• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab Perdata dalam Pemasangan Jaringan Kabel Fiber Optik di Kota Salatiga T2 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab Perdata dalam Pemasangan Jaringan Kabel Fiber Optik di Kota Salatiga T2 BAB I"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Utilitas adalah fasilitas yang menyangkut kepentingan umum seperti listrik, telekomunikasi, informasi, air, migas dan bahan bakar lain, sanitasi

dan sebagainya. Utilitas didukung oleh bangunan dan jaringan utilitas agar bisa berfungsi secara baik dan optimal. Sebagai bagian dari kegiatan

pembangunan, berbagai jenis bangunan dan jaringan utilitas banyak dibuat

oleh pemerintah maupun swasta, baik di ata s permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah. Seringkali pula pembangunan bangunan dan

jaringan utilitas harus dilakukan di lahan yang menjadi bagian dari ruang

publik, misalnya jalan raya maupun trotoar.

Di dalam penulisan tesis ini, penulis membata si lingkup hanya pada

utilitas jaringan kabel fiber optik, dengan pertimbangan yang paling banyak merusak infrastruktur kota dan efek dampak kerusakannya tidak berbatas

waktu. Beberapa contoh pemasangan bangunan dan jaringan utilitas di atas

antara lain bisa berbentuk:

1. Pemasangan Jaringan Kabel Fiber Optik

(2)

3. Pemasangan Jembatan Jaringan Perpipaan 4. Pemasangan Iklan / papan reklame/ Baliho

5. Pemasangan Videotron 6. Pemasangan Bando Informasi

7. Pemasangan Jembatan Penyeberangan Orang

8. Pemasangan Tiang dan kabel Listrik

9. Pemasangan Tiang dan kabel telekomunikasi

10. Pemakaian Bagian Jalan untuk usaha

11. Pemakaian Bagian Jalan untuk pemasangan peralatan 12. Pemakaian Bagian Jalan untuk Jalan masuk rumah

13. Pemakaian Bagian Jalan untuk Jalan masuk tempat usaha, dan lain- lain. Ketika dilakukan di lahan publik, pembangunan bangunan dan jaringan

utilitas tentu perlu diatur agar tidak memunculkan gangguan ketertiban

umum dan kenyamanan publik. Oleh karena itu, Pemerintah sudah membuat peraturan yang berkaitan dengan pelaksaan pekerjaan pembangunan bangunan maupun jaringan utilitas, baik di atas maupun di bawah permukaan

tanah, termasuk juga di bagian-bagian tanah yang merupakan fasilitas umum seperti jalan dan trotoar. Untuk pembangunan bangunan maupun jaringan

utilitas di bagian-bagian jalan, khususnya yang berkaitan dengan jaringan

(3)

2004 Tentang Jalan dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi.

Sebagai salah satu kota yang tengah berkembang, Salatiga juga tidak lepas dari kegiatan pekerjaan pembangunan bangunan dan jaringan utilitas,

termasuk yang dilakukan di bagian-bagian jalan atau trotoar yang merupakan

wilayah publik. O leh sebab itu, ada kemungkinan pelaksanaan pekerjaan pembuatan bangunan dan jaringan utilitas itu mengganggu kenyamanan

bahkan hak publik untuk menikmati fasilitas publik seperti jalan dan trotoar.

Pihak pemerintah sebagai pemilik pekerjaan bangunan dan jaringan utilitas selama ini selalu mengikuti peraturan spesifikasi dan mekanisme yang

berlaku. Sedangkan permasalahan sering timbul jika kepemilikan pekerjaan publik adalah dari pihak swasta. Hal tersebut dikarenakan antara lain dari

ketidaktahuan pihak swasta terhadap norma yang ada, serta naluri dari

perusahaan/pengusaha yang mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya.

Pihak swasta yang selama ini sudah melaksanakan perluasan jaringan

di Kota Salatiga sebagai pemohon pemasangan jaringan kabel fiber optik antara lain :

1. Operator seluler Indosat

(4)

4. Operator seluler XL 5. Operator seluler 3

Pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan selain peruntukannya wajib memperoleh izin dari penyelenggara jalan sesuai

kewenangannya. Setiap Penerbitan izinnya pun wajib memperoleh

rekomendasi dari penyelenggara jalan sesuai kewenangannya.

