• Tidak ada hasil yang ditemukan

2015 3458 ped Pedoman Pencacahan SNK 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "2015 3458 ped Pedoman Pencacahan SNK 2015"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

INDONESIA

PEDOMAN PENCACAHAN

SURVEI NILAI KEBANGSAAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Survei Nilai-nilai Kebangsaan 2015 (SNK 2015) merupakan kegiatan pengumpulan data terkait implementasi nilai-nilai Pancasila yang masih melekat dalam diri masyarakat Indonesia. Survei ini merupakan kegiatan yang baru pertama kali dilakukan. Jumlah sampel cukup untuk representasi hasil pada tingkat nasional, yaitu sekitar 11.000 rumah tangga yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Responden yang dipilih adalah penduduk yang berpendidikan minimal SMA atau kepala rumah tangga/pasangan.

Buku pedoman ini merupakan acuan bagi pelaksanaan kegiatan Survei Nilai Kebangsaan (SNK) 2015. Buku pedoman ini memuat informasi berkaitan dengan metodologi, organisasi lapangan, tugas dan tanggung jawab petugas, strategi pendataan di lapangan dan konsep serta definisi yang digunakan dalam pencacahan. Pedoman ini dilengkapi dengan tujuan dari setiap pertanyaan sehingga petugas dapat memahami setiap pertanyaan yang digunakan.

Mengingat survei ini merupakan kegiatan yang baru dikembangkan maka diperlukan komitmen yang tinggi untuk melakukan pengumpulan data sesuai prosedur dan menjaga kualitas data. Peran semua pihak yang terlibat menjadi sangat penting untuk mewujudkan hal tersebut. Setiap petugas studi diminta untuk mempelajari secara seksama buku pedoman dan melaksanakan pencacahan dengan sebaik-baiknya.

Jakarta, Agustus 2015

Direktur Statistik Ketahanan Sosial Badan Pusat Statistik

(4)
(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Landasan Hukum ... 2

1.4. Ruang Lingkup Kegiatan ... 2

1.5. Data yang Dikumpulkan ... 3

1.6. Jadwal Kegiatan ... 3

1.7. Dokumen yang Digunakan ... 4

1.8. Arus Dokumen ... 4

1.9. Statistik yang Dihasilkan ... 5

1.10 Pembiayaan ... 5

BAB II METODOLOGI ... 7

2.1. Kerangka Sampel ... 7

2.2. Alokasi Sampel Kabupaten/Kota ... 7

2.3. Desain Sampling ... 8

2.4 Daftar Sampel Rumah Tangga ... 9

2.5. Mekanisme Pencacahan ... 9

2.6. Mekanisme Pengolahan Data... 10

BAB III ORGANISASI LAPANGAN ... 13

3.1. Struktur Organisasi ... 14

3.2. Tugas dan Tanggung jawab ... 17

3.3. Persyaratan Petugas ... 17

3.4. Pelatihan Petugas Pencacahan ... 18

3.5. Pemeriksaan Dokumen ... 19

3.6 Supervisi ... 19

BAB IV TATA CARA PENGISIAN KUESIONER ... 21

(6)

BLOK II. KETERANGAN PENCACAHAN ... 22

BLOK III. RINGKASAN KETERANGAN RUMAH TANGGA ... 22

BLOK IV. KETERANGAN RESPONDEN TERPILIH ... 31

BLOK V. LAGU KEBANGSAAN DAN PANCASILA ... 35

BLOK VI. KETUHANAN YANG MAHA ESA ... 37

BLOK VII. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB ... 42

BLOK VIII. PERSATUAN INDONESIA ... 45

BLOK IX. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/ PERWAKILAN ... 48

BLOK X. KEADILAN SOSIAL ... 53

BLOK XI. PERUMAHAN DAN PENDAPATAN... 57

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alokasi Sampel Kabupaten/Kota, Blok Sensus dan Rumah Tangga

SNK 2015 ... 60

Lampiran 2. Alokasi Petugas, Innas dan Kelas Pelatihan SNK 2015 ... 61

Lampiran 3. Alokasi Dokumen menurut Provinsi ... 62

Lampiran 4. Peta BS SP2010-WB ... 69

Lampiran 5. SNK2015.DSBS ... 64

Lampiran 6. SNK2015.RT... 65

(8)
(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pancasila mengandung nilai-nilai yang penting dan berguna bagi keberlangsungan hidup bangsa dan Negara Indonesia. Nilai-nilai tersebut merupakan dasar negara, sistem keyakinan yang berisi konsep dan prinsip yang dianut bangsa Indonesia sebagai landasan hidup berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945. Sehingga penerapan nilai-nilai Pancasila yang tercermin dalam setiap sila semestinya menjadi rujukan bersama bangsa Indonesia yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai nilai kebangsaan Indonesia.

Secara yuridis-konstitusional kedudukan Pancasila adalah pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia, dan sebagai ideologi nasional. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang kebenarannya diakui, dan menimbulkan tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Pancasila mengandung serangkaian nilai yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Sila-sila dalam Pancasila tidak dapat dilaksanakan secara terpisah-pisah. Namun, dewasa ini implementasi Pancasila hanya menjadi teori di sekolah, kampus, atau lembaga pendidikan lainnya. Pancasila hanya menjadi slogan, hafalan dan tidak tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terdindikasi dari semakin menipisnya kesadaran penghayatan tata kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kelima sila dalam Pancasila. Contohnya adalah semakin maraknya tingkat kekerasan di berbagai wilayah, menipisnya kerukunan antar warga, kecenderungan mengadopsi budaya asing, menurunnya apresiasi terhadap budaya lokal dan sebagainya.

(10)

Dalam rangka kelancaran kegiatan pengumpulan data maka disiapkan panduan bagi para pelaksana kegiatan di daerah. Buku ini berisi penjelasan teknis pelaksanaan SNK 2015 yang wajib dipedomani oleh semua pihak yang terkait dengan kegiatan pengumpulan data di lapangan.

1.2. Tujuan

Secara umum, buku ini bertujuan menjelaskan pelaksanaan kegiatan pengumpulan data SNK 2015. Tujuan khususnya adalah:

1. Menjelaskan kerangka sampel dan desain penarikan sampel yang dilakukan. 2. Memberikan panduan mengenai pelaksanaan teknis pengumpulan data dan

pengorganisasian lapangan bagi penanggungjawab kegiatan SNK 2015 di daerah, baik BPS Provinsi maupun BPS Kabupaten/Kota sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh data berkualitas.

3. Memberikan panduan cara berwawancara yang baik dan cara pengisian kuesioner bagi petugas pencacah.

4. Memberikan petunjuk mengenai tahapan pengolahan data.

1.3. Landasan Hukum

Survei Nilai Kebangsaan (SNK) 2015 dilaksanakan dengan landasan hukum sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik; 3. Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen;

4. Keputusan Kepala BPS Nomor 007 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPS.

1.4. Ruang Lingkup Kegiatan

(11)

1.5. Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam kegiatan ini dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

1. Keterangan umum anggota rumah tangga (art) meliputi nama, hubungan dengan kepala rumah tangga, jenis kelamin, umur, status perkawinan dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan;

2. Keterangan individu dari responden terpilih meliputi s u k u , agama, lama tinggal di lingkungan tempat tinggal, kegiatan bekerja dan kegiatan yang menggunakan waktu terbanyak, dapat, pengetahuan terhadap lagu kebangsaan Indonesia, serta penilaian subyektif mengenai implementasi nilai-nilai dari Pancasila.

3. Perumahandan aset rumah tangga y a n g mencakup status penguasaan dan luas bangunan tempat tinggal, serta rata-rata pendapatan rumah tangga dalam 1 bulan. 1.6. Jadwal Kegiatan

Pelaksanaan SNK 2015 mencakup berbagai kegiatan yang dilaksanakan di BPS RI dan daerah. Jadwal pelaksanaan seluruh kegiatan SNK 2015 secara rinci disajikan pada tabel berikut.

(12)

1.7. Dokumen yang Digunakan

Untuk memperlancar pengumpulan data maka terdapat sejumlah dokumen yang perlu dibawa dan dipelajari oleh petugas lapangan. Secara lengkap, jenis dokumen dan penjelasannya dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut.

Tabel1.2. Nama Dokumen yang Digunakan Dalam SNK 2015

No. Nama Instrumen Uraian Penanggung Jawab

Peta wilayah blok sensus BPS Kab/Kota BPS

Kab/Kota

Di-print di

daerah

2. SNK2015.DSBS Daftar sampel blok sensus

yang sudah di-update oleh

3. SNK2015.DSRT Daftar sampel rumah

tangga terpilih SNK 2015

Pencacah Pencacah Dikirim dari

BPS RI

6. Buku Pedoman Penjelasan umum SNK

2015, metodologi dan

(13)

Setelah pelaksanaan lapangan selesai, semua dokumen yang digunakan pencacah (kecuali buku pedoman dan alat bantu) harus diserahkan kepada BPS Kab/Kota untuk diperiksa dan dilanjutkan dengan proses pengolahan data. Jika proses pengolahan data di BPS Kabupaten/kota telah selesai maka dokumen akan disimpan di BPS Kab/Kota. Data hasil pengolahan kemudian dikirimkan ke BPS Provinsi untuk dikompilasi. BPS Provinsi juga akan melakukan kompilasi terhadap seluruh data yang telah dikirimkan oleh semua kabupaten/kota terpilih. Hasil kompilasi data, dalam bentuk soft file, dikirimkan ke BPS Pusat.

Gambar 1.1. Arus Dokumen SNK 2015

1.9. Statistik yang Dihasilkan

Statistik yang dihasilkan dari SNK 2015 adalah indikator tunggal (indeks) terkait implementasi nilai-nilai Pancasila oleh masyarakat. Indikator tersebut dapat disajikan berdasarkan karakteristik demografi, pendidikan, kondisi sosial ekonomi dan sebagainya. Indeks yang dihasilkan tersebut perlu dianalisis dengan bijak karena kegiatan ini baru pertama kali dilakukan dengan jumlah sampel hanya sekitar 11.000 rumah tangga.

1.10.Pembiayaan

(14)
(15)

BAB II

METODOLOGI

2.1. Kerangka Sampel

Kerangka sampel yang digunakan pada Survei Nasional Kebangsaan 2015 terdiri dari:

1. Kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap pertama adalah daftar kabupaten/kota di seluruh Indonesia yang dilengkapi dengan informasi jumlah rumah tangga hasil listing SP2010 yang dibedakan menurut klasifikasi daerah perkotaan/perdesaan.

2. Kerangka sampel penarikan tahap kedua adalah daftar blok sensus Susenas Maret 2015 di masing-masing kabupaten/kota terpilih.

3. Kerangka sampel penarikan tahap ketiga adalah daftar rumah tangga hasil pemutakhiran di blok sensus Susenas Maret 2015 yang terpilih.

4. Kerangka sampel tahap keempat adalah KRT dan pasangannya dan anggota rumah tangga lainnya yang minimal tamat SMA sederajat di setiap rumah tangga terpilih.

2.2. Alokasi Sampel Kabupaten/Kota

Survei Nilai Kebangsaan didesain untuk analisis level Nasional. Sebelum dilakukan penarikan sampel, terlebih dahulu dilakukan pengelompokkan 511 kabupaten/kota ke dalam 5 strata berdasarkan region dan 2 strata daerah urban dan rural. Kelima strata berdasarkan region adalah Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan Bali, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan Lainnya (Nusa Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua). Kemudian pada masing-masing region dibuat kelompok kabupaten yang terdapat daerah urban dan kelompok kabupaten yang terdapat daerah rural. Dengan demikian, kabupaten/kota yang terpilih nantinya ada yang terpilih untuk urban saja, rural saja, atau keduanya.

Target sampel kabupaten/kota adalah 200 kabupaten/kota. Selanjutnya, jumlah sampel tersebut dialokasikan ke dalam setiap strata dengan compromise allocation.

Rumus yang dipakai:

(16)

Keterangan:

: jumlah sampel kab/kota di strata ke-g berdasarkan alokasi

proporsional

: jumlah sampel kabupaten/kota di strata ke-g berdasarkan alokasi sama : jumlah sampel kabupaten/kota di strata ke-g berdasarkan compromise

allocation

: koefisien yang ditetapkan, yaitu sebesar 0,4 : jumlah rumah tangga pada strata ke-g : jumlah total rumah tangga di Indonesia

Tabel 2.1. Jumlah Sampel Kabupaten/Kota menurut Region dan Urban/Rural,

Survei Kebangsaan 2015

No Region

Jumlah populasi kab/kota

Rumah tangga Jumlah sampel kab/kota Urban Rural Total Urban Rural Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Sumatera 154 4.690.179 7.586.684 12.276.863 15 25 40

2 Jawa Bali 128 21.619.647 16.096.075 37.715.722 72 52 124

3 Kalimantan 56 1.438.730 2.003.060 3.441.790 5 6 11

4 Sulawesi 78 1.354.793 2.700.030 4.054.823 4 9 13

5 Lainnya 95 1.114.761 2.501.871 3.616.632 4 8 12

Total 511 30.218.110 30.887.720 61.105.830 100 100 200

2.3. Desain Sampling

Sampel blok sensus Survei Nilai Kebangsaan adalah subsampel dari blok sensus terpilih Susenas Maret 2015. Pengambilan sampel adalah Multistages Two Phase Sampling, sebagai berikut:

(17)

2.Kedua, memilih sejumlah blok sensus dari blok sensus Susenas Maret 2015 di kabupaten terpilih dengan cara sistematik menurut daerah perkotaan (urban) dan pedesaan (rural). Alokasi sampel blok sensus ke daerah urban dan rural menyesuaikan dengan distribusi sampel susenas dengan tujuan agar sampel di daerah urban dan rural tersebar secara merata.

3.Ketiga, dari sampel blok sensus terpilih, dilakukan penarikan daftar sampel rumah tangga berdasarkan hasil pemutakhiran Susenas Maret 2015 sebanyak 15 rumah tangga secara sistematik. Petugas akan menentukan 10 rumah tangga dari 15 rumah tangga di lapangan. Hal ini ditujukan dalam mengantisipasi non respon karena tidak ada proses updating rumah tangga.

4.Keempat, dari setiap rumah tangga terpilih selanjutnya ditentukan satu orang sebagai responden terpilih yang selanjutnya akan diwawancarai. Pemilihan responden terpilih dilakukan secara acak dengan menggunakan Tabel Kish. Cara pemilihan responden akan dijelaskan secara rinci pada bagian tata cara pengisian kuesioner di Bab IV

2.4. Daftar Sampel Rumah Tangga

Daftar Sampel Rumah Tangga akan disiapkan oleh BPS Pusat. Kerangka sampel rumah tangga yang digunakan adalah hasil pemutakhiran rumah tangga di blok sensus Susenas Maret 2015 yang terpilih sebagai blok sensus Survei Nilai Kebangsaan. Penarikan sampel dilakukan secara independent dengan angka random yang berbeda sehingga diharapkan rumah tangga Survei Nasional Kebangsaan berbeda dengan rumah tangga terpilih Susenas.

Jumlah rumah tangga yang tertera dalam DSRT adalah sebanyak 15 rumah tangga, namun petugas hanya akan mendata 10 rumah tangga pertama yang semuanya berhasil diwawancarai. Pemberian cadangan sebanyak 5 rumah tangga dilakukan untuk menjaga kemungkinan tingginya non respon karena pemutakhiran rumah tangga telah dilakukan 6 bulan sebelumnya. Untuk itu, jika rumah tangga ke 3 tidak dapat ditemukan, keluar blok sensus, tidak dapat diwawancarai dan sebagainya sehingga tidak dapat diwawancarai, maka rumah tangga tersebut dapat diganti dengan ruta ke 11, dan begitu seterusnya.

2.5. Mekanisme Pencacahan

(18)

diganti dengan alasan apapun juga. Jika responden yang terpilih tidak dapat ditemui, pencacah wajib menjadwalkan kunjungan ulang dengan terlebih dahulu membuat perjanjian dengan responden.

Sebelum melakukan wawancara, pencacah harus mencari rumah tangga sampel yang tercantum pada SNK2015.DSRT dengan berbekal peta blok sensus SP2010-WB. Adanya selang waktu antara pemutakhiran rumah tangga yang dilakukan oleh petugas Susenas dan saat pencacahan lapangan SNK 2015 memungkinkan tidak ditemuinya rumah tangga karena berbagai alasan. Berikut beberapa kasus yang mungkin ditemui pada saat pencacahan:

a. Rumah tangga sampel sudah pindah tempat tinggal, namun masih dalam blok sensus yang sama maka rumah tangga tersebut tetap diwawancarai.

b. Rumah tangga sampel sudah pindah tempat tinggal, namun berdasarkan informasi yang diperoleh sudah berbeda blok sensus, maka rumah tangga tersebut dianggap tidak dapat ditemukan dan boleh dilakukan penggantian sampel rumah tangga dengan mekanisme yang telah disebutkan pada Subbab 2.4.

c. Rumah tangga sampel tidak dapat ditemukan atau non respon maka boleh melakukan penggantian sampel rumah tangga dengan mekanisme yang telah disebutkan pada Subbab 2.4.

2.6. Mekanisme Pengolahan Data

Pengolahan data hasil pencacahan lapangan SNK 2015 dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. Pengolahan dilakukan segera setelah dokumen hasil pencacahan lapangan telah selesai diperiksa oleh pengawas. Terdapat beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengolahan data SNK2015, yaitu:

1. Pengolahan data akan dilakukan di BPS Kabupaten/Kota dalam pengawasan Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS) berkoordinasi dengan Seksi Statistik Sosial.

 Petugas melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen dan editing-coding untuk memperlancar proses peng-entry-an data.

(19)

2. Data yang sudah clean dikompilasi oleh Direktorat Sistem Informasi Statistik melalui Subdirektorat Integrasi Pengolahan Data Statistik, setelah data disetujui oleh Kasie Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS) Kab/Kota dan Bidang IPDS provinsi.

4. Direktorat Sistem Informasi Statistik c.q. Subdirektorat Integrasi Pengolahan Data Statistik mengirimkan hasil kompilasi dan validasi data SNK 2015 Nasional kepada Direktorat Statistik Ketahanan Sosial c.q. Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah.

5. Direktorat Statistik Ketahana Sosial c.q. Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah melakukan pengolahan data SNK 2015.

Bagan alur pengolahan data di BPS Kabupaten/Kota, BPS Provinsi dan di BPS Pusat dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1.Mekanisme Pengolahan Data di BPS Kabupaten/Kota, BPS Provinsi dan

(20)
(21)

BAB III

ORGANISASI LAPANGAN

3.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi lapangan disusun dengan tujuan agar setiap pelaku dalam organisasi mengetahui dengan pasti tugas, tanggung jawab, wewenang dan haknya masing-masing. KegiatanSNK 2015 di tingkat pusat (BPS Pusat) dilaksanakan oleh Tim Pengarah danTimTeknis. Tim Pengarah BPS bertugas menentukan arah kebijakan dan strategi yang digunakan dalam keseluruhan tahapan kegiatan SNK 2015 serta memberikan saran dan masukan baik teknis maupun non teknis kepada Tim Teknis BPS. Tugas pokok Tim Teknis BPS adalah menyusun rencana operasional dan implementasi kegiatan serta menyelenggarakan kegiatan persiapan di tingkat pusat.

Kegiatan SNK 2015 ditingkat daerah dilaksanakan oleh BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota. BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota menjalankan fungsi persiapan lapangan dan pelaksanaan pengumpulan data. Struktur organisasi SNK 2015 mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah secara lengkap dapat dilihat pada Gambar3.1

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Penanggung Jawab Kegiatan SNK 2015

Kabid. Statistik Sosial Kepala BPS RI

Deputi Bidang Statistik Sosial Deputi Bidang Metodologi dan

Informasi Statistik

Kepala BPS Provinsi

- Direktur Statistik Ketahanan Sosial - Kasubdit Statistik Ketahanan Wilayah

Dir. Sistem Informasi Statistik Dir. Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei

Kepala Bagian tata Usaha Kabid. IPDS

Kepala BPS Kabupaten/Kota

Kepala Seksi Statistik Sosial

Kasubag. Tata Usaha Kepala Seksi IPDS

Pengawas Lapangan

Pencacah Lapangan

Keterangan:

(22)

Pengarah SNK 2015 di pusat adalah Kepala BPS, Deputi Bidang Statistik Sosial (pelaksana tugas) dan Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik. Penanggungjawab SNK 2015 adalah Direktur Statistik Ketahanan Sosial, penanggung jawab metodologi sensus adalah Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei, dan penanggungjawab pengolahan adalah Direktur Sistem Informasi Statistik. Penanggungjawab teknis adalah Kepala Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah, dibantu anggota lainnya mencakup kepala subdirektorat dan kepala seksi dari beberapa direktorat terkait.

Penanggung jawab SNK 2015 secara keseluruhan di daerah adalah Kepala BPS Provinsi, penanggung jawab teknis adalah Kepala Bidang Statistik Sosial, penanggung jawab pengolahan adalah Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik dan penanggung jawab administratif adalah Kepala Bagian Tata Usaha.

Penanggung jawab SNK 2015 ditingkat Kabupaten/Kota adalah KepalaBPS Kabupaten/Kota, penanggung jawab teknis pendataan adalah Kepala Seksi Statistik Sosial, penanggung jawab pengolahan adalah Kepala Seksi Integrasi Pengolahan Data dan penanggung jawab administratif adalah Kepala SubBagianTata Usaha.

3.2. Tugas dan Tanggung Jawab

A. Direktur Statistik Ketahanan Sosial (Hansos)

1) Memberi pertimbangan dan saran mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan SNK 2015.

2) Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan. 3) Mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan SNK 2015.

4) Menyusun rencana survei beserta seluruh tahapan kegiatannya. 5) Menyusun jadwal kegiatan.

6) Memantau manajemen pengolahan data yang dilaksanakan di pusat dan di daerah.

7) Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan. B. Direktur Pengembangan Metodologi Sensus danSurvei

1) Bertanggung jawab atas metodologi SNK 2015.

2) Merancang metodologi sampling dan penarikan sampel blok sensus dan rumah tangga SNK 2015.

(23)

C. Direktur Sistem Informasi Statistik (SIS)

1) Bertanggungjawab atas sistem dan aplikasi pengolahan data SNK 2015. 2) Mendistribusikan sistem dan aplikasi pengolahan data beserta petunjuk

teknis penggunaannya ke BPS daerah.

3) Mengatur pelaksanaan pengolahan data SNK 2015 yang dilaksanakan di pusat dan daerah.

4) Menerima hasil pengolahan data SNK 2015 dari BPS daerah. 5) Mengkonsolidasikan seluruh hasil pengolahan.

6) Menyajikan hasil pengolahan.

C. Kepala BPS Provinsi

1) Kepala BPS Provinsi agar dapat memberi arahan baik teknis maupun administratif kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota.

2) Menentukan susunan petugas, organik BPS atau non organik BPS yang berkaitan dengan ketentuan upah kinerja di BPS Provinsi.

3) Memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan petugas di daerah. 4) Memonitor dan mengevaluasi jalannya koordinasi dan supervisi pelaksanaan

lapangan.

5) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pengolahan di BPS Provinsi.

D. Kepala Bidang Statistik Sosial

1) Melakukan koordinasi pelaksanaan pendataan SNK 2015.

2) Memberi petunjuk kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota mengenai rekruitmen petugas.

3) Menyelenggarakan pelatihan petugas pencacah dan pengawas berkoordinasi dengan Kepala Bagian Tata Usaha.

4) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan serta pemeriksaan hasil pendataan SNK 2015.

5) Membuat laporan teknis pelaksanaan lapangan SNK 2015.

E. Kepala Bagian Tata Usaha

1) Mendistribusikan dokumen ke BPS Kabupaten/Kota.

2) Bersama-sama Kepala Bidang Statistik Sosial menyelenggarakan pelatihan petugas dan pengawas.

3) Membuat laporan administrasi penyelenggaraan kegiatan SNK 2015.

F. Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik

(24)

2) Menerima sistem dan aplikasi pengolahan data beserta petunjuk teknis penggunaannya untuk diteruskan ke masing-masing BPS Kabupaten/Kota. 3) Melakukan koordinasi pengolahan data dengan BPS Kabupaten/Kota. 4) Melakukan pemeriksaan validasi data SNK 2015.

5) Mengesahkan data clean sebelum dikompilasi oleh BPS Pusat 6) Membuat laporan teknis pengolahan SNK 2015.

G. Kepala BPS Kabupaten/Kota

1) Kepala BPS Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas kegiatan SNK 2015 secara keseluruhan di BPS Kabupaten/Kota.

2) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan lapangan SNK 2015 di BPS Kabupaten/Kota.

3) Melakukan rekruitmen petugas lapangan di BPS Kabupaten/Kota. H. Kepala Seksi Statistik Sosial

1) Mengikuti pelatihan petugas lapangan SNK 2015.

2) Menerima daftar alokasi sampel blok sensus (SNK2015.DSBS) dan rumah tangga (SNK2015.DSRT).

3) Memberikan Daftar Sampel Rumah Tangga (SNK2015.DSRT) kepada petugas pencacah.

4) Memastikan jadwal kegiatan, wilayah kerja dan alokasi petugas pencacahan. 5) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan lapangan di BPS Kabupaten/Kota. 6) Melakukan pemeriksaan dokumen hasil pencacahan lapangan untuk menjamin

kehandalan mutu data yang dihasilkan.

7) Berkoordinasi dengan Kasie IPDS untuk melakukan pengolahan data SNK 2015 di BPS Kabupaten/Kota.

8) Secara rutin melaporkan hasil perkembangan pendataan SNK 2015 ke BPS Kabupaten/Kota.

I. Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik

1) Menerima daftar alokasi sampel blok sensus (SNK2015.DSBS) dan rumah tangga (SNK2015.DSRT) untuk diberikan ke Kasie Statistik Sosial.

2) Memastikan jadwal kegiatan dan alokasi petugas pengolahan data SNK 2015 di BPS Kab/Kota.

3) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengolahan data SNK 2015 di BPS Kabupaten/Kota.

4) Melakukan validasi dan kompilasi data dari setiap petugas pengolahan.

(25)

6) Mengesahkan data clean sebelum dikompilasi oleh BPS Provinsi

7) Memberikan laporan hasil perkembangan pengolahan SNK 2015 ke BPS Kabupaten/Kota.

J. Pemeriksa

1) Mengikuti pelatihan petugas SNK 2015.

2) Memeriksa hasil pencacahan yang diserahkan petugas pencacah (kelengkapan dokumen, kelengkapan isian dan kualitas data yang diperoleh) dan jika ditemukan kejanggalan, perintahkan kepada petugas pencacah untuk melakukan kunjungan ulang,

3) Memberikan jalan keluar atas permasalahan isian dokumen yang telah diserahkan oleh petugas pencacah.

4) Mengumpulkan dan menyusun dokumen hasil pencacahan kemudian diserahkan kepada petugas pengentry untuk diolah.

K. Pencacah (PCL) SNK2015

1) Mengikuti pelatihan petugas lapangan SNK 2015.

2) Menerima Daftar Sampel Rumah Tangga (SNK2015.DSRT) dari Kasie Statistik Sosial.

3) Melaksanakan pendataan SNK 2015 terhadap responden pada semua rumah tangga sampel pada blok sensus yang menjadi tanggungjawabnya (sekitar 2 blok sensus), sesuai dengan petunjuk dan jadwal yang telah ditentukan.

4) Memeriksa kembali hasil pendataan SNK 2015 (kelengkapan dokumen, kelengkapan isian dan kualitas data yang diperoleh).

5) Menyerahkan dokumen SNK 2015 yang telah diisi dan diperiksa kepada pemeriksa.

3.3. Persyaratan Petugas

A. Pemeriksa

Pemeriksa SNK 2015 adalah Kasie/staf Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota. B. Petugas Pencacah

Pencacah SNK 2015 adalah KSK/staf BPS Kabupaten/Kota. Syarat petugas pencacah: 1) Berpendidikan minimal SMA/Sederajat

2) Berumur antara 25 – 45 tahun

3) Diutamakan pernah memiliki pengalaman terkait beberapa survei atau sensus yang dilakukan oleh BPS.

4) Mengenal wilayah tugas dengan baik.

(26)

C. Petugas Pengolahan

Petugas pengolahan dokumen SNK dilakukan oleh KSK, staf atau mitra BPS Kabupaten/Kota yang ditunjuk dengan syarat:

1) Bisa mengoperasikan komputer. 2) Bertanggung jawab.

3) Mampu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan supervisor pengolahan. 4) Mampu menerima dan memahami aturan-aturan dalam pengolahan.

5) Diutamakan mempunyai pengalaman sebagai petugas pengolahan data di BPS.

3.4. Pelatihan Petugas Pencacahan

Pelatihan petugas pencacahan dalam SNK 2015 ini melibatkan Petugas Pengajar (Master Intama, Intama dan Innas) dan petugas lapangan (pemeriksa dan pencacah). Pelatihan petugas pencacahan dilaksanakan sebelum pelaksanaan lapangan, dengan tujuan untuk menyamakan persepsi tentang konsep dan definisi operasional dari variabel- variabel yang akan dikumpulkan dalam kuesioner SNK 2015 serta teknik wawancara dengan responden. Keberhasilan penyelenggaraan pelatihan sangat menentukan keberhasilan kegiatan pencacahan di lapangan. Oleh karena itu, penyelenggaraan pelatihan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Pada SNK 2015, pelatihan petugas dilakukan secara berjenjang dari Workshop Intama, pelatihan calon Instruktur Nasional (Innas) dan pelatihan calon petugas lapangan. Workshop Intama dan pelatihan calon Innas dilaksanakan di Pusat, sementara pelatihan calon petugas lapangan dilaksanakan di daerah. Hal-hal penting terkait penyelenggaraan pelatihan tersebut dijelaskan dalam poin-poin berikut.

A. Workshop Intama dan Pelatihan calon Innas

Workshop Intama dan Pelatihan calon Innas SNK 2015 dilaksanakan oleh BPS Pusat pada bulan Agustus 2015 selama 3 (tiga) hari efektif. Penanggung jawab penyelenggaraan adalah Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah, Direktorat Statistik Ketahanan Sosial dan Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei BPS Pusat. Workshop intama diikuti oleh peserta dari Direktorat Statistik Ketahanan Sosial, dan Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei.

(27)

1. Diutamakan Kepala Seksi Statistik Ketahanan Sosial BPS Provinsi dan staf inti di lingkungan Direktorat Statistik Ketahanan Sosial BPS RI.

2. Mampu mengajar dengan baik. 3. Berpendidikan minimal DIV/S1.

4. Diutamakan yang sudah berpengalaman sebagai Innas atau instruktur lainnya pada sensus atau survei yang pernah dilaksanakan oleh BPS.

Alokasi kebutuhan jumlah innas dapat dilihat pada Lampiran 2.

B. PelatihanPetugas

Pelatihan calon Petugas SNK 2015 dilaksanakan di masing-masing provinsi selama 2 (dua) hari efektif (lihat jadwal) pada kegiatan pelaksanaan SNK 2015, sehingga semua petugas telah siap untuk pencacahan lapangan pada pertengahan Bulan September 2015. Penanggung jawab penyelenggaraan pelatihan adalah Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi. Alokasi kebutuhan jumlah petugas dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.5. PemeriksaanDokumen

Pemeriksaan dokumen merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan lapangan. Kegiatan ini merupakan faktor penting dalam upaya menjaga kualitas data yang dikumpulkan. Proses pemeriksaan tidak hanya mencakup kelengkapan dokumen, tetapi sekaligus akurasi, kewajaran dan konsistensi isian.

3.6. Supervisi

(28)
(29)

BAB IV

TATA CARA PENGISIAN KUESIONER

BLOK I. PENGENALAN TEMPAT

Sebelum pencacah mengunjungi rumah tangga dan memulai wawancara, isilah informasi identitas rumah tangga pada blok I (Pengenalan Tempat). Informasi identitas rumah tangga diperoleh dari daftar sampel rumah tangga SNK2015 (SNK2015.DSRT), yang akan diberikan oleh Kasie Statistik Sosial kepada pencacah. Isikan nama dan nomor kode provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, klasifikasi wilayah, nomor blok sensus, nomor kode sampel (NKS), dan nomor urut sampel rumah tangga (NURT) di dalam kotak pada kolom sebelah kanan. Kombinasi dari kode-kode ini akan menghasilkan satu nomor ID unik yang mengidentifikasi isian kuesioner ini berasal dari rumah tangga yang berbeda dari kuesioner lain. Tuliskan juga nama kepala rumah tangga (KRT) dan alamat rumah tangga dimana pencacah akan melaksanakan wawancara. Lengkapi alamat pada kuesioner jika ternyata alamat yang tercantum dalam SNK2015.DSRT kurang lengkap.

Rincian 111. Hasil Kunjungan

Rincian 111 mengenai hasil kunjungan diisi setelah pencacah melaksanakan wawancara dan telah meninggalkan rumah tangga tersebut. Ada enam macam kode respon berdasarkan sejauh mana kuesioner telah selesai diisi. Berikut penjelasan mengenai berbagai kemungkinan kode hasil kunjungan:

Kode 1, Berhasil, jika pencacah telah menyelesaikan wawancara dengan responden terpilih dan telah memastikan bahwa tidak ada satu pertanyaan pun di kuesioner yang belum terisi (dokumen lengkap).

(30)

Penjelasan:

Dalam mekanisme pencacahan telah dijelaskan bahwa rumah tangga menolak, tidak dapat diwawancarai, pindah alamat, bergabung dengan rumah tangga sampel lain, tidak dapat ditemukan, dan sejenisnya boleh dilakukan penggantian sampel sehingga pada daftar sampel rumah tangga SNK 2015 telah disediakan 5 rumah tangga sampel cadangan. Jika dalam pelaksanaan lapangan jumlah rumah tangga yang berhasil diwawancarai tetap kurang dari 10 rumah tangga maka dokumen yang dikumpulkan tetap sejumlah 10 dokumen. Misal, dari 15 rumah tangga, terdapat 7 rumah tangga yang pindah keluar blok

sensus maka terdapat rumah tangga yang Rincian berkode Berhasil dan rumah

tangga yang Rincian berkode Tidak Berhasil , kemudian tuliskan alasannya.

BLOK II. KETERANGAN PENCACAHAN

Blok ini berisi mengenai identitas pencacah dan pemeriksa. Identitas tersebut meliputi nama, jabatan, tanggal pencacahan/pemeriksaan, dan tanda tangan pencacah/pemeriksa. Identitas pencacah diisi sebelum mengunjungi rumah tangga.

BLOK III. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA

Blok ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai semua ART yang ada dalam rumah tangga. Informasi yang diinginkan mencakup nomor urut ART, nama, hubungan ART dengan KRT, jenis kelamin, umur, status perkawinan dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Pengisian blok ini dapat ditanyakan kepada setiap anggota rumah tangga yang sudah dewasa dan mampu memberikan informasi yang diperlukan. Jika anggota rumah tangga yang sudah dewasa tidak ada, jangan mewawancarai anak kecil, tetapi berpindahlah ke rumah tangga lainnya dan kunjungilah kembali rumah tangga tersebut di lain waktu. Sebelum memulai wawancara, pencacah wajib memperkenalkan diri dan menyatakan tujuan kedatangan.

