• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMTAIKA MATERI KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII SMPN 2 NGUNUT TAHUN AJARAN 2014/ 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMTAIKA MATERI KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII SMPN 2 NGUNUT TAHUN AJARAN 2014/ 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam kehidupan

manusia. Penyelenggaraan pendidikan formal maupun informal harus di

sesuaikan dengan perkembangan. Penyelenggaran pendidikan tidak lepas dari

tujuan pendidikan yang hendak di capai, karena tercapai atau tidaknya tujuan

pendidikan merupakan tolak ukur dari keberhasilan penyelenggaran

pendidikan.

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani Padagogieyang terbentuk dari

kata pais yang berarti anak dan again yang berarti membimbing. Dari arti

kata itu maka dapat didefinisikan secara leksikal bahwa pendidikan adalah

bimbingan/ pertolongan yang diberikan pada anak oleh orang dewasa secara

sengaja agar anak menjadi dewasa.1

Sesuai dengan Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

1

(2)

2

Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang

berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan.

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil suatu kelompok

manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk

maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.

Karena dalam pendidikan manusia akan memperoleh Ilmu Pengetahuan. Ilmu

merupakan hal yang paling utama dalam kehidupan manusia. Sebab suatu

tindakan yang dilakukan harus berdasar pada ilmu agar mencapai suatu

kesuksesan. Orang yang berilmu dapat meraih posisi tinggi dalam hidup, baik

dari segi sosial, ekonomi, maupun harkat dan martabatnya. Demikian juga

dalam kehidupan sehari-hari, barang yang kita gunakan juga dibuat karena

ada ilmu. Untuk memperoleh kepandaian atau ilmu yang ia inginkan, manusia

harus belajar.

Ilmu pengetahuan mencangkup berbagai macam bidang kajian, salah

satunya adalah ilmu matematika. Ilmu matematika sangat berguna dalam

kehidupan manusia. Ilmu matematika sangat berguna dalam kehidupan

manusia. Hal ini didukung oleh pendapat Paling yang mengatakan bahwa

matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah

yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan

2

(3)

pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, serta menggunakan pengetahuan

tentang menghitung.3 Oleh karena itu suatu pendidikan baik itu pendidikan umum ataupun khusus pendidikan matematika dipandang merupakan salah

satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi

mendatang. Mengingat pentingnya matematika, tidaklah mengherankan jika

matematika dijadikan sebagai pelajaran wajib disemua jenjang sekolah.

Meskipun matematika sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun

hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika masih bervariasi, ada yang

memuaskan, sedang, dan kurang memuaskan. Mata pelajaran matematika

sering kali dianggap sulit, karena matematika merupakan ilmu yang pasti.

Sehingga peserta didik cenderung tidak menyukai mata pelajaran matematika

dan hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik itu sendiri.

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, keterampilan, dan sikap.4 Dengan belajar, manusia diharapkan memiliki kompetensi serta keterampilan tertentu yang dapat menunjang

kehidupannya di dunia. Bukan hanya kompetensi dan keterampilan saja,

namun melalui kegiatan belajar ini diharapkan sikap manusia juga dapat

berkembang ke arah yang lebih baik.

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui

seberapa jauh seseorang mnguasai bahan yang sudah diajarkan. Menurut

3

Mulyono Abdurrahman,Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : Rineka

Cipta, 2003), hal. 252

4

(4)

Winkel, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah

dalam sikap dan tingkah lakunya.5 Tingkah laku manusia dapat dilihat dari kedisiplinan yang dimilikinya. Kedisplinan siswa merupakan suatu sikap

ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara yang berlaku yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir

dan batin, serta penuh tanggung jawab, sehingga timbul rasa malu terkena

sangsi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.6 Dengan demikian idealnya siswa disiplin dalam belajar maupun dalam melaksanakan tata tertib

sekolah, disiplin dalam hidup bermasyarakat dan bernegara serta disiplin

dalam beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kedisiplinan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki

oleh peserta didik. Hal ini dikarenakan perilaku peserta didik diukur dari

kedisiplinan sehingga mampu mengontrol perilaku mereka di kelas maupun

di sekolah. Kedisiplinan atau disiplin ialah tindakan yang menunjukkan

perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan

dapat dilakukan dan diajarkan pada anak di sekolah maupun di rumah dengan

cara membuat semacam peraturan atau tata tertib yang wajib dipatuhi oleh

setiap anak.7

Kedisiplinan dapat juga menjadi aspek pendukung pencapaian hasil

belajar. Dalam proses pembelajaran sikap disiplin dapat menjadi penentu

5

Purwanto,Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hal. 44-45

6

Gerakan Disiplin Nasional, dalamMimbar Pembangunan Agama,No.105/Juni, (Kantor

Departemen Agama Jawa Timur, 1995), hal. 72

7

Muhammad Fadillah dan Lilik Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia

(5)

hasil belajar bagi peserta didik. Hal ini dapat kita lihat dari nilai yang

diperoleh, peserta didik yang disiplin cenderung mendapatkan nilai yang

lebih bagus dibandingkan dengan peserta didik yang kurang disiplin. Tetapi

tidak menutup kemungkinan peserta didik yang kurang disiplin mendapatkan

nilai yang bagus. Dapat kita simpulkan peserta didik yang tertib dan patuh,

baik dalam belajar maupun tata tertib sekolah merupakan peserta didik yang

rajin. Hal ini memungkinkan peserta didik tersebut mendapatkan hasil belajar

yang baik dan memuaskan.

Seringkali kejadian di sekolah menunjukkan banyak peserta didik

yang kurang disiplin. Banyak dari mereka yang melakukan pelanggaran –

pelanggaran atas aturan atau tata tertib yang telah dibuat oleh sekolah.

Mereka cenderung berperilaku yang menunjukkan sikap kurang disiplin

seperti halnya, datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak mengikuti kegiatan

di sekolah, mencontek ketika ulangan, dan lain sebagainya.

Dengan berbagai permasalahan tersebut perlu diadakan suatu

Penelitian. Dalam penelitian ini akan dibahas pengaruh antara kedisiplinan

siswa terhadap hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis akan

mengadakan penelitian denga judul PENGARUH KEDISIPLINAN

SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

(6)

B. Identifikasi Masalah

Kehidupan manusia tidak terlepas dari ilmu, baik yang diperoleh

melalui pengalaman pribadi, melalui pengalaman bermasyarakat ataupun yang

diperolehnya di bangku sekolah. Di era globalisasi yang semuanya serba

modern, ilmu mulai berkembang sangat pesat. perkembangan ilmu yang pesat

ini juga diikuti dengan banyaknya sekolah yang ada di berbagai belahan dunia,

termasuk di Indonesia. Di sekolah inilah manusia memperoleh ilmu melalui

kegiatan belajar. Kegeiatan belajar dilakukan antara pendidik dan peserta didik,

dengan tujuan agar ilmu pengetahuan manusia menjadi berkembang.

Pencapaian hasil belajar bervariasi karena dipengaruhi oleh beberapa

faktor baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi bakat,

minat, motivasi, kemampuan kognitif, kretif, dan sebagainya. Sedangkan faktor

eksternal meliputi faktor alam sosial dan instrumental.8

Berdasarkan banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar

peseta didik, maka peneliti akan mengambil beberapa faktor saja yang akan

dijadikan sebagai bahan penelitian. Peneliti akan mengambil salahsatu factor

yaitu kedisiplinan siswa, sebagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar

siswa, dengan mengacu pada permasalahan berikut:

1. Pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar matematika siswa,

2. Besarnya pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar matematika

siswa.

8

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal.

(7)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan dicari

solusinya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar matematika

materi Kubus dan Balok siswa kelas VIII SMPN 2 Ngunut?

2. Seberapa besar pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar

matematika materi kubus dan balok siswa kelas VIII SMPN 2 Ngunt?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka

penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil

belajar siswa materi Kubus dan Balok kelas VIII SMPN 2 Ngunut.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kedisiplinan siswa terhadap

hasil belajar matematika materi kubus dan balok kelas VIII SMPN 2

Ngunut.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas masalah yang diteliti dapat

diajukan hipotesa penelitian sebagai berikut:

“Ada pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar matematika

pada materi kubus dan balok siswa kelas VIII SMPN 2 Ngunut tahun ajaran

(8)

F. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu

pengetahuan yang berkaitan tentang seberapa besar pengaruh kedisiplinan

siswa terhadap hasil belajar matematika siswa SMPN 2 Ngunut.

2. Secara Praktis

a. Bagi Peserta Didik

Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar jika mengetahui pengaruh

kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar mereka.

b. Bagi Pendidik

Pendidik dapat mengetahui tingkat kemampuan peserta didiknya

ditinjau dari kedisiplinan siswa peserta didik.

c. Bagi Sekolah

1) Mengetahui seberapa besar pengaruh kedisiplinan siswa terhadap

hasil belajar matematika siswa SMPN 2 Ngunut.

2) Sebagai penentu kebijakan dalam usaha meningkatkan hasil belajar

siswa khususnya mata pelajaran matematika.

G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup pada penelitian dengan judul “Pengaruh

Kedisiplinan Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Kubus dan

(9)

a. Kedisiplinan Siswa

Kedisiplinan atau disiplin ialah tindakan yang menunjukkan perilaku

tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan

dapat dilakukan dan diajarkan pada anak di sekolah maupun di rumah

dengan cara membuat semacam peraturan atau tata tertib yang wajib

dipatuhi oleh setiap anak.9 b. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “ hasil ” dan “ belajar ”. pengertian hasil

(product) menunujuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu

aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secra

fungsional.10 Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah

diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan

seringkali pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan

memenuhi syarat.

2. Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian sebagaimana diatas, maka selanjutnya

peneliti membatasinya agar tidak terjadi pelebaran pembahasan.

Adapun pembatasan penelitian yang dimaksud adalah:

9

Muhammad Fadillah dan Lilik Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia

Dini: Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD…………..hal. 192

10

(10)

a. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdiri dari siswa

kelas VIII.

b. Data penelitian diperoleh dari siswa kelas VIII A SMPN 2 Ngunut.

c. Hasil belajar matematika sebagai variabel terikat dipengaruhi oleh

banyak variabel. Pada penelitian ini hanya mengambil dua variabel saja

yaitu kedisiplinan siswa dan jenis kelamin.

H. Definisi Oprasional

Definisi dari ruang lingkup yang telah ditulis diatas adalah sebagai

berikut.

1. Pengaruh Kedisiplinan siswa

Pengaruh Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran matematika berupa:

pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar siswa materi Kubus

dan Balok.

2. Kubus dan Balok

Kubus dan Balok merupakan materi yang diajarkan di SMP kelas

VIII, materinya meliputi Mengenal Bangun Ruang, Model Kerangka

serta Jaring – jaring Kubus dan Balok, dan Luas Permukaan serta Volume Kubus dan Balok.

3. Sistematika Pembahasan

(11)

1. Bagian awal

Terdiri dari judul, halaman persetujuan pembimbing, pengesahan dewan

penguji, persembahan, motto, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel.

2. Bagian Isi

a. Bagian pendahuluan tercantum pada bab 1.

Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, sistematika

pembahasan.

b. Bagian ini tercantum pada bab 2 dan 3.

Pada bab 2 terdiri dari uraian penjelasan tentang matematika,

kedisiplinan, belajar, dan hasil belajar siswa serta materi Kubus dan

Balok.

c. Pada bab 3 terdiri dari penjelasan tentang pendekatan dan jenis

peneltian, populasi, sampling, dan sampel penelitian, sumber data,

variabel dan sksala pengukuran, teknik pengumpulan data dan

instrumen penelitian, analisis data.

3. Bagian Penutup

Bagian penutup tercantum dalam bab 4 dan 5 terdiri dari hasil laporan

penelitian, diskripsi singkat keadaan objek, pembahasan laporan

penelitian, kesimpulan dan saran

4. Bagian Akhir

Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran, foto-foto kegiatan

(12)

12

A. Matematika

Matematika, menurut Rusffendi, adalah bahasa simbol; ilmu deduktif

yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola

keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsure yang tidak

didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan

akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi , yaitu

memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir

yang deduktif.11

Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami

siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama

dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola

tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran

melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau

mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.12

Matematika itu sendiri menurut Kline, merupakan bahasa simbolis

dan ciri utamanya adalah penggunaan secara bernalar deduktif, tetapi juga

tidak melupakan cara bernalar induktif. Lerner mengungkapkan bahwa

matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa

11

Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar,(Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007), hlm. 1

12

(13)

universal yang memungkinkan manusia untuk memikirkan, mencatat, dan

mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.13 Sedangkan menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang

fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan

keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.14 Berdasarkan definisi di atas , peneliti mempunyai gambaran tentang

apa matematika itu, dengan menggabungkan pengertian dari

pendapat-pendapat tersebut. Semua pendapat-pendapat tersebut dapat kita terima, karena sampai

saat ini tidak ada yang mendefinisikan matematika secara tunggal.

Matematika dapat ditinjau dari yang paling sederhana sampai pada yang

paling kompleks. Dengan demikian dapat dikatakan secara singkat bahwa

matematika adalah ilmu yang bersifat deduktif, ilmu tentang kuantitas, dan

digunakan untuk menentukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi

manusia. Untuk bisa memahami atau menguasai materi matematika tidak

hanya cukup dengan membacanya, tapi harus mampu menelaah atau mengerti

apa yang ada di dalamnya

B. Belajar

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar

adalah aktifitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif engan

13

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hal. 252

14

(14)

lingkungan yang menghasilkan perubahan – perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.15 Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar sebagai berikut.16

1. James O. Whitaker mengartikan belajar sebagai proses ketika perilaku

dimunculkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

2. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa belajar adalah proses ketika

tingkah laku dimunculkan atau diubah melalui praktik atau latihan.

Jadi belajar dapat diartikan sebagai sebuah proses yang didalamnya

dilakukan berbagai pengalaman untuk menangkap suatu isi dan pesan dalam

jangka waktu tertentu yang dapat membawa perubahan diri yang tecermin

dalam perilakunya. Dalam proses belajar juga dilibatkan berbagai komponen

antara lain pengajar (guru), pembelajar (peserta didik), materi belajar, waktu

belajar, dan tempat belajar.17

Seorang dapat mengamati perilaku orang yang telah belajar setelah

membandingkannya dengan keadaan sebelum belajar. Jika ada perubahan

setelah proses belajar, dapat dikatakan ia telah belajar. Jika pada hakikatnya

proses belajar adalah perubahan perilaku, ada beberapa perubahan tertentu

yang dapat dimasukkansebagai ciri–ciri belajar sebagai berikut.18 1. Perubahan yang terjadi secara sadar.

2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.

15

Purwanto,Evaluasi Hasil Belajar…………..hal. 38-39

16

Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasinya untuk Menciptakan

Kelas yang Kondusif, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 17

17

Ibid, hal. 18

18

(15)

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

5. Perubahan dalam belajar bertujuab dan terarah.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Berdasarkan beberapa gambaran definisi diatas penulis menyimpulkan

bahwa belajar adalah diperolehnya pengetahuan dan sikap yang baru dimana

situasi muncul atau berubah karena adanya respon terhadap situasi.

C. Kedisiplinan

1. Pengertian Kedisiplinan

Kedisiplinan terkait erat dengan pengetahuan dan perilaku yang

positif, seperti kebenaran, kejujuran, tanggung jawab, tolong menolong, kasih

sayang, patuh atau taat, serta hormat kepada guru. Kata disiplin sendiri

sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu disciplina dan discipulus yang

berarti perintah dan peserta didik. Jadi disiplin dapat dikatakan sebagai

perintah seorang guru kepada peserta didiknya. Kemudian dalam New World

Dictionary disiplin diartikan sebagai latihan untuk mengendalikan diri,

karakter, atau keadaan yang tertib dan efisien.19

Kedisiplinan atau disiplin ialah tindakan yang menunjukkan perilaku

tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan dapat

dilakukan dan diajarkan pada anak di sekolah maupun di rumah dengan cara

19

(16)

membuat semacam peraturan atau tata tertib yang wajib dipatuhi oleh setiap

anak.20

Sementara itu beberapa ahli mengemukakan pengertian disiplin

sebagai berikut.21

a. The Liang Gie mengartikan disiplin sebagai suatu keadaan tertib yang

mana orang – orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan–peraturan yang telah ada dengan senang hati.

b. Good’s dalam Dictionary of Education mengartikan disiplin sebagai berikut.

1) Proses atau hasil pengamatan atau pengendalian keinginan,

motivasi atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk

mancapai tindakan yang lebih efektif.

2) Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif, dan diarahkan sendiri

walaupun menghadapi hambatan.

3) Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan

hukuman atau hadiah.

4) Pengekangan dorongan dengan cara yang tidak nyaman bahkan

menyakitkan.

Dari berbagai pengertian diatas maka disiplin dapat diartikan sebagai

tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

20

Muhammad Fadillah dan Lilik Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia

Dini: Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 192

21

Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasinya untuk Menciptakan

(17)

ketentuan dan peraturan baik di sekolah, di rumah maupun di sebuah

organisasi, yang mana semua yang terikat oleh disiplin akan melakukannya

dengan senag hati.

Disiplin itu sendiri memiliki beberapa kriteria. Menurut Ali Imron

disiplin dibagi menjadi tiga, yaitu:22

a. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsepotoritarian.

Menurut konsep ini peserta diik dikatakan memiliki kedisiplinan yang

tinggi jika mau duduk tenang sambil memperhatikan penjelasan guru saat

guru sedang mengajar.

b. Disiplin yang dibangun berdasarkan konseppermissive.

Menurut konsep ini peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas –

luasnya di dalam kelasnya. Tata tertib atau aturan – aturan di kelas dilonggarkan dan tidak perlu mengikat peserta didik.

c. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan terkendali atau

kebebasan yang bertanggung jawab.

Disiplin demikian memberikan kebebasan seluas – luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan

itu haruslah ia tanggung. Konsep ini merupakan konvergensi antara

konsepotoritariandanpermissive.

Menurut konsep kebebasan terkendali ini peserta didik memanglah

diberikan kebebasan, tetapi peserta didik tidak diperbolehkan

22

Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasinya untuk Menciptakan

(18)

menyalahgunakan kebebasan tersebut. Kebebasan jenis ketiga ini juga

umunya disamakan dengan istilah kebebasan terbimbing. Terbimbing karena

dalam menerapkan kebebasan tersebut diaksentualisasikan kepada hal – hal yang konstruktif. Manakala arah tersebut berbalik atau berbelok ke hal – hal yang destruktif maka dibimbing kembali kearah yang konstruktif.

Berdasarkan beberapa kriteria disiplin diatas menurut peneliti kriteria

disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan terkendali atau

kebebasan yang bertanggung jawab. Seperti yang telah dijelaskan diatas

kriteria ini memberikan kebebsan yang seluas – luasnya kepada siswa akan tetapi siswa segala konsekuensinya ditanggung oleh siswa. Hal ini dapat

memberikan kenyamanan pada siswa karena siswa tidak terlalu terkekang

oleh aturan. Kriteria ini memberikan kebebasan yang terbimbing sehingga

apabila siswa melakukan kesalahan kan dibimbing kembali kearah yang

benar.

Mendisiplinkan anak pada dasarnya mengajarkan anak untuk

bertindak secara sukarela berdasarkan suatu rangsangan peraturan dan tata

tertib yang membatasi, terlepas apakah kelakuan itu diterima atau tidak.

dalam pembinaan disiplin anak diperlukan 3 elemen berikut:

1. Pendidikan

Anak diajarkan mengenal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

2. Penghargaan

Ini berupa pujian, hadiah atau perlakuan khusus setelah anak melakukan

(19)

3. Hukuman

Hukuman hanya boleh diberikan bila anak dengan sengaja melakukan

kesalahan.

Berapapun usia anak, ketiga elemen diatas harus desertakan dalam

latihan kedisiplinan. Elemen petama dan kedua, ditekankan bila anak masih

berusia dini, sedangkan unsur ketiga diterapkan saat anak sudah lebih besar.23 Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu, ia harus

ditanam secara terus menerus kepada peserta didik. Jika disiplin ditanamkan

secara terus menerus maka disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi

peserta didik. Orang–orang yang berhasil dalam bidangnya masing–masing umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal,

umumnya tidak disiplin.24 Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah,

tanpa ada pelanggaran – pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah

secara keseluruhan.25

Disiplin juga memerlukan suatu proses belajar, perlu upaya dari

orangtua, hal ini dapat dilakukan dengan cara:

1. Melatih anak untuk berdisiplin.

2. Membiasakan diri berperilaku sesuai nilai–nilai moral dan etika.

23

Suryadi,Kiat Jitu dalam Mendidik Anak, (Jakarta: Edsa Mahkota, 2006), hal. 71

24

Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2012), hal. 172

25

(20)

3. Adanya kontrol orangtua dalam mengembangkan disiplin.

Orang tua juga dituntut untuk membina anak agar dapat memebaca

perilaku – perilaku mereka. ketiga upaya diatas disebut dengan kontrol eksternal. Kontrol yang terbuka dan demokratis ini memudahkan anak untuk

menginternalisasikan nilai – nilai moral. Setiap upaya yang dilakukan orangtua dalam membantu mengembangkan disiplin anak harus didahului

oleh tampilnya hal berikut:26 1. Perilaku yang patut dicontoh.

2. Kesadran orang tua ditularkan pada anak.

3. Penataan lingkungan fisik.

Disiplin sangat penting ditanamkan pada anak baik di rumah maupun

di sekolah atau dimanapun anak itu berada. Menurut Soemarmo, sekolah

adalah sumber disiplin dan tempat berdisiplin untuk mencapai ilmu

pengetahuan yang dicita-citakan. Di dalam tata tertib tersebut diatur

mengenai hak dan kewajiban siswa, larangan, dan sanksi-sanksi. Dalam tata

tertib sekolah disebutkan bahwa siswa mempunyai kewajiban:27

a. Harus bersikap sopan dan santun, menghormati Ibu dan Bapak Guru,

pegawai dan petugas sekolah baik di sekolah maupun di luar sekolah.

b. Harus bersikap sopan dan santun, menghormati sesama pelajar, baik di

dalam sekolah maupun di luar sekolah.

c. Menggunakan atribut sekolah sekolah.

26

Suryadi,Kiat Jitu dalam Mendidik Anak………, hal. 73 27

http://afa-belajar.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-bentuk-kedisiplinan-di.html

(21)

d. Hadir tepat waktu.

e. Patuh kepada nasihat dan petunjuk orang tua dan guru.

f. Tidak dibenarkan untuk meninggalkan kelas sekolah kecuali mendapat ijin

khusus dari guru kelas dan Kepala Sekolah.

Sedangkan Colvin, Kame’enui, and Sugai menyajikan kasus mengenai

perlunya sekolah – sekolah umum mengambil pendekatan disiplin sekolah dengan cara yang berbeda – beda. Argumentasi dibuat bahwa menurut sejarah, disiplin sekolah sebgaian besar berdasarkan ukuran – ukuran hukuman yang reaktif. Pada dasrnya, peraturan ditetapkan dan para pelanggar

peraturan ditanggapi dengan konsekuensi – konsekuensi negatif yang ditetapkan sebelumnya. Suatu model yang baru telah dikembangkan dengan

fokus pada pengkuran – pengukuran proaktif yang sangat jelas. Fokusnya adalah membuat dan meningkatkan perilaku – perilaku yang memungkinkan keberhasilan murid di sekolah versus model yang muncul berikutnya yang

ditujukan pada penghilangan perilaku – perilaku yang tidak diinginkan. Penting untuk dicatat bahwa pendekatan proaktif pada disiplin sekolah pada

perilaku yang diinginkan.28

Perilaku yang harus ditanamkan pada siswa agar suatu disiplin

proaktif sekolah dapat terlaksana adalah sebagai berikut:29 1. Hormat pada diri sendiri dan lainnya.

2. Siap untuk belajar.

28

Geoff Colvin,7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif, (Jakarta: PT

Indeks, 2008), hal. 9–10

29

(22)

3. Bertanggung jawab.

4. Bekerjasama dengan orang lain.

Beberapa perilaku diatas harus diterapkan oleh siswa untuk

mencipkan suatu disiplin proaktif sekolah. Selain perilaku tersebut ada

bebrapa perilaku yang perlu dihindari siswa untuk menciptakan suatu disiplin

proaktif sekolah. Berikut adalah beberapa perilaku yang harus dihindari oleh

siswa:30

1. Meninggalkan gedung sekolah tanpa izin.

2. Merusak fasilitas.

3. Tidak mematuhi peraturan.

Berdasarkan bebrapa pendapat dan kriteria disiplin diatas dapat

disimpulkan bahwasannya suatu kedisiplinan siswa dapat diwujudkan dengan

pendekatan yang berbeda. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan salah

satunya adalah pendekatan yang dikemukan oleh Colvin, Kame’enui, and

Sugai yaitu disiplin proaktif sekolah. Disiplin tersebut dapat terwujud dengan

menerapkan bebrapa perilaku positif dan menghindari bebrapa perilaku

negatif diatas.

D. Hasil Belajar Matematika

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa akan menghasilkan

hasil belajar. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalu proses belajar

yang baik pula. Jika proses belajar tidak berjalan dengan optimal akan sulit

30

(23)

sekali diharapkan hasil belajar yang baik. Hasil belajar adalah

kemampuan-kamampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya.31

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “ hasil ” dan “ belajar ”. pengertian hasil (product) menunujuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau

proses yang mengakibatkan berubahnya input secra fungsional.32Nana Sudjana

menyatakan, “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”33 Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang

menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil

belajar tersebut diperlukan seringkali pengukuran menggunakan alat evaluasi

yang baik dan memenuhi syarat.34 Hordward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan

pengertian, (c) sikap dan cita-cita.35 Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan dan intelektual, (c)

strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.36

31

Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Beajar Mengajar,( Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2005), hal 22

32

Purwanto,Evaluasi Hasil Belajar…………..hal. 44

33

Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar………… hal. 22

34

Purwanto,Evaluasi Hasil Belajar…………..44

35

Ibid.,hal. 22

36

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Aplikasi dan Paikem, (Yogyakarta:

(24)

Bloom membagi hasil belajar ke dalam beberapa ranah, yaitu ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.37 Berikut ini akan dibahas mengenai ketiga ranah tersebut.

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yaitu :

a. Pengetahuan atau ingatan, yaitu tingkat kemampuan yang hanya

meminta responden atautesteeuntuk mengenal atau mengetahui adanya

konsep, fakta atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat

menilai, atau dapat menggunakannya.38

b. Pemahaman adalah tingkat kemampuan mengharapkan testee mampu

memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.39 c. Aplikasi, yaitu penggunaan pengetahuan yang dimilikinya untuk situasi

konkret.40

d. Analisis, yaitu usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau

bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya.41

e. Sintesis, yaitu penyatuan unsur-unsur ke dalam suatu bentuk yang

menyeluruh.42

37

Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses..., hal. 22

38

Ngalim Purwanto,Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2006), hal. 44

39

Ibid.,hal. 45

40

Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses..., hal. 25

41

Ibid.,hal. 27

42

(25)

f. Evaluasi, yaitu membuat penilaian tentang suatu pernyataan, konsep,

situasi dan sebagainya berdasarkan kriteria tertentu.43

2. Ranah Afektif , berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu:

a. Penerimaan, merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku dengan

cara membangkitkan kesadaran tentang adanya stimulus tertentu yang

mengandung estetika.44

b. Jawaban atau reaksi, yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang

terhadap stimulasi yang datang dari luar, mencangkup ketepatan reaksi,

perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang

kepada dirinya.45

c. Penilaian, yaitu menerima suatu objek atau kenyataan setelah seseorang

itu sadar bahwa objek terebut memiliki nilai dengan cara menyatakan

dalam bentuk sikap atau perilaku positif maupun negatif.46

d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem

organisasi.47

e. Karakterisasi, merupakan sikap dan perbuatan yang secara konsisten

dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang diterimanya.48 3. Ranah Psikomotorik, nerkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan berindak yang meliputi enam aspek yaitu:49

43

Ibid.,hal. 47

44

Hamdani,Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hal. 152

45

Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses..., hal. 30

46

Hamdani,Strategi Belajar ...,hal. 152

47

Ibid.,hal. 153

48

(26)

a. Gerakan refleks

b. Keterampilan gerakan dasar

c. Kemampuan perseptual, termasuk membedakan visual, membedakan

auditif, motoris dan lain-lain.

d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya keharmonisan dan ketepatan.

e. Gerakan keterampilan kompleks.

f. Gerakan ekspresif dan interpretatif.

Diantara ketiga ranah tersebut di atas, yang paling banyak dijadikan

patokan guru dalam menilai hasil belajar peserta didik adalah ranah kognitif,

begitu juga dengan hasil belajar matematika yang sering memanfaatkan ranah

kognitif untuk menilai siswanya. Karena dalam ranah kognitif ini, seorang guru

dapat mengukur sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap materi yang

telah diterimanya. Sedangkan untuk ranah yang lain (ranah afektif dan ranah

psikomotorik) dapat dijadikan sebagai pendukung.

Hasil belajar matematika adalah kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia mempelajari pelajaran matematika. Matematika itu sendiri menurut

Kline, merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan secara

bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Lerner

mengungkapkan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia untuk memikirkan,

49

(27)

mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.50 Sedangkan menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa

simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk

memudahkan berpikir.51

Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem

pendidikan di seluruh dunia. Negara yang mengabaikan pendidikan

matematika sebagai prioritas utama akan tertinggal dari kemajuan segala

bidang (terutama sains dan teknologi), dibanding dengan negara lainnya yang

memberikan tempat bagi matematika sebagai subjek yang sangat penting.52 Mengingat pentingnya matematika ini maka alangkah baiknya jika hasil belajar

matematika di sekolah juga bagus.

Matematika berbeda dengan disiplin ilmu yang lain. Matematika

memiliki bahasa sendiri, yakni bahasa yang terdiri atas simbol-simbol dan

angka.53Dalam materi pembelajaran matematika, banyak menggunakan simbol untuk memudahkan penulisannya. Bukan hanya itu saja, matematika kadang

memanfaatkan tabel-tabel untuk menyederhanakan permasalahan sehari-hari

yang berkaitan dengan matematika.

50

Mulyono Abdurrahman,Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : Rineka

Cipta, 2003), hal. 252

51

Ibid, hal. 252

52

Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani,Mathematical Intelegence Cara Cerdas

Melatih Otak dan Menaggulangi Kesulitan Belajar. (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2009), hal. 41

53

(28)

Dalam menilai ataupun mengukur hasil belajar peserta didik termasuk

pelajaran matematika, diperlukan alat penilaian hasil belajar, yakni dapat

berupa tes. Tes tersebut bisa tes berbentuk uraian (esai) maupun tes obyektif.

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada

siswa untuk mendapat jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan (tes lisan),

dalam bentuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes

tindakan).54 Melalui tes tersebut, guru dapat mengetahui sejauh mana penguasaan materi peserta didiknya. Begitu juga dalam mata pelajaran

matematika, yang mempunyai andil besar untuk mengukur hasil belajar peserta

didik adalah ranah kognitif. Apabila guru memberikan tes berupa uraian, maka

guru tersebut dapat mengetahui tingkat penguasaan materi siswa melalui

jawaban yang siswa berikan, namun akan lebih baik jika jawaban tersebut

disertai dengan langkah-langkah penyelesaiannya.

E. Kubus dan Balok

1. Kubus

54

(29)

a. Pengertian Kubus

Perhatikan Gambar diatas secara saksama. Gambar tersebut

menunjukkan sebuah bangun ruang yang semua sisinya berbentuk

persegi dan semua rusuknya sama panjang. Bangun ruang seperti

dinamakan kubus. Gambar 2.1 menunjukkan sebuah kubus

ABCD.EFGHyang memiliki unsur-unsur sebagai berikut.55 1) Sisi/Bidang

Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Dari Gambar 2.1

terlihat bahwa kubus memiliki 6 buah sisi yang semuanya

berbentuk persegi, yaitu ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas),

ABFE (sisi depan), CDHG (sisi belakang), BCGF (sisi samping

kiri), danADHE(sisi samping kanan).

2) Rusuk

Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus dan

terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus. Coba perhatikan

kembali Gambar 2.1. Kubus ABCD.EFGH memiliki 12 buah

rusuk, yaituAB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan

DH.

3)

Titik Sudut

Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk. Dari

Gambar 2.1, terlihat kubus ABCD. EFGH memiliki 8 buah titik

sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F, G, dan H. Selain ketiga unsur di

55

Nuniek Avianti Agus, Mudah Belajar Matematika, (Jakarta: Pusat Perbukuan

(30)

atas, kubus juga memiliki diagonal. Diagonal pada kubus ada tiga,

yaitu diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang diagonal.

4) Diagonal Bidang

Dari kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.1. Pada kubus tersebut

tarik garis dari titik sudutA keFsehingga terdapat garis AF yang

menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam

satu sisi/bidang. Ruas garis tersebut dinamakan sebagai diagonal

bidang.

5) Diagonal Ruang

Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.1. Pada kubus

tersebut, tarik ruas garis dari H ke B sehingga terdapat ruas garis

HB yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan

dalam satu ruang. Ruas garis tersebut disebut diagonal ruang.

6) Bidang Diagonal

Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.1. Pada gambar

tersebut, terlihat dua buah diagonal bidang pada kubusABCD.

EFGH yaitu AC dan EG. Ternyata, diagonal bidang AC dan EG

beserta dua rusuk kubus yang sejajar, yaitu AE dan CG

membentuk suatu bidang di dalam ruang kubus bidang ACGE

pada kubus ABCD. Bidang ACGE disebut sebagai bidang

diagonal.

b. Sifat-Sifat Kubus

(31)

2) Semua rusuk kubus berukuran sama panjang.

3) Setiap diagonal bidang pada kubus memiliki ukuran yang sama

panjang

4) Setiap diagonal ruang pada kubus memiliki ukuran sama panjang.

5) Setiap bidang diagonal pada kubus memiliki bentuk persegi

panjang.

c. Luas Permukaan kubus

Jaring – jarring kubus merupakan 6 buah persegi yang sama dan kongruen maka luas permukaan kubus = luas jaring-jaring kubus

= 6 × (s×s)

= 6 × s2 =L= 6s2

Jadi, luas permukaan kubus dapat dinyatakan dengan rumus sebagai

berikut Luas Permukaan Kubus = 6s2 d. Volume Kubus

Volume atau isi suatu kubus dapat ditentukan dengan cara mengalikan

panjang rusuk kubus tersebut sebanyak tiga kali. Sehingga volume

kubus = panjang rusuk × panjang rusuk × panjang rusuk

= s × s × s

(32)

2. Balok

a. Pengertian Balok

Bangun ruang ABCD.EFGH pada gambar tersebut memiliki

tiga pasang sisi berhadapan yang sama bentuk dan ukurannya, di mana

setiap sisinya berbentuk persegipanjang. Bangun ruang seperti ini

disebut balok. Berikut ini adalah unsur-unsur yang dimiliki oleh balok

ABCD.EFGHpada gambar 2.256 1) Sisi/Bidang

Sisi balok adalah bidang yang membatasi suatu balok. Dari

Gambar 2.2 terlihat bahwa balok ABCD.EFGH memiliki 6 buah

sisi berbentuk persegipanjang. Keenam sisi tersebut adalahABCD

(sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), DCGH (sisi

belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping

kanan). Sebuah balok memiliki tiga pasang sisi yang berhadapan

yang sama bentuk dan ukurannya. Ketiga pasang sisi tersebut

adalah ABFE dengan DCGH, ABCD dengan EFGH, dan BCGF

denganADHE.

2) Rusuk

56

(33)

Sama seperti dengan kubus, balok ABCD.EFGH memiliki 12

rusuk. Coba perhatikan kembali Gambar 2.2 secara seksama.

Rusuk-rusuk balok ABCD. EFGH adalah AB, BC, CD, DA, EF,

FG, GH, HE, AE, BF, CG, danHD.

3) Titik Sudut

Dari Gambar 8.12 , terlihat bahwa balokABCD.EFGHmemiliki 8

titik sudut, yaituA, B, C, D, E, F, G, danH.

4) Diagonal Bidang

Perhatikan Gambar 2.2 tarik garis AC antara dua titik sudut yang

saling berhadapan pada satu bidang, yaitu titik sudut A dan titik

sudut C, garis tersebut dinamakan diagonal bidang balok

ABCD.EFGH

5) Diagonal Ruang

Tarik garis CE yang menghubungkan dua titik sudut C dan E

pada balokABCD.EFGH pada Gambar 2.2 garis tersebut disebut

diagonal ruang balok tersebut. Jadi, diagonal ruang terbentuk dari

ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang saling

berhadapan di dalam suatu bangun ruang.

6) Bidang Diagonal

Perhatikan balokABCD.EFGHpada Gambar 2.2. Dari gambar

tersebut Bidang BDHF adalah bidang diagonal balok

ABCD.EFGH.

(34)

1) Sisi-sisi balok berbentuk persegipanjang.

2) Rusuk-rusuk yang sejajar memiliki ukuran sama panjang.

3) Setiap diagonal bidang pada sisi yang berhadapan memiliki ukuran

sama panjang.

4) Setiap diagonal ruang pada balok memiliki ukuran sama panjang.

5) Setiap bidang diagonal pada balok memiliki bentuk

persegipanjang.

c. Luas Permukaan Balok

Misalkan, rusuk-rusuk pada balok diberi nama p (panjang), l (lebar),

dan t (tinggi) seperti pada gambar . Dengan demikian, luas permukaan

balok tersebut adalah luas permukaan balok = luas persegipanjang 1 +

luas persegipanjang 2 + luas persegipanjang 3 + luas persegipanjang 4

+ luas persegipanjang 5 + luas persegipanjang 6

= (p × l) + (p × t) + (l × t) + (p × l) + (l × t) + (p × t)

= (p × l) + (p × l) + (l × t) + (l × t) + (p × t) + (p × t)

= 2 (p × l) + 2(l × t) + 2(p × t)

= 2 ((p × l) + (l × t) + (p × t)

= 2 (pl+ lt + pt)

Jadi, luas permukaan balok dapat dinyatakan dengan rumus sebagai

berikut, Luas permukaan balok = 2(pl + lt + pt)

d. Volume Balok

Volume suatu balok diperoleh dengan cara mengalikan ukuran

(35)

dinyatakan dengan rumus sebagai berikut, Volume balok = panjang ×

lebar × tinggi =p×l×t

F. Penelitian Terdahulu

1. Asmiati Masyhudah dalam penelitiannya tahun 2013 dengan judul

penelitian “Pengaruh Kedisiplinan Siswa terhadap Hasil Belajar

Matematika pada Materi garis Singgung Lingkaran Kelas VIII MTsN

Pulosari Ngunut Tulungagung Semester Genap Tahun Ajaran

2012/2013”. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian tersebut adalah

terdapat pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan siswa terhadap hasil

belajar matematika pada materi garis singgung lingkaran kelas VIII MTsN

Pulosari Ngunut Tulungagung semester genap tahun ajaran 2012/2013

yang ditunjukkan oleh nilai Fhitungsebesar 5,10 sedangkan Ftabel pada taraf

signifikansi 5% adalah 4,13.

2. Rif’atul Aini dalam penelitiannya tahun 2013 denan judul penelitian “Pengaruh Kedisiplinan Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa di MAN 1

Rejotangan Tulungagung Tahun Ajaran 2012/2013”. Kesimpulan dalam

penelitian ini adalah ada pengaruh positif dan signifikan antara

kedisiplinan mengerjakan tugas belajar dengan prestasi belajar dengan

kategori rendah, ada pengaruh positif dan signifikan antara kedisiplinan

kehadiran siswa terhadap prestasi belajar dengan kategori agak rendah, ada

pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan mematuhi tata tertib siswa

(36)

signifikan antara kedisiplinan kehadiran belajar siswa terhadap prestasi

belajar dengan kategori rendah.

(37)

Tulunga gung Tahun Ajaran 2012/201 3”

G. Kerangka Konseptual Penelitian

Pengaruh kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar matematika materi

kubus dan balok siswa SMPN 2 Ngunut. Objek sekaligus variabel bebas

dalam penelitian ini adalah kedisiplinan siswa. Sedangkan variabel terikatnya

adalah hasil belajar, dimana variabel bebas (kedisiplinan siswa) merupakan

faktor penentu keberhasilan belajar siswa. Variabel terikat (kedisiplinan

siswa) akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

H. Asumsi dan Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji

kebenarannya melalui penelitian ilmiah.57Asumsi dan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Terdapat pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan siswa terhadap hasil belajar matematika materi kubus dan

balok siswa kelas VIII SMPN 2 Ngunuttahun ajaran 2014/2015”.

57

(38)

38

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metodologi penelitan

kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan

pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan

keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.58 Pnelitian kuantitatif didasari oleh pisitivisme yang menekankan fenomena – fenomena objektif yang dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan angka –angka, pengolahan statistic, struktur dan percobaan terkontrol.59

Definisi lain menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah jenis

penelitian yang menghasilkan penemuan – penemuan yang dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur – prosedur statistic atau cara –

cara lain dari kuantufikasi (pengukuran). Pendekatan kuantitatif memusatkan

perhatian pada gejala –gejala yang mempunyai krakteristik tertentu di dalam kehidupan manusia yang dinamakannya sebagai variabel.60

58

S. Margono,Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hal.

105-106

59

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013), hal.53

60

Endang Purwoastuti,Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: PT Pustaka Baru, 2014), hal.

(39)

Dari berbagai pengertian penelitian kuantitatif di atas, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang

melibatkan angka (pengumpulan data maupun penganalisaan) dalam menguji

sebuah teori sehingga didapatkan fakta empiris mengenai pembenaran

maupun penolakan teori tersebut. Sedangkan dalam penelitian ini, akan diuji

suatu teori mengenai pengaruh kecerdasan intelektual dan motivasi terhadap

hasil belajar matematika. Berdasarkan bukti empiris yang diperoleh dari

lapangan maka teori tersebut dapat diterima ataupun ditolak.

2. Jenis Penelitian

Penelitian kuantitatif dapat berupa penelitian hubungan atau penelitian

korelasi, penelitian kuasi-eksperimental, dan penelitian eksperimental.61 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional.

Penelitian korelasional adalah penelitian yang ditujukan untuk mengetahui

hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Hubungan antara satu

dengan beberapa variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi

dan keberartian (signifikansi) secara statistik.62

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

yaitu kedisiplinan siswa terhadap variabel terikat hasil belajar matematika

serta dilanjutkan dengan menghitung seberapa besar pengaruh antar variabel

tersebut.

62

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

(40)

B. Populasi, Sampling dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Peneliti dapat melaksanakan penelitian yang bersifat penelitian

populasi maupun penelitian sampel. Secara sederhana, popalsi dapat diartikan

sebagai berikut.63

a. Pupulasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

b. Populasi adalah kesimpulan dari individu dengan kualitas serta ciri –

ciri yang ditetapkan.

c. Sekumpulan objek yang lengkap dan jelas.

