• Tidak ada hasil yang ditemukan

M01807

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M01807"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

 Ketika seorang perempuan belum menikah, ia adalah

milik ayahnya. Ketika ayahnya tidak ada lagi maka ia adalah milik saudara laki-lakinya. Ketika ia menikah maka ia adalah milik suaminya seutuhnya. Ketika suaminya meninggal, maka seorang perempuan adalah milik anak laki-lakinya.

 Masyarakat Israel  kehidupan seorang perempuan

(3)

 Perempuan baik-baik  mampu menjaga kekudusan

dirinya dengan cara mengikatkan dirinya secara ekslusif kepada satu laki-laki di dalam rumah tangganya.

 Perempuan tidak baik/berbahaya dia yang tidak

mampu menjaga batasan-batasan yang telah ditetapkan bagi dirinya.

 Pelanggaran terhadap batasan  melibatkan dirinya

(4)

 Contoh perempuan berbahaya  seorang pelacur

yang hidup di luar sistem patriarkal yang berlaku yang mengatur perempuan untuk menjalankan fungsi-fungsi domestik di bawah kekuasaan dan pengawasan dari laki-laki tertentu.

 Pusat kehidupan masyarakat Israel kuno: bet ab

(rumah bapa).

 keluarga adalah sebuah strategi di mana

anggota-anggotanya berpartisipasi di dalamnya dan

(5)

 Sebuah rumah tangga adalah seseorang atau

sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu atau lebih struktur, yang melaksanakan kegiatan

sehari-hari yang diperlukan untuk pemeliharaan dan pereproduksian kelompok sosial dalam ruang khusus yang terkait dengan tempat tinggal, dan yang

berinteraksi dengan rumah tangga lain.

 Adapun kegiatan-kegiatan sehari-hari yang berfungsi

untuk menopang anggota-anggota keluarga dan ruang bersama mereka adalah mempersiapkan

(6)

anak-anak, menanam dan merawat tanaman-tanaman di pekarangan rumah yang dapat dikonsumsi,

membersihkan rumah, mandi, mencuci pakaian, dan bersosialisai.

• Satu keluarga Israel biasanya terdiri dari ayah, ibu, anak-anaknya laki-laki beserta dengan istri-istri

mereka dan anak-anak mereka, anak-anak baik laki-laki maupun perempuan yang belum menikah

maupun anak-anak perempuan yang telah

dikembalikan oleh suami mereka atau yang telah

(7)

 Di dalam konteks sosial seperti ini, seksualitas

dikonstruksikan sebagai sebuah realitas di dalam keluarga.

 Laki-laki yang dominan mempunyai kontrol seksual

atas para perempuan di dalam rumah tangganya dan kelangsungan rumah tangga tersebut sangat

bergantung pada aktivitas-aktivitas seksual yang

dapat menuntun kepada prokreasi; hal ini merupakan unsur yang penting mengingat bahwa suatu rumah tangga hanya dapat menjamin kelangsungan

(8)

 Seksualitas dikonstruksi sebagai aktivitas laki-laki di

dalam rumah tangga dan dirancang untuk

memaksimalkan tingkat kesuburan suatu rumah tangga.

 Di dalam kebudayaan Israel sendiri, keluarga

dipandang sebagai satu kesatuan tubuh yang utuh

yang memiliki batasan-batasan yang harus dijaga dan diperhatikan.

 Seksualitas sendiri dimaksudkan untuk selalu berada

(9)

 Sistem nilai-nilai ini mengorganisir dan mengatur

seksualitas, menciptakan serangkaian hukum, adat istiadat, dan norma-norma serta sarana penegakan hukum yang semuanya didasarkan pada integritas dan keutuhan pola rumah tangga Israel di dalam keterhubungannya dengan integritas dan keutuhan tubuh individu.

 Jadi terdapat hubungan yang erat di antara tubuh

individu dan tubuh sosial dari rumah tangga terutama di dalam struktur pengaturan nilai-nilai seksual di

(10)

 Hubungan yang erat ini menyebabkan setiap rumah

tangga tidak boleh membuang cairannya seperti sperma dan darah penanda keperawanan seorang perempuan; sebaliknya setiap cairan yang ada harus disimpan di dalam keluarga saja.

 Perempuan ditambahkan di dalam sebuah keluarga

(11)

 Di sinilah transaksi pembelian atau penukaran

perempuan di dalam rumah tangga dilakukan pada saat para perempuan tersebut masih berusia muda dan kemudian masyarakat mengatur hukum-hukum dalam rangka menjamin kesucian para perempuan tersebut.