Ketika mengunjungi salah satu rumah tangga sesuai dengan alamat yang terdapat dalam SNK2015.DSRT, pencacah mungkin menemui satu rumah yang dihuni oleh banyak orang. Dalam hal ini, pencacah harus mengidentifikasi secara cermat siapa saja yang merupakan anggota rumah tangga dari rumah tangga yang terpilih sebagai sampel. Berikut beberapa konsep dan definisi yang wajib dikuasai pencacah:

(31)

 Kepala Rumah Tangga (KRT) adalah salah seorang dari ART yang bertanggung jawabatas kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Untuk kasus anak kos, KRT adalah orang yang dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT. Oleh karena itu, KRT yang di blok IV kuesioner SNK 2014 boleh saja berbeda dengan SNK2015.DSRT.

 Anggota rumah tangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang berada di rumahtangga maupun sementara tidak ada pada waktu pencacahan. Anggota rumah tangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan maksud pindah, tidak dianggap sebagai anggota rumah tangga. Sebaliknya orang yang telah tinggal 6 bulan atau lebih atau bermaksud tinggal/menetap di rumah tangga walaupun kurang dari 6 bulan dianggap sebagai anggota rumah tangga.

Kolom (1) sampai Kolom (3)

Tanyakan kepada responden siapa saja yang tinggal di rumah tangga tersebut dan hubungan dengan KRT, jangan lupa pastikan pula bahwa mereka yang disebutkan berada dalam satu pengelolaan pemenuhan kebutuhan pangan dengan responden. Hal ini perlu dicermati karena masyarakat lebih mengenal konsep keluarga rumah tangga. Suatu keluarga hanya mencakup orang-orang yang memiliki hubungan darah namun suatu rumah tangga mencakup semua orang yang tinggal bersama dan makan dalam satu pengelolaan, baik memiliki hubungan darah maupun tidak. Contohnya, tiga laki-laki yang tidak memiliki hubungan yang tinggal dan memasak makanan bersama tidak akan dianggap sebagai satu keluarga, tetapi mereka dianggap sebagai satu rumah tangga. Satu orang yang hidup sendiri juga akan dianggap sebagai satu rumah tangga.

(32)

a. Orang yang namanya belum tercatat karena lupa atau dianggap bukan anggota rumah tangga seperti bayi atau anak kecil, pembantu, teman/tamu yang sudah tinggal 6 bulan atau lebih, keponakan, anak indekos dan sebagainya yang biasa tinggal di rumah tangga tersebut; dan orang yang sedang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi biasanya tinggal di rumah tangga tersebut. Tambahkan nama-nama yang tertinggal tersebut pada baris-baris sesuai dengan urutan kode hubungan dengan kepala rumah tangga.

b. Orang yang dianggap anggota rumah tangga karena biasanya tinggal di rumah tangga tersebut tetapi sedang bepergian selama 6 bulan atau lebih. Hapus nama dari daftar, bila sudah terlanjur ditulis pada Blok IV ini. Urutkan kembali nama-nama anggotarumah tangga sesuai dengan urutan kode hubungan dengan kepala rumah tangga.

Berikut penjelasan mengenai kode hubungan dengan KRT pada kolom (3):

Kode 1, Kepala Rumah Tangga adalah salah seorang dari ART yang bertanggung

jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Untuk kasus anak kos, KRT adalah orang yang dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT.

Kode 2, Istri/suami adalah istri dari KRT (jika KRT laki-laki) atau suami dari KRT (jika KRT perempuan).

Kode 3, Anak mencakup anak kandung, anak tiri dan anak angkat KRT.

Kode 4, Menantu adalah suami/istri dari anak kandung, anak tiri atau anak angkat.

Kode 5, Cucu adalah anak dari anak kandung, anak tiri atau anak angkat.

Kode 6, Orang tua/mertua adalah bapak/ibu dari KRT atau bapak/ibu dari

istri/suami KRT.

Kode 7, Famili lain adalah mereka yang ada hubungan famili dengan KRT atau

dengan istri/suami KRT, misalnya adik, kakak, bibi, paman, kakek atau nenek.

Urutan bertanya:

a. Tanyakan dan tuliskan nama kepala rumah tangga.

b. Isikan Kolom 2 dan 3 secara berturut-turut dengan menanyakan dan menulis nama istri/suami, anak yang belum kawin, anak yang sudah kawin, dan seterusnya sampai dengan anggota rumah tangga terakhir. c. Kemudian tanyakan satu-persatu keterangan yang dibutuhkan mulai

(33)

Kode 8, Pembantu Rumah Tangga adalah mereka yang tinggal dan makannya bergabung dengan rumah tangga majikan.

Kode 9, Lainnya adalah mereka yang tidak ada hubungan famili dengan KRT

atau dengan istri/suami KRT, misalnya mantan menantu dan anak kos.

Kolom (4): Jenis Kelamin

Selanjutnya tanyakan jenis kelamin dari setiap nama yang tertulis pada kolom (2). Jangan menduga jenis kelamin seseorang berdasarkan namanya, tanyakan kepada responden apakah ART tersebut laki-laki atau perempuan.

Kolom (5): Umur

Umur dihitung dengan cara menanyakan tanggal, bulan dan tahun kelahiran ART. Umur dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau sama dengan umur pada waktu ulang tahun yang terakhir. Penjelasan:

 Jika umur responden 27 tahun 9 bulan, catat 27 tahun.

 Jika umurnya kurang dari 1 tahun, dicatat 00 tahun.

 Jika umur responden 98 tahun atau lebih dicatat 98 tahun, misalnya umur 100 tahun maka pada kotak umur isikan angka 98, dalam hal ini berarti 98 tahun atau lebih.

 Jika umurnya kurang dari 10 tahun (1 digit) agar dituliskan 0 di digit pertama, misalnya 01, 02, ..., 09.

 Jika responden tidak tahu sama sekali tanggal, bulan dan tahun kelahirannya maupun umurnya, maka perkirakan umur responden dengan berbagai pendekatan, rujukan dan informasi. Perkiraan umur haruslah perkiraan yang terbaik.

Kolom (6):Status Perkawinan

Tanyakan status kawin dari setiap nama yang tertulis pada kolom (2). Perhatikan kode pada kuesioner untuk setiap status perkawinan yang disebutkan responden. Hati- hati jangan salah dalam mengisikan kode status kawin.

Kode 1, Belum kawin adalah status dari mereka yang belum/tidak terikat dalam perkawinan pada saat pencacahan.

Kode 2, Kawin adalah status dari mereka yang terikat dalam perkawinan pada saat

(34)

mereka yang kawin sah, secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya) tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami istri.

Kode 3, Cerai hidup adalah status dari mereka yang hidup berpisah sebagai suami

istri karena bercerai dan belum kawin lagi. Mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum dianggap cerai. Sebaliknya mereka yang sementara hidup terpisah tidak dianggap bercerai, misalnya suami/istri yang ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau sedang cekcok. Perempuan yang diketahui belum kawin tetapi sudah mempunyai anak maka status perkawinan orang tersebut dianggap cerai hidup.

Kode 4, Cerai mati adalah status dari mereka yang suami/istrinya telah meninggal

dunia dan belum kawin lagi.

Kolom (7): Pendidikan tertinggi yang ditamatkan:

Tanyakan apakah pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh setiap nama yang tertulis pada kolom (2). Perhatikan kode pada kuesioner untuk setiap pendidikan tertinggi yang ditamatkan responden. Hati-hati jangan salah dalam mengisikan kode tersebut.

Kode 1, Tidak/belum pernah bersekolah adalah tidak pernah atau belum

terdaftar dan tidak/belum pernah aktif mengikuti pendidikan, termasuk tamat/belum tamat TK tetapi tidak melanjutkan SD

Kode 2, Tidak/belum tamat SD/SDLB/MI/Paket A adalah kategori bagi mereka

yang pernah bersekolah tetapi tidak/belum tamat Sekolah Dasar/MI, Sekolah Luar Biasa Tingkat Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar Pamong (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua dan Guru), Sekolah Dasar Kecil, Paket A1 s.d A100, SD Proyek Perintis Sekolah Pembangunan atau SD Indonesia (di Luar Negeri). Mereka yang tamat Sekolah Dasar 3 tahun atau sederajat dianggap tidak tamat SD.

Kode 3, SD/SDLB/MI/Paket A adalah tamat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

(35)

Kode 4, SMP/SMPLB/MTs/Paket B adalah tamat Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah atau sekolah yang setara misalnya: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, MULO, HBS 3 tahun, Sekolah Luar Biasa Lanjutan Tingkat Pertama, SLTP Proyek Perintis Sekolah Pembangunan, SLTP Indonesia (di Luar Negeri), Paket B dan SLTP Olahraga.

