• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Minuman Serbuk Rasa Jeruk Secara Kromatografi Kertas Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Minuman Serbuk Rasa Jeruk Secara Kromatografi Kertas Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Serbuk Minuman Rasa Jeruk

2.1.1.Definisi

Serbuk Minuman Rasa Jeruk adalah produk yang merupakan campuran

tepung, gula pasir dengan cita rasa jeruk (alami, identik alami, tiruan) dan bahan

tambahan makanan lainnya yang di izinkan (SNI 01-3722-1995). Pengendalian

mutu air sangatlah penting terutama untuk minuman ringan minuman ini pada

hakekatnya adalah air maka rasa atau bau apapun yang kurang menyenangkan

yang ada didalam air akan mempengaruhi rasa produk akhir. Kejernihan yang

tinggi dari sebagian besar minuman ringan merupakan faktor penting dari segi

pemasaran (Buckle, 1985).

Umumnya warna yang ditambahknan disesuaikan dengan cita rasa produk yang

akan dibuat. Misalnya untuk rasa jeruk diberi warna orange. Warna dan rasa

ditambahkan agar ada kesan dari buah asli.

Bahan pewarna sintesis yang boleh digunakan untuk minuman harus dibatasi

jumlahnya karena pada dasarnya setiap benda sintesis yang masuk kedalam tubuh

kita akan mempengaruhi kesehatan jika digunakan dalam dosis tertentu dalam

jangka waktu tertentu, untuk itu kita harus memperhatikan ADI. ADI dinyatakan

dalam mg/kg berat badan jumlah zat kimia yang masuk dalam setiap harinya

(2)

2.2 Bahan Tambahan Pangan

Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat bergantung pada

beberapa faktor seperti cita rasa, tekstur, nilai gizinya juga sifat mikrobiologisnya.

berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang temasuk dalam

golongan Bahan Tambahan Pangan (BTP), yaitu pewarna alami dan pewarna

sintetis (Cahyadi, 2009).

Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila :

1. Dimakasudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam

pengolahan

2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah

atau yang tidak memenuhi persyaratan.

3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan

dengan cara produksi yang baik untuk pangan

4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan

Pengertian Bahan Tambahan Pangan dalam Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 772/Menkes/Per/IX/88No.1168/menkes/PER/X/1999 secara umum

adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan

biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau

tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan kedalam makanan

untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,

perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan.

Terdiri dari golongan BTP yang diizinkan diantaranya sebagai berikut.

1. Antioksidan (antioxidant)

(3)

3. Pengatur keasaman (acidity regulator)

4. Pemanis buatan (artificial sweetener)

5. Pemutih dan pematang telur (flour treatment agent)

6. Pengemulsi, pemantap dan pengental (emulsifier, stabilizer, thickener)

7. Pengawet (preservative)

8. Pengeras (firming agent)

9. Pewarna (colour)

10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (flavor, flavor enhancer)

11. Sekuestran (sequestrant)

Tujuan Penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan

atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan

lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan lebih

mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada umumnya

bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai

berikut

1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam

makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud

penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan

membantu pengolahan , sebagai contoh pengawet, pewarna, dan pengeras.

2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan

yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara

tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat

(4)

ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya

yang masih terus terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi.

(Cahyadi, 2006).

2.3 Pewarna Pangan

Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai jenis makanan dan

minuman, terutama berbagai produk jajanan pasar serta berbagai makanan dan

minuman olahan yang dibuat oleh industri kecil ataupun industri rumah tangga

meskipun pewarna buatan juga ditemukan pada berbagai jenis makanan yang

dibuat oleh industri besar. Yang terakhir ini biasanya sengaja dilakukan oleh

pabrik untuk membuat makanan atau minuman berkalori rendah yang ditujukan

untuk penderita diabetes melitus. Hampir setiap makanan dan minuman olahan

telah dicampur dengan pewarna sintetis. Penggunaannya secara terus menerus

(berlebihan) dapat membahayakan kesehatan. Penggunaan pewarna sebenarnya

boleh saja selama dalam jumlah terbatas. Namun demikian, apabila pewarna yang

digunakan adalah pewarna nonmakanan, misalnya pewarna tekstil atau kertas

ataupun pewarna makanan, tetapi dalam jumlah yang berlebihan, tentulah akan

membahayakan kesehatan konsumen (Yuliarti, 2007).

