Suplemen 1
1
KONDISI USAHA DALAM MASA PEMULIHAN
*
Perkembangan bisnis pelaku usaha di Propinsi Sumatera Selatan pada triwulan II 2009, secara umum mulai menunjukkan perbaikan meskipun belum sepenuhnya pulih seperti kondisi sebelum terjadinya krisis keuangan global, sementara kondisi usaha di sektor pertanian masih relatif stagnan hingga saat ini .
Namun demikian, di tengah mulai membaiknya kondisi usaha, di sisi lain masih terdapat beberapa faktor yang dinilai kurang kondusif dalam pengembangan dunia usaha antara lain (i) masih terbatasnya pasokan listrik oleh PLN, (ii) birokrasi dan banyaknya jenis perizinan, (iii) tingkat suku bunga pinjaman perbankan yang masih tinggi, (iv) transaksi di dalam negeri yang menggunakan valuta asing, (v) kondisi keamanan di pelabuhan yang rawan, (vi) ketentuan perpajakan bagi PMA yang dinilai tidak efisien, dan (vii) belum adanya single identity yang berlaku di Indonesia serta adanya intervensi dari pihak eksternal terhadap operasional perusahaan .
Sementara itu, faktor yang dinilai positif dalam membantu perusahaan untuk mengurangi dampak dari krisis keuangan global antara lain adalah kuota yang diberlakukan untuk pembatasan produksi crumb rubber, situasi keamanan yang kondusif pasca pemilu dan momen tahun ajaran baru serta perayaan hari besar keagamaan yang diharapkan akan semakin meningkatkan kinerja usaha ke depan.
Dari sisi permintaan, permintaan domestik mulai meningkat yang ditandai dengan meningkatnya konsumsi seiring mulai membaiknya harga komoditas primer maupun realisasi anggaran pemerintah meskipun masih belum sepenuhnya pulih seperti kondisi sebelum terjadinya krisis keuangan global. Demikian pula dengan sektor properti yang juga mulai meningkat kembali terutama untuk tipe rumah murah maupun tipe rumah mewah pada segmen kelas menengah atas. Permintaan terhadap CPO di pasar domestik kembali meningkat dan berapapun tingkat produksi telah dapat diserap oleh pasar domestik .
Di sektor perbankan, industri perbankan tetap melakukan penyaluran kredit dengan target untuk tahun 2009 tetap tumbuh positif meskipun masih sangat berhati-hati terutama untuk sektor-sektor unggulan seperti perkebunan serta sektor yang terkait dengan komoditas unggulan. Ke depan, diharapkan kinerja usaha akan semakin membaik seiring dengan semakin membaiknya harga komoditas primer, kondisi keamanan yang kondusif pasca pemilu serta faktor musiman seperti tahun ajaran baru sekolah dan Idul Fitri.
Peningkatan permintaan luar negeri dialami oleh pelaku usaha dengan komoditas karet dan sawit. Pemberlakuan kuota produksi karet oleh Gabungan Pengusaha Karet Indonesia mulai Januari 2009 berdampak positif terhadap meningkatnya harga crumb rubber di pasar internasional. Di samping terdapat pula peningkatan permintaan dari Cina berupa compound rubber yang menjadi penolong dari masih belum pulihnya tingkat permintaan crumb rubber dari AS dan Eropa. Diharapkan akhir tahun 2009 atau awal tahun 2010 kuota produksi tersebut telah dapat dilepaskan.
Suplemen 1
Suplemen 1
2
Kapasitas utilitasi cukup bervariasi dan secara umum mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya sebagai dampak dari masih belum pulihnya tingkat permintaan, kuota yang diberlakukan untuk pembatasan produksi, maupun dikarenakan penambahan kapasitas mesin baru. Kapasitas utilisasi pelaku usaha pada sektor industri pengolahan pupuk relatif tetap karena kapasitas mesin yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
Meskipun kondisi bisnis belum sepenuhnya pulih, beberapa pelaku usaha berencana untuk tetap melakukan investasi di tahun 2009, baik melanjutkan dan menyelesaikan investasi tahun sebelumnya maupun investasi baru. Investasi tersebut dalam bentuk perluasan lahan, penambahan jaringan kantor, penambahan kapasitas produksi, renovasi, maupun perbaikan jaringan. Meskipun demikian, terdapat beberapa pelaku usaha yang melakukan investasi yang hanya bersifat replacement saja .
Kondisi jumlah tenaga kerja pada triwulan II 2009 mengalami perubahan yang bervariasi. Secara umum, sebagian besar pelaku usaha menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja relatif tetap dibanding tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena dampak krisis disikapi bukan dengan pengurangan tenaga kerja namun dengan pengurangan shift serta efisiensi.