1
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam kehidupan
manusia. Penyelenggaraan pendidikan formal maupun informal harus di
sesuaikan dengan perkembangan. Penyelenggaran pendidikan tidak lepas dari
tujuan pendidikan yang hendak di capai, karena tercapai atau tidaknya tujuan
pendidikan merupakan tolak ukur dari keberhasilan penyelenggaran
pendidikan.
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani Padagogieyang terbentuk dari
kata pais yang berarti anak dan again yang berarti membimbing. Dari arti
kata itu maka dapat didefinisikan secara leksikal bahwa pendidikan adalah
bimbingan/ pertolongan yang diberikan pada anak oleh orang dewasa secara
sengaja agar anak menjadi dewasa.1
Sesuai dengan Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
1
2
Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang
berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil suatu kelompok
manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk
maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Karena dalam pendidikan manusia akan memperoleh Ilmu Pengetahuan. Ilmu
merupakan hal yang paling utama dalam kehidupan manusia. Sebab suatu
tindakan yang dilakukan harus berdasar pada ilmu agar mencapai suatu
kesuksesan. Orang yang berilmu dapat meraih posisi tinggi dalam hidup, baik
dari segi sosial, ekonomi, maupun harkat dan martabatnya. Demikian juga
dalam kehidupan sehari-hari, barang yang kita gunakan juga dibuat karena
ada ilmu. Untuk memperoleh kepandaian atau ilmu yang ia inginkan, manusia
harus belajar.
Ilmu pengetahuan mencangkup berbagai macam bidang kajian, salah
satunya adalah ilmu matematika. Ilmu matematika sangat berguna dalam
kehidupan manusia. Ilmu matematika sangat berguna dalam kehidupan
manusia. Hal ini didukung oleh pendapat Paling yang mengatakan bahwa
matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah
yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan
2
pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, serta menggunakan pengetahuan
tentang menghitung.3 Oleh karena itu suatu pendidikan baik itu pendidikan umum ataupun khusus pendidikan matematika dipandang merupakan salah
satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi
mendatang. Mengingat pentingnya matematika, tidaklah mengherankan jika
matematika dijadikan sebagai pelajaran wajib disemua jenjang sekolah.
Meskipun matematika sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun
hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika masih bervariasi, ada yang
memuaskan, sedang, dan kurang memuaskan. Mata pelajaran matematika
sering kali dianggap sulit, karena matematika merupakan ilmu yang pasti.
Sehingga peserta didik cenderung tidak menyukai mata pelajaran matematika
dan hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik itu sendiri.
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap.4 Dengan belajar, manusia diharapkan memiliki kompetensi serta keterampilan tertentu yang dapat menunjang
kehidupannya di dunia. Bukan hanya kompetensi dan keterampilan saja,
namun melalui kegiatan belajar ini diharapkan sikap manusia juga dapat
berkembang ke arah yang lebih baik.
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang mnguasai bahan yang sudah diajarkan. Menurut
3
Mulyono Abdurrahman,Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2003), hal. 252
4
Winkel, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya.5 Tingkah laku manusia dapat dilihat dari kedisiplinan yang dimilikinya. Kedisplinan siswa merupakan suatu sikap
ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang berlaku yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir
dan batin, serta penuh tanggung jawab, sehingga timbul rasa malu terkena
sangsi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.6 Dengan demikian idealnya siswa disiplin dalam belajar maupun dalam melaksanakan tata tertib
sekolah, disiplin dalam hidup bermasyarakat dan bernegara serta disiplin
dalam beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kedisiplinan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki
oleh peserta didik. Hal ini dikarenakan perilaku peserta didik diukur dari
kedisiplinan sehingga mampu mengontrol perilaku mereka di kelas maupun
di sekolah. Kedisiplinan atau disiplin ialah tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan
dapat dilakukan dan diajarkan pada anak di sekolah maupun di rumah dengan
cara membuat semacam peraturan atau tata tertib yang wajib dipatuhi oleh
setiap anak.7
Kedisiplinan dapat juga menjadi aspek pendukung pencapaian hasil
belajar. Dalam proses pembelajaran sikap disiplin dapat menjadi penentu
5
Purwanto,Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hal. 44-45
6
Gerakan Disiplin Nasional, dalamMimbar Pembangunan Agama,No.105/Juni, (Kantor
Departemen Agama Jawa Timur, 1995), hal. 72
7
Muhammad Fadillah dan Lilik Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia
hasil belajar bagi peserta didik. Hal ini dapat kita lihat dari nilai yang
diperoleh, peserta didik yang disiplin cenderung mendapatkan nilai yang
lebih bagus dibandingkan dengan peserta didik yang kurang disiplin. Tetapi
tidak menutup kemungkinan peserta didik yang kurang disiplin mendapatkan
nilai yang bagus. Dapat kita simpulkan peserta didik yang tertib dan patuh,
baik dalam belajar maupun tata tertib sekolah merupakan peserta didik yang
rajin. Hal ini memungkinkan peserta didik tersebut mendapatkan hasil belajar
yang baik dan memuaskan.
Seringkali kejadian di sekolah menunjukkan banyak peserta didik
yang kurang disiplin. Banyak dari mereka yang melakukan pelanggaran –
pelanggaran atas aturan atau tata tertib yang telah dibuat oleh sekolah.
Mereka cenderung berperilaku yang menunjukkan sikap kurang disiplin
seperti halnya, datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak mengikuti kegiatan
di sekolah, mencontek ketika ulangan, dan lain sebagainya.
Dengan berbagai permasalahan tersebut perlu diadakan suatu
Penelitian. Dalam penelitian ini akan dibahas pengaruh antara kedisiplinan
siswa terhadap hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis akan
mengadakan penelitian denga judul “ PENGARUH KEDISIPLINAN
SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI
B. Identifikasi Masalah
Kehidupan manusia tidak terlepas dari ilmu, baik yang diperoleh
melalui pengalaman pribadi, melalui pengalaman bermasyarakat ataupun yang
diperolehnya di bangku sekolah. Di era globalisasi yang semuanya serba
modern, ilmu mulai berkembang sangat pesat. perkembangan ilmu yang pesat
ini juga diikuti dengan banyaknya sekolah yang ada di berbagai belahan dunia,
termasuk di Indonesia. Di sekolah inilah manusia memperoleh ilmu melalui
kegiatan belajar. Kegeiatan belajar dilakukan antara pendidik dan peserta didik,
dengan tujuan agar ilmu pengetahuan manusia menjadi berkembang.
Pencapaian hasil belajar bervariasi karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi bakat,
minat, motivasi, kemampuan kognitif, kretif, dan sebagainya. Sedangkan faktor
eksternal meliputi faktor alam sosial dan instrumental.8
Berdasarkan banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar
peseta didik, maka peneliti akan mengambil beberapa faktor saja yang akan
dijadikan sebagai bahan penelitian. Peneliti akan mengambil salahsatu factor
yaitu kedisiplinan siswa, sebagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa, dengan mengacu pada permasalahan berikut:
1. Pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar matematika siswa,
2. Besarnya pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar matematika
siswa.
8
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan dicari
solusinya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar matematika
materi Kubus dan Balok siswa kelas VIII SMPN 2 Ngunut?
2. Seberapa besar pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar
matematika materi kubus dan balok siswa kelas VIII SMPN 2 Ngunt?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka
penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui adanya pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil
belajar siswa materi Kubus dan Balok kelas VIII SMPN 2 Ngunut.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kedisiplinan siswa terhadap
hasil belajar matematika materi kubus dan balok kelas VIII SMPN 2
Ngunut.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas masalah yang diteliti dapat
diajukan hipotesa penelitian sebagai berikut:
“Ada pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar matematika
pada materi kubus dan balok siswa kelas VIII SMPN 2 Ngunut tahun ajaran
F. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan tentang seberapa besar pengaruh kedisiplinan
siswa terhadap hasil belajar matematika siswa SMPN 2 Ngunut.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peserta Didik
Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar jika mengetahui pengaruh
kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar mereka.
b. Bagi Pendidik
Pendidik dapat mengetahui tingkat kemampuan peserta didiknya
ditinjau dari kedisiplinan siswa peserta didik.
c. Bagi Sekolah
1) Mengetahui seberapa besar pengaruh kedisiplinan siswa terhadap
hasil belajar matematika siswa SMPN 2 Ngunut.
2) Sebagai penentu kebijakan dalam usaha meningkatkan hasil belajar
siswa khususnya mata pelajaran matematika.
G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup pada penelitian dengan judul “Pengaruh
Kedisiplinan Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Kubus dan
a. Kedisiplinan Siswa
Kedisiplinan atau disiplin ialah tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan
dapat dilakukan dan diajarkan pada anak di sekolah maupun di rumah
dengan cara membuat semacam peraturan atau tata tertib yang wajib
dipatuhi oleh setiap anak.9 b. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “ hasil ” dan “ belajar ”. pengertian hasil
(product) menunujuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu
aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secra
fungsional.10 Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah
diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan
seringkali pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan
memenuhi syarat.
2. Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian sebagaimana diatas, maka selanjutnya
peneliti membatasinya agar tidak terjadi pelebaran pembahasan.
Adapun pembatasan penelitian yang dimaksud adalah:
9
Muhammad Fadillah dan Lilik Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia
Dini: Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD…………..hal. 192
10
a. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdiri dari siswa
kelas VIII.
b. Data penelitian diperoleh dari siswa kelas VIII A SMPN 2 Ngunut.
c. Hasil belajar matematika sebagai variabel terikat dipengaruhi oleh
banyak variabel. Pada penelitian ini hanya mengambil dua variabel saja
yaitu kedisiplinan siswa dan jenis kelamin.
H. Definisi Oprasional
Definisi dari ruang lingkup yang telah ditulis diatas adalah sebagai
berikut.
1. Pengaruh Kedisiplinan siswa
Pengaruh Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran matematika berupa:
pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar siswa materi Kubus
dan Balok.
2. Kubus dan Balok
Kubus dan Balok merupakan materi yang diajarkan di SMP kelas
VIII, materinya meliputi Mengenal Bangun Ruang, Model Kerangka
serta Jaring – jaring Kubus dan Balok, dan Luas Permukaan serta Volume Kubus dan Balok.
3. Sistematika Pembahasan
1. Bagian awal
Terdiri dari judul, halaman persetujuan pembimbing, pengesahan dewan
penguji, persembahan, motto, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel.
2. Bagian Isi
a. Bagian pendahuluan tercantum pada bab 1.
Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, sistematika
pembahasan.
b. Bagian ini tercantum pada bab 2 dan 3.
Pada bab 2 terdiri dari uraian penjelasan tentang matematika,
kedisiplinan, belajar, dan hasil belajar siswa serta materi Kubus dan
Balok.
c. Pada bab 3 terdiri dari penjelasan tentang pendekatan dan jenis
peneltian, populasi, sampling, dan sampel penelitian, sumber data,
variabel dan sksala pengukuran, teknik pengumpulan data dan
instrumen penelitian, analisis data.
3. Bagian Penutup
Bagian penutup tercantum dalam bab 4 dan 5 terdiri dari hasil laporan
penelitian, diskripsi singkat keadaan objek, pembahasan laporan
penelitian, kesimpulan dan saran
4. Bagian Akhir
Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran, foto-foto kegiatan
12
A. Matematika
Matematika, menurut Rusffendi, adalah bahasa simbol; ilmu deduktif
yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola
keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsure yang tidak
didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan
akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi , yaitu
memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir
yang deduktif.11
Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami
siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama
dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola
tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran
melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau
mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.12
Matematika itu sendiri menurut Kline, merupakan bahasa simbolis
dan ciri utamanya adalah penggunaan secara bernalar deduktif, tetapi juga
tidak melupakan cara bernalar induktif. Lerner mengungkapkan bahwa
matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa
11
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 1
12
universal yang memungkinkan manusia untuk memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.13 Sedangkan menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang
fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.14 Berdasarkan definisi di atas , peneliti mempunyai gambaran tentang
apa matematika itu, dengan menggabungkan pengertian dari
pendapat-pendapat tersebut. Semua pendapat-pendapat tersebut dapat kita terima, karena sampai
saat ini tidak ada yang mendefinisikan matematika secara tunggal.
Matematika dapat ditinjau dari yang paling sederhana sampai pada yang
paling kompleks. Dengan demikian dapat dikatakan secara singkat bahwa
matematika adalah ilmu yang bersifat deduktif, ilmu tentang kuantitas, dan
digunakan untuk menentukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi
manusia. Untuk bisa memahami atau menguasai materi matematika tidak
hanya cukup dengan membacanya, tapi harus mampu menelaah atau mengerti
apa yang ada di dalamnya
B. Belajar
Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar
adalah aktifitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif engan
13
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hal. 252
14
lingkungan yang menghasilkan perubahan – perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.15 Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar sebagai berikut.16
1. James O. Whitaker mengartikan belajar sebagai proses ketika perilaku
dimunculkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
2. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa belajar adalah proses ketika
tingkah laku dimunculkan atau diubah melalui praktik atau latihan.
Jadi belajar dapat diartikan sebagai sebuah proses yang didalamnya
dilakukan berbagai pengalaman untuk menangkap suatu isi dan pesan dalam
jangka waktu tertentu yang dapat membawa perubahan diri yang tecermin
dalam perilakunya. Dalam proses belajar juga dilibatkan berbagai komponen
antara lain pengajar (guru), pembelajar (peserta didik), materi belajar, waktu
belajar, dan tempat belajar.17
Seorang dapat mengamati perilaku orang yang telah belajar setelah
membandingkannya dengan keadaan sebelum belajar. Jika ada perubahan
setelah proses belajar, dapat dikatakan ia telah belajar. Jika pada hakikatnya
proses belajar adalah perubahan perilaku, ada beberapa perubahan tertentu
yang dapat dimasukkansebagai ciri–ciri belajar sebagai berikut.18 1. Perubahan yang terjadi secara sadar.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
15
Purwanto,Evaluasi Hasil Belajar…………..hal. 38-39
16
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasinya untuk Menciptakan
Kelas yang Kondusif, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 17
17
Ibid, hal. 18
18
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
5. Perubahan dalam belajar bertujuab dan terarah.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Berdasarkan beberapa gambaran definisi diatas penulis menyimpulkan
bahwa belajar adalah diperolehnya pengetahuan dan sikap yang baru dimana
situasi muncul atau berubah karena adanya respon terhadap situasi.
C. Kedisiplinan
1. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan terkait erat dengan pengetahuan dan perilaku yang
positif, seperti kebenaran, kejujuran, tanggung jawab, tolong menolong, kasih
sayang, patuh atau taat, serta hormat kepada guru. Kata disiplin sendiri
sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu disciplina dan discipulus yang
berarti perintah dan peserta didik. Jadi disiplin dapat dikatakan sebagai
perintah seorang guru kepada peserta didiknya. Kemudian dalam New World
Dictionary disiplin diartikan sebagai latihan untuk mengendalikan diri,
karakter, atau keadaan yang tertib dan efisien.19
Kedisiplinan atau disiplin ialah tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan dapat
dilakukan dan diajarkan pada anak di sekolah maupun di rumah dengan cara
19
membuat semacam peraturan atau tata tertib yang wajib dipatuhi oleh setiap
anak.20
Sementara itu beberapa ahli mengemukakan pengertian disiplin
sebagai berikut.21
a. The Liang Gie mengartikan disiplin sebagai suatu keadaan tertib yang
mana orang – orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan–peraturan yang telah ada dengan senang hati.
b. Good’s dalam Dictionary of Education mengartikan disiplin sebagai berikut.
1) Proses atau hasil pengamatan atau pengendalian keinginan,
motivasi atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk
mancapai tindakan yang lebih efektif.
2) Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif, dan diarahkan sendiri
walaupun menghadapi hambatan.
3) Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan
hukuman atau hadiah.
4) Pengekangan dorongan dengan cara yang tidak nyaman bahkan
menyakitkan.
Dari berbagai pengertian diatas maka disiplin dapat diartikan sebagai
tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
20
Muhammad Fadillah dan Lilik Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia
Dini: Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 192
21
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasinya untuk Menciptakan
ketentuan dan peraturan baik di sekolah, di rumah maupun di sebuah
organisasi, yang mana semua yang terikat oleh disiplin akan melakukannya
dengan senag hati.
Disiplin itu sendiri memiliki beberapa kriteria. Menurut Ali Imron
disiplin dibagi menjadi tiga, yaitu:22
a. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsepotoritarian.
Menurut konsep ini peserta diik dikatakan memiliki kedisiplinan yang
tinggi jika mau duduk tenang sambil memperhatikan penjelasan guru saat
guru sedang mengajar.
b. Disiplin yang dibangun berdasarkan konseppermissive.
Menurut konsep ini peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas –
luasnya di dalam kelasnya. Tata tertib atau aturan – aturan di kelas dilonggarkan dan tidak perlu mengikat peserta didik.
c. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan terkendali atau
kebebasan yang bertanggung jawab.
Disiplin demikian memberikan kebebasan seluas – luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan
itu haruslah ia tanggung. Konsep ini merupakan konvergensi antara
konsepotoritariandanpermissive.
Menurut konsep kebebasan terkendali ini peserta didik memanglah
diberikan kebebasan, tetapi peserta didik tidak diperbolehkan
22
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasinya untuk Menciptakan
menyalahgunakan kebebasan tersebut. Kebebasan jenis ketiga ini juga
umunya disamakan dengan istilah kebebasan terbimbing. Terbimbing karena
dalam menerapkan kebebasan tersebut diaksentualisasikan kepada hal – hal yang konstruktif. Manakala arah tersebut berbalik atau berbelok ke hal – hal yang destruktif maka dibimbing kembali kearah yang konstruktif.
Berdasarkan beberapa kriteria disiplin diatas menurut peneliti kriteria
disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan terkendali atau
kebebasan yang bertanggung jawab. Seperti yang telah dijelaskan diatas
kriteria ini memberikan kebebsan yang seluas – luasnya kepada siswa akan tetapi siswa segala konsekuensinya ditanggung oleh siswa. Hal ini dapat
memberikan kenyamanan pada siswa karena siswa tidak terlalu terkekang
oleh aturan. Kriteria ini memberikan kebebasan yang terbimbing sehingga
apabila siswa melakukan kesalahan kan dibimbing kembali kearah yang
benar.
Mendisiplinkan anak pada dasarnya mengajarkan anak untuk
bertindak secara sukarela berdasarkan suatu rangsangan peraturan dan tata
tertib yang membatasi, terlepas apakah kelakuan itu diterima atau tidak.
dalam pembinaan disiplin anak diperlukan 3 elemen berikut:
1. Pendidikan
Anak diajarkan mengenal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
2. Penghargaan
Ini berupa pujian, hadiah atau perlakuan khusus setelah anak melakukan
3. Hukuman
Hukuman hanya boleh diberikan bila anak dengan sengaja melakukan
kesalahan.
Berapapun usia anak, ketiga elemen diatas harus desertakan dalam
latihan kedisiplinan. Elemen petama dan kedua, ditekankan bila anak masih
berusia dini, sedangkan unsur ketiga diterapkan saat anak sudah lebih besar.23 Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu, ia harus
ditanam secara terus menerus kepada peserta didik. Jika disiplin ditanamkan
secara terus menerus maka disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi
peserta didik. Orang–orang yang berhasil dalam bidangnya masing–masing umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal,
umumnya tidak disiplin.24 Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah,
tanpa ada pelanggaran – pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah
secara keseluruhan.25
Disiplin juga memerlukan suatu proses belajar, perlu upaya dari
orangtua, hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1. Melatih anak untuk berdisiplin.
2. Membiasakan diri berperilaku sesuai nilai–nilai moral dan etika.
23
Suryadi,Kiat Jitu dalam Mendidik Anak, (Jakarta: Edsa Mahkota, 2006), hal. 71
24
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), hal. 172
25
3. Adanya kontrol orangtua dalam mengembangkan disiplin.
Orang tua juga dituntut untuk membina anak agar dapat memebaca
perilaku – perilaku mereka. ketiga upaya diatas disebut dengan kontrol eksternal. Kontrol yang terbuka dan demokratis ini memudahkan anak untuk
menginternalisasikan nilai – nilai moral. Setiap upaya yang dilakukan orangtua dalam membantu mengembangkan disiplin anak harus didahului
oleh tampilnya hal berikut:26 1. Perilaku yang patut dicontoh.