Warna merupakan salah satu aspek yang penting terhadap kualitas suatu

produk makanan. Kualitas warna dianggap menunjukkan kualitas rasa dan tekstur

dari suatu makanan agar makanan tersebut dapat diterima di masyarakat. Warna

juga mengindikasikan bahwa telah terjadi reaksi kimia pada makanan (Deman,

(5)

Ada lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna, yaitu :

1. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan. Misalnya

klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan mioglobin

menyebabkan warna merah pada daging.

2. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanasknan membentuk warna

cokelat. Misalnya warna cokelat pada kembang gula karamel atau roti yang

dibakar.

3. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Mailard, yaitu antara gugus

aminoprotein dengan gugus karbonil gula pereduksi. Misalnya susu bubuk

yang disimpan lama akan berwarna gelap.

4. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna

hitam atau cokelat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam

serta enzim, mislanya warna gelap permukaan apel atau kentang yang

dipotong.

5. Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna sintetik,

yang termasuk dalam golongan bahan aditif makanan (Winarno, 1992).

2.3.1.Tujuan Penggunaan Pewarna Pangan

Berdasarkan survai yang telah dilakukan Walford (1980), ada beberapa

tujuan penggunaan pewarna pangan, yaitu :

1. Untuk memberikan penampilan yang menarik dari produk makanan yang

telah berubah warna ketika proses pembuatan.

2. Untuk memeberikan warna kepada produk makanan sesuai dengan sifat

(6)

3. Untuk menguatkan warna suatu produk makanan yang memiliki warna yang

lemah.

4. Untuk memastikan keseragaman suatu bets dari sumber yang berbeda

(Walford, 1980).

2.3.2.Klasifikasi Zat Pewarna Makanan 2.3.2.1Pewarna Alami

Zat pewarna yang termasuk dalam uncertified color ini adalah zat

pewarna alami (ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan) dan zat pewarna mineral,

walaupun ada juga beberapa zat pewarna seperti β -karoten dan kantaxantin yang

telah dapat dibuat secara sintetik. Untuk penggunaannya, zat pewarna ini bebas

dari prosedur sertifikasi dan termasuk daftar yang telah tetap (Winarno, 1992).

Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat

digunakan sebagai pewarna untuk makanan. Beberapa pewarna alami yang

berasal dari tanaman dan hewan, diantaranya adalah klorofil, mioglobin dan

hemoglobin, antosianin, flavonoid, tannin, quinon dan xanton, serta karotenoid

(Cahyadi, 2009)

Berikut beberapa contoh zat pewarna alami yang biasa digunakan untuk

mewarnai makanan

• Karoten menghasilkan warna jingga sampai merah. Biasanya digunakan

mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti minyak goreng dan

margarine. Dapat diperoleh dari wortel, papaya, dan sebagainya.

• Biksin, memberikan warna kuning seperti mentega, biksin diperoleh

(7)

digunakan untuk mewarnai mentega, margarine, minyak jagung, dan

salad dressing.

• Karamel berwarna cokelat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis

(pemecahan) karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt. Karamel

terdiri dari 3 jenis, yaitu karamel tahan asam yang sering digunakan

untuk minuman berkarbonat, caramel cair untuk roti dan dan biscuit,

serta caramel kering. Gula kelapa yang selain berfungsi sebagai

pemanis, juga memberikan warna merah kecoklatan minuman es kelapa

ataupun es cendol.