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari

manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai

sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.64 Populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa

orang, benda, kejadian, nilai maupun hal – hal yang terjadi.65 Populasi juga dibedakan atas populasi target dengan populasi terukur atau accessable

population. Populasi terukur adalah populasi yang secra ril dijadikan dasar

dalam penentuan sampel, dan secara langsung menjadi lingkup sasaran

keberlakuan kesimpulan. Populasi target adalah populasi yang dengan alas an

63

Subana, Moerstyo Rahadi dan Sudrajat, Statistik Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka

Setia, 2005), hal. 24

64

Ibid, hal. 24

65

(41)

yang kuat (reasonable) memiliki kesamaan karakteristik dengan populasi

terukur.66

Berdasarkan jenisnya, populasi dibagi menjadi dua sebagai berikut:67 a) Populasi Terbatas

Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara

kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya.

b) Populasi Tak Terbatas

Populasi tak terbatas yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan

batasan-batasannya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah.

Sedangkan populasi dalam penelitian ini yaitu populasi terbatas yaitu

seluruh siswa kelas VIII terdiri 10 kelas yang berjumlah sekitar 300 siswa di

SMPN 2 Ngunut. Populasinya terdiri dari siswa kleas VIII A, VIII B, VIII C,

VIII D, VIII E, VIII F, VIII G, VIII H, VIII I, DAN VIII J.

2. Sampling

Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dan

biasanya mengikuti teknik atau jenis sampling yang digunakan. Manfaat

sampling sangta besar diantaranya, dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga,

dapat memperluas ruang lingkup, dan dapat meningkatkan ketelitian.68Teknik Sampling terdiri dari berbagai macam, antara lain yaitu: random sampling,

66

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013), hal. 250-251

67

Riduwan,Metode dan Teknik Menyusun Thesis,(Bandung: Alfabeta, 2006 ), hal. 55

68

(42)

stratified sampling, quota sampling, purposive sampling, area sampling,

cluster sampling, sampel insidental.69

Penelitian ini menggunakan non problability sampling yaitu teknik

sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)

populasi untuk diplih menjadi sampel.70

Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu

Purposive Sampling. Purposive sampling adalah suatu cara pengambilan

sampel yang berdasarkan pada pertimbangan dan atau tujuan tertentu, serta

berdasarkan ciri – ciri atau sifat – sifat tertentu yang sudah diketahui sebelumnya.71 Peneliti menggunakan teknik sampling purposive sampling dengan alasan sekolah memberikan batasan untuk pengambilan sampel

penelitian dan hal ini sudah sesuai dengan pertimbangan pihak sekolah.

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat

juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini (miniatur

population). Suatu sampel yang representative adalah sampel yang anggotnya

dapat diambil secara random. Penyelidikan melalui sampel dilakukan dengan

beberapa pertimbangan antara lain karena populasinya tak terhingga (infinite

population), artinya keseluruhan objek penelitian itu jumlahnya tak terhingga.

Alasan lain adalah walaupun populasinya terhingga , sensus belum tentu

dapat dilkukan, mengingat sempitnya waktu, terbatasnya biaya dan tenaga,

69

Ibid, hal. 217-223

70

Ahmad Tanzeh,Pengantar Metode Penelitian,(Yogyakarta: Teras, 2009) hal. 94

71

(43)

serta factor ekonomis lainhya, sehingga penyelidikan sampel harus

dilakukan.72

Berdasarkan tekning sampling diatas sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah siswa kelas VIII- A yang berjumlah 29 siswa di SMPN 2

Ngunut.

C. Sumber Data, Variabel dan Skala Pengukuran

1. Sumber Data

Data adalah sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran

tentang suatu keadaan atau masalah, baik yang berupa angka-angka

(golongan) maupun yang berbentuk kategori, seperti baik, buruk, tinggi,

rendah, dan sebagainya.73

Sumber data ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data

sekunder.

a. Sumber data primer merupakan pengambilan data yang himpun

langsung oleh peneliti.74 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMPN 2 Ngunut.

b. Sumber sekunder adalah pengambilan data yang dihimpun melalui

tangan kedua.75 Maksudnya adalah data tersebut dihimpun peneliti secara tidak langsung. Sumber data sekunder dalam penelitian ini

72

Ibid, hal. 215-217

73

Subana, Moerstyo Rahadi dan Sudrajat,Statisti Pendidikan...,hal. 25

74

Riduwan,Belajar Mudah...., hal. 69

75

(44)

adalah kepala sekolah, guru, dokumen mengenai hasil belajar

matematika serta dokumen lain yang mendukung.

2. Variabel

Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut.76 Variabel merupakan sesuatu yang nilainya berubah-ubah atau berbeda-beda, biasanya diberi simbol huruf X atau Y.77 Namun demikian, pemberian simbol huruf tidak harus selalu menggunakan simbol X dan Y ,

tetapi tergantung pada keinginan peneliti. Pada penelitian ini, variabel yang

digunakan sebagai berikut:

a. Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang membawa pengaruh

bagi variabel bebas. Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas, yaitu

Kedisiplinan Siswa (X1).

b. Variabel Dependen (terikat) adalah variabel yang mendapat pengaruh dari

variabel bebas, dalam penelitian ini terdapat satu variabel terikat yaitu

hasil belajar matematika materi kubus dan balok (Y).

76

Endang Purwoastuti, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: PT Pustaka Baru, 2014), hal.

44

77

(45)

3. Skala Pengukuran

Skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat

mengukur,karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka-angka.78 Maksud dari penggunaan skala pengukuran ini adalah untuk

mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan

dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya.79 Skala pengukuran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert

untuk angket motivasi dan menghasilkan data interval.

Skala likert digunakan peneliti untuk mengetahui kedisiplinan siswa.

Untuk mengetahui kedisiplinan siswa, peneliti mengajukan beberapa

pernyataan (dalam angket) yang harus dijawab oleh responden. Berikut

adalah tabel pernyataan dalam angket dan kriteria pemberian skor pada

angket.

Tabel 3.1 Pernyataan Angket Kedisiplinan Siswa

Item Pernyataan

Positif Negatif

1. Mengetahui peraturan–peraturan di sekolah  2. Ketepatan kehadiran siswa 

3. Mengenakan seragam 

4. Hukuman pelanggaran peraturan di sekolah  5. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler  6. Mengikuti upacara hari senin 

7. Penampilan siswa 

8. Penyalahgunaan dana sekolah 

9. Perilaku/ siakp siswa 

Tabel Berlanjut…………

78

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013), hal. 225

79

(46)

