• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelayanan Jasa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Tabungan Negara (Studi Pada Bank BTN Kantor Cabang Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pelayanan Jasa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Tabungan Negara (Studi Pada Bank BTN Kantor Cabang Medan)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang

semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

memanjang sekaligus dapat berdampak kurang menguntungkan. Sementara itu,

perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat dengan

tantangan yang semakin kompleks. Oleh karena itu, diperlukan berbagai

kebijakan dibidang ekonomi termasuk sektor perbankan, sehingga diharapkan

akan dapat memperbaiki dan memperkukukan perekonomian nasional.

Sektor perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga

intermediasi dan penunjang sistem pembayaran merupakan faktor yang sangat

menentukan dalam proses pembangunan nasionl bidang ekonomi. Bank sebagai

lembaga intermediasi dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang

kekurangan dan memerlukan dana, jadi dengan demikian perbankan akan

bergerak dalam kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan bank

melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan sistem pembangunan bagi

semua sektor perekonomian.

Salah satu unsur pokok dalam kesejahteraan rakyat adalah terpenuhinya

kebutuhan masyarakat dalam bidang papan atau perumahan. Kebutuhan akan

perumahan pada masa sekarang ini merupakan masalah nasional. Terutama di

(2)

bersama-sama dengan masyarakat selaku pengusaha maupun selaku konsumen

perumahan itu sendiri.

Jika dibandingkan dengan KPR Bank lain, Bank BTN merupakan bank

pertama yang mendapatkan delegasi khusus dari Departemen Keuangan untuk

membantu pemerintah dalam memprogramkan pengadaan rumah bagi rakyat

Indonesia utamanya fokus di soal perbankan. BTN segera bergerak cepat.

Invasi ke beberapa negara untuk study experience dilakukan seperti ke

Belanda dan negara maju lainnya guna mempelajari skema pembiayaan untuk

perumahan rakyat. Akhirnya setelah mempelajari berbagai konsep dan sistem,

tepat pada 10 Desember 1976 BTN secara resmi meluncurkan skim KPR nya

dengan proyek pertamanya di Semarang.

BTN sekian lama menjadi partner setia masyarakat dan membantu mereka

mewujudkan memiliki rumah impian yang meski saat ini masih juga ada yang

menyatakan sulit. Toh dibandingkan dengan yang belum terealisasi pengajuannya,

tercatat sudah ribuan keluarga yang kini tinggal layak dengan rumah yang layak

pula. BTN masih menjadi rujukan terpercaya untuk membantu masyarakat.

Melihat pada perkembang properti di Indonesia yang makin matang kian

harinya, BTN mengaku optimis masih akan terus digandeng sebagai rekan

perbankan ideal untuk masyarakat. Sebagai gambaran saja, sesuai data sensus

yang dilakukan oleh BPS tahun lalu ada deadlock sekitar 13 juta lebih untuk

memenuhi kebutuhan rumah di Indonesia. Sementara dari pihak pengembang

(3)

Kemudian, rata-rata kenaikan kebutuhan rumah itu mencapai 500 sampai

800 ribu unit dan masih akan terus naik karena penduduk setiap tahun selalu

bertambah. Untuk itu Bank BTN selaku mitra masyarakat untuk soal Perbankan

mengakui bahwa fakta tersebut menjadi peluang yang sangat bagus dalam upaya

BTN bersama pengembang membangun dan memberikan hunian yang layak bagi

masyarakat.

Pada awal bergulirnya program KPR BTN, skim pembiayaan masih

bersumber dari BTN dan masyarakat sendiri. Bank Dunia juga memberikan jatah

yang kemudian dana-dana terkumpul untuk KPR kepada masyarakat golongan

menengah ke bawah. Sampai kemudian pada tahun 2003 BTN mulai merubah

skim dengan nama subsidi selisih bunga (SSB).

Untuk golongan menengah ke bawah pemerintah membantu dengan

kebijakan KPR tersebut Artinya, model KPR dikonsep dengan bunga serendah

mungkin selama masa kredit dengan tujuan selama perjalanan kredit tidak terjadi

fluktuasi, sehingga diharapkan pula agar masyarakat bisa memanage

penghasilannya sendiri untuk mengangsur dengan lebih baik. Ditambah lagi

kemungkinan gaji naik setiap tahun yang juga berperan besar dalam proses

kelancaran angsuran KPR masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada Undang –

undang tahun 2011 Nomor 1 pasal 54 ayat (3) tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman untuk membantu masyarakat berpenghasilan menengah bawah

(4)