• Klorofil, mengahsilkan warna hijau, diperoleh dari daun. Banyak

digunakan untuk makanan. Saat ini bahkan mulai digunakan pada

berbagai produk kesehatan. pigmen klorofil banyak terdapat pada

dedaunan seperti suji, pandan, dan daun katuk dan sebagainya.

• Antosianin, penyebab warna merah, orange, ungu dan biru banyak

terdapat pada bunga dan buah-buahan. Penggunaan zat pewarna alami,

misalnya pigmen antosianin masih terbatas pada beberapa produk

makanan, seperti produk minuman

• Kurkumin berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur sekaligus

(8)

Tabel 1.Sifat-sifat Bahan Pewarna Alami

Kelompok Warna Sumber Kelarutan Stabilitas

Karamel cokelat gula dipanaskan air stabil

Antosianin jingga, merah, biru

tanaman air peka

terhadap panas dan pH

Flavonoid kuning tanaman air stabil

terhadap panas Batalain Quinon Xanthon kuning, merah kuning-hitam kuning tanaman tanaman tanaman air air air sensitif terhadap panas

`Karotenoid kuning, merah tanaman/hewan air Stabil terhadap panas

Klorofil hijau tanaman lipid dan

air sensitif

terhadap panas

Heme merah, cokelat hewan air sensitif

terhadap panas

Sumber : Cahyadi (2006)

Banyak sekali bahan alami yang dapat digunakan sebagai pewarna

makanan, umumnya pewarna alami aman untuk digunakan dalam jumlah yang

bear sekalipun, berbeda dengan pewarna sintesis yang demi keamanan

penggunaanya harus dibatasi dengan melihat ADI-nya (Yuliarti, 2007)

Zat pewarna ditambahkan kedalam makanan bertujuan untuk menarik

selera dan keinginan konsumen. Zat-zat Pewarna alam yang sering digunakan

misalnya, karoten, kunyit dan daun-daun pandan. Dibandingkan dengan bahan

pewarna alami, maka bahan pewarna buatan mempunyai banyak kelebihan yaitu

(9)

penyimpanannya lebih mudah dan lebih tahan lama. Selain daripada itu

bahan pewarna alami biasanya warnanya jarang yang sesuai dengan warna yang di

ingini. (Winarno, 1980)

Tabel 2.Kestabilan Beberapa Pewarna Sintetis

Perwarna Nomor Indeks Warna

(C.I.No)

Batas Maksimum Penggunaan

Amaran Amaranth: CI Food

Red 9

16185

Secukupnya

Biru Berlian

Brilliant Blue FCF: CI

42090

Secukupnya

Eritrosin Food red 2

Eritrosin: CI

45430

Secukupnya

Hijau FCF

Food red 14 Fast green FCF: CI

42053 Secukupnya

Hijau S

Food green 3 Green S: CI Food

44090 Secukupnya

Indigotin

Green 4 Indigotin: CI Food

73015 Secukupnya

Ponceau 4R

Blue I

Ponceau 4R: CI

16255

Secukupnya

Kuning

Food red 7 74005

Secukupnya

Karmoisin Carmoisine; CI Food Red 3;

14720

(10)

2.3.2.2 Pewarna Sintetis

Pewarna sintetik adalah pewarna yang dibuat melalui sintesis secara

kimia. Berdasarkan kelarutannya, dikenal dua macam pewarna sintetis, yaitu dyes

dan lakes. Penggunaan bahan pewarna buatan yang tidak direkomondasikan oleh

Depkes RI atau oleh FDA dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti

Timbulnya kanker usus dan pancreas . Hal ini disebabkan oleh kandungan arsen

melebihi 0,00014% dan timbal melebihi 0,001%. Batas konsumsi bahan pewarna

buatan yang direkomondasikan oleh Depkes berkisar 1,25-1,5 mg/Kg berat badan

(untuk warna merah 25 mg/Kg berat badan (untuk warna biru) 12,5 mg/Kg berat

badan untuk (warna hijau), dan 5-7,5 mg/Kg berat badan (untuk warna kuning).

