BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di peternakan kambing perah Pemilik Bapak
Irham yang berlokasi di Desa Citaman Jernih, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten
Serdang Bedagai. Legume indigofera sp. berasal dari balai penelitian Sei Putih, Analisa bahan kering pakan sisa dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan
Pakan Ternak Prodi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini akan dilaksanakan selama satu bulan pada bulan Mei - Juni 2016.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Kambing Perah Peranakan etawa (PE) sebanyak 12 ekor digunakan
sebagai objek penelitian. Bahan pakan yang digunakan adalah sumber hijauan
yaitu Indigofera sp, daun singkong dan ampas tahu. Air minum untuk memenuhi
kebutuhan air yang diberikan secara ad libitum.
Alat
Kambing perah PE dipelihara pada kandang individu dengan peralatan
berupa ember sebagai tempat air minum dan tempat makan terpisah antara hijauan
dan konsentrat. Timbangan pada penelitian ini digunakan untuk menimbang bobot
awal ternak pada awal penelitian. Timbangan 10 kg untuk menimbang proporsi
bahan pakan yang akan digunakan. Gelas ukur digunakan untuk mengukur
Produksi susu dan mengambil sampel oleh masing-masing kambing yang diberi
perlakuan. Kamera untuk mendokumentasi kegiatan selama penelitian. Alat untuk
Pelaksanaan Penelitian
Metode Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Adapun perlakuan tersebut sebagai berikut :
P0 (Kontrol) = Daun singkong 50% + Ampas tahu 50%
P1 = Daun singkong 25% + Indigofera sp 25% + Ampas tahu 50%
P2 = Indigofera sp 50% + Ampas tahu 50%
Model matematik percobaan yang digunakan adalah :
Yij =Yij = μ + τi + εij
Keterangan :
Yij = Pengaruh penambahan legume indigofera Sp terhadap produksi susu
kambing
µ = Rataan umum
τi = Pengaruh penambahan legume indigofera Sp ke-i
Pemberian Air Minum
Air minum diberikan secara ad libitum setiap pagi hari. Air diganti setiap
hari dan tempatnya dicuci dengan air bersih.
Persiapan dan Pemberian Perlakuan
Tabel 5. Komposisi zat gizi bahan pakan yang digunakan
Bahan Pakan BK Abu PK SK LK BETN TDN* (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) HDS 92,81 5,42 22,06 9,56 3,27 52,5 73,51
AT 89,68 11,41 18,27 21,29 6,45 32,26 45,39
ID 21,97 6,41 24,70 17,83 6,15 38,65 77,00
Ket: *Dugaan Ds: Daun Singkong, AT:Ampas Tahu, ID:indigoferasp
Tabel 6. Komposisi bahan makanan yang digunakan dalam penelitian
Bahan
Pakan 50HDS%+AT50% 25HDS%+25ID%+AT50% 50ID%+AT50%
HDS 50 25 -
AT 50 50 50
ID - 25 50
Total 100 100 100
Ket: Ds: Daun Singkong, AT:Ampas Tahu, ID:indigoferasp
Tabel 7. Kandungan zat-zat makanan pada perlakuan yang digunakan
Pembuatan pakan dilakukan dengan cara mencacah Hijauan dan
leguminosa Indigofera sp. dengan menggunakan mesin cooper, kemudian dicampur pakan hijauan dengan Indigofera sp. beserta ampas tahu dan dtimbang
sesuai dengan perlakuan, pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi
hari pukul 08:00 WIB dan pada sore hari pukul 17:00 WIB. Jumlah pakan yang
diberikan pada ternak kambing adalah 4% dari bobot badan dalam bentuk bahan
segar (Yusmadi, 2008). Pakan yang diberikan akan dikurangkan dengan pakan
sisa sebagai perhitungan dari konsumsi pakan dan konversi pakan.
Persiapan Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan adalah obat cacing yang diberikan sewaktu
penelitian dengan dosis 1 cc/kg bobot badan, jenis obat cacing yang digunakan
adalah kalbazen. Sedangkan obat-obatan yang lain yang diberikan berdasarkan
kebutuhan bila ternak nantinya ada yang sakit, misalnya Terramycin, Hematophan
B12 (untuk meningkatkan nafsu makan).
