• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA BROKEN HOME (Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang 2018) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA BROKEN HOME (Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang 2018) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM KELUARGA

BROKEN HOME

(Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen

Kabupaten Semarang 2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

FARIDA

NIM 11114186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM KELUARGA

BROKEN HOME

(Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen

Kabupaten Semarang 2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

FARIDA

NIM : 111-14-186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

Lakukanlah segala sesuatu dengan rasa ikhlas, karena ketika melakukannya dengan ikhlas sesuatu yang indah akan mencarimu. Dan jangan lupa selalu

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan Almarhum ibundaku tersayang Ayah Mudakir dan Almarhum Ibu Sukiyari yang selalu menjadi penyemangat utamaku dan selalu mendoakanku tiada henti.

2. Kakak terbaik Lilis Handayani yang selalu membimbing dan menasehatiku serta membantuku disegala hal.

3. Muchamad Noval Ardian yang selalu memberikan semangat dan do’a.

4. Sahabat seperjuanganku yang telah berbagi rasa suka maupun duka Tutik, Nely, Hani, Endah, Puri, Sami, Iza, Novi, Ayu dll.

5. Sahabat terbaiku Ina, Anggita, Safitri, Dian, Indri, Fita yang selalu memberikan motivasi dan semangat tiada akhir.

6. Keluarga PPL, MAN Suruh Zum, Nafi, Anis, Yuniar, Nida, Wahid dll. 7. Keluarga KKN, posko 7 Kamongan Isna, Erni, Widya, Rizal, Fina, Fitri dll. 8. Teman-teman se Perjuangan PAI Angkatan 2014.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan bail. Shalawat serta salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga pengarahan dan bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Sutrisna, S.Ag., M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staff IAIN Salatiga, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan.

6. Orangtuaku dan kakakku, Bapak Mudakir, Almarhum Ibu Sukiyari yang sangat aku sayang dan kakakku Lilis Handayani yang selalu mendoakan dan memberikan semangat serta membantu pula proses skripsiku.

(10)
(11)

xi ABSTRAK

Farida. 2018. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Broken Home (Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang 2018). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Sutrisna, S. Ag., M. Pd.

Kata Kunci : Pendidikan, Islam, dan Broken Home

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Broken Home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana cara mengajarkan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Broken home. (2) Apa faktor penghambat dan pendukung dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam pada keluarga broken home. (3) Bagaimana cara memecahkan masalah yang muncul dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam pada keluarga broken home.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) yang dilakukan di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Pelaksanaanya menggunakan metode pendekatan Kualitatif diskriptif analisis dengan menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola Induktif dan Deduktif.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ... i

LEMBAR BERLOGO IAIN ... ii

HALAMAN SAMPUL DALAM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vi

MOTTO ... vii PERSEMBAHAN...viii KATA

PENGANTAR

... xi

(13)

xiii

... xii

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penegasan Istilah ... 8

F. Sistematika Penulisan... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 12

1. Pengertian Pendidikan ... 12

2. Pengertian Agama ... 13

3. Pengertian Islam...14

4. Pengertian Pendidikan Agama Islam...14

5. Pendidikan yang harus ditanamkan...16

6. Faktor yang mempengaruhi Pendidikan Agama Islam...26

B. Keluarga Broken Home ... 28

1. Pengertian Keluarga Broken home ... 28

2. Faktor-faktor Broken home ... 30

3. Dampak keluarga Broken home...32

(14)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...38

C. Sumber Data...39

D. Prosedur Pengumpulan Data...40

E. Analisis Data ... 41

F. Pengecekan Keabsahan Temuan ... 44

G. Tahap-tahap Penelitian... 45

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS ... 47

A. Paparan Data ... 47

1. Keadaan Penduduk...47

2. Data Responden...52

3. Profil Subjek Penelitian...53

4. Temuan Penelitian...59

B. Analisis Data ... 88

1. Cara orang tua mendidik Pendidikan Agama Islam dalam keluarga broken home ... 88

2. Faktor penghambat dan pendukung dalam orang tua mendidik Pendidikan Agama Islam dalam keluarga broken-home...92

3. Cara memecahkan masalah dalam mendidik Pendidikan Agama Islam dalam keluarga broken home...96

(15)

xv

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 47

Tabel 4.2 Jumlah penduduk Menurut Agama ... 48

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ... 49

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 50

Tabel 4.5 Jumlah Keluarga yang bercerai ... 52

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Lampiran 4 Hasil Wawancara

Lampiran 5 Dokumentasi

Lampiran 6 Daftar Nilai SKK

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang yang menikah pasti mempunyai keluarga, anggota keluarga terdiri dari bapak, Ibu dan Anak. Tugas orang tua yaitu mengurus dan mendidik anaknya dengan baik, karena anak merupakan titipan Allah yang harus dijaga. Anak adalah pengikat hati dalam keluarga, yang diamanatkan oleh Allah kepada bapak dan ibu mereka. Anak-anak yang shaleh adalah sumber kebahagiaan, namun sebaliknya anak juga menjadi fitnah bagi kedua orang tuanya. Oleh karena itu anak menjadi tanggung jawab orang tua, selain itu menjadi tanggung jawab masyarakat dan bangsa untuk membimbingnya agar anak memperoleh masa depan yang baik, duniawi maupun ukhrawi.

(19)

2

berjalan dengan baik karena ajaran agama Islam merupakan pedoman hidup manusia khusunya bagi seorang muslim. Orang tua harus mengajarkan Pendidikan Agama Islam dengan cara yang baik, kebanyakan dari mereka kurang peduli dalam hal memperhatikan anak.

Setiap orang tua tentu mendambakan keluarganya bahagia, suatu keluarga yang setiap anggotanya mampu memahami, menghayati dan merealisasikan fungsi keluarga sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Diantara fungsi keluarga, selain fungsi rekreatif, protektif, ekonomi, sosial, dan reproduktif selain itu juga mendidik anak dengan mendidik edukatif serta menanamkan pemahaman dan pengalaman tentang keagamaan (religius). Keluarga merupakan sarana utama dan pertama dalam mendidik serta menanamkan pemahaman dan pengalaman keagamaan. Dalam hal ini tentu saja orang tua ayah dan ibu memiliki tanggung jawab terbesar (Daroeso, 1986:26-27).

(20)

3

pendidikan utama yang harus dipelajari dalam mencapai kehidupan yang kekal dan kebahagiaan selama-lamanya. Islam menegakkan bahwa orang tua sebagai tempat untuk anak mendapatkan pendidikan. Terutama pendidikan agama Islam yang sangat bermanfaat dan membimbing untuk kehidupannya nanti. Hal tersebut ditanamkan oleh orang tua agar menghasilkan generasi-generasi yang beragama dan sesuai tuntunan Agama Islam (Zakiah Drajdat, 1995:49).

(21)

4

Anak yang dibesarkan dalam keluarga disfungsi pekawinan mempuyai resiko tinggi terjadinya gangguan pekembangan kepribadiannya. Karena itu menciptakan keluarga yang harmonis menjadi sangat penting bagi proses mendidik anak (Abdul Mustaqim, 2010:85). Hidup bahagia, harmonis dan penuh cinta kasih merupakan dambaan setiap pasangan yang menikah, tercantum dalam firman Allah surat Al-Rum ayat 21 sebagai berikut:

ْنَأ ِهِتاَيآ ْنِم َو

Artiya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung

dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa

kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda.” (Hatta, 2009:406).