(Budiyanto, 2001).

Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat

digunakan sebagai pewarna makanan. Beberapa pewarna alami ikut

menyumbangkan nilai nutrisi memberikan bumbu atau pemberi rasa ke bahan

olahannya. Dewasa ini ada beberapa bahan pewarna alami yang digunakan untuk

menggantikan pewarna sintetik.. Pewarna alami juga dapat memberikan fungsi

tambahan sebagai antioksidan, antimikroba, dan fungsi lainnya.

Hal ini menyebabakan pertumbuhan penggunaan pewarna alami

cenderung menjadi dua kali lipat bila dibandingkan dengan pewarna sintetis,

terutama di negara-negara maju. Meskipun pewarna alami ini jauh lebih aman

untuk dikonsumsi, akan tetapi penggunaan pewarna alami belum dapat dilakukan

secara menyeluruh, sebab beberapa kendala, seperti rasa yang kurang sedap,

(11)

Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan

dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor

722/Menkes/Per/IX/88 mengenai Bahan Tambahan Pangan (BTP). Akan tetapi,

seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan

pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai

bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu

logam berat pada zat pewarna tersebut (Yuliarti, 2007).

Umumnya pewarna alami diperoleh dari ekstrak kasar dari suatu

tumbuhan yang pada dasarnya tidak stabil. Jelas terlihat stabilitas warna pada

beberapa makanan dari penggunaan pewarna alami ini. Sebagai contoh adalah

antosianin. Antosianin dapat digunakan pada beberapa produk, akan tetapi variasi

warna yang ada terlalu sempit penggunaannya. Hal ini disebabkan ketidakstabilan

antosianin terhadap pH tertentu, terutama pH asam (Walford, 1984).

Tabel3.Kestabilan Beberapa Pewarna Sintetis

Pewarna Kestabilan terhadap

Cahaya Oksidasi pH

Eritrosin Sangat baik Rendah Sangat rendah

Merah

Allura

Sangat baik Rendah Baik

Kuning

FCF

Sedang Rendah Baik

Hijau FCF Rendah Sangat rendah Baik

Biru Berlian Rendah Sangat rendah Baik

Indigotin Sangat rendah Sangat rendah Baik

(12)

Zat warna yang termasuk golongan dyes telah melalui prosedur sertifikasi

yang ditetapkan oleh US-FDA. Sedangkan zat pewarna lakes yang hanya terdiri

dari satu warna, tidak merupakan campuran, juga harus mendapat sertifikat.

Dalam certified colour terdapat spesifikasi yang mencantumkan keterangan yang

penting mengenai zat pewarna tertentu, misalnya bentuk garam, kelarutan, dan

residu yang terdapat didalamnya. Pada umumnya pewarna sintetis lebih stabil

terhadap pH, cahaya, dan faktor lainnya selama pengolahan dan penyimpanan

(Cahyadi, 2008).

Tabel 4.Golongan Pewarna Sintetik

Golongan Contoh Pewarna

Azo Dyes Allura Red (Merah Allura)

Amaranth, Azorubin (Carmoisin), Briliant

Black, Brown FK, Brown HT, Litol Rubin BK,

Ponceau 4R, Merah 2G, Sunst Yellow,

Tartrazine

Triarylmethane Dyes Briliant Blue FCF, Fast Green FCF, Green S,

Patent Blue V

Quinophthalon Dyes Quinoline Yellow (Kuning Kuinelin)

Xanthene Dyes

Indigo Dyes

Erythrosine (Eritrosin)

(13)

Tabel 5. Pewarna Sintetik yang diizinkan dan yang dilarang di Indonesia Pewarna yang Diizinkan

Pewarna Nomor Indeks Warna (C.I. No)

Amaran 16185

Biru Berlian 42090

Eritrosin 45430

Hijau FCF 42053

Hijau S 44090

Indigotin 73015

Ponceau 4R 16255

Kuning Kuinelin 15980

Sunset Yellow 15985

Tartrazin 19140

Carmoisin 14720

Pewarna yang Dilarang

Citrus Red 12156

Ponceau 3R 16155

Ponceau SX 14700

Rhodamin B 45170

Buinea Green B 42085

Magentha 42510

Chrysoidine 11270

Butter Yellow 11020

Sudan I 12055

Methanil Yellow 13065

Auramine 41000

Oil Orange SS 12100

Oil Orange XO 12140

Oil Yellow AB 11380

Oil Yellow OB 11390

Sumber : Cahyadi (2008)

Menurut Winarno (1992), ada dua macam yang tergolong certified color

yaitu dye dan lake. Keduanya adalah zat pewarna buatan. Zat warna yang

(14)

juga harus mendapat sertifikat. Dalam certified color terdapat spesifikasi yang

mencantumkan keterangan yang penting mengenai zat pewarna tertentu, misalnya

bentuk garam, kelarutan dan residu yang terdapat didalamnya.

1. Dye

Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air, sehingga

larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Pelarut

yang dapat digunakan selain air adalah propilen glikol, gliserin atau alkohol,

sedangkan dalam semua jenis pelarut organik, dye tidak dapat larut. Dye terdapat

dalam bentuk bubuk, butiran, pasta maupun cairan. Penggunaannya tergantung

dari kondisi bahan, kondisi proses dan zat pewarnaannya sendiri. Zat pewarna dye

terbagi menjadi empat kelompok, yaitu azo dye, tryphenylmethane dye,

fluorescein dan sulfonated indigo (Winarno, 1992). Pada umumnya penggunaan

dye dilakukan untuk mewarnai roti dan kue, produk-produk susu, minuman

ringan, minuman berkarbonat dan lain-lain. Konsentrasi pemakaian tidak dibatasi

secara khusus, tetapi di Amerika Serikat disarankan agar digunakan dengan

memperhatikan Good Manufacturing Practices (GMP), yang pada prinsipnya

dapat digunakan dalam jumlah yang tidak melebihi keperluan untuk memperoleh

efek yang diinginkan.

2. Lake

Zat pewarna ini merupakan gabungan dari zat warna dye dengan radikal

basa (Al atau Ca) yang dilapisi dengan aluminium hidrat (alumina). Lapisan

alumina ini tidak larut dalam air, sehingga lake ini tidak larut pada hampir semua

pelarut. Lake stabil pada pH 3,5-9,5 dan diluar selang tersebut lapisan alumina

(15)

Kandungan dye dalam lake disebut pure dyes contents (pdc). Lakes

umumnya mengandung 10-40% dye murni. Sesuai dengan sifatnya yang tidak

larut dalam air, maka zat pewarna ini digunakan untuk produk-produk yang tidak

boleh kena air. Dibandingkan dengan dye, maka lake pada umumnya bersifat

lebih stabil terhadap cahaya, kimia dan panas sehingga harga lake umumnya lebih

mahal daripada harga dye (Cahyadi, 2006).

2.4. Efek Bahan Pewarna Terhadap Kesehatan

Sejumlah makanan yang kita konsumsi tidak mengandung zat berbahaya

menurut daftar zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya (Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88). Namun

demikian, penggunaan pewarna tersebut hendaknya dibatasi karena meskipun

relatif aman, penggunaannya dalam jumlah yang besar tetap dapat membahayakan

kesehatan masyarakat. Menurut Cahyadi (2009), zat warna diabsorbsi dari dalam

saluran pencernaan makanan dan sebagian dapat mengalami metabolisme oleh

mikroorganisme dalam usus. Dari saluran pencernaan dibawa langsung ke hati,

melalui vena portal atau melalui sistem limpatik ke vena superior. Zat warna yang

dimetabolisme dan dikonjugasi di hati, selanjutnya ada juga yang ke empedu

memasuki jalur sirkulasi enterohepatik. Zat warna azo yang larut dalam air

diekskresi secara kuantitatif melalui empedu, sedangkan yang larut dalam lemak

diabsorpsi sempurna tanpa metabolisme dalam usus, melainkan dimetabolisme

dalam hati oleh azo-reduktase membentuk amin primer yang sesuai, atau dapat

juga dihidrolisis, atau diikat oleh protein-protein hati. Senyawa yang merupakan

(16)