Kode 5, SMA/SMALB/SMK/MA/Paket C adalah tamat Sekolah Menengah

Umum/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah atau sekolah kejuruan yang setara misalnya: Sekolah Menengah Atas, Menengah Luar Biasa, HBS 5 tahun, AMS, Kursus Pegawai Administrasi Atas (KPAA), Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial (SMPS), Sekolah Lanjutan Persiapan Pembangunan, SLTA Proyek Perintis Sekolah Pembangunan, SLTA Indonesia (di Luar Negeri), Sekolah Menengah Industri Kerajinan, Sekolah Menengah Seni Rupa, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), Sekolah Menengah Musik, Sekolah Teknologi Menengah Pembangunan, Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Teknologi Menengah, Sekolah Menengah Teknologi Pertanian, Sekolah Menengah Teknologi Perkapalan, Sekolah Menengah Teknologi Pertambangan, Sekolah Menengah Teknologi Grafika, Sekolah Guru Olah Raga (SGO), Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB), Pendidikan Guru Agama 6 tahun, Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak, Kursus Pendidikan Guru (KPG), Sekolah Menengah Analis Kimia, Sekolah Asisten Apoteker (SAA), Sekolah Bidan, Sekolah Penata Rontgen dan SLTA para atlit dan Paket C.

Kode 6, Diploma I/II adalah tamat program DI/DII pada suatu perguruan tinggi

yang menyelenggarakan program diploma I/II pada pendidikan formal.

Kode 7, Diploma III/Sarjana Muda adalah tamat program DIII pada suatu

perguruan tinggi yang menyelenggarakan program diploma III pada pendidikan formal. Misalnya Akademi Seni Musik Indonesia, Akademi Seni Tari Indonesia, Akademi Kimia Analis, Akademi Meteorologi dan Geofisika dsb.

(36)

Kode 9, S2, S3 adalah tamat program pendidikan Pasca Sarjana (master atau doktor), strata 2 atau 3 pada suatu Universitas atau Perguruan tinggi.

Kolom (8)-Kolom (9): Untuk KRT dan Pasangannya dan ART lain dengan pendidikan

SLTA+

Informasi pada kolom ini akan digunakan sebagai dasar pemilihan responden terpilih dengan menggunakan Tabel Kish. Eligible responden adalah KRT dan pasangannya dan ART dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan minimal SLTA(SLTA+). Berikan

tanda √ pada kolom untuk Eligible responden [kolom (3) berkode 1 atau 2 atau

kolom (7) berkode minimal 5]. Kemudian berikan nomor urut pada kolom (9) untuk eligible

responden mulai darilaki-laki tertua sampai termuda dilanjutkan dengan perempuan tertua sampai termuda.

Pemilihan Sampel Responden

Pemilihan sampel ART dilakukan segera setelah pengisian DAFTAR ANGGOTA RUMAH TANGGA selesai dilakukan, karena wawancara blok berikutnya hanya dilakukan untuk ART yang terpilih sampel. Pemilihan sampel ART didasarkan pada jumlah anggota rumah tangga yang memenuhi syarat, yaitu KRT atau pasangannya dan ART dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan minimal SLTA(SLTA+).

Tabel Kish terdiri dari 11 kolom. Kolom (1) adalah jumlah ART eligible dalam rumah tangga sampel. Kolom (2) sampai dengan (11) menunjukkan nomor urut sampel rumah tangga (01 sampai dengan 10). Angka-angka dalam setiap sel kolom (2) sampai (11) menunjukkan nomor urut ART terpilih berdasarkan nomor urut sampel rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga yang memenuhi syarat.

Penentuan nomor urut ART yang memenuhi syarat untuk dipilih adalah perpotongan antara kolom nomor urut sampel rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga memenuhi syarat pada rumah tangga tersebut. Lingkari nomor urut sampel anggota rumah tangga pada Daftar ART Sampel Kolom (9), kemudian lihat ke Kolom (2) nama anggota rumah tangga yang terpilih dan lingkari no urut ART di kolom (1) yang sesuai.

Contoh: Misalkan dibawah ini merupakan daftar anggota rumah tangga Irianto pada

(37)

IV.KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA rumah tangga adalah 8 mempunyai 4 anggota rumah tangga yang memenuhi syarat terpilih (ART dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan SLTA+ atau KRT atau pasangannya).

2. Pada tabel Kish, pilih kolom yang menunjukkan nomor urut ruta sampel, yaitu 8 dan pilih baris yang menunjukkan jumlah anggota rumah tangga yang memenuhi syarat terpilih (eligible responden), yaitu 4. Lingkari sel yang merupakan perpotongan kolom dan baris tersebut, yaitu 4.

(38)

TABELKISH Jumlah

ART

eligible

Nomor Urut Rumah Tangga Sampel

(39)

mengganti sampel responden, meskipun ada eligible responden lainnya. Berterimakasihlah kepada pemberi informasi dan akhiri wawancara di sini.

BLOK IV. KETERANGAN RESPONDEN TERPILIH

Blok ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden terpilih, seperti suku, agama/kepercayaan, lama tinggal serta kegiatan utama selama seminggu terakhir.

R 401a. Nama dan Nomor urut ART

Tuliskan nama dan nomor urut ART responden terpilih sesuai dengan blok III kolom (2) dan kolom (1).

R 401b. Suku Bangsa

Tanyakan suku bangsa darimana responden berasal dan tuliskan nama suku bangsa secara lengkap. Suku bangsa adalah kelompok etnis dan budaya masyarakat yang terbentuk secara turun temurun. Pada umumnya suku mengikuti garis patrilineal (ayah/laki-laki) tetapi ada beberapa suku yang mengikuti garis matrilineal (ibu/perempuan) seperti suku minangkabau.

 responden bisa saja sulit menentukan apa suku bangsanya, misalnya dalam perkawinan campuran antar suku. Dalam hal ini suku bangsa responden yang dicatat adalah sesuai pengakuan responden.

 Jika responden tidak dapat menentukan, maka pencacah bisa saja mengarahkan pilihan (meminta persetujuan responden) untuk mengikuti garis turunan hirarkis ayah/laki-laki-laki, ayahnya ayah (kakek), ayahnya kakek, dan seterusnya.

 Jangan menduga suku bangsa dari bahasa yang digunakan sehari-hari sebab bisa saja orang yang sehari-harinya berbahasa daerah setempat, pada kenyataannya berasal dari suku lain.

R 401c. Agama/Kepercayaan

(40)

R. 402. Lama Tinggal

Tanyakan lama tinggal responden di lingkungan setempat tersebut (setingkat desa/kelurahan) bila responden pernah berpindah desa/kelurahan lainnya, maka isikan lama tinggal terakhir di lingkungan tersebut.

R. 403a. Kegiatan 1 Minggu Terakhir

Tanyakan kegiatan utama responden 1 minggu terakhir. Isikan kode yang sesuai dengan jawaban responden pada kotak yang tersedia.

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau

membantu penghasilan atau keuntungan yang paling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu. Bekerja selama satu jam tersebut harus dikerjakan secara berturut-turut dan tidak terputus. Penghasilan atau keuntungan mencakup upah/gaji/pendapatan termasuk semua tunjangan dan bonus bagi pekerja/pegawai/karyawan dan hasil usaha berupa sewa, bunga atau keuntungan baik berupa uang atau barang bagi pengusaha. Jika seseorang melakukan pekerjaan tetapi tidak bermaksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan maka tidak dianggap bekerja.

Mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, adalah mereka yang

mempunyai pekerjaan/usaha tetapi selama seminggu terakhir tidak bekerja karena sesuatu sebab seperti sakit, cuti, menunggu panen, tugas belajar atau mogok kerja.

Penjelasan:

1. Melakukan pekerjaan dalam konsep bekerja adalah melakukan kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa.

2. Orang yang melakukan kegiatan budidaya tanaman yang hasilnya hanya untuk dikonsumsi sendiri dianggap tidak bekerja, kecuali budidaya tanaman bahan makanan pokok, yaitu padi, jagung, sagu, dan atau palawija (ubi kayu, ubi jalar, kentang)

3. Anggota ruta yang membantu melaksanakan pekerjaan kepala ruta atau anggota ruta yang lain, misal di sawah, ladang, warung/took dan sebagainya dianggap bekerja walaupun tidak menerima upah/gaji (pekerja tidak dibayar).

(41)

Contoh:

1. Dokter yang mengobati anggota ruta sendiri, tukang bangunan yang memperbaiki rumah sendiri, dan tukang jahit yang menjahit pakaian sendiri.

2. Seseorang yang mengusahakan persewaan mesin/alat pertanian, mesin industri, peralatan pesta, alat pengangkutan, dan sebagainya dikategorikan bekerja.

3. Pembantu ruta termasuk bekerja, baik sebagai anggota ruta majikannya maupun bukan anggota ruta majikannya.

4. Seseorang menyewakan tanah pertanian kepada orang lain secara bagi hasil, dikategorikan bekerja bila ia menanggung risiko (ada keterlibatan biaya produksi) atau turut mengelola atas usaha pertanian itu.

5. Pekerja serabutan/bebas baik yang bekerja di sekotar pertanian maupun nonpertanian yang sedang menunggu pekerjaan, dianggap tidak bekerja.

