TINDAK PIDANA KORUPSI,
TINDAK PIDANA LAINNYA DAN
UPAYA PENCEGAHAN MELALUI
JAKSA MASUK SEKOLAH
LIMA ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK
LIMA ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK
1. Azas Kejujuran
(fairplay)
2.
Azas Kecermatan
(zorgvuldigheid)
3. Azas Kemurnian dalam tujuan
(zuiverheid van oogmerk)
4. Azas Keseimbangan
(evenwichtigbeid)
PENTINGNYA NILAI DAN
PENTINGNYA NILAI DAN
NORMA
1)Peningkatan
kesadaran
hukum
msyarakat
2)Pengamanan kebijakan penegakan
hukum
3)Pengawasan
peredaran
barang
cetakan
4)Pengawasan
aliran
kepercayaan
yang
dapat
membahayakan
masyarakat dan negara
5)Pencegahan
penyalahgunaan
dan/atau penodaan agama
6)Penelitian
dam
pengembangan
hukum serta statistik kriminal
Psl 30 (3) UU NO. 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN RI
Tugas dan Wewenang Kejaksaan
Tugas dan Wewenang Kejaksaan
RI di Bidang Ketertiban dan
RI di Bidang Ketertiban dan
Ketentraman Umum
PEMBENTUKAN TIM JAKSA
1. Nawa cita Presiden RI dan Wakil Presiden RI
tahun 2014-2015 butir kedelapan yang
menitikberatkan pada revolusi karakter
bangsa bidang pendidikan nasional perlu
didukung dan dilaksanakan melalui langkah
strategis dan efektif;
2. Salah satu langkah strategis dan efektif
dalam mendukung terwujudnya revolusi
karakter bangsa bidang pendidikan nasional
adalah melalui penerangan hukum dan
penyuluhan hukum sebagai bagian tugas dan
fungsi Kejaksan Republik Indonesia.
PEMBENTUKAN TIM JAKSA MASUK
SEKOLAH KEJAKSAAN REPUBLIK
INDONESIA
1. Tindak Pidana Korupsi
2. Tentang Narkotika
3. Tentang lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
4. Tentang Pornograf
5. Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
PENGERTIAN KORUPSI
-
Korupsi dalam bahasa Latin disebut
Corruptio –
corruptus
- Korupsi dalam bahasa Belanda disebut
corruptie
- Korupsi dalam Bahasa Inggris disebut
corruption
- Korupsi dalam bahasa Sansekerta di dalam Naskah
Kuno Negara Kertagama tersebut
corrupt
arti harfahnya menunjukkan kepada perbuatan
yang
rusak, busuk, bejad, tidak jujur
yang
disangkutpautkan dengan keuangan
PENGERTIAN PEGAWAI NEGERI
Menurut Pasal 1 angka 2 UU. No. 31 Tahun 1999
a.Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang tentang Kepegawaian;
b.Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana;
c.Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan
negara atau daerah;
d.Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu
korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah;
e.Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi
PENGERTIAN KEUANGAN
NEGARA
Menurut penjelasan UU No. 31 Tahun 1999 KEUANGAN NEGARA yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena :
(a)Berada dalam penguasaan , pengurusan, dan
pertanggungjawaban pejabat lembaga negara, baik ditingkat pusat maupun di daerah;
(b)Berada dalam penguasaan, pengurusan dan
PEREKONOMIAN NEGARA
Perekonomian negara adalah kehidupan
perekonomian yang disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun
usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan
pada kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat
maupun di daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran, dan
kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat.
Prof. DR. Baharudin Lopa, SH merinci penyebab Korupsi yakni :
1. Kerusakan moral ;
2. Kelemahan sistem ;
3. Kerawanan kondisi sosial ekonomi ;
4. Ketidaktegasan dalam penindakan hukum ;
5. Seringnya pejabat meminta sumbangan
kepada pengusaha-pengusaha ;
6. Pungli ;
7. Kekurangan pengertian tentang tindak
pidana korupsi ;
8. Penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan yang serba tertutup ;
9. Masih perlunya peningkatan mekanisme
kontrol oleh DPR ;
10.Masih lemahnya perundang-undangan
yang ada ;
11.Gabungan dari sejumlah faktor (penyebab).
Modus Operandi TPK
Pengadaan Barang dan
Jasa
1. Penggelembungan nilai pekerjaan (Mark Up) (Pasal 2, Pasal 3).
2. Kekurangan volume / kualitas pekerjaan barang / jasa lebih rendah dari spesifikasi teknis yang
ditetapkan (Pasal 2, 3).
3. Pekerjaan fiktif atau pekerjaan ada tapi double
anggaran (Pasal 2,3).
4. Penyuapan (Pasal 5, Pasal 11, Pasal 12a, Pasal 12b, Pasal 13)
5. Pemerasan (Pasal 12e)
6. Turut Serta dalam Pemborongan (Pasal 12i) 7. Pemalsuan (Pasal 9)
8. Kolusi
Azas Legalitas
Pasal 1 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu tidak ada perbuatan yang dapat dipidana tanpa perbuatan itu sebelumnya ditetapkan sebagai tindak pidana dalam
undang-undang.
Kriminalisa
si
adalah
suatu
perbuatan
yang
sebelumnya
dinyatakan
bukan
1. Tindak Pidana
2. Pertanggungjawaban pidana
3. Pidana (Hukuman)
1. Tindak Pidana
2. Pertanggungjawaban pidana
3. Pidana (Hukuman)
TIGA PILAR
Suatu kebijakan tidak dapat
dikriminalisasi, namun terhadap
pembuat kebijakan
(persoon)
tersebut
dapat dikenakan pemidanaan, apabila
kebijakan tersebut tidak mencapai
sasaran atau tujuan
yang telah
ditetapkan dan dibalik kebijakan
dimaksud terdapat unsur
penyalahgunaan wewenang
atau
mendapat keuntungan
untuk diri
sendirinya atau orang lain dan perbuatan
tersebut telah
menimbulkan kerugian
negara
.
Amanat Jaksa Agung 22 Juli 2016
2. Profesionalisme
adalah sebuah bentuk
penguasaan dan pemahaman yang
menyeluruh dan komprehensif atas
bidang tugas yang harus dilaksanakan.
3. Disiplin diri
JAKSA AGUNG RI/KAPOLRI
JAKSA AGUNG RI/KAPOLRI
PENDAMPINGAN PROYEK
PENDAMPINGAN PROYEK
Memberikan pendampingan/pertimbangan
Memberikan pendampingan/pertimbangan
hukum yang diperlukan dalam percepatan
hukum yang diperlukan dalam percepatan
pelaksanaan proyek strategis
pelaksanaan proyek strategis
Meningkatkan upaya pencegahan terjadinya
tindak pidana korupsi
Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan
menjaga kelancaran program pembangunan
Mendukung keberhasilan penyelenggaraan
pembangunan nasional di pusat maupun
daerah
Tim
Pengawal
dan Pengaman
Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
(TP4D)
LATAR BELAKANG
KEPJA NO 152 TAHUN
KEPJA NO 152 TAHUN
2015
1. Mengawal, mengamankan dan mendukung keberhasilan jalannya pemerintahan dan pembangunan melalui upayaupaya
pencegahan/preventif dan persuasif
2. Memberikan pendampingan hukum dalam setiap tahapan program pembangunan dari awal sampai akhir
3. Melakukan koordinasi dengan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang berpotensi menghambat, menggagalkan dan menimbulkan kerugian bagi negara
4. Bersamasama melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan dan program pembangunan