Efek kronis yang disebabkan oleh zat warna azo yang dimakan dalam

jangka waktu lama menyebabkan kanker hati. Selain senyawa-senyawa azo lain

mengakibatkan kanker walaupun efeknya lebih kecil dan waktunya lebih lama.

Para ilmuwan pada umumnya mempergunakan zat warna azo dalam

penelitiannya, karena hampir 90% dari bahan pewarna pangan terdiri dari zat

warna azo (Cahyadi, 2006).

Zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan disebut zat beracun. Banyak zat-zat

kimia yang beracun pada dosis besar dan tidak beracun pada dosis yang kecil.

Kecenderungan zat-zat berbahaya yang menyebabkan kanker pada manusia

menjadi perhatian publik pada saat ini (Hughes, 1987).

Khususnya yang dijual di pinggir jalan, rentan terhadap polusi, debu

maupun asap knalpot. Sering kali makanan tersebut tidak disiapkan secara

higienis atau juga mempergunakan bahan-bahan yang berbahaya seperti zat

pewarna karena alas an harganya murah. (Khomsan, 2003).

2.5 Analisis Zat Pewarna Sintetis Secara Kromatografi Kertas

Pada laboratorium analisis pewarna pangan sudah rutin dilakukan dengan

berbagai metode, tehnik dan cara. Sebagian besar analisis berdasarkan suatu

prinsip kromatografi ataupun menggunakan alat spektrofotometer. Cara tersebut

digunakan untuk mendeteksi zat pewarna secara teliti, karena itu minimal

diperlukan fasilitas cukup serta cukup tersedianya pelarut organik yang biasanya

cukup mahal harganya dan tehnik ini memerlukan waktu yang cukup lama

(17)

2.5.1 Kromatografi

Berbagai jenis pemisahan yang sederhana dengan kromatografi kertas telah

dikerjakan dimana proses dikenal sebagai analisa kapiler. Mula-mula telah

dilakukan pemisahan asam-asam amino dan peptida yang merupakan hasil

hidrolisa protein wool dengan suatu cara dimana kolom yang berisi bubuk diganti

dengan lembaran kertas dan kemudian diletakkan dalam bejana tertutup yang

berisi uap jenuh larutan. Dimana fase tetap adalah air, disokong oleh

molekul-molekul selulosa dari kertas, dan fase gerak biasanya merupakan campuran dari

satu atau lebih pelarut-pelarut organik dan air. (Sastrohamidjojo, 1991).

Kromatografi Kertas dan Kromatografi Lapis Tipis merupakan metode

kromatografi yang sederhana. Kromatografi Kertas merupakan jenis kromatografi

partisi, dimana fasa diam adalah air yang disokong oleh molekul-molekul selulosa

dari kertas, dan fasa gerak merupakan campuran dari satu atau lebih

pelarut-pelarut organik dan air. Kromatografi Kertas sudah sering digunakan untuk

mengidentifikasi pewarna sintetik pada makanan. Bahkan metode ini hingga saat

ini masih digunakan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM)

(Gritter, 1991).

Prosedur penyiapan sampel dari kedua metode kromatografi ini sama

yakni, sejumlah cuplikan ditambahkan asam asetat encer kemudian masukkan

benang wool bebas lemak secukupnya, lalu dipanaskan diatas nyala api kecil

selama 30 menit sambil diaduk. Benang wool dicuci dengan air hingga bersih.

Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan penambahan ammonia 10% diatas

(18)

juga totolkan baku pembanding. Elusi dengan eluen yang sesuai pada suhu kamar

(Cahyadi, 2009).

Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama

dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi

kertas adalahkertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan

ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas

saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil

(pelarut) b dapat saja beragam.Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini

dapat digunakan.Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam

amino dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip,

dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin

didestilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi

kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas

merupakan berita sangat baik bagi mereka. Kimiawan Inggris Richard Laurence

Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang menggunakan metoda

analisis asam amino dengan kromatografi kertas.Saat campuran asam amino

menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam

amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa

berlangsung berulang-ulang. Ketika pelarut mencapai ujung atas kertas proses

dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak

tertentu.Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi. Kromatografi

kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas bukan lembaran kecil,

dan sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua pelarut ( www.Indigo.

(19)

Menurut Sastrohamidjojo, H (1991) menyatakan bahwa apabila akan

melakukan pemisahan dengan kromatografi kertas maka hal-hal seperti berikut

perlu mendapatkan perhatian.

2.5.1.1. Metode Pemisahan

Ada beberapa metode dalam pemisahan dengan kromatografi kertas

diantaranya :

- Metode penurunan yaitu berupa bejana yang terbuat dari gelas, platina atau

logam tahan karat yang di atasnya ditutup untuk mencegah dari pelarut. Untuk

menyangga agar kertas tak lepas perlu diberi penahan dari batang gelas. Untuk

beberapa centimeter pelarut mengalir oleh gaya kapiler dan mengalir oleh

gravitasi setelah permukaan pelarut melintasi batang gelas.

- Metode penaikan. Bejana yang digunakan untuk kromatografi penaikan sama

seperti untuk kromatografi penurunan, tetapi pelarut diletak dibagian bawah

bejana dan kertas dicelupkan di atasnya.

- Metode mendatar. Dalam cara ini kertas dibentuk bulat ditengahnya diberi

lubang sebagai tempat untuk meletakkan sumbu yang terbuat baik dari gulungan

kertas atau dari benang dimana melalui ini pelarut akan naik yang kemudian akan

membesahikertas untuk kemudian mengembang, melingkar, membawa senyawa

yang dipisahkan.

2. 5.1.2. Kertas

Kromatografi kertas menggunakan kertas saring whatman no. 1 dan

sampai saat ini masih dipakai.Kertas dalam pemisahan terutama mempunyai

(20)

hidroksil dimana ini kemungkinan sangat penting dan sejumlah kecil dari gugus

karboksil dalam selulosa dapat menaikkan terhadap efek-efek pertukaran ion.

Kecepatan aliran naik dengan penurunan kekentalan dari pelarut (dengan kenaikan

dalam suhu), tetapi aliran pelarut pada suhu yang tertentu, ditentukan oleh

kerapatan dan tebalnya kertas.

2.5.1.3. Pelarut

Fase bergerak biasanya merupakan campuran yang terdiri atas satu

komponen organik yang utama, air dan berbagai tambahan seperti asam-asam,

basa atau pereaksi-pereaksi kompleks untuk memperbesar kelarutan dari beberapa

senyawa atauuntuk mengurangi yang lainnya. Anti oksida sering digunakan juga

dan harus didapati dengan kemurnian yang tinggi. Pelarut harus sangat mudah

menguap, karena terlampau cepat mengadakan kesetimbangan, pada keadaan

yang lain volalitas yang tinggi mengakibatkan lebih cepat hilang meninggalkan

lembaran kertas setelah bergerak. Kecepatan bergeraknya harus tidak cepat

dipengaruhi oleh perubahanperubahan suhu. Contoh penggunaan dari pelarut yang

dipilih untuk senyawa- senyawa organik yang polar akan lebih mudah larut dalam

air dari pada dalam zat–zat cair organic akan terjadi gerakan-gerakan yang lambat