(22)

5

mengalami broken home kebanyakan mengalami beberapa masalah dalam mendidik anaknya khusunya mendidik keagamaan pada anak.

Broken Home dapat terjadi apabila antara suami istri yang bersangkutan tidak mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun kembali dalam rumah tangga seutuhnya. Keadaan seperti ini terjadinya broken home tidak secara tiba-tiba dan bukan proses yang mudah atau sederhana. Permasalahan yang terjadi merupakan titik akhir dari suatu proses berlangsung lama dan adanya penyesuaian diri yang ekstrim. Broken Home dapat dilakukan secara legal, dimana salah satu pasangan (suami atau istri) meninggalkan keluarga tanpa pamit dalam waktu lama. Broken home mengakibatkan status seorang laki-laki sebagai suami maupun status seorang perempuan sebagai istri secara legal berakhir. Tetapi tidak menghentikan status masing-masing sebagai ayah dan ibu terhadap anak-anaknya, karena hubungan antara ayah atau ibu dengan anak-ananya adalah hubungan darah tidak bisa diputus begitu saja lewat pernyataan kehendak (Gunarsa dan Yulia, 1995: 48).

(23)

6

Penulis menentukan judul yang sesuai dari penelitian ini adalah “ Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Broken Home (Studi kasus pada keluarga di

Desa Doplang kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengajarkan Pendidikan agama Islam dalam keluarga Broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang? 2. Apa faktor penghambat dan pendukung pendidikan agama Islam dalam

keluarga Broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang?

3. Bagaimana cara memecahkan masalah yang muncul dalam Pendidikan agama Islam pada keluarga Broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan pokok yang akan diteliti, maka peneliti melakukan hal tersebut dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk cara mengajarkan Pendidikan agama Islam dalam keluarga Broken home.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung pendidikan agama Islam dalam keluarga broken home.

3. Untuk mengetahui cara memecahkan masalah yang muncul dalam pendidikan agama Islam pada keluarga broken home.

(24)

7 1. Secara Teoritis

a. Adanya hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan Ilmu pengetahuan khususnya tentang Pendidikan Agama Islam. b. Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis.

2. Secara Teoritis a. Bagi Peneliti

Sebagai pembelajaran bagi penulis tentang kehidupan dalam rumah tangga, dan mendidik anak serta dapat menjaga hubungan dengan keluarga.

b. Bagi Orang Tua

Sebagai orang tua agar lebih menjaga keutuhan dalam rumah tangga dan mencegah untuk melakukan perceraian dan pisah ranjang. Serta mendidik anaknya dengan lebih baik lagi.

c. Bagi Tokoh Masyarakat

Untuk menjadi acuan yang dapat digunakan oleh tokoh masyarakat seperti para guru, tokoh agama, dosen untuk bertanggung jawab dalam pendidikan anak.

d. Orang lain

Mengetahui Ilmu dan pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahuinya. Untuk penulis berikutnya yang ingin meneliti studi kasus yang sama, dapat dijadikan sebagai acuan yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam dalam keluarga broken home.

(25)

8

Untuk menghindari terjadinya silang pengertian dalam memahami judul yang telah saya sebutkan, maka penulis menegaskan beberapa istilah pokok yang terdapat dalam rumusan judul seperti berikut ini:

1. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al- Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman (Abdul Majid, 2012: 11).

Menurut Zuhairini (2004: 1) Pendidikan Agama Islam adalah suatu kegiatan yang bertujuan menghasilkan orang-orang beragama, dengan demikian pendidikan agama perlu diarahkan ke arah pertumbuhan moral dan karakter.

Dapat disimpulkan dan diperjelas bahwa Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan yang mengajarkan tentang hal-hal yang menjadi pedoman manusia untuk melakukan segala sesuatu yang memiliki ruang lingkup yang luas, didalam penelitian ini menggukan aspek keimanan, ibadah dan akhlak untuk mengetahui bagaimana cara orang tua mengajarkan tentang pendidikan tersebut.

2. Keluarga Broken home

Secara etimologis keluarga dalam istilah Jawa terdiri dari dua kata

(26)

9

Artinya kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih

demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di dalamnya. Pengertian

keluarga secara realitas adalah sekelompok orang yang terdiri dari kepala

keluarga dan anggotanya dalam ikatan nikah ataupun nasab yang hidup dalam

satu tempat tinggal, memiliki aturan yang ditaati secara bersama dan mampu

mempengaruhi antar anggotanya serta memiliki tujuan dan program yang

jelas. Keluarga terdiri atas ayah, ibu, anak, saudara dan kerabat lainnya.

Adapun keluarga batin biasanya terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak.

Keluarga ini dapat dikatakan sebagai keluarga kecil (Aziz, 2015: 16-17).

Broken home adalah “keretakan di dalam keluarga yang berarti

rusaknya hubungan satu dengan yang lain di antara anggota keluarga tersebu (Pujosuwarno,1993:7). Menurut Hurlock, Broken Home merupakan kulminasi dari penyesuaian perkawinan yang buruk dan terjadi bila suami dan istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Perlu disadari bahwa banyak perkawinan yang tidak membuahkan kebahagiaan tetapi tidak dia akhiri dengan perpisahan. Permasalahan tersebut dikarenakan perkawinan dilandasi dengan suatu pertimbangan agama, moral, kondisi ekonomi dan alasan-alasan yang lain. Perpisahan atau pembatalan perkawinan dapat dilakukan secara hukum maupun dengan diam-diam dan kadang ada juga kasus dimana salah satu pasangan (suami, istri) meninggalkan keluarganya (Hurluck, 1990: 310).

(27)

10

perubahan-perubahan dalam bertindak berperilaku mengajarkan sesuatu pada anak ataupun mendidik. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa penyebab yaitu perceraian, pisah ranjang karena alasan tertentu, cerai mati. Penyebab tersebut sesuai objek dengan yang akan peneliti lakukan khususnya di keluarga broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan bagi para pembaca dalam mempelajari dan memahami skripsi ini, penulis telah membagi sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Berisi tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan tentang Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Broken Home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

BAB II Berisi tentang kajian pustaka yang terdiri atas pengertian pendidikan, agama, Islam, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan agama Islam yang harus ditanamkan pada anak, faktor yang mempengaruhi Pendidikan agama Islam dan pengertian tentang keluarga broken home, faktor yang mempengaruhi broken home, dan dampak keluarga broken home.

(28)

11

prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV Bagian ini berisi tentang paparan dan analisis data tentang gambaran umum lokasi penelitian di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang yang mencakup profil setiap keluarga, letak geografis, keadaan penduduk menurut usia, agama, mata pencaharian dan jumlah keluarga yang bercerai. Temuan penelitian tentang bagaimana cara orang tua mengajarkan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Broken home, faktor penghambat dan pendukung Pendidikan Agama Islam dalam keluarga broken home, cara memecahkan masalah dalam mengajarkan Pendidikan agama Islam dalam keluarga broken home . Data temuan penelitian disajikan dalam bentuk pola, tema, kecenderungan, dan motif yang muncul dari data. Bagian analisis menguraikan gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori.

BAB V Penutup memuat kesimpulan, tindak lanjut penelitian, dan saran atau rekomendasi yang diajukan dalam penelitian Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

BAB II

LANDASAN TEORI

(29)

12

Secara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogiek . Pae berarti anak, gogos artinya membimbing, dan iek artinya Ilmu. Jadi secara etimologi Paedagogiek ilmu yang membicarakan bagaimana cara mendidik anak. Secara Terminologi Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (Suparlan, 2007:77).

Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan Negara. Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadarminta, pendidikan berasal dari kata

dasar didik dan diberi awalan men-, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan ajaran. Menurut tokoh pendidikan dari Indonesia, Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan

bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak (Teguh, 2013:61).

2. Pengertian Agama

Agama secara etimologis berasal dari bahasa Sansekerta yakni kata “a

yang berarti “tidak”dan “gama” yang berarti “kacau”. Berdasarkan

(30)

13

teratur, karena memiliki petunjuk yang bersumber dari agama itu. Secara Terminologi Agama menurut Frezer dalam Aslam Hadi yaitu menyembah atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya peri kehidupan

manusia (Syafaat, 2008: 11). Istilah “Agama” menurut Al-Qur’an identik

dengan Al-Din. Al-Qur’anul Karim menggunakan kata Al-Din sesuai dengan pengertian lughawi yang berlaku dalam masyarakat Arab. Pengertian tersebut adalah undang-undang, aturan-aturan berpikir, aturan berbuat, hukum-hukum, dan tata cara beribadah (Mahmud dan dkk, 2013:123). Pengertian ini

tercantum dalam firman Allah surat Asy- Syura ayat 21 sebagai berikut:

َيِّضُقَل ِّلْصَفْلا ُةَمِّلَك َلَْوَلَو ُهللَّا ِّهِّب نَذَْيَ َْلَ اَم ِّنيِّ دلا َنِّ م مَُلَ اوُعَرَش ءاَكَرُش ْمَُلَ ْمَأ

هنَِِّو ْمَُُيَْيَْيب

مِّْلَأ ٌباَذَع ْمَُلَ َينِّمِّلاهظلا

ٌ

Artiya: “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang

mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?

Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah

mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang

zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih”. (Hatta, 2009:485). 3. Pengertian Islam

Secara Etimologi kata Islam berasal dari kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti submission (ketundukan), resignation (pengunduran),

(31)

14

sentosa. Pengertian Islam itu sejalan dengan tujuan ajaran Islam, yaitu untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan, sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman dan sentosa, serta sejalan pula dengan misi ajaran Islam, yaitu menciptakan kedamaian di muka bumi dengan cara

mengajak manusia untuk patuh dan tunduk kepada Tuhan Secara Terminologi Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT (Abuddin, 2016:27).

4. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan yang seluruh komponen atau aspeknya didasarkan pada ajaran Islam. Visi, misi, tujuan, proses belajar mengajar, pendidik, peserta didik, hubungan pendidik, dan peserta didik, kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, pengelolaan, lingkungan dan aspek atau komponen pendidikan lainnya didasarkan pada ajaran Islam (Abudin, 2010:36).

(32)

15

hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan dirinya yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan, dan keserasian dalam hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam mencapai kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan rohaniyah. Agama sebagai dasar tata nilai merupakan penentu dalam perkembangan dan pembinaan rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, maka pemahaman dan pengalamannya dengan tepat dan benar diperlukan untuk menciptakan kesatuan bangsa. Bahan pendidikan agama bagi masing-masing pemeluknya berasal dari sumber-sumber agamanya masing-masing. Pelaksanaan pendidikan agama dilakukan oleh pengajar yang meyakini, mengamalkan, dan menguasai agama tersebut. Tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan.

Pendidikan Agama Islam menurut Ditbinpaisun adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada

akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat

(33)

16

Ajaran Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni iman (akidah), ibadah dan akhlak. Maka nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang harus ditanamkan orang tua kepada anak harus meliputi nilai iman (akidah), nilai ibadah dan nilai akhlak. Ketiga ajaran pokok Islam ini selengkapnya diungkapkan sebagai berikut

a. Akidah

Secara Etimologi, akidah berasal dari kata aqada yang berarti ikatan atau keterkaitan, Akidah berarti pula janji, karena janji merupakan ikatan kesepakatan antara dua orang yang mengadakan perjanjian (Nina,

2014:56). Akidah secara Terminologi adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang dan menjadi

kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan (Taufiq, 2011: 15). Akidah Islam di dalam Al-Qur’an disebut Iman yang dibangun atas dasar keimanan. Iman dipahami sebagai suatu keyakinan yang

dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu mengikuti petunjuk Allah SWT serta Sunah Nabi Muhammad SAW (Mahfud, 2011:12). Akidah adalah inti dasar dari keimanan seseorang yang harus ditanamkan kepada anak oleh orang tua, hal ini telah disebutkan dalam surat Lukman ayat 13 sebagai berikut:

َلِ ََّنَُ ب َيَ ُهُظِّعَي َوُهَو ِّهِّنْب ِّلِ ُناَمْقُل َلاَق ْلِّإَو

َِّّلِِّّ ُُِِّْْْْ

مْلُظَل َِِّْْ ْلا َّنِّإ

(34)

17

Artinya :“Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya di waktu

ia memberikan pelajaran kepadanya: “hai anakku, janganlah

kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan

Allah adalah benar-benar kedholiman yang besar”. (Hatta, 2009:412).

Dari ayat tersebut Lukman telah diangkat kisahnya oleh Allah SWT dalam Al-Qur‟an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan menjadi dasar pedoman hidup setiap muslim. Ini berarti bahwa pola umum pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya menurut Islam dikembalikan kepada pola yang dilaksanakan Lukman dan anaknya. Allah mengingatkan kepada Rasulullah nasihat yang pernah diberikan Luqman kepada putranya ketika ia memberi pelajaran kepadanya. Nasihat itu

adalah “Wahai anakku, Janganlah engkau mempersekutukan Allah,

sesungguhnya mempersekutukan Dia Allah adalah kedzaliman yang

besar.” Mempersekutukan Allah dikatakan ke zaliman karena perbuatan

itu berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yaitu menyamakan sesuatu yang melimpahkan nikmat dan karunia dengan sesuatu yang tidak sanggup memberikan semua itu (Kementrian RI, 2010:545).

(35)

18

Allah pencipta dan penguasa semesta alam, yang seharusnya semua makhluk mengabdi dan menghambakan dirinya kepada Allah. Anak adalah generasi penerus dari orang tuanya. Cita-cita yang belum dicapai orang tua semasa hidup di dunia diharapkan dapat tercapai oleh anaknya. Demikian pula kepercayaan yang dianut orang tuanya, disamping budi pekerti yang luhur. Cara Luqman menyampaikan pesan itu wajib dicontoh oleh setiap orang tua yang mengaku dirinya muslim. Potongan tafsir tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap orang tua harus mendidik anaknya dalam hal akidah (Chabib, 1996:61).

Pokok bahasan Akidah Islam dibangun atas enam dasar keimanan yang disebut Arkanul Iman atau rukun iman, yang tersimpul dalam Syahadatain atau dua kalimat syahadat. Rukun iman merupakan pokok bahasan aqidah Islam, terdiri dari iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhirat, dan ketentuan Allah qadha dan qadhar. Keimanan tersebut harus diperkenalkan pada anak dengan cara sebagai berikut :

1) Memperkenalkan nama Allah SWT dan Rasulnya.

2) Memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui kisah-kisah teladan.

(36)

19

Dalam kitabnya Al-Ghazali menganjurkan tentang asas pendidikan keimanan ini agar diberikan kepada anak-anak sejak dini, yakni:

“ Ketahuilah, bahwa apa yang telah kami sebutkan itu pengenai

penjelasan akidah (keyakinan) maka sebaiknya didahulukan kepada anak-anak pada awal pertumbuhannya. Supaya dihafalkan dengan baik, kemudian senantiasalah terbuka pengertiannya nanti sedikit demi sedikit sewaktu dia telah besar. Jadi permulaanya dengan

menghafal, lalu memahami,kemudian beri’tikad, mempercayai dan

membenarkan, dan yang berhasil pada anak-anak, tanpa, memerlukan

bukti.”

Jelaslah bahwa asas pendidikan keimanan, terutama akidah tauhid atau mempercayai ke-Esa-an Tuhan harus diutamakan, karena akan hadir secara sempurna dalam jiwa anak “perasaan ketuhanan” yang berperan sebagai fundamen dalam berbagai aspek kehidupannya.

(37)

20

pertumbuhannya harus ditanamkan rasa keimanan dan akidah tauhid sebaik-baiknya (Zainudin dkk, 1991:97).

b. Ibadah

Secara Etimologi Ibadah berasal dari kata”abada” yang berarti patuh,

tunduk, menghambakan diri, dan amal yang diridhai Allah. Secara Terminologi Ibadah adalah suatu perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Tuhan, seperti shalat, berdoa dan berbuat baik. Ibadah dalam Islam secara garis besar terbagi kedalam dua jenis, yaitu ibadah mahdah (ibadah khusus) dan ibadah ghoiru mahdah (ibadah umum). Ibadah mahdah meliputi sholat, puasa, zakat, haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahdah meliputi shodaqoh, membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya (Mahfud, 2011:23). Nilai ibadah, khususnya pada pendidikan sholat disebutkan dalam ayat 17 surat Lukman sebagai berikut:

هنِِّ َكَباَصَأ اَم ىَلَع ِّْبِْصاَو ِّرَكَُمْلا ِّنَع َهْناَو ِّفوُرْعَمْلِّبِ ْرُمْأَو َة َلَهصلا ِّمِّقَأ هَنَُيب َيَ

َكِّلَذ

روُمُْلْا ِّمْزَع ْنِّم

ٌ

Artinya:”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia untuk mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan

munkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan

(38)

21

Pendidikan sholat dalam ayat ini tidak terbatas tentang kaifiyah untuk menjalankan sholat yang lebih bersifat fiqhiyah, melainkan termasuk menanamkan nilai-nilai di balik ibadah sholat. Mereka harus mampu tampil sebagai pelopor amar ma’ruf dan nahi munkar serta jiwanya menjadi orang yang sabar. Tata peribadatan menyeluruh sebagaimana termaktub dalam fiqh Islam itu hendaklah diperkenalkan dan dibiasakan oleh orang tua dalam diri anak. Hal ini dilakukan agar kelak mereka tumbuh menjadi insan yang benar-benar takwa, yakni insan yang taat melaksanakan segala perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala larangannya. Ibadah sebagai realisasi dari akidah Islamiyah harus tetap terpancar dan teramalkan dengan baik oleh setiap anak (Mansur, 2005:166-177). Sejak dini anak-anak harus diperkenalkan dengan tentang Ibadah dengan cara sebagai berikut:

1) Mengajak anak ke tempat Ibadah. 2) Memperlihatkan bentu-bentuk Ibadah.

3) Memperkenalkan arti Ibadah (Imam dan Kholifah, 2009:6-7).

c. Akhlak

(39)

22

Khuluq merupakan bentuk batin sedangkan khalq merupakan bentuk lahir. Khalq dilihat dengan mata lahir (bashar) sedangkan khuluq dilihat dengan mata batin (bashirah). Keduanya dari akar kata yang sama yaitu kalaqa. Khuluq atau akhlak adalah sesuatu yang tercipta atau terbentuk melalui proses (Nasirudin, 2010:130).

Secara Terminologi menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu. Sedangkan menurut al-Ghazali akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Jadi menurut Ibnu Miskawaih dan al-Ghazali, akhlak adalah sesuatu dalam jiwa yang mendorong seseorang mempunyai potensi-potensi yang sudah ada sejak lahir. Dan manusia akan menjadi sempurna jika mempunyai akhlak terpuji (akhlaq al-mahmudah) serta menjauhkan segala akhlak tercela (akhlaq al-mazmumah) (Mansur, 2005:221-222). Nilai akhlak sangat penting untuk ditanamkan dalam diri anak, sebagaimana disebutkan dalam surat Lukman ayat 14, 18 dan 19 sebagai berikut:

(40)

23

mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah

dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan

kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada Ku-lah kamu

akan kembali. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari

manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di

muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan

sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu,

sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara khimar”.

(Kementrian RI, 2010:546).

(41)

24

hanya dikemukakan secara teoritik, melainkan disertai contoh-contoh konkret untuk dihayati maknanya dicontohkan kesusahan ibu yang mengandung, serta jeleknya suara khimar bukan sekedar untuk diketahui, melainkan untuk dihayati apa yang ada dibalik yang nampak tersebut, kemudian direfleksikan dalam kehidupan kejiwaannya (Chabib, 1996:107-108). Mendidik anak tentang akhlak tidak hanya di didik saja tetapi sebagai orangtua juga harus memberikan tauladan yang baik atau memberikan contoh yang baik sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah dalam Surat Al-Ahzab ayat 21 :

َمِّ ل ةَنَسَح ةَوْسُأ َِّّلّا ِّلوُسَر ِّف ْمُكَل َناَك ْدَقَل

َ يْلاَو ََّلّا وُجَِْ ي َناَك ن

َمْو

ًايرِّثَك ََّلّا ََِكَلَو َِِّخ ْلَا

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut

Allah”. (Hatta, 2009:420).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhamad memberikan teladan yang baik bagi umatnya, tidak hanya teori saja yang diberikan tetapi juga contoh dan pelaksanaannya.

Akhlaq Islam dibagi menjadi tiga pokok ketika dilihat dalam kehidupan sehari-hari.

(42)

25

Akhlak kepada Allah yaitu tidak menyekutukan Allah, bertaqwa kepada Allah dan mencintai Allah dan yang paling utama adalah mempercayai bahwa Allah itu ada dan kekal.

