BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan jiwa adalah secara primer tentang perasaan sejahtera secara subjektif, mencakup konsep diri tentang kemampuan seseorang, pengendalian diri internal, dimana kondisi tidak tertekan atau depresi (Dalami, 2010). Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya ( WHO dalam Kusumawati, dan Hartono 2011). Kesehatan seseorang mencakup sehat mental yang berarti kemampuan individu untuk menyesuaikan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dilihat dari keefektifan fungsi perilaku yaitu bagaimana individu menggunakan waktu senggangnya, individu yang sehat jiwa dapat menggunakan waktunya untuk hal-hal yang produktif bagi dirinya dan lingkungannya (Rasmun, 2009).
memiliki rasa malu, masih berkemampuan mengingat siapa dirinya. Sedangkan kategori berat adalah gila. Tidak ingat akan siapa dirinya, berlaku frontal-abnormal; kehilangan rasa malu (RSUP Dr.Kariadi, 2012).
Penyebab gangguan jiwa menurut Kartono (2002) ada beberapa faktor yaitu: Faktor keturunan (organis), faktor fisiologis (psikis), dan faktor psikososial-budaya, dalam hal ini semua menjalankan peranannya sebagai penyebab timbulnya penyakit jiwa. Artinya gangguan kejiwaan pada intinya hampir tidak pernah disebabkan oleh satu penyebab yang tunggal. Akan tetapi selalu disebabkan oleh satu rentetan kompleks faktor penyebab yang saling mempengaruhi satu sama lain. Karena penyebab gangguan jiwa bersifat multi faktor. Menurut para ahli gangguan jiwa dibedakan menjadi beberapa beberapa macam seperti, gangguaan mental organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neorotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis (Hawari, 2007).
Epidemologic Network menyatakan bahwa di 11 kota di Indonesia
ditemukan 18,5% dari penduduk dewasa menderita gangguan jiwa (The Indonesian Psychiatric Epidemologic Network dalam Videbeck, 2008).
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan, Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur. Menurut ICN (International Council of Nurses) , pada tahun 2020 nanti diseluruh dunia akan terjadi pergeseran penyakit. Maramis (2009), dalam masyarakat umum skizofrenia terdapat 0,2-0,8% dan retardasi mental 1-3%. WHO melaporkan bahwa 5-15% dari anak- anak antara 3-15 tahun mengalami gangguan jiwa yang persisten dan mengganggu hubungan sosial.
jiwa digolongkan satu jenis menurut gejala utama, seperti pada skizofrenia dibagi menjadi beberapa jenis yaitu paranoid, hebefrenik, katatonik, simplex, residual (Maramis, 2009). Pada skizofrenia gejala dibagi menjadi dua yaitu, ada gejala positif seperti halusinasi, delusi, perilaku bizzar (agitasi, agresi, repetisi, perilaku stereotip) dan disorganisasi bicara. Sedangkan gejala negatif dari skizofrenia adalah afek datar, sedikit bicara apatis serta penurunan perhatian dan aktivitas sosial, perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Caturini, 2009).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah atau ketakutan/ panik. Perilaku Agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus (Kusumawati dan Hartono, 2011).
tercatat 912 dengan Skizofrenia, dan pada Ruang Bima RSUD Banyumas tercacat 86 pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
Berdasarkan data dan permasalahan di atas dengan melihat akibat yang lebih dalam dari meningkatnya angka kejadian penderita skizofrenia yang antara lain berpengaruh terhadap gangguan Risiko Perilaku Kekerasan. Maka peran perawat sangat diutamakan dalam mengatasi masalah tersebut, sehingga penulis tertarik untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Resiko Perilaku Kekerasan.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum
Melaporkan Asuhan Keperawatan pada Sdr. T dengan Risiko Perilaku Kekerasan selama 3 hari yaitu 5-7 Juni 2014 di Ruang Bima Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah untuk memaparkan dan melakukan pembahasan mengenai :
a. Pengkajian pada Sdr. T dengan Risiko Perilaku Kekerasan
b. Analisa data hasil pengkajian dan menetapkan diagnosa keperawatan pada Sdr. T dengan Risiko Perilaku Kekerasan
d. Implementasi keperawatan pada Sdr. T dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
e. Evaluasi terhadap implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada Sdr. T dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
f. Membahas kesenjangan antara teori dan kondisi nyata kasus yang dilaporkan.
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis, dan hasil penulisan ini dapat menjadi pengalaman untuk melakukan penulisan yang lain dan dapat mengaplikasikan teori-teori yang sudah didapat serta meningkatkan ilmu keperawatan khususnya keperawatan jiwa.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat memberikan masukan dan informasi tentang pengelolaan asuhan keperawatan dengan Resiko Perilaku Kekerasan yang terjadi pada klien dengan gangguan mental, serta perilaku mencegah penyakit gangguan mental.
3. Bagi Ilmu Pendidikan
D. Tempat dan Waktu
Asuhan keperawatan ini dilakukan di Ruang Bima RSUD Banyumas pada tanggal 5-7 Juni 2014.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan untuk penyusunan tugas akhir ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, pengumpulan data, tempat dan waktu, manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II : METODOLOGI PENULISAN DAN TINJAUAN PUSTAKA Membahas tentang, metodologi penulisan, pengertian, etiologi, tanda dan gejala, rentang respons, psikopatologi, pohon masalah, diagnosa keperawatan, dan rencana tindakan keperawatan.
BAB III : LAPORAN KASUS
Membahas tentang asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi.
BAB IV : PEMBAHASAN