• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Permen Padat Secara Kromatografi Kertas Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Permen Padat Secara Kromatografi Kertas Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Permen sediaan padat

Permen atau Kembang gula adalah produk yang merupakan campuran

gula pasir dengan pewarna sintetis (alami, identik alami, tiruan) dan bahan

tambahan makanan lainnya yang di izinkan (SNI 01-3722-1995).

Umumnya warna yang ditambahknan disesuaikan dengan cita rasa produk yang

akan dibuat. Misalnya untuk rasa jeruk diberi warna orange.Warna dan rasa

ditambahkan agar ada kesan dari buah asli.

Bahan pewarna sintesis yang boleh digunakan untuk minuman harus dibatasi

jumlahnya karena pada dasarnya setiap benda sintesis yang masuk kedalam tubuh

kita akan mempengaruhi kesehatan jika digunakan dalam dosis tertentu dalam

jangka waktu tertentu, untuk itu kita harus memperhatikan ADI(Acceptable Daily

Intake). ADI dinyatakan dalam mg/kg berat badan jumlah zat kimia yang masuk

dalam setiap harinya (Yuliarti, 2007).

2.2 Bahan Tambahan Pangan

Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat bergantung pada

beberapa faktor seperti cita rasa, tekstur, nilai gizinya juga sifat mikrobiologisnya.

berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang temasuk dalam

golongan Bahan Tambahan Pangan (BTP), yaitu pewarna alami dan pewarna

(2)

Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila :

1. Dimakasudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam

pengolahan

2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah

atau yang tidak memenuhi persyaratan.

3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan

dengan cara produksi yang baik untuk pangan

4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan

Pengertian Bahan Tambahan Pangan dalam Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 772/Menkes/Per/IX/88No.1168/menkes/PER/X/1999secara umum

adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan

biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau

tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan kedalam makanan

untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,

perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan.

Terdiri dari golongan BTP yang diizinkan diantaranya sebagai berikut.

1. Antioksidan (antioxidant)

2. Antikempal (anticacking agent)

3. Pengatur keasaman (acidity regulator)

4. Pemanis buatan (artificial sweetener)

5. Pemutih dan pematang telur (flour treatment agent)

6. Pengemulsi, pemantap dan pengental (emulsifier, stabilizer, thickener)

7. Pengawet (preservative)

(3)

9. Pewarna (colour)

10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (flavor, flavor enhancer)

11. Sekuestran (sequestrant)

Tujuan Penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan

atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan

lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan lebih

mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada umumnya

bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai

berikut

1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam

makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud

penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan

membantu pengolahan , sebagai contoh pengawet, pewarna, dan pengeras.

2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan

yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara

tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat

perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan

ini dapat pula merupakan residua tau kontaminan dari bahan yang sengaja

ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya

yang masih terus terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi.

(4)

2.3 Pewarna Pangan

Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai jenis makanan,

terutama berbagai produk jajanan pasar serta berbagai makanan olahan yang

dibuat oleh industri kecil ataupun industri rumah tangga meskipun pewarna

buatan juga ditemukan pada berbagai jenis makanan yang dibuat oleh industri

besar. Yang terakhir ini biasanya sengaja dilakukan oleh pabrik untuk membuat

makanan atau minuman berkalori rendah yang ditujukan untuk penderita diabetes

melitus. Hampir setiap makanan dan minuman olahan telah dicampur dengan

pewarna sintetis. Penggunaannya secara terus menerus (berlebihan) dapat

membahayakan kesehatan. Penggunaan pewarna sebenarnya boleh saja selama

dalam jumlah terbatas. Namun demikian, apabila pewarna yang digunakan adalah

pewarna nonmakanan, misalnya pewarna tekstil atau kertas ataupun pewarna

makanan, tetapi dalam jumlah yang berlebihan, tentulah akan membahayakan

kesehatan konsumen (Yuliarti, 2007).