2. Kesadran orang tua ditularkan pada anak.
3. Penataan lingkungan fisik.
Disiplin sangat penting ditanamkan pada anak baik di rumah maupun
di sekolah atau dimanapun anak itu berada. Menurut Soemarmo, sekolah
adalah sumber disiplin dan tempat berdisiplin untuk mencapai ilmu
pengetahuan yang dicita-citakan. Di dalam tata tertib tersebut diatur
mengenai hak dan kewajiban siswa, larangan, dan sanksi-sanksi. Dalam tata
tertib sekolah disebutkan bahwa siswa mempunyai kewajiban:27
a. Harus bersikap sopan dan santun, menghormati Ibu dan Bapak Guru,
pegawai dan petugas sekolah baik di sekolah maupun di luar sekolah.
b. Harus bersikap sopan dan santun, menghormati sesama pelajar, baik di
dalam sekolah maupun di luar sekolah.
c. Menggunakan atribut sekolah sekolah.
26
Suryadi,Kiat Jitu dalam Mendidik Anak………, hal. 73 27
http://afa-belajar.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-bentuk-kedisiplinan-di.html
d. Hadir tepat waktu.
e. Patuh kepada nasihat dan petunjuk orang tua dan guru.
f. Tidak dibenarkan untuk meninggalkan kelas sekolah kecuali mendapat ijin
khusus dari guru kelas dan Kepala Sekolah.
Sedangkan Colvin, Kame’enui, and Sugai menyajikan kasus mengenai
perlunya sekolah – sekolah umum mengambil pendekatan disiplin sekolah dengan cara yang berbeda – beda. Argumentasi dibuat bahwa menurut sejarah, disiplin sekolah sebgaian besar berdasarkan ukuran – ukuran hukuman yang reaktif. Pada dasrnya, peraturan ditetapkan dan para pelanggar
peraturan ditanggapi dengan konsekuensi – konsekuensi negatif yang ditetapkan sebelumnya. Suatu model yang baru telah dikembangkan dengan
fokus pada pengkuran – pengukuran proaktif yang sangat jelas. Fokusnya adalah membuat dan meningkatkan perilaku – perilaku yang memungkinkan keberhasilan murid di sekolah versus model yang muncul berikutnya yang
ditujukan pada penghilangan perilaku – perilaku yang tidak diinginkan. Penting untuk dicatat bahwa pendekatan proaktif pada disiplin sekolah pada
perilaku yang diinginkan.28
Perilaku yang harus ditanamkan pada siswa agar suatu disiplin
proaktif sekolah dapat terlaksana adalah sebagai berikut:29 1. Hormat pada diri sendiri dan lainnya.
2. Siap untuk belajar.
28
Geoff Colvin,7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif, (Jakarta: PT
Indeks, 2008), hal. 9–10
29
3. Bertanggung jawab.
4. Bekerjasama dengan orang lain.
Beberapa perilaku diatas harus diterapkan oleh siswa untuk
mencipkan suatu disiplin proaktif sekolah. Selain perilaku tersebut ada
bebrapa perilaku yang perlu dihindari siswa untuk menciptakan suatu disiplin
proaktif sekolah. Berikut adalah beberapa perilaku yang harus dihindari oleh
siswa:30
1. Meninggalkan gedung sekolah tanpa izin.
2. Merusak fasilitas.
3. Tidak mematuhi peraturan.
Berdasarkan bebrapa pendapat dan kriteria disiplin diatas dapat
disimpulkan bahwasannya suatu kedisiplinan siswa dapat diwujudkan dengan
pendekatan yang berbeda. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan salah
satunya adalah pendekatan yang dikemukan oleh Colvin, Kame’enui, and
Sugai yaitu disiplin proaktif sekolah. Disiplin tersebut dapat terwujud dengan
menerapkan bebrapa perilaku positif dan menghindari bebrapa perilaku
negatif diatas.
D. Hasil Belajar Matematika
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa akan menghasilkan
hasil belajar. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalu proses belajar
yang baik pula. Jika proses belajar tidak berjalan dengan optimal akan sulit
30
sekali diharapkan hasil belajar yang baik. Hasil belajar adalah
kemampuan-kamampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.31
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “ hasil ” dan “ belajar ”. pengertian hasil (product) menunujuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secra fungsional.32Nana Sudjana
menyatakan, “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”33 Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang
menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil
belajar tersebut diperlukan seringkali pengukuran menggunakan alat evaluasi
yang baik dan memenuhi syarat.34 Hordward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan
pengertian, (c) sikap dan cita-cita.35 Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan dan intelektual, (c)
strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.36
31
Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Beajar Mengajar,( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), hal 22
32
Purwanto,Evaluasi Hasil Belajar…………..hal. 44
33
Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar………… hal. 22
34
Purwanto,Evaluasi Hasil Belajar…………..44
35
Ibid.,hal. 22
36
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Aplikasi dan Paikem, (Yogyakarta:
Bloom membagi hasil belajar ke dalam beberapa ranah, yaitu ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.37 Berikut ini akan dibahas mengenai ketiga ranah tersebut.
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yaitu :
a. Pengetahuan atau ingatan, yaitu tingkat kemampuan yang hanya
meminta responden atautesteeuntuk mengenal atau mengetahui adanya
konsep, fakta atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat
menilai, atau dapat menggunakannya.38
b. Pemahaman adalah tingkat kemampuan mengharapkan testee mampu
memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.39 c. Aplikasi, yaitu penggunaan pengetahuan yang dimilikinya untuk situasi
konkret.40
d. Analisis, yaitu usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya.41
e. Sintesis, yaitu penyatuan unsur-unsur ke dalam suatu bentuk yang
menyeluruh.42
37
Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses..., hal. 22
38
Ngalim Purwanto,Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hal. 44
39
Ibid.,hal. 45
40
Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses..., hal. 25
41
Ibid.,hal. 27
42
f. Evaluasi, yaitu membuat penilaian tentang suatu pernyataan, konsep,
situasi dan sebagainya berdasarkan kriteria tertentu.43
2. Ranah Afektif , berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu:
a. Penerimaan, merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku dengan
cara membangkitkan kesadaran tentang adanya stimulus tertentu yang
mengandung estetika.44
b. Jawaban atau reaksi, yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulasi yang datang dari luar, mencangkup ketepatan reaksi,
perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang
kepada dirinya.45
c. Penilaian, yaitu menerima suatu objek atau kenyataan setelah seseorang
itu sadar bahwa objek terebut memiliki nilai dengan cara menyatakan
dalam bentuk sikap atau perilaku positif maupun negatif.46
d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi.47
e. Karakterisasi, merupakan sikap dan perbuatan yang secara konsisten
dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang diterimanya.48 3. Ranah Psikomotorik, nerkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan berindak yang meliputi enam aspek yaitu:49
43
Ibid.,hal. 47
44
Hamdani,Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hal. 152
45
Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses..., hal. 30
46
Hamdani,Strategi Belajar ...,hal. 152
47
Ibid.,hal. 153
48
a. Gerakan refleks
b. Keterampilan gerakan dasar
c. Kemampuan perseptual, termasuk membedakan visual, membedakan
auditif, motoris dan lain-lain.
d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya keharmonisan dan ketepatan.
e. Gerakan keterampilan kompleks.
f. Gerakan ekspresif dan interpretatif.
