• Tidak ada hasil yang ditemukan

bahaya pewarna sintetik dalam makanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "bahaya pewarna sintetik dalam makanan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Bahaya Pewarna Sintetik dalam Makanan Dini Rohmawati, M.Sc.

FMIPA UNY

dini_rohmawati@uny.ac.id

Produk pangan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Beragam

produk pangan dewasa ini beredar dan banyak dijumpai di masyarakat dari berbagai kalangan.

Proses pengolahan makanan memiliki peranan penting dalam hilangnya warna alami karena

paparan suhu tinggi, cahaya, udara dan kelembapan selama proses tersebut berlangsung. Hal

inilah yang membuat produsen kemudian memberikan zat pewarna tambahan. Persaingan

produk di pasaran kemudian membuat sebagian orang yang tidak bertanggung jawab memilih

langkah yang salah dengan menggunakan pewarna sintesis ke dalam produk pangan dengan

alasan harga murah, lebih stabil dan lebih terang dari pada warna alami..

Selama tiga dekade terakhir, studi yang berulang menyimpulkan bahwa pewarna

sintesis berdosis sedang yang ditambahkan pada makanan dapat memprovokasi hiperaktivitas

dan gangguan tingkah laku lainnya pada anak-anak. Penelitian lebih lanjut mengenai hubungan

antara aditif makanan dengan permasalahan yang sangat serius pada anak-anak tidak hanya

termasuk hiperaktif, namun juga gangguan kognitif, dan dorongan agresif, asma dan penyakit

gatal berbintik merah, kekurangan zat besi dan seng, dan kurang tidur serta mudah marah.

Berikut beberapa zat pewarna dan efek sampingnya:

1. Rhodamin B. D and C Red no 19. Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine, dan Brilliant Pink

(2)

Sebenarnya jenis pewarna ini tidak boleh digunakan untuk mewarnai makanan karena

digunakan dalam industri tekstil dan kertas. Rhodamin B sering disalahgunakan pada

pembuatan kerupuk, terasi, cabe merah giling, agar-agar, aromanis/kembang gula, manisan,

sosis, sirup, minuman, dan lain-lain. Ciri-ciri pangan yang mengandung rhodamin B antara lain

warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok, terkadang warna terlihat tidak homogen (rata),

ada gumpalan warna pada produk, dan bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit. Jika

dikonsumsi akan berefek buruk untuk kesehatan. Salah satunya dapat menimbulkan iritasi pada

saluran pencernaan jika terhirup langsung. Jika dikonsumsi akan menimbulkan reaksi keracunan

dan warna air seni bisa menjadi merah.

2. Methanil Yellow

Jenis pewarna non pangan yang satu ini menghasilkan warna kuning dan tak mudah larut dalam

air. Meskipun dilarang untuk mewarnai makanan, namun banyak juga yang menggunakan

pewarna sintetik ini untuk mewarnai kue-kue. Methanil Yellow seharusnya digunakan untuk

(3)

3. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)

Kode produk yang dimiliki pewarna sintetik ini adalah E124. Warna yang dihasilkan adalah

merah hati keunguan. Ponceau ini banyak digunakan untuk mewarnai selai, kue, agar-agar dan

minuman. Pewarna ini memiliki nilai ambang batas 4 mg/kg/hari. Selain berpotensi memicu

hiperaktivitas pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa

negara, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia. US Food and Drug Administration

(FDA) sejak tahun 2000 telah menyita permen dan makanan buatan Cina yang mengandung

Ponceau 4R. Pewarna aditif ini juga dapat meningkatkan serapan aluminium sehingga melebihi

batas toleransi.

4. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)

Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan.

Ambang batas untuk pewarna ini adalah 5 mg/kg/hari, yang dapat disamakan dengan 150

mg/hari untuk anak berberat badan 30 kg. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak,

pada sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu orang , tartrazine menimbulkan efek hipersensitif seperti

kelelahan, pandangan kabur, peningkatan sekresi nasofaringal, perasaan sesak nafas, jantung

(4)

meler), asma, purpura (kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock). Intoleransi ini tampaknya

lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin.

5. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)

Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim,

ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Senyawa ini memiliki ambang

batas sebesar 3,75 mg/kg/hari atau 112,5 mg untuk anak dengan berat badan 30 kg. Untuk

sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis,

alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah. Dalam beberapa penelitian ilmiah, zat ini

telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor pada hewan dan kerusakan kromosom,

namun kadar konsumsi zat ini dalam studi tersebut jauh lebih tinggi dari yang

dikonsumsi manusia. Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menemukan bukti insiden

tumor meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang karena konsumsi Sunset

Yellow. Namun demikian karena tidak memberikan manfaat kesehatan, pewarna ini seharusnya

dihilangkan dari penggunaan pada makanan.