Warna merupakan salah satu aspek yang penting terhadap kualitas suatu

produk pada makanan. Kualitas warna dianggap sangat penting menunjukkan

kualitas rasa dan tekstur dari suatu makanan agar makanan tersebut dapat diterima

di masyarakat. Warna juga mengindikasikan bahwa telah terjadi reaksi kimia pada

makanan (Deman, 1980).

Ada lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna, yaitu :

1. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan. Misalnya

klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan mioglobin

(5)

2. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanasknan membentuk warna

cokelat. Misalnya warna cokelat pada kembang gula karamel atau roti yang

dibakar.

3. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Mailard, yaitu antara gugus

aminoprotein dengan gugus karbonil gula pereduksi. Misalnya susu bubuk

yang disimpan lama akan berwarna gelap.

4. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna

hitam atau cokelat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam

serta enzim, mislanya warna gelap permukaan apel atau kentang yang

dipotong.

5. Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna sintetik,

yangtermasuk dalam golongan bahan aditif makanan (Winarno, 1992).

2.3.1.Tujuan Penggunaan Pewarna Pangan

Berdasarkan survai yang telah dilakukan Walford (1980), ada beberapa

tujuan penggunaan pewarna pangan, yaitu :

- Untuk memberikan penampilan yang menarik dari produk makanan

yang telah berubah warna ketika proses pembuatan.

- memberikan warna kepada produk makanan sesuai dengan sifat

makanan tersebut.

- menguatkan warna suatu produk makanan yang memiliki warna

yang lemah.

- Untuk memastikan keseragaman suatu bets dari sumber yang

(6)

2.3.2.Klasifikasi Zat Pewarna Makanan 1.Pewarna Alami

Zat pewarna yang termasuk dalam uncertified color ini adalah zat

pewarna alami (ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan) dan zat pewarna mineral,

walaupun ada juga beberapa zat pewarna seperti β-karoten dan kantaxantin yang

telah dapat dibuat secara sintetik. Untuk penggunaannya, zat pewarna ini bebas

dari prosedur sertifikasi dan termasuk daftar yang telah tetap (Winarno, 1992).

Tabel 1.Sifat-sifat Bahan Pewarna Alami

Kelompok Warna Sumber Kelarutan Stabilitas

Karamel cokelat gula dipanaskan air Stabil

(7)

Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat

digunakan sebagai pewarna untuk makanan. Beberapa pewarna alami yang

berasal dari tanaman dan hewan, diantaranya adalah klorofil, mioglobin dan

hemoglobin, antosianin, flavonoid, tannin, quinon dan xanton, serta karotenoid

seperti table diatas (Cahyadi, 2009)

Banyak sekali bahan alami yang dapat digunakan sebagai pewarna

makanan, umumnya pewarna alami aman untuk digunakan dalam jumlah yang

besar sekalipun, berbeda dengan pewarna sintesis yang demi keamanan

penggunaanya harus dibatasi dengan melihat ADI-nya (Yuliarti, 2007)

2.Pewarna Sintetis

Zat pewarna ditambahkan kedalam makanan bertujuan untuk menarik

selera dan keinginan konsumen. Zat-zat Pewarna alam yang sering digunakan

misalnya, karoten, kunyit dan daun-daun pandan. Dibandingkan dengan bahan

pewarna alami, maka bahan pewarna buatan mempunyai banyak kelebihan yaitu

dalam hal aneka ragam warnanya, keseragaman warna, kestabilan warna, dan

penyimpanannya lebih mudah dan lebih tahan lama. Selain dari pada itu bahan

pewarna alami biasanya warnanya jarang yang sesuai dengan warna yang di

(8)

2.Kestabilan Beberapa Pewarna Tabel Sintetis

Perwarna Nomor Indeks Warna (C.I.No)

722/Menkes/Per/IX/88 mengenai Bahan Tambahan Pangan (BTP). Akan tetapi,

seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan

pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai

bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu

(9)

