• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Dengan Perbedaan Sistem Pengolahan Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Dengan Perbedaan Sistem Pengolahan Tanah"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) DENGAN PERBEDAAN

SISTEM PENGOLAHAN TANAH

SKRIPSI

OLEH:

LEONARD SEPTIAN MUNTHE 080301085

BDP-AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) DENGAN PERBEDAAN

SISTEM PENGOLAHAN TANAH

SKRIPSI

OLEH:

LEONARD SEPTIAN MUNTHE 080301085

BDP-AGRONOMI

Skripsi merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Penelitian : Respons Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Dengan Perbedaan Sistem Pengolahan Tanah

Nama : Leonard Septian Munthe

NIM : 080301085

Program Stud i : Agroekoteknologi

Minat : Agronomi

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

(Ir. T. Irmansyah, MP) (Dr.Dra. Ir. Chairani Hanum, MP)

Ketua Anggota

Mengetahui,

(Ir. T. Sabrina, M. Agr, Sc, PhD) Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(4)

ABSTRACT

LEONARD SEPTIAN MUNTHE : The Response of Growth and Yield of Three Varieties of Sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) on Different Soil Tillage. Supervised by T. IRMANSYAH and CHAIRANI HANUM.

The aim of this research was to compare growth and yield of three varieties of sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) on different soil tillage. It was conducted at Pasar 1, Tanjung Sari, Medan about 25 m above sea level on June to October 2012 by using Split Plot Design with two factors. The first factor was sorghum variety (Sangkur, Kawali, Numbu) and the second one were different soil tillage (no tillage, once tillage, twice tillage).The results of research showed that growth and yield of three varieties of sorghum weren’t effected by soil tillage treatment but without tillage treatment showed the best result. Numbu had the best result on shoot dry weight (59.29%) compared with Kawali (the lowest), biomass weight (59.37%) compared with Sangkur (the lowest), root volume (64.83%) compared with Kawali (the lowest), yield per sample (59.42%) compared with Sangkur (the lowest), 1000 grains weight (56.83%) compared with Kawali (the lowest). The results showed that there was no interaction between sorgum variety and different soil tillage.

(5)

ABSTRAK

LEONARD SEPTIAN MUNTHE : Respons Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Dengan Perbedaan Sistem Pengolahan Tanah. Dibimbing oleh T. IRMANSYAH dan CHAIRANI HANUM.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan dan produksi tiga varietas sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada pengolahan tanah yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Pasar 1, Tanjung Sari, Medan dengan ketinggian 25 m diatas permukaan laut pada bulan Juni sampai Oktober 2012 menggunakan rancangan petak terbagi dengan dua faktor yaitu varietas (Sangkur, Kawali, Numbu) dan pengolahan tanah yang berbeda (tanpa olah tanah, satu kali olah, dua kali olah). Hasil penelitian menunjukkan komponen pertumbuhan dan produksi varietas Sangkur, Kawali, dan Numbu tidak dipengaruhi oleh perlakuan pengolahan tanah namun perlakuan tanpa olah tanah cenderung menunjukkan hasil terbaik. Varietas Numbu menunjukkan hasil terbaik pada bobot kering tajuk (59.29%) dibandingkan dengan varietas Kawali (terendah), bobot biomassa (59.37%) dibandingkan dengan varietas Sangkur (terendah), volume akar (64.83%) dibandingkan dengan varietas Kawali (terendah), produksi per sampel (59.42%) dibandingkan dengan varietas Sangkur (terendah), bobot 1000 biji (56.83%) dibandingkan dengan varietas kawali (terendah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara varietas sorgum dengan perbedaan pengolahan tanah.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Leonard Septian Munthe, lahir pada tanggal 3 September 1990 di Parapat,

anak kedua dari dua bersaudara, putra dari ayahanda John Aksel Munthe dan

ibunda Lenn Ernita Purba.

Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain : tahun

1996-2002 menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 091462 Girsang Sipangan Bolon,

Parapat; tahun 2002-2005 menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Girsang

Sipangan Bolon, Parapat; tahun 2005-2008 menempuh pendidikan di SMA Negeri

1 Pematang Raya dan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Departemen

Budidaya Pertanian, Program Studi Agronomi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi ketua Himpunan

Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA) periode 2010-2011 dan asisten

Laboratorium Dasar Agronomi 2011-2012. Penulis melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE) pada bulan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang maha Esa, karena

dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Dengan Perbedaan Sistem

Pengolahan Tanah yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh

gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Ir. T. Irmansyah, MP selaku ketua komisi pembimbing dan kepada

Ibu Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP, selaku anggota komisi pembimbing yang

telah banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis selama proses

penulisan dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna dari segi isi dan penyampaiannya. Untuk itu penulis mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga skripsi ini

bermanfaat.

Medan, Januari 2013

(8)

DAFTAR ISI

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA

Varietas Tanaman Sorgum ... 9

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 12

PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 16

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Bobot Kering Tajuk (g) Beberapa Varietas dengan Perbedaan

Pengolahan Tanah……….……… 19

2. Bobot kering akar (g) Beberapa Varietas dengan Perbedaan

Pengolahan Tanah……….……… 20

3. Rasio Tajuk Akar Beberapa Varietas dengan Perbedaan Pengolahan Tanah……….………... 20

4. Bobot biomassa (g) Beberapa Varietas dengan Perbedaan

Pengolahan Tanah……….……… 21

5. Volume akar (cm3) Beberapa Varietas dengan Perbedaan Pengolahan Tanah……….………... 22

6. Produksi Persampel (g) Beberapa Varietas dengan Perbedaan

Pengolahan Tanah……….……… 22

7. Produksi Perhektar (g) Beberapa Varietas dengan Perbedaan

Pengolahan Tanah……….……… 23

8. Bobot 1000 Biji (g) Beberapa Varietas dengan Perbedaan

Pengolahan Tanah……….……… 24

9. Indeks Panen Beberapa Varietas dengan Perbedaan Pengolahan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan Lahan Penelitian………..33

2. Bagan Plot Penelitian……….34

3. Deskripsi Tiga Varietas Sorgum………35

4. Jadwal Kegiatan Penelitian………38

5. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk (g)……….39

6. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk (g)……….39

7. Data Pengamatan Bobot Kering Akar (g)………..40

8. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar (g)………..40

9. Data Pengamatan Rasio Tajuk Akar………..41

10. Daftar Sidik Ragam Rasio Tajuk Akar………..41

11. Data Pengamatan Bobot Biomassa (g)………...42

12. Daftar Sidik Ragam Bobot Biomassa (g)………...42

13. Data Pengamatan Volume akar (cm3)………43

14. Daftar Sidik Ragam Volume Akar (cm3)………...43

15. Data Pengamatan Produksi Persampel (g)……….44

16. Daftar Sidik Ragam Produksi Persampel (g)……….44

17. Data Pengamatan Produksi Perhektar (ton)………...45

18. Daftar Sidik Ragam Produksi Perhektar (ton)………...45

19. Data Pengamatan Bobot 1000 Biji (g)………...46

20. Daftar Sidik Ragam Bobot 1000 Biji (g)………...46

21. Data Pengamatan Indeks Panen……….47

22. Daftar Sidik Ragam Indeks Panen……….47

23. Data Iklim………..48

24. Data Tanah……….49

(12)

ABSTRACT

LEONARD SEPTIAN MUNTHE : The Response of Growth and Yield of Three Varieties of Sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) on Different Soil Tillage. Supervised by T. IRMANSYAH and CHAIRANI HANUM.

The aim of this research was to compare growth and yield of three varieties of sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) on different soil tillage. It was conducted at Pasar 1, Tanjung Sari, Medan about 25 m above sea level on June to October 2012 by using Split Plot Design with two factors. The first factor was sorghum variety (Sangkur, Kawali, Numbu) and the second one were different soil tillage (no tillage, once tillage, twice tillage).The results of research showed that growth and yield of three varieties of sorghum weren’t effected by soil tillage treatment but without tillage treatment showed the best result. Numbu had the best result on shoot dry weight (59.29%) compared with Kawali (the lowest), biomass weight (59.37%) compared with Sangkur (the lowest), root volume (64.83%) compared with Kawali (the lowest), yield per sample (59.42%) compared with Sangkur (the lowest), 1000 grains weight (56.83%) compared with Kawali (the lowest). The results showed that there was no interaction between sorgum variety and different soil tillage.

(13)

ABSTRAK

LEONARD SEPTIAN MUNTHE : Respons Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Dengan Perbedaan Sistem Pengolahan Tanah. Dibimbing oleh T. IRMANSYAH dan CHAIRANI HANUM.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan dan produksi tiga varietas sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada pengolahan tanah yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Pasar 1, Tanjung Sari, Medan dengan ketinggian 25 m diatas permukaan laut pada bulan Juni sampai Oktober 2012 menggunakan rancangan petak terbagi dengan dua faktor yaitu varietas (Sangkur, Kawali, Numbu) dan pengolahan tanah yang berbeda (tanpa olah tanah, satu kali olah, dua kali olah). Hasil penelitian menunjukkan komponen pertumbuhan dan produksi varietas Sangkur, Kawali, dan Numbu tidak dipengaruhi oleh perlakuan pengolahan tanah namun perlakuan tanpa olah tanah cenderung menunjukkan hasil terbaik. Varietas Numbu menunjukkan hasil terbaik pada bobot kering tajuk (59.29%) dibandingkan dengan varietas Kawali (terendah), bobot biomassa (59.37%) dibandingkan dengan varietas Sangkur (terendah), volume akar (64.83%) dibandingkan dengan varietas Kawali (terendah), produksi per sampel (59.42%) dibandingkan dengan varietas Sangkur (terendah), bobot 1000 biji (56.83%) dibandingkan dengan varietas kawali (terendah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara varietas sorgum dengan perbedaan pengolahan tanah.

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.) (Moench) termasuk famili

Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam

areal yang terbatas. Di Indonesia sorgum dikenal sebagai palawija dengan sebutan

cantel, jagung cantel, dan gandrung. Sorgum merupakan bahan pangan yang juga

mengandung karbohidrat seperti beras, terigu dan jagung. Sorgum adalah salah

satu bahan pangan yang potensial untuk substitusi terigu dan beras karena masih

satu famili dengan gandum dan padi, hanya berbeda subfamili, sehingga

karakteristik tepungnya relatif lebih baik dibanding tepung umbi-umbian. Oleh

karena itu sorgum merupakan pengganti karbohidrat alternatif

(Ruchjaniningsih, 2008).

Selain sebagai sumber karbohidrat, sorgum memiliki kandungan protein,

kalsium dan vitamin B1 yang lebih tinggi dibanding beras dan jagung sehingga

tanaman sorgum sangat potensial sebagai bahan pangan utama. Di daerah Afrika,

biji sorgum dikonsumsi dalam bentuk roti (unleavened breads), bubur (boiled

porridge or gruel), minuman (malted beverages and beer), berondong (popped grain) dan keripik (Dicko et al. 2006).

Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan salah satu jenis tanaman serealia

yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena

mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap

kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif

tahan terhadap gangguan hama/ penyakit. Biji sorgum dapat digunakan sebagai

(15)

monosodium glutamate (MSG), asam amino, dan industri minuman. Dengan kata

lain, sorgum merupakan komoditas pengembang untuk diversifikasi industri

secara vertical (Sirappa, 2003).

Telah banyak dilakukan pengembangan varietas sorgum untuk

mendapatkan sorgum unggul. Masalah utama pengembangan sorgum adalah nilai

keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum yang relatif rendah dan usaha tani

sorgum di tingkat petani belum intensif. Untuk mengatasi masalah tersebut

diperlukan pengelolaan sistem produksi sorgum secara menyeluruh (holistik)

melalui empat dimensi, yaitu wilayah (areal tanam sorgum), ekonomi (nilai

keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum terhadap komoditas lain), sosial

(sikap dan persepsi produsen terhadap sorgum sebagai bagian dari usaha taninya),

dan industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku industri makanan dan

pakan ternak) (Sirappa, 2003).

Areal yang berpotensi untuk pengembangan sorgum di Indonesia sangat

luas, meliputi daerah beriklim kering atau musim hujannya pendek serta tanah

yang kurang subur. Pengembangan sorgum juga tidak terlepas pengolahan tanah

karena pengolahan tanah merupakan paket teknologi dalam kegiatan

pembudidayaan sorgum. Pengolahan tanah pada dasarnya adalah usaha

memanipulasi tanah secara mekanik agar tercipta suatu keadaan yang baik bagi

pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok adalah menyiapkan tempat tumbuh bagi

bibit tanaman, daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan

memberantas gulma (Musa, dkk, 2006).

Dalam kaitannya dengan pengolahan tanah telah dikenal pengolahan tanah

(16)

kesejahteraan petani sekaligus menekan erosi agar system pertanian dapat

berkelanjutan. Salah satu pertimbangan ekonomisnya adalah bahwa teknologi

dapat menghemat biaya persiapan lahan dan meningkatkan intensitas tanam

melalui peghematan waktu persiapan lahan (Santoso, 2004).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan dan produksi

tiga varietas sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) dengan pengolahan tanah

yang berbeda.

Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan yang nyata pada pertumbuhan dan produksi antar varietas

sorgum

2. Ada perbedaan yang nyata pada pertumbuhan dan produksi sorgum dengan

perbedaan pengolahan tanah,

3. Ada interaksi antara varietas sorgum dengan perbedaan pengolahan tanah.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan dan berguna sebagai bahan informasi bagi

(17)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Seperti akar tanaman jagung tanaman sorgum memiliki jenis akar serabut.

Pada ruas batang terendah diatas permukaan tanah biasanya tumbuh akar. Akar

tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000).

Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

tengah batang terdapat seludang pembuluh yang diselubungi oleh lapisan keras

(sel-sel parenchym) (www.deptan.go.id, 2011).

Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan

epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum

mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah. Lapisan lilin

tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman kekeringan

(Kusuma, dkk., 2008).

Bunga sorgum tersusun dalam bentuk malai dengan banyak bunga pada

setiap malai sekitar 1500-4000 bunga. Bunga sorgum akan mekar teratur dari 7

cabang malai paling atas ke bawah. Malai sorgum memiliki tangkai yang tegak

atau melengkung, berukuran panjang atau pendek dan berbentuk kompak sampai

terbuka (Dicko et al. 2006).

Biji tertutup oleh sekam yang berwarna kekuningkuningan atau

kecoklat-coklatan. Warna biji bervariasi yaitu coklat muda, putih atau putih suram

(18)

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan

kurang subur, air yang terbatas dan masukkan (input) yang rendah, bahkan dilahan

yang berpasirpun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada

daerah yang berketinggian diatas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat

pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang (www.deptan.go.id, 2011).

Suhu optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar antara 23° C - 30° C

dengan kelembaban relatif 20 - 40 %. Pada daerah-daerah dengan ketinggian

800 m dan permukaan laut dimana suhunya kurang dari 20° C, pertumbuhan

tanaman akan terhambat. Selama pertumbuhan tanaman, curah hujan yang

diperlukan adalah berkisar antara 375 - 425 mm

(http://pustaka.litbang.deptan.go.id, 2011).

Curah hujan yang dibutuhkan tanaman ini adalah 600 mm/tahun. Tanaman

sorgum akan tumbuh baik pada ketinggian 1-500 m diatas permukaan laut di

Indonesia. Tanaman ini akan memperlama umur panen ketika ditanam diatas

500 m diatas permukaan laut. Tanaman ini mampu hidup diatas suhu 47°F

(Kusuma, dkk., 2008).

Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan

kurang subur, air yang terbatas dan masukan (input) yang rendah, bahkan di lahan

berpasirpun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada daerah

yang berketinggian diatas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat

pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang

(19)

Tanah

Sebaiknya sorgum jangan ditanam di tanah podzolik merah kuning yang

masam, namun untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal perlu

dipilih tanah ringan atau mengandung pasir dan bahan organik yang cukup.

Tanaman sorgum dapat beradaptasi pada tanah yang sering tergenang air pada saat

banyak turun hujan apabila sistem perakarannya sudah kuat

(www.deptan.go.id, 2011).

Sorgum dapat bertoleransi pada kisaran kondisi tanah yang luas. Tanaman

ini dapat tumbuh baik pada tanah-tanah berat yang wring kali tergenang. Sorgum

juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir. la dapat tumbuh pada pH tanah

berkisar 5,0 - 5,5 dan lebih bertoleransi terhadap salin (garam) tanah dari pada

jagung. Tanaman sorgum dapat berproduksi pada tanah yang terlalu kritis bagi

tanaman lainnya (http://pustaka.litbang.deptan.go.id, 2011).

Kondisi tekstur tanah yang dikehendaki tanaman sorgum adalah berteksur

tanah sedang. Tanaman sorgum mampu hidup hampir di seluruh kondisi lahan

karena tanaman sorgum dapat hidup pada tanah dengan kemasaman tanah berkisar

5,50 sampai 7,50 (Kusuma, dkk., 2008).

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah atau managing soils merupakan pembinaan dalam hal

pengolahan tanah, pembinaan-pembinaan ini dimaksudkan agar para petani atau

mereka yang menggunakan tanah dapat melakukan pengolahan-pengolahan

tanahnya dengan baik agar kesuburan tanah, produktivitas tanah, pengawetan

(20)

di bidang pertanian dalam jangka waktu yang panjang dari generasi ke generasi

denganhasil–hasilnya yang dapat memenuhi harapan (Kartasapoetra, 1991).

Agar tanah penanaman berada dalam kondisi yang ideal untuk

pertumbuhan tanaman maka perlu dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah

untuk bertanam sorgum sebaiknya dilakukan jauh hari sebelum penanaman, yaitu

minimun satu minggu sebelum tanam. Hal ini dimaksudkan agar tanah telah

mengalami proses oksidasi secara sempurna sehingga racun yang terdapat di

dalam tanah sudah menguap (Duljapar, 2000).

Sorgum dan jagung memiliki sistem pengolahan tanah yang sama, yaitu

dibajak satu atau dua kali, digaru lalu diratakan. Tanah yang telah siap ditanami

harus bersih dari gulma karena fase pertumbuhan sorgum agak lambat kira-kira

3-4 minggu sehingga pada awal pertumbuhan tersebut kurang mampu kurang

mampu bersaing terhadap gula kalau perlu buatlah saluran-saluran drainase

(Laimeheriwa, 1990).

Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul, atau

traktor atau ternak secara disingkal. Kemudian lahan dibiarkan atau dikelantang.

Apabila sudah turun hujan terus menerus atau kontiniu yang memungkinkan

untuk tanam, lahan diolah lagi untuk menghaluskan bongkahan sambil meratakan

tanah sampai siap tanam. Apabila kondisi lahan berlereng sampai bergelombang,

setelah pengolahan tanah pertama lakukan pembuatan teras gulu dan atau

perbaikan teras yang rusak. Pada gulu dan atau bibir teras usahakan menanam

tanaman penguat teras berupa rumput unggul dan dapat dikombinasikan dengan

tanaman legume pohon, sehingga secara periodik dapat dipangkas untuk pakan

(21)

memanjang, dengan lebar bedengan sekitar 5 meter. Antara bedengan di buat

saluran sedalam 20 cm yang berfungsi sebagai saluran drainase, pembuatan

drainase sangat diperlukan, karena bila terjadi hujan terus menerus pada beberapa

akan terjadi genangan yang menyebabkan kelembaban tanah yang tinggi yang

dapat merangsang munculnya jamur upas yang dapat menyerang tanaman

Biji-biji gulma dalam tanah per hektar dapat mencapai berjuta-juta

jumlahnya dan terdiri dari sekitar50 spesies yang berbeda seperti yang ditemukan

oleh Ogg dan Dawson (1984) dalam surveinya. Hal ini dipengaruhi oleh

pengolahan tanah sebelumnya maupun vegetasi diatasnya. Mengetahui lebih awal

tentang jenis maupun jumlah biji gulma pada lahan akan dapat menentukan

rencana pengelolaan gulma selanjutnya pada tanaman budidaya yang tumbuh

dilahan tersebut (Moenandir, 1993).

Di Indonesia saat ini dikenal istilah pengolahan tanah konvensional dan

pengolahan tanah konservasi. Dalam pengolahan tanah konvensional (biasa) tanah

diolah dengan cara membalik tanah secara sempurna, dihaluskan dan diratakan.

Bahkan, dilakukan dengan terlebih dahulu pengumpulan sisa-sisa tanaman dan

gulma lalu dibakar. Olah tanah konservasi dapat dicapai dengan pengolahan tanah

minimum dan tanpa pengolahan tanah. Pengolahan tanah minimum dilakukan

sesuai dengan yang diperlukan tanaman biasanya hanya pada barisan tanaman

yang akan ditanami atau dengan hanya melonggarkan lapisan tanah bagian atas

(Santoso, 2004).

Dalam budidaya tanpa olah tanah untuk mengendalikan gulma dilakukan

(22)

gulma (terutama alang-alang) direbahkan atau dibakar terlebih dahulu, setelah

tumbuh sekitar 60 cm (tidak sedang berbunga) baru diadakan penyemprotan.

Takaran herbisida jenis Roundup antara 5-6 l/ha dengan pelarut air antara

200-800 l/ha (Perdana, 2006).

Varietas Tanaman Sorgum

Varietas unggul yang dianjurkan untuk ditanam harus memperhatikan

kegunaan dan lingkungan tumbuhnya. Untuk keperluan konsumsi manusia

(pangan) varietas yang dianjurkan antara lain UPCA S1, Keris, Badik dan Hegari

Genjah. Karena varietas ini mempunyai keunggulan seperti berumur genjah,

tinggi batang sedang, berbiji putih dengan rasa olah sebagai nasi cukup enak.

Varietas Kawali dan Numbu yang dilepas tahun 2001 juga mempunyai rasa olah

sebagai nasi cukup enak, namun umurnya relatif lebih panjang. Sedangkan untuk

pakan ternak dipilih varietas sorgum yang tahan hama penyakit, tahan rebah,

tahan disimpan dan dapat diratun. Pada lingkungan yang ketersediaan airnya

terbatas dan masa tanam yang singkat dipilih varietas-varietas umur genjah seperti

Keris, Badik, Lokal Muneng dan Hegari Genjah. Ditinjau dari segi

hasil, varietas umur genjah memang hasilnya jauh lebih rendah daripada

varietas umur sedang atau dalam, tetapi keistimewaannya dapat segera

dipanen, menyelamatkan dari resiko kegagalan hasil akibat kekeringan

Kebanyakan dari varietas sorgum saat ini merupakan hasil dari persilangan

galur murni dari varietas local atau hasil seleksi dari persilangan beberapa varietas

(23)

Di Indonesia budidaya sorgum masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari

jumlah varietas sorgum yang dibudidayakan di Indonesia. Sedikitnya varietas

yang ada di negeri ini dan masih rendahnya perkembangan tanaman sorgum dapat

disebabkan oleh rendahnya keragaman genetik dan produktivitas dari tanaman

tersebut. Budidaya sorgum manis di Indonesia juga masih belum berkembang, hal

ini terlihat dari sedikitnya varietas yang dapat dibudidayakan oleh petani

(Surya, 2007).

Dalam deskripsi varietas tanaman, seringkali suatu varietas

dikelompokkan berdasatkan umur panen, yaitu genjah, sedang, dan dalam. Suatu

varietas dikatakan genjah bila tanaman dan varietas tersebut memiliki umur panen

kurang dari 85 hari, varietas berumur sedang dipanen pada umur 85-95 hari, dan

varietas yang berumur lebih dari 95 hari (Subandi, 1988).

Umur panen tanaman merupakan salah satu pertimbangan bagi petani

dalam memilih varietas. Petani umumnya memilih varietas yang berumur pendek

atau genjah. Umur panen ini dapat dijadikan pertimbangan dalam budidaya

pertanaman atau pergiliran tanaman sepanjang tahun (Laimeheriwa, 1990).

Tingkat hasil suatu tanaman ditentukan oleh interaksi faktor genetis

varietas unggul dengan lingkungan tumbuhnya seperti kesuburan tanah,

ketersediaan air, dan pengelolaan tanaman. Tingkat hasil varietas unggul yang

tercantum dalam deskripsi umumnya berupa angka rata-rata dari hasil yang

terendah dan tertinggi pada beberapa lokasi dan musim. Potensi hasil varietas

unggul dapat saja lebih tinggi atau lebih rendah pada lokasi tertentu dengan

penggunaan masukan dan pengelolaan tertentu pula. Biasanya untuk mendapatkan

(24)

yang lebih intensif dan perhatian serius serta kondisi lahan yang optimal. Agar

memperoleh hasil yang optimal di atas rata-rata dalam deskripsi maka perolehan

varietas unggul harus sesuai 6 tepat (tepat varietas, jumlah, mutu, waktu, lokasi,

(25)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan di lahan masyarakat Pasar 1,

Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan dengan ketinggian

tempat + 25 meter di atas permukaan laut (dpl) pada bulan Juni sampai Oktober

2012.

Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih tanaman sorgum

varietas Sangkur, Kawali, dan Numbu, pupuk Urea, SP-36, KCl (sebagai pupuk

dasar), fungisida, dan air.

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah cangkul, tugal, gembor,

handsprayer, meteran, pacak sampel, pacak perlakuan, alat tulis, label, karung,

tali, ember, pisau, plastik, gelas ukur, oven, timbangan, dan kalkulator.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan dua

faktor perlakuan yaitu :

Faktor I (Main plot) : Pengolahan Tanah (T) yang terdiri dari 3 jenis, yaitu :

T0 = tanpa olah tanah

T1 = diolah atau dicangkul 1x kemudian diratakan

T2 = diolah atau dicangkul 2x kemudian diratakan

Faktor II (Sub plot) : Varietas (V) terdiri dari 3 jenis, yaitu :

V1 = Varietas Sangkur

V2 = Varietas Kawali

(26)

Sehingga diperoleh perlakuan sebanyak 9 kombinasi, yaitu :

T0V1 T1V1 T2V1

T0V2 T1V2 T2V2

T0V3 T1V3 T2V3

Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan

Jumlah plot utama : 9 plot

Jumlah tanaman/plot : 24 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 648 tanaman

Jumlah sampel/plot : 5 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 135 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan

model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + δij + βk + (αβ)jk + εijk i = 1,2,3 j = 1,2,3 k = 1,2,3

dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat pengolahan lahan perlakuan ke-j

dan varietas ke-k

µ : Nilai tengah

(27)

αj : Pengaruh perlakuan pengolahan tanah ke-j

δij : Efek galat dari blok ke-i yang disebabkan pengolahan tanah pada taraf

ke-j

βk : Pengaruh perlakuan varietas ke-k

(αβ)jk : Pengaruh interaksi antara pengolahan tanah perlakuan ke-j dengan

varietas ke-k

εijk : Efek galat pada blok ke-i akibat pengolahan tanah ke-j dan pengaruh

varietas ke-k.

Jika perlakuan menunjukkan pengaruh dan berbeda nyata melalui sidik

ragam, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%

(28)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan lahan

Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, plot dibentuk dengan

ukuran 120 cm x 280 cm dengan jarak antar plot 50 cm dan antar blok 75 cm.

Kemudian tanah diolah sedalam ± 25-30 cm sesuai dengan perlakuan. Pengolahan

tanah dilakukan sekitar dua minggu sebelum tanam, perlakuan pengolahan tanah

antara lain, tanah tanpa dicangkul atau hanya dengan pembersihan gulma sebelum

tanam (T0), pengolahan tanah 1 kali, tanah dicangkul lalu diratakan (T1),

pengolahan tanah 2 kali, tanah dicangkul lalu diratakan (T2).

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan menugal sedalam 3 cm sebanyak 2 benih

per lubang tanam yang sebelumnya telah direndam air selama 10 menit, guna

mempercepat perkecambahan. Jarak tanam yang digunakan 70 x 20 cm.

Pemeliharaan Tanaman Penyulaman

Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur satu minggu setelah tanam.

Penyulaman dilakukan dengan menanam benih sorgum pada lubang tanam yang

tanamannya tidak tumbuh atau pertumbuhannya tidak baik.

Pemupukan

Pupuk yang diberikan yaitu 90 Kg N/ha, 45 Kg P2O5 /ha dan 30 Kg

K2O/ha. Dosis pemupukan dikonversikan dalam 200 Kg Urea/ha, 125 Kg

SP-36/ha dan 50 Kg KCl/ha. Pemupukan N dilakukan dua kali, dimana 1/3 bagian

pada diberikan saat tanam bersamaan dengan P dan K seluruhnya, sisanya 2/3

(29)

lubang yang dibuat sedalam 5 cm dengan jarak 10 cm dari lubang tanam lalu

ditutup dengan tanah.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari

tergantung pada kondisi lingkungan.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan dua minggu setelah tanam dengan cara memotong

tanaman menggunakan pisau atau gunting dan meninggalkan tanaman yang sehat.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut atau

dengan menggunakan cangkul supaya tidak terjadi persaingan dengan tanaman

utama.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan

fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 80% dengan dosis 0.5 cc/liter air pada

saat umur tanaman 6 MST.

Panen

Pemanenan dilakukan sesuai dengan umur panen masing-masing varietas

atau saat tanaman telah matang secara visual, yaitu pada saat biji-biji telah bernas

dan keras, daun berwarna kuning dan mengering. Pada varietas Sangkur di panen

pada umur 96 hari setelah tanam dan varietas Kawali dan Numbu pada umur 105

hari setelah tanam. Panen dilakukan dengan menggunakan gunting, dipotong

(30)

Pengamatan Parameter Bobot Kering Tajuk (g)

Bobot kering tajuk tanaman dihitung dengan cara menimbang seluruh

bagian tajuk tanaman sorgum yang telah dikeringovenkan selama 72 jam dengan

suhu 70 oC.

Bobot Kering Akar (g)

Bobot kering akar tanaman dihitung dengan cara menimbang seluruh

bagian akar tanaman sorgum yang telah dikeringovenkan selama 72 jam dengan

suhu 70 oC.

Rasio Tajuk Akar

Ratio tajuk akar ( shoot / root ratio ) diperoleh dengan membagi bobot

kering tajuk dengan bobot kering akar. Bobot kering tajuk dan akar diperoleh

dengan menimbang bobot kering sampel tanaman destruktif.

Bobot Biomassa (g)

Bobot biomassa per sampel ditentukan dengan cara menimbang seluruh

bagian tanaman pada saat panen.

Volume Akar

Volume akar diukur saat panen. Bagian akar disiram hingga tanahnya

jenuh, kemudian dicabut dibersihkan dan diukur dengan menggunakan gelas ukur.

Produksi Per Sampel (g)

Produksi per sampel diambil dari bobot biji per malai ditimbang setelah

biji dipisahkan atau dirontokkan dari malai yang dijadikan tanaman sampel. Berat

(31)

Produksi Per Hektar (ton)

Produksi per hektar merupakan proyeksi dari produksi persampel dengan

mengalikan produksi pertanaman dengan populasi tanaman sorgum perhektar.

Bobot 1000 biji (g)

Ditimbang bobot 1000 biji setelah pemanenan yang diambil dari

keseluruhan tanaman pada setiap plot percobaan.

Indeks Panen

Indeks panen dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Bobot Kering Tajuk (g)

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat

pada Lampiran 5 dan 6, dapat diketahui bahwa perlakuan varietas berbeda nyata

sedangkan perlakuan pengolahan tanah serta interaksi kedua perlakuan

berpengaruh tidak nyata.

Tabel 1. Bobot kering tajuk beberapa varietas sorgum dengan perbedaan pengolahan tanah

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT 5%

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa varietas Numbu berbeda nyata

dengan varietas Kawali dan Sangkur. Rataan bobot kering tajuk tertinggi terdapat

pada varietas Numbu (175.32 g) dan hasil terendah terdapat pada varietas Kawali

(110.06 g).

Bobot Kering Akar (g)

Perlakuan varietas, pengolahan tanah, serta interaksi kedua perlakuan

(33)

Tabel 2. Bobot kering akar beberapa varietas sorgum dengan perbedaan

Hasil pada Tabel 2 dapat diketahui bobot kering akar berpengaruh tidak

nyata terhadap perlakuan varietas dan pengolahan tanah. Tetapi dapat dilihat

bahwa rataan bobot kering akar tertinggi terdapat pada varietas Numbu yaitu

36.91 g dan terendah pada varietas Sangkur yaitu 26.68 g. Pada perlakuan tanpa

olah tanah (33.95 g) menunjukkan rataan bobot kering akar tertinggi dan menurun

pada perlakuan dua kali olah tanah (26.45 g).

Rasio Tajuk Akar

Dari pengamatan dan daftar sidik ragam rasio tajuk akar dapat dilihat pada

Lampiran 9 dan 10, diketahui bahwa perlakuan varietas, pengolahan tanah, serta

interkasi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Tabel 3. Rasio tajuk akar beberapa varietas sorgum dengan perbedaan pengolahan tanah

Tabel 3 menunjukkan bahwa varietas Numbu memiliki rataan rasio tajuk

(34)

yaitu 4.44 dan menurun pada perlakuan dua kali pengolahan yaitu 3.94. Walaupun

secara statistik perlakuan varietas dan pengolahan tanah berpengaruh tidak nyata

pada rasio tajuk akar.

Bobot Biomassa (g)

Hasil analisis statistik rataan bobot biomassa (Lampiran 11 dan 12) dapat

diketahui bahwa perlakuan varietas berbeda nyata sedangkan perlakuan

pengolahan tanah serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Tabel 4. Bobot biomassa beberapa varietas sorgum dengan perbedaan pengolahan tanah

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT 5%.

Hasil pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa varietas Numbu berbeda nyata

dengan varietas Kawali dan Sangkur. Rataan bobot biomassa tertinggi terdapat

pada varietas Numbu (1032.27 g) dan rataan terendah terdapat pada varietas

Sangkur (647.71 g).

Volume Akar (cm3)

Dari pengamatan dan daftar sidik ragam volume akar menunjukkan bahwa

perlakuan varietas berbeda nyata sedangkan perlakuan pengolahan tanah serta

(35)

Tabel 5. Volume akar beberapa varietas sorgum dengan perbedaan pengolahan

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT 5%

Varietas Numbu berbeda nyata dengan varietas Kawali dan Sangkkur.

Rataan volume akar tertinggi terdapat pada varietas Numbu (165.56 g) dan

terendah pada varietas Kawali (100.44 g) (Tabel 5).

Produksi Per Sampel (g)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan varietas berbeda

nyata sedangkan perlakuan pengolahan tanah serta interaksi kedua perlakuan

berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per sampel (Lampiran 15 dan 16).

Tabel 6. Produksi per sampel beberapa varietas sorgum dengan perbedaan pangolahan tanah

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT 5%

Hasil pada Tabel 6 menunjukkan bahwa pada parameter produksi varietas

Numbu berbeda nyata dengan varietas Kawali dan Sangkur. Hasil tertinggi

terdapat pada varietas Numbu (121.45 g) dan hasil terendah terdapat pada varietas

(36)

Produksi Per Hektar (ton)

Pada Lampiran 17 dan 18 menunjukkan bahwa perlakuan varietas berbeda

nyata sedangkan perlakuan pengolahan tanah serta interaksi kedua perlakuan

berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar.

Tabel 7. Produksi per hektar beberapa varietas sorgum dengan perbedaan pengolahan tanah

Pengolahan Tanah Varietas Rataan

V1 = Sangkur V2 = Kawali V3 = Numbu

………ton………

T0 = Tanpa olah 5.85 7.32 8.67 7.28

T1 = 1x olah 5.47 7.14 9.19 7.27

T2 = 2x olah 5.01 6.79 8.17 6.65

Rataan 5.44c 7.08b 8.68a

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT 5%

Tabel 7 menunjukkan bahwa varites Numbu berbeda nyata dengan varietas

Kawali dan Sangkur. Varietas Numbu (8.68 ton) memiliki hasil tertinggi

sedangkan varietas Sangkur (5.44 ton) memiliki hasil terendah terhadap produksi

per hektar.

Bobot 1000 Biji (g)

Dari pengamatan dan daftar sidik ragam Lampiran 19 dan 20, diketahui

bahwa perlakuan varietas berbeda nyata sedangkan perlakuan pengolahan tanah

(37)

Tabel 8. Bobot 1000 biji dengan perlakuan varietas dan pengolahan tanah yang

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT 5%.

Tabel 8 menunjukkan bahwa pada parameter bobot 1000 biji varietas

Numbu berbeda nyata dengan varietas Kawali dan Sangkur. Hasil tertinggi

terdapat pada varietas Numbu (35.02 g) dan terendah terdapat pada varietas

Kawali (22.33 g).

Indeks Panen

Perlakuan varietas, pengolahan tanah, serta interkasi varietas dan

pengolahan tanah berpengaruh tidak nyata terhadap indeks panen (Lampiran 21

dan 22).

Tabel 9. Indeks panen beberapa varietas sorgum dengan perbedaan pengolahan tanah

Dapat dilihat bahwa indeks panen tertinggi terdapat pada varietas Kawali

(0.15). Pada perlakuan pengolahan tanah rataan indeks panen tertinggi terdapat

pada perlakuan tanpa pengolahan yaitu 0.15 dan terendah terdapat pada perlakuan

(38)

Pembahasan

Pertumbuhan dan Produksi Pada Tiga Varietas Sorgum

Berdasarkan hasil penelitian dapat dapat diketahui bahwa varietas berbeda

nyata pada parameter bobot kering tajuk, bobot biomassa, volume akar, produksi

per sampel, produksi per hektar, dan bobot 1000 biji, namun berbeda tidak nyata

pada parameter bobot kering akar, rasio tajuk akar, dan indeks panen.

Masing-masing varietas memiliki perbedaan pada bobot kering tajuk, hal

ini menunjukkan bahwa peubah amatan tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik

dari varietas yang diuji. Varietas Numbu memiliki bobot kering tajuk yang lebih

besar dibandingkan yang lainnya. Pertumbuhan yang berbeda antar varietas

sorgum diduga disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan pembelahan,

perbanyakan dan pembesaran sel (Effendi, 2006).

Perbedaan tanggap setiap varietas juga terdapat pada bobot biomassa.

Perbedaan biomassa terjadi karena beda varietas sesuai dengan taraf pertumbuhan

(Purnomo, 2005). Penelitian Zamroni (2003) menyatakan bahwa distribusi bahan

kering ke batang dan daun lebih dipengaruhi oleh faktor genetik (varietas

tanaman) dari pada faktor lingkungan.

Volume akar masing-masing varietas juga menunjukkan perbedaan

dimana varietas Numbu memiliki volume akar terbesar dibanding yang lainnya.

Hal ini disebabkan faktor genetik. Beberapa sifat agronomi tanaman dipengaruhi

oleh lingkungan, terutama sifat-sifat fenotif tetapi ekspresi gen yang membawa

karakter tertentu tidak dapat dipengaruhi lingkungan

(39)

Perlakuan varietas tidak berbeda nyata pada bobot kering akar dan rasio

tajuk akar. Hal ini diduga adanya kemiripan karakter genetik dari tiga varietas

sorgum yang diuji. Berbeda dengan hasil penelitian Handayani (2003) yang

menyatakan bahwa tinggi tanaman, jumlah daun segar, diameter batang, bobot

berangkasan dan komponen hasil panen nyata dipengaruhi oleh varietas.

Komponen produksi yaitu produksi persampel, produksi perhektar, bobot

1000 biji dipengaruhi oleh varietas. Setiap varietas menunjukkan perbedaan pada

komponen tersebut. Hal ini disebabkan adanya perbedaan faktor genetik yang

dimilik masing-masing varietas. Hal ini sesuai dengan penelitian Sutihati (2003)

yang menyatakan bahwa perlakuan varietas berpengaruh terhadap peubah

pertumbuhan dan hasil.

Pengolahan Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sorgum

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan pengolahan tanah

berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot kering tajuk, bobot kering akar,

rasio tajuk akar, bobot biomassa, volume akar, produksi persampel, produksi

perhektar, bobot 1000 biji dan indeks panen.

Pengolahan tanah berpengaruh tidak nyata diduga karena tanaman sorgum

memiliki daya adaptasi yang baik pada kondisi lahan yang kurang baik, sehingga

tidak dilakukannya pengolahan tanah pun tanaman sorgum masih dapat tumbuh

dengan baik. Sirappa (2003) mengungkapkan bahwa tanaman sorgum toleran

terhadap kekeringan dan genangan air, dapa berproduksi pada lahan marginal,

serta relatif tahan gangguan hama atau penyakit.

Walaupun secara statistik pengolahan tanah berpengaruh tidak nyata pada

(40)

terbaik pada bobot kering tajuk (Tabel 1), bobot kering akar (Tabel 2), rasi tajuk

akar (Tabel 3), produksi per sampel (Tabel 6), produksi per hektar (tabel 7), dan

indeks panen (Tabel 9). Hal ini diduga karena adanya pengikisan tanah oleh air

hujan dengan curah hujan tinggi yang berlangsung pada bulan Juli sampai dengan

Oktober 2012 (Lampiran 24) sehingga perlakuan tanpa olah tanah cenderung

mempertahankan kepadatan tanah dibandingkan dengan pengolahan tanah satu

kali dan dua kali yang cenderung mudah menyebabkan terjadinya erosi yang dapat

menyebabkan tercucinya unsur hara di dalam tanah. Ini menunjukkan bahwa

pengolahan tanah pada seluruh permukaan tanah tidak selalu menguntungkan.

Penelitian Triyono (2007) menyatakan bahwa pada pengolahan tanah dua kali

kecenderungan terjadi erosi lebih besar dibanding dengan pengolahan tanah satu

kali dan tanpa pengolahan tanah.

Pelakuan tanpa olah tanah cenderung menunjukkan hasil terbaik juga

diduga karena tekstur tanah yang bersifat lempung berpasir sehingga mendukung

pengolahan tanah dengan sistem tanpa olah tanah. Dalam penelitian Santoso

(2004) dinyatakan bahwa dalam hubungannya dengan pengolahan tanah,

kesesuaian lahan untuk sistem tanpa olah tanah dibagi menjadi tiga tingkatan : (1)

Jenis tanah yang sesuai untuk sistem tanpa olah tanah yaitu tanah yang memiliki

drainase baik dan tekstur lempung atau tanah berpasir kasar dengan kandungan

bahan organik laebih dari 2 %, (2) Jenis-jenis tanah yang kurang sesuai yaitu

tanah-tanah yang drainasenya agak baik dan strukturnya lemah, (3) Jenis tanah

yang paling rendah kesesuaiannya untuk sistem tanpa olah tanah yaitu tanah yang

berstruktur lemah dan drainase sangat buruk seperti tanah-tanah yang memiliki

(41)

Interaksi Tiga Varietas Sorgum dengan Sistem Pengolahan Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa interaksi antara

varietas dan sistem pengolahan tanah yang berbeda berpengaruh tidak nyata pada

parameter bobot kering tajuk, bobot kering akar, rasio tajuk akar, bobot biomassa,

volume akar, produksi per sampel, produksi per hektar, bobot 1000 biji dan indeks

panen. Hal ini diduga karena karena salah satu faktor yang lebih dominan dari

faktor lainnya atau kedua fator tidak saling mendukung untuk pertumbuhan dan

produksi sorgum. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Sutedja dan kartasapoetra (2002) yang menyatakan bahwa bila masing-masing

faktor perlakuan mempunyai sifat berbeda pengaruh dan sifat kerjanya maka akan

menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan dan

produksi suatu tanaman. Walaupun secara statistik berpengaruh tidak nyata

namun kombinasi dari masing-masing perlakuan memberikan dampak positif

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Perlakuan pengolahan tanah berpengaruh tidak nyata pada komponen

pertumbuhan dan produksi sorgum namun perlakuan tanpa olah tanah

cenderung menunjukkan hasil terbaik.

2. Varietas Numbu menunjukkan hasil terbaik pada bobot kering tajuk

(59.29%) dibandingkan dengan varietas Kawali (terendah), bobot

biomassa (59.37%) dibandingkan dengan varietas Sangkur (terendah),

volume akar (64.83%) dibandingkan dengan varietas Kawali (terendah),

produksi per sampel (59.42%) dibandingkan dengan varietas Sangkur

(terendah), bobot 1000 biji (56.83%) dibandingkan dengan varietas kawali

(terendah).

3. Interaksi antara varietas sorgum dengan perbedaan pengolahan tanah

berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi sorgum.

Saran

Berdasarkan penelitian ini maka dapat disarankan bahwa untuk

mendapatkan produksi yang tinggi dalam budidaya tanaman sorgum, digunakan

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Asnawi, R dan I. Dwiwarni. 2000. Pengaruh Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Enam Varietas Cabai (Camsiucum annum Linn.). Jurnal Tanah Tropika Vol. V (1) : 5-8

Badan Pusat Statistik, 2009. Dikutip dari: http://www. koran internet.com. Bisnis dan Ekonomi. BPS Perkirakan Produksi Padi Tahun 2008 Naik 2,72 juta ton. 09 Oktober 2009.

Dicko MH, Gruppen H, Traore AS, Voragen AGJ, Van Berkel WJH. 2006. Sorghum grain as human food in Africa, relevance of content of starch and amylase activities. African Journal of Biotechnology 5 (5):384-395.

Duljapar, K.2000. Hermada. Budidaya dan Prospek bisnis. Penebar Swadaya, Jakarta.

Effendi, F. B. 2006. Uji Varietas Jagung (Zea mays L.) Hibrida Pada Tingkat Populasi Tanaman yang Berbeda. Jurnal IPB

Gani, J. A. 2000. Kedelai Varietas Unggul. Lembar Informasi Pertanian (Liptan), Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Mataram.

Handayani, K.D. 2003. Pertumbuhan dan produksi beberapa varietas jagung (Zea

mays L.) pada populasi yang berbeda dalam sistem tumpang sari dengan

ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

http://www.distan.pemda-diy.go.id. 2011. Teknologi Budidaya Sorgum. Diakses dari http://www.distan.pemda-diy.go.idimagestories Teknologisorgum.pdf pada tanggal 10 Maret 2012.

www.deptan.go.id/ditjentan/admin/rb/Sorgum.pdf pada tanggal 10 Maret 2012.

http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id, 2010. Teknologi Budidaya Sorgum. Diakses dari tanggal 10 Maret 2012.

Kartasapoetra, G., 1991. Tekhnologi konservasi tanah dan air.Bina aksara, Jakarta.

Kusuma, J., F. N. Azis, Erifah, M. Iqbal, A. Reza, Sarno. 2008. Sorgum. Universitas Jemderal Soedirman, Purwokerto.

(44)

Moenandir,J. 1993. Persaingan tanaman budidaya dengan gulma. Raja grafindo persada. Jakarta.

Musa L., Muklis da Rauf, A. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Foundametal of Soil

Science). Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Perdana, A.S., 2006. Budidaya padi gogo. Mahasiswa swadaya penyuluhan dankomunikasi pertanian.UGM. Djokjakarta.

Purnomo, D. 2005. Tanggap Varietas Tanaman Jagung Terhadap Irradiasi Rendah. Agrosains 7 (1) : 86-93

Ruchjaniningsih. 2008. Rejuvenasi dan Karakterisasi Morfologi 225 Aksesi Sorgum. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Sulawesi Selatan.

Santoso, M.B. 2004. Efisiensi dan Produktivitas Pada Tumpang Sari Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) dan Berbagai Kerapatan Kacang Hijau (Vigna radiate L.) Dengan Pengolahan Tanah yang Berbeda. Sekolah Pasca Sarjana, IPB

Sirappa, M. P. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia Sebagai Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan dan Industri. Jurnal Litbang Pertanian.

Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta.

Subandi. 1988. Perbaikan Varietas. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

Surya, I. M. 2007. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma terhadap Keragaman Genetik Sorgum Manis (Sorgum bicolor L.). Jurnal Penelitian. UI, Jakarta.

Sutedja dan G. Kartasapoetra., 2002. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka cipta. Jakarta

Sutihati, I. 2003. Pengaruh Dosisi Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Hibrida. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Thakur C. 1980. Scientific Crop Production. Vol 1. Food Crops. Metropolitan Book Co.Pvt.Ltd. New Delhi.

(45)
(46)
(47)

70 cm

20 cm

Lampiran 2. Bagan Penanaman Pada Plot

X = Tanaman Sampel. Pengambilan dilakukan secara acak tanpa

mengikutsertakan satu barisan terluar plot.

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

(48)

Lampiran 3. Tiga Varietas Sorgum Deskripsi Sorgum Varietas Numbu

Tanggal dilepas : 22 Oktober 2001

Asal : India

Umur berbunga 50% : ± 69 hari

Panen : ± 100-105 hari

Tinggi tanaman : ± 187 cm

Sifat tanaman : tidak beranak

Kedudukan tangkai : di pucuk

(49)
(50)

Deskripsi Sorgum Varietas Sangkur

Nama Varietas : Sangkur

SK : 115/Kpts/TP.240/3/1991 tanggal 9 Maret 1991

Tahun : 1991

Tetua : 143 B (311), Introduksi dari Thailand

Potensi Hasil : 3,6-4,0 ton/ha biji keriing

Pemulia : Sukarno Roesmarkam, Subandi, dan Endang

Muchlis

Jumlah daun/batang : 10-12 helai

Kedudukan tangkai malai : tegak pada pucuk batang

Sifat malai : Tegak dan semi kompak

Bentuk malai : Elip

Panjang malai : 20-25 cm

Sifat sekam : menutup sepertiga bagian biji

Warna sekam : Merah

Warna biji : Coklat muda

Bobot biji per malai : 17-35 gram Bobot 1000 butir biji : 1000-3000 butir

Sifat biji : Mudah dirontok dan disosok

Kerebahan : Tahan

Rasa nasi : Sedang

Kadar protein : 11,0%

Kadar phosphor : 0,65%

Kadar lemak : 3,5%

Kadar karbohidrat : 61,5%

Kadar kalsium : 0,05%

Kadar magnesium : 0,24%

Kadar tannin : 0,15%

Ketahanan terhadap hama : Tahan penggerek batang Ketahanan terhadap

penyakit

(51)
(52)

Lampiran 5. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk

Pengolahan Tanah Varietas Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk

(53)

Lampiran 7. Data Pengamatan Bobot Kering Akar

Pengolahan Tanah Varietas Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar

(54)

Lampiran 9. Data Pengamatan Rasio Tajuk Akar

Pengolahan Tanah Varietas Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Rasio Tajuk Akar

(55)

Lampiran 11. Data Pengamatan Bobot Biomassa

Pengolahan Tanah Varietas Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Bobot Biomassa

(56)

Lampiran 13. Data Pengamatan Volume Akar

Pengolahan Tanah Varietas Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Volume Akar

(57)

Lampiran 15. Data Pengamatan Produksi Persampel

Pengolahan Tanah Varietas Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Produksi Persampel

(58)

Lampiran 17. Data Pengamatan Produksi Perhektar (ton)

Pengolahan Tanah Varietas Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam produksi Perhektar (ton)

(59)

Lampiran 19. Data Pengamatan Bobot 1000 Biji (g)

Pengolahan Tanah Varietas Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Bobot 1000 Biji (g)

(60)

Lampiran 21. Data Pengamatan Indeks Panen

Pengolahan Tanah Varietas Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Indeks Panen

(61)
(62)
(63)

Lampiran 25. Foto-foto Penelitian

(64)

b. Foto Tiga Varietas Sorgum

(65)

Gambar

Tabel 1. Bobot kering tajuk beberapa varietas sorgum dengan perbedaan
Tabel 3. Rasio tajuk akar beberapa varietas sorgum dengan perbedaan pengolahan  tanah
Tabel 4. Bobot biomassa beberapa varietas sorgum dengan perbedaan  pengolahan tanah
Tabel 5. Volume akar beberapa varietas sorgum dengan perbedaan  pengolahan  tanah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Cara untuk mengetahui dan membuktikan koefisien tersebut dapat diberlakukan, maka perlu diuji signifikannya dengan menggunakan komputerisasi dengan taraf signifikan

Tatanan ruang luar bertujuan untuk mengetahui perletakan-perletakan zona yang didapat pada penzoningan secara mendetail, mulai dari perletakan zona bangunan,

In this paper, we study the complementarity problem from a modeling perspective with emphasis on economic examples, show how to model such problems within the GAMS modeling

Hasil Penelitian menggambarkan: (1) Raisah adalah seorang tokoh perempuan lokal yang berjuang keras untuk mengembangkan ide-ide pembaharuan melalui jalur pendidikan;

Menurut Marta Dinata (2005: 5) mengungkapkan Latihan merupakan proses yang berulang dan meningkat guna meningkatkan potensi dalam rangka mencapai prestasi

Kuku yang panjang harus di ……….. Mengangkat ember

mudah yaitu menghitung bilangan oksidasi, Sedangkan sub materi yang saya rasa lebih sulit yaitu menyetarakan persamaan reaksi redoks, karena untuk menyetarakan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap variabel independen yaitu Jumlah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Jumlah Bea Balik Nama Kendaraan