 Hal ini dapat dilihat di dalam hukum-hukum Israel

seperti yang tertulis di dalam Ulangan 22:13-21. Di dalam penjelasannya akan makna hukum tersebut, Berquist mengatakan bahwa seorang perempuan selalu berada di dalam resiko dan membawa resiko tersebut ke dalam sebuah rumah tangga karena

(12)

 Di dalam kebudayaan seperti ini, seorang perempuan

dianggap mengawali kehidupannya di dalam keadaan suci namun dapat menjadi tidak suci melalui kontak secara seksual.

 Berquist menjelaskan bahwa melalui kontak seksual

para perempuan menerima di dalam diri mereka cairan-cairan laki-laki yang memang hanya

(13)

 Seorang perempuan yang memasuki sebuah rumah

tangga dengan membawa serta dengannya cairan-cairan dari rumah tangga lain dianggap bersalah karena telah tercemar.

 Di sini, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa

masyarakat Israel sangat menghargai para perempuan yang masuk ke dalam rumah tangga-rumah tangga di dalam keadaan perawan; ketika mereka tidak

memiliki kontak seksual apapun sebelumnya.

 Demikianlah di dalam kondisi seperti ini, maka

(14)

 Di sinilah, cairan yang berasal dari selaput darah

menandakan bahwa sang perempuan adalah suci untuk memasuki rumah tangga tanpa membawa bahaya apapun ke dalam rumah tangga barunya tersebut.

 Namun demikian seksualitas telah di “desacralized”

namun tidak di “demonized” atau dikutuk.

 Seksualitas dibicarakan sebagai bagian dari realitas

sosial, sebagai pertanyaan atas regulasi sosial.

 Tempat yang tepat untuk membicarakan seksualitas

(15)

 Keadaan ideal yang dibayangkan oleh Alkitab adalah

perkawinan  keluarga inti yang bersifat monogami

yang ditetapkan oleh Allah dari sejak awal keberadaan manusia.

Di dalam konteks pernikahan, seks diperbolehkan

dan bahkan didorong (Kej 3:16); di dalam Ul 20:7

Dan siapa telah bertunangan dengan seorang

perempuan, tetapi belum mengawininya?

x

Ia

boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya

(16)

 Ul 24:5  Apabila baru saja seseorang mengambil isteri,

janganlah ia keluar bersama-sama dengan tentara maju berperang atau dibebankan sesuatu pekerjaan; satu tahun lamanya ia harus dibebaskan untuk keperluan rumah

tangganya dan menyukakan hati perempuan yang telah diambilnya menjadi isterinya.

 Di dalam Amsal 5:17-18  Biarlah itu menjadi

kepunyaanmu sendiri, jangan juga menjadi kepunyaan

orang lain. Diberkatilah kiranya sendangmu,w

bersukacitalah dengan isteri masa mudamu.

 Seksualitas memiliki sebuah tempat di dalam aturan sosial

(17)

Hukum-hukum tentang hubungan seksual

diberikan untuk mengontrol perilaku-perilaku

seksual dengan cara menggambarkan ukuran

yang tepat bagi aktivitas seksual

pada

(18)

 Hubungan seks antar sesama anggota keluarga sangat

dilarang (Im 18 dan 20; Ul 27). Hukum-hukum ini bertujuan untuk menjelaskan tentang garis keluarga.

 Hubungan seks antar keluarga akan mengaburkan

(19)

Seksualitas dan kekerasan:

Pemerkosaan Dina?

 Sikhem berhubungan seksual dengan Dina tanpa

sepengetahuan keluarganya dengan demikian ia

memperlakukan Dina seperti seorang pelacur 

perempuan yang dapat mengambil sendiri keputusan bagi dirinya sendiri karena seksualitasnya tidak merupakan

bagian dari struktur keluarganya.

 Dina memiliki keluarga sehingga tindakan berhubungan

tanpa sepengetahuan keluarga dianggap tidak pantas.

 Keinginan ayah Sikhem untuk menggabungkan dua

(20)

 Tindakan seksualitas Sikhem mengancam kontrol

keluarga Yakub atas garis keturunan mereka (larangan pernikahan dengan orang asing).

 Masalah seksualitas juga merupakan persoalan

(21)
(22)
(23)

 Cerita Tamar  bukanlah tentang hubungan seksual

yang dilakukan secara premature atau belum pada waktunya melainkan tentang kekerasan seksual.

 Meskipun telah menolak, namun Tamar diperkosa

oleh Amnon kakaknya yang berasal dari satu ayah lain ibu.

 Pemerkosaan dan kekerasan seksual  sering

diindikasikan dengan selimut “incest”.