Struktur beberapa pewarna sintetik terlihat pada gambar 2.1

a. Tartrazine

c.Briliant Blue d. Allura Red

Tabel 3.Kestabilan Beberapa Pewarna Sintetis

Pewarna Kestabilan terhadap

Cahaya Oksidasi pH

Eritrosin Sangat baik Rendah Sangat rendah

Merah

Allura

Sangat baik Rendah Baik

Kuning

FCF

Sedang Rendah Baik

Hijau FCF Rendah Sangat rendah Baik

Biru Berlian Rendah Sangat rendah Baik

Indigotin Sangat rendah Sangat rendah Baik

Tartrazin Baik Rendah Baik

(10)

Zat warna yang termasuk golongan dyes telah melalui prosedur sertifikasi

yang ditetapkan oleh US-FDA. Sedangkan zat pewarna lakes yang hanya terdiri

dari satu warna, tidak merupakan campuran, juga harus mendapat sertifikat.

Dalam certified colour terdapat spesifikasi yang mencantumkan keterangan yang

penting mengenai zat pewarna tertentu, misalnya bentuk garam, kelarutan, dan

residu yang terdapat didalamnya. Pada umumnya pewarna sintetis lebih stabil

terhadap pH, cahaya, dan faktor lainnya selama pengolahan dan penyimpanan

(Cahyadi, 2008).

Tabel 4.Golongan Pewarna Sintetik

Golongan Contoh Pewarna

Azo Dyes Allura Red (Merah Allura)

Amaranth, Azorubin (Carmoisin), Briliant Black,

Brown FK, Brown HT, Litol Rubin BK, Ponceau

4R, Merah 2G, Sunst Yellow, Tartrazine

Triarylmethane Dyes Briliant Blue FCF, Fast Green FCF, Green S,

Patent Blue V

Quinophthalon Dyes Quinoline Yellow (Kuning Kuinelin)

Xanthene Dyes

Indigo Dyes

Erythrosine (Eritrosin)

(11)

Tabel 5. Pewarna Sintetik yang diizinkan dan yang dilarang di Indonesia Pewarna yang Diizinkan

Pewarna Nomor Indeks Warna (C.I. No)

Amaran 16185

adalah zat pewarna buatan. Zat warna yang termasuk golongan dye telah melalui

prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang ditetapkan oleh FDA (Food and Drug

(12)

sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai

bahan. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propilen glikol, gliserin

atau alkohol, sedangkan dalam semua jenis pelarut organik, dye tidak dapat larut.

(Winarno,1992).

2.4. Efek Bahan Pewarna Terhadap Kesehatan

Sejumlah makanan yang kita konsumsi tidak mengandung zat berbahaya

menurut daftar zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya (Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88). Namun

demikian, penggunaan pewarna tersebut hendaknya dibatasi karena meskipun

relatif aman, penggunaannya dalam jumlah yang besar tetap dapat membahayakan

kesehatan masyarakat. Menurut Cahyadi (2009), zat warna diabsorbsi dari dalam

saluran pencernaan makanan dan sebagian dapat mengalami metabolisme oleh

mikroorganisme dalam usus. Dari saluran pencernaan dibawa langsung ke hati,

melalui vena portal atau melalui sistem limpatik ke vena superior. Zat warna yang

dimetabolisme dan dikonjugasi di hati, selanjutnya ada juga yang ke empedu

memasuki jalur sirkulasi enterohepatik. Zat warna azo yang larut dalam air

diekskresi secara kuantitatif melalui empedu, sedangkan yang larut dalam lemak

diabsorpsi sempurna tanpa metabolisme dalam usus, melainkan dimetabolisme

dalam hati oleh azo-reduktase membentuk amin primer yang sesuai, atau dapat

juga dihidrolisis, atau diikat oleh protein-protein hati. Senyawa yang merupakan

metabolit polar cepat dieliminasi lewat urine. Beberapa senyawa azo, terurai pada

(13)

Efek kronis yang disebabkan oleh zat warna azo yang dimakan dalam

jangka waktu lama menyebabkan kanker hati. Selain senyawa-senyawa azo lain

mengakibatkan kanker walaupun efeknya lebih kecil dan waktunya lebih lama.

Para ilmuwan pada umumnya mempergunakan zat warna azo dalam

penelitiannya, karena hampir 90% dari bahan pewarna pangan terdiri dari zat

warna azo (Cahyadi, 2006).

2.5.Kromatografi

Kromatografi adalah suatu tehnik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan

pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen

(berupa molekul) yang berada pada larutan.

Pembagian Kromatografi Fase Gerak dan Fase Diam sebagai berikut;

1.Kromatografi kertas

Kromatografi kertas menggunakan fase diam kertas, yakni kandungan selulosa di

dalamnya, sedangkan untuk fase gerak yang digunakan adalah pelarut atau

campuran pelarut yang sesuai. Kertas sebagai fase diam akan dicelupkan ke dalam

sampel dan pelarut, selanjutnya sampel dan pelarut berdasarkan gaya kapilaritas

akan terserap dan bergerak ke atas. Perbandingan jarak relatif antara senyawa

(sampel) dengan jarak pelarut dihitung sebagai nilai Rf. Aplikasi penggunaan dari

kromatografi kertas sendiri adalah untuk memisahkan diantaranya adalah tinta, zat

pewarna, senyawa tumbuhan seperti klorofil , make up dan berbagai zat lainnya.

Mekanisme kerja dari kromatografi kertas cukup sederhana, di laboratorium kita

(14)

Prinsip Kromatografi Kertas

Senyawa partisi antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu

senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan fase gerak yang melewatinya

berupa pelarut organik yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut.

2.Kromatografi lapis tipis

Kromatografi lapis tipis biasa menggunakan sebuah lempengan tipis yang

berbalut tipis gel silica atau alumina. Silika atau alumina tersebut berfungsi

sebagai fase diam materi juga digunakan sebagai fase diam asalkan mampu

mengalami pendaflour (fluorsence) dalam sinar ultraviolet sementara untuk fase

gerak yang digunakan adalah pelarut atau campuran pelarut yang digunakan untuk

mengetahui jenis pada campuran asam amino tertentu.

Prinsip Kromatografi Lapis Tipis

Prinsipnya didasarkan atas partisi dan adsorpsi. Zat penyerap merupakan fase

stasioner, berupa bubuk halus dibuat serba rata dan tipis diatas lempeng kaca.

Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel, baik yang fase normal

maupun fase terbalik

3.GC ( Gas chromatography)

Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-

komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati

(15)

Prinsip Kerja Kromatografi Gas

Gas pembawa (biasanya menggunakan helium, argon / nitrogen) dengan tekanan

tertentun dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam.

4.HPLC(High Performance Liquid Chromatography) atau Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi

Tehnik Pemisahan HPLC memiliki banyak keunggulan di banding dengan

kromatografi lainnya, diantaranya adalah cepat dalam proses dalam analisa,

resolusi yang lebih tinggi, sentivitas detector yang lebih tinggi, kolom yang

dipakai dapat digunakan kembali, ideal dan cocok untuk zat bermolekul besar

berionik dan mudah untuk rekoveri sampel. HPLC boleh di bilang sebagai tehnik

tercanggih dalam metode kromatografi. HPLC juga menggunakan sistem

instrumen seperti pada kromatografi gas. Didalam ini juga digunakan tekanan dan

kecepatan yang cukup tinggi sehingga mampu dihasilkan resolusi yang lebih baik.

5.Kromatografi kolom

Kromatografi kolom menjadi tipe yang paling umum digunakan. Ciri khas dari

tipe ini adalah penggunaan sebuah tabung kaca kolom dengan diameter 5 hingga

50 mm dan tinggi 5 cm hingga 1 meter sebagai wadah bahan fase stasioner. Bahan

campuran (larutan) masuk melalui sisi atas tabung dan mengalir perlahan

melewati bahan stasioner. Zat-zat penyusun campuran akan terpisah berdasarkan

kecepatannya mengalir di dalam bahan stasioner. Zat yang paling cepat mengalir

akan mencapai bagian outlet tabung terlebih dahulu, dan diikuti dengan zat-zat

(16)

Prinsip Kerja Kromatografi Kolom

Pada bahan stasioner yang digunakan, yaitu berupa silica gel atau juga alumina.

