• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " Bab III"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Derajat kesehatan masyarakat memberikan sumbangan yang nyata dalam meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi era globalisasi. Pembangunan kesehatan perlu diupayakan dan diperjuangkan dengan baik oleh pemerintah maupun masyarakat dan seluruh komponen bangsa di pusat dan daerah.

Penyusunan rencana pembangunan kesehatan dimaksudkan agar program pelayanan kesehatan selaras dengan pembangunan lingkungan dan perubahan perilaku pola hidup sehat. Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan adalah kondisi yang harus diperhatikan dan dikedepankan pada lima tahun mendatang.

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

Faktor kesehatan masyarakat merupakan faktor penting dalam pelaksanaan program pembangunan. Kualitas kesehatan yang baik akan memberikan sumber daya manusia yang siap untuk melaksanakan pembangunan suatu negara. Penanganan kesehatan yang sinergis dengan faktor lingkungan menjadi penting mengingat bahwa pada pelaksanaannya upaya penanganan kesehatan disamping upaya kuratif berupa pengobatan setelah masyarakat terkena penyakit, ada pula upaya promotif dan preventif sebagai upaya peningkatan kualitas dan menjaga kesehatan masyarakat agar tidak mudah terjangkiti penyakit.

(2)

kesehatan adalah melalui kegiatan posyandu yang menitikberatkan kepada penanganan kesehatan balita.

Disamping upaya promotif dan preventif tersebut di atas, upaya penting lain yang menjadi lini terdepan dalam isu kesehatan adalah upaya kuratif dan rehabilitatif yaitu pelayanan kesehatan dalam bentuk pengobatan. Bentuk pelayanan kuratif tersedia melalui pelayanan di Balai Pengobatan, Puskesmas, Klinik Kesehatan dan Rumah Sakit.

Ada beberapa permasalahan tingkat nasional dan provinsi maupun kabupaten sehingga dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2014-2019 menjadi prioritas penanganan, diantaranya :

1. Penanggulangan Bahaya Narkoba

Penggunaan narkoba oleh masyarakat khususnya anak-anak muda saat ini sudah dalam taraf memprihatinkan dan perlu penanganan yang lebih serius dari pemerintah. Peredaran narkoba telah menembus antar wilayah di Indonesia, termasuk ke wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penanggulangan bahaya narkoba sudah dilakukan dengan gencar, di masing-masing daerah telah dibentuk Badan Narkotik Daerah seperti BNP dan BNK. Namun, bahaya narkoba tetap saja mengancam karena pelaku peredaran narkoba diberbagai tempat semakin profesional. Oleh karena itu penanggulangan bahaya narkoba baik sebelum maupun sesudah mengkonsumsi narkoba harus tetap digalakkan.

2. Keadilan dan Kesetaraan Gender

(3)

Kesenjangan gender (rasio wanita/laki-laki) di negara-negara industri maju mencapai 1,05 lebih tinggi dari negara-negara berkembang dengan rasio wanita /laki-laki sebesar 0,93 dimana fenomena ini terjadi karena usia harapan hidup dan angka kematian bayi di negara-negara maju lebih tinggi dibandingkan negara-negara berkembang. Makin menyempitnya penguasaan lahan pertanian di Kabupaten Lombok Barat menyebabkan terbatasnya peluang kerja, sehingga laki-laki mengadu nasib sebagai buruh migran untuk bekerja ke luar negeri seperti Malaysia dan Arab Saudi, sementara wanita biasanya tetap di rumah. Kalaupun ada wanita yang bekerja sebagai buruh migran, jumlahnya lebih kecil dibandingkan laki-laki. Fenomena inilah yang menyebabkan tingginya rasio wanita dan laki-laki di Kabupaten Lombok Barat.

3. Kesejahteraan dan Perlindungan Anak

Kesejahteraan dan perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (UU Nomor 23 tahun 2002).

Meningkatnya persentase anak dengan gizi buruk merupakan sisi lain dari permasalahan kesehatan yang terus membutuhkan penanganan. Angka penurunan gizi buruk di Indonesia baru mencapai 14 persen. Tapi, dalam tahun terakhir penurunan itu sangat landai dan tidak bisa cepat lagi sehingga dikhawatirkan target Millenium Development Goals (MDG's) 2015 sebesar 15% tidak tercapai. Selain itu, Prevalensi kekurangan gizi pada balita harus dapat mencapai target MDGs sebesar 15,5 persen pada tahun 2015. Sedangkan pada 1989 angkanya 31 persen dan tahun 2007 sebesar 18,4 persen. Pemerintah harus menurunkan prevalensi gizi kurang pada tahun 2015 menjadi setengah dari keadaan tahun 1990.

