Tambah Luhur Kecamatan

Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

(23)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas berkat dan rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Dr. Agustiansyah, S.P., M.Si. selaku pembimbing pertama atas ide, bimbingan, saran, dan nasihat yang diberikan selama proses penyelesaian penelitian dan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. M. Kamal, M.Sc., selaku pembimbing kedua atas bimbingan, saran, dan nasihat untuk penulis selama penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku pembahas atas nasihat, bimbingan, dan sarannya untuk penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M. Sc., selaku ketua bidang jurusan Agroteknologi atas saran dan bimbingannya untuk penulis.

5. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama proses perkuliahan.

6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

(24)

8. Keluargaku terkasih ayah A. Muzanni Said, S.Pd., umi Suhida, S.Pd. , kakakku Yoshy, Liberty, Budi dan Agung, adikku Mutiara dan Dona, nenek Masfiah serta keponakanku Asykar atas dukungan, do’a, semangat dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis.

9. Immas Nurisma, S.P., Fina Destria. R, S.P., Mutoharoh, S.P., Insyia Syahila, S.TP., Ade Yunike Larasati, S.P., Andi Marino, dan Debby Claudia Fragus atas saran, semangat, dan bantuannya kepada penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 2014 Penulis

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan konsumsi pangan juga ikut meningkat. Namun pada kenyataannya, produksi pangan yang dihasilkan di dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan akan konsumsi pangan penduduk, hal ini dibuktikan dengan Indonesia masih mengimpor bahan pangan dari negara lain. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengatasi masalah kebutuhan pangan dengan mengembangkan jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber pangan alternatif.

Tanaman sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) merupakan salah satu tanaman serealia yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber pangan alternatif, baik untuk manusia maupun hewan ternak. Menurut Hermawan (2013) sorgum sebagai sumber bahan pangan

alternatif memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dengan kandungan pati sebesar 83%, lemak 3,06%, dan protein 12,3%. Berdasarkan komposisi tersebut, jelas sorgum mempunyai potensi yang baik untuk dijadikan sebagai sumber bahan pangan alternatif pengganti beras.

(26)

2

dalam pembuatan bioetanol yang merupakan sumber energi berbasis nabati. Bahan bakar berbasis nabati diharapkan mampu mengurangi krisis energi yang terjadi saat ini, sehingga kebutuhan akan konsumsi energi dapat terpenuhi. Menurut Suarni (2004) menyatakan bahwa tanaman sorgum memiliki potensi yang besar sebagai bahan baku pembuatan bietanol karena bahan bakunya dapat diperoleh dari pati, nira, dan ampas sorgum. Kandungan pati yang tinggi pada tanaman sorgum tersebut menyebabkan tanaman sorgum berpotensi sebagai sumber bahan bakar nabati yaitu bioetanol.

Namun dalam pengembangannya, tanaman sorgum menemui berbagai kendala salah satunya adalah masalah pada saat penyimpanan benih. Penyimpanan benih sorgum saat ini belum banyak diteliti, sehingga masalah pada saat penyimpanan benih sorgum perlu dipecahkan karena kandungan pati dan protein yang tinggi pada tanaman sorgum dapat mempercepat proses kemunduran benih, sehingga mengurangi penyediaan benih yang bermutu. Menurut Widajati et.al. (2013) faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal benih meliputi kadar air, sifat genetik, dan viabilitas awal. Sedangkan faktor eksternal atau lingkungan diantaranya suhu ruang simpan dan wadah simpan.

(27)

3

penyimpanan. Pada kelembaban rendah, benih akan melepaskan kandungan airnya sampai mencapai keseimbangan, sebaliknya pada kondisi lembab, benih yang relatif kering akan menyerap air dari lingkungannya.

Wadah simpan benih secara umum dirancang untuk melindungi mutu fisik benih, sehingga harus cukup kuat, tahan pecah, dan tahan sobek. Pemilihan wadah simpan didasari pertimbangan tujuan pengemasan, jumlah benih yang dikemas, sifat benih, kondisi ruang simpan, dan lamanya waktu penyimpanan. Oleh karena itu pemilihan materi kemasan benih sangat penting, agar kadar air mampu

dipertahankan sehingga dapat memperlambat proses kemunduran benih.