Serupa dengan alumina(silica gel) memiliki struktur kimia inti silikon dioksida,

dimana atom silikon berikatan dengan oksigen dan membentuk struktur kovalen

besar. Selanjutnya pada sisi permukaan struktur silica, setiap atom silikon terikat

dengan molekul OH–. (Gritter, 1991).

Kromatografi Kertas dan Kromatografi Lapis Tipis merupakan metode

kromatografi yang sederhana.Kromatografi Kertas merupakan jenis kromatografi

partisi, dimana fasa diam adalah air yang disokong oleh molekul-molekul selulosa

dari kertas, dan fasa gerak merupakan campuran dari satu atau lebih

pelarut-pelarut organik dan air.Kromatografi Kertas sudah sering digunakan untuk

mengidentifikasi pewarna sintetik pada makanan.Bahkan metode ini hingga saat

ini masih digunakan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM)

(Gritter, 1991).

Prosedur penyiapan sampel dari kedua metode kromatografi ini sama

yakni, sejumlah cuplikan ditambahkan asam asetat encer kemudian masukkan

benang wool bebas lemak secukupnya, lalu dipanaskan diatas nyala api kecil

selama 30 menit sambil diaduk. Benang wool dicuci dengan air hingga bersih.

Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan penambahan ammonia 10% diatas

penangas air hingga sempurna. Totolkan pada kertas kromatografi (pada

Kromatografi Kertas) ataupun plat lapis tipis (pada Kromatografi Lapis Tipis),

juga totolkan baku pembanding. Elusi dengan eluen yang sesuai pada suhu kamar

(17)

Menurut Sastrohamidjojo, H (1991) menyatakan bahwa apabila akan

melakukan pemisahan dengan kromatografi kertas maka hal-hal seperti berikut

perlu mendapatkan perhatian.

2.5.1. Metode Pemisahan

Ada beberapa metode dalam pemisahan dengan kromatografi kertas

diantaranya :

- Metode penurunan yaitu berupa bejana yang terbuat dari gelas, platina atau

logam tahan karat yang di atasnya ditutup untuk mencegah dari pelarut. Untuk

menyangga agar kertas tak lepas perlu diberi penahan dari batang gelas. Untuk

beberapa centimeter pelarut mengalir oleh gaya kapiler dan mengalir oleh

gravitasi setelah permukaan pelarut melintasi batang gelas.

- Metode penaikan. Bejana yang digunakan untuk kromatografi penaikan sama

seperti untuk kromatografi penurunan, tetapi pelarut diletak dibagian bawah

bejana dan kertas dicelupkan di atasnya.

- Metode mendatar. Dalam cara ini kertas dibentuk bulat ditengahnya diberi

lubang sebagai tempat untuk meletakkan sumbu yang terbuat baik dari gulungan

kertas atau dari benang dimana melalui ini pelarut akan naik yang kemudian akan

membesahikertas untuk kemudian mengembang, melingkar, membawa senyawa

yang dipisahkan.

2. 5.2. Secara Kromatografi Kertas

Kromatografi kertas menggunakan kertas saring whatman no. 1 dan

(18)

pengaruh pada kecepatan alir pelarut.Sedangkan fungsi dari kertas sendiri sangat

kompleks.Efek-efek serapan disebabkan oleh sifat polar dari gugus-gugus

hidroksil dimana ini kemungkinan sangat penting dan sejumlah kecil dari gugus

karboksil dalam selulosa dapat menaikkan terhadap efek-efek pertukaran

ion.Kecepatan aliran naik dengan penurunan kekentalan dari pelarut (dengan

kenaikan dalam suhu), tetapi aliran pelarut pada suhu yang tertentu, ditentukan

oleh kerapatan dan tebalnya kertas.

