• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi proses pencampuran krim anti hair loss ekstrak saw palmetto [Serenoa repens] dengan perbandingan lama pencampuran dan kecepatan putar : aplikasi desain faktorial - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Optimasi proses pencampuran krim anti hair loss ekstrak saw palmetto [Serenoa repens] dengan perbandingan lama pencampuran dan kecepatan putar : aplikasi desain faktorial - USD Repository"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Halaman persembahan

OM Bhur Bhuvah Svaha

Tat Savitur Varenyam

Bhargo Devasya Dheemahi

Dhiyo Yonah Prachodayat

Saya mampu melewati rintangan karena ada doa yang mendorong

Saya mampu menahan cobaan karena ada doa yang melindungi

Saya mampu menemukan jalan dari kebingungan karena ada doa yang

menuntun

Doa IBUNDA TERCINTA

fttà ~|àt àxÄt{ ÅxÄxãtà| ÑxÜá|ÅÑtÇztÇ

gxÜ~twtÇz Ñ|Ä|{tÇ âÇàâ~ ~xÅutÄ| {tÜâá ~|àt à|ÇzztÄ~tÇ

V|Çàt|Ät{ ÄtÇz~t{Åâ ~tÜxÇt |àâÄt{ }tÄtÇ àxÜut|~ wtÜ|alT

Satu detik ini takkan pernah kembali untuk keduakalinya

Satu detik yang biasa ini bisa menjadi detik yang penuh makna

Cintailah waktumu, nikmati dia dengan usaha terbaikmu

Karya ini saya persembahkan untuk

“IDA SANG HYANG WIDI WASA”

Orang-orang yang saya cintai, Ibu, Bapak, dan saudara-saudaraku

(6)
(7)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga pada akhirnya penulis berhasil menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Optimasi Proses pencampuran Krim Anti Hair loss ekstrak Saw Palmetto (Serenoa repens) dengan Perbandingan Lama pencampuran dan Suhu Pencampuran : Aplikasi Desain Faktorial”. Penyusunan Skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Peneliti berhasil menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan kesabarannya membimbing, memberi saran dan kritik sejak penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

3. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji.

4. Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si. selaku dosen penguji yang telah menguji sekaligus memberikan kritik dan saran kepada penulis. 5. C.M. Ratna Rini Nastiti, S.Si., Apt., atas masukan dan arahan yang

(8)

viii 

6. Ibu dan bapak tercinta atas segala doa, dukungan, perhatian, dan semangat yang selalu menyertai penulis.

7. Keluargaku, adek awan, mbok mang, bli dek, mbok tu, gungniang dan gungkak sekeluarga atas semua doa dan dukungan selama ini.

8. Ester (tini) dan Jovan atas segala kebersamaan dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-temanku, Retha, Lussy, Agung, Totok, Febrian, Hendra, Sintha, Ermin, Feri (pak RT), Bayu dan seluruh anak JMBT atas kebersamaannya selama ini.

10.Anak-anak kontraan, Fian, Hadian, Yoyok, Bertho, Wisely atas semua kebersamaan dan pertemanan kita selama ini.

11.Anak-anak FST 2005 yang telah memberikan saran dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Anak-anak Fakultas Farmasi angkatan 2005, atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.

13.Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, Mas Iswandi, Mas Sigit, serta laboran-laboran lain, atas segala bantuannya selama ini.

(9)

Penulis menyadari penelitian ini masih belum sempurna mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat menghapkan adanya kritik dan saran yang dapat berguna bagi penyempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat berguna bagi ilmu

pengetahuan.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

INTISARI ... xix

ABSTRACT ... xx

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Keaslian karya ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

(12)

xii 

A. Masalah Rambut ... 6

B. Androgenetic Alopecia ... 6

C. Saw Palmetto ... 7

D. Krim ... 8

1. Krim ... 8

2. Vanishing Krim ... 9

E.Pencampuran... 10

F. Mixer ... 11

1. Planetary mixer ... 12

2. Sigma blade mixer ... 12

G. uji sifat fisis ... 13

1. Daya sebar ... 13

2. Viskositas ... 13

H. Stabilitas Emulsi ... 13

1. Creaming ... 13

2. Koalesen ... 14

3. Inverse ... 14

I. Mikromeritik ... 16

J. Metode Desain Faktorial ... 18

K. Landasan teori ... 21

L. Hipotesis ... 22

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 23

(13)

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 23

1. Variabel Penelitian ... 23

2. Definisi Oprasional ... 25

C. Alat dan Bahan ... 26

D. Tata Cara Penelitian ... 26

1. Formula ... 26

2. Pembuatan krim ... 26

3. Uji daya sebar ... 27

4. Uji viskositas ... 27

5. Uji tipe emulsi ... 28

6 Uji mikromeritik ... 29

7. Uji persen pemisahan ... 29

E. Analisis Data dan Optimasi ... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Pembuatan Krim ... 31

B. Pengujian Tipe krim ... 32

1. Pengujian metode warna ... 33

2. Metode pengenceran ... 33

3. Metode pencucian ... 34

C. Sifat Fisis dan stabilitas Krim Anti Hair Loss ... 34

1. Uji sifat fisis ... 36

a. Uji daya sebar ... 36

(14)

xiv 

2. Uji stabilitas ... 42

a. Persen pergeseran viskositas ... 42

b. Uji pemisahan emulsi ... 45

c. Distribusi ukuran partikel ... 45

d. Pergeseran ukuran partikel (droplet) ... 49

D. Optimasi ... 52

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 61

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level ... 19 Tabel II. Percobaan desain faktorial ... 27 Tabel III. Hasil pengukuran sifat fisis dan stabilitas krim ... 35 Tabel IV. Efek lama pencampuran, suhu pencampuran dan

iteraksi antara keduanya dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas krim ... 35 Tabel V. Hasil perhitungan yate’s treatment pada respon daya

sebar ... 37 Tabel VI. Hasil perhitungan yate’s treatment pada respon

viskositas ... 40 Tabel VII. Hasil perhitungan yate’s treatment pada respon persen

pergeseran viskositas ... 44 Tabel VIII. Hasil perhitungan yate’s treatment pada respon ukuran

(16)

xvi 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Planetary mixer ... 12 Gambar 2. Sigma blade mixer ... 12 Gambar 3. Contoh grafik distribusi frekuensi ukuran partikel ... 18 Gambar 4. Hasil pengujian tipe krim anti hair loss

dengan metilen blue ... 33 Gambar 5. Grafik hubungan antara lama pencampuran (a) dan

suhu pencampuran (b) terhadap daya sebar ... 36 Gambar 6. Grafik hubungan antara lama pencampuran (a) dan

suhu pencampuran (b) terhadap viskositas ... 39 Gambar 7. Grafik hubungan antara lama pencampuran (a) dan

suhu pencampuran (b) terhadap persen pergeseran viskositas ... 43 Gambar 8. Grafik distribusi ukuran partikel (droplet) vs frekuensi ... 46 Gambar 9. Grafik hubungan antara lama pencampuran (a) dan

suhu pencampuran (b) terhadap ukuran partikel (droplet) ... 47 Gambar 10. Kurva nilai tengah diameter partikel vs % frekuensi

formula 1 ... 50 Gambar 11. Kurva nilai tengah diameter partikel vs % frekuensi

(17)

Gambar 12. Kurva nilai tengah diameter partikel vs % frekuensi formula b ... 51 Gambar 13. Kurva nilai tengah diameter partikel vs % frekuensi

formula ab ... 51 Gambar 14. Countour plot daya sebar krim anti hair loss ... 53 Gambar 15. Countour plot viskositas krim anti hair loss ... 54 Gambar 16. Countour plot persen pergeseran viskositas

(18)

xviii 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis ... 61

Lampiran 2. Perhitungan konsentrasi ekstrak saw palmetto ... 62

Lampiran 3. Data penimbangan ... 63

Lampiran 4. Data sifat fisis dan stabilitas ... 65

Lampiran 5. Data mikromeritik... 68

Lampiran 6. Perhitungan efek sifat fisis dan stabilitas ... 70

Lampiran 7. Persamaan regresi ... 73

Lampiran 8. Yate’s treatment ... 81

(19)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses pencampuran yang dominan dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas fisis krim serta memperoleh area proses pencampuran optimum yang memiliki sifat fisis dan stabilitas fisis yang baik dari sediaan krim.

Penelitian ini memakai rancangan eksperimental dengan metode desain faktorial dua faktor : lama pencampuran-suhu pencampuran, dan dua level. Yang dioptimasi dalam proses pencampuran adalah sifat fisis yang meliputi daya sebar dan viskositas, serta stabilitas fisis yang meliputi pergeseran viskositas setelah penyimpanan satu bulan, ukuran droplet dan perubahan ukuran droplet setelah penyimpana satu bulan. Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan menggunakan yate’s treatment dengan tingkat kepercayaan 95%.

Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa lama pencampuran dan suhu pencampuran mempengaruhi sifat fisis dan stabilitas fisis dari krim. Faktor suhu pencampuran merupakan faktor yang dominan dalam menentukan respon daya sebar dan ukuran partikel (droplet), sedangkan faktor lama pencampuran dominan dalam menentukan viskositas dari sediaan. Countour plot superimposed menunjukkan area optimum dari daya sebar, viskositas dan pergeseran viskositas yang diperkirakan sebagai proses pencampuran yang optimum krim anti hair loss pada level yang diteliti.

(20)

xx 

ABSTRACT

This research were to determine the dominant influence of mixing process on the physical properties and the physical stabilities and to determine the optimum mixing process area which has good physical properties and physical stabilities of cream.

This study was experimental research with two factors which are mixing duration-mixing temperature, and two levels factorial design. The mixing process were optimized on their physical properties such as spreadability, and viscosity, and their physical stabilities such as viscosity shift over one month storage, globule size and globule size shift over one month storage. The data were analyzed statistically using Yate’s treatment with 95% level of confidence.

The result show that the mixing duration and mixing temperature influence cream’s physical properties and physical stabilities. Mixing temperature was dominant on determining spreadability and globule size, while mixing duration was dominant on determining viscosity. The superimposed contour plot showed the optimum area of spreadability, viscosity, and viscosity shift. The area was estimated as optimum mixing process of anti hair loss cream on the level studied.

(21)

BAB I PENGANTAR

A. Latar belakang

Sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang optimasi formula krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto (Serenoa repens) (Kusumastuti,2007), dimana dalam penelitian ini diperoleh formula optimum. Suatu formula dikatakan optimum jika sediaan yang dihasilkan memiliki sifat fisis dan stabilitas yang sesuai dengan persyaratan mutu krim. Dalam penelitian tersebut proses pencampuran krim anti hair loss ekstrak saw palmetto dilakukan secara manual. Proses pencampuran secara manual ini dilakukan dengan menggunakan mortir dan stemper, selain itu juga faktor-faktor pencampuran seperti lama pencampuran, kecepatan putar dan suhu pencampuran yang tidak ditentukan. Proses pencampuran yang dilakukan secara manual ini akan mengakibatkan sulitnya menghasilkan sediaan yang reprodusibel, karena keterulangan proses pencampuran (kecepatan putar, lama dan suhu pencampuran) sulit dicapai. Pada penelitian ini belum dilakukan optimasi terhadap proses pencampuran sediaan krim.

(22)

 

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental yang terdiri dari dua fase, dimana satu fase terdispersi dalam fase yang lainnya (Anief,2000). Untuk mendispersikan dua fase yang tidak saling campur sehingga terbentuk emulsi diperlukan proses pencampuran. Dalam proses pencampuran diperlukan energi, baik berupa energi kinetik maupun energi panas. Energi kinetik dapat berasal dari kecepatan putar dan lama pencampuran, sedangkan energi panas berasal dari suhu pencampuran.

(23)

(Nielloud dan Mestres, 2000), sehingga hal ini dapat mempengaruhi efektivitas pencampuran, dan pada akhirnya mempengaruhi sifat fisis krim yang dihasilkan.

Dari uraian di atas, maka masih diperlukan penelitian lebih lanjut tentang optimasi proses pencampuran sediaan krim ekstrak Saw Palmetto. Proses pencampuran yang dioptimasi meliputi suhu pencampuran dan lama pencampuran. Dalam proses pencampuran alat yang digunakan adalah mixer. Optimasi proses ini perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu pencampuran dan lama pencampuran terhadap sifat fisis dan stabilitas dari krim, sehingga diperoleh sediaan krim yang sesuai dengan persyaratan mutu. Sediaan yang dihasilkan adalah sediaan yang relatif optimal dalam penggunaannya dan mempertahankan stabilitas selama masa penyimpanan, sehingga jika diterapkan dalam skala industri yang besar, formula tersebut memenuhi persyaratan mutu.

(24)

 

B. Perumusan Masalah Permasalahan yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana pengaruh proses pencampuran meliputi lama pencampuran, suhu pencampuran dan interaksi yang terjadi antara suhu dan lama pencampuran terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak Saw Palmetto?

2. Adakah area kondisi optimum dalam proses pencampuran krim ekstrak Saw Palmetto?

C. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang Optimasi Proses Pencampuran Krim Anti Hair Loss ekstrak Saw Palmetto (Serenoa repens) dengan Perbandingan Lama Pencampuran dan Suhu Pencampuran : Aplikasi Desain Faktorial, belum pernah dilakukan.

D. Manfaat Penelitian

(25)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh proses pencampuran meliputi lama pencampuran, suhu pencampuran dan interaksi antara lama pencampuran dan suhu pencampuran terhadap sifat fisis dan stabilitas dari sediaan krim ekstrak Saw Palmetto.

(26)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Masalah Rambut

Salah satu masalah yang sering terjadi pada rambut adalah kerontokan. Apabila lepasnya rambut dari kulit kepala melebihi batas normalnya, dan tidak dapat diatasi oleh pertumbuhan rambut yang baru, dan keadaan ini berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama, maka akan menyebabkan kebotakan atau alopecia (Graham, 2002).

Kerontokan normal merupakan pertanda, bahwa rambut sedang memasuki masa istirahatnya, yang dalam beberapa bulan kemudian akan menumbuhkan rambut baru. Bila jumlah kerontokan melebihi batas normal, dapat mengalami kebotakan. Keadaan ini dipengaruhi beberapa faktor, antara lain faktor genetik, ras, umur, pengaruh obat-obatan, penyakit, hormon, makanan, dan stres (Embling, 1972).

B. Androgenetic Alopecia

Androgenetic alopecia merupakan kerontokan rambut yang paling

(27)

atau fase anagen pada siklus rambut yang menyebabkan pengecilan folikel rambut dan menghasilkan rambut yang lebih halus (Prager et al, 2002).

C. Saw Palmetto Keterangan Botani

Nama : Saw palmetto

Nama ilmiah : Sabal serrulata, Serenoa repens

Sinonim : Palmerita, Palmito of Mountain range, Serenoa Famili : Arecaceae (Palmae)

Bagian yang digunakan: Buah (Hellemont, 1986)

Saw Palmetto mempunyai nama ilmiah Sabal serrulata atau Serenoa

repens. Saw palmetto merupakan tanaman sejenis palma yang sangat pendek, atau

seperti semak, memiliki batang yang membesar dan menjalar, seperti fiber (serat), yang membentuk koloni. Daun menjari, terbagi-bagi, dengan segmen yang kaku, berwarna hijau atau kadang hijau-kebiruan, hijau-kekuningan atau bahkan seperti terlapis perak, peciolus memiliki duri-duri kecil. Inflorescencia tumbuh diantara daun, dengan bunga putih. Buahnya agak mirip buah pear, besarnya hingga 2,5 cm panjangnya (Peris, Stubing dan Vanaclocha,1995).

(28)

 

Saw Palmetto menghambat secara lokal enzim 5-alfa-reduktase yang mengubah testosteron menjadi DHT (Anonim, 2005b). Beta-sitosterol yang merupakan kandungan aktif dari Saw Palmetto telah dibuktikan dalam penelitian mampu memblok pengikatan DHT pada reseptor androgen yang terdapat pada folikel rambut (Anonim, 2005a). Kandungan fitosterol sebesar 0,01%-0,5% telah dibuktikan dapat berefek sebagai anti hair loss dalam sediaan topikal (Goodman, 2002).

D. Krim 1. Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak dan minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Anonim, 1995).

(29)

polivalen, Span, Adeps lanae, Cholesterol, Cera, sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun monovalen seperti: Triethanolamin, Stearat, natrium stearat, Kalium stearat, Ammonium stearat. Untuk penstabil krim ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet yang sering digunakan ialah nipagin 0,12-0,18 atau nipasol 0,02-0,05% (Anief, 2000).

Praktek yang umum dalam memformulasi emulsi adalah melarutkan atau mendispersi komponen lipofilik pada fase yang sesuai sebelum emulsifikasi dilakukan. Komposisi yang larut minyak atau yang dapat didispersikan dalam minyak dicampurkan pada fase minyak dan komposisi yang larut air atau yang dapat didispersikn dalam air dicampurkan dalam fase air (Lieberman, Riger dan Banker 1996).

2. Vanishing Krim

(30)

 

maupun dari permukaan kulit saat diaplikasikan. Jika digunakan segara topikal, konsentrasi humektan yang tinggi dapat memindahkan lembab dari kulit, bahkan membuatnya dehidrasi.