Diantara ketiga ranah tersebut di atas, yang paling banyak dijadikan
patokan guru dalam menilai hasil belajar peserta didik adalah ranah kognitif,
begitu juga dengan hasil belajar matematika yang sering memanfaatkan ranah
kognitif untuk menilai siswanya. Karena dalam ranah kognitif ini, seorang guru
dapat mengukur sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap materi yang
telah diterimanya. Sedangkan untuk ranah yang lain (ranah afektif dan ranah
psikomotorik) dapat dijadikan sebagai pendukung.
Hasil belajar matematika adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia mempelajari pelajaran matematika. Matematika itu sendiri menurut
Kline, merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan secara
bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Lerner
mengungkapkan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia untuk memikirkan,
49
mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.50 Sedangkan menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk
memudahkan berpikir.51
Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem
pendidikan di seluruh dunia. Negara yang mengabaikan pendidikan
matematika sebagai prioritas utama akan tertinggal dari kemajuan segala
bidang (terutama sains dan teknologi), dibanding dengan negara lainnya yang
memberikan tempat bagi matematika sebagai subjek yang sangat penting.52 Mengingat pentingnya matematika ini maka alangkah baiknya jika hasil belajar
matematika di sekolah juga bagus.
Matematika berbeda dengan disiplin ilmu yang lain. Matematika
memiliki bahasa sendiri, yakni bahasa yang terdiri atas simbol-simbol dan
angka.53Dalam materi pembelajaran matematika, banyak menggunakan simbol untuk memudahkan penulisannya. Bukan hanya itu saja, matematika kadang
memanfaatkan tabel-tabel untuk menyederhanakan permasalahan sehari-hari
yang berkaitan dengan matematika.
50
Mulyono Abdurrahman,Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2003), hal. 252
51
Ibid, hal. 252
52
Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani,Mathematical Intelegence Cara Cerdas
Melatih Otak dan Menaggulangi Kesulitan Belajar. (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2009), hal. 41
53
Dalam menilai ataupun mengukur hasil belajar peserta didik termasuk
pelajaran matematika, diperlukan alat penilaian hasil belajar, yakni dapat
berupa tes. Tes tersebut bisa tes berbentuk uraian (esai) maupun tes obyektif.
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada
siswa untuk mendapat jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan (tes lisan),
dalam bentuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes
tindakan).54 Melalui tes tersebut, guru dapat mengetahui sejauh mana penguasaan materi peserta didiknya. Begitu juga dalam mata pelajaran
matematika, yang mempunyai andil besar untuk mengukur hasil belajar peserta
didik adalah ranah kognitif. Apabila guru memberikan tes berupa uraian, maka
guru tersebut dapat mengetahui tingkat penguasaan materi siswa melalui
jawaban yang siswa berikan, namun akan lebih baik jika jawaban tersebut
disertai dengan langkah-langkah penyelesaiannya.
E. Kubus dan Balok
1. Kubus
54
a. Pengertian Kubus
Perhatikan Gambar diatas secara saksama. Gambar tersebut
menunjukkan sebuah bangun ruang yang semua sisinya berbentuk
persegi dan semua rusuknya sama panjang. Bangun ruang seperti
dinamakan kubus. Gambar 2.1 menunjukkan sebuah kubus
ABCD.EFGHyang memiliki unsur-unsur sebagai berikut.55 1) Sisi/Bidang
Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Dari Gambar 2.1
terlihat bahwa kubus memiliki 6 buah sisi yang semuanya
berbentuk persegi, yaitu ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas),
ABFE (sisi depan), CDHG (sisi belakang), BCGF (sisi samping
kiri), danADHE(sisi samping kanan).
2) Rusuk
Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus dan
terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus. Coba perhatikan
kembali Gambar 2.1. Kubus ABCD.EFGH memiliki 12 buah
rusuk, yaituAB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan
DH.
3)
Titik SudutTitik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk. Dari
Gambar 2.1, terlihat kubus ABCD. EFGH memiliki 8 buah titik
sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F, G, dan H. Selain ketiga unsur di
55
Nuniek Avianti Agus, Mudah Belajar Matematika, (Jakarta: Pusat Perbukuan
atas, kubus juga memiliki diagonal. Diagonal pada kubus ada tiga,
yaitu diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang diagonal.
4) Diagonal Bidang
Dari kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.1. Pada kubus tersebut
tarik garis dari titik sudutA keFsehingga terdapat garis AF yang
menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam
satu sisi/bidang. Ruas garis tersebut dinamakan sebagai diagonal
bidang.
5) Diagonal Ruang
Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.1. Pada kubus
tersebut, tarik ruas garis dari H ke B sehingga terdapat ruas garis
HB yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan
dalam satu ruang. Ruas garis tersebut disebut diagonal ruang.
6) Bidang Diagonal
Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.1. Pada gambar
tersebut, terlihat dua buah diagonal bidang pada kubusABCD.
EFGH yaitu AC dan EG. Ternyata, diagonal bidang AC dan EG
beserta dua rusuk kubus yang sejajar, yaitu AE dan CG
membentuk suatu bidang di dalam ruang kubus bidang ACGE
pada kubus ABCD. Bidang ACGE disebut sebagai bidang
diagonal.
b. Sifat-Sifat Kubus
2) Semua rusuk kubus berukuran sama panjang.
3) Setiap diagonal bidang pada kubus memiliki ukuran yang sama
panjang
4) Setiap diagonal ruang pada kubus memiliki ukuran sama panjang.
5) Setiap bidang diagonal pada kubus memiliki bentuk persegi
panjang.
c. Luas Permukaan kubus
Jaring – jarring kubus merupakan 6 buah persegi yang sama dan kongruen maka luas permukaan kubus = luas jaring-jaring kubus
= 6 × (s×s)
= 6 × s2 =L= 6s2
Jadi, luas permukaan kubus dapat dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut Luas Permukaan Kubus = 6s2 d. Volume Kubus
Volume atau isi suatu kubus dapat ditentukan dengan cara mengalikan
panjang rusuk kubus tersebut sebanyak tiga kali. Sehingga volume
kubus = panjang rusuk × panjang rusuk × panjang rusuk
= s × s × s
2. Balok
a. Pengertian Balok
Bangun ruang ABCD.EFGH pada gambar tersebut memiliki
tiga pasang sisi berhadapan yang sama bentuk dan ukurannya, di mana
setiap sisinya berbentuk persegipanjang. Bangun ruang seperti ini
disebut balok. Berikut ini adalah unsur-unsur yang dimiliki oleh balok
ABCD.EFGHpada gambar 2.256 1) Sisi/Bidang
Sisi balok adalah bidang yang membatasi suatu balok. Dari
Gambar 2.2 terlihat bahwa balok ABCD.EFGH memiliki 6 buah
sisi berbentuk persegipanjang. Keenam sisi tersebut adalahABCD
(sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), DCGH (sisi
belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping
kanan). Sebuah balok memiliki tiga pasang sisi yang berhadapan
yang sama bentuk dan ukurannya. Ketiga pasang sisi tersebut
adalah ABFE dengan DCGH, ABCD dengan EFGH, dan BCGF
denganADHE.