(4)

SD sebesar 87,0 persen hanya 56,7 persen yang melanjutkan ke jenjang sekolah menengah (SMA-SMK).

Fakta lain, kasus-kasus kekerasan pada anak meningkat, kasus anak diperdagangkan meningkat, pekerja anak masih tinggi, anak jalanan sulit dikendalikan, anak pemakai narkoba meningkat dan masalah-masalah perlindungan khusus lainnya. Gambaran meluasnya epidemi terlihat dari jumlah kasus kumulatif dilaporkan terjadinya peningkatan pada jumlah kasus AIDS. Pada tahun 2007 terdapat 11.140 kasus, tahun 2008 terdapat 16.140 kasus, meningkat menjadi 19.973 pada akhir tahun 2009 dan kemudian kembali meningkat pada tahun 2010 menjadi 22.726 kasus. Artinya, kasus AIDS di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS akan terus terjadi apabila tidak ada keseriusan dari semua pihak. Beberapa implikasi peningkatan kasus HIV/AIDS ini adalah permasalahan narkoba, maraknya hubungan berisiko, masalah perekonomian yang membuat maraknya penjaja seks, dan penggunaan kondom yang masih sangat minim.

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

(5)

Dalam upaya melaksanakan misi tersebut, rencana pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Renstra Dinas Kesehatan tahun 2014-2019, telah diidentifikasi beberapa faktor pendorong atau kekuatan (strength) dan faktor penghambat atau kelemahan (weakness), diantaranya yaitu :

1. Kekuatan (Strength)

Beberapa faktor yang menjadi pendorong dalam pembangunan kesehatan lima tahun ke depan antara lain adalah :

a. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang merata

Saat ini di Kabupaten Lombok Barat terdapat 17 unit Puskesmas (5 unit Puskesmas Perawatan dan 12 unit Puskesmas Non Perawatan), 57 Pustu dan 117 Poskesdes yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Lombok Barat. Walaupun secara ratio, jumlah sarana tersebut masih di bawah ratio ideal namun akan terus diupayakan pemenuhannya dalam tahun berikutnya.

b. Dukungan Pembiayaan dari berbagai sumber

Pembiayaan pembangunan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat tidak hanya berasal dari APBD saja. Beberapa sumber lain adalah APBN (Dekon, TP, dll), PHLN dan beberapa donor agencies seperti UNICEF, UNFPA, dll. c. Peningkatan Status Puskesmas menjadi Badan Layanan Umum Daerah

Penerapan status BLUD pada Puskesmas akan lebih memungkinkan pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, seperti pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Praktek bisnis yang sehat oleh Puskesmas yang BLUD mencerminkan penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkesinambungan sehingga dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

(6)

ini berjumlah 5 (lima) unit untuk menjadi BLUD, disusul kemudian oleh Puskesmas non perawatan yang lainnya.

d. Pengembangan Sistem P-Care

Dalam mempersiapkan pemberian kemudahan akses informasi pelayanan kepada masyarakat dalam bidang kesehatan secara cepat, tepat dan akurat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat telah memanfaatkan sistem Primary Care (P-Care). Tujuan akhir dari penggunaan sistem ini adalah berjalannya sistem P-Care secara menyeluruh di 17 Puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok Barat yang terakses langsung dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan termonitor oleh Dinas Kesehatan.

2. Kelemahan (Weakness)

Faktor penghambat pembangunan kesehatan lima tahun ke depan diantaranya : a. Kuantitas, kualitas dan distribusi tenaga teknis khususnya dokter, bidan dan

perawat masih kurang.

Berdasarkan Indikator Indonesia Sehat 2010, ratio tenaga medis dan non medis saat ini masih jauh dari ideal. Jumlah dokter umum sebanyak 62 orang (ideal 40 orang per 100.000 atau 251 orang), perawat sebanyak 376 orang (ideal 117 orang per 100.000 atau 734 orang) dan bidan 278 orang (ideal 100 orang per 100.000 atau 627 orang). Dari segi kualitas, sebagian besar bidan dan perawat masih berpendidikan setara SMA, padahal idealnya minimal berpendidikan D3. Sedangkan penyebaran tenaga kesehatan belum merata. Konsentrasi tenaga kesehatan masih terpusat di daerah perkotaan (Gerung, Kediri, Narmada dan Gunung Sari), sedangkan wilayah-wilayah terpencil seperti Sekotong dan Pelangan masih kekurangan tenaga kesehatan.

b. Keterbatasan pembiayaan untuk penanganan kasus penyakit dan kurang gizi. Dalam paradigma baru pembangunan kesehatan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Salah satu efeknya adalah keterbatasan pembiayaan untuk penanganan kasus penyakit dan kurang gizi.

(7)

3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra

1. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

Dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan tahun 2010-2014, Kementerian Kesehatan menetapkan Visi yaitu :

“ Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan “

Untuk mencapai Visi tersebut, maka ditetapkan Misi Kementerian Kesehatan sebagai berikut :

a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani.

b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.

c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik

Sedangkan tujuan Kementerian Kesehatan adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Strategi yang dikembangkan Kementerian Kesehatan, adalah :

a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan serta berbasis bukti dengan pengutamaan dan upaya promotif preventif.

c. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional.

d. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu.

e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan.

(8)

Pernyataan Visi dan Misi Kementerian Kesehatan memberikan arahan pada seluruh daerah level Provinsi dan Kabupaten/Kota.

2. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Visi Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, adalah “ Mewujudkan Masyarakat NTB yang Mandiri untuk Hidup Bersih dan Sehat Tahun 2018 “

Terdapat 3 (tiga) kata kunci dalam visi tersebut yaitu :

a. Masyarakat NTB

Adalah seluruh warga masyarakat yang hidup dan tinggal di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

b. Mandiri

Memiliki pengertian bahwa masyarakat NTB yang mempunyai kemauan dan kemampuan serta kemandirian dalam mengakses upaya pelayanan kesehatan baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

c. Hidup Bersih dan Sehat

Memiliki pengertian kondisi masyarakat NTB yang memiliki derajat kesehatan optimal yang hidup pada lingkungan yang berkualitas.

Untuk mencapai masyarakat NTB yang mandiri untuk hidup bersih dan sehat ditempuh melalui Misi sebagai berikut :

1) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia kesehatan dan kemandirian masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

2) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.

3) Meningkatkan keadaan gizi dan derajat kesehatan keluarga 4) Meningkatkan keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan

5) Meningkatkan kualitas dan ketertiban pengelolaan sumber daya kesehatan 6) Meningkatkan keterjangkauan dan mutu pelayanan laboratorium kesehatan

masyarakat di Pulau Lombok.

7) Meningkatkan keterjangkauan dan mutu pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat di Pulau Sumbawa.

(9)

9) Meningkatkan keterjangkuan dan mutu pelayanan kesehatan rujukan yang sesuai standar di Pulau Sumbawa.

10)Meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan yang professional dan paripurna.

11)Meningkatkan kemampuan dan keterampilan lulusan ahli madya keperawatan

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Kebijakan penataan ruang secara formal ditetapkan bersamaan dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang kemudian diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Kebijakan tersebut ditujukan untuk mewujudkan kualitas tata ruang nasional yang semakin baik, yang oleh undang-undang dinyatakan dengan criteria aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Dengan diberlakukannya kebijakan nasional penataan ruang tersebut, maka tidak ada lagi tata ruang wilayah yang tidak direncanakan. Tata ruang menjadi produk dari rangkaian proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, penegasan sanksi atas pelanggaran tata ruang sebagaimana diatur dalam UU 26/2007 menuntut proses perencanaan tata ruang harus diselenggarakan dengan baik agar penyimpangan pemanfaatan ruang bukan disebabkan oleh rendahnya kualitas rencana tata ruang wilayah. Untk mengupayakan perbaikan kualitas rencana tata ruang wilayah maka Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) menjadi salah satu pilihan alat bantu melalui perbaikan kerangka fikir perencanaan tata ruang wilayah untuk mengatasi persoalan lingkungan hidup.

(10)

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Sedangkan kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.

Telaahan rencana tata ruang wilayah ditujukan untuk mengidentifikasi implikasi rencana struktur dan pola ruang terhadap kebutuhan pelayanan SKPD. Dibandingkan dengan struktur dan pola ruang eksisting maka SKPD dapat mengidentifikasi arah (geografis) pengembangan pelayanan, perkiraan kebutuhan pelayanan dan prioritas wilayah pelayanan SKPD dalam lima tahun mendatang. Dikaitkan dengan indikasi program pemanfaatan ruang jangka menengah dalam RTRW, SKPD dapat menyusun rancangan program beserta targetnya yang sesuai dengan RTRW tersebut.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program.

Kabupaten Lombok Barat adalah salah satu dari sepuluh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas wilayah 1.053,92 km². Secara geografis, Kabupaten Lombok Barat berada di 115,46º - 116,20º Bujur Timur dan 8,25º - 8,55º Lintang Selatan. Secara administrasi Kabupaten Lombok Barat terdiri dari 10 kecamatan dengan 3 kelurahan dan 119 desa serta 796 dusun. Kecamatan Gerung merupakan Ibu Kota Kabupaten sekaligus sebagai pusat pemerintahan.

(11)

3.5. Penentuan Isu-isu Strategis

Isu strategis adalah permasalahan utama yang disepakati untuk dijadikan prioritas penanganan selama kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang. Isu strategis diidentifikasi dari berbagai sumber, antara lain :

1. Isu strategis dari dinamika internasional, nasional dan regional yang mempengaruhi kesehatan.

2. Isu strategis dari kebijakan pembangunan daerah yang terdiri dari :

a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lombok Barat 2005-2025.

b. Isu strategis yang diangkat dari analisis situasi dan kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, sarana prasarana pelayanan kesehatan saat ini serta kemungkinan pengaruh lainnya.

c. Sasaran-sasaran pembangunan yang belum dapat dipenuhi pada masa RPJMD/ Target Rencana Strategis Dinas Kesehatan sebelumnya.

Dalam pelaksanaan pembangunan Kabupaten Lombok Barat kurun waktu lima tahun kedepan, ada beberapa isu-isu strategis yang menjadi prioritas penanganan, diantaranya :

1. Restrukturisasi sektor-sektor unggulan dalam meningkatkan daya saing daerah 2. Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan

3. Penguatan kelembagaan sosial budaya di tengah masyarakat

4. Disparitas/kesenjangan antar wilayah dan keseimbangan ekosistem lingkungan 5. Mutu layanan/kompetensi tenaga pendidikan dan kesehatan serta masih

rendahnya kreativitas dan prestasi masyarakat.

6. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas untuk menurunkan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan.

7. Eksistensi diri untuk menumbuhkan kebanggaan masyarakat

(12)

Masih relatif rendahnya derajat kesehatan masyarakat merupakan isu strategis dalam pelaksanaan pembangunan Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat dalam kurun waktu lima tahun kedepan periodesasi 2014-2019. Isu strategis tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa permasalahan kesehatan utama yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan lima tahun ke depan yaitu :

1. Masih Adanya Kasus Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten Lombok Barat tahun 2009 sebesar 153,01 per 100.000 kelahiran hidup. Tahun 2010 tercatat 131,39 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2011 menurun menjadi 90,55 per 100.000 kelahiran hidup. Kondisi tahun 2012 menjadi 61,10 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan kondisi terakhir tahun 2013 meningkat menjadi 75,02 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut laporan maternal Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, jumlah kasus kematian ibu tahun 2009 sebanyak 19 kasus, menurun pada tahun 2010 menjadi 17 kasus dan tahun 2011 terus menurun menjadi 12 kasus. Tahun 2012 jumlah kasus kematian ibu menurun menjadi 8 kasus, namun pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi 10 kasus. Trend jumlah kematian ibu di Kabupaten Lombok Barat tahun 2010-2013 dapat dilihat pada grafik III.2.

Grafik III.2. Trend Jumlah Kasus Kematian Ibu di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2013.

(13)

Hal ini disebabkan selama kurun waktu tahun 2009-2012 mengalami trend positif, namun pada tahun 2013 mengalami penurunan sehingga secara keseluruhan selama lima tahun series mengalami trend fluktuatif.

2. Masih Relatif Tingginya Kasus Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi pada tahun 2009 sebesar 17,09 per 1.000 kelahiran hidup (201 orang), menurun menjadi 12,44 (161 orang) per 1.000 kelahiran hidup, menurun pada tahun 2011 mencapai 10,87 (144 orang) per 1.000 kelahiran hidup dan menurun lagi menjadi 10,61 (139 orang) per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Terakhir tahun 2013 menurun drastis menjadi 6,75 (90 orang) per 1.000 kelahiran hidup. Trend jumlah kematian bayi selama kurun waktu 5 (lima) tahun series dapat dilihat pada grafik III.3.

Grafik III.3. Trend Jumlah Kematian Bayi di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2013.

Dari grafik III.3. di atas, diketahui bahwa Jumlah Kematian Bayi di Kabupaten Lombok Barat selama lima tahun series mengalami trend positif karena jumlah kasusnya terus menurun setiap tahun sehingga diharapkan trend ini dapat ditingkatkan dalam lima tahun kedepan.

3. Prevalensi Gizi Buruk Relatif Masih Tinggi

(14)

orang, tahun 2011 sebanyak 189 orang dan menurun menjadi 148 orang pada tahun 2012. Sedangkan tahun 2013 menurun lagi menjadi 103 orang. Adapun trend jumlah kasus gizi buruk di Kabupaten Lombok Barat selama lima tahun series dapat dilihat pada grafik III.4.

Grafik III.4. Trend Jumlah Kasus Gizi Buruk di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2013.

Dari grafik III.4. di atas menunjukkan bahwa Jumlah Kasus Gizi Buruk di Kabupaten Lombok Barat selama kurun waktu lima tahun series mengalami trend fluktuatif. Namun, dalam tiga tahun terakhir jumlahnya terus menurun sehingga diharapkan trend ini terus dapat ditingkatkan selama lima tahun kedepan melalui berbagai upaya promotif dan preventif dengan melibatkan lintas sektor terkait karena bagaimanapun juga bahwa kasus gizi buruk dapat teratasi dengan bersinergi positif. Dalam Renstra Dinas Kesehatan periode tahun 2014-2019 dirumuskan rencana kegiatan dalam bentuk indikator penurunan prevalensi balita kurang gizi (under weight) yang menjelaskan tentang proporsi balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk.

4. Masih Tingginya Kejadian Penyakit Menular dan Tidak Menular

(15)

sanitasi air bersih dan jamban keluarga. Salah satu penyakit menular yang menjadi perhatian saat ini adalah HIV-Aids.

HIV adalah human immunodeficiency virus yakni virus yang bisa berujung menjadi AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome). Lebih jelasnya AIDS merupakan suatu syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh sehingga menyebabkan kerusakan yang parah dan sejauh ini belum diketahui obatnya.

Dalam lima tahun terakhir jumlah kasus Aids di Kabupaten Lombok Barat adalah sebanyak 19 kasus pada tahun 2009, menurun menjadi 9 kasus pada tahun 2010, meningkat lagi menjadi 10 kasus pada tahun 2011 dan tetap 10 kasus pada tahun 2012. Terakhir pada tahun 2013 menurun drastis menjadi 3 kasus. Jumlah kasus Aids di Kabupaten Lombok Barat selama kurun waktu lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik III.5.

Grafik III.5. Trend Jumlah Kasus Aids di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-2013.

(16)

perilaku hidup sehat, menanamkan budi pekerti agar terhindar dari lingkungan yang beresiko terpajan HIV/AIDS serta melakukan penyuluhan kesehatan yang bisa menjaring kalangan anak muda (15-24 tahun) yang notabene angka terbesar dalam penyokong jumlah penderita HIV.

Berdasarkan isu strategis dan masalah utama tersebut, Dinas Kesehatan menyusun Focussing Program sebagai acuan untuk pelaksanaan Program pembangunan Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat, agar menjadi lebih terarah dan terpadu, yaitu :

1. Upaya strategis penurunan AKI dan AKB

2. Upaya strategis penurunan prevalensi Gizi Buruk

Gambar

Grafik III.2. Trend Jumlah Kasus Kematian Ibu di Kabupaten Lombok Barat Tahun
Grafik III.3. Trend Jumlah Kematian Bayi di Kabupaten Lombok Barat Tahun2009-2013.
Grafik III.4. Trend Jumlah Kasus Gizi Buruk di Kabupaten Lombok Barat Tahun2009-2013.
Grafik III.5. Trend Jumlah Kasus Aids di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009-

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

provinsi melakukan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik Peserta. Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan

Tradisi$nal animasi animasi adala adala tenik tenik animasi animasi 2an0 2an0 %alin0 %alin0 umum umum di di kenal kenal sam%ai sam%ai saat in saat ini8 i8

Persiapan dilakukan dengan membagikan peran peserta ketika melakukan simulasi tangguh bencana longsor sesuai dengan pengetahuan dan video tangguh bencana longsor..

Me$asang spand% di depan apote dan plang na$a apote. Adanya dote" spesialis yang

Starter ‘starfung’ yang digunakan berisi bakteri asam laktat (BAL) yang berasal dari ekstrak limbah sayur pasar kubis dan sawi yaitu Lactobacillus plantarum dan jenis

Dari latar belakang di atas, maka penulis akan melakukan sebuah penelitian yang diberi judul “ Peran Politik Islam Dalam Pendidikan Politik Bagi Masyarakat Sidoarjo

Untuk mendapatkan kualitas simplisia dengan kadar air 8% - 10% sesuai dengan standar Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, akan dirancang dan dibuat sebuah alat

Bagus atau buruknya produk yang dihasilkan ditentukan oleh operator, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab yaitu contohnya operator kemungkinan saat bekerja tidak