E. Pencampuran

Proses pencampuran adalah salah satu proses penting dalam pembuatan sediaan obat. Fungsinya untuk memungkinkan tercapainya homogenitas campuran dari dua atau lebih bahan. Prinsip dasar pencampuran terletak pada penyusupan partikel bahan yang satu di antara partikel bahan lainnya (Voigt, 1994).

Tingkat pencampuran tergantung pada lama pencampuran, meskipun demikian pencampuran yang berlangsung lama tidak menjamin tercapainya homogenitas ideal yang dikehendaki, sebab proses pencampuran maupun proses pemisahan pada saat yang sama berlangsung secara kompetitif dan tetap (Voigt, 1994).

(31)

pencampuran). Efek kombiansi dari variabel diatas biasanya memproduksi penurunan viskositas dengan kenaikan temperatur (Nielloud dan mestres 2000).

Prinsip mekanisme pencampuran cair-cair ada tiga, yaitu 1) Bulk transport : merupakan analog dari convective mixing pada powder dimana pada pencampuran ini terjadi gerakan sejumlah besar material dari satu tempat ke tempat lain. 2) Turbulent mixing : terjadi dari gerakan secara acak dari molekul yang dipaksa bergerak secara turbulen. 3) Molecular diffusion : merupakan analog dari diffusion mixing dimana terjadi gerakan acak partikel secara individu, terjadi redistribusi partikel-partikel (Aulton, 2002).

F. Mixer

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pemilihan mixer untuk pencampuran sediaan semipadat adalah viskositas sediaan tersebut (Lachman, 1994). Sediaan semipadat umumnya memiliki viskositas yang cukup tinggi. Mixer yang sesuai adalah mixer yang elemen putarnya dapat menghasilkan gaya geser yang cukup tinggi (Aulton, 2002).

Permasalahan yang sering muncul pada pencampuran semisolid pada kenyataannya berbeda dengan pencampuran sediaan padat atau cair, sediaan semisolid akan lebih sukar mengalir, dimana akan ditemukan daerah ”dead spots”. Harus digunakan mixer yang sesuai dengan pencampuran pada sediaan semisolid (Aulton, 2002). Mixer yang digunakan untuk semisolid ada dua macam yaitu:

(32)
(33)

G. Uji Sifat Fisis 1. Daya Sebar

Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak antara sediaan dengan tempat aplikasinya yang mencerminkan kelicinan (lubricity) sediaan tersebut, yang berhubungan langsung dengan koefisien gesekan. Daya sebar merupakan karakteristik yang penting dari formulasi sediaan topikal dan bertanggung jawab untuk ketepatan transfer dosis atau melepaskan bahan obatnya, dan kemudahan penggunaannya (Garg et al., 2002).

2. Viskositas

Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, maka makin tinggi viskositas akan makin besar tahanannya (Martin, 1993).

H. Stabilitas Emulsi

Emulsi yang stabil adalah dimana gelembung fase terdispersinya tetap memiliki sifat asalnya dan terdistribusi secara merata dalam fase kontinyu. Bermacam-macam tipe deviasi dari emulsi yang ideal dapat terjadi.

1. Creaming

(34)

 

secara cukup, ada kemungkinan pasien tidak mendapat dosis yang benar. Mempertimbangkan pemakaian kualitatif dari hukum ”Stokes” akan menunjukkan bahwa kecepatan terbentuknya creaming dapat dikurangi dengan metode-metode berikut :

a. Produksi emulsi dengan ukuran droplet kecil b. Meningkatkan viskositas dari fase kontinyu c. Mengurangi perbedaan densitas antara kedua fase d. Mengontrol konsentrasi fase dispersi (Aulton,2002).

2. Koalesen

Koalesen dari gelembung minyak pada emulsi O/W tertahan dengan adanya lapisan emulsifier yang teradsorbsi kuat secara mekanis disekitar setiap gelembung. Dua gelembung yang saling berdekatan satu sama lain akan menyebabkan permukaan yang berdekatan tersebut menjadi rata. Perubahan dari bentuk bulat menjadi bentuk lain menghasilkan peningkatan luas permukaan dan karenanya meningkatkan energi bebas permukaan total, penyimpangan bentuk gelembung ini akan tertahan dan pengeringan film fase kontinyu dari antara dua gelembung akan tertunda (Aulton,2002).

3. Inversi

Adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi m/a ke tipe a/m atau sebaliknya (Anief, 2000).

(35)

peningkatan kecepatan creaming, memperlihatkan penurunan viskositas fase kontinyu secara nyata. Peningkatan temperatur juga akan menyebabkan peningkatan gerakan kinetik, baik dari droplet fase terdispersi maupun dari agen pengemulsi pada antar permukaan minyak / air. Efek tersebut pada fase dispersi akan memungkinkan barier energi untuk diatasi dengan mudah dan dengan demikian jumlah tumbukan antara gelembung akan meningkat. Peningkatan pergerakan dari pengemulsi akan menghasilkan monolayer yang lebih luas, dan dengan demikian koalesen akan lebih mungkin terjadi. Beberapa agen pengemulsi makromolekuler dapat juga terkoagulasi dengan meningkatnya temperatur. Pertumbuhan mikroorganisme pada emulsi dapat menyebabkan kerusakan dan karena itulah penting untuk sebisa mungkin melindungi produk tersebut dari adanya mikroorganisme selama pembuatan, penyimpanan, dan pemakaian, dan karena itu produk mengandung preservatif yang sesuai.

Uji stabilitas emulsi penting untuk mengetahui apakah sebuah emulsi tetap stabil selama periode waktu tertentu, uji yang biasa dilakukan adalah :

(36)

 

b. Analisis ukuran droplet. Jika rata-rata droplet meningkat seiring bertambahnya waktu (bersamaan dengan penurunan jumlah droplet), dapat diasumsikan bahwa koalesen adalah penyebabnya.

c. Perubahan viskositas. Sudah ditunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi viskositas emulsi. Adanya variasi ukuran atau ukuran droplet dapat dideteksi dengan perubahan viskositas secara nyata (Aulton,2002).

I. Mikromeritik

Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang partikel kecil. Satuan ukuran partikel yang sering digunakan dalam mikromeritik adalah mikrometer (µm) yang sering disebut mikron. Dalam bidang farmasi ada informasi yang perlu diperoleh dari partikel yaitu (1) bentuk dan luas permukaan partikel dan (2) ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993). Data tentang ukuran partikel diperoleh dalam diameter partikel dan distribusi diameter (ukuran) partikel, sedangkan bentuk partikel memberikan gambaran tentang luas permukaan spesifik partikel dan texture-nya (kasar atau halus permukaan partikel) (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993).

(37)

merupakan metode sederhana yang hanya menggunakan satu alat mikroskop yang bukan merupakan alat yang rumit dan memerlukan penanganan yang khusus (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993) bisa menggunakan mikroskop biasa dalam pengukuran ukuran prtikel yang berkisar 0,2 µm sampai 10 µm. Dibawah mikroskop tersebut ditempat dimana partikel terlihat diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Partikel-partikel diukur sepanjang garis tetap yang dipilih secara sembarang. Garis ini biasanya dibuat horizontal melewati pusat partikel (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993). Kerugian dari metode mikroskopi adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dua dimensi dari partikel tersebut , yaitu dimensi panjang dan lebar, selain itu jumlah partikel yang harus dihitung sekitar 300-500 partikel agar mendapat suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini membutuhkan waktu dan ketelitian. Pengujian mikromeritik dari suatu sampel harus tetap dilakukan bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel yang lain, karena adanya gumpalan dari masing-masing partikel lebih dari satu komponen sering kali dideteksi dengan metode mikroskopik (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993).

Ukuran tetesan minyak yang semakin kecil menyebabkan luas permukaan semakin luas, dengan semakin luas permukaan tetesan minyak, maka area yang terabsorpsi oleh koloid juga semakin luas (Aulton,2002).

(38)

 

Gambar 3. Contoh grafik distribusi frekuensi ukuran partikel (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993)

Plot ini memberikan gambaran yang jelas dari distribusi bahwa suatu garis tengah rata-rata tidak dapat dicapai. Hal ini perlu diperhatikan karena mungkin saja terdapat dua sampel yang garis tengah atau diameter rata-ratanya sama tetapi distribusi berbeda. Dari kurva distribusi frekuensi juga dapat terlihat ukuran partikel berapa yang sering muncul atau terjadi pada sampel disebut modus. Metode lain yang sering digunakan dalam menampilkan data adalah dengan memplotkan persetasi kumulatif diatas atau dibawah suatu ukuran tertentu terhadap ukuran partikel ( Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993).

I. Metode Desain Faktorial

(39)

yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda yaitu level rendah dan level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon (Bolton, 1997).

Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus:

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b12X1X2……….(1) Dengan: Y = Respon hasil atau sifat yang diamati

X1, X2 = Level bagian A, level bagian B

bo, b1, b2, b12 = Koefisien dapat dihitung dari hasil percobaaan bo = Rata-rata hasil semua percobaan

b1, b2, b12 = Koefisien yang dhitung dari hasil percobaan Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan (2n=4), dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor. Penamaan formula untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk percobaan I, formula a untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III, dan formula ab untuk percobaan IV (Bolton, 1997). Respon yang ingin diukur harus dapat dikuantitatifkan.

Rancangan percobaan desain faktorial sebagai berikut:

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - +

a + - -

b - + -

(40)

  Keterangan:

(-) = level rendah (+) = level tinggi

Percobaan (1) = faktor A level rendah, faktor B rendah Percobaan a = faktor A level tinggi, faktor B rendah Percobaan b = faktor A level rendah, faktor B tinggi Percobaan ab = faktor A level tinggi, faktor B tinggi

Berdasarkan persamaan tersebut dengan substitusi secara matematis, dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek menurut Bolton (1997) sebagai berikut:

Efek faktorial I = [(a-(1)) + (ab-b)] / 2 Efek faktorial II = [(b-(1)) + (ab-a)] / 2 Efek faktorial III = [(ab-b) + (a-(1))] / 2

(41)

J. Landasan Teori

Proses pembuatan merupakan salah satu kriteria yang penting yang perlu diperhatikan agar diperoleh sediaan krim yang memiliki sifat fisis dan stabilitas sesuai dengan syarat sediaan yang ditentukan.

Untuk proses emulsifikasi biasanya pemanasan dilakukan 5-10 ⁰C diatas titik didih dari senyawa dengan titik didih tertinggi (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996). Peningkatan suhu harus dijaga selama proses pencampuran, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pemadatan atau kristalisasi yang terlalu cepat atau tidak sesuai dari senyawa yang memiliki titik leleh tinggi selama proses pencampuran. Hai ini juga akan mempermudah proses pencampuran karena akan terjadi penurunan tegangan antarmuka pada suhu yang tinggi. Harus dijaga jangan sampai digunakan suhu yang terlalu tinggi karena dapat mendegeradasi senyawanya, terutama untuk senyawa-senyawa yang sensitif terhadap suhu (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996). Optimasi terhadap suhu perlu dilakukan untuk memperoleh hasil pencampuran terbaik.

Tingkat pencampuran tergantung pada lama pencampuran, meskipun demikian pencampuran yang berlangsung lama tidak menjamin tercapainya homogenitas ideal yang dikehendaki, sebab proses pencampuran maupun proses pemisahan pada saat yang sama berlangsung secara kompetitif dan tetap (Voigt, 1994). Perlu dilakukan optimasi untuk memperoleh lama pencampuran yang optimum.

(42)

 

tegangan, dan waktu pencampuran (lama pencampuran) (Nielloud dan Mastres 2000). Dari beberapa faktor yang mempengaruhi proses pencampuran tersebut diatas maka dipilih faktor-faktor yang paling berpengaruh dan dapat dikendalikan untuk mencapai proses pencampuran yang optimal yaitu lama pencampuran dan suhu pencampuran.

Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan dari penelitian sebelumnya, dimana pada penelitian ini dilakukan optimasi proses pembuatan meliputi lama pencampuran dan suhu pencampuran. Dipilih optimasi lama pencampuran dan suhu pencampuran karena faktor-faktor ini merupakan faktor yang penting dalam proses pencampuran untuk mendapatkan hasil sediaan yang baik. Sifat fisis dari formula dilihat dari daya sebar dan viskositas. Suatu formula dikatakan memiliki daya sebar dan viskositas yang baik jika memilki konsistensi yang tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah sehingga akan lebih mudah diaplikasikan pada kulit. Stabilitas formula dilihat dari formula yang memiliki kestabilan selama penyimpanan seperti pergeseran viskositas dan perubahan ukuran partikel (droplet).

K. Hipotesis

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni, dengan desain penelitian secara desain faktorial.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah lama pencampuran (5 menit

dan 15 menit) dan suhu pencampuran (600C dan 750C)

b. Variabel Tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisis (daya sebar,

viskositas) dan stabilitas krim (pergeseran viskositas, ukuran partikel (droplet), pergeseran ukuran partikel dan persen pemisahan emulsi)

c. Variabel Pengacau Terkendali dalam penelitian ini adalah lama penyimpanan dan sifat dari wadah penyimpanan.

d. Variabel Pengacau Tak Terkendali dalam penelitian ini adalah suhu penyimpanan dan intensitas cahaya.

2. Definisi Operasional

(44)

 

b. Ekstrak Saw Palmetto adalah ekstrak kering dari buah Serenoa repens yang berupa serbuk halus yang bersifat higroskopis dan mengandung sejumlah besar fitosterol.

c. Pencampuran adalah proses pendistribusian bahan satu ke bahan yang lain. d. Faktor adalah proses pencampuran yang dilakukan yaitu lama

pencampuran dan suhu pencampuran.

e. Sifat fisik krim adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisik krim, dalam penelitian ini meliputi uji viskositas dan daya sebar

f. Stabilitas fisik krim adalah parameter untuk mengetahui tingkat kestabilan krim, dalam hal ini meliputi perubahan viskositas, ukuran partikel (droplet), pergeseran ukuran partikel dan persen pemisahan emulsi.

g. Perubahan viskositas (%) adalah selisih viskositas setelah 1 bulan dengan viskositas 48 jam dibagi viskositas 48 jam dikali 100%.

h. Viskositas optimal adalah viskositas yang mendukung kemudahan krim diisikan ke dalam wadah dan dikeluarkan saat diaplikasikan di kulit kepala. Viskositas optimal adalah 90-110 d.Pa.s.

i. Perubahan viskositas yang optimal adalah selisih viskositas yang dialami krim setelah disimpan 1 bulan pada suhu kamar dibandingkan dengan viskositas 48 jam ≤ 10%.

(45)

k. Desain faktorial adalah metode optimasi yang memungkinkan untuk mengetahui efek yang dominan dalam menentukan sifat fisik krim anti hair loss.

l. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya, besarnya dapat dikuantitatif.

m. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan faktor. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah.

n. Countour plot adalah grafik yang digunakan untuk memprediksi area optimum berdasarkan satu parameter kualitas krim.

o. Countour plot super imposed adalah grafik yang digunakan untuk memprediksi area optimum formula berdasarkan semua parameter kualitas krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto. Diperoleh dari memilih area optimum pada masing-masing countour plot sifat fisik krim anti hair loss kemudian digabung menjadi satu grafik.

C. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan adalah ekstrak Saw Palmetto, asam stearat, cetyl alkohol, trietanolamin, propilenglikol, sodium hydroxide, gliserol, aquadest, nipagin, dan parfum.

(46)

 

gelas penutup, kaca bulat berskala, penggaris, Viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN).

D. Tata Cara Penelitian 1. Formula

Eksipien yang dipilih sebagai basis sediaan krim mengacu pada Vanishing creams dalam Practical Cosmetic Science Cream Preparation (Young,

1972). Dalam penelitian optimasi proses ini digunakan formula hasil modifikasi yang sudah optimal :

Stearic acid 9.0 Cetyl alcohol 0.423 Triethanolamin 0.9 Propilenglikol 12.5 Sodium hydroxide 0.2

Glycerine 6.5

Aquadest 60.0

Nipagin 0.15

Saw Palmetto 16.7

Perfume 0.36 (40 tetes)

2. Pembuatan krim

Campur asam stearat, cetyl alcohol, trietanolamin, dan propilenglikol (fase A) dalam satu cawan porselin. Campur sodium hydroxide, glyserin, aquadest dan nipagin (fase B) dalam satu cawan porselin. Panaskan fase B terlebih dahulu

Fase A (minyak)

Fase B (air)

Fase C

(47)

di atas waterbath sampai suhunya 50oC, selanjutnya panaskan fase A hingga suhu 75oC di atas waterbath dan fase B hingga suhu 80oC. Tuang fase A ke dalam wadah pencampuran yang telah diatur suhunya, selanjutnya tuang segera fase B, dan campurkan dengan menggunakan mixer pada kecepatan 400rpm selama (5-15 menit) pada suhu tertentu (60oC – 75oC). Pindahkan dari waterbath, masukkan ekstrak Saw Palmetto (fase C) dalam basis krim dan teteskan perfume (fase D) sebanyak 40 tetes kemudian mixer hingga homogen (±2 menit).

Tabel II. Percobaan Desain Faktorial

Lama Pencampuran

(menit)

Suhu Pencampuran (0C)

(1) 5 60

a 15 60

b 5 75

ab 15 75

3. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar sediaan krim anti hair loss ekstrak Saw Palmetto dilakukan 48 jam setelah pembuatan. Cara: krim ditimbang seberat 1,0 gram, diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Diatas krim diletakkan kaca bulat lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125 gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya (Garg, 2002).