 Namun analisa feminist menunjukkan bahwa bentuk

(24)

Pertanyaan:

 Apakah fenomena “menyalahkan korban” (Daly 1973:

49) muncul dan pelakunya diampuni? Apakah

perkosaan merupakan konsekuensi logis dari struktur kekuasaan yang dominan?

 Analisa relasi kekuasaan oleh Joke Schrijvers dapat

digunakan.

 Menurut Schrijvers, penindasan yang ekstrim

(25)

 Di mana para perempuan tidak mengendalikan

seksualitas dan kesuburan mereka sendiri. Mereka bertanggung jawab untuk merawat dan memelihara anak-anak dan anggota-anggota lainnya di dalam rumah tangga.

 Di mana perempuan tidak mandiri secara finansial

melainkan bergantung pada para laki-laki atau dieksploitasi melalui pemberian gaji yang sangat rendah dengan jumlah pekerjaan yang sangat berat.

 Di mana perempuan diisolasi dari kontak dengan

(26)

 Di mana menurut jalan pemikiran yang dominan dan

menurut pemikiran para perempuan sendiri, mereka adalah lebih rendah atau inferior dari para laki-laki – baik sehubungan dengan pekerjaan, tubuh dan

kepandaian mereka.

 Di dalam budaya patriarkhal sendiri, bentuk

kekuasaan dan kekerasan menyusup di dalam bentuk pikiran dan perasaan dalam hal ini perempuan hidup di dalam ketakutan, tidak merasa aman sehingga

(27)
(28)
(29)

 Guna menghindari kekerasan maka perempuan harus

hidup di dalam kepatuhan yang berasal dari dirinya sendiri tanpa dituntut atau dipaksa oleh kaum laki-laki.

 Di dalam cerita Tamar  cinta yang ada pada

permulaan kemudian berubah menjadi benci. Inti

dari cerita Tamar  pembalikan cinta menjadi benci.

 Cerita diawali dengan perasaan cinta yang

menggebu-gebu dari Amnon kepada saudarinya Tamar.

 Namun keperawanan Tamar menjadi

masalah/penghalang baginya.

 Keperawanan seorang perempuan menjadi batasan

(30)

 Kecuali ketika sang perempuan diberikan oleh

ayahnya sendiri. Berarti ia adalah properti atau barang pusaka ayahnya.

 Oleh karena itu satu-satunya orang yang dapat

menyingkirkan penghalang tersebut adalah ayahnya Daud.

 Atas seijin Daud, Amnon berhasil menggiring Tamar

ke dalam kamarnya dan meminta Tamar untuk membuat dan menyuapinya dengan makanan. Di situlah terjadi adengan pemaksaan Amnon atas Tamar untuk tidur dengannya.

 Ketika Tamar menolak maka dengan kekuatannya, ia

(31)

 Tamar telah menjadi objek nafsu/hasrat Amnon dan

setelah berhasil memenuhi hasratnya maka sang objek nafsu berubah menjadi objek kebencian.

 Di sinilah mekanisme menyalahkan korban muncul.  Mata yang hanya sanggup melihat “sang lain” sebagai

sebuah objek dan kemudian menginginkannya

ternyata tidak sanggup untuk menghadapi tatapan balik dari sang lain tersebut karena tatapan mata itu akan menelanjangi kebenaran tentang siapa

(32)

 Perubahan sikap Amnon dapat dilihat ketika ia tidak

lagi memanggil Tamar dengan sebutan “adikku.”

 Ia dengan tidak berperikemanusiaan mengusir

adiknya dari hadapannya. Inilah kejahatan terbesar yang tidak dapat ditanggung oleh Tamar karena

begitu ia diusir maka ia bukan hanya menjadi bahan olokan dan kebencian satu orang laki-laki saja melain objek kebencian yang bersifat kolektif  sehubungan

dengan keperawanannya.

 Di tangan saudara laki-lakinya Absalom, ia disuruh

untuk tutup mulut.

 Tamar menjadi seorang yang terbuang di rumah

(33)

 Menurut Fokkelman, perkataan Absalom

menandakan keinginannya untuk menyelesaikan sendiri permasalahan adiknya dan oleh karena itu

melarang Tamar untuk mengambil tindakan-tindakan hukum.

 Di sinilah terkadang, orang ingin membantu korban

pemerkosaan dengan cara mengambil alih proses

hukum tanpa melibatkan sang korban sehingga tanpa sadar telah mendiamkan korban tersebut.

 Korban  sendiri, diabaikan, dan tidak dipedulikan.  Sepintas Tamar patuh pada perintah ayah dan

(34)

 Namun jika kita cermat maka kita bisa melihat

bentuk perlawanan Tamar yang luar biasa kuatnya.