2) Rusuk
56
Sama seperti dengan kubus, balok ABCD.EFGH memiliki 12
rusuk. Coba perhatikan kembali Gambar 2.2 secara seksama.
Rusuk-rusuk balok ABCD. EFGH adalah AB, BC, CD, DA, EF,
FG, GH, HE, AE, BF, CG, danHD.
3) Titik Sudut
Dari Gambar 8.12 , terlihat bahwa balokABCD.EFGHmemiliki 8
titik sudut, yaituA, B, C, D, E, F, G, danH.
4) Diagonal Bidang
Perhatikan Gambar 2.2 tarik garis AC antara dua titik sudut yang
saling berhadapan pada satu bidang, yaitu titik sudut A dan titik
sudut C, garis tersebut dinamakan diagonal bidang balok
ABCD.EFGH
5) Diagonal Ruang
Tarik garis CE yang menghubungkan dua titik sudut C dan E
pada balokABCD.EFGH pada Gambar 2.2 garis tersebut disebut
diagonal ruang balok tersebut. Jadi, diagonal ruang terbentuk dari
ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang saling
berhadapan di dalam suatu bangun ruang.
6) Bidang Diagonal
Perhatikan balokABCD.EFGHpada Gambar 2.2. Dari gambar
tersebut Bidang BDHF adalah bidang diagonal balok
ABCD.EFGH.
1) Sisi-sisi balok berbentuk persegipanjang.
2) Rusuk-rusuk yang sejajar memiliki ukuran sama panjang.
3) Setiap diagonal bidang pada sisi yang berhadapan memiliki ukuran
sama panjang.
4) Setiap diagonal ruang pada balok memiliki ukuran sama panjang.
5) Setiap bidang diagonal pada balok memiliki bentuk
persegipanjang.
c. Luas Permukaan Balok
Misalkan, rusuk-rusuk pada balok diberi nama p (panjang), l (lebar),
dan t (tinggi) seperti pada gambar . Dengan demikian, luas permukaan
balok tersebut adalah luas permukaan balok = luas persegipanjang 1 +
luas persegipanjang 2 + luas persegipanjang 3 + luas persegipanjang 4
+ luas persegipanjang 5 + luas persegipanjang 6
= (p × l) + (p × t) + (l × t) + (p × l) + (l × t) + (p × t)
= (p × l) + (p × l) + (l × t) + (l × t) + (p × t) + (p × t)
= 2 (p × l) + 2(l × t) + 2(p × t)
= 2 ((p × l) + (l × t) + (p × t)
= 2 (pl+ lt + pt)
Jadi, luas permukaan balok dapat dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut, Luas permukaan balok = 2(pl + lt + pt)
d. Volume Balok
Volume suatu balok diperoleh dengan cara mengalikan ukuran
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut, Volume balok = panjang ×
lebar × tinggi =p×l×t
F. Penelitian Terdahulu
1. Asmiati Masyhudah dalam penelitiannya tahun 2013 dengan judul
penelitian “Pengaruh Kedisiplinan Siswa terhadap Hasil Belajar
Matematika pada Materi garis Singgung Lingkaran Kelas VIII MTsN
Pulosari Ngunut Tulungagung Semester Genap Tahun Ajaran
2012/2013”. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian tersebut adalah
terdapat pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan siswa terhadap hasil
belajar matematika pada materi garis singgung lingkaran kelas VIII MTsN
Pulosari Ngunut Tulungagung semester genap tahun ajaran 2012/2013
yang ditunjukkan oleh nilai Fhitungsebesar 5,10 sedangkan Ftabel pada taraf
signifikansi 5% adalah 4,13.
2. Rif’atul Aini dalam penelitiannya tahun 2013 denan judul penelitian “Pengaruh Kedisiplinan Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa di MAN 1
Rejotangan Tulungagung Tahun Ajaran 2012/2013”. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah ada pengaruh positif dan signifikan antara
kedisiplinan mengerjakan tugas belajar dengan prestasi belajar dengan
kategori rendah, ada pengaruh positif dan signifikan antara kedisiplinan
kehadiran siswa terhadap prestasi belajar dengan kategori agak rendah, ada
pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan mematuhi tata tertib siswa
signifikan antara kedisiplinan kehadiran belajar siswa terhadap prestasi
belajar dengan kategori rendah.
Tulunga gung Tahun Ajaran 2012/201 3”
G. Kerangka Konseptual Penelitian
Pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar matematika materi
kubus dan balok siswa SMPN 2 Ngunut. Objek sekaligus variabel bebas
dalam penelitian ini adalah kedisiplinan siswa. Sedangkan variabel terikatnya
adalah hasil belajar, dimana variabel bebas (kedisiplinan siswa) merupakan
faktor penentu keberhasilan belajar siswa. Variabel terikat (kedisiplinan
siswa) akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.
H. Asumsi dan Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji
kebenarannya melalui penelitian ilmiah.57Asumsi dan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Terdapat pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar matematika materi kubus dan
balok siswa kelas VIII SMPN 2 Ngunuttahun ajaran 2014/2015”.
57
38
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metodologi penelitan
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan
keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.58 Pnelitian kuantitatif didasari oleh pisitivisme yang menekankan fenomena – fenomena objektif yang dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan angka –angka, pengolahan statistic, struktur dan percobaan terkontrol.59
Definisi lain menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah jenis
penelitian yang menghasilkan penemuan – penemuan yang dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur – prosedur statistic atau cara –
cara lain dari kuantufikasi (pengukuran). Pendekatan kuantitatif memusatkan
perhatian pada gejala –gejala yang mempunyai krakteristik tertentu di dalam kehidupan manusia yang dinamakannya sebagai variabel.60
58
S. Margono,Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hal.
105-106
59
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), hal.53
60
Endang Purwoastuti,Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: PT Pustaka Baru, 2014), hal.
Dari berbagai pengertian penelitian kuantitatif di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang
melibatkan angka (pengumpulan data maupun penganalisaan) dalam menguji
sebuah teori sehingga didapatkan fakta empiris mengenai pembenaran
maupun penolakan teori tersebut. Sedangkan dalam penelitian ini, akan diuji
suatu teori mengenai pengaruh kecerdasan intelektual dan motivasi terhadap
hasil belajar matematika. Berdasarkan bukti empiris yang diperoleh dari
lapangan maka teori tersebut dapat diterima ataupun ditolak.
2. Jenis Penelitian
Penelitian kuantitatif dapat berupa penelitian hubungan atau penelitian
korelasi, penelitian kuasi-eksperimental, dan penelitian eksperimental.61 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional.
Penelitian korelasional adalah penelitian yang ditujukan untuk mengetahui
hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Hubungan antara satu
dengan beberapa variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi
dan keberartian (signifikansi) secara statistik.62
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
yaitu kedisiplinan siswa terhadap variabel terikat hasil belajar matematika
serta dilanjutkan dengan menghitung seberapa besar pengaruh antar variabel
tersebut.
62
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
B. Populasi, Sampling dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Peneliti dapat melaksanakan penelitian yang bersifat penelitian
populasi maupun penelitian sampel. Secara sederhana, popalsi dapat diartikan
sebagai berikut.63
a. Pupulasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
b. Populasi adalah kesimpulan dari individu dengan kualitas serta ciri –
ciri yang ditetapkan.
c. Sekumpulan objek yang lengkap dan jelas.
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari
manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai
sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.64 Populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa
orang, benda, kejadian, nilai maupun hal – hal yang terjadi.65 Populasi juga dibedakan atas populasi target dengan populasi terukur atau accessable
population. Populasi terukur adalah populasi yang secra ril dijadikan dasar
dalam penentuan sampel, dan secara langsung menjadi lingkup sasaran
keberlakuan kesimpulan. Populasi target adalah populasi yang dengan alas an
63
Subana, Moerstyo Rahadi dan Sudrajat, Statistik Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2005), hal. 24
64
Ibid, hal. 24
65
yang kuat (reasonable) memiliki kesamaan karakteristik dengan populasi
terukur.66
Berdasarkan jenisnya, populasi dibagi menjadi dua sebagai berikut:67 a) Populasi Terbatas
Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara
kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya.
b) Populasi Tak Terbatas
Populasi tak terbatas yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan
batasan-batasannya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah.
Sedangkan populasi dalam penelitian ini yaitu populasi terbatas yaitu
seluruh siswa kelas VIII terdiri 10 kelas yang berjumlah sekitar 300 siswa di
SMPN 2 Ngunut. Populasinya terdiri dari siswa kleas VIII A, VIII B, VIII C,
VIII D, VIII E, VIII F, VIII G, VIII H, VIII I, DAN VIII J.
2. Sampling
Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dan
biasanya mengikuti teknik atau jenis sampling yang digunakan. Manfaat
sampling sangta besar diantaranya, dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga,
dapat memperluas ruang lingkup, dan dapat meningkatkan ketelitian.68Teknik Sampling terdiri dari berbagai macam, antara lain yaitu: random sampling,
66
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), hal. 250-251
67
Riduwan,Metode dan Teknik Menyusun Thesis,(Bandung: Alfabeta, 2006 ), hal. 55
68
stratified sampling, quota sampling, purposive sampling, area sampling,
cluster sampling, sampel insidental.69
Penelitian ini menggunakan non problability sampling yaitu teknik
sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk diplih menjadi sampel.70
Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu
Purposive Sampling. Purposive sampling adalah suatu cara pengambilan
sampel yang berdasarkan pada pertimbangan dan atau tujuan tertentu, serta
berdasarkan ciri – ciri atau sifat – sifat tertentu yang sudah diketahui sebelumnya.71 Peneliti menggunakan teknik sampling purposive sampling dengan alasan sekolah memberikan batasan untuk pengambilan sampel
penelitian dan hal ini sudah sesuai dengan pertimbangan pihak sekolah.
3. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat
juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini (miniatur
population). Suatu sampel yang representative adalah sampel yang anggotnya
dapat diambil secara random. Penyelidikan melalui sampel dilakukan dengan
beberapa pertimbangan antara lain karena populasinya tak terhingga (infinite
population), artinya keseluruhan objek penelitian itu jumlahnya tak terhingga.
Alasan lain adalah walaupun populasinya terhingga , sensus belum tentu
dapat dilkukan, mengingat sempitnya waktu, terbatasnya biaya dan tenaga,
69
Ibid, hal. 217-223
70
Ahmad Tanzeh,Pengantar Metode Penelitian,(Yogyakarta: Teras, 2009) hal. 94
71
serta factor ekonomis lainhya, sehingga penyelidikan sampel harus
dilakukan.72
Berdasarkan tekning sampling diatas sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VIII- A yang berjumlah 29 siswa di SMPN 2
Ngunut.
C. Sumber Data, Variabel dan Skala Pengukuran
1. Sumber Data
Data adalah sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran
tentang suatu keadaan atau masalah, baik yang berupa angka-angka
(golongan) maupun yang berbentuk kategori, seperti baik, buruk, tinggi,
rendah, dan sebagainya.73
Sumber data ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder.
a. Sumber data primer merupakan pengambilan data yang himpun
langsung oleh peneliti.74 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMPN 2 Ngunut.
b. Sumber sekunder adalah pengambilan data yang dihimpun melalui
tangan kedua.75 Maksudnya adalah data tersebut dihimpun peneliti secara tidak langsung. Sumber data sekunder dalam penelitian ini
72
Ibid, hal. 215-217
73
Subana, Moerstyo Rahadi dan Sudrajat,Statisti Pendidikan...,hal. 25
74
Riduwan,Belajar Mudah...., hal. 69
75
adalah kepala sekolah, guru, dokumen mengenai hasil belajar
matematika serta dokumen lain yang mendukung.
2. Variabel
Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut.76 Variabel merupakan sesuatu yang nilainya berubah-ubah atau berbeda-beda, biasanya diberi simbol huruf X atau Y.77 Namun demikian, pemberian simbol huruf tidak harus selalu menggunakan simbol X dan Y ,
tetapi tergantung pada keinginan peneliti. Pada penelitian ini, variabel yang
digunakan sebagai berikut:
a. Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang membawa pengaruh
bagi variabel bebas. Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas, yaitu
Kedisiplinan Siswa (X1).
b. Variabel Dependen (terikat) adalah variabel yang mendapat pengaruh dari
variabel bebas, dalam penelitian ini terdapat satu variabel terikat yaitu
hasil belajar matematika materi kubus dan balok (Y).
76
Endang Purwoastuti, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: PT Pustaka Baru, 2014), hal.
44
77
3. Skala Pengukuran
Skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat
mengukur,karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka-angka.78 Maksud dari penggunaan skala pengukuran ini adalah untuk
mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan
dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya.79 Skala pengukuran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert
untuk angket motivasi dan menghasilkan data interval.
Skala likert digunakan peneliti untuk mengetahui kedisiplinan siswa.
Untuk mengetahui kedisiplinan siswa, peneliti mengajukan beberapa
pernyataan (dalam angket) yang harus dijawab oleh responden. Berikut
adalah tabel pernyataan dalam angket dan kriteria pemberian skor pada
angket.