4. Uji Viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscometer Rion seri VT 04. Cara: krim ditimbang 100 gram dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas krim diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk

(48)

 

yaitu (1) 48 jam setelah krim selesai dibuat dan (2) setelah disimpan selama 1 bulan.

5. Uji Tipe Emulsi

Untuk penentuan jenis emulsi terdapat sejumlah cara pengujian yang berguna. Disarankan masing-masing dilakukan berulang kali, oleh karena perhitungan semata-mata dengan sebuah metode data yang dihasilkan dapat mengarahkan kepada keputusan yang salah. Kesulitan dari penentuan jenis emulsi diberikan sebagian besar pada emulsi dengan bagian fase minyak yang sangat tinggi (Voigt, 1994).

a. Metode Warna

Beberapa tetes suatu larutan bahan pewarna dalam air (metilen biru) dicampurkan ke dalam suatu contoh krim. Jika seluruh krim bewarna seragam, maka terdapat suatu krim dari tipe M/A, oleh karena air adalah fase luar (Voigt, 1994).

b. Metode Pengenceran

(49)

c. Metode Pencucian

Hanya emulsi M/A dapat mudah dicuci dengan air dari tangan atau barang. Penghilangan suatu emulsi A/M menurut pengalaman sering menunjukkan kesulitan yang sangat berarti (Voigt, 1994).

6. Uji mikromeritik

Oleskan sejumlah krim pada glas objek kemudian letakkan meja benda pada mikroskop. Amati ukuran droplet yang terdispersi pada krim. Gunakan perbesaran lemah untuk menentukan objek yang akan diamati kemudian ganti dengan perbesaran kuat. Catat diameter terjauh dari tiap droplet sejumlah 500 droplet (Martin, Swarbick, dan Cammarata1993).

7. Uji persen pemisahan

Dilakukan dengan menghitung rasio volume emulsi yang memisah dibanding volume total emulsi (Aulton, 2002).

E. Analisis Data dan Optimasi

(50)

 

selanjutnya diprediksikan sebagai area komposisi yang optimum terbatas pada level yang diteliti.

Analisis statistik teknik yate’s treatment dilakukan untuk mengetahui signifikansi dari setiap faktor dan interaksi dalam mempengaruhi respon. Berdasarkan analisis statistik ini, maka dapat ditentukan ada atau tidaknya hubungan dari setiap faktor dan interaksi terhadap respon. Hal tersebut dapat dilihat dari harga F hitung dan F tabel. Sebelumnya ditentukan hipotesis terlebih dahulu, hipotesis alternatif (H1) menyatakan adanya hubungan antara faktor dan respon, sedangkan H0 merupakan negasi dari H1 yang menyatakan tidak adanya hubungan antara faktor dengan respon. H1 diterima dan Ho ditolak bila harga F hitung lebih besar daripada harga F tabel yang berarti bahwa faktor berpengaruh signifikan terhadap respon. F tabel diperoleh dari Fα (numerator, denominator) dengan taraf kepercayaan 95%. Derajat bebas dan interaksi (experiment) sebagai numerator yaitu 1, dan derajat bebas experimental error sebagai denominator yaitu 15, sehingga diperoleh harga F

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan krim

(52)

 

Faktor yang dioptimasi dalam optimasi proses pembuatan krim anti hair loss ekstrak saw palmetto adalah lama pencampuran dan suhu pencampuran.

Dipilih lama pencampuran 5 menit untuk level rendah dan 15 menit untuk level tinggi, didasarkan pada orientasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian, dimana diperoleh hasil bahwa pada menit ke-5 sudah terbentuk massa krim (secara visual menunjukkan ciri-ciri krim), kemudian proses pencampuran diteruskan hingga 15 menit dan pada menit ke-15 ini masih terbentuk masa krim yang baik secara visual. Untuk optimasi suhu pencampuran dipilih suhu 600C sebagai level bawah dan 750C sebagai level atas, hal ini didasarkan pada pernyataan bahwa sebaiknya emulsifikasi dilakukan 5-100C diatas titik leleh dari senyawanya yang memiliki titik leleh tertinggi (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996). Dalam hal ini senyawa (bahan) yang digunakan sebaga acuan untuk menentukan titik leleh adalah cetil alcohol dan asam stearat karena kedua senyawa inilah yang berbentuk padatan sehingga dalam proses pencampurannya perlu diperhatikan suhu pelelehannya. Titik leleh cetyl alcohol adalah 550C sedangkan untuk asam stearat adalah 700C, sehingga digunakan suhu pencampuran 50C diatas titik leleh dari keduanya sehingga dipilih suhu pencampuran 600C dan 750C.

B. Pengujian tipe krim

(53)

lebih dari satu metode karena perhitungan semata-mata dengan sebuah metode data yang dihasilkan dapat mengarahkan kepada keputusan yang salah (Voigt, 1994).

1. Pengujian metode warna

Pada pengujian tipe emulsi dengan metode warna digunakan metilen blue. Metilen blue merupakan pewarna yang larut air. Penambahan metilen blue

pada krim tipe M/A menyebabkan fase air (medium dispersi) berwarna biru dan fase minyak (fase terdispersi) tidak berwarna. Pada krim tipe A/M, penambahan metilen blue menyebabkan fase minyak (fase dispersi) tidak berwarna sedangkan fase air (fase terdispersi) berwarna biru.

Perbesaran : 40 x 10

Gambar 4. Hasil pengujian tipe krim anti hair loss dengan metilen blue

Hasil pengujian tipe krim anti hair loss ekstrak saw palmetto menunjukkan fase kontinyu berwarna biru dan fase terdispersi tidak berwarna. Dengan demikian krim ekstrak saw palmetto merupakan krim tipe M/A.

2. Metode pengenceran

Metode ini dilakukan dengan meneteskan (memasukkan) sejumlah krim ke dalam wadah yang berisi air, selanjutnya dilakukan penggojokan ringan pada wadah. Jika emulsi yang dimasukkan cepat terdistribusi dalam air maka dapat

(54)

 

disimpulkan bahwa tipe krim adalah M/A (Voigt, 1994). Jika emulsi tidak dapat (sulit) terdispersi pada air maka tipe emulsi A/M.

Hasil yang diperoleh dari pengujian seluruh formula krim anti hair loss menunjukkan emulsi dapat dengan mudah terdistribusi, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa krim anti hair loss ekstrak saw palmetto merupakan krim tipe M/A.

3. Metode pencucian

Hanya emulsi M/A dapat mudah dicuci dengan air dari tangan atau barang (Voigt, 1994). Dari hasil pengujian yang dilakukan terlihat bahwa krim anti hair loss ekstrak saw palmetto merupakan krim tipe M/A karena emulsi mudah tercuci dari alat-alat yang digunakan.

Prediksi dalam menentukan tipe krim dapat dilakukan dengan cara lain yaitu dengan melihat tipe emulgator yang menyususn krim tersebut (Voigt,1194). Emulgator pada krim anti hair loss adalah TEA dan asam stearat membentuk TEA stearat yang berupa garam dan dapat larut dalam air (fase dimana emulgator larut merupakan fase eksternal), sehingga dapat disimpulkan krim bertipe M/A

C. Sifat fisis dan stabilitas krim anti hair loss

(55)

partikel, uji persen pemisahan emulsi dan juga pergeseran (perubahan) ukuran partikel (droplet). Hasil pengujian sifat fisis :

Table III. hasil pengukuran sifat fisis dan stabilitas krim

Formula Daya sebar (cm)

Dalam penelitian ini, faktor yang dominan antara lama pencampuran, suhu pencampuran dan interaksi antara keduanya dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas krim anti hair loss diketahui dari perhitungan :

1. Desain faktorial, yaitu efek rata-rata dari setiap faktor maupun interaksinya untuk melihat pengaruh tiap faktor dan interaksinya terhadap besarnya respon. Perhitungan ini memuat arah respon.

2. Yate’s treatment yaitu suatu teknik analisis secara statistik untuk menilai secara obyektif signifikansi pengaruh relatif dari berbagai faktor dan interaksi terhadap respon. Perhitungan ini tidak memuat arah respon.

Tabel IV. Efek lama pencampuran, suhu pencampuran dan interaksi antara keduanya dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas krim. Efek Daya sebar Viskositas % pergeseran

viskositas

ukuran partikel (modus)

Lama pencampuran 0,5330 11,2499 1,842 0,1

(56)

 

Dari perhitungan efek lama pencampuran, suhu pencampuran dan interaksi keduanya dapat dilihat efek yang paling dominan pengaruhnya terhadap daya sebar, viskositas, ukuran partikel (modus) dan persen pergeseran viskositas (tabel IV). Dalam menentukan efek yang paling dominan tidak memperhatikan tanda positif dan negatif hanya memperhatikan nilainya. Tanda positif berarti meningkatkan sedangkan tanda negatif berarti menurunkan. Semakin besar nilai efek yang diperoleh maka faktor tersebut paling dominan dalam meningkatkan sifat fisik dan stabilitas krim.