jika fase bergerak anhidrida digunakan, penambahan air terhadap pelarut akan

menyebabkan senyawa-senyawa tersebut untuk bergerak. Jadi n-butanol bukan

merupakan suatu pelarut untuk asam-asam amino jika tidak dijenuhkan dengan air

penambahan asam cuka disertai dengan pemberian lebih banyak air akan menjadi

baik, yaitu akan menaikkan kelarutan dari asam-asam amino terutama yang

bersifat basa, campuran tiga komponen ini sangat baik untuk senyawa senyawa

(21)

2.5.1.4.Cara Penempatan Cuplikan Pada Kertas

Larutan campuran yang akan dipisahkan ditempatkan pada kertas yang

berupa noda. Biasanya dibiarkan untuk berkembang membentuk suatu bulatan.

Bagian kertas yang ditetesi dibiarkan dalam keadaan mendatar, sehingga larutan

pada keadaan kompak dalam bentuk bulatan. Dan jangan biarkan kertas tersentuh

zat-zat yang lain. Biasanya diameter dari noda yang digunakan adalah 0,5 cm

(Sastrohamidjojo, 1991).

2.5.1.5.Identifikasi Dari Senyawa-Senyawa

Menurut Sastrohamidjojo, H (1991) menyatakan bahwa dalam

mengidentifikasi nodanodadalam kertas sangat lazim menggunakan harga Rf

(retordation factor) yang didefenisikan sebagai :

Rf =

Nilai maksimum Rf adalah 1 dan ini dicapai ketika solut mempunyai

perbandingan distribusi dan faktor retensi sama dengan 0 yang berarti senyawa

bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak. Nilai minimum Rf

adalah 0 dan ini teramati jika senyawa tertahan pada posisi titik awal dipermukaan

fase diam (Rohman, 2007).

Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu diantaranya adalah :

1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan

yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan

perubahan-perubahan harga Rf.

2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan

(22)

3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari

atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen

pelarut dari kertas.

4. Kertas. Pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan

serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi

kecepatan aliran.ia akan juga mempengaruhi pada kesetimbangan partisi.

5. Sifat dari campuran. Berbagai senyawa mengalami partisi dan antara

volume-volume yang sama dari fase tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu

mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap yang lainnya hingga

Gambar

Tabel 1.Sifat-sifat Bahan Pewarna Alami

Referensi

Dokumen terkait

Karen Edmond yang melibatkan 10947 bayi yang lahir, diketagui bahwa jika bayi diberi kesempatan menyusu dan dibiarkan melakukan kontak kulit dengan kulit dalam satu jam

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membuat aplikasi dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0, tujuan dari penulisan ini adalah untuk membantu dan mempermudah siswa-siswi

Selaku Panitia Pengadaan Satpam Outsourcing Pada Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional VIII, telah melakukan pembuktian kualifikasi dengan cara melihat dokumen asli atau

Pada hari ini, Jumat tanggal lima bulan Februari tahun dua ribu enam belas, bertempat di Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional VIII, Panitia Pengadaan

9/SO16/KR.VIII/II/2016 tanggal 5 Februari 2016, ditetapkan Pemenang pekerjaan Pengadaan Satpam Outsourcing Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional VIII sebagai

Mengingat pembuktian kualifikasi merupakan bagian penilaian, maka apabila tidak hadir dianggap mengudurkan diri. Cetak Dokumen Kualifikasi (diserahkan

Lingkup pekerjaan : Jasa Pemeliharaan Jaringan Data Dan Power, Ups, Genset, Air Conditioning, Fire Extinguishing, Access Control System Dan Perangkat Pendukungnya Di

Mengingat Klarifikasi dan Negosisasi Teknis dan Harga/Biaya merupakan bagian dari evaluasi dokumen penawaran, maka diharap untuk hadir tepat pada waktunya. Demikian, atas perhatiannya