Persiapan Kandang
Kandang yang digunakan berukuran 90 cm x 85 cm x 100 cm sebanyak 12
buah. Model kandang adalah individual, dimana lantai kandang dibuat dengan
lantai kayu yang berjarak 1 – 1,5 cm yang tujuannya agar kotoran dapat jatuh ke
bawah kandang sehingga kandang tetap bersih dan agar kaki kambing tidak
masuk ke celah-celah lantai. Kandang dilengkapi dengan tempat makan dan
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel susu dilakukan setiap hari dengan waktu pemerahan
pagi dan sore hari selama penelitian. Konsumsi pakan dihitung setiap hari selama
penelitian dengan penimbangan pakan yang diberikan kemudian dikurangkan
dengan pakan sisa.
Parameter Penelitian
1. Produksi Susu
Pengambilan sampel susu dilakukan setiap hari pagi dan sore. Frekuensi
pemerahan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pagi pada jam 06.00
serta sore jam 16.00 WIB. Pemerahan dilakukan oleh peternak dengan
cara manual tanpa alat bantu pemerahan. Sampel susu diukur dengan
menggunakan gelas ukur skala 1 liter.
2. Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan dihitung setiap hari. Data dari konsumsi pakan yang
diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang diberikan
kemudian dikurangkan dengan penimbangan pakan sisa yang dilakukan,
sisa pakan kemudian dianalisis untuk mengetahui bahan keringnya.
Konsumsi pakan = Pakan yang diberikan – pakan sisa.
3. Konversi Pakan
Konversi pakan dihitung dengan perbandingan antara konsumsi pakan
dengan pertambahan bobot badan atau produksi susu. Konversi pakan
dapat dihitung dengan persamaan :
Konversi pakan = Konsumsi pakan Produksi susu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Pakan
Rata-rata kosumsi pakan pada perlakuan P0, P1 dan P2 berturut-turut
adalah 320,28; 251,43 dan 263,53 g/ekor/hari. Hasil tersebut menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan.
Tabel 8. Rataan konsumsi Bahan Kering Kambing PE (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
1 2 3 4
Keterangan : Huruf yang tidak berbeda pada nilai rataan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).
Dari Tabel 8 diatas terlihat bahwa rataan total konsumsi ransum dalam
bahan kering yaitu sebesar 835,24 g/ekor/hari. Rataan konsumsi tertinggi yaitu
pada P0 sebesar 320,28 g/ekor/hari dimana P0 merupakan perlakuan kontrol
(daun ubi 50% + ampas tahu 50%). Hal tersebut disebabkan karena perlakuan
pada P0 merupakan pakan yang biasa diberikan pada ternak tersebut. Sedangkan
pada perlakuan P1 dan P2 yang menggunakan campuran legume Indigofera sp.
yaitu P1 (Indigofera sp. 25% + daun ubi 25% + ampas tahu 50%) dan
P2 (Indigofera sp. 50% + ampas tahu 50%) memiliki konsumsi yang lebih rendah
dibandingkan dengan P0. Pada penelitian ini, perlakuan P1 dan P2 mempunyai
kandungan nutrisi lebih baik dibanding perlakuan P0. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sutardi. (1981), yang menyatakan bahwa Konsumsi seekor kambing
kandungan energi atau protein, maka semakin sedikit pakan yang dikonsumsi
karena kebutuhan ternak telah terpenuhi.
Dilihat berdasarkan analisis sidik ragam bahwasanya penelitian ini
menunjukan hasil yang sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan. Kualitas
dan kuantitas pakan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan nutrisi yang
dibutuhkan kambing perah. Pemberian legume Indiofera sp. menunjukan
pengaruh yang nyata terhadap performans ternak kambing perah. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Tarigan et al. (2010), yang menyatakan bahwa hijauan Indigofera sp. mempunyai kualitas nutrisi dan produktivitas yang tinggi dan dengan kandungan protein yang bervariasi yaitu 21 - 25%.
Keragaman tinggi rendahnya pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kesehatan ternak, tempat tinggal ternak dan produksi ternak itu sendiri, ternak
ruminansia yang normal (tidak sakit atau sedang bereproduksi) mengkonsumsi
pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi
hidup pokok. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartadisastra (1997), yang
menyatakan bahwa tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat
dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu : tempat tinggal (kandang), palatabilitas,
konsumsi nutrisi, bentuk pakan dan faktor internal yaitu: selera, status fisiologi,
bobot tubuh dan produksi ternak itu sendiri.
Produksi Susu
Rata-rata produksi susu penelitian akibat perlakuan pada P0, P1 dan P2
berturut-turut adalah 676,52; 721,52 dan 808,30 ml/ekor/hari. Hasil tersebut
menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05) antar perlakuan.
Tabel 9. Rataan Produksi Susu kambing Peranakan Etawa (ml/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
1 2 3 4
2209,28 2164,29 2129,64 2322,14 2941,78
Rata-rata 736,43 721,43 709,88 774,05 2206,34
Keterangan : Huruf yang berbeda pada nilai rataan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Pada Tabel 9 terlihat bahwa rataan total produksi susu adalah 2206,34 ml.
Rataan produksi tertinggi yaitu pada P2 sebesar 808,3 ml/ekor/hari. Rataan
produksi susu terendah pada P0 sebesar 676,52 ml/ekor/hari. Hasil diatas
menunjukan bahwa pada perlakuan P2 memiliki produksi susu lebih baik
dibandingkan perlakuan lainnya (P1 dan P0).
Tinggi rendahnya produksi susu dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya yaitu kualitas pakan, produksi ternak itu sendiri, kesehatan, dan
lokasi. Namun faktor makanan merupakan hal yang paling besar pengaruhnya
terhadap produksi dibandingkan faktor lainnya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Devendra dan Burns. (1994), yang menyatakan bahwa pemberian
pakan dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor
lain, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas.
Selanjutnya menurut Sutama et al. (1994), dengan perawatan biasa, induk
perawatannya diperbaiki, mutu, jumlah pakannya ditingkatkan, kesehatannya
baik, dan diberi pakan penguat maka seekor induk kambing PE dapat
menghasilkan susu sekitar 1,50-2,00 liter per hari dan lama produksinya bisa
diperpanjang sampai 6-7 bulan.
Berdasarkan hasil penelitian, produksi susu kambing perah yang diberi
ransum pada perlakuan P0, P1 dan P2 berturut-turut 676,52, 721,52 dan 808,30
ml/ekor/hari. Perlakuan P2 lebih tinggi dibandingkan P0, perbedaan nutrisi dari
pakan mempengaruhi produksi susu. Hal ini disebabkan perbedaan kualitas
ransum P2 dan P1, ransum pada P2 mengandung protein 21,485% dan TDN
61,195% lebih tinggi dibandingkan ransum P0 yang memiliki kandungan protein
kasar dan TDN sebesar 20,165% dan 59,45% secara berurutan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Wodzicka-Tomaszewska et al., (1991), yang menjelaskan Produktivitas kambing PE dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan
termasuk nutrisi dan manajemen. Produksi susu kambing PE masih sangat
beragam (0,45-2,1 liter/hari). Selanjutnya menurut Devendra dan Burns. (1994),
yang menjelaskan pemberian pakan dan gizi yang efisien, paling besar
pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang sangat
penting untuk peningkatan produktivitas.
Konversi Pakan
Konversi pakan merupakan petunjuk berapa persen konsumsi pakan
diubah menjadi daging atau produksi susu (Blakely dan Bade, 1994). Rata-rata
konversi pakan penelitian pada perlakuan P0, P1 dan P2 berturut-turut adalah
2,72; 2,31 dan 1,85 g/ekor/hari. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
Tabel 10. Rataan Konversi Pakan kambing Peranakan Etawa (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
1 2 3 4
Keterangan : Huruf yang berbeda pada nilai rataan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).
Dari tabel 10 diatas terlihat bahwa rataan total konversi ransum dalam
penelitian yaitu sebesar 6,88 g/ekor/hari. Rataan konversi tertinggi yaitu pada P0
sebesar 2,72 g/ekor/hari dimana P0 merupakan perlakuan (daun singkong 50%
+ ampas tahu 50%). Rataan total konversi terendah yaitu pada P2 sebesar 1,85
g/ekor/hari dimana P2 merupakan perlakuan (Indigofera sp. 50% + ampas tahu
50%).
Pada hasil analisis sidik ragam konversi pakan penelitian dari perlakuan
P0, P1 dan P2 adalah 2,72; 2,31; dan 1,85 g/ekor/hari. Hasil tersebut
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01), dari hasil tersebut dapat
dilihat P2 (Indigofera sp. 50% + ampas tahu 50%) memiliki nilai konversi
terendah artinya pada perlakuan P2 lebih efisien dibanding P0, hal ini menjadi
sangat penting dalam usaha peternakan. Dan sesuai dengan pernyataan
Anggorodi. (1984), yang menyatakan bahwa efisiensi pakan dapat dihitung
berdasarkan perbandingan pertambahan bobot badan (kg) dengan total konsumsi
bahan kering (kg) dikalikan 100%. Efisiensi pakan sangat penting bagi para
peternak agar tidak mengalami kerugian akibat terlalu banyak pakan atau
Semakin kecil nilai konversi pakan maka akan semakin baik dan berarti
ternak tersebut semakin efisien dalam memanfaatkan pakan. Hal ini disebabkan
pakan yang diberikan mempunyai kualitas yang baik sehingga apa yang
dihasilkan oleh ternak tersebut sesuai dengan apa yang diberikan, sehingga
kandungan nutrisi pakan, daya cerna dan metabolisme ternak tersebut baik. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Sutardi (1981), yang menyatakan bahwa konsumsi
seekor kambing akan dipengaruhi oleh kandungan energi dan protein pakan.
Semakin tinggi kandungan energi atau protein, maka semakin sedikit pakan yang
dikonsumsi karena kebutuhan ternak telah terpenuhi.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Dari hasil diatas maka didapat data rekapitulasi diketahui bahwa
pemberian legume Indigofera sp. memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap
produksi susu Kambing Peranakan Etawa (PE). Pada Tabel 9 diketahui bahwa
perbandingan tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 (legume Indigofera sp. 50%
+ ampas tahu 50%) dan terendah adalah perlakuan P0 (daun singkong 50% +
ampas tahu 50%). Konsumsi pakan tertinggi terdapat pada P0 (daun ubi 50% +
ampas tahu 50%) sementara pada P1 (Indigofera sp. 25% + daun ubi 25 % +
ampas tahu 50%) dan P2 (Indigofera sp. 50% + ampas tahu 50 %) lebih rendah.
Kemudian rataan konversi tertinggi yaitu pada P0 sebesar 2,72 g/ekor/hari dimana
P0 merupakan perlakuan (daun singkong 50% + ampas tahu 50%). Rataan total
konversi terendah yaitu pada P2 sebesar 1,85 g/ekor/hari dimana P2 merupakan
Tabel 11. Data rekapitulasi konsumsi pakan, produksi susu dan konversi
Perlakuan Parameter
Konsumsi Produksi Susu Konversi
P0 320,28a 676,52b 2,72a
P1 251,43b 721,52ab 2,31
P2
b
263,53b 808,30a 1,85c
Keterangan : Huruf yang berbeda pada nilai rataan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Pemberian legume indigofera sp. dengan perlakuan P2 (Indigofera sp.
50% + ampas tahu 50%) menunjukan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap
produksi susu, hal ini menunjukan perubahan yang baik dari pakan yang
digunakan sebelumnya yaitu P0 (daun ubi 50% + ampas tahu 50%). Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sutama et al., (1994), dengan perawatan biasa, induk kambing
PE dapat menghasilkan susu sekitar 0,25-0,50 liter per hari. Kalau perawatannya
diperbaiki, mutu, jumlah pakannya ditingkatkan, kesehatannya baik, dan diberi
pakan penguat maka seekor induk kambing PE dapat menghasilkan susu sekitar
1,50-2,00 liter per hari dan lama produksinya bisa diperpanjang sampai 6-7 bulan.
Hasil yang didapat dari pemberian legume indigofera sp. dengan
perlakuan P2 (Indigofera sp. 50% + ampas tahu 50%) menunjukan pengaruh yang
sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi dan konversi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Siregar (1996), yang menyatakan ternak ruminansia yang normal
(tidak sakit atau sedang bereproduksi) mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang
terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Lanjut
penjelasan dari Sutardi (1981), semakin tinggi kandungan energi atau protein,
maka semakin sedikit pakan yang dikonsumsi karena kebutuhan ternak telah
terpenuhi. Dan kemudian untuk konversi Blakely dan Bade (1994), menyatakan
jumlah pakan (kg) yang dikonsumsi oleh ternak dengan produk yang dihasilkan
(kg) oleh ternak tersebut. Konversi pakan merupakan petunjuk berapa persen
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian leguminosa Indigofera sp. sebagai pakan dapat meningkatkan
Produksi Susu Kambing Perah Peranakan Etawa (PE).
Saran
Disarankan kepada peternak Kambing Peranakan Etawa (PE) untuk