6. Seseorang petinju atau penyanyi professional yang sedang latihan dalam rangka profesinya, dianggap sebagai bekerja.

R. 403b. Lapangan Usaha/Bidang Pekerjaan Utama

R. 403b. Apakah lapangan usaha/bidang pekerjaan utama tempat bekerja selama seminggu yang lalu:

01. Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan 02. Pertambangan dan penggalian

03. Industri pengolahan 04. Listrik, gas dan air 05. Konstruksi

06. Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel 07. Angkutan, pergudangan dan komunikasi

08. Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan 09. Jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan

Catatan: Konsep definisi lapangan usaha berdasarkan KBLI 2009

Lapangan usaha/bidang pekerjaan adalah bidang kegiatan dari

pekerjaan/usaha/perusahaan/ kantor tempat krt/art bekerja.

Cara menentukan pekerjaan utama adalah sebagai berikut:

(42)

 Jika krt/art pada seminggu terakhir mempunyai lebih dari satu pekerjaan, maka pekerjaan yang menggunakan waktu terbanyak dicatat sebagai pekerjaan utama. Jika waktu yang digunakan sama, maka pekerjaan yang memberikan penghasilan terbesar dianggap sebagai pekerjaan utama. Jika waktu yang digunakan sama dan penghasilannya juga sama besar, maka terserah pada responden pekerjaan mana yang dianggapnya merupakan pekerjaan utama.

 Krt/art dianggap mempunyai pekerjaan lebih dari satu apabila pengelolaan pekerjaan tersebut dilakukan secara terpisah. Buruh tani, meskipun bekerja pada beberapa petani (pengelolaan terpisah) dikategorikan hanya mempunyai satu pekerjaan.

Penjelasan:

a. Krt/art yang sedang cuti dan pada masa cuti tersebut ia tidak melakukan pekerjaan lain, maka pekerjaan utamanya adalah pekerjaan yang dia cutikan.

b. Krt/art yang sedang cuti dan pada masa cuti tersebut melakukan pekerjaan lain, maka salah satu dari pekerjaan lainnya itu merupakan pekerjaan utamanya.

Contoh:

1. Krt/art memiliki pekerjaan sebagai seorang manajer pemasaran di perusahaan real estate yang sedang cuti selama seminggu terakhir dan selama cuti tidak melakukan pekerjaan apapun, maka pekerjaan utama krt/art tersebut selama seminggu terakhir adalah sebagai manajer pemasaran di perusahaan real estate.

2. Selama seminggu terakhir, krt/art yang bekerja sebagai seorang dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sedang cuti, dan selama cuti membantu istrinya berdagang alat-alat olah raga, maka pekerjaan utama krt/art tersebut selama seminggu terakhir adalah berdagang alat-alat olahraga.

3. Selama seminggu terakhir, seorang petani selain bertanam padi di lahan sendiri, juga menanam padi di lahan orang lain dengan menerima upah. Petani tersebut digolongkan mempunyai dua pekerjaan yaitu bertanam padi di lahan milik sendiri dan buruh tanaman pangan walaupun lapangan usahanya sama yaitu pertanian.

(43)

R.403c. Kegiatan dengan Waktu Terbanyak Satu Minggu Terakhir

Tuliskan kegiatan yang dilakukan responden yang menghabiskan waktu terbanyak.

a. Mengurus rumah tangga adalah kegiatan adalah kegiatan mengurus rumah tangga

atau membantu mengurus rumah tangga tanpa mendapat upah/gaji. Ibu rumah tangga atau anak-anaknya yang melakukan kegiatan kerumahtanggaan, seperti memasak, mencuci dan sebagainya digolongkan sebagai mengurus rumah tangga. Bagi pembantu rumah tangga yang mengerjakan hal yang sama tetapi mendapat upah/gaji, digolongkan sebagai bekerja. Jika pembantu melakukan kegiatan mengurus rumah tangga (bukan untuk kepentingan majikannya/pekerjaan) maka juga dikategorikan mempunyai kegiatan mengurus rumah tangga.

b. Sekolah/kuliah adalah kegiatan bersekolah formal atau non formal baik pada

pendidikan dasar, pendidikan menengah atau pendidikan tinggi.

c. Kegiatan lainnya adalah kegiatan selain bekerja, sekolah dan mengurus rumah

tangga. Termasuk didalamnya mereka yang tidak mampu melakukan kegiatan seperti orang lanjut usia, cacat jasmani, dan penerima pendapatan/pensiun yang tidak bekerja lagi. Kategori lainnya dibagi menjadi 2 kelompok:

a. Olahraga, kursus, rekreasi dan kegiatan sosial (berorganisasi, kerjabakti) b. Tidur, santai, bermain, dan tidak melakukan kegiatan apapun.

BLOK V. LAGU KEBANGSAAN DAN PANCASILA

Blok ini bertujuan untuk memperoleh informasi terkait pengetahuan responden terhadap lagu kebangsaan dan dasar negara Indonesia.

R. 501a. Judul Lagu Kebangsaan Indonesia

Tanyakan apakah responden mengetahui judul Lagu kebangsaan Indonesia. Beri kode jawaban (1) bila jawaban responden benar menyebutkan judul lagu kebangsaan Indonesia dan kode jawaban (2) bila responden tidak benar menyebutkan judul lagu kebangsaan Indonesia.

R. 501b.Hafal Lagu Kebangsaan Indonesia

(44)

Adapun lirik lagu Indonesia Raya yang benar sesuai urutan adalah sebagai berikut:

Indonesia Raya

Ciptaan: Wage Rudolf Supratman

Indonesia tanah airku Tanah tumpah darahku Disanalah aku berdiri

Jadi pandu ibuku Indonesia kebangsaanku Bangsa dan Tanah Airku

Marilah kita berseru Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku Hiduplah negriku Bangsaku Rakyatku semuanya

Bangunlah jiwanya Bangunlah badannya Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya Merdeka Merdeka, Tanahku negriku yang kucinta Indonesia Raya Merdeka Merdeka,

Hiduplah Indonesia Raya

Indonesia Raya Merdeka Merdeka, Tanahku negriku yang kucinta Indonesia Raya Merdeka Merdeka,

Hiduplah Indonesia Raya

R. 502a. Hafal Sila Pancasila

Rincian ini untuk mengetahui apakah responden hafal dasar negara Pancasila berdasarkan pengakuan responden. Beri kode bila responden hafal sila-sila Pancasila

atau kode bila responden tidak hafal sila Pancasila, lanjut ke rincian 601 jika responden

tidak hafal sila-sila pada Pancasila.

R. 502b. Sebutkan Sila Pancasila

(45)

DIBACAKAN oleh penacah. Beri kode jawaban bila responden benar menyebutkan sila-sila pada Pancasila-sila, tidak ada kesalahan teks, tidak ada kesalaharan urutan per kata. Dan

beri kode jawaban bila responden tidak benar menyebutkan sila-sila pada Pancasila baik

terdapat kesalahan teks ataupun kesalahan urutan per kata. Apabila responden tidak

menyebutkan sama sekali suatu sila, maka berkode pada sila tersebut. Tuliskan pada

kotak yang tersedia.

R.502c. Urutan Sila Pancasila

Rincian ini tidak ditanyakan kepada responden, melainkan pencacah memberi kesimpulan akhir dari bacaan teks Pancasila yang disebutkan oleh responden. Beri jawaban bila responden benar menyebutkan secara urut teks Pancasila dari sila kesatu sampai dengan sila ke lima atau beri jawaban bila responden tidak urut menyebutkan teks Pancasila.

BLOK VI. KETUHANAN YANG MAHA ESA

Blok ini bertujuan untuk mengukur implementasi nilai-nilai dalam sila pertama dari Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang mencakup tindak keseharian responden mulai dari ruang lingkup terkecil yaitu keluarga hingga dalam bermasyarakat. Sila pertama dalam Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menuntut setiap warga negara untuk mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta, baik dalam hati, tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya adalah Pancasila menuntut umat beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda keyakinan. Butir-butir yang tercantum dalam sila pertama Pancasila mencakup:

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

(46)

7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

Pada blok ini, responden diminta untuk menjawab sesuai dengan pengalaman yang pernah dialami atau menurut persepsi/sikap responden atas pertanyaan yang diajukan. Pencacah diminta untuk tidak mengarahkan responden untuk memilih jawaban tertentu maupun menjustifikasi jawaban yang diberikan oleh responden.

R.601. Melaksanakan sembahyang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

agama/kepercayaan yang dianut selama sebulan terakhir

Pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui ketaatan responden terhadap ajaran agama/kepercayaan yang dianutnya. Sembahyang yang dimaksud adalah pelaksanaan ibadah yang wajib dilakukan sesuai dengan ajaran agama/kepercayaan masing-masing sebagai bentuk ketaatan, seperti sholat wajib 5 waktu dalam Islam, ibadah minggu bagi Nasrani, tri sandyabagi Hindu. Tanyakan kepada responden frekuensi melaksanakan sembahyang selama sebulan terakhir:

Kode 1, Selalu, jika responden tidak pernah absen dalam sembahyang.