Tugas dan wewenang Penyelenggara Jalan merupakan tanggungjawab

pemerintah, meliputi :1

a. melakukan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya

b. memberi izin tentang pemanfaatan ruang manfaat jalan(rumaja) dan ruang milik jalan (rumija) dengan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi

c. memberikan rekomendasi sebagai pertimbangan teknis tentang

penggunaan ruang pengawasan jalan agar tidak mengganggu kelancaran dan keselamatan pengguna jalan serta tidak membahayakan konstruksi jalan beserta bangunan pelengkap jalan, serta guna menjamin peruntukan

ruang pengawasan jalan.

Adapun ruas Jalan yang dimohon untuk pemasangan bangunan utilitas

di Salatiga antara lain : Jl. Sukarno-Hatta, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Diponegoro,

Jl. Patimura, Jl. Pahlawan, Jl. Dr. Muwardi, Jl. Veteran, Jl. Osa Maliki, Jl.

(5)

Merak, Jl. Sentana, Jl. Kyai Hasyim, Jl, Abdul Wahid, Jl. Imam Bonjol, Jl. Fatmawati , dan lain- lain.

Untuk Penyelenggara Jalan dengan status Jalan Nasional adalah Menteri, untuk status Jalan Provinsi adalah gubernur, dan untuk status Jalan

Kota/Kabupaten adalah Walikota / Bupati. Sehingga untuk wilayah

administratif Kota Salatiga terdapat Jalan Nasional, Jalan Provinsi dan Jalan Kota, maka permohonan perizinan menyesuaikan tempat/lokasi di mana

bangunan dan jaringan utilitas dibangun.

Menteri, gubernur dan walikota/bupati dalam wewenangnya sebagai penyelenggara jalan dalam pemberian izin pemanfaatan rumija dapat

dilimpahkan kepada pejabat yang ditunjuk. Dalam kewenangan menteri jika tidak dilimpahkan kepada pejabat yang ditunjuk, maka pemberian izin untuk

pemanfaatan ruang milik jalan nasional dilaksanakan oleh Kepala Balai

Besar/Balai Pelaksanaan Jalan Nasional sesuai dengan peraturan Menteri2 dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Menteri dalam wewenangnya sebagai penyelenggara jalan dalam

pemberian rekomendasi pemanfaatan rumija Jalan Nasional dilaksanakan oleh Kepala Balai Besar/Balai Pelaksanaan Jalan Nasional sesuai dengan

(6)

penetapan Menteri3 yang diatur dalam Peraturan Menteri P U Nomor 20 Tahun 2010.

b. Gubernur Jawa Tengah dalam wewenangnya sebagai penyelenggara jalan dalam pemberian rekomendasi dan izin pemanfaatan rumija Jalan

Provinsi dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah (UPT PTSP BPMD Prov Jawa Tengah) yang diatur dalam Peraturan Gubernur

Provinsi Jawa Tengah Nomor 152 Tahun 2010 tentang Pedoman

Pelayanan Penanaman Modal (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 152) , Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 74

Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pada Badan Penanaman Modal Daerah

Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012

Nomor 74) dan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 67 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013

Nomor 67);

c. Untuk Kota Salatiga, Walikota dalam wewenangnya sebagai

penyelenggara jalan dalam pemberian rekomendasi dan izin pemanfaatan

rumija jalan kota dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

(7)

Ruang yang diatur di dalam Perwali nomor 40 Tahun 2016 tentang Kedudukan , Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Perwali ini adalah yang terbaru dan mulai berlaku untuk pelaksanaan mulai tahun 2017.

Sedangkan pelaksanaan sebelum terbitnya Perwali nomor 40 Tahun 2016,

sebagai penyelenggara jalan dalam pemberian rekomendasi dan izin pemanfaatan rumija jalan kota dilaksanakan oleh Dinas Bina Marga dan

PSDA yang diatur di dalam Perwali Salatiga No.54 Tahun 20114 tentang

Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural pada Dinas Daerah Pasal 62 ayat (3) huruf f, tentang uraian tugas kepala dinas

menyelenggarakan manajemen dan pemberian rekomendasi serta perizinan di bidang pekerjaan umum meliputi bina marga dan sumber daya

air untuk meningkatkan pelayanan. Namun tentang bagaimana tata cara

dan prosedur pelaksanaannya belum jelas diatur.

Pemerintah sebagai penyelenggara Jalan Kota Salatiga dalam hal ini OPD teknis Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Salatiga

disingkat DPU & PR, selama ini tidak dapat mengatasi permasalahan akibat perizinan yang telah dikeluarkan. Hal tersebut dikarenakan pemegang hak

perizinan tidak bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan mereka.

4

(8)

Sehingga setiap pelaksanaan perizinan berdampak kerusakan-kerusakan infrastruktur di mana lokasi perizinan dikeluarkan. Sedangkan mengacu pada

Permen PU nomor 20 Tahun 2010 pasal 14 ayat (3) bahwa Pemegang izin wajib menjaga, memelihara bangunan dan jaringan utilitas, dan bertanggung

jawab terhadap segala kerusakan jalan yang disebabkan oleh bangunan dan

jaringan utilitas selama jangka waktu perizinan, namun hal tersebut selalu diabaikan. Selama ini kerusakan akibat yang timbul dari pelaksanaan

perizinan menjadi “Pekerjaan Rumah” terbesar bagi Pemerintah Kota

Salatiga.

Sedangkan klaim kerusakan yang terjadi akibat pelaksanaan yang

menyimpang, pihak pemerintah kota tidak mempunyai daya, karena disamping pihak pelaksana adalah kontraktor pelaksana yang melakukan

perjanjian kontrak dengan pihak pemegang perizinan juga di dalam petunjuk

pelaksanaan pengaturan perizinan tersebut belum diatur secara rinci mengenai standar teknis kebinamargaan dengan jelas. Sehingga menjadikan tidak jelas mengenai tata cara pelaksanaan dan terkesan bahwa kontraktor

pelaksana dianggap sudah mengetahui standar teknis kebinamargaan.

Dari fakta- fakta tersebut di atas, bagaimanakah bentuk

pertnggungjawaban perdatanya? Padahal dalam hal ini masyarakatlah yang

(9)

aset negara yang menjadi rusak sehingga harus dianggarkan perbaikan dari kerusakan tersebut.

Bentuk-bentuk kerusakan bangunan di dalam Rumija antara lain sebagai berikut :

1. Pendodosan buis beton drainase menyebabkan ketiadaan fungsi drainase

dan banjir.

2. Kerusakan trotoar dan lubang – lubang yang menganga di jalur pedestrian

dan bahu jalan sangat membahayakan bagi pejalan kaki.

3. Kekacauan pemasangan guiding block yang mengakibatkan pejalan kaki tuna netra tidak dapat mengikuti petunjuk kode arah guide pola.

4. Pelaksanaan kegiatan yang lama dan berlarut-larut dan mengabaikan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) sehingga mengakibatkan pejalan kaki

terpaksa berjalan di badan jalan, sehingga membahayakan

keselamatannya.

5. Galian yang dibiarkan di sepanjang lokasi menyebabkan kemacetan. 6. Pengurugan dengan sampah membuat ambles dan membahayakan

keselamatan pejalan kaki.

7. Penanaman jaringan utilitas yang terlalu dangkal (kurang dari 1,5 m)

menyebabkan jaringan terpengaruh beban lalu lintas sehingga menjadi

(10)

B.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan beberapa uraian dari latar belakang masalah terjadinya

wanprestasi kegiatan pemanfaatan utilitas di Pemerintah Kota Salatiga, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana realita hukum di dalam pemasangan jaringan kabel fiber optik di Kota Salatiga?

Realita hukum yang dimaksud adalah mengenai pengaturan / normanya,

penerapan aturan dan bentuk-bentuk pelanggaran hukum.

b. Bagaimana pertanggungjawaban perdata (pemegang surat izin) terkait dengan pemasangan jaringan kabel fiber optik di bagian-bagian jalan?

C.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan diadakannya penelitian Tanggungjawab Perdata Dalam

Pemasangan Jaringan Kabel F iber Optik Di Kota Salatiga ini adalah untuk

menemukan realita hukum di dalam pemasangan jaringan kabel fiber optik di

(11)

normatif. Sehingga ke depannya hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan bentuk pengaturan semua hal perizinan utilitas di Kota

Salatiga.

D.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Praktis.

Bagi penulis : manfaat praktis yang diharapkan adalah bahwa seluruh tahapan penelitian serta hasil penelitian yang diperoleh dapat

memperluas wawasan dan sekaligus memperoleh pengetahuan

mengenai penerapan fungsi Ilmu Hukum yang diperoleh selama mengikuti kegiatan perkuliahan pada Magister Ilmu Hukum UKSW.

Bagi aparat pemerintah : manfaat hasil penelitian dapat diterima

sebagai kontribusi untuk meningkatkan kinerja aparat melalui peningkatan pelayanan public, etos kerja dan pola kerja yang efektif

dan produktif sehingga dapat lebih menjaga fasilitas umum sebagai asset milik Negara serta dengan menawarkan perbaikan demi kemajuan

dan kepastian hukum di Indonesia.

b. Manfaat Teoritis.

(12)

1) Hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi upaya pengembangan Ilmu Hukum

2) Sebagai dasar dalam melindungi fasilitas umum (fasum) sebagai aset milik negara.

E.

LANDASAN TEORI

Dari seluruh pelaksanaan perizinan utilitas, bahwa permasalahan

tentang pertanggungjawaban perdata dalam pemasangan jaringan kabel fiber optik di Kota Salatiga belum pernah terselesaikan. Hal tersebut terjadi oleh

karena tidak adanya pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan kegiatan

perizinan. Sedangkan ketiadaan pengawasan disebabkan belum dimasukannya uraian tentang tugas, pokok dan fungsi pengawasan pekerjaan

yang bersumber dari dana non pemerintah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan eksploratif. Berangkat dari fakta- fakta yang ada di dalam bungkus kerangka normatif yang lahir dari

rekomendasi dan perizinan, memeriksa realitas empirik terhadap bekerjanya hukum di masyarakat Kota Salatiga. Penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Analisis tersebut terdiri

dari analisis norma dari Undang-undang Jalan dan Peraturan Menteri PU & PR, Perizinan dari dinas terkait serta Perwali Tupoksi DPU & PR. Kemudian

(13)

Salatiga? Maka diharapkan dapat ditemukan bagaimana realita hukum di dalam pemasangan jaringan kabel fiber optik di Salatiga sehingga perlu

diurai tentang tanggung jawab perdata, bagaimana seharusnya hukum berperan/ berkontribusi agar tercapai keadilan sosial sebagaimana dengan

konsep teori Welfare State.

Tanggung jawab perdata menjadi unsur penting dalam penulisan tesis ini untuk digunakan agar dapat menganalisis dan menjawab rumusan masalah

yang ada. Di dalam Prinsip tanggung jawab perdata di dalam hukum dapat

dibedakan sebagai berikut:

a. Tanggung Jawab Berdasarkan Atas Unsur Kesalahan (Liability based on

fault)

b. Praduga Selalu Bertanggung Jawab (P resumption of liability)

c. Praduga Selalu Tidak Bertanggung Jawab (Presumption of non-liability)

d. Tanggung Jawab Mutlak (strict liability)

e. Pembatasan Tanggung Jawab (limitation of liability)

F.

METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode yuridis empiris. Penelitian ini terdiri dari kata “yuridis” yang berarti hukum dilihat sebagai norma atau

(14)

hukum yang tidak tertulis atau baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder). Dan juga berasal dari kata “empirik” yang berarti

hukum sebagai kenyataan sosial, kultural atau das sein, karena dalam penelitian ini digunakan data primer yang diperoleh dari lapangan. O leh

karenanya penelitian ini melihat dari fakta-fakta persoalan rumit yang ada

di Kota Salatiga berkaitan dengan keluarnya atau bahkan tiadanya perizinan dalam pemasangan jaringan kabel fiber optik dengan

melakukan analisa normatif dari produk-produk hukum pada tingkat

pusat sampai pada tingkat daerah Salatiga yang berkaitan dengan jalan dan pemanfaatan badan-badan jalan.

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empirik. Karena berangkat dari fakta- fakta yang ada di dalam bungkus kerangka normatif

yang lahir dari ada dan tiadanya rekomendasi dan perizinan, memeriksa

realitas empirik terhadap bekerjanya hukum di masyarakat Kota Salatiga. Analisis tersebut terdiri dari analisis norma dari Undang- undang Jalan dan Peraturan Menteri PU & PR, Perizinan dari dinas terkait serta Perwali

Tupoksi DPU & PR. Kemudian bagaimanakah prakteknya dalam penerapan hukumnya yang berlaku di Kota Salatiga? Maka diharapkan

bagaimana seharusnya norma/ peraturan yang berlaku dan kepada tujuan

(15)

seharusnya hukum berperan / berkontribusi agar tercapai keadilan sosial sebagaimana dengan konsep teori Welfare State.

Tahapan selanjutnya penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan bagaimana realita hukum di dalam pemasangan jaringan kabel fiber optik

di Kota Salatiga kelemahan, sehingga dari permasalahan tersebut

diharap dapat untuk mengurai permasalahan mengenai tanggung jawab perdata.

2. Jenis Pendekatan

Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah eksploratif. Metode empirik dilihat dari fakta bagaimana hukum / norma

dilaksanakan dalam praktek pelaksanaan pemasangan jaringan kabel fiber

optik. Suatu penelitian yang secara induktif dimulai dari pengamatan pada tingkat empiris, menghasilkan konsep, memodifikasi model

hipotesis pengambilan kesimpulan menjadi teori dari khusus menjadi

umum, dengan membenturkan hal- hal yang normatif seperti berlakunya undang-undang, penggunaan teori-teori hukum, asas-asas dan doktrin

yang berlaku terhadap permasalahan di atas. Ketidakpaduannya antara keadaan yang diharapkan (das sollen) dengan fakta yang terjadi di lapangan/kenyataan (das sein) tentang tanggungjawab perdata

(16)

menimbulkan pencarian sumber hukum apa yang berlaku untuk permasalahan tersebut.

3. Sumber Data

1) Data Prime r

Data Primer merupakan bahan yang didapat dari wawancara langsung dan observasi, yaitu informan dan foto hasil pengamatan.

2) Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang bersumber dari hukum primer dan studi pustaka, yaitu :

1. UUD Negara Republik Indonesia 1945, 2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

3. UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Dasar Agraria,

4. UU Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, 5. UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan,

6. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

7. UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, 8. PP Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan,

9. Per Men PU No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis

(17)

10.Per Men PU Nomor: 20/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Pemanfaatan Dan Penggunaan Bagian-Bagian Jalan,

11.Per Men PU No. 18/PRT/M/2011 tentang Pedoman Teknis Sistem Pengelolaan Jalan Propinsi dan Kabupaten/Kota;

12.Per Men PU No. 13/PRT/M/2011 tentang Tata Cara

Pemeliharaan dan Penilikan Jalan;

13.Per Men PU No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis

Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan;

14.Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural pada Dinas

Daerah,

15.Peraturan Walikota Salatiga Nomor 40 Tahun 2016 Tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata

Kerja Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang,

16.Dokumen perizinan : sample no.620/148/103 tentang Persetujuan Izin (galian FO)

17.Kamus bahasa hukum, ensiklopedi, majalah, media massa dan internet.

4. Unit Amatan dan Unit Analisa

(18)

a. Pelaksanaan pemanfaatan ruang milik jalan untuk kegiatan pemasangan jaringan telekomunikasi fiber optik.

b. Peraturan Menteri Nomor 20/PRT/M/ Tahun 2010 tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-Bagian

Jalan.

2) Unit Analisa

Tanggung Jawab Perdata dalam Pemasangan Jaringan Kabel

Fiber Optik di Kota Salatiga

G.

SISTEMATIKA

Dalam penelitian ini akan terdiri dari beberapa bab yaitu Bab I penelitian ini menjelaskan latar belakang masalah yang kemudian

memunculkan isu-isu hukum yang dijabarkan dalam rumusan masalah. Selain itu juga memuat tentang tujuan dan manfaat penelitian, landasan teori,

dan metode penelitian yang digunakan. Bab II berisikan 2 (dua) sub bab

yaitu: kerangka teori dan Tinjauan Yuridis terhadap Pengaturan Perizinan Pemasangan Jaringan Kabel Fiber Optik. Bab III penelitian ini berisi 3 (tiga)

sub bab, yaitu : Gambaran Umum, Temuan Data dan Analisis terhadap rumusan masalah yang ada. Bab IV akan memberikan kesimpulan terhadap penelitian ini dan saran agar ke depannya masalah seperti ini tidak terjadi lagi

Referensi

Dokumen terkait

Rakan sejawat juga memainkan peranan penting dalam membendung masalah ini dengan cara memberi nasihat kepada rakan yang menyalahgunakan wang supaya sedar

Terkait hakim yang menjatuhi pidana minimum terhadap terdakwa yang melakukan perdagangan orang, menurut penulis pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana perdagangan

Dapat melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik, dalam menganalisis, merangkum, dan melalui kegiatan diskusi peserta didik akan terlatih menggunakan

[r]

Dimulai dari tahap formulasi, hukum pidana di Indonesia yang mengatur tentang penegakan hukum pidana terhadap produsen pangan yang mengandung zat berbahaya

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mendeskripsikan aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

Pemberdayaan pengelolaan usaha bisnis pendukung bidang pariwisata ini sangat diperlukan, salah satunya di bidang pelaporan keuangan usaha, yang dilakukan sesuai dengan

Pada kriteria ini empat (4) validator memberi nilai 4 dan satu (1) validator memberi nilai 3, sehingga diperoleh nilai CVR sebesar 1,00 atau valid, dengan kata lain