2.5.3. Pelarut

Fase bergerak biasanya merupakan campuran yang terdiri atas satu

komponen organik yang utama, air dan berbagai tambahan seperti asam-asam,

basa atau pereaksi-pereaksi kompleks untuk memperbesar kelarutan dari beberapa

senyawa atauuntuk mengurangi yang lainnya.Anti oksidan sering digunakan juga

dan harus didapati dengan kemurnian yang tinggi.Pelarut harus sangat mudah

menguap, karena terlampau cepat mengadakan kesetimbangan, pada keadaan

yang lain volalitas yang tinggi mengakibatkan lebih cepat hilang meninggalkan

lembaran kertas setelah bergerak. Kecepatan bergeraknya harus tidak cepat

dipengaruhi oleh perubahanperubahan suhu. Contoh penggunaan dari pelarut yang

dipilih untuk senyawa- senyawa organik yang polar akan lebih mudah larut dalam

air dari pada dalam zat –zat cair organic akan terjadi gerakan-gerakan yang lambat

jika fase bergerak anhidrida digunakan, penambahan air terhadap pelarut akan

menyebabkan senyawa-senyawa tersebut untuk bergerak. Jadi n-butanol bukan

merupakan suatu pelarut untuk asam-asam amino jika tidak dijenuhkan dengan air

penambahan asam cuka disertai dengan pemberian lebih banyak air akan menjadi

(19)

bersifat basa, campuran tiga komponen ini sangat baik untuk senyawa senyawa

asam amino.

2.5.4. Cara Penempatan Cuplikan Pada Kertas

Larutan campuran yang akan dipisahkan ditempatkan pada kertas yang

berupa noda. Biasanya dibiarkan untuk berkembang membentuk suatu bulatan.

Bagian kertas yang ditetesi dibiarkan dalam keadaan mendatar, sehingga larutan

pada keadaan kompak dalam bentuk bulatan. Dan jangan biarkan kertas tersentuh

zat-zat yang lain. Biasanya diameter dari noda yang digunakan adalah 0,5 cm

(Sastrohamidjojo, 1991).

2.5.5 Identifikasi Dari Senyawa-Senyawa

Menurut Sastrohamidjojo, H (1991) menyatakan bahwa dalam

mengidentifikasi noda noda dalam kertas sangat lazim menggunakan harga Rf

(retordation factor) yang didefenisikan sebagai :

Rf = � � � � � �

� � �

Nilai maksimum Rf adalah 1 dan ini dicapai ketika solut mempunyai

perbandingan distribusi dan faktor retensi sama dengan 0 yang berarti senyawa

bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak. Nilai minimum Rf

adalah 0 dan ini teramati jika senyawa tertahan pada posisi titik awal dipermukaan

fase diam (Rohman, 2007).

Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu diantaranya adalah :

1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan

yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan

(20)

2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan

aliran.

3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari

atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen

pelarut dari kertas.

4. Kertas. Pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan

serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi

kecepatan aliran.ia akan juga mempengaruhi pada kesetimbangan partisi.

5. Sifat dari campuran. Berbagai senyawa mengalami partisi dan antara

volume-volume yang sama dari fase tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu

mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap yang lainnya hingga

Gambar

Tabel 1.Sifat-sifat Bahan Pewarna Alami
Tabel 3.Kestabilan Beberapa Pewarna Sintetis
Tabel 5. Pewarna Sintetik yang diizinkan dan yang dilarang di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Adapun manfaat dari percobaan ini adalah dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis untuk menginformasikan kepada para pembaca tentang zat pewarna sintetis yang

Universitas

Universitas Sumatera

Pelarut yang digunakan untuk menentukan zat pewarna sintesis ini adalah dengan perbandingan volume isobutanol : etanol : air adalah 3 : 2 :2 dan Trinatrium sebagai pengelusi

Banyak sekali bahan alami yang dapat digunakan sebagai pewarna makanan, umumnya pewarna alami aman untuk digunakan dalam jumlah yang bear sekalipun, berbeda dengan

Mengenal Bahan Kimia Pengawet dan Bahan tambahan Pangan..

tekstil atau kertas ataupun pewarna makanan tetapi dalam jumlah yang berlebihan,.. tentulah dilarang penggunaannya, sebab akan membahayakan

Meskipun mempunyai efek negatif, perkembangan industri makanan yang menggunakan pemanis buatan makin berkembang pesat mengingat bahan tambahan makanan ini