Pembelian rumah dari konsumen kepada perusahaan pengembang pada

dasarnya terdapat 2 (dua) cara yaitu : sistem tunai bertahap, yaitu dalam

melakukan pembelian rumah, konsumen membayarkan secara bertahap dengan

jangka waktu antara 6 bulan sampai 1 tahun. Sistem kredit pemilikan rumah,

dalam sistem ini konsumen membeli rumah dengan cara kredit yang

pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, yaitu antara 5 tahun

sampai dengan 12 tahun. Kredit kepemilikan rumah yang ditawarkan pihak

perusahaan pengembang dengan didukung pendananya oleh pihak bank

merupakan salah satu solusi bagi calon konsumen perumahan untuk dapat segera

memiliki perumahan. Proses pembelian rumah antara konsumen dengan

perusahaan pengembang dimana dalam perjanjian tersebut telah disepakati

tentang tanah dan bangunan, dimana bangunan gedung yang harus memenuhi

persyaratan sebagai mana dapat dilihat pada undang-undang Pasal 7 ayat 1 yaitu

Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan

persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung

Tahun 2010, rasio kecukupan modal (CAR) Bank BTN tercatat sebesar

16,74%. Rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) Bank BTN per 31 Desember

2010 sebesar 108,42. Sesuai komitmen Bank BTN untuk menjadi pemimpin pasar

pembiayaan perumahan di Indonesia yang telah menjadi fokus usaha sejak tahun

1974, maka di tahun 2010 Bank BTN secara konsisten kembali menempati posisi

pertama sebagai bank dengan pangsa pasar tertinggi (27%) dalam penyaluran

kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia. Total pinjaman yang disalurkan

meningkat sebesar 26,55% mencapai Rp 51,55 triliun dibanding periode yang

(5)

pertumbuhan kredit secara nasional yang hanya berkisar di angka 22% di tahun

2010. Selain itu, Bank BTN sangat dominan dalam penyaluran KPR Subsidi

dimana menguasai 97% total pemberian KPR subsidi baru hingga 31 Desember

2010.

Mengacu kepada strategi bisnis 2012, Bank BTN menargetkan komposisi

antara kredit perumahan dengan kredit non-perumahan maksimal di posisi 85% :

15%. Hingga akhir Desember 2010, 90,9% kredit yang disalurkan merupakan

kredit perumahan yang terdiri dari 72,69% untuk KPR, 11,03% untuk kredit

konstruksi perumahan serta sisanya kredit bagi industri terkait perumahan. Tujuan

kami mendiversifikasikan kredit pada kredit non perumahan maksimal sebesar

15% dari total penyaluran kredit adalah untuk mengurangi risiko konsentrasi

pinjaman, mengurangi maturity mismatch dan meningkatkan Net Interest Margin

(NIM). Namun hal ini tidak mengurangi fokus dalam menjadi pemimpin dalam

pembiayaan perumahan di Indonesia.

Prinsip kehati-hatian mewarnai Bank BTN dalam menjalankan fungsi

intermediasi perbankan yang tercermin dari stabilnya angka rasio kredit

bermasalah/ Net Performing Loan (NPL) di angka 3,26% di tengah tingginya

pertumbuhan kredit sepanjang 2010. Dari sisi pelayanan bagi nasabah kredit, di

tahun 2010 Bank BTN melanjutkan upaya percepatan proses kredit melalui

program Loan Origination System (eLoan) seraya melakukan penyempurnaan

Credit Scoring Model (CSM). Standarisasi proses aplikasi kredit 1 - 5 - 1 (1 hari

persetujuan kredit, maksimal 5 hari proses kredit setelah dokumen lengkap, 1 hari

proses pencairan kredit) juga terus ditingkatkan penerapannya di seluruh kantor

(6)

KPR BTN merupakan bank yang khusus menyediakan kredit perumahan

dan property bagi nasabahnya. Bagi nasabah yang ingin memiliki rumah sendiri

tapi tak memiliki uang yang cukup untuk memiliki secara kontan, bisa

mengajukan kredit ke bank KPR BTN. Bank KPR BTN merupakan perusahaan

BUMN yang memang bergerak dalam pembiayaan kredit perumahan dan property

yang diakui kinerjanya dan dijamin oleh pemerintah

Jadi memang lebih bijak mengajukan kredit rumah melalui KPR BTN

karena tingkat suku bunga dan masa kredit lebih ringan. Memang rumah

merupakan salah satu dari lima kebutuhan pokok manusia. Rumah yang sehat dan

nyaman adalah damabaan bagi semua orang. Namun sayangnya sekarang ini

memiliki rumah sendiri merupakan mimpi yang mahal. Terutama bagi kalangan

menengah ke bawah. Oleh karena itu sebagagian nasabah KPR BTN adalah dari

golongan pegawai negeri sipil, pengusaha menengah dan pegawai swasta dan

masih banyak lagi.

Seiring dengan kemajuan zaman, nasabah yang datang ke BTN tak hanya

sekedar menabungkan dananya melainkan juga mengajukan kredit, melainkan

kebutuhan jasa perbankan lainnya, seperti, kartu kredit, money charger, giro dan

lain sebagainya. Namun produk unggulangan adalah KPR yang terbagi atas KPR

BTN sejahtera dan KPR BTN Platinum.

Seperti lembaga perbankan lainnya, Bank BTN juga melayani jasa di

bidang financial dan kredit. Namun yang menjadi pembedaan adalah fasilitas

KPR BTN dalam istilah marketingnya adalah diferential product. KPR BTN

menjadi jembatan penghubung antara mimpi dan kenyