PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS V MI
MA’ARIF KUMPULREJO 02 SALATIGATAHUN
PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
SUMARSIH
NIM: 11513033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS V MI
MA’ARIF KUMPULREJO 02 SALATIGATAHUN
PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
SUMARSIH
NIM: 11513033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MOTTO
ارسي رسعلا عم نا
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
( Q.S. Al-Insyirah:6 )
Tak ada yang tak mungkin ketika kita yakin mampu
melakukannya.
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمح رلا الله مسب
Segala puji bagi Allah penguasa segala alam dan sumber dari segala hukum, tidak ada Tuhan selain Allah. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa risalah Allah terakhir dan sebagai penyempurna risalah sebelumnya.
Berkat ridho-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan ini juga atas bantuan dari orang-orang disekitarnya, tidak ada kata yang patut dihaturkan selain terima kasih. Terima kasih sedalam-dalamnya penulis haturkan kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
3. Ibu Peni Susapti, S.Si., M.Si selaku ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
4. Dra. Nur Hasanah, M.Pd. selaku dosen pembimbing atas segala ilmu, waktu, dan tenaga dalam membimbing.
5. Seluruh Bapak/Ibu guru dan dosen yang telah bersedia memberikan ilmu,
dorongan dan motivasinya.
6. Seluruh staff IAIN Salatiga yang telah membantu dalam administrasi
7. Kepala sekolah, guru dan siswa kelas V B MI Ma’arif Kumpulrejo 02, kecamatan Argomulyo, kota Salatiga yang telah membantu saya
menyelesaikan skripsi ini.
Besar harapan penulis smeoga amal baik tersebut diterima Allah SWT.
Tak lupa penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan yang disebabkan oleh terbatasnya
pengetahuan dan kemampuan penulis.
Salatiga, 30 Oktober 2017 Penulis
ABSTRAK
Sumarsih, 2017. Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas V MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga.Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pogram Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd.
Kata Kunci :Hasil Belajar IPS, Model Pembelajaran Numbered Heads Together
Pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di MI Ma’arif
Kumpulrejo 02 Salatiga menunjukan hasil yang tidak memuaskan. Sebagian besar siswa menganggap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mudah sehingga siswa menyepelekan mata pelajaran ini.Anggapan mudah tidak disertai dengan penguasaan materi yang baik sehingga nilai atau hasilbelajar siswa kurang memuaskan, hal ini ditunjukan dengan masih banyaknya siswa yang belum tuntas diatas KKM (70).
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas V MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga. Permasalahan di atas, peneliti melakukan penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus dengan langkah-langkah Menyusun rencana, Pelaksanaan tindakan, Observasi, dan Refleksi. Akhir refleksi pada siklus dua bahwa tujuan telah tercapai sehingga penelitian dihentikan pada siklus dua.
DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBAR BERLOGO
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
1. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ... 6
2. Model Pembelajaran Numbered Head Together ... 8
F. Hipotesis Penelitian... 8
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian ... 9
2. Subyek Penelitian ... 10
3. Langkah-langkah Penelitian ... ...10
4. Teknik Pengumpulan Data ... 15
5. Analisis Data ... 18
6. Indikator Keberhasilan ... 19
H. Sistematika Penulisan ... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Hasil Belajar... 22
B. Mata Pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) 1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 23
C. Pengertian model Pembelajaran ... 26
D. Model Pembelajaran Numbered Heads Together 1. Pengertian Model Numbered Heads Together ... 28
2. Langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) ... 28
3. Kelebihan dan kekurangan Numbered Heads Together ... 29
E. Kajian Materi ... 30
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga ... 44
2. Subyek Penelitian ... 47
3. Waktu Penelitian ... 48
B. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Prasiklus ... 51
2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... 51
3. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahap Prasiklus ... 62
2. Hasil Penelitian Siklus I ... 66
3. Hasil Penelitian Siklus II... 77
B. Pembahasan 1. Hasil Penelitian Prasiklus... 85
2. Hasil Penelitian Siklus I ... 85
3. Hasil Penelitian Siklus II... 86
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 90
B. Saran... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Prasiklus ... 95
Lampiran 2 RPP Siklus I ... 109
Lampiran 3 RPP Siklus II ... 118
Lampiran 4 Lembar Soal Prasiklus ... 126
Lampiran 5 Lembar Soal Siklus I ... 127
Lampiran 6 Lembar Soal Siklus II ... 128
Lampiran 7 Nilai Siklus I ... 129
Lampiran 8 Nilai Siklus II ... 130
Lampiran 9 Lembar Pengamatan Guru Siklus I... 131
Lampiran 11 Lembar Pengamatan Guru Siklus II ... 134
Lampiran 12 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ... 137
Lampiran 13 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ... 139
Lampiran 14 Foto Kegiatan ... 141
Lampiran 15 Surat Penunjukkan Pembimbing ... 142
Lampiran 16 Lembar Konsultasi... 143
Lampiran 17 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 144
Lampiran 18 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 145
Lampiran 19 SKK ... 146
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 Fasilitas sarana dan prasarana MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga ... 45
TABEL 3.2 Data guru dan staff MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga ... 46
TABEL 3.3 Data nama siswa kelas V MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga ... 47
TABEL 3.4 Nilai Ulangan Harian ... 49
TABEL 4.1 Hasil Nilai Siswa pada Tahap Prasiklus... 63
TABEL 4.2 Hasil Nilai Siklus I ... 68
TABEL 4.3 Lembar Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus I ... 68
TABEL 4.4 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus I ... 70
TABEL 4.5 Hasil Nilai Siklus II ... 77
TABEL 4.6 Lembar Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus II ... 79
TABEL 4.7 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus II ... 81
TABEL 4.8 Ketuntasan Nilai Siswa pada Tahap Prasiklus ... 85
TABEL 4.9 Ketuntasan Nilai Siswa Siklus I ... 86
TABEL 4.10 Ketuntasan Nilai Siswa Siklus II... 86
TABEL 4.11 Rekapitulasi Hasil Prestasi Belajar Siswa ... 88
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki muatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan
perubahan sosial. Perubahan ke arah kemajuan dan kesejahteraan hidup yang berkualitas. (Nana Sudjana, 1996:2)
Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam
diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada kenyataannya tidak semau perubahan termasuk kategori belajar. (Pupuh
fathurrohman, 2009:6)
: َلاَق ُهْنَع ُالله َيِضَر ٍّيِلَع ْنَع
: َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلْوُسَر َلاَق
َي ُمِلاَعْلا
) ِمَلْيَّدلا ُهاَوَر( ٍدِباَع ِفْلَا ْنِم ٌرْيَخ ِهِمْلِعِب ُعِفَتْن
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang
yang berilmu kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah. (H.R
Proses belajar merupakan jalan yang baru ditempuh oleh seseorang (pelajar) untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak
diketahui atau diketahui tetapi belum menyeluruh tentang suatu hal (Sulistyorini, 2009:12)
Kegiatan belajar di dalam kelas, guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga dapat menarik minat dan perhatian siswa. Selain itu guru harus dapat memotivasi siswa untuk
semangat belajar. Dengan suasana belajar yang menyenangkan, akan berdampak positif bagi kegiatan belajar. Siswa akan lebih berkonsentrasi
dalam mengikuti pembelajaran, tetapi juga waktu pelajaran akan termanfaatkan secara optimal. Selain itu prestasi belajar siswa juga akan tercapai secara optimal.
Berdasarkan hasil observasi pada hari sabtu 15 Juli 2017 yang
dilakukan di MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga, diperoleh hasil bahwa
selama pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas V sebagian besar masih di dominasi oleh guru. Guru menggunakan metode ceramah, diskusi dan penugasan. Kegiatan diskusi hanya sebatas diskusi kelas biasa, yang
paling dominan digunakan masih ceramah tanpa di sertai dengan penggunaan media pembelajaran. Sehingga aktivitas pembelajaran siswa
untuk memahami materi pelajaran rendah dan hasil belajar juga rendah karena metode yang digunakan guru belum sepenuhnya membangkitkan minat belajar siswa, serta belum digunakanya media pembelajaran yang
Proses pembelajaran dapat dinyatakan berhasil apabila hasil evaluasi pada siswa dari ranah kognitifnya minimal telah mencapai 70%
dan jumlah siswa peserta KKM tersebut telah mampu menguasai materi sesuai KKM yang telah ditentukan oleh satuan pendidikan. Berdasarkan
hasil pembelajaran di kelas V B semester I mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga, tentang topik bahasan mengenal peninggalan sejarah masa Hindu, budha, dan
Islam, dinyatakan belum mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Sebagian besar siswa tidak memahami materi pelajaran dan enggan aktif
di kelas. Hasil ulangan semester mata pelajaran IPS siswa, dimana 10 dari 21 siswa mendapat nilai dibawah KKM yang sudah ditentukan sekolah. Artinya, kurang dari 50% siswa masih belum dapat mencapai nilain KKM.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas VB belum dapat memahami dan menguasai materi dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS).
Berdasarkan pemaparan hasil Penelitian dan analisis data dalam pelajaran IPS di atas, diperoleh simpulan bahwa masalah yang timbul
adalah sebagai berikut :
1. Siswa kurang aktif merespon penjelasan guru.
2. Rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
3. Kegiatan masih didominasi oleh guru.
Melihat kondisi tersebut, maka diperlukan usaha dari guru untuk
siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Salah satu alternatif yang di tempuh guru untuk meningkatkan hasil belajar yaitu
dengan menggunakan model pembelajran Numbered Heads Together. Mengingat perkembangan intelektual siswa SD/MI yang masih konkret,
maka perlu media untuk membantu proses pembelajaran agar siswa ikut terlibat aktif di dalamnya bukan hanya sekedar penjelasan lisan oleh guru. Sehingga penggunaan model Numbered Heads Together memiliki dampak
positif terhadap kegiatan belajar mengajar, yakni meningkatkan minat belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat penelitian
dengan judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF KUMPULREJO 02 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: “
Apakah penggunaan model Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS) pada siswa kelas
V di MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga tahun pelajaran 2016/2017 ?”.
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah: “ untuk mengetahui penggunaan model Numbered
Heads Together (NHT) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi mengenal peninggalan sejarah masa Hindu, Budha, dan Islam dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester I di MI Ma’arif kumpulrejo 02 Salatiga tahun pelajaran 2017”
D. Kegunaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan memberikan beberapa manfaat, yaitu :
1. Manfaat Teoretis
Hasil dari penelitian ini dapat berfungsi sebagai sumbangan untuk memperkaya khazanah ilmiah, khususnya tentang penerapan
model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial(IPS) dikelas. Selain itu juga dapat dijadikan bacaan dan bahan pada penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Siswa akan lebih aktif mengikuti pembelajaran IPS yang
akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
Agar penelitian ini dapat dijadikan pendorong dalam usaha peningkatan metode pembelajaran yang menarik, serta untuk
menentukan langkah-langkah yang tepat dalam pengambilan kebijakan.
c. Bagi Guru
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, berkaitan dengan belajar
metode pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa dalam setiap pembelajaran.
d. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, sehingga peneliti dapat mengamalkan ilmu tersebut dimanapun
kaki berpijak.
E. Definisi Operasional
Untuk memberikan gambaran sekaligus memperjelas pengertian dan pemahaman serta agar tidak terjadi kesalahan pemahaman terhadap judul di atas maka perlu dijelaskan sebagai berikut:
1. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah kemampuan
Sedangkan hasil belajar yang dimaksud dalampenelitian ini adalah hasil belajar dari segi kognitif dan segi afektif. Hasil belajar kognitif
berupa penguasaan materi setelah guru menggunakan model
Numbered Head Together pada saat proses pembelajaran yang
ditunjukan dengan penilaian tes kognitif.
Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tercapainya prestasi belajar sesuai dengan tujuan
pembelajaran sebelumnya. Dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila dari siklus I ke siklus II atau siklus berikutnya hasil belajar
mengalami peningkatan secara berkesinambungan, sesuai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang dipatokan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu KKM individu yang ditentukan
oleh sekolah (70).
Menurut Kosasih, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga membahas
hubungan antara manusia dengan lingkunganya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagaian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan
yang ada dan terjadi di lingkungan sekitar.(Solihatin, 2007:14)
Pada jenjang pendidikan dasar, pemberian mata pelajaran IPS
dimaksudkan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan praktis agar mereka dapat menelaah, mempelajari, dan mengkaji fenomena-fenomena serta masalah sosial yang ada di sekitar
2. Model Numbered Heads Together
Numbered Heads Together (NHT) atau penomeran berfikir
bersama atau kepala bernomor adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional. (Trianto, 2007:62)
Numbered Heads Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk melibatkan lebih bnayak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatupelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbnagkan
jawaban yang paling tepat. Teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua usia siswa.(Lie, 2002:59).
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata hipo dan thesis , hipo artinya rendah dan thesis artinya kebenaran. Jadi, hipotesis adalah kebenaran yang masih memiliki taraf kerendahan dan akan diuji kebenarannya melalui penelitian.
(Maslikhah, 2013:41). Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpul (Arikunto,2010:110).
Numbered Heads Together dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi mengenal peninggalan sejarah masa Hindu, Budha, dan Islam
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester I MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga tahun 2017”
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah Penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan,
(3) mengamati, dan (4) merefleksi tindakan dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar dapat meningkat (Kusumah, 2010:9)
Rancangan penelitian yang ditetapkan adalah penelitian tindakan kelas mengenai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V di MI
Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga. Alasan peneliti menggunakan jenis
2. Subyek penelitian
Subyek yang akan diteliti adalah siswa kelas V di MI Ma’arif
Kumpulrejo 02 Salatiga semester I tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah 21 siswa.
3. Langkah-langkah penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan secara bertahap dengan menggunakan
model pembelajaran , sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi hasil belajar IPS siswa kelas V MI Ma’arif Kumpulrejo 02. Penelitian ini
dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan beberapa tahapan tindakan yang meliputi sebagai berikut: (1) perencanaan Tindakan, (2) pelaksanaan Tindakan, (3)
Langkah-langkah dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas berikut penjelasan
bagan prosedur Penelitian Tindakan Kelas :
gambar 1. Siklus penelitian Tindakan Kelas
a. Perencanaan
Tahap perencanaan ini peneliti melakukan kegiatan perencanaan anatara lain sebagai berikut :
1. Guru dan peneliti memahami materi pembelajaran IPS kelas V materi peninggalan sejarah masa Hindu, Budha, dan Islam yang akan
dilakukan tindakan penelitian dengan menelaah Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar serta Indikator pencapaian mata pelajaran.
Siklus iI1 Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan & tindakan &observasi
Siklus 2 Perencanaan
Refleksi
2. Guru pengampu dan peneliti membangun kesepakatan tentang penerapan pembelajaran.
3. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai indikator yang telah diterapkan.
4. Menyiapkan alat-alat media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian.
5. Menyiapkan lembar observasi guru untuk melihat implementasi
pembelajaran ketrampilan proses.
6. Menyiapkan lembar observasi siswa untuk mengetahui aktivitas siswa
selama pembelajaran.
7. Menyiapkan format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasi temuan hasil refleksi.
8. Menyiapkan alat evaluasi yang berupa tes tertulis. b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat oleh guru dan peneliti, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran pada mata pelajaran IPS. Pelaksanaan penelitian ini
ditujukan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti merencanakan 2 siklus
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran, menggunakan
lembar pengamatan atau observasi yang telah dipersiapkan dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak terdapat dilembar pengamatan dengan
membuat catatan lapangan. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui dan menilai hasil serta proses pembelajaran, sehingga dapat menjadi masukan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar berikutnya.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi ini, peneliti melakukan :
1. Peneliti melakukan evaluasi dari materi yang sudah dilaksanakan dengan pembelajaran yang dipilih.
2. Peneliti melaksanakan refleksi dari proses tindakan yang telah
terlaksana sebagai bahan acuan atau penyusunan rencana untuk siklus berikutnya.
3. Refleksi dan evaluasi pada siklus I belum menunjukan ketercapaian indikator, maka peneliti melakukan perbaikan pada siklus berikutnya, tetapi jika pada siklus I menunjukan sebaliknya maka penelitian tidak
4. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
tindakan ini adalah: a. Silabus
Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum berisikan garis-garis besar materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan rancangan penilaian. Dengan kata lain silabus
adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran / tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok, kegiatan pembelajaran , indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Trianto, 2009:210).
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yaitu panduan
langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Komponen-komponen penting yang ada dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran meliputi: Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), hasil belajar, indikator pencapaian hasil belajar, strategi
c. Lembar soal evaluasi untuk mengetahui hasil kemampuan peserta didik sebelum dan sesudah diberi tindakan dengan menerapkan
model pembelajaran Numberd Heads Together dalam pembelajaran.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian selalu terjadi teknik pengumpulan data. Dan data tersebut terdapat bermacam-macam jenis metode. Jenis metode yang digunakan dalam pengumpulan data disesuaikan dengan
sifat penelitian yang dilakukan. Teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data tersebut adalah sebagai beikut:
a. Tes
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang
diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. (Sulistyorini, 2009:86)
Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes tersebut diberikan kepada peserta didik guna mendapatkan data kemampuan
siswa tentang materi pelajaran IPS.
Tes yang digunakan adalah soal uraian yang dilaksanakan
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran IPS.
Tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang di tes direpresetasikan dengan suatu set stimuli jawaban mereka
yang dapat menunjukan ke dalam angka. Subyek dalam hal ini adalah siswa kelas V harus mengisi item-item yang ada dalam tes yang telah direncanakan, guna untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam prosses pembelajaran. Khususnya dalam mata pelajaran IPS.
Tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
1. Tes pada awal penelitian (pre test), dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang akan
diajarkan.
2. Tes pada setiap akhir tindakan (post test), dengan tujuan
untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan prestasi belajar siswa terhadap materi yang di ajarkan dengan menerapkan model Numbered Heads Together (NHT).
Tes yang diberikan disusun sendiri oleh peneliti dan dikonsultasikan dengan guru bidang studi. Siswa
b. Non Tes
Teknik non tes yang dipilih pada penelitian ini ada dua
yaitu:
1) Observasi
Observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantuan.(Oemar
Hamalik, 2001:102) Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan pembelajaran.
2) Dokumentasi
Dokumentasi didefinisikan sebagai suatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai
bukti atau keterangan.(Mulyasa, 2005:105) Untuk lebih memperkuat hasil penelitian ini peneliti menggunakan
dokumentasi berupa foto-foto pada saat siswa melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada mata
6. Analisis data
Arikunto (1998:171) menjelaskan bahwa yang dimaksudkan
dengan analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan
pendekatan penelitian atau desain yang diambil. Terkait hal itu maka, data analisis menggunakan teknik analsis kauntitatif. Teknik kuantitatif menggunakan statistik deskriptif sederhana dalam
perhitunagn prestasi belajar siswa.
Setelah data terkumpul, lalu diklasifikasikan menjadi dua data,
yaitu kuantitatif yang berupa angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol. Deskriptif yang digunakan berupa persentase sebagai berikut:
a. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan menggunakan deskripsi persentase. Nilai yang diperoleh siswa
dirata-rata untuk menemukan hasil belajar para siswa dalam mata pelajaran IPS. Deskripsi yang digunakan berupa persentase sebagai berikut: 1) Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus sebagai berikut:
M =
Keterangan:
M = Nilai rata-rata
ΣX = Jumlah semua nilai
2) menghitung persentase ketuntasan belajar siswa dengan rumus sebagai berikut:
NP=
x 100%
Keterangan :
NP = Nilai persentase
Σ Siswa tuntas =Jumlah siswa tuntas
Σ Siswa keseluruhan =Jumlah siswa keseluruhan
b. Data kualitatif yang diperoleh dari observasi dan dokumentasi,
diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis.
Data kuantitatif dan kualitatif ini kemudian dikaitkan sebagai dasar
untuk mendeskripsikan keberhasilan penerapan model pembelajaran
Numbered Heads Together yang ditandai dengan meningkatnya hasil
belajar dalam mata pelajaran IPS dan perubahan tingkah laku yang menyertainya.
7. Indikator Keberhasilan
Penerapan model Numbered Heads Together dikatakan berhasil apabial indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator
ketuntasan anak didik adalah sebagai berikut: a. Secara Individu
b. Secara Klasikal
Siklus akan berhenti apabila siswa telah mencapai KKM
sebanyak 80% dari total anak didik dalam satu kelas mendapat nilai
H. Sistematikan Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan
skripsi agar mudah dibaca dan dipahami, adapun sistematika penulisan dalam laporan penelitian ini adalah meliputi :
BAB I PENDAHULUAN : memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, hipotesis penelitian, metode penelitian dan sistematika
penulisan skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA : merupakan kajian teoritis yang berisi
tentang hal-hal yang terkait dengan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Numbered Heads Together.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN berisi deskripsi
pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN berisi tentang
deskripsi setiap siklus dan pembahasan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Hasil Belajar
Kata “peningkatan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah proses, cara, perbuatan, atau meningkatkan
(Poerwadarminta, 2006:1281). Jadi, dapat dikatakan bahwa peningkatan merupakan suatu cara yang dilakukan untuk meningkatkan atau menaikan
taraf suatu hasil.
Sedangkan arti kata “hasil” menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha pemikiran (Poerwadarminta, 2006:208)
1. Hasil belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,apresiasi dan ketrampilan. Menurut Bloom
(dalam Agus Suprijono, 2012:6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif adalah knowledge(pengethauan ,ingatan), comprehension
(pemahaman,menjelaskan, meringakas, contoh), application
(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan),
synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk) dan
evalution (menilai).
Domain afektif adalah receiving (sikap penerimaan), responding
membentuk, bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain psikomotor juga mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial,
dan intelektual.
Sementara menurut Lindgren (dalam Agus Suprijono, 2012:7),
hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti
proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah baik dalam sikap maupun tingkah
lakunya (Purwanto, 2009:44). Jadi hasil belajar dapat disimpulkan tercapainya suatu pemahaman seseorang dari proses kecakapan serta pengetahuan yang mereka dapat. Hasil belajar yang mereka kuasai
akan merubah manusia menjadi lebih baik.
B. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Istilah IPS di Indonesia mulai di kenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai
digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ssebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, Geografi,
dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya(Sapriya, 2009:7) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang
mempelajarai kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah.(Nursyid, 1980:7) Sedangkan menurut Kosasih, Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkunganya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik
tumbuh dan berkembang sebagai bagaian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitar.(Solihatin, 2007:14)
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dokumen kurikulum 1975 yang memuat IPS sebagai
mata pelajaran untuk pendidikan di sekolah dasar dan menengah. Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.(Somantri, 2001:92)
bagaian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitar.
Pada jenjang pendidikan dasar, pemberian mata pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan
kemampuan praktis agar mereka dapat menelaah, mempelajari, dan mengkaji fenomena-fenomena serta masalah sosial yang ada di sekitar mereka.(Syafruddin Nurdin, 2005:22)
a. Tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD/MI
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS) di SD
menjelaskan setiap bidang studi yang tercantum dalam kurikulum sekolah, telah dijiwai oleh tujuan yang harus dicapai oleh pelaksanaan proses belajar mengajar (KBM) bidang studi tersebut
secara keseluruhan. Tujuan ini disebut tujuan kurikuler yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan institusional dan
tujuan pendidikan nasional.
Ada beberapa tujuan lain yang hendak dicapai melalui IPS di sekolah. Tujuan tersebut secara spesifik adalah sebagai berikut:
a. mengembangkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan
psikologis.
c. Mambangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan kompetensi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional, maupun global.
Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan
kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya dan terampil mengatasi masalah yang
terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.(Solihatin dan Raharjo 2007:14) Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah
diorganisasikan secara baik. Sedangkan menurut kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
salah satu mata pelajaran ynag diberikan mulai drai SD/MI/SDLB sampai SMP/Mts, mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan terdiri dari materi
geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi sehingga siswa menjadi warga dunia yang cinta damai.
C. Pengertian Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran perlu dipahami oleh guru agar dapat
pembebelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena
masing-masingmodel pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.
Joyce dan weil (2012:45) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan ,membimbung pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran
merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum,
pengatur materi, dan pemberi petunjuk kepada guru di kelas.
Dalam penerapanya, model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
Untuk model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran.Sebelum
D. Model pembelajaran Numbered Heads Together
1. Pengertian ModelNumbered Heads Together
Numbered Heads Together (NHT) atau penomeran berfikir bersama atau kepala bernomor adalah jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2007:62)
Numbered Heads Together (NHT) pertama kali dikembangkan
oleh Spencer Kagan untuk melibatkan lebih bnayak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatupelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbnagkan jawaban yang
paling tepat. Teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua usia siswa (Lie, 2002:59)
2. Langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together(NHT)
Langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) :
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya dan mengetahui
jawabannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan haisl kerja sama mereka.
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor lain.
3. Kelebihan dan kekurangan Numbered Heads Together
(NHT)
Kita ketahui bahwa setiap model pembelajaran dan metode pembelajaran manapun memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut ini merupakan kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran tipe Numbered Heads Together(NHT)
(
http://m4y-a5a.blogspot.com/2012/05/metode-numbered-head-togethernht).
a. Kelebihan model pembelajaran Numbered Head Together.
1) Setiap siswa menjadi siap semua.
2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang
pandai
4) Melatih siswa untuk bekerjasama dan menghargai teman.
a.Kekurangan model pembelajaran Numbered Heads
b.Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru
1) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut,
sebaiknya guru yang lebih kreatif dan teliti dalam mengacak nomor agar semua siswa mempunyai kesempatan untuk berbicara dan menunjukan
kemampuan mereka.
E. Kajian Materi
1. Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu di Indonesia
a. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia.
Kerajaan ini berdiri pada tahun 400 masehi. Raja pertamanya adalah Kundungga, kemudian digantikan Aswawarman. Raja
terkenal Kutai adalah Mulawarman. Mulawarman memuja Dewa Siwa, maka ia beragama Hindu. Peninggalan Kerajaan Kutai adalah Prasasti Kutai yang berpahat pada tiang batu yang disebut
yupa yang ditemukan di aliran sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Prasasti tersebut ditulis dengan huruf Pallawa dan
b. Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara adalah kerajaan Hindu tertua di
Jawa. Letaknya di Bogor Jawa Barat. Berdiri pada tahun 450 Masehi. Rajanya yang terkenal adalah Purnawarman. Punawarman
memuja Dewa Wisnu, maka ia menganut agama Hindu. Prasasti yang ditemukan :
1) Prasasti kebon kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917),
ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Cimpea, Bogor.
2) Prasasti Tugu, ditemukan di kampung Batutumbu, desa Tugu, kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan
penggalian Sungai candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12 km
oleh Punawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya. Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi
pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
3) Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Munjul, ditemukan di aliran sungai Cidanghiyang yang mengalir di desa Lebak, kecamatan Munjul, kabupaten Pandeglang, Banten, berisi
4) Prasasti Ciaruteun, Cimpea, Bogor. 5) Prasasti Muara Cianten, Cimpea, Bogor
6) Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor. 7) Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
c. Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram terletak di daerah Yogyakarta, rajanya yang pertama adalah Raja sanna, kemudian diganti oleh Raja sanjaya.
Kerajaan ini dikenal dari sebuah prasasti di desa canggal, barat Magelang. Prasasti ini ditulis tahun 732 Masehi. Ditulis dengan huruf
Pallawa dan dalam bahasa Sanksekerta. Prasasti menceritakan tentang didirikanya sbeuah lingga Siwa diatas sebuah bukit di Kuncarakunja oleh Raja Sanjaya.
d. Kerajaan Kediri
KerajaanKediri terletak di tepi sungai Brantas, Jawa Timur. Raja
yang memerintah kerajaan Kediri adalah Bameswara, Jayabaya, Sarweswara, Ayyeswara, Gandra, Kameswara dan Kertajaya karya sastra Zaman Kediri seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman
Kerajaan Panjalu-Kadiri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayudha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu panuluh. Kitab ini
bersumber dari Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri jayabaya atas Janggala. Selain itu, peninggalan kerajaan sejarah kediri antara lain Prasasti Pandeglang,
Prasasti Kahyunan, Prasasti Weleri, Prasasti angin dan Prasasti samending. Raja Kediri yang terakhir adalah Kertajaya yang
memerintah sampai tahun 1222 Masehi. Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok, yang menandai berakhirnya kerajaan Kediri.
e. Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari terletak di Tumapel, Malang, Jawa Timur, didirikan Ken Arok tahun 1222 Masehi. Ken Arok dinobatkan
Brahmana sebagai penjelma Dewa Wisnu yang menunjukan Singasari adalah kerajaan Hindu. Singasari mencapai puncak kejayaan pada masa
Kertanegara. Ia pernah mengirimkan tentara ke Melayu dalam usaha memperluas wilayah kekuasaannya. Pengiriman tentara ini dikenal dengan istilah Ekspedisi Pamalayu.
f. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit terletakdi Selatan Sungai Brantas yang
berpusat di Trowulan, Mojokerto. Didirikan oleh Raden Wijaya tahun 1294 yang bergelar Kertajasa Jayawardhana. Kertajasa wafat pada tahun 1309 Masehi, kemudian diganti oleh Jayanegara. Pada tahun
1328 Jayanegara wafat dan diganti oleh adiknya yaitu Bhre Kahuripan yang dikenal dengan Tribhuana Tunggaldewi Jayawisnuwardhani. Pada
nusantara yang diucapkan oleh sumpah Amukti Palapa. Karya Sastra zaman Majapahit :
1) Hasil sastra zaman Majapahit akhir ditulis dalam bahasa Jawa Tengah, diantaranya ada yang ditulis dalam bentuk tembang
(kidung) dan yang ditulis dalam bentuk gancaran (prosa). Hasil sastra terpenting antara lain:
a) Kitab Prapanca, isinya menceritakan raja-raja Singasari dan
Majapahit.
b) Kitab Sundayana, isinya tentang peristiwa Bubat
c) Kitab Sarandaka, isinya tentang pemberontakan sora
d) Kitab Ranggalawe, isinya tentang pemberontakan Ranggalawe.
e) Panjiwijayakrama, isinya menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja
f) Kitab Usana Jawa, isinya tentang penaklukan pulau Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar, pemindahan Keraton Majapahit ke Gelgel dan penumpasan raja raksasa bernama Maya
Denawa.
g) Kitab Usman Bali, isinya tentang kekacauan di pulai Bali.
Selain kitab-kitab tersebut masih ada lagi kitab sastra yang penting pada zaman Majapahit akhir seperti kitab paman cangah, Tantu Pagelaran, Calon Arang, Korawasrama,
B. Peninggalan Sejarah Kerajaan Budha di indonesia.
1. Kerajaan Kaling
Kerjaan Kaling atau Holing terletak di daerah Jawa Tengah. Hal ini berdasarkan berita dari Cina, yaitu Dinasti tang (618-906). Dari sumber tersebut, pada tahun 647 M, kerajaan ini di perintah
oleh Ratu Simo (Sima) dan rakyat hidup makmur. Pada tahun 664 M, seorang pendeta Budha dari Cina yang bernama Hwining
datang ke Kaling. Selama tiga tahun di Kaling, ia menerjemahkan kitab Budha Hinayana. Peninggalan sejarah berupa prasasti
terdapat di desa Tukmas di kaki gunung merbabu. Prasasti tersebut bertuliskan tahun 650 M dan ditulis menggunakan huruf pallawa dalam bahasa sanskerta.
2. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 dengan raja
pertama Sri Jayanegara dan berpusat di Palembang, Sumatera Selatan (Muara Sungai Musi). Sriwijaya mengalami zaman keemasan pada saat diperintah oleh Raja Balaputradewa, putra dari
Samaratungga dari Jawa pada abad ke-9. Wilayah Sriwijaya meliputi hampir seluruh Sumatra, Jawa Barat, Kalimantan Barat,
maritim, pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha, dan sebagai pusat perdagangan.
C. Peninggalan Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia
1. Samudera Pasai
Samudera Pasai terletak di Lhoksumawe, Aceh. Berdiri pada
abad ke-13 dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia dengan nama raja pertama Marah Silu yang bergelar Sultan Malik
Al-Soleh. Masa kejayaan Samudera Pasai adalah pada saat diperintah oleh Sultan At-Tahir II dengan bukti, Samudera Pasai menjadi pusat
perdagangan dan penyebaran Agama Islam. Peninggalan sejarah Kerajaan Samudera Pasai adalah maat uang emas dan makam Raja Malik Al-Saleh di Gedong Aceh utara. Pada tahun 1510-1530,
Portugis datang dan menguasai Samudera Pasai. Para pedagang Islam mencari pelabuhan baru yaitu Aceh.
2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh terletak di tepi Selat Malaka yang berpusat di Kutaraja, Banda Aceh berdiri pada abad ke-16 dengan raja pertama
Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Karena Sultan Ali Mughayat Syah wafat diganti putranya Salahudin (1530-1537). Karena
Turki di Istambul. Sekitar 40 perwira Turki melatih tentara dan mengajarkan cara membuat meriam di Aceh. Ia memerintah tahun
1537-1568 M. Setelah wafat, digantikan putranya Husain. Husain tewas dalam perang saudara sehingga digantikan oleh Ali Riayat
syah. Raja terkenal dari Aceh yang membawa ke zaman keemasan adalah Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Ia berhasil menaklukan Johor, Pahang dan Kedah. Sepeninggal Sultan Iskandar Muda,
digantikan Sultan Iskandar Thani.
3. Kerajaan Demak
kerajaan Demak terletak di muara Sungai Bintoro, Demak, Jawa Tengah. Berdiri pada abad ke-16 dengan raja pertama Raden Patah (Panembahan Jimbun atau Pate Radim). Setelah wafat, kemudian
digantikan putranya yaitu Adipati Unus (pangeran Sabrang Lor) yang memerintah dari tahun 1518-1521. Setelah wafat, kemudian
digantikan Sultan Trenggono. Demak mengalami kejayaan pada masa Sultan Trenggono. Sepeninggal Sultan Trenggono, kerajaan Demak kacau karena adanya perebutan kekuasaan. Akhirnya, menantu Sultan
Trenggono yaitu Adiwijaya (Jaka Tingkir) berkuasa di Demak. Sejak itu pusat pemerintahan dipindahkan ke Pajang. Pada tahun 1568
Ageng Selo, dampar kencana (tempat duduk raja) dan piring Campa 61 buah, pemberian Ibu Raden Patah yaitu Puteri Campa.
Penyebaran agama Islam di Jawa dibantu oleh para wali. Karena Jumlah wali tersebut ada sembilan orang, maka disebut Walisongo.
Sembilan wali tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sunan Giri (Raden Paku atau Raden Ainul Yakin) b. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
c. Sunan Bonang (Raden Maulana Makhdum Ibrahim) d. Sunan Drajat (Raden Kosim Syaifudin)
e. Sunan Muria (Raden Umar Syaid) f. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
g. Sunan Gresik (Raden Maulana Malik Ibrahim)
h. Sunan Kudus (Raden Jakfar Sadiq)
i. Sunan Gunung Jati (Fatahillah atau Raden Syarief Hidayatullah)
4. Kerajaan Banten dan Cirebon
kerajaan Banten dan Cirebon didirikan oleh Fatahillah atau Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, panglima Kesultanan Demak.
Tahun 1526, Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa dari Portugis dan tanggal 22 Juni 1527 diubah namanya menjadi Jayakarta
(Jakarta). Tahun 1552, Banten diserahkan kepada putranya pangeran Hassanudun dan Cirebon diberikan ke pangeran Pasarean.
Banten mengalami kejayaan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa
kerajaan Banten dan Cirebon antara lain Masjid Agung Banten, meriam Ki Amok dan gapura sebagai pintu gerbang di Kerajaan
Banten.
5. Kerajaan Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di Sampalu, Ternate dan Pulau Tidore di Maluku Utara. Berdiri pada abad ke-16 dengan raja pertama Sultan Zainal Abidin (1486-1500). Raja terkanal Ternate
adalah Sultan Hairun dan Sultan Baabullah yang gigih melawan dan mengusir Portugis dari Maluku (1536-1583). Hasil utama Kerajaan
Ternate dan Tidore adalah cengkih dan pala. Tidore didirikan oleh Sultan Mansur. Raja Tidore yang terkenal adalah Sultan Nuku.
6. Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan Gowa-tallo terletak di Somba Opu, makasar, sulawesi Selatan. Raja Gowa bergelar Daeng, dan Raja Tallo bergelar
Karaeng. Raja Gowa Daeng Manrabia (Sultan Abdullah Awalul Islam) menyatajan penggabungan dua kerajaan menjadi dwi tunggal. Raja terkenal dari Gowa-Tallo adalah Hasanudin (1653-1669), karena
ketegasanya Belanda menjuluki Sultan Hasanudin dengan sebutan Ayam Jantan dari Timur. Peninggalan sejarah kerajaan Gowa-Tallo
Hassanudin dengan memaksanya menandatangani perjanjian Bongaya tahun 1667.
F. KRITERIAN KETUNTASAN MINIMAL (KKM)
1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik mencapai
ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai.
Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak
diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan
belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva.
Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan
remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal.
Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan
pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampis sama. Pertimbangan pendidik atau forum
MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.
Kriteria ketuntasan menunjukan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan
ideal. Terget ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal
di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap (Arifin,2011:2).
2. Mekanisme Penetapan KKM
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Ketuntasan belajar untuk setiap indikator adalah 0-100%, dengan batas ideal minimum 75%.
b. Sekolah harus menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) per
MP (Mata Pelajaran) dengan mempertimbangkan kemampuan rata-rata peserta didik (intake), kompleksitas (kesulitan dan kerumitan
c. Sekolah dapat menetapkan KKM di bawah batas kriteria ideal, tetapi secara bertahap harus dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal
(100%).
Untuk lebih jelasnya, lihat rambu-rambu penetapan KKM di bawah
ini :
a. KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran. b. KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah.
c. Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan rentang 0-100
d. Nilai ketuntasan belajar maksimal adalah 100.
e. Sekolah dapat menetapkan KKM di bawah nilai ketuntasan belajar maksimal.
f. Nilai KKM harus dicantumkan dalam LHBS
Contoh penetapan nilai KKM dengan memberikan point pada
setiap kriteria ditetapkan:
a. Kompleksitas: -Tinggi = 1 -Sedang =2
-Rendah =3 b. Daya dukung: -Tinggi =3
-Sedang =2 -Rendah =1
Jika indikator memiliki kompleksitas rendah, daya dukung tinggi, dan intake siswa sedang a nilainya adalah (3+3+2)x100 =
88,899 atau dibulatkan menjadi 89.
Dengan menggunakan rentang nilai pada setiap kriteria :
a. Kompleksitas : -Tinggi = 50-64 -Sedang = 65-80
-Rendah =81-100
b. Daya Dukung: -Tinggi = 81-100
-Sedang =65-80
-Rendah =50-64
c. Intake :- Tinggi =81-100
-Sedang =65-80
-Rendah =50-64
Dalam menentukan rentang nilai dan menentukan nilai dari setiap
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak geografis MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga
Letak geografis MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga terletak di
desa Ngronggo, kelurahan Kumpulrejo, kecamatan Argomulyo, kota Salatiga. Daerah ini berada jauh dari perkotaan Salatiga, udaranya
yang masih sejuk dan terbebas dari polusi karena letaknya masih di lingkungan pedesaan yang masih dikelilingi banyak pepohonan. Jarak
anatara sekolah dan kota kecamatan lumayan jauh menyebabkab transportasi sedikit sulit. Siswa-siswa biasa berangkat dan pulang menggunakan jasa transport antar jemput sekolah.
a. Lokasi penelitian
Tempat penelitian : MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga
Alamat : desa Ngronggo, kelurahan Kumpulrejo,
kecamatan Argomulyo, kota Salatiga
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
b. Fasilitas Sarana dan Prasarana
Tabel 3.1 Fasilitas Sarana dan Prasarana MI Ma’arif
Kumpulrejo 02
18. Perangkat olahraga/Atletik Baik 19. Lapangan Upacara/Olahraga 1 Baik
20. Perangkat Pramuka Baik
c. Guru dan Staf
Guru yang bertugas di MI Ma’arif Kumpulrejo 02 berjumlah 15
pendidikan adalah strata sat (S-1), dan ada guru yang masih menyelesaikan transfer S-1.
Tabel 3.2 Data Guru dan Staff MI Ma’arif Kumpulrejo 02
Salatiga
No Nama Jabatan
1. Istiqah R.N, S.Pd Kepala Madrasah
2. Arif Tabi’in, S.Pd Kesiswaan
3. Darno, S.Pd.I Kurikulum
4. Aeny Qodriyah, S.Pd.I Sekretaris
5. Natiqotul Fitriana, S.Pd.I Bend. Infaq
6. Kholifatul M, S.Pd.I Bend. BOSS
7. Siti Yatmiatun S.Pd.SD Bend. BSM
8. Marfuastuti, S.Pd Guru/koperasi
9. Martono, M.Pd.I Guru
10. Tri Mulyani, S.Pd.I Guru/UKS
11. A. Budiati, S.Pd.I Guru/Tabungan
12. Sri Sulastri, S.Pd.I Guru
13. Ustadz Rohmad Sarpras
14. Nur Hidayati, S.Pd Guru
2. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V B di MI Ma’arif
Kumpulrejo 02 kecamatan Argomulyo kota Salatiga tahun pelajaran 2016/2017. Siswa yang menjadi subyek penelitian ini berjumlah 21
siswa, dengan rician laki-laki berjumlah 7 dan perempuan 14 siswa. Penelitian dilakukan pada semester pertama pada tahun pelajaran 2016/2017.
Penelitian tindakan kelas ini adalah salah satu upaya dalam rangka meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS materi
peninggalan sejarah masa Hindu, Budha dan Islam di Indonesiamenggunakan model pembelajaran Numbered Haead Together (NHT) pada siswa kelas V MI Ma’arif Kumpulrejo 02
kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Adapun nama-nama siswa yang siswa yang menjadi subyek dalam penelitian ini dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 3.3
Daftar nama siswa kelas V
MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Tahun 2016/2017
No. Nama Siswa Jenis kelamin P/L
1 Adinda Azzahra Safitri P
2 Agus Supriyadi L
4 Ardiyanto L
5 Assyifa Kurnia Aslima P
6 Aulia Fikinia Putri P
7 Aqil Indra Fatah R.H L
8 Deva Dewi F P
9 Eka Sri W P
10 Fauzi Wahyu Kurniawan L
11 Fitriyana P
12 Heni Rahayu S P
13 Huzna Alysa Putri P
14 Lailatun Nikmah P
15 M. Daffa M L
16 Nabila kama A.Z P
17 Putri Fatma H P
18 Putri Wulandari P
19 Sabrina Auira Dewi P
20 Slamet A L
21 Wahyuningsih P
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Penelitian menggunakan
Pengetahuan Sosial materi peninggalan sejarah masa Hindu, Budha dan Islam. Waktu penelitian dilaksanakan pada :
1. Kegiatan Prasiklus :Senin 17 Juli 2017
2. kegiatan penelitian siklus I :Jum’at, 28 Juli 2017
3. kegiatan penelitian siklus II :Rabu, 02 Agustus 2017
B. PELAKSANAAN PENELITIAN
Sebelum menuju siklus I sangat penting untuk melakukan
tahap prasiklus, karena pada tahap ini peneliti akan menjumpai bukti-bukti masalah yang ada. Salah satu bukti permasalahan yang dijumpai peneliti pada tahap prasiklus berupa nilai ulangan harian
yang ditemukan peneliti pada siswa kelas V semester I MI Ma’arif Kumpulrejo 02 kecamatan Argomulyo kota Salatiga tahun
pelajaran 2016/2017. Berikut ini adalah hasil nilai ulangan harian siswasebelum menggunakan model Numbered Heads Together.
Tabel 3.4 Nilai Ulangan Harian (Prasiklus)
No Nama Siswa KKM Hasil
PraSiklus
Tuntas Tidak
Tuntas
1 Adinda Azzahra Safitri 70 70 √
2 Agus Supriyadi 70 50 √
3 Aji Indra Saputra 70 60 √
4 Ardiyanto 70 40 √
6 Aulia Fikinia Putri 70 50 √
7 Aqil Indra Fatah R.H 70 70 √
8 Deva Dewi F 70 50 √
9 Eka Sri W 70 70 √
10 Fauzi Wahyu
Kurniawan
70
40 √
11 Fitriyana 70 70 √
12 Heni Rahayu S 70 50 √
13 Huzna Alysa Putri 70 50 √
14 Lailatun Nikmah 70 70 √
15 M. Daffa M 70 70 √
16 Nabila Kama A.Z 70 70 √
17 Putri Fatma H 70 40 √
18 Putri Wulandari 70 50 √
19 Sabrina Auira Dewi 70 40 √
20 Slamet A 70 50 √
21 Wahyuningsih 70 60 √
Jumlah 1150 7 14
Nilai Rata-rata 54,76
Presentase 33,33
%
Setelah melihat hasil ulangan tersebut, peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua kali siklus.
Setiap siklus memiliki beberapa tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat tahapan
ini, saling terkait dan berkelanjutan. Hal ini merupakan ciri dari penelitian tindakan kelas.
1. Deskripsi Penelitian Prasiklus
Tahap prasiklus merupakan tahap pengumpulan data sebelum dilakukan penelitian. Data yang didapatkan pada tahap ini akan digunakan sebagai acuan dalam menentukan tindakan
yang akan dilakukan pada tahap siklus I. Dalam tahap ini peneliti mengumpulkan data nilai siswa. Untuk mengetahui ketuntasan
hasil belajar siswa, peneliti menggunakan acuan kriteria ketuntasan klasikal yaitu 85% dari jumlah seluruh siswa dengan
berpatokan pada nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Selain itu peneliti juga melakukan ulangan harian untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa pada tingkat materi yang
sama sebelum menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)untuk nantinya akan dibandingkan dengan
hasil sesudah menggunakan model tersebut.
2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2017. Adapun
g. Tahap Perencanaan
Pada siklus 1 dilaksanakan 1 kali pertemuan selama
70 menit dalam pembelajaran dengan perencanaan sebagai berikut :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2) Menyiapkan materi yang akan diajarkan yaitu peninggalan sejarah dari Masa Hindu, Budha dan Islam
di Indonesia
3) Membuat kartu nomor kelompok
4) Membuat lembar soal diskusi
5) Menyusun soal tes yang digunakan untuk post test siklus I
6) Menyusun lembar observasi kegiatan siswa maupun peneliti dalam pembelajaran
h. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan, guru melaksanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi
peninggalan sejarah dari masa Hindu, Budha dan Islam di Indonesia yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan.
berdasarkan RPP yang telah disusun. Data hasil pelaksanaan tindakan diperoleh dari hasil pengamatan
aktivitas di dalam kelas serta hasil tes prestasi belajar siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan
tindakan yang dilakukan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan serta sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Pada siklus I, pelaksanaan yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1 Pendahuluan
a. Guru memberikan salam dilanjutkan memimpin do’a
untuk memulai pembelajaran. b. Guru mengabsen kehadiran siswa
c. Guru memberikan motivasi dengan cara tanya jawab yang berhubungan dengan pelajaran.
d. Guru menyiapkan model dan alat peraga pembelajaran
e. Mengulang materi pertemuan sebelumnya dan membacakan indikator.
2 Kegiatan Inti a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
2) Menyebutkan peninggalan sejarah masa Hindu, Budha dan Islam di Indonesia.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan Elaborasi, guru :
1) Bagaimana peninggalan sejarah masa Hindu, Budha di Indonesia.
2) Belajar bersama mengetahui peninggalan sejarah masa
Hindu, Budha di Indonesia.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru :
1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui.
2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pemahaman, memberikan penguatan dan menyimpulkan.
3. Kegiatan Penutup
a. memberikan kesempatan kepada satu orang siswa secara bergilir untuk mengungkapkan kembali tentang
b. berkemas-kemasguru memberikan nasehat sebelum
pulang. Guru memimpin do’a untuk mengakhiri
pembelajaran dan memberikan salam c. pengamatan (Observing)
Pengamatan dilakukan selama tindakan sebagai upaya untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran peninggalan sejarah Hindu, Budha dan Islam di
Indonesia. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Pada tahap ini, dilakukan pengamatan terhadap semua proses
tindakan, hasil tindakan, situasi tindakan, dan kendala-kendala tindakan. Peneliti juga mengukur hasil pembelajaran dengan
memberikan soal tes untuk siswa yang dikerjakan secara kelompok dan individu setelah proses belajar mengajar
berlangsung. Hasil dari kedua instrumen tersebut dimasukan ke dalam data sebagai bahan refleksi dan selanjutnya didiskusikan bersama guru yang bersangkutan.
d. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data menganalisis