 Bertekad untuk menyelamatkan kehormatannya, ia

dengan berani menyingkapkan arti yang sebenarnya dari tindakan Amnon  ia menyingkapkan siapa

Amnon sebenarnya yaitu sebagai salah satu orang bodoh di Israel.

 Kekuatan yang terpancar dari kata-katanya dan dari

(35)

 Bahkan di dalam peranannya sebagai seorang korban,

ia tetap menyingkapkan harga dirinya.

 Meskipun demikian ia tidak berhasil mematahkan

struktur kekuasaan yang ada melainkan hanya sampai pada tahap menelanjangi.

 Hal yang ditelanjangi oleh Tamar: tindakan

pemerkosaan/kekerasaan seksual dapat terjadi melalui hubungan-hubungan kekuasaan, melalui kerjasama sejumlah laki-laki seperti Yonadab, Daud dan Amnon. Kakaknyapun memaksa saudarinya

untuk diam. Ada lingkaran kekuasaan yang

(36)

 Dengan hanya mengumandangkan Amnon sebagai

sang pemerkosa, sebagai yang bersalah maka tanpa sadar membiarkan para laki-laki yang lainnya cuci tangan.

 Hal ini akan dapat terus melanggengkan tindakan

(37)

Kekerasan Seksual di Indonesia

 Sama halnya dengan dunia Israel kuno, ruang gerak

perempuan di Indonesia dibagi menjadi dua bagian yaitu “ruang aman” dan “ruang beresiko.”

 Ruang aman  tempat-tempat yang boleh didiami

(38)
(39)
(40)

 Ruang beresiko  ruang yang “off-limit”; di luar

rumah setelah jam 6 sore; menggunakan pakaian-pakaian yang mini menunjukkan lekuk tubuh ada kesan seolah-olah “meminta untuk digoda”

 Pembagian ruang ini menciptakan “budaya takut” di

dalam diri perempuan. Ia takut melanggar batasan ruang yang telah ditetapkan bagi dirinya.

 Hal ini dikenal dengan “geografi ketakutan” 

ruang-ruang yang dihindari oleh perempuan guna

(41)
(42)
(43)

 Ruang-ruang ini membelenggu perempuan; mereka

adalah ruang-ruang patriarki.

 Jika ada perempuan yang berani melanggar ruang

tersebut maka kesan yang diperoleh adalah bahwa

perempuan tersebut “butuh” untuk diperkosa. Seolah-olah perempuan suka ketika melihat “hasrat” laki-laki yang tinggi terhadap dirinya.

 Hingga jika perempuan menggunakan

(44)

 Hal ini sama dengan yang terjadi di dalam budaya

Israel kuno yang telah dipaparkan; bahwa “budaya takut” adalah produk masyarakat patriarkhi sehingga setiap perempuan telah diharapkan untuk selalu

berjaga-jaga akan adanya kemungkinan untuk diperkosa.

 Jika pada akhirnya perempuan diperkosa maka itu

pasti diakibatkan karena kegagalannya untuk

(45)

 Korbanlah yang bertanggung jawab sementara pihak

pemerkosa hanya melakukan apa yang dia harus lakukan ketika kesempatan memerkosa itu datang.

 Ada kesan bahwa pemerkosaan adalah hak laki-laki

ketika perempuan gagal melindungi dirinya.

 Di sini kita mengenal satu lagi ruang yaitu “ruang

malu” di mana segala tuduhan ditujukan kepada korban pemerkosaan.

 Di sini kembali kita melihat hubungan antara

(46)

 Tamar menyapa kita dengan “ruang otonomi” yaitu

ruang belas kasih/compassion, integritas dan solidaritas.

 Para perempuan harus mengklaim kembali

kemerdekaannya untuk hidup melampaui “ruang

(47)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dan kemudahan kepada peneliti dalam

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia

Akankah esok kembali ,aku masih kau beri kehidupan yang berarti?. Wahai dunia dan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka penggalang di SD Jaranan Banguntapan Bantul dapat dilihat dari 1) perencanaan pihak

b) Hari Candra (2014) dengan judul Faktor–Faktor yang memengaruhi konsumen dalam menggunakan jasa KJKS BMT Fajar Pringsewu. Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor

Jadi misalnya bila pada KG MACD selisih harga saat ini berada diatas rata-rata (middle bands) selisih selama periode acuan yang kita gunakan, kita tahu bahwa rata-rata pergerakan

Klasifikasi agregat menjadi kasar, halus dan filler adalah berdasarkan ukurannya yang ditentukan menggunakan saringan. Mutu agregat mempengaruhi kekuatan dan ketahanan konkrit. Adapun

NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued) For the Years Ended June 30, 2020 and December 31, 2019 (In Thousand of Rupiah, unless otherwise stated) Perusahaan untuk