LanjutanTabel…………

10.Konsistensi siswa pada saat jam pulang

sekolah 

11.Perusakan fasilitas sekolah 

12.Mengetahui peraturan–peraturan di kelas  13.Berdo’a sebelum belajar 

14.Mengerjakan PR 

15.Mengerjakan tugas 

16.Mencontek ulangan 

17.Melaksanakan piket bersih kelas 

18.Keterangan tidak hadir dalam kelas 

19.Makan dalam kelas 

20.Membuat gaduh 

21.Izin keluar kelas 

Tabel 3.2 Kriteria Pemberian Skor Angket Kedisiplinan Siswa

No. Pilihan Jawaban Pernyataan

Positif Negative

1 Setuju/ Ya 2 0

2 Kurang Setuju/ kadang–kadang 1 1

3 Tidak Setuju/ Tidak 0 2

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrument Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara dan teknik dokumentasi. Teknik tersebut digunakan

peneliti, karena fenomena yang alami akan lebih dimengerti maknanya secara

baik apabila digunakan multi instrument. Tujuannya agar data yang

terkumpul dan kesimpulan yang diperoleh tidak hanya dari satu sumber tetapi

dari berbagai sumber. Maka dari itu penulis menggunakan metode yang

(47)

a. Angket

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang

lain di mana mereka bersedia memberikan respon sesuai dengan

permintaan peneliti. 80 Dengan demikian, daftar pertanyaan maupun pernyataan yang dibuat oleh peneliti tersebut akan disebarkan kepada

responden untuk selanjutnya mereka jawab. Pada penelitian ini,

angket digunakan untuk mengetahui kedisiplian siswa.

b. Metode test

Tes ialah sehimpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau

pernyataan-pernyataan yang harus dipilih, ditanggapi, atau tugas yang

harus dilakukan oleh orang yang dites (testee) dengan tujuan untuk

mengukur suatu aspek (perilaku/atribut) tertentu dari orang yang dites

tersebut.81

Dengan metode inilah peneliti mendapatkan data atau hasil

berupa nilai hasil belajar peserta didik, yang nantinya data ini akan

diolah untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan siswa dan jenis

kelamin terhadap hasil belajar matematika siswa kels VIII SMPN 2

Ngunut.

c. Metode Observasi

80

Riduwan,Metode dan Teknik ...,hal. 55

81

Sumarna Surapranata,Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004,

(48)

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis,

logis, objektif, dan rasional mengenai bernagai fenomena baik dalam

situasi yang sebenarnya maupun maupun dalam situasi buatan untuk

mencapai tujuan tertentu. Tujuan utama observasi yaitu.82

Bentuk dan alat observasi berupa pedoman observasi belajar

mengajar, soal tes, format penilaian kepuasan (angket), umpan balik

siswa, perekam elektronik dan sejenisnya. Dalam observasi ada empat

metode, yaitu: observasi terbuka, observasi terfokus, observasi

terstruktur, observasi sistematis.83

Untuk memaksimalkan hasil observasi, biasanya peneliti akan

menggunakan alat bantu yang sesuai dengan kondisi lapangan.

Diantara alat bantu observasi tersebut misalnya termasuk, buku

catatan dan chek list yang berisi objek yang perlu mendapat perhatian

lebih dalam pengamatan. Alat lain yang juga penting yaitu kamera,

film proyektor, dan sebagainya.84 d. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data

langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan,

peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter,

82

Zaenal Arifin,Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Rosdakarya, 2012), hal. 231

83

Ibid, hlm. 58-59

84

(49)

serta data lain yang relevan dalam penelitian.85 Dalam penelitian ini, peneliti memanfaatkan dokumen-dokumen yang ada pada lokasi

penelitian untuk keperluan penelitianmeliputi: data jumlah siswa,

daftar nama siswa, serta nilai hasil ulangan matematika siswa kelas

VIII SMPN 2 Ngunut, dan juga melakukan dokumentasi melalui

pengambilan foto maupun video selama proses pembelajaran.

2. Instrument Penelitian

Instrumen merupakan kmponen kunci dalam penelitian. Oleh karena

itu, instrumen harus dibuat dengan sebaik-baiknya.86 Dalam penelitian ini,instrumen yang yang digunakan oleh peneliti antara lain:

a. Pedoman Observasi, yaitu alat bantu yang digunakan peneliti ketika

mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap fenomene yang diselidiki.

b. Pedoman Dokumentasi, yaitu alat bantu yang digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data-data dan arsip dokumentasi maupun buku

kepustakaan yang terkait dengan variabel

c. Soal Tes, yaitu alat bantu yang berupa soal-soal tes tertulis yang

digunakan untuk memperoleh nilai sebagai alat ukur penelitian.

Adapun soal-soal tes tertulis yang akan digunakan untuk instrumen

pengumpulan datanya berbentuk soal uraian dan sebelumnya soal-soal

tes tersebut yang terlebih dahulu diuji cobakan. Uij coba dilakukan

untuk menngetahui validitas dan reliabilitas soal-soal tes tersebut.

85

Riduwan,Belajar Mudah Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 77

86

(50)

d. Pedoman Angket

Pedoman angket merupakan suatu alat untuk membantu dan

memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data. Alat bantu yang

dimaksud adalah pernyataan maupun pertanyaan yang tertulis dalam

lembaran yang kemudian dijawab oleh responden. Sebelum angket

digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data, maka sebaiknya

angket harus memenuhi dua syarat yaitu valid dan reliabel.

1) Validitas

Validitas adalah suatu derajat ketetapan instrumen (alat ukur),

maksudnya apakah nstrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk

mengukur apa yang akan diukur.87 Menentukan validitas alat ukur pada penelitian ini adalah menggunakan korelasi product moment

dengan simpangan yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

= ( ) ( )( )

{ ( ) } { ( ) }

88

Keterangan:

= Koefisien Korelasi

n = Jumlah responden

= Jumlah skor item

87

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode..., hal 245

88

(51)

= Jumlah skor total (seuruh item)

Namun demikian, uji validitas instrumen akan lebih mudah

jika menggunakan alat bantu SPSS. Dengan kriteria pengujian sebagai

berikut:89

a. Jikar hitung<r tabelmaka item tidak valid.

b. Jikar hitung>r tabelmaka item valid.

2) Reliabilitas

Reliablitas adalah derajat konsistensi instrumen yang

bersangkutan. Reliabilitas berkenaa dengan pertanyaan, apakah suatu

instrumen apat dipercaya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Suatu nstrumen dapat dikatakan reliabel jika selalumemberikan hasil

yang sama jika diujikan paa kelompok yang sama pada waktu atau

kesempatan yang berbeda.90 Dalam penelitian ini, reliabilitas instrumen dapat diukur menggunakan metode Alpha, dengan rumus

sebagai berikut:

=

( 1) 1 ( )

91

89

Duwi Prayitno, 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17, (Yogyakarta: C. V Andi

Offset, 2009), hal. 120

90

Ibid., hal. 248

91

Gambar

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu denganPeneltian Sekarang
Tabel Berlanjut…………
Tabel 3.2 Kriteria Pemberian Skor Angket Kedisiplinan Siswa
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR : 027/ /DPPKA. TANGGAL : 4

Oleh karena itu di dalam penelitian ini menggunakan metode SERVQUAL (Service Quality) dan AHP (Analytic Hierarchy Process) yang bertujuan untuk mengidentifikasi

menyadari sesuatu (peristiwa) yang ada dibelakang ilmu pengetahuan itu sendiri atau sesuatu tentang ilmu itu sendiri (Ilmu dalam hal ini diartikan sebagai hasil..

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

Tulang anggota gerak bawah (kaki) berhubungan dengan tulang gelang panggul. Tiap jari 3 ruas, kecuali ibu jari yang hanya 2 ruas. Adapun fungsi dari tulang yaitu: Menggambarkan

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap preparasi sampel, ekstraksi kulit batang kelor, partisi ekstrak metanol kulit batang kelor, identifikasi metabolit sekunder