2) Akhlak terhadap sesama manusia

Akhlak terhadap manusia bisa dilakukan terhadap siapa saja seperti sesama teman atau masyarakat, keluarga dan orang tua. Akhlak terhadap sesama manusia dibagi menjadi dua yaitu akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak mahmudah adalah segala tingkah laku yang baik. Akhlak madzmumah adalah segala tingkah laku yang buruk atau jahat bisa juga dikatakan tercela. Akhlak mahmudah yang dikemukakan ahli akhlak dan tasawuf meliputi al-amanan, pemaaf al-afwu, benar shidiq, menepati janji wafa, adil adl, memelihara kesucian diri al-ifafah, malu al-haya’, berani saja’ah, kuat al-quwuah, sabar ash-sbaru, kasih sayang ar-rahman, murah hati as-sakha’u, tolong menolong at-ta’awun.

Sedangkan akhlak madzmumah meliputi egoistis ananiah, lacur al-baghyu, kikir al-bukhlu, dusta albuhtan, minum khamar al-khamru, khianat al-khianat, ananiya ad-dhulmu, pengecut al-jubn, amarah al-ghadab, curang dan culas al-ghasysyu.

3) Akhlak terhadap Lingkungan

(43)

26

oleh Allah dibumi tidak ada yang sia-sia maka harus selalu menjaga dan tidak merusaknya (Aminah, 2014:75-77).

Berkaitan dengan upaya mengambangkan perilaku moral pada anak, ada beberapa kiat yang dapat ditempuh orang tua yaitu:

a) Menciptakan kasih sayang dan kehangantan keluarga

Kasih sayang yang diberikan oleh orang tua sangat mempengaruhi perilaku moral anak. Demikianlah juga hubungan yang hangat dalam keluarga antara anak dan orang tuanya.

b) Menjadi Teladan yang baik (Uswah Hasanah)

Orangtua yang biasa menunjukkan teladan yang baik dilingkungannya, sikapnya akan ditiru oleh anak-anaknya. Hal ini secara positif akan mengembangkan pola perilaku anak dalam pergaulannya.

c) Mengajarkan disiplin dan Empati

(44)

27

dan seimbang. Menurut Hasan Langgulung (2004:310-311) orang tua dapat menanamkan ketiga nilai-nilai Pendidikan Agama Islam tersebut pada anak dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Memberi tauladan yang baik kepada anak tentang kekuatan iman kepada Allah dan berpegang teguh dengan ajaran-ajaran agama dengan sempurna.

2) Membiasakan anak menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging, anak melakukannya atas kemauan sendiri dan dapat merasakan ketentraman sebab mereka melakukannya.

3) Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah di mana anak berada.

4) Membimbing anak membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah sebagai bukti keagungan-Nya. 5) Menuntun anak turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama. 6. Faktor yang mempengaruhi Pendidikan Agama Islam

(45)

28

Pola pembinaan pendidikan dikembangkan dengan menekankan keterpaduan dalam lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

a. Lingkungan Keluarga,

Lingkungan Keluarga memegang peran yang sangat penting terutama orang tua, karena orag tua merupakan sumber pendidikan yang pertama dan utama. Anak akan mendapatkan didikan memalui orang tuanya sejak dalam kandungan sampai tumbuh menjadi dewasa. Pada pertumbuhan anak tersebut orang tua harus pintar mendidik anaknya agar tidak terjerumus dalam hal yang negatif (Abdul, 2010:50).

Siswa akan menerima pengaruh dari keluarganya berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Kebanyakan orang tua khususnya dalam perhatian yaitu kurannya memperhatikan anaknya, dan penyebabnya adalah orang tuanya sibuk bekerja, kurangnya keharmonisan dalam keluarga, bahkan broken home, hal itu sangat berdampak bagi anak. b. Lingkungan Sekolah

(46)

29

harus dilakukan oleh guru. Seorang guru harus sebaik mungkin menciptakan lingkungan didalam sekolah dengan suasana yang nyaman dan dapat memotivasi siswa untuk selalu giat dalam belajar.

c. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan Masyarakat mendapat tanggung jawab bukan masyarakat sebagai kelompok namun, dengan adanya tanggung jawab perseorangan dan pribadi manusia, dan masyarakat yang selalu menjaga hubungan sosialnya terhadap sesama. sebagaimana masing-masing anggota masyarakat itu menciptakan suatu sistem masyarakat sehingga mendorong masing-masing anggota masyarakat untuk mendidik sendiri dan bersedia mendidik anggota masyarakat yang lain (Hasbullah, 2012:37).

B. Keluarga Broken home

1. Pengertian Keluarga broken home

Keluarga adalah sebuah komunitas dalam “satu atap”. Kesadaran untuk

(47)

30

orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan, atau adopsi (Masdub, 2015:72).

Secara Etimologi Broken home berasal dari kata Broken yang berarti

”Kehancuran”, sedangkan Home berarti ”Rumah” .Broken Home memiliki arti

adanya kehancuran di dalam rumah tangga yang disebabkan kedua suami istri mengalami perbedaan pendapat. Broken Home disini memiliki banyak arti yang bisa di karenakan adanya perselisihan atau percekcokan antara suami istri, akan tetapi tetap tinggal satu rumah. Bisa juga bisa juga broken home diartikan kehancuran rumah tangga sampai terjadi perceraian kedua orang tua. Dari pengertian broken home di atas dan dengan keadaan masih tinggal serumah ataupun yang sudah bercerai tetap saja memberikan dampak yang buruk pada anak mereka, dimana sebetulnya anak masih memerlukan bimbingan orang tua sampai ia lepas masa lajang. Akibat kondisi orang tua yang mengalami broken home, maka lebih banyak anak belajar banyak hal dari lingkungan, teman sebaya, dan bukan dari kedua orang tuanya (Vendi Prasetyo, 2009: 15).

(48)

31

Broken home adalah keluarga atau rumah tangga tanpa hadirnya salah seorang dari kedua orang tua (ayah dan ibu) disebabkan oleh meninggal, perceraian, meninggalkan keluarga dan lain-lain (Chaplin, 2004:71).

Broken Home dapat diartikan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian (Rezky, 2010:98).

Dari penjelasan pengertian broken home terdapat beberapa penjelasan yang berbeda-beda tentang pengertian broken home penulis mempunyai titik temu dengan menggunakan penjelasan dari Chaplin (2004:71) bahwa broken home adalah. keluarga atau rumah tangga tanpa hadirnya salah seorang dari kedua orang tua (ayah dan ibu) disebabkan oleh meninggal, perceraian, meninggalkan keluarga dan lain-lain. Penjelasan tersebut sesuai dengan realitas yang sedang terjadi pada keluarga yang akan diteliti.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi broken home

Dalam broken home pada prinsipnya struktur keluarga tersebut sudah tidak lengkap lagi yang disebabkan salah satu kedua orang tua kedua-duanya meninggal dunia, perceraian orang tua, Salah satu kedua orang tua atau

keduanya “tidak hadir” secara kontinyu dalam tenggang waktu yang cukup

lama (Sudarsono, 2004:125). a. Perceraian

(49)

32

saja. Bercerai sangat mempengaruhi anak baik secara mental atau batin (Hurluck, 1993:212).

b. Perceraian merupakan hal yang pada dasarnya tidak diinginkan semua orang, namun dengan berbagai sebab terpaksa perceraian di tempuh sebagai alternative terahir pemecahan masalah dalam suatu ikatan perkawinan. Perceraian merupakan suatu peristiwa sosial yang sering terjadi di masyarakat. Perceraian dalam keluarga biasanya berawal dari adanya suatu konflik antara anggota keluarga. Bila konflik sampai titik kritis maka perceraian itu sulit terelakkan (Dagun, 1996:57).

c. Kematian

Kehancuran rumah tangga disebabkan karena kematian anak akan menyadari bahwa orang tuanya tidak akan kembali lagi maka kasih sayang teralihkan pada orang tuanya yang masih hidup, dengan harapan memperoleh kembali rasa aman sebelumnya.

d. Suasana rumah tangga tegang dan tanpa kehangatan

Menciptakan suasana yang nyaman akan berpengaruh dalam mendidik anak. Karena seorang anak akan merasakan kenyamanan dan kehangatan kasih sayang orang tuanya, ketika suasana dapat terjaga maka proses mendidik anak pun akan berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya ketika suasana di rumah tidak lagi ada kenyamanan maka anak pun sulit untuk berkembang dengan baik.

(50)

33

Orang tua terkadang tidak sadar dengan waktu yang dihabiskan, ketika berada diluar rumah. Terkadang orang tua sibuk bekerja atau menghabiskan waktu untuk kepentingan lainnya. Kewajiban orang tua seharusnya sepenuhnya mendidik anaknya. Karena pendidikan yang utama dan pertama yakni berada dalam keluarga itu sendiri (Yusuf, 2009:44).

3. Dampak Keluarga Broken home

Broken home digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan akibat orang tua tak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga serta anaknya di rumah. Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi anak-anak. Bisa saja anak akan menjadi murung, sedih yang berkepanjangan, dan malu. Selain itu, anak juga kehilangan pegangan serta anutan dalam masa transisi menuju kedewasaan.

Menurut Hather Sall (dalam Elida Prayitno, 2006:96) Emosi merupakan situasi psikolosi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Seorang anak yang mengalami broken home disebabkan karena perceraian, pisah ranjang, atau cerai mati mengalami kondisi emosional yang tidak stabil, merasa peling menderita, dan merasa tidak diperdulikan.

(51)

34

a. Psychological disorder yaitu anak memiliki kecenderungan agresif, introvert, menolak untuk berkomitmen, labil, tempramen, emosional, sensitif, apatis , dan lain-lain.

b. Academic problem yaitu kecenderungan menjadi pemalas dan motivasi berprestasi rendah.

c. Behavioral problem yaitu kecenderungan melakukan perilaku menyimpang seperti bullying, memberontak, bersikap apatis terhadap lingkungan, bersikap destruktif terhadap diri dan lingkungannya merokok, minum-minuman keras, judi dan free sex).

Menurut penulis dampak dari keluarga broken home pada anak, mempunyai dampak negatif dan dampak positif. Secara umum akan disebutkan sebagai berikut:

a. Dampak Negatif

Anak yang mengalami suasana tidak baik, pasti akan mempengaruhi segala sesuatu yang dilakukannya seperti di sekolah anak akan menjadi murung, malas belajar, malas berkonsentrasi. Sedangkan saat anak berada di lingkungan sekitar anak akan merasa minder, kurang bergaul, pemalu. Selain itu saat dalam lingkungan keluarga anak susah diatur, nakal, sering membantah.

b. Dampak Positif

(52)

35

menjadikan semua hal yang menimpanya sebagai pelajaran dan hikmah. Selain itu anak akan lebih bertanggung jawab lagi dalam melakukan suatu hal, berfikir lebih dewasa dan dapat memecahkan masalah dengan baik.

C. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan, melihat kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis lain dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu penelitian terdahulu perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkan pembaca melihat dan membandingkan perbedaan teori yang digunakan dan perbedaaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan peneliti yang lain dalam melakukan pembahasan tema yang hampir serupa. Berikut ini penelitian yang mempunyai topik atau tema yang hampir serupa dengan skripsi ini:

(53)

36

ayah atau ibu juga ada yang kurang keterbukaan dimana anak dapat terbuka dengan ayah atau ibu atau sebaliknya, ada orang tua ayah atau ibu dalam kedekataanya dengan anak kurang hal ini dikarenakan kurangnya terbuka dan bersama-sama dengan anak, aturan-aturan dalam keluarga juga tidak semua orang tua ayah atau ibu membuat aturan yang dapat disepakati bersama sehingga untuk mengontrol perilaku anak sehari-hari orang tua ayah atau ibu sedikit mengalami kesulitan karena kurangnya interaksi didalamnya. Persamaan dengan yang akan ditliti adalah sama-sama meneliti tentang keluarga broken home dan objeknya yaitu anak dari keluarga broken home. Perbedaan dengan yang akan penulis teliti yaitu suatu permasalahan yang terjadi berbeda dalam skripsi ini Permasalahannya tentang Pendidikan agama Islam sedangkan yang telah diteliti oleh Oetari Wahyu Wardhani yakni tentang permasalahan Interaksi.

(54)

37

dan menghilangkan kebiasaan merokoknya serta mengatur jadwal kegiatan sehingga konseli bisa bangun lebih pagi dan menghilangkan kebiasaan membolos serta terlambat yang dulu sering konseli lakukan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Adi Ahmad dengan judul “Pendidikan Agama

Anak di Lingkungan Keluarga Petani Karet di Desa Muara Uya Kecamatan

(55)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) dalam pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan kualitatif diskriptif analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen atau studi documenter yang antara satu dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan (Sukmadinata, 2008:108). Studi kasus adalah metode yang bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian atau fenomena mengenai individu, seperti riwayat hidup seseorang yang menjadi objek penelitian (Bimo, 2010:46).

(56)

39

Penelitian ini mengamati 8 keluarga yang mengalami broken home yang mengalami 4 keluarga perceraian, 2 keluarga pisah ranjang dan 2 keluarga mengalami cerai mati. Keluarga yang akan diteliti memiliki anak yang berumur 0-19 tahun, yang akan menjadi informan yaitu orang tua dari salah satunya yaitu ayah atau ibu dan anak yang dapat memberikan informansi dan dapat berargumentasi bertempat tinggal di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Anak tersebut diasuh oleh salah satu dari kedua orang tuanya Ibu atau Ayah.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Adapun peneliti memilih lokasi di Desa Doplang Kecamatan Bawen ini karena fenomena di tempat ini belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti sehingga peneliti tertarik dan ingin meneliti lebih jauh lagi.

Letak dan Keadaan Geografis Desa Doplang adalah sebuah desa di Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Sebelah utara dan timur berbatasan dengan Kelurahan Bawen serta berbatasan dengan Kecamatan Ambarawa di sebelah barat dan selatan.

(57)

40 C. Sumber Data

Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu : 1. Data primer

Data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang Pendidikan Agama dalam keluarga Broken home. Adapun sumber data langsung penulis dapatkan dari warga yang mengalami perceraian atau broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen.

Peneliti akan mendapatkan data tersebut melalui wawancara dari keluarga yang mengalami broken home salah sataunya yaitu Ayah atau Ibu dan Anak. Selain itu informan juga dari masyarakat setempat yang berada diruang lingkupnya, seperti tetangga.

2. Data sekunder

(58)

41

Data yang diperoleh peneliti yaitu dari beberapa buku diperpustakaan yang memuat tentang pendidikan keluarga khusunya pendidikan agama Islam. Selain itu juga tentang Broken home.

D. Prosedur pengumpulan data

1. Wawancara mendalam

Dalam metode ini penulis menggunakan teknik interview guide yaitu cara pengumpulan data dengan menyampaikan secara langsung daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya guna memperoleh jawaban yang langsung pula dari seorang responden (Koentjaraningrat, 1986:138).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan yang sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan yaiu keluarga Broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Teknik wawancara yang digunakan ini dilakukan secara tidak terstruktur, dimana peneliti tidak melakukan wawancara dengan struktur yang ketat kepada informan agar informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang cukup tentang berbagai aspek dalam penelitian ini.

2. Observasi

(59)

42

berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun langsung diperoleh dari data (Moleong, 2007:174).

Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian pengamatan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran secara langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi berperan pasif dimana observasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dapat dikategorikan sebagai dokumen pribadi, dokumentasi resmi dan dokumen budaya populer. Dokumen digunakan dalam hubungannya untuk mendukung dalam wawancara ( Emzir, 2011: 75).

Sejumlah besar fakta dan data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi yang berkaitan dengan Pendidikan Agama dalam keluarga Broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

E. Analisis Data

(60)

43

kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam tahapan ini, peneliti menganalisis data yang terkumpul dari hasil wawancara dan dokumentasi. Menganalisis data meliputi mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.

1. Reduksi Data

Proses dimana seorang peneliti perlu melakukan telaahan awal terhadap data-data yang telah dihasilkan, dengan cara melakukan pengujian data dalam kaitannya dengan aspek atau fokus penelitian. Pada tahap ini peneliti coba menyusun data lapangan, membuat rangkuman atau ringkasan, memasukkannya ke dalam klasifikasi dan kategorisasi yang sesuai dengan fokus atau aspek fokus. dari proses inilah peneliti dapat memastikan mana data-data yang sesuai, terkait dan tidak sesuai atau tidak terkait dengan penelitian yang dilakukan. Identifikasi satuan dalam unit. Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus masalah penelitian. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya memberikan kode disetiap satuan supaya dapat ditelusuri datanya dan berasal dari sumber yang jelas (Moleong, 2010:288).

2. Display Data

(61)

44 3. Penyimpulan dan Verifikasi

Langkah analisis ini biasanya dilakukan sebagai implementasi prinsip indukatif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada, atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Pada tahapan ini, peneliti dapat melakukan konfirmasi dalam rangka mempertajam data dan memperjelas pemahaman dan tafsiran yang telah dibuat sebelum peneliti sampai pada kesimpulan akhir penelitian (Ibrahim, 2015: 108-110).

Data yang telah didapat menggunakan metode Induktif dan deduktif.

Pengertian dari metode berasal dari bahasa Yunani “ Methodos” yang

berarti cara atau jalan yang ditempuh. Secara Istilah metode menurut Rosdy Ruslan adalah Kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara Ilmiah dan termasuk keabsahannya.

Maksud umum dari metode Induktif adalah temuan-temuan penelitian yang muncul dari keadaan umum, tema-tema domain dan signifikan yang ada dalam data, tanpa mengabaikan hal-hal yang muncul oleh struktur metodologisnya (Moloeng, 2007:297). Metode Induktif merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Metode deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif. Deduktif adalah

cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik suatu

(62)

45 F. Pengecekan Keabsahan Temuan

Dalam menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2009: 324). Penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria kepercayaan (credibility). Kriteria kepercayaan digunakan untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data adalah teknik pemeriksaann keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2009:330).

Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan data hasil wawancara antar narasumber yang terkait, dan membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen. Tringaluasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2009: 156).

G. Tahap-tahap Penelitian

(63)

46 1. Tahap sebelum ke lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Data yang telah ada tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. 3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang Pendidikan Agama Islam dalam keluarga broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang di dapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

(64)

47

(65)

48 BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. Paparan Data

1. Keadaan Penduduk

Adapun keadaan penduduk Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang dapat di lihat dari data Monografi pada bulan Maret 2018 di bawah ini yang sudah dapat di pahami dengan tabel-tabel klasifikasi berikut ini:

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk menurut Usia No. Kelompok Umur (Tahun

2018)

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. 0-4 198 198 396

2. 5-9 235 197 432

3. 10-14 213 210 432

4. 15-19 200 189 389

5. 20-24 209 190 399

6. 25-29 210 211 421

7. 30-34 214 215 429

8. 35-39 262 274 536

9. 40-44 218 213 431

10. 45-49 231 214 445

(66)

49

(Sumber: diambil/ dari data Monografi Bulan Maret 2018 Desa Doplang). Berdasarkan data pada tabel 3.1 dapat diketahui bahwa, dari total penduduk 5520 jiwa terdapat 2809 berjenis kelamin laki-laki dan 2711 perempuan. Jumlah penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 35-39 tahun yaitu 536 jiwa.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk menurut Agama

No. Kelompok Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Islam 2766 2672 5438

2. Kristen 21 20 41

3. Khatholik 19 16 35

4. Hindu 2 2 4

5. Budha 1 1 2

6. Konghucu - - -

Jumlah 2809 2711 5520

(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan Maret 2018 Desa Doplang)

12. 55-59 136 144 280

13. 60-64 108 86 194

14. 65-69 82 85 167

15. 70-74 49 53 102

16. >=75 78 74 152

(67)

50

Mayoritas penduduk di Desa Doplang beragama Islam yaitu 5438 jiwa. Khatolik dan Kristen menempati diurutan kedua dan ketiga dengan jumlah Khatolik 35 dan Kristen 41.

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk menurut Pendidikan No. Jenis Pendidikan

Laki-Laki

(68)

51

Mayoritas tingkat pendidikan penduduk di Desa Doplang hanya tamat SD yaitu 1934 jiwa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Desa Doplang masih sangat kurang, penduduk Desa Doplang harus diberitahu kesadaran pentingnya sebuah pendidikan.

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian

No. Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Belum bekerja 741 673 1,414

2. Mengurus rumah

tangga -

189 189

3. Mahasiswa 318 292 610

4. Pensiun 15 4 19

5. Pegawai negeri sipil 30 9 39

6. Tentara Nasional Indonesia

4 - 4

7. Kepolisian RI 2 - 2

8. Perdagangan 8 27 35

9. Petani pekebun 205 156 361

10. Peternak - - -

11. Nelayan - - -

(69)

52

13. Konstruksi - - -

14. Karyawan Swasta 771 755 1,526

15. Karyawan BUMN 2 1 3

16. Karyawan Honorer 2 2 4

17. Buruh harian lepas 311 261 572

18. Buruh tani perkebunan

3 1 4

19. Tukang batu 2 - 2

20. Tukang jahit 1 - 1

21. Guru 2 9 11

22. Apoteker - 1 1

23. Sopir 2 - 2

24. Pedagang 6 13 19

25. Perangkat Desa 5 2 7

26. Wiraswasta 378 313 691

27. Lainnya 1 3 4

Jumlah 2,809 2,711 5,520

(70)

53 2. Data Responden

Tabel 4.5

Daftar Responden Keluarga Pasangan yang bercerai dan yang tidak Bercerai

No. Status Keluarga L P Jumlah

1. Belum kawin 1,221 965 2,186

2. Kawin 1,487 1,471 2,958

3. Cerai Hidup 52 57 109

4. Cerai mati 49 218 267

Jumlah 2,809 2,711 5,520

Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa yang mengalami cerai hidup ada sebanyak 109 iwa, sedangka yang status keluarga megalami cerai mati ada sebanyak 267. Dapat dilihatt bahwa posisi terbanyak berada pada keluarga yag mengalami cerai mati.

Tabel 4.6

Daftar Informan Keluarga Broken home

No. Nama keluarga Umur Status

1. Ibu RM 39 Cerai

2. Ibu AR 45 Pisah ranjang

(71)

54

4. Bapak QZ 37 Cerai

5. Ibu US 46 Cerai

6. Ibu AY 50 Pisah ranjag

7. Bapak MD 52 Ditinggal

Meniggal

8. Ibu SP 46 Ditinggal

meninggal

3. Profil Subjek Penelitian a. Profil keluarga RM

Ibu RM berumur 39 tahun. beliau merupakan penduduk asli di daerah Doplang krajan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Ibu RM mempunyai suami yang bernama bapak PJ yang kini berumur 49 tahun mereka dikaruniai dua anak, anak pertama laki-laki yang bernama RY yang telah berumur 19 tahun. Anak kedua mereka perempuan yang bernama TK berumur 11 tahun.

(72)

55

beliau menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi kedua anaknya.

b. Keluarga Ibu AR

Keluarga Ibu AR terdapat berapa orang anggota keluarga Ayah, Ibu, Nenek (orangtua Ibu) kedua anaknya. merupakan pendatang di Desa Doplang. Beliau merupakan asli daerah Kandangan, Kecamataan Bawen, Kabupaten Semarang. Keluarga tersebut sudah menjadi penduduk di desa Doplang sudah 7 tahun. Dikeluarga ini terdapat kepala rumah tangga dan serta menjadi suami dari Ibu AR yaitu Bapak SJ berusia 35 tahun. Mereka mempunyai dua anak perempuan, Anak yang pertama DV berusia 17 tahun yang kini menempati Sekolah Menengah Kejuruan di SMKN 1 Bawen tepanya kelas 2 SMK mengambil jurusan perhotelan.Sedangkan anak kedua bernama VG berusia 9 tahun dan tinkat pendidikan MI tepatnya kelas 3.

Keseharian Ibu AR adalah sebagai pegawai swasta disalah satu pabrik di daerah Karangjati. Tingkat pendidikan beliau adalah SMP. Begitupula suamiya, beliau sehari-hari bekerja di kayu lapis di salah satu pabrik. Tingkat pendidikannya sama seperti bu AR yaitu SMP.

(73)

56

dan masa depan anaknya, tetapi keadaan tersebut terbalik sehingga tugas mencari nafkah yang sesungguhnya berpihak pada seorang istteri. Keadaan tersebut sudah berlangsung lama hingga pada akhirya Bapak SJ memutuskan untuk pegi dari rumah dan tidak lagi mau mengurus anak-anaknya. Sehingga merekapun pisah ranjang, tanpa status yang jelas. Tetapi dari pihak Ibu AR ingin meminta bercerai tetap belum juga mendapat respon yang pasti..

c. Keluarga Ibu AT

Ibu AT adalah pendudukan asli Doplang beliau berusia 28 tahun mempuyai seorang suami yang bernama WG berusia 24 tahun. Usia diantara keduanya berbeda dan selisih empat tahun lebih muda dari perempuan. Dlam kelurga ini telah dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama CH yang kini berumur 5 tahun.

Keseharian Ibu AR adalah sebagai karyawan swasta disalah satu pabrik didaerah Ungaran. Pendiikan terakhir yaiu SMA. Sedangkan suaminya Bapak WG seari-hari beliau berkeliing desa ke desa berjualan bakso, sebenarnya beliau mempunyai usaha bakso rumahan tetapi masih milik orangtuanya, dan akhirnya Bapak WG berdiri sendiri dengan perjualan Keliling.

(74)

57 d. Bapak QZ

Bapak QZ berumur 37 tahun beliau mempunyai istri bernama TN berusia 30 tahun dikaruniai anak yang bernama RF yang berusia 18 tahun. Keseharian Bapak QZ adalah sebagai penjual cilok keliling, berjualan ketika siang sampai petang. Sedangkan Ibu TN bekerja diluar Negeri menjadi TKW di Singapura.

Pendidikan terakhir Bapak QZ adalah SD sedangkan Ibu TN adalah SMA. Bapak QZ merupakan orang yang baik di Desa Doplang beliau pernah berkedudukan sebagai RT. Beliau hidup bahagia dengan anak dan isterinya tetapi beberapa tahun kemudian beliau digugat cerai oleh pihak istri. Setelah itu hak asuh Anak pun berada di Bapak QZ.

e. Keluarga Ibu US

Ibu US berumur 46 tahun merupakan penduduk asli Doplang. Beliau menikah dengan Bapak ST berumur 56 tahun, dan mempunyai satu anak perempuan NS. yang kini berumur 18 tahun yang kini berada dibangku kelas 3 MAN di Salatiga. Pendidikan akhir Ibu US adalah SMA sedangkan Bapak ST juga SMA.

Gambar

Tabel 4.2
Tabel 4.3

Referensi

Dokumen terkait

The conducted analyses demonstrate that the proposed damage model based on the strain gradient continuum theory is able to successfully predict the initiation of the damage

Sesuai dengan amanat Rapat Komite Konsultatif pada pertengahan tahun 2015 dan High Level Meeting pada bulan April 2016, pada tahun 2016 ini KSAP memfokuskan penyusunan

The tendency of big cities in South East Asia, who experienced population growth so fast, make the citizen mobility increases, and if the public transportation

etnobotani, pengumpulan sampel dan analisis laboratorium senyawa fitokimia dan aktivitas inhibisi terhadap α -glukosidase. Bahan yang diujikan aktivitasnya adalah

Penilaian pada dasarnya adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh guru untuk dapat menentukan capaian hasil belajar yang telah dilalui oleh peserta didik selama mengikuti

Apabila teman-teman bertanya kepada saya : “Mengapa kita harus berbakti kepada orang tua ?”.. Kata pak ustadz, kita harus berbakti kepada orang tua karena Allah

[r]

mengungkapkan / operasi pasar yang dilakukan disesuaikan dengan hari pasaran / sehingga masyarakat dapat langsung membeli beras dari bulog tersebut // Dari data bulog menurut Murino