1. Uji sifat fisis krim a. Uji daya sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui seberapa luas area penyebaran krim saat diaplikasikan pada kulit. Pengukuran daya sebar dilakukan pada kaca bulat bersekala yang diberi krim 0,5 g dan ditimpa dengan beban 125 g selama 1 menit. Daya sebar berpengaruh pada penyebaran krim untuk kemudian dapat memberikan efek terapetik. Selain itu mempengaruhi kenyamanan dalam pemakaian krim.

       

Gambar 5a Gambar 5b

Gambar 5. Grafik hubungan antara lama pencampuran dan daya sebar (5a) Grafik hubungan antara suhu pencampuran dan daya sebar (5b)

5

lama pencampuran (menit)

level rendah suhu pencampuran level tinggi suhu pencampuran

5

(57)

Semakin lama pencampuran yang digunakan saat proses pembuatan krim pada level rendah suhu pencampuran, daya sebar semakin meningkat, sedangkan semakin lama pencampuran pada level tinggi suhu pencampuran maka daya sebar semakin menurun (gambar 5a). Semakin tinggi suhu pencampuran yang digunakan pada saat pembuatan krim anti hair loss pada level rendah lama pencampuran menyebabkan penurunan daya sebar, dan begitu juga semakin tinggi suhu pencampuran yang digunakan pada level tinggi lama pencampuran maka daya sebar yang dihasilkan juga semakin menurun (gambar 5b). Jika dilihat dari gambar 5a dan 5b dapat disimpulkan terjadi interaksi antara lama pencampuran dan suhu pencampuran dalam menentukan respon daya sebar, hal ini dapat dilihat dari tidak sejajarnya garis-garis yang terbentuk baik antara lama pencampuran dan daya sebar ataupun antara suhu pencampuran dan daya sebar. Adanya interaksi tersebut harus dibuktikan dengan perhitungan yate’s treatmen (tabel V).

TableV. Hasil Perhitungan Yate’s treatment pada respon daya sebar Source of

Treatment 3 14,147 4,715

a 1 1,706 1,706 -8,047

Keterangan : a= lama pencampuran; b=suhu pencampuran; ab=interaksi

(58)

 

dari H1 yang menyatakan tidak adanya hubungan antara faktor dengan respon. H1 diterima dan Ho ditolak bila harga F hitung lebih besar daripada harga F tabel yang berarti bahwa faktor berpengaruh signifikan terhadap respon. Perhitungan harga F hitung yang diperoleh dari yate’s treatment untuk respon daya sebar memperlihatkan bahwa lama pencampuran, suhu pencampuran dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang bermakna secara statistik, hal ini dapat ditunjukkan oleh harga F hitung dari ketiganya lebih besar daripada F(1,15) tabel yaitu 4,54. Dilihat dari hasil perhitungan faktorial desain (tabel IV) dan yate’s treanmen (tabel V) dapat disimpulkan bahwa respon daya sebar dominan

ditentukan oleh faktor suhu pencampuran, hal ini dapat dilihat dari nilai perhitungan efek faktor (tabel IV) dan F hitung (tabel V) dari faktor suhu pencampuran yang lebih besar dibandingkan lama pencampuran dan interaksi antara keduanya. Hasil perhitungan yate’s treatmen menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara lama pencampuran dan suhu pencampuran dalam menentukan respon daya sebar (F hitung interaksi lebih besar dari F tabel), sehinga dapat disimpulkan bahwa respon daya sebar tidak hanya dipengaruhi oleh suhu pencampuran, tapi juga dipengaruhi oleh lama pencampuran.

(59)

lain), sehingga pada akhirnya akan diperoleh sediaan krim dengan konsistensi (viskositas) yang tinggi. Viskositas yang tinggi dari suatu krim akan menyebabkan turunnya daya sebar dari sediaan tersebut, karena daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas (Garg et al., 2000).

b. Uji viskositas

Viskositas merupakan salah satu faktor yang penting bagi sediaan krim. Dimana semakin besar viskositas berarti sediaan tersebut semakin kental. Viskositas dari suatu sediaan tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil, tetapi harus disesuaikan dengan tujuan pengaplikasiannya. Jika krim anti hair loss memiliki viskositas yang terlalu tinggi maka akan sulit mengeluarkan sediaan dari kemasan, sedangkan jika viskositasnya terlalu kecil maka saat diaplikasikan maka krim anti hair loss akan menetes (tidak melekat pada kulit kepala) sehingga akan mengakibatkan ketidaknyamanan dalam penggunaannya.

Pengaruh lama pencampuran, suhu pencampuran dan interaksi antara keduanya terhadap viskositas krim dapat dilihat dari grafik :

Gambar 6a Gambar 6b

Gambar 6. Grafik hubungan antara lama pencampuran dan viskositas (6a) Grafik hubungan antara suhu pencampuran dan viskositas krim anti hair

loss (6b)

lama pencampuran (menit)

level rendah suhu pencampuran level tinggi suhu pencampuran

95

(60)

 

Semakin lama pencampuran yang digunakan pada level rendah maupun level tinggi suhu pencampuran akan menyebabkan peningkatan viskositas, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor lama pencampuran lebih berpengaruh dalam meningkatkan viskositas sediaan (gambar 6a). Semakin tinggi suhu yang diberikan pada level rendah maupun level tinggi lama pencampuran maka akan menurunkan viskositas dari krim anti hair loss (gambar 6b). Dilihat dari gambar 6a dan 6b dapat disimpulkan terjadi interaksi antara lama pencampuran dan suhu pencampuran dalam menentukan respon viskositas, hal ini dapat dilihat dari tidak sejajarnya garis-garis yang terbentuk baik antara lama pencampuran dan respon viskositas ataupun antara suhu pencampuran dan viskositas, namun adanya interaksi tersebut harus dibuktikan dengan perhitungan yate’s treatment (tabelVI).

Tabel VI. Hasil Perhitungan Yate’s treatment pada respon viskositas Source of

Keterangan : a= lama pencampuran; b=suhu pencampuran; ab=interaksi

(61)

yang berarti bahwa faktor berpengaruh signifikan terhadap respon. Perhitungan harga F hitung yang diperoleh dari yate’s treanment untuk respon viskositas memperlihatkan bahwa lama pencampuran memberikan pengaruh yang bermakna secara statistik, sedangkan untuk suhu pencampuran dan interaksi antara lama pencampuran dengan suhu pencampuran tidak memberikan pengaruh yang bermakna secara statistik. Hal ini dapat ditunjukkan oleh harga F hitung dari lama pencampuran yang lebih besar daripada F(1,15) tabel yaitu 4,54. Untuk suhu pencampuran dan interaksi antara keduanya menunjukkan nilai F hitung yang lebih kecil dari F tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa respon viskositas hanya dipengaruhi oleh faktor lama pencampuran dan tidak dipengaruhi oleh faktor suhu pencampuran serta interaksi antara keduanya. Dilihat dari hasil perhitungan efek faktor (tabel IV) dapat disimpulkan bahwa respon viskositas dominan ditentukan oleh faktor lama pencampuran, hal ini dapat dilihat dari perhitungan nilai efek faktor (tabel IV) dari faktor lama pencampuran yang lebih besar dibandingkan suhu pencampuran dan interaksi antara keduanya, hal ini menegaskan hasil perhitungan Yate’s treatmen yang menyatakan bahwa respon viskositas hanya dipengaruhi oleh faktor lama pencampuran.

Mixer memiliki kemampuan untuk memperkecil ukuran partikel

(62)

 

partikel (droplet) maka continuous network yang terbentuk pada system emulsi akan semakin meningkat, sehingga hal ini akan menyebabkan peningkatan dari viskositas emulsi (krim).

2. Uji stabiltas

Uji stabilitas krim dilakukan dengan menghitung persen pergeseran viskositas, persen pemisahan emulsi, distribusi ukuran partikel (mikromeritik) dan pergeseran ukuran partikel (droplet) setelah penyimpanan selama satu bulan.

a. Persen pergeseran viskositas

Jika setelah penyimpanan selama 1 bulan tidak terjadi pergeseran viskositas yang berarti (viskositas setelah pembuatan dan setelah penyimpanan selama 1 bulan tidak terlalu berbeda) sediaan tersebut dikatakan stabil. Perubahan viskositas akan berpengaruh pada kemampuan basis krim dalam mempertahankan zat aktif tetap terdispersi didalamnya. Suatu sediaan dianggap stabilitasnya masih baik jika persen pergeseran viskositas ≤ 10 %, karena diharapkan krim masih mampu dalam menjaga fase dispers untuk tetap terdispersi pada mediumnya.