6. Allura Red (E129)

(5)

Allura Red adalah pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan

minuman. Senyawa ini memiliki ambang batas 7 mg/kg/hari, dan untuk anak dengan berat 30

kg sebesar 210 mg. Allura Red sudah dilarang di banyak negara lain, termasuk Belgia, Perancis,

Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia. Sebuah studi menunjukkan bahwa reaksi

hipersensitivitas terjadi pada 15% orang yang mengkonsumsi Allura Red. Dalam studi itu, 52

peserta yang telah menderita gatal-gatal atau ruam kulit selama empat minggu atau lebih

diikutkan dalam program diet yang sama sekali tidak mengandung Allura Red dan makanan lain

yang diketahui dapat menyebabkan ruam atau gatal-gatal. Setelah tiga minggu tidak ada gejala,

para peserta kembali diberi makanan yang mengandung Allura Red dan dimonitor. Dari

pengujian itu, 15% kembali menunjukkan gejala ruam atau gatal-gatal.

7. Quinoline Yellow (E104)

Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman energi.

Ambang batass untuk pewarna ini adalah 5 mg/kg/hari. Zat ini sudah dilarang di banyak negara

termasuk Australia, Amerika, Jepang dan Norwegia karena dianggap meningkatkan risiko

hiperaktivitas dan serangan asma.

8. Brilliant Blue

(6)

Senyawa ini merupakan pewarna makanan biru yang larut dalam air dan banyak digunakan

pada roti, minuman, bubuk pemanis, perment, sereal, obat-obatan, dan produk lainnya.

Ambang batas untuk pewarna ini adalah 12 mg/kg/hari, untuk anak dengan berat badan 30 kg

sebesar 360 mg/hari. Pada beberapa penelitian lain tidak ditemukan bukti karsinogenik, namun

pada penelitian lainnya menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan kerusakan. Hasil tes

in-vitro, pewarna ini menginhibisi pertumbuhan neurit dan bertindak secara sinergis dengan asam

L-glutamat, mengjaukan potensial terhadap neurotoksisitas. Hal ini tentu saja mengkhawatirkan

untuk janins dan bayi dibawah enam bulan yang halangan darah-otak belum sepenuhnya

berkembang. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan sebelum pewarna ini dinyatakan aman.

Sumber:

Kobylewski, S., dan Jacobson, M.F., 2010, Food Dyes A Rainbow of Risks. Center for Science in the Public Interest. United States

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 37 Tahun 2013 Tentang

http://ik.pom.go.id/v2013/wp-content/uploads/2011/11/Bahaya-Rhodamin-B-sebagai-Pewarna-pada-Makanan.pdf diakses tanggal 9 September 2014.

http://majalahkesehatan.com/bahaya-efek-samping-pewarna-buatan/ diakses tanggal 10

September 2014.

http://food.detik.com/read/2012/08/07/154225/1985389/297/3/kenali-jenis-jenis-pewarna-sintetis-yang-berbahaya-bagi-kesehatan#bigpic diakses tanggal 10 September 2014.

http://ik.pom.go.id/v2013/wp-content/uploads/2011/11/Bahaya-Metanil-Yellow-pada-Pangan3.pdf diakses tanggal 9 September 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses leaching (ekstraksi padat-cair) sebagaimana yang dijalankan pada proses ekstraksi pewarna alami dari limbah hati nanas ini, faktor yang paling berperan

Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami Dari Buah Mangrove Jenis Rhizopora stylosa Dalam Bentuk Bubuk Sebagai Pewarna Batik.. D3 Teknik Kimia FakultasTeknik Universitas Sebelas

Menurut Winarno (1995), yang dimaksud dengan zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama  proses pengolahan

penjelasan yang melarang penggunaan senyawa tersebut untuk bahan pangan. Di samping itu, harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah. dibandingkan dengan harga zat pewarna

Penerapan mesin ini tentunya sangat membantu pekerjaan mitra dalam proses pewarna alami, karena yang tadinya untuk mendapatkan warna dari bahan-bahan alami dari tanaman

Urutan Kebiruan Gladiol Hasil Pewarnaan Konsentrasi pewarna yang lebih tinggi menghasilkan warna biru yang lebih gelap atau tua dan membentuk warna tepi petal yang

Zat pewarna adalah zat warna atau bahan lain yang dibuat dengan cara sintetis atau kimiawi atau bahan alami dari tanaman, hewan, atau sumber lain yang

Potensi Ekstrak Bunga Telang Clitoria ternatea Sebagai Pewarna Alami Lokal Pada Berbagai Industri Pangan: The Potential of Extract Butterfly Pea Flower Clitoria ternatea L.. as a Local