Kode 2, Sering, jika responden pernah/sesekali meninggalkan kewajiban

sembahyang.

Kode 3, Jarang, jika responden lebih banyak meninggalkan kewajiban

sembahyang daripada melaksanakannya.

Kode 4, Tidak melaksanakan.

Penjelasan:

 Dalam agama Islam, sembahyang yang wajib dilakukan adalah sholat fardhu (Isya, Subuh, Zhuhur, Ashar, dan Magrib), sehingga yang dimaksud dalam pertanyaan ini adalah apakah responden pernah tidak melaksanakan sholat fardhu tersebut.

 Untuk agama/kepercayaan lain, perlu diketahui terlebih dahulu sembahyang yang wajib dilakukan menurut agama/kepercayaan responden, seperti ibadah minggu bagi Nasrani, tri sandya bagi Hindu sehingga pencacah dapat langsung menyesuaikan

pertanyaan, seperti: seberapa sering [Bapak/)bu] melaksanakan tri sandya?

(responden beragama Hindu).

R. 602. Sikap terhadap pendatang yang berasal dari agama lain

Tanyakan kepada responden sikap mereka bila seandainya ada pemeluk agama lain yang akan menetap di lingkungan tempat tinggal responden. Pilihan jawaban ada 4 kode

(47)

tidak keberatan, kode bila sikap responden cenderung keberatan, dan kode bila sikap

responden keberatan.

R. 603. Sekelompok dari agama lain melakukan kegiatan keagamaannya di

lingkungan sekitar tempat tinggal

Pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui sikap saling hormat menghormati sebagai bentuk toleransi beragama responden terhadap agama orang lain melalui sikap responden bila terdapat kegiatan keagamaan dari agama lain yang di lakukan di rumah salah satu warga di sekitar tempat tinggalnya. Kegiatan keagamaan yang dimaksud seperti pengajian, kebaktian, doa/puja, dsb yang dilaksanakan oleh sekelompok orang dari agama yang berbeda dengan responden. Tanyakan sikap yang akan diambil responden:

Kode 1, Menerima, jika responden mentolerir adanya kegiatan keagamaan dari

agama lain yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal.

Kode 2, Cenderung menerima, jika responden menerima namun tetap

mengemukakan syarat terkait pelaksanaan kegiatan keagamaan, misalnya: terkait frekuensi (sering/tidaknya kegiatan tersebut), jumlah orang yang menghadiri, serta waktu pelaksanaan kegiatan keagamaan tersebut.

Kode 3, Cenderung menentang, jika responden tidak menginginkan adanya

kegiatan keagamaan dari agama lain yang dilaksanakan di lingkungan sekitar tempat tinggal namun responden tetep memberikan beberapa pengecualian tertentu termasuk merasa tidak memiliki kekuasaan untuk mencegah adanya kegiatan tersebut, misalnya: jika telah seijin aparat/ketua RT/RW.

Kode 4, Menentang, jika responden jelas-jelas menyatakan tidak suka adanya

kegiatan keagamaan dari agama lain bahkan melakukan tindakan tertentu guna mencegah dan menghalangi terlaksananya kegiatan keagamaan.

R.604. Pemeluk dari agama lain berusaha memengaruhi tetangga untuk mengikuti

agamanya

(48)

mau diajak atau dipengaruhi oleh agamanya, kerap diajak berdiskusi mengenai agama dengan selalu diiming-imingi hal tertentu. Tanyakan sikap yang akan diambil responden:

Kode 1, Menentang, jika responden melakukan upaya untuk mencegah perbuatan

memengaruhi yang dilakukan orang dari agama lain kepada tetangganya.

Kode 2, Cenderung menentang, jika responden memang menentang namun tidak

memiliki upaya untuk mencegah karena menganggap tidak terkait dengan pribadinya.

Kode 3, Cenderung membiarkan, jika responden tidak mempunyai keinginan

untuk mencegah dan karena tidak memiliki kekuasaan untuk menentang karena tidak terkait dengan pribadinya.

Kode 4, Membiarkan, jika responden tidak menunjukkan kepedulian terhadap

kejadian tersebut.

R. 605. Orang/sekelompok orang yang membatasi kebebasan orang lain menjalankan

aturan agamanya

Pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui sikap responden bila mengetahui ada orang/kelompok orang yang membatasi kebebasan orang lain untuk menjalankan aturan agamanya. Misalnya: si A dilarang oleh si B untuk ibadah sholat lima waktu (dalam Islam) untuk alasan apapun atau Si A tidak diperkenankan menggunakan jilbab/menutup aurat (dalam Islam) oleh perusahaannya selama bekerja di tempat kerjanya.

Kode 1, Menentang, jika sikap responden menentang pembatasan kebebasan

tersebut.

Kode 2, Cenderung menentang, jika sikap responden memang menentang namun

tidak memiliki upaya untuk mencegah karena menganggap tidak terkait dengan pribadinya.

Kode 3, Cenderung membiarkan, jika sikap responden tidak mempunyai

keinginan untuk mencegah dan karena tidak memiliki kekuasaan untuk menentang karena tidak terkait dengan pribadinya.

Kode 4, Membiarkan, jika sikap responden tidak menunjukkan kepedulian

terhadap kejadian tersebut.

R. 606a. Berbagi terhadap sesama (bersedekah) dalam sebulan terakhir

(49)

lembaga sosial/tempat ibadah. Pilihan jawaban kode Ya, dan kode tidak. Bila pilihan

jawaban responden adalah kode tidak, maka lanjutkan pertanyaan ke rincian .

R. 606b. Frekuensi berbagi terhadap sesama sebulan terakhir

Tanyakan kepada responden frekuensi responden berbagi (sedekah) berupa uang, makanan, dsb kepada orang lain selama sebulan terakhir. Jawaban berdasarkan pengakuan

responden. Pilihan jawaban kode jarang dengan frekuensi -2 kali, kode sering

dengan frekuensi 3- kali dan kode sangat sering dengan frekuensi lebih dari kali.

R.607. Kebebasan menjalankan aturan agama/kepercayaan

Pertanyaan ini digunakan untuk mendapatkan penilaian responden secara umum terkait kebebasan respoden dalam melaksanakan ajaran agama/kepercayaannya. Bacakan pertanyaan sesuai dengan redaksi pada kuesioner kemudian isikan jawaban responden pada kotak yang disediakan. Pertanyaan ini kemungkinan tidak dapat langsung dipahami oleh responden, oleh karena itu pencacah boleh mengajukan pertanyaan tambahan atau probing.

 Pertama, tanyakan apakah responden merasa bebas dalam melaksanakanajaran agama/kepercayaannya. Jika responden merasa bebas ataupun tidak bebas, tanyakan alasannya. Jika alasan yang diberikan menunjukkan pemahaman responden terhadap pertanyaan, maka mintalah responden untuk memberikan penilaian.

 Kedua, jika responden menyatakan tidak bebas maka mintalah responden memberikan penilaian salah satu dari angka 0 sampai 5. Sebaliknya jika responden merasa bebas mintalah responden memberikan penilaian salah satu dari angka 5 sampai 10.

 Ketiga, jika alasan yang diberikan menunjukkan ketidakpahaman responden maka pencacah perlu melakukan probing lanjutan.

 Keempat, jika telah yakin dengan jawaban responden, isikan angka yang disebutkan pada kotak yang tersedia.

BLOK VII. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Gambar

Tabel 1.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan SNK 2015
Gambar 1.1. Arus Dokumen SNK 2015
Tabel 2.1. Jumlah Sampel Kabupaten/Kota menurut Region dan Urban/Rural,
Gambar 2.1.Mekanisme Pengolahan Data di  BPS Kabupaten/Kota, BPS Provinsi dan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek antiinflamasi topikal, konsentrasi optimum, dan mengetahui persen (%) penghambatan inflamasi dari ekstrak metanol-air daun

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan akhir dari sebuah penelitian ini berupa memarafrasakan legenda “Tuak (Aren)” menjadi

Syah yang ingin menyerahkan takhta kerajaan kepada abangnya iaitu Sultan Muzaffar Syah kerana menganggap abangnya lebih berhak kerana lebih tua dan

Melaksanakan penyusunan program kegiatan melalui : pemeliharaan kebersihan dan keindahan, taman pasar, menyusun penbagian tugas dan wilayah kerja pemeliharaan

pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak adalah pada

Sport je danas vrlo respektabilna aktivnost zbog čega se istražuje i kao posebna djelatnost kroz razvoj specifičnog oblika turizma koji se naziva sportski

Nors šis deliktas yra griežtos atsakomybės, tačiau ir šiuo atveju atsakomybė nėra absoliuti – įstatyme taip pat nustatyti atvejai, kada gamintojas nuo jos atleidžiamas (LR

Dari hasil penelitian dijelaskan, bahwa dasar hukum pemberian grasi yang diberikan oleh Presiden terhadap narapidana narkoba transnasional tersebut, memang telah sesuai