Gambar 7a Gambar 7b

Gambar 7. Grafik hubungan antara lama pencampuran dan persen pergeseran viskositas (7a) Grafik hubungan antara suhu pencampuran dan

persen pergeseran viskositas krim anti hair loss (7b)

1

lama pencampuran (menit)

level rendah suhu pencampuran

level tinggi suhu pencampuran

1

level rendah lama pencampuran

(63)

Semakin lama pencampuran yang digunakan pada level rendah suhu pencampuran menyebabkan penurunan persen pergeseran viskositas, sedangkan semakin lama pencampuran yang dilakukan pada level tinggi suhu pencampuran akan menyebabkan persen pergeseran viskositas dari sediaan akan meningkat (gambar 7a). Semakin tinggi suhu yang diberikan pada level rendah lama pencampuran maka akan menurunkan persen pergeseran viskositas, sedangkan semakin tinggi suhu yang diberikan pada level tinggi lama pencampuran akan meningkatkan viskositas (gambar 7b). Jika dilihat dari gambar 7a dan 7b dapat disimpulkan terjadi interaksi antara lama pencampuran dan suhu pencampuran dalam menentukan respon persen pergeseran viskositas, hal ini dapat dilihat dari tidak sejajarnya garis-garis yang terbentuk baik antara lama pencampuran dan respon pergeseran viskositas dan juga antara suhu pencampuran dan pergeseran viskositas. Adanya interaksi harus dibuktikan dengan perhitungan yate’s treatment (tabel VII).

TableVII. Hasil Perhitungan Yate’s treatment pada respon persen pergeseran viskositas

Replicates 5 212,070 42,414

Treatment 3 66,869 22,289

A 1 20,352 20,352 0,564

Keterangan: a= lama pencampuran; b=suhu pencampuran; ab=interaksi

(64)

 

(H1) menyatakan adanya hubungan antara faktor dengan respon, sedangkan Ho merupakan negasi dari H1 yang menyatakan tidak adanya hubungan antara faktor dengan respon. H1 diterima dan Ho ditolak bila harga F hitung lebih besar daripada harga F tabel yang berarti bahwa faktor berpengaruh signifikan terhadap respon. Perhitungan harga F hitung yang diperoleh dari yate’s treanment untuk respon persen pergeseran viskositas memperlihatkan bahwa lama pencampuran, suhu pencampuran dan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang bermakna secara statistik hal ini dapat ditunjukkan oleh harga F hitung yang lebih kecil daripada F(1,15) tabel yaitu 4,54. Dapat disimpulkan bahwa faktor lama pencampuran dan suhu pencampuran tidak mempengaruhi respon persen pergeseran viskositas, selain itu dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi interaksi antara lama dan suhu pencampuran dalam mempengaruhi respon persen pergeseran viskositas. Tidak dipengaruhinya respon pergeseran viskositas oleh faktor lama dan suhu pencampuran mungkin disebabkan karena respon pergeseran viskositas dipengaruhi oleh faktor formula dari sediaan tersebut. Formula yang digunakan dalam penelitian ini merupakan formula yang sudah optimom, sehingga diharapkan memiliki profil stabilitas yang telah memenuhi persyaratan.

b. Uji pemisahan emulsi

(65)

emulsi (krim), sehingga dapat dikatakan krim yang dihasilkan stabil. Besarnya persen pemisahan menunjukkan tingkat kestabilan dari suatu sediaan emulsi (krim), semakin besar persen pemisahan suatu krim berarti semakin tidak stabil, karena hal ini menandakan bahwa basis krim tidak dapat mempertahankan fase dispersnya sehingga akhirnya memisah dan membentuk fase penyusunnya.

c. Distribusi ukuran partikel

Pengujian ini dilakukan dengan mengukur diameter ukuran droplet pada masing-masing formula sebanyak 500 partikel sehingga dapat diperoleh modus dari masing-masing formula. Dalam pengukuran ini parameter yang diamati adalah modus, karena jika yang diamati adalah mean bisa saja tetesan (droplet) dengan diameter yang sama tetapi distribusinya berbeda.

Untuk melihat dengan lebih jelas distribusi ukuran partikel (droplet) pada krim, dapat dilihat dari grafik berikut :

Gambar 8. Grafik distribusi ukuran partikel (droplet) vs frekuensi ‐5

ukuran partikel (droplet)

formula 1

formula a

formula b

(66)

 

Dari grafik dapat dilihat bahwa ukuran partikel (droplet) memiliki range yang cukup lebar serta ukuran partikel (droplet) yang bervariasi. Dari grafik distribusi ukuran partikel juga bisa langsung terlihat ukuran partikel yang paling sering terbentuk (modus). Besarnya ukuran partikel ini akan berhubungan dengan stabilitas krim, karena diharapkan dengan semakin kecil ukuran partikel maka stabilitas sediaan semakin terjamin.

(67)

Gambar 9a Gambar 9b

Gambar 9. Grafik hubungan antara lama pencampuran dan ukuran partikel (droplet) (9a); Grafik hubungan antara suhu pencampuran dan ukuran

partikel (droplet) (9b)

Semakin lama pencampuran yang digunakan pada level rendah suhu pencampuran menyebabkan penurunan ukuran partikel (droplet), sedangkan semakin lama pencampuran pada level tinggi suhu pencampuran akan meningkatkan ukuran partikel (droplet) (gambar 9a). Semakin tinggi suhu yang diberikan pada level rendah dan tinggi lama pencampuran maka akan meningkatkan ukuran partikel (droplet) dari krim anti hair loss (gambar 9b). Jika dilihat dari gambar 9a dan 9b dapat disimpulkan terjadi interaksi antara lama pencampuran dan suhu pencampuran dalam menentukan respon ukuran partikel (droplet), hal ini dapat dilihat dari tidak sejajarnya garis-garis yang terbentuk baik antara lama pencampuran dan respon ukuran partikel (droplet) ataupun antara suhu pencampuran dan respon ukuran partikel (droplet). Adanya interaksi harus dibuktikan dengan perhitungan yate’s treatmen (tabel VIII).

50

lama pencampuran (menit)

level rendah suhu pencampuran level tinggi suhu pencampuran

50

(68)

 

TableVIII. Hasil Perhitungan Yate’s treatment pada respon ukuran partikel (droplet) Replicates 5 781,25 156,25

Treatment 3 130,208 43,402

a 1 0 0 0

Keterangan : a= lama pencampuran; b=suhu pencampuran; ab=interaksi

(69)

(tabel IV) dan F hitung (tabel VIII) dari faktor suhu pencampuran yang lebih besar dibandingkan lama pencampuran dan interaksi antara keduanya. Hasil perhitungan yate’s treatmen menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara lama pencampuran

dan suhu pencampuran dalam menentukan respon ukuran partikel (droplet) karena F hitung interaksi lebih besar dari F tabel, sehinga dapat disimpulkan bahwa respon ukuran partikel (droplet) tidak hanya dipengaruhi oleh suhu pencampuran, tapi juga dipengaruhi oleh lama pencampuran, karena pengaruh interaksi merupakan kombinasi antara lama pencampuran dan suhu pencampuran.

Suhu pencampuran merupakan faktor yang paling dominan dalam meningkatkan ukuran partikel (droplet), hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan uji efek faktor suhu pencampuran (tabel IV) yang bernilai positif. Peningkatan suhu pencampuran akan menurunkan viskositas medium dispersi dari emulsi, sehingga akan meningkatkan mobilitas dari partikel (droplet). Peningkatan mobilitas dari droplet dapat memudahkan terjadinya penggabungan droplet-droplet kecil menjadi droplet-droplet yang lebih besar, sehingga akan terbentuk sediaan krim (emulsi) dengan ukuran partikel (droplet) yang besar.

d. Pergeseran ukuran partikel (droplet)

(70)

 

antara distribusi ukuran partikel setelah pembuatan dan juga distribusi ukuran partikel setelah penyimpanan selama 1 bulan.