Tabel 3.1 Pernyataan Angket Kedisiplinan Siswa
Item Pernyataan
Positif Negatif
1. Mengetahui peraturan–peraturan di sekolah 2. Ketepatan kehadiran siswa
3. Mengenakan seragam
4. Hukuman pelanggaran peraturan di sekolah 5. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler 6. Mengikuti upacara hari senin
7. Penampilan siswa
8. Penyalahgunaan dana sekolah
9. Perilaku/ siakp siswa
Tabel Berlanjut…………
78
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), hal. 225
79
LanjutanTabel…………
10.Konsistensi siswa pada saat jam pulang
sekolah
11.Perusakan fasilitas sekolah
12.Mengetahui peraturan–peraturan di kelas 13.Berdo’a sebelum belajar
14.Mengerjakan PR
15.Mengerjakan tugas
16.Mencontek ulangan
17.Melaksanakan piket bersih kelas
18.Keterangan tidak hadir dalam kelas
19.Makan dalam kelas
20.Membuat gaduh
21.Izin keluar kelas
Tabel 3.2 Kriteria Pemberian Skor Angket Kedisiplinan Siswa
No. Pilihan Jawaban Pernyataan
Positif Negative
1 Setuju/ Ya 2 0
2 Kurang Setuju/ kadang–kadang 1 1
3 Tidak Setuju/ Tidak 0 2
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrument Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan teknik dokumentasi. Teknik tersebut digunakan
peneliti, karena fenomena yang alami akan lebih dimengerti maknanya secara
baik apabila digunakan multi instrument. Tujuannya agar data yang
terkumpul dan kesimpulan yang diperoleh tidak hanya dari satu sumber tetapi
dari berbagai sumber. Maka dari itu penulis menggunakan metode yang
a. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang
lain di mana mereka bersedia memberikan respon sesuai dengan
permintaan peneliti. 80 Dengan demikian, daftar pertanyaan maupun pernyataan yang dibuat oleh peneliti tersebut akan disebarkan kepada
responden untuk selanjutnya mereka jawab. Pada penelitian ini,
angket digunakan untuk mengetahui kedisiplian siswa.
b. Metode test
Tes ialah sehimpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau
pernyataan-pernyataan yang harus dipilih, ditanggapi, atau tugas yang
harus dilakukan oleh orang yang dites (testee) dengan tujuan untuk
mengukur suatu aspek (perilaku/atribut) tertentu dari orang yang dites
tersebut.81
Dengan metode inilah peneliti mendapatkan data atau hasil
berupa nilai hasil belajar peserta didik, yang nantinya data ini akan
diolah untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan siswa dan jenis
kelamin terhadap hasil belajar matematika siswa kels VIII SMPN 2
Ngunut.
c. Metode Observasi
80
Riduwan,Metode dan Teknik ...,hal. 55
81
Sumarna Surapranata,Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004,
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis,
logis, objektif, dan rasional mengenai bernagai fenomena baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun maupun dalam situasi buatan untuk
mencapai tujuan tertentu. Tujuan utama observasi yaitu.82
Bentuk dan alat observasi berupa pedoman observasi belajar
mengajar, soal tes, format penilaian kepuasan (angket), umpan balik
siswa, perekam elektronik dan sejenisnya. Dalam observasi ada empat
metode, yaitu: observasi terbuka, observasi terfokus, observasi
terstruktur, observasi sistematis.83
Untuk memaksimalkan hasil observasi, biasanya peneliti akan
menggunakan alat bantu yang sesuai dengan kondisi lapangan.
Diantara alat bantu observasi tersebut misalnya termasuk, buku
catatan dan chek list yang berisi objek yang perlu mendapat perhatian
lebih dalam pengamatan. Alat lain yang juga penting yaitu kamera,
film proyektor, dan sebagainya.84 d. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data
langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan,
peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter,
82
Zaenal Arifin,Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Rosdakarya, 2012), hal. 231
83
Ibid, hlm. 58-59
84
serta data lain yang relevan dalam penelitian.85 Dalam penelitian ini, peneliti memanfaatkan dokumen-dokumen yang ada pada lokasi
penelitian untuk keperluan penelitianmeliputi: data jumlah siswa,
daftar nama siswa, serta nilai hasil ulangan matematika siswa kelas
VIII SMPN 2 Ngunut, dan juga melakukan dokumentasi melalui
pengambilan foto maupun video selama proses pembelajaran.
2. Instrument Penelitian
Instrumen merupakan kmponen kunci dalam penelitian. Oleh karena
itu, instrumen harus dibuat dengan sebaik-baiknya.86 Dalam penelitian ini,instrumen yang yang digunakan oleh peneliti antara lain:
a. Pedoman Observasi, yaitu alat bantu yang digunakan peneliti ketika
mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomene yang diselidiki.
b. Pedoman Dokumentasi, yaitu alat bantu yang digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data-data dan arsip dokumentasi maupun buku
kepustakaan yang terkait dengan variabel
c. Soal Tes, yaitu alat bantu yang berupa soal-soal tes tertulis yang
digunakan untuk memperoleh nilai sebagai alat ukur penelitian.
Adapun soal-soal tes tertulis yang akan digunakan untuk instrumen
pengumpulan datanya berbentuk soal uraian dan sebelumnya soal-soal
tes tersebut yang terlebih dahulu diuji cobakan. Uij coba dilakukan
untuk menngetahui validitas dan reliabilitas soal-soal tes tersebut.
85
Riduwan,Belajar Mudah Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 77
86
d. Pedoman Angket
Pedoman angket merupakan suatu alat untuk membantu dan
memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data. Alat bantu yang
dimaksud adalah pernyataan maupun pertanyaan yang tertulis dalam
lembaran yang kemudian dijawab oleh responden. Sebelum angket
digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data, maka sebaiknya
angket harus memenuhi dua syarat yaitu valid dan reliabel.
1) Validitas
Validitas adalah suatu derajat ketetapan instrumen (alat ukur),
maksudnya apakah nstrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk
mengukur apa yang akan diukur.87 Menentukan validitas alat ukur pada penelitian ini adalah menggunakan korelasi product moment
dengan simpangan yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:
= ( ) ( )( )
{ ( ) } { ( ) }
88
Keterangan:
= Koefisien Korelasi
n = Jumlah responden
= Jumlah skor item
87
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode..., hal 245
88
= Jumlah skor total (seuruh item)
Namun demikian, uji validitas instrumen akan lebih mudah
jika menggunakan alat bantu SPSS. Dengan kriteria pengujian sebagai
berikut:89
a. Jikar hitung<r tabelmaka item tidak valid.
b. Jikar hitung>r tabelmaka item valid.
2) Reliabilitas
Reliablitas adalah derajat konsistensi instrumen yang
bersangkutan. Reliabilitas berkenaa dengan pertanyaan, apakah suatu
instrumen apat dipercaya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Suatu nstrumen dapat dikatakan reliabel jika selalumemberikan hasil
yang sama jika diujikan paa kelompok yang sama pada waktu atau
kesempatan yang berbeda.90 Dalam penelitian ini, reliabilitas instrumen dapat diukur menggunakan metode Alpha, dengan rumus
sebagai berikut:
=
( 1) 1 ( )
91
89
Duwi Prayitno, 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17, (Yogyakarta: C. V Andi
Offset, 2009), hal. 120
90
Ibid., hal. 248
91