Kuswanto (2003) menyatakan sifat benih yang selalu mencapai kondisi

keseimbangan (equilibrium) menyebabkan benih mudah mengalami peningkatan kadar air yang dapat menyebabkan deteriorasi benih berlangsung cepat, oleh karena itu dibutuhkan bahan pengemas yang tepat untuk menghambat perubahan kadar air pada benih.

Selain wadah simpan dan suhu ruang simpan, faktor yang mempengaruhi mutu benih adalah faktor genetik benih. Sifat genetik benih akan mengekspresikan karakter-karakternya kedalam karakter-karakter fenotipnya. Hal ini antara lain tampak pada permeabilitas dan warna kulit benih yang berpengaruh terhadap daya simpan benih.

Hasil penelitian Sukarman dan Rahardjo (2000) pada tanaman kedelai,

(28)

4

lebih baik dibandingkan dengan varietas Wilis (berbiji sedang, berkulit kuning). Daya berkecambah benih varietas Cikuray dan Tidar masih diatas 80% setelah lima bulan penyimpanan.

Oleh karena, itu perlu dilakukan penelitian serupa pada tanaman sorgum yang bertujuan untuk mengetahui pada kombinasi varietas dan jenis kemasan apa yang paling efektif dalam mempertahankan viabilitas benih pada tiga varietas sorgum (Sorghum bicolor [L]. Moench) pada suhu ruang simpan yang berbeda.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pengaruh kombinasi jenis kemasan dan varietas terhadap viabilitas benih sorgum setelah penyimpanan.

2. Kombinasi jenis kemasan dan varietas yang paling baik untuk

mempertahankan viabilitas benih sorgum setelah penyimpanan pada suhu ruang simpan berbeda.

1.3 Kerangka Pemikiran

(29)

5

yang homogen, serta tidak mengalami kerusakan mekanis ataupun karena serangan hama dan penyakit. Sedangkan mutu genetik merupakan penampilan benih murni dari spesies atau varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetik dari tanaman induknya.

Viabilitas benih merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu benih. Untuk dapat mempertahankan viabilitas benih ketika di lapang, maka diperlukan penanganan yang terencana dengan baik dari sejak tanaman di lapang sampai dengan benih disimpan hingga ditanam kembali oleh petani. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan viabilitas benih yaitu dengan penyimpanan benih yang benar. Sutopo (2010) menyatakan tujuan dari

penyimpanan benih tersebut adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode sepanjang mungkin, sehingga benih dapat ditanam pada musim yang sama dilain tahun atau musim yang berlainan pada tahun yang sama.

Kuswanto (2003) menyatakan bahwa masalah yang dihadapi dalam penyediaan benih bermutu tinggi adalah usaha mempertahankan viabilitas benih saat penyimpanan akibat tingginya laju respirasi. Laju respirasi yang tinggi

menyebabkan benih cepat kehilangan energi dan persediaan cadangan makanan. Habisnya cadangan makanan dapat mengakibatkan benih tidak mampu

berkecambah sehingga mengalami kemunduran. Kemunduran benih merupakan mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan

(30)

6

Widajati et.al. (2013) menyatakan faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal benih meliputi kadar air, sifat genetik, dan viabilitas awal. Sedangkan faktor eksternal atau lingkungan, meliputi suhu ruang simpan, wadah simpan, kelembaban, oksigen, mikroorganisme, dan manusia.

Oleh karena itu dalam penyimpanan benih, pemilihan materi kemasan sangat penting agar kadar air benih tidak mengalami perubahan sehingga viabilitas benih dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif panjang, mengingat kadar air sangat berpengaruh terhadap masa simpan dan viabilitas suatu benih. Diharapkan materi kemasan yang kedap udara lebih mampu mencegah terjadinya perubahan kadar air benih dibandingkan materi kemasan yang tidak kedap udara. Menurut Kuswanto (2003) kadar air benih harus tetap dipertahankan karena sifat benih yang

higroskopis (mudah menyerap air) dan selalu berusaha mencapai kondisi

equilibrium dengan lingkungannya.

Pengemasan benih adalah tindakan memberikan lingkungan mikro yang optimal agar benih tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan selama penyimpanan. Ada beberapa jenis kemasan yang sering digunakan, yaitu kemasan kantong plastik, kemasan toples plastik, kemasan kaleng dan kemasan kain terigu. Bahan

pengemas tersebut dapat berfungsi sebagai menahan masuknya uap air ke dalam kemasan dan menahan pertukaran gas-gas. Hasil penelitian Nugraha, Sudaryono, dan Lubis (2005) menemukan bahwa bahan pengemas dalam penyimpanan selain berfungsi sebagai pelindung bahan dari serangan hama dan penyakit, juga

(31)

7

menyebabkan naiknya kadar air gabah dalam kemasan. Dengan penggunaan bahan pengemas yang kedap udara, dapat mencegah peningkatan kadar air benih hingga 1-3%. Apabila nilai kadar air benih dapat dipertahankan pada saat

penyimpanan, maka metabolisme benih berlangsung lambat sehingga proses deteriorasi benih dapat ditekan.

Sifat genetis suatu benih berpengaruh terhadap daya simpan benih. Dimana kemampuan masa hidup suatu benih diturunkan pada turunannya baik pada tingkat spesies maupun tingkat kultivar berbeda-beda, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam kondisi penyimpanan yang sama, kemampuan benih pada jenis tanaman yang sama mempunyai kemampuan hidup yang berbeda-beda. Hasil penelitian Suita dan Nurhasybi (2008) pada benih Tanjung menemukan bahwa benih tanjung yang memiliki ukuran besar memiliki vigor benih yang lebih baik yang ditunjukkan dengan tingginya persen perkecambahan benih mencapai 98% dibandingkan benih ukuran lainnya (sedang dan kecil). Hal ini disebabkan benih tanjung yang berukuran besar memiliki embrio dan cadangan makanan yang lebih banyak sehingga berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan dan

kemampuan dalam pertambahan tinggi bibit.

Selain ukuran suatu benih, kekerasan kulit benih dan permeabilitas kulit benih juga berpengaruh terhadap kemampuan hidup suatu benih. Benih yang memiliki kulit yang keras dan permeabilitas yang rendah akan dapat disimpan lebih lama dibandingkan dengan benih yang memiliki kulit yang lunak dan memiliki permeabilitas yang tinggi. Dengan kerasnya kulit benih tersebut, akan

(32)

8

terhadap aktivitas respirasi. Apabila aktivitas respirasi yang terjadi pada benih tinggi, maka hal tersebut akan mempercepat dalam proses kemunduran benih.

Hasil penelitian pada tanaman kedelai menemukan bahwa varietas kedelai berbiji sedang atau kecil umumnya memiliki kulit berwarna gelap, tingkat permeabilitas rendah, dan memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap kondisi penyimpanan yang kurang optimal dan tahan terhadap deraan cuaca dilapang dibanding varietas berbiji besar dan berkulit terang (Mugnisyah, 1991). Sukarman dan Raharjo (2000) melaporkan bahwa varietas kedelai berbiji kecil dan kulit berwarna gelap lebih toleran terhadap deraan fisik (suhu 42º dan kelembaban 100%) dibanding varietas berbiji besar dan berkulit terang.

Lama penyimpanan benih juga berpengaruh terhadap viabilitas benih karena viabilitas benih akan berpengaruh seiring dengan berjalannya waktu.

Penyimpanan benih yang terlalu lama dapat menyebabkan kemunduran benih dan fisiologis benih yang akan menimbulkan perubahan menyeluruh pada benih/ biji baik fisik, fisiologis maupun biokimia yang menyebabkan menurunnya viabilitas benih (Sadjad et. al., 2009).

(33)

9

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Kombinasi jenis kemasan dan varietas mempengaruhi viabilitas benih sorgum setelah penyimpanan.

2. Jenis kemasan simpan kedap udara benih pada suhu kulkas lebih baik dalam mempertahankan viabilitas benih sorgum setelah penyimpanan.

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Sorgum

Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor

[L]. Moench) adalah : Kerajaan : Plantae Subkerajaan : Tracheobionta Superdevisi : Spermatophyta Devisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Subkelas : Commelinidae Ordo : Cyperales Famili : Poaceae

Genus : Sorghum moench.

(35)

11

Pada daerah-daerah yang tingginya lebih dari 800 meter di atas permukaan laut, dimana suhu kurang dari 25ºC, pertumbuhan tanaman akan terhambat dan

umurnya akan panjang. Curah hujan yang diperlukan untu pertumbuhan tanaman adalah 375 - 425 mm (Mudjisihono dan Suprapto, 1987).

2.2 Struktur Biji dan Kimia Sorgum

Biji sorgum ada yang tertutup rapat oleh sekam yang liat, ada pula yang tertutup sebagian, atau tidak tertutup sama sekali. Bulir normal terdiri atas 2 buah sekam berbentuk perisai. Sekam ini membungkus seluruh organ bunga sewaktu bunga belum mekar. Biji yang tertutup sekam lebih tahan terhadap serangan hama. Kulit biji sorgum warnanya ada yang putih abu-abu, merah hingga coklat tua, kuning atau kehitam-hitaman. Malai sorgum dapat dipanen rata-rata setelah tanaman berumur 90-120 hari (Mudjisihono dan Suprapto, 1987).

Biji sorgum terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit luar, lembaga, dan

endosperma. Susunan dari bagian-bagian bijinya masing-masing kulit luar 8%, lembaga 10%, dan endosperma 82%. Ukuran bijinya kira-kira 4,0 x 2,5 x 3,5 mm dan berat bijinya bervariasi dari 8 mg sampai 50 mg dengan rata-rata 28 mg. Kulit biji sorgum yang berwarna putih umunya disebut Kafir, ukuran bijinya lebih kecil dibandingkan dengan jenis lainnya. Sekam terpisah dari bijinya terdiri atas

kutikula, epidermis, hipodermis, dan sebagian mesokarp (Mudjisihono dan Suprapto, 1987).

(36)

12

tertentu serta mengandung zat pigmen, maka sebagian dari zat pigmen ini dapat masuk mengalir ke dalam endosperm. Lapisan tengah dari epikarp adalah mesokarp yang merupakan lapisan paling tebal dari perikarp. Sel mesokarp mengandung granula pati kecil dan bentuknya poligonal. Lapisan paling dalam perikarp adalah endokarp, yang terdiri dari sel-sel melintang bentuk tabung berukuran 200 µ dan lebarnya 5 µ (Mudjisihono dan Suprapto, 1987).

Kebanyakan jenis biji sorgum mempunyai lapisan zat warna yang disebut testa. Lapisan ini terletak dibawah endokarp dan di sekeliling permukaan endosperm. Setiap varietas mempunyai ketebalan testa yang bervariasi. Testa paling tebal biasanya terletak pada puncak biji dan paling tipis didekat lembaga. Yang paling tebal berukuran 100-140 µ dan paling tipis berukuran 10-30 µ. Warna testa yang nampak sebagai strip pigmen terletak di atas lapisan eleuron. Didalam lapisan tetsta terdapat senyawa polifenol kadar tinggi (Mudjisihono dan Suprapto, 1987).

(37)

13

Tabel 1. Hasil analisis kimia biji sorgum

Bagian Biji

Susunan Kimia Bagian-bagian Biji (%)

Pati Protein Lemak Abu Serat

Biji Utuh 73,8 12,3 3,60 1,65 2,2

Endosperm 82,5 12,3 0,63 0,37 1,3

Kulit Biji 34,6 6,7 4,90 2,02 8,6

Lembaga 9,8 13,4 18,9 10,36 2,6

Sumber : (Hermawan, 2013)

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Mutu Benih

(38)

14

2.3.1 Kemasan atau Wadah Simpan

Viabilitas benih dapat dipertahankan selama penyimpanan dengan cara memilih kemasan secara tepat. Wadah simpan atau kemasan benih selama simpan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kadar air benih selama penyimpanan. Pada kelembaban rendah benih akan melepaskan kandungan airnya sampai mencapai keseimbangan, sebaliknya pada kondisi lembab benih yang relatif kering akan menyerap air dari lingkungannya (Widajati et.al., 2013).

Penyerapan dan pelepasan air juga dipengaruhi oleh wadah atau kemasan benih, semakin banyak aerasi pada wadah maka kadar air benih lebih mudah mengikuti kondisi lingkungannya. Oleh karena itu, wadah simpan benih yang secara umum dirancang untuk melindungi mutu fisik benih, sehingga harus cukup kuat, tahan pecah dan tahan sobek. Pemilihan wadah simpan benih didasari pertimbangan tujuan pengemasan, jumlah benih yang akan dikemas, sifat benihnya dan kondisi ruang simpan maupun jangka waktu lamanya benih berada ditempat penyimpanan (Widajati et.al., 2013).

Selain itu Hertiningsih (2009) juga menjelaskan bahwa bahan kemasan yang baik yaitu yang dapat menahan masuknya air, menahan masuknya udara, menahan masuknya pertukaran gas-gas, berwarna putih atau bening yang tembus pandang, tidak beracun, dan mudah didapat.

(39)

15

tetap rendah dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kelembaban dan suhu sekitarnya (Widajati et.al., 2013).

Menurut Kuswanto (2003) menyatakan bahwa pengemasan benih bertujuan antara lain sebagai berikut: (1) Memudahkan pengelolaan benih; (2) Memudahkan transportasi benih untuk pemasaran; (3) Memudahkan penyimpanan benih dengan kondisi yang memadai; (4) Mempertahankan persentase viabilitas benih;

(5) Mengurangi deraan (pengaruh/tekanan) alam; (6) Mempertahankan kadar air benih.

(40)

16

2.3.2 Suhu Ruang Simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu, dan kelembaban nisbi ruangan. Pada suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi, dalam kondisi tersebut, viabilitas dapat dipertahankan lebih lama (Purwanti, 2004).

Berdasarkan Hukum Harrington, suhu ruang simpan benih sangat berpengaruh terhadap laju deteriorasi. Semakin rendah suhu ruang simpan, semakin lambat laju deteriorasi sehingga benih dapat lebih lama disimpan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu ruang simpan, semakin cepat laju deteriorasi sehingga lama

penyimpanan benih lebih pendek. Hal ini disebabkan suhu ruang simpan dapat memacu laju respirasi yang mengakibatkan semakin besarnya perombakan cadangan makanan benih yang terjadi. Perombakan cadangan makanan ini, akan menimbulkan panas yang menyebabkan respirasi meningkat sehingga benih kehilangan cadangan makanan ketika perkecambahan (Kuswanto, 2003).

(41)

17

Hasil penelitian Indartono (2011) menyatakan bahwa pada penyimpanan benih di suhu rendah (6oC) menghasilkan rata-rata daya berkecambah yang tinggi diatas 90% dan konstan daripada suhu kamar, karena pada suhu rendah aktivitas enzim terutama enzim respirasi dapat ditekan. Kematian sel-sel meristematis dan

menurunnya cadangan makanan serta degradasi enzim dapat diperlambat sehingga viabilitas benih lebih tinggi.

2.3.3 Genotipe Tanaman

Sifat genetik benih akan mengekspresikan karakternya kedalam karakter-karakter fenotipnya. Hal ini antara lain tampak pada permeabilitas dan warna kulit benih yang berpengaruh terhadap daya simpan benih (Kuswanto, 2003).

Miao et. al (2001) menyebutkan bahwa kulit benih adalah struktur penting sebagai suatu pelindung antara embrio dan lingkungan di luar benih, mempengaruhi penyerapan air, pertukaran gas dan bertindak sebagai penghambat mekanis dan mencegah keluarnya zat penghambat dari embrio.

Permeabilitas kulit benih yang tinggi akan memudahkan masuknya air dan oksigen kedalam benih yang segera akan mengaktifkan enzim-enzim yang

berperan dalam metabolisme benih. Salah satu enzim yang aktif adalah respirasi, respirasi menggunakan substrat dari cadangan makanan dalam benih, sehingga cadangan makanan berkurang untuk pertumbuhan embrio pada saat benih dikecambahkan (Purwanti, 2004).

(42)

18

gelap, tingkat permeabilitas rendah dan memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap penyimpanan yang kurang optimal dan tahan terhadap deraan cuaca lapang dibanding varietas berbiji besar, berkulit terang dan permeabilitas tinggi.

Umumnya, benih yang berukuran kecil akan mengalami kerusakan lebih sedikit daripada benih yang berukuran lebih besar. Selain itu benih yang memiliki kulit yang lebih keras dan impermeabel terhadap air, lebih tahan disimpan jika kondisi tempat penyimpanan memadai. Hal ini disebabkan selama penyimpanan tidak terjadi perubahan kandungan air yang dapat mempengaruhi laju respirasi dan akan menghambat laju deteriorasi. Dimana morfologi suatu benih berhubungan dengan sifat genetik dari benih tersebut (Kuswanto, 2003).

(43)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih sorgum varietas Numbu, Keller, dan Wray, air dan kertas merang sebagai substrat pengecambahan dalam pengujian viabilitas benih.

Alat-alat yang digunakan adalah adalah empat jenis kemasan simpan (plastik, toples plastik, kaleng, dan kain terigu), kertas label, karet, hand sprayer, pinset, nampan, alat pengecambah benih tipe IPB 73 2A/2B, conductivity meter,

timbangan digital, grainmoisture tester, oven, kulkas, spidol, alat tulis, gunting, dan buku.

3.3 Metode Penelitian

(44)

20

Masing-masing percobaan terdiri dari kombinasi perlakuan jenis kemasan dan varietas. Jenis kemasan (K) yang digunakan yaitu kemasan plastik (K1), toples plastik (K2), kaleng (K3), kain terigu (K4). Varietas (V) yang digunakan yaitu varietas Numbu (V1), varietas Wray (V2), dan varietas Keller (V3).

Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan pada setiap percobaan dan masing-masing perlakuan terdiri dari 4 ulangan, sehingga diperoleh 48 satuan percobaan. Benih yang digunakan pada tiap satuan percobaan yaitu sebanyak 50 butir untuk menguji daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih.

Kombinasi perlakuan yang diterapkan pada penelitian ini adalah : 1) K1V1 : Kemasan Plastik + Varietas Numbu

(45)

21

Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan Uji Bartlet dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey. Bila kedua asumsi ini terpenuhi, maka pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan benih

Benih sorgum diperoleh dari Kebun Percobaan Natar yang sebelumnya diberi perlakuan bahan organik kering sebanyak 5 ton/ ha untuk setiap varietas.

Pemanenan benih dilakukan pada tanggal 14 September 2013. Benih diambil dari satu lot benih yang sama dengan masing-masing varietas diambil sebanyak 3 kg benih. Setelah pemanenan, diukur kadar air awal benih sebelum pengeringan dilakukan. Kadar air awal benih setelah pemanenan untuk semua varietas yaitu > 23,5o C. Kemudian benih dikeringkan bersama dengan malai untuk

memudahkan perontokan, setelah dirontokkan benih dijemur dibawah sinar matahari selama dua hari dan dibersihkan dari semua kotoran benih. Kemudian diukur kembali kadar air benih tersebut. Kadar air benih dari masing-masing varietas setelah dilakukan pengeringan yaitu sebesar; varietas Numbu: 12,5%, varietas Wray: 12,4 %, dan varietas Keller : 12,6%.

3.4.2 Pengemasan

(46)

22

3.4.3 Penyimpanan

Benih sorgum yang telah dikemas tersebut, kemudian disimpan di ruang

penyimpanan yang berbeda, yaitu suhu rendah (kulkas) dengan kisaran suhu 4o -6oC dan suhu kamar dengan kisaran suhu 25o-29o C. Lama penyimpanan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu selama 4 bulan.

3.4.4. Pengecambahan

Benih sorgum dikecambahkan pada media kertas merang. Metode perkecambahan menggunakan UKDdp .Tiap gulung kertas merang berisi 50 butir benih sorgum kemudian dikecambahkan pada alat pengecambah benih tipe IPB 73 2A/2B.

3.5 Pengamatan

1. Daya Berkecambah

Pengukuran dilakukan secara acak sebanyak 50 butir benih dari tiap kemasan dan varietas dan suhu berbeda untuk diuji daya berkecambahnya yang diamati pada hari ke-4 dan ke-10. Hari pengamatan dilakukan menurut aturan ISTA (2010).

2. Kecepatan Perkecambahan Benih (KCT)

Kecepatan tumbuh harian merupakan persentase kecambah yang tumbuh normal selama 24 jam. Data diperoleh dari substrat pengujian daya berkecambah benih. Pada setiap pengamatan, jumlah persentase kecambah normal dibagi dengan etmal (hari). Nilai etmal diperoleh saat benih ditanam sampai dengan waktu

(47)

23

Kecepatan tumbuh dihitung dengan rumus sebagai berikut :

3. Daya Hantar Listrik

Daya hantar listrik merupakan pengujian vigor benih untuk melihat tingkat kebocoran membran sel. Struktur membran yang jelek menyebabkan kebocoran sel yang tinggi dan erat hubungannya dengan benih yang rendah vigornya.

Semakin banyak elektrolit seperti asam amino, asam organik lainnya serta ion-ion anorganik yang dikeluarkan benih ke air rendaman akan semakin tinggi

pengukuran daya hantar listriknya. Pengujian daya hantar listrik dihitung dengan rumus :

Konduktivitas (µS. Cm-1g-1) = Konduktivitas sampel- blanko (µS.cm-1) Berat benih (gr)

4. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

Potensi Tumbuh Maksimum (PTM) menggambarkan informasi kemungkinan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman normal dan berproduksi optimum meskipun keadaan bio-fisik sub optimum.

5. Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

(48)

24

kecambah normal mempunyai kesempurnaan tumbuh yang dapat dicerminkan dari bobot bahan keringnya.

BKKN = Σ kecambah normal pada hari terakhir pengamatan daya berkecambah dihitung dengan cara menimbang kecambah normal yang telah dibuang

kotiledonnya dan telah dikeringkan dalam oven suhu 70°C selama 3 hari.

6. Kadar Air

Kadar air benih diukur dengan metode tidak langsung yaitu dengan menggunakan

moisture tester khusus untuk benih sorgum dan kegiatan ini dilakukan setiap 2 minggu sekali.

7. Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan persentase kecambah normal pada hitungan pertama pengujian daya berkecambah. Indeks vigor dan KCT yang tinggi akan

menunjukkan benih berkecambah lebih cepat, sehingga digolongkan dalam vigor. Indeks vigor dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(49)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Kombinasi perlakuan jenis kemasan kain terigu pada varietas Numbu yang disimpan selama empat bulan pada suhu kulkas memiliki kemampuan lebih baik dalam mempertahankan viabilitas benih sorgum yang ditunjukkan dengan tingginya daya berkecambah benih sebesar 92,00%, kecepatan perkecambahan benih sebesar 43,73%, indeks vigor sebesar 91,50%, bobot kering kecambah normal sebesar 0,67 gram dan rendahnya nilai kadar air benih sebesar 11,30%.

2. Kombinasi perlakuan jenis kemasan kaleng pada varietas Numbu yang disimpan selama empat bulan pada suhu kamar memiliki kemampuan lebih baik dalam mempertahankan viabilitas benih sorgum yang ditunjukkan dengan tingginya daya berkecambah benih sebesar 76,00% kecepatan perkecambahan benih sebesar 33,65%, potensi tumbuh maksimum sebesar 85,00% dan bobot kering kecambah normal sebesar 0,61 gram

5.2 Saran

(50)

PUSTAKA ACUAN

Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2013. Pengembangan Sentra Produksi Sorgum. Direktorat Jendral Produksi Tanaman Pangan.

Hermawan, R. 2013. Usaha Budidaya Sorgum Si Jago Lahan Kekeringan.

Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 166 hlm.

Hertiningsih, A. 2009. Daya simpan benih kedelai pada berbagai kadar air. [diakses 08 Juni 2014 pukul 22.06 WIB pada situs

http.//fp.ustjogja.ac.id/jurnaldetail.php/act=view&id=10].

Idaryani, Suriany, dan Arman, W. 2012. Pengaruh jenis kemasan dan periode simpan terhadap viabilitas benih beberapa varietas padi. Jurnal Agrisistem (8) : 87-97.

Indartono. 2011. Pengkajian suhu ruang penyimpanan dan teknik pengemasan terhadap kualitas benih kedelai. Jurnal Gema Teknologi 16 (3) : 158-163. ISTA, 2010. International Rules for Seed Testing. ISTA. Switzerland.

Justice,O. L. N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih (Terjemahan R Roesli). Raja Grafindo Persada. Jakarta. 446 hlm. Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Kanisius. Yogyakarta. 127 hlm.

Mudjisihono, R. dan Suprapto. 1987. Budidaya dan Pengelolaan Sorgum. Penebar Swadaya. Jakarta. 89 hlm.

Mugnisyah, W. Q. 1991. Strategi teknologi produksi benih kedelai untuk mengatasi deraan cuaca lapang. Makalah Penunjang Seminar Nasional Teknologi Benih III. Bandung. 10 hlm.

(51)

65

Nugraha, S., Sudaryono, dan Safaruddin,L. (2005). Pengaruh pengemasan terhadap kandungan oksigen (oxygen level) dan kualitas gabah selama penyimpanan. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional mengenai Teknologi Inovatif Pasca Panen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen. Karawang. 9 hlm.

Purwanti, S. (2004). Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih

kedelai hitam dan kedelai kuning. Jurnal Ilmu Pertanian 11 (1) : 22-31. Rahayu, E. dan Widajati,E. 2007. Pengaruh kemasan, kondisi ruang simpan dan periode simpan terhadap viabilitas benih caisin (Brassica Chinensis.L). Buletin Agronomi 35 (3) : 191-196.

Rahmawati dan Arief, R. 2011. Evaluasi mutu benih jagung dalam gudang penyimpanan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 8 hlm.

Sadjad, S., Murniati, E., dan Illyas, S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih : Dari Komparatif ke Simulatif. PT. Gramedia Widiasarana. Jakarta. 185 hlm.

Suarni. 2004. Pemanfaatan tepung sorgum untuk produk olahan. Jurnal Litbang Pertanian 23 (4) : 38-39.

Sukarman dan Rahardjo, M. 2000. Karakter fisik, kimia dan fisiologis benih beberapa varietas kedelai. Buletin Plasma Nutfah 6 (2) : 31-36.

Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan. Social- Indonesia Forest Project. PT. Gramedia. Jakarta.

Suita, E. dan Nurhasybi. 2008. Pengaruh ukuran benih terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit tanjung (Mimusops elengi L.). Jurnal

Manajemen Hutan XIV (2) : 41-46.

Sungkono, Trikoesoemaningtyas, D. Wirnas, D. Soepandie, S. Human dan M. A. Yudiarto. 2009. Pendugaan parameter genetik dan seleksi galur mutan sorgum (Sorghum bicolor [L]. Moench) di tanah masam. Jurnal Agron. 37 (3): 220-225.

(52)

66

Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 237 hlm. Widajati, E., Murniati, E., Endah, R. P., Tatiek, K., M. R.,Suhartanto, dan Abdul, Q.2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press. Bogor. 173 hlm.

Gambar

Tabel 1. Hasil analisis kimia biji sorgum

Referensi

Dokumen terkait

Infokom | Pedoman Sistem Informasi Akademik Bagi Mahasiswa 13 Apabila Anda ingin mencetak tinggal klik pada menu Cetak dan tinggal print seperti pada Gambar 9..

Persentase jumlah ikan dengan ukuran panjang yang lebih kecil dari panjang saat pertama kali memijah ( length at first maturity ) untuk jenis ikan yang tertangkap

Untuk mengembangkan peran perbankan syariah dalam pembangunan nasional termasuk fasilitas perbankan syariah untuk seluruh segmen masyarakat, optimalisasi dana-dana

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kandungan nilai nutrisi pakan impor lebih tinggi dibandingkan dengan pakan lokal, dan berdasarkan hasil

Setelah diberi penjelasan sebelumnya, guru mengulang lagi pertanyaan : “bagaimana pipa yang semakin sempit dapat menaikkan air semakin tinggi?” Siswa menjawab,

Motif Inuh jenis baru saat ini, atau yang diproduksi secara luas oleh beberapa pengusaha kain, cenderung telah menyimpang dari pakem aslinya dan metode

Berdasarkan hasil penilaian kinerja keterampilan pemecahan masalah, hasil tes keterampilan pemecahan masalah dan hasil tes belajar yang ditunjukkan siklus I ada

mudah yaitu menghitung bilangan oksidasi, Sedangkan sub materi yang saya rasa lebih sulit yaitu menyetarakan persamaan reaksi redoks, karena untuk menyetarakan