Gambar 10. Kurva nilai tengah diameter partikel vs%frekuensi untuk formula I

Gambar 11.Kurva nilai tengah diameter partikel vs%frekuensi untuk formula a

6.25 18.8 31.3 43.8 56.3 68.8 81.3 93.8 106.3 118.8

%

Ukuran Pertikel (droplet)

formula 1 awal formula 1  (setelah 1 bulan)

6.25 18.8 31.3 43.8 56.3 68.8 81.3 93.8 106.3 118.8

%

Ukuran Pertikel (droplet)

(71)

Gambar 12.Kurva nilai tengah diameter partikel vs%frekuensi untuk formula b

Gambar 13. Kurva nilai tengah diameter partikel vs % frekuensi untuk formula ab

Hasil pengamatan ukuran partikel dihitung untuk mendapatkan distribusi ukuran partikel. Kemudian dari hasil perhitungan, diperoleh nilai tengah (modus) partikel dan % frekuensi. Dua parameter ini kemudian diplotkan untuk diperoleh

0

6.25 18.8 31.3 43.8 56.3 68.8 81.3 93.8 106.3 118.8

formula b awal formulab (setelah 1 bulan)

6.25 18.8 31.3 43.8 56.3 68.8 81.3 93.8 106.3 118.8

%

Ukuran Pertikel (droplet)

(72)

 

grafik. Tujuan dari pembuatan grafik ini adalah untuk mengamati adanya koalesen, dimana biasanya pada proses koalesen terjadi peningkatan ukuran partikel (droplet). Dari grafik secara umum dapat dilihat adanya pergeseran ukuran partikel dari pengukuran setelah pembuatan dengan ukuran partikel setelah penyimpanan 1 bulan. Perubahan ukuran partikel terjadi pada formula a, b dan ab, dimana dapat dilihat terjadi peningkatan ukuran partikel (droplet) dan juga terjadi peningkatan frekuensi partikel (droplet) dengan ukuran besar. Dengan melihat data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terjadi proses koalesen pada formula a, b dan ab. Untuk formula 1 tidak terjadi perubahan ukuran partikel yang signifikan, hal ini dapat dilihat dari distribusi ukuran partikel untuk formula setelah pembuatan dan setelah penyimpanan selama 1 bulan tidak terjadi perbedaan yang berarti.

D. Optimasi

Untuk mendapatkan suatu area kondisi optimum diperlukan sediaan yang memiliki sifat fisis dan stabilitas yang optimum (sesuai dengan yang diharapkan), sedangkan untuk mendapatkan sediaan yang optimum diperlukan proses pencampuran dengan faktor-faktor yang optimum. Optimasi proses pencampuran dimaksudkan untuk memperoleh proses pencampuran yang optimum yang merupakan perpaduan antara lama pencampuran dan suhu pencampuran yang sudah tertentu.

(73)

pada kulit kepala. Viskositas yang baik menjamin kemudahan dalam pengaplikasian maupun pengeluaran dari wadahnya. Pergeseran viskositas yang diharapkan adalah sekecil mungkin sehingga sediaan krim akan dapat mempertahankan viskositasnya selama penyimpanan sehingga zat aktifnya akan tetap terdispersi didalamnya.

Masing-masing respon hasil pengukuran sifat fisis dan stabilitas dapat dibuat countour plot berdasarkan pehitungan desain faktorial. Dari masing-masig countour plot ditentukan area optimum untuk memperoleh respon sesuai yang

dikehendaki. Area dari masing-masing countour plot tersebut digabung menjadi satu yaitu countour plot super imposed untuk memperoleh area kondisi optimum.

Dari hasil perhitungan desain faktorial diperoleh persamaan untuk daya sebar adalah Y = 5,2750 + (0,6633333) X1 + (0,007777) X2 + (-0,009) X1X. Dari persemaan tersebut diperoleh grafik :

Gambar 14. Countour plot daya sebar krim anti hair loss

(74)

 

diteliti (level rendah dan tinggi). Respon yang dikehendaki untuk daya sebar adalah 5-7 cm karena diharapkan pada kisaran daya sebar ini dapat menjamin pemerataan ketika diaplikasikan pada kulit. Dari respon daya sebar yang diperoleh dari tiap formula, diperoleh area yang memenuhi syarat daya sebar optimum. Dengan demikian, area daya sebar yang diperoleh dalam penelitian merupakan area daya sebar yang digunakan untuk memperoleh proses pencampuran optimum.

Persamaan desain faktorial untuk respon viskositas yang diperoleh adalah Y = 65,835286+ (7,49973) X1 + (0,4166344) X2 + (-0,09444) X1X2. Melalui persamaan tersebut dapat dibuat counter plot sebagai berikut :

Gambar 15. Countour plot viskositas krim anti hair loss

(75)

jika terlalu kental akan sulit dikeluatkan dari pengemasnya, ataupun tidak terlalu kecil (encer) karena saat diaplikasikan di kulit akan mempersulit penggunaanya. Respon yang dipilih adalah 90-110 d.Pa.s. kisaran ukuran viskositas ini didasarkan pada pengukuran terhadap viskositas dari salah satu produk krim yang juga diaplikasikan pada kulit kepala yaitu “Clear By brisk. Hair styling cream. Anti dandruff.” dimana viskositas yang terukur adalah 100 d.Pa.s. sehingga penulis memilih area viskositas optimum yang mendekati viskositas dari produk yang telah luas beredar di masyarakat tersebut. Digunakan produk yang telah beredar di masyarakat sebagai acuan, karena dianggap bahwa suatu produk jika telah beredar di masyarakat maka produk tersebut pasti telah melalui serangkaian uji, dimana salah satunya adalah uji viskositas yang telah memenuhi syarat aceptabilitas dari sediaan.

Persamaan desain faktorial untuk respon persen pergeseran viskositas yang diperoleh adalah : Y = 17,24+ (-1,707) X1 + (-0,161) X2 + (0,028) X1X2. Dari persamaan ini diperoleh grafik countour plot :

(76)

 

Dengan countour plot pergeseran viskositas krim (gambar 16), dapat ditentukan area kondisi optimum krim untuk memperoleh respon pergeseran viskositas seperti yang dikehendaki, terbatas pada lama dan suhu pencampuran yang diteliti. Setelah penyimpana 1 bulan diharapkan tidak terjadi pegeseran viskositas, seandainya terjadipun diharapkan pergeseran yang terjadi seminimal mungkin. Dengan terjadinya pergeseran viskositas setelah 1 bulan penyimpanan memperlihatkan adanya ketidakstabilan sediaan selama penyimpanan. Pada counter plot persen pergeseran viskositas krim tersebut dipilih respon ≤10 %, karena diharapkan krim masih mampu dalam menjaga fase dispers untuk tetap terdispersi pada mediumnya.

Area kondisi optimum dapat diperoleh dengan menggabungkan seluruh grafik pada area kondisi optimum dari masing-masing uji yaitu uji sifat fisik dan uji stabilitas yang telah dipilih dalam satu grafik countour plot super imposed sebagai berikut :

(77)

Melalui countour plot superimposed dapat diprediksikan area proses pencampuran yang optimum (diberi warna merah), yang dapat menghasilkan sediaan (formula) yang memiliki sifat fisis dan stabilitas yang memenuhi persyaratan tetapi terbatas pada level lama pencampuran dan suhu pencampuran yang diteliti (level tinggi dan level rendah).

(78)

58 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Faktor suhu pencampuran merupakan faktor yang dominan dalam menentukan respon daya sebar dan ukuran partikel (droplet). Faktor lama pencampuran dominan dalam menentukan viskositas.

2. Diperoleh area optimum dalam proses pencampuran krim ekstrak Saw Palmetto dengan perbandingan lama pencampuran dan suhu pencampuran.

B. SARAN

Gambar

Gambar 3. Contoh grafik distribusi frekuensi ukuran partikel (Martin,  Swarbick, dan Cammarata, 1993)
Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level
Tabel II. Percobaan Desain Faktorial
Gambar 4. Hasil pengujian tipe krim anti hair loss dengan metilen
+7

Referensi

Dokumen terkait

karena rahmat dan penyertaanNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir yang berjudul “Optimasi Kecepatan Putar dan Lama Pencampuran pada Proses

Faktor suhu pencampuran merupakan faktor yang dominan dan signifikan dalam menentukan respon daya sebar, serta berpengaruh signifikan dalam menentukan respon viskositas..

80 dalam virgin coconut oil cream menggunakan desain faktorial bertujuan untuk menentukan komposisi optimum dari emulsifying agent yang diteliti, mengetahui faktor yang

Dari penelitian ini diperoleh bahwa cetyl alcohol merupakan faktor yang berpengaruh dominan dan signifikan dalam menentukan sifat fisik viskositas krim, sedangkan gliserin

Apakah variasi lama pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer pada level yang diteliti memberikan efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral

b) Kondisi optimum adalah kondisi lama pencampuran dan kecepatan putar mixer yang digunakan untuk memperoleh sediaan krim binahong dengan sifat fisik yang dikehendaki yaitu

Dengan memperhatikan efek dari masing-masing faktor terhadap respon yang dikehendaki, prediksi kondisi optimum dalam proses pencampuran untuk menghasilkan respon

Faktor lama dan kecepatan putar pada level rendah dan tinggi serta interaksi kedua faktor memiliki pengaruh yang bermakna terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik