BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak Usia Prasekolah
Masa kanak-kanak atau anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 4-6 tahun (Depkes, 2013), ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai perempuan atau laki-laki, dapat mengatur diriya sendiri dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya. Secara umum, aspek-aspek perkembangan pada usia anak prasekolah antara lain: 1. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Seiring meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut berat badan dan tinggi, maupun tenaganya, memungkinkan anak untuk lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tua. Pada usia ini banyak perubahan fisiologis seperti pernapasan yang menjadi lebih lambat dan dalam serta denyut jantung lebih lama dan menetap.
2. Perkembangan Intelektual
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Periode ini juga ditandai dengan berkembangnya representasional atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain menggunakan simbol-simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk melambangkan sesuatu atau peristiwa. Melalui kemampuan diatas, anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Ia dapat menggunakan kata-kata, benda untuk mengungkapkan lainnya atau suatu peristiwa.
3. Perkembangan Emosional
4. Perkembangan Kepribadian
Masa anak-anak awal ini lazim disebut masa Trotzalter atau periode perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang signifikan dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan Aku-nya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingungannya atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila bericara dengan orang lain. Dengan kesadaran ini anak menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan yaiu Aku-nya dan orang lain (orang tua, saudara, teman). Dia sadar bahwa tidak semua keinginannya akan dipenuhi orang lain atau diperhatikan kepentingannya. Pertentangan didalam diri anak ini dapat menyebabkan ketegangan sehingga tidak jarang anak meresponsnya dengan sikap membandel atau keras.
5. Perkembangan Moral
sesama. Perkembangan yang telah disebutkan diatas akan dapat dicapai dengan baik apabila dibarengi dengan pemenuhan gizi yang baik.
2.2 Kebutuhan Gizi Anak Usia Prasekolah
Masa prasekolah adalah masa paling penting bagi proses tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, nutrisi tepat dan sehat sangat dibutuhkan untuk anak. Kebiasaan pola makan yang sehat harus dikenalkan pada anak sejak dini. Pola makan tepat dan sehat yang dikenalkan sejak dini nantinya akan diterapkan si anak jika si anak dewasa. Komposisi gizi pada anak prasekolah agak berbeda dengan orang dewasa. Hal ini karena anak prasekolah masih dalam fase tumbuh kembang. Masa prasekolah atau masa balita, anak juga mulai melatih berbagai gerakan refleks fisik motorik, dan panca inderanya. Selain itu, anak prasekolah mulai belajar tentang berbagai hal di lingkungannya. Rasa ingin tahu yang besar, dan aktifitas yang banyak harus diimbangi dengan nutrisi yang bergizi.
dan asam folat merupakan unsur gizi yang hanya dibutuhkan sedikit, namun harus selalu dipenuhi setiap harinya. Mineral seperti zat besi (Fe) untuk mencegah anemia, kalsium (Ca) untuk menguatkan tulang dan gigi, Zink (Zn) untuk pertumbuhan normal anak. Zat-zat gizi tersebut dibutuhkan anak untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang optimal.
Memenuhi kebutuhan nutrisi anak prasekolah memerlukan perhatian dan ketelatenan orang tua untuk melakukannya. Nutrisi yang bergizi merupakan salah satu faktor penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Begitupula pada anak balita atau anak prasekolah membutuhkan nutrisi yang bergizi seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan otaknya. Nutrisi yang bergizi akan mendukung perkembangan mental dan sosial anak.
2.3 Sayur dan Buah
Buah dan sayur dahulu hanya dianggap sebagai pelengkap. Dengan berkembangnya berbagai penelitian, terungkap adanya zat kimia aktif dan zat nutrisi yang terkandung didalamnya disebut phytochemicals dan phytonutriens, yang berhubungan dengan berbagai manfaat untuk kesehatan, seperti pencegahan penyakit, pengobatan, dan penyembuhan.
Buah merupakan sumber yang baik dari antioksidan dan fitokimia, seperti vitamin C, karoten, flavonoid, dan poliphenol. Buah mengandung sejumlah gula alami, seperti fruktosa dan glukosa. Oleh karena itu, kita perlu membatasi makan buah segar ataupun jus buah segar. Kelebihan mengonsumsi buah segar yang manis seperti rambutan, duku, lengkeng, anggur, pisang, dan mangga akan menambah berat badan karena meningkatnya kadar glukosa darah. Namun, makan buah secara teratur dan tidak berlebihan dapat mengontrol nafsu makan dan menurunkan berat badan. Sejumlah penelitian menunjukkan, fruktosa dapat menurunkan jumlah kalori dan lemak yang dikonsumsi. Keadaan ini mempermudah turunnya berat badan.
Buah-buahan merupakan santapan terakhir dalam suatu acara makan
atau dimakan kapan saja, buah-buahan dapat diolah atau diawetkan.
Buah-buahan juga merupakan sumber vitamin bagi manusia (Santoso dan Ranti, 2009).
Buah merupakan sumber zat pengatur yaitu vitamin dan mineral yang sangat
diperlukan oleh tubuh bagi kelancaran metabolisme dalam pencernaan makanan
Buah yang terdapat di Indonesia sangat beraneka ragam, sehingga akan
ada banyak pilihan buah yang dapat dikonsumsi, keanekaragaman ini dapat
dilihat dari adanya perbedaan bentuk dan rasa pada buah. Ini merupakan
kekayaan alam yang terdapat di bumi pertiwi tercinta ini. Seperti halnya buah,
sayur juga turut menyumbangkan sejumlah vitamin, mineral, serat larut, dan
tidak larut, karbohidrat, lemak, protein, dan berbagai nutrisi dalam makanan
sehari-hari. Sayuran merupakan bagian dari tanaman yang umum dimakan
untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Meskipun rasanya tidak selezat bahan
makanan hewani namun sayuran perlu dikonsumsi setiap hari agar tubuh kita
tetap sehat karena di dalamnya tidak hanya mengandung serat saja namun juga
banyak mengandung zat gizi yang penting bagi kesehatan tubuh seperti berbagai
macam vitamin dan mineral (Yuliarti, 2008).
Sayur dan buah memiliki kalori yang rendah dan merupakan sumber serat dan
mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Berdasarkan Riskesdas 2013, anjuran untuk
mengonsumsi sayur dan/atau buah adalah minimal 5 porsi/hari, Namun, proporsi kurang makan
sayur dan buah di Indonesia sangat tinggi, yakni 93.6%. Sepuluh pesan pedoman gizi seimbang di
Indonesia juga menganjurkan untuk banyak makan sayur dan cukup buah-buahan. Hal ini
disebabkan dengan melakukan diet tinggi sayur dan buah maka dapat mengurangi risiko penyakit
kronis seperti penyakit jantung koroner, beberapa jenis kanker, diabetes, stroke, mengurangi risiko
obesitas, berperan penting dalam membantu kerja saluran pencernaan, untuk mencegah wasir dan
konstipasi.
Beberapa survei melaporkan konsumsi sayur dan buah pada remaja dan anak-anak
kurang dari rekomendasi yang dianjurkan terutama pada sayur. Kebiasaan makan yang salah pada
masa anak-anak dapat berlanjut dan menjadi bibit masalah kesehatan yang serius di usia dewasa.
Konsumsi makanan yang kurang sehat, tinggi kalori, tanpa disertai dengan makan sayur dan buah
obesitas pada anak-anak (Ratu, 2011). Anak yang makan lebih banyak sayur dan buah memiliki
risiko yang rendah terkena penyakit stroke dan hipertensi pada usia dewasa.
Kandungan gizi utama yang terdapat dalam sayur dan buah adalah
vitamin dan mineral. Vitamin yang dikandung dalam buah adalah pro vitamin A,
berbagai vitamin B kompleks, vitamin C, E, dan K. Selain itu, buah dan sayur
juga kaya akan berbagai jenis mineral, diantaranya kalium (K), kalsium (Ca),
natrium (Na), zat besi (Fe), magnesium (Mg), mangan (Mn), seng (Zn), selenium
(Se), dan boron (Bo) (Yuliarti, 2008).
Buah dan sayuran juga merupakan sumber serat yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Serat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kondisi sehat pada seseorang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengonsumsi serat ini, karena apabila dikonsumsi dalam jumlah yang kurang atau lebih, dapat berpengaruh terhadap kesehatan.
2.4 Konsumsi Sayur dan Buah yang Dianjurkan
Di Indonesia, konsumsi buah yang dianjurkan yaitu sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari berupa pepaya atau buah lain sedangkan porsi sayuran dalam bentuk tercampur seperti sayuran daun, kacang-kacangan dan sayuran berwarna jingga yang dianjurkan sebanyak 150-200 gram atau 1 ½ - 2 mangkok sehari. Pendapat lain menurut WHO/ FAO (2003), yang dimaksud dengan 1 porsi sayur adalah 1 mangkok sayur segar atau ½ mangkok sayur masak dan 1 porsi buah adalah 1 potongan sedang atau 2 potongan kecil buah atau 1 mangkok buah irisan. Konsumsi buah dan sayur dianggap „”cukup‟ apabila
Anjuran jumlah porsi dan contoh-contoh menu sehat dan bergizi. Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi untuk berbagai kelompok umur antara lain sebagai berikut:
Tabel. 2.1 Anjuran konsumsi sayur dan buah untuk kelompok umur 1-3 tahun dan 4-6 tahun
Bahan Makanan Anak usi 1-3 tahun Anak Usia 4-6 tahun Sayuran Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014
Keterangan:
Sayuran 1 porsi = ¾ gelas= 100gr=175 kkal Buah 1 porsi = 50gr = 50 kkal
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anjuran konsumsi sayur dan buah untuk anak usia 4-6 (prasekolah) adalah sebanyak 200-300 gram atau sekitar 2-3 porsi yaitu berupa 2 porsi berupa buah sama halnya dengan 1 buah pisang ambon dan 3 porsi sayuran sama halnya dengan 1 gelas sayuran yang sudah ditiriskan.
2.5 Faktor yang mempengaruhi Konsumsi sayur dan buah
2.5.1 Faktor Internal 1. Preferensi Makanan
Preferensi dianggap sebagai faktor penentu dalam mengkonsumsi makanan termasuk sayur dan buah. Preferensi merupakan tindakan atau ukuran suka atau tidak sukanya terhadap suatu jenis makanan. Suka atau tidaknya seseorang terhadap makanan tergantung dari rasa. Karena rasa merupakan suatu faktor penting dalam pemilihan pangan yang meliputi tekstur dan suhu. Pola preferensi dan asupan makanan anak dibentuk melalui pengalaman tentang makan dan makanan yang diberikan oleh ibu dan anggota keluarganya. Rasa suka terhadap makanan terbentuk oleh rasa senang atau puas yang diperoleh saat makan makanan tertentu.
2. Pengaruh Orangtua
Keluarga adalah pengaruh utama dalam perkembangan kebiasaan makan anak. pemberian makanan terhadap anak merupakan tanggungjawab orangtua dalam menyediakan makanan yang aman dan bergizi. Orangtua mempunyai peran penting dalam pembentukan kebiasaan makan dan preferensi makanan bagi anak-anaknya.
Teknik orangtua dalam memberikan makan pada anak juga berpengaruh . pemberian makan dapat dilakukan dengan cara memerintah untuk makan makanan tertentu atau bisa juga dilakukan dengan memperbolehkan apapun makanan yang dimakan.
3. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga secara langsung juga turut menentukan konsumsi makanan dalam sebuah keluarga. Meningkatnya pendapatan dapat memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas lebih baik. Semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita, maka semakin tinggi juga konsumsi sayur dan buah. Pendapatan juga mempengaruhi kecukupan konsumsi makanan. Anak yang berasal dari keluarga dengan pendapatan tinggi mempunyai preferensi makanan yang berbeda dengan anak yang berasal dari keluarga yang berpendapatan rendah.
4. Ketersediaan Sayur dan Buah dikeluarga
Ketersediaan sayur dan buah didalam keluarga sangatlah penting. Mutu gizi pangan seseorang dapat diperbaiki dengan diversifikasi konsumsi pangan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan diversifikasi pangan yaitu menyediakan berbagai ragam pangan ditingkat keluarga.
2.5.2 Faktor Eksternal 1. Pengaruh Teman
suatu makanan dan meminta suatu makanan yang sedang populer secara tiba-tiba. Seorang anak akan ikut mengkonsumsi sayuran ketika melihat temannya memilih dan memakan sayuran tersebut walaupun dia tidak suka.
2. Pengaruh Pesan Media
Pemilihan dan kesukaan makanan tidak hanya terpengaruh pada reaksi indera tetapi juga oleh pendekatan melalui media massa, seperti Televisi, Radio, dan Majalah. Dengan adanya pesan media ini dapat mengubah kebiasaan makan pada anak. Sebagai contoh, dengan menonton acara masak di televisi, dia ingin mencoba dan karena suka dia hanya mau makan jenis itu saja.
3. Pengetahuan Gizi Ibu
Faktor pengetahuan gizi dan pendapatan keluarga faktor yang saling berhubungan dalam mempengaruhi konsumsi panan. Adanya pendapatan yang rendah disertai dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas konsumsi pangan.
Pengetahuan gizi ibu dalam menangani makanan sangat berpengaruh terhadap menu makanan keluarga dan juga pola konsumsi makanan. Tingkat pengetahuan gizi yang rendah dapat mempengaruhi ketersediian pangan dalam rumah tangga dan selanjutnya mempengaruhi kualitas dan kuantitas konsumsi pangan. Pola konsumsi pada anak dibentuk melalui pengalaman awal dengan makanan serta praktik orangtua dalam memberikan makan pada anak.
4. Pendidikan
intelektual dan emosional. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi pola konsumsi makanan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin baik pula konsumsi buah dan sayur. Akan tetapi, seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang tingkat pendidikannya lebih tinggi, karena sekalipun berpendidikan rendah kalaupun orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan dan selalu memperhatikan tentang kesehatan gizi, bukan tidak mungkin pengetahuannya akan lebih baik.
5. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan segala aktivitas yang dijalani oleh orangtua. Pekerjaan juga menjadi profesi yang dilakukan oleh orangtua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis kegiatan yang menggunakan waktu terbanyak responden atau yang memberikan penghasilan terbesar. Pekerjaan berhubungan langsung dengan tingkat pendapatan. Selain itu, pekerjaan juga berpengaruh terhadap besar-kecilnya perhatian seseorang terhadap makanan yang akan dikonsumsinya. Jika seseorang terlalu sibuk bekerja, maka seringkali ia melalaikan dalam memenuhi kebutuhan gizinya dan lebih memilih untuk mengonsumsi makanan cepat saji.
6. Lingkungan Sosial dan Budaya
memberikan peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan atau makanan. Misalnya bahan makanan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dianggap tabu untuk dikonsumsi karena alasan-alasan tertentu, sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu.
2.6 Serat
2.6.1 Jenis Serat
Serat adalah jenis karbohidrat yang tidak terlarut. Serat dalam saluran pencernaan manusia tidak dapat. Serat dalam saluran pencernaan manusia tidak dapat dicerna karena manusia tidak memiliki enzim. Meskipun demikian, dalam usus besar manusia terdapat beberapa bakteri yang dapat mencerna serat menjadi komponen serat sehingga produk yang dilepas yang dapat diserap kedalam tubuh dan digunakan sebagai sumber energi.
Serat dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: 1. Serat kasar (crude fiber)
2. Serat yang terlarut (dietary fiber)
Dietary fiber adalah suatu bahan yang tidak dapat dicerna oleh enzim
dalam mendorong komponen makanan ke usus. Keadaan ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan absorbs zat gizi. Serat yang terlarut mempunyai efek menurunkan kolesterol, karena serat merangsang peningkatan ekskresi asam empedu ke dalam usus. Dengan demikian, absorbsi kolesterol dan lemak lainnya melambat, sehingga terjadi peningkatan produksi asam lemak rantai pendek dengan cara fermentasi. Faktor efek rendahnya kolesterol akibat serat larut ini menyebabkan serat menjadi faktor sangat penting, tetapi bagaimana mekanismenya masih belum banyak diketahui orang.
Insoluber fiber (serat tak terlarut) adalah selulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Golongan ini dijumpai dalam sayuran dan kulit gandum. Serat jenis ini mempunyai kecenderungan menyerap air dan meningkatkan pemadatan (bulky) sehingga mempunyai kontribusi pada volume tinja yang besar. Dengan demikian, serat tak terlarut dapat meningkatkan motilitas peristaltic gastrointestinal atau dapat meningkatkan kecepatan pergerakan material melalui saluran pencernaan sampai ke kolon. Poin penting adalah serat dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia, tetapi sangat sedikit dan umumnya serat hanya lewat serta tidak mengalami perubahan.
Serat yang terkandung dalam beberapa sayur dan buah dapat kita lihat pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Kandungan Serat pada Beberapa Sayur dan Buah
Nama Bahan Makanan Serat (gr) Nama Bahan Makanan
Pisang
Penukar. 1997 dalam Penuntun Diet edisi Baru (2006)
2.6.2 Konsumsi Serat
Pada era globalisasi seperti saat ini, serat kurang mendapat perhatian serius dalam pemenuhannya. Berawal dari rendahnya konsumsi sayuran dan buah-buahan pada penduduk indonesia menjadi penyebab rendahnya pemenuhan kecukupan serat. Banyaknya makanan cepat saji yang beredar ditengah-tengah masyarakat yang rendah serat, jajanan yang tidak sehat apabila tidak diimbangi dengan konsumsi sayur, buah, serta tidak terpenuhinya kecukupan serat, jika dibiarkan dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
prasekolah sendiri dianjurkan untuk mengonsumsi serat sebesar 22gr dalam sehari.
2.6.3 Dampak Kekurangan dan Kelebihan dalam Mengonsumsi Serat
Telah lama diduga adanya hubungan konsumsi makanan yang mengandung serat dengan kesehatan tubuh manusia. Jumlah asupan serat makanan yang sesuai dengan kebutuhan dapat membantu mencegah bahkan menyembuhkan beberapa macam penyakit berbahaya. Serat makanan sebaiknya diperoleh dari sumber makanan alami dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan tubuh secara seimbang dan berkesinambungan.
Serat baik untuk kesehatan karena: 1. Membuat perut terasa lebih kenyang 2. Membantu menurunkan glukosa darah 3. Membantu menurunkan lemak darah 4. Melancarkan buang air besar
Almatsier menyebutkan bahwa dalam standar makanan khusus, pengaturan konsumsi serat dinamakan diet serat tinggi yang diberikan kepada pasien konstipasi penyakit dan divertikulosis. Hal ini menunjukkan bahwa serat harus dikonsumsi dalam jumlah yang cukup sesuai dengan yang dianjurkan. Terdapat dampak tertentu apabila serat dikonsumsi dalam jumlah kurang ataupun lebih. Secara garis besar, resiko kekurangan dan kelebihan mengonsumsi serat makanan dalam perut diuraikan sebagai berikut:
2. Susah buang air besar atau konstipasi
3. Dinding usus menjadi mudah luka dan mudah terinfeksi 4. Meningkatkan gerak peristaltik usus secara berlebihan,
5. Mendatangkan beragam jenis penyakit mematikan, seperti kanker kolon, penyakit gula darah, infeksi difertikula, jantung koroner, stoke, tekanan darah tinggi, dan penyempitan pembuluh darah
Beberapa kerugian yang akan terjadi dalam kelebihan mengonsumsi serat, diantaranya:
1. Dehidrasi
2. Peningkatan jumlah gas yang dihasilkan oleh mikroorganisme berbahaya dalam usus besar
3. Menurunkan kemampuan sel usus dalam menyerap vitamin larut lemak, dan vitamin larut air, sehingga jumlah vitamin tersebut didalam tubuh menjadi berkurang.
4. Menghambat ketersediaan asam empedu dan beberapa enzim yang dibutuhkan dalam proses pencernaan sehingga dapat mengganggu ketersediaan lemak dan protein.
5. Menurunkan ketersediaan mineral.
konsumsi serat yang berlebihan akan menimbulkan masalah bagi kesehatan. Sehingga serat harus dikonsumsi dalam jumlah yang cukup.
2.6.4 Sumbangan Serat Sayur dan Buah Terhadap Kecukupan Serat
Sumbangan serat buah dan sayur terhadap kecukupan serat adalah jumlah serat yang terdapat pada sayur dan buah yang dikonsumsi oleh anak usia prasekolah dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi. Prevalensi konsumsi sayur dan buah dalam skala nasional seperti yang tertuang dalam Riskesdas 2013 berada pada kategori kurang yaitu sebesar 93,6%. Hal ini juga menunjukkan bahwa sumbangan serat sayur dan buah terhadap kecukupan serat juga masih kurang.
Rendahnya konsumsi sayur dan buah juga turut mempengaruhi kecukupan serat, meskipun serat bukan hanya terdapat pada sayur dan buah saja, beberapa bahan makanan seperti nasi merah juga mengandung serat. Kecukupan serat sebaiknya diperoleh dari bahan makanan alami seperti sayur dan buah, bukan berasal dari suplemen yang mengandung serat. Hal ini dikarenakan mengonsumsi suplemen tertentu dalam jangka waktu yang cukup panjang akan menimbulkan dampak terhadap kesehatan karena adanya akumulasi bahan kimia dalam tubuh yang berasal dari sumplemen tersebut.
2.7 Keluarga Nelayan
masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai, dan sejahtera yang terdapat didalamnya perilaku pengasuhan (Mufidah, 2008). Sedangkan nelayan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang mata pencaharian utama dan usahanya adalah menangkap ikan dilaut.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga nelayan adalah suatu insitusi terkecil dalam masyarakat yang mamberikan pengasuhan kepada anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga dengan menangkap ikan dilaut, baik dengan menggunakan perahu kecil, ataupun kapal besar. Dalam hal ini, laut menjadi lahan hidup yang paling utama bagi keluarga nelayan. Sumber daya ekonomi perikanan adalah sumber daya utama yang menggerakkan perekonomian keluarga dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga keluarga. Besarnya penghasilan keluarga nelayan tidak dapat diperkirakan pada setiap bulannya, hal ini dikarenakan ikan hasil tangkapan, menangkap ikan dipengaruhi dengan cuaca di wilayah laut. Keluarga nelayan memiliki pola kehidupan yang khas jika dibandingkan dengan keluarga lainnya, yakni terbiasa mengonsumsi hasil laut dalam jumlah yang cukup tinggi namun masih kurang dalam mengonsumsi sayuran atau bahkan buah-buahan dengan alasan klasik, yakni mahalnya harga buah.
suami responden yang bermata pencaharian sebagai nelayan ternyata hanya berpenghasilan sebesar Rp.300.000 – Rp.400.000 perbulan. Bahkan sejumlah 32,2% hanya berpenghasilan kurang dari Rp.300.000. Sedangkan yang berpenghasilan di atas Rp.400.000 perbulan hanya 4,5%. Hal ini merupakan suatu keadaan yang membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak.
2.8 Konsumsi Sayur, Buah dan Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan
Di Jepang, ada tiga ciri menonjol pada piramida makanan penduduk Jepang. Ciri pertama adalah tingginya penggunaan karbohidrat kompleks yang kaya akan serat pangan (dietary fiber) dan minimnya penggunaan karbohidrat terolah halus (refined carbohydrat) yang berupa tepung-tepungan. Pola makan tersebut sangat berguna untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit degeneratif. Ciri kedua adalah banyaknya konsumsi sayur dan buah-buahan yang secara alamiah mengandung berbagai macam vitamin, mineral, serat fitokimia, serta serat pangan. Beberapa vitamin (vitamin A, E, dan C) dan beberapa mineral (tembaga, seng, dan selenium) merupakan antioksidan yang sangat besar andilnya dalam mencegah penuaan dini dan berbagai penyakit lainnya. Ciri ketiga adalah tingginya konsumsi ikan dan sedikitnya penggunaan bahan penghasil energi utama, yaitu lemak, minyak, dan gula. Konsumsi ikan laut yang kaya akan asam lemak tidak jenuh omega-3 telah diketahui berperan penting dalam mereduksi kejadian penyakit kardiovaskuler.
Health Organization (WHO) dan para ahli gizi di Amerika Serikat menganjurkan
agar kita paling sedikit mengonsumsi lima porsi sayuran dan buah-buahan setiap harinya. Satu porsi buah-buahan setara dengan 150 gram, sedangkan porsi sayuran setara dengan 75 gram sayuran mentah.
Sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2004 menunjukkan bahwa hanya sekitar 15% penduduk Indonesia mengonsumsi sayuran dan buah-buahan lebih dari lima porsi setiap harinya. Dengan demikian, sekitar 85 persen penduduk Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah-buahan atau dengan kata lain belum ada pemenuhan dalam kecukupan serat pada penduduk Indonesia. Hal ini sangat ironis, karena sebagai negara tropis Indonesia merupakan sumber sayuran dan buah-buahan. Rendahnya konsumsi sayuran dan buah-buahan patut disayangkan, karena kedua komoditi itu merupakan sumber aneka vitamin, mineral, serat pangan serta aneka senyawa fitokimia.
Anak-anak adalah masa dimana kebutuhan gizinya harus terpenuhi agar dapat tubuh dan berkembang dengan optimal. Maka sebaiknya mulai dibiasakan makan sayur dan buah sejak dini. Namun kebanyakan anak-anak tidak menyukai rasa dari sayur dan buah terutama pada sayur yang umumnya memiliki rasa pahit. Anak-anak lebih menyuki makanan yang gurih dan manis yang banyak mengandung gula dan lemak serta pengawet, pewarna, dan penambah cita rasa. Jika anak dapat diperkenalkan dan dibiasakan dengan mengonsumsi sayur dan buah sejak dini, maka diharapkan kebiasaan tersebut dapat berlanjut hingga dewasa serta memiliki efek kesehatan jangka panjang.
Jenis sayur dan buah yang biasa dikonsumsi anak prasekolah adalah wortel dan jeruk. Sebagian besar subjek mengkonsumsi sayur setiap hari (76.6%) dan sebagian besar subjek tidak mengkonsumsi buah setiap hari (68,1%). Rata-rata konsumsi sayur pada anak masih kurang dari anjuran yaitu 73,5 gram /hari. Rata-rata konsumsi buah pada anak masih kurang dari anjuran yaitu 58,6 gram /hari. Konsumsi sayur pada anak tidak terkait dengan pengetahuan gizi ibu (p=0,34) dan sikap ibu (p=0,16). Konsumsi buah pada anak juga tidak terkait dengan pengetahuan gizi ibu tidak (p=0,23) dan sikap ibu (p=0,06). Kesimpulannya sebagian besar subjek (93,6%) mengkonsumsi sayur dalam kategori kurang dan semua subjek (100%) mengkonsumsi buah dalam kategori kurang.
2.9 Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian Konsumsi sayur dan
buah anak usia prasekolah :
- Jenis - Jumlah - Frekuensi
(kekerapan)
Sumbangannya terhadap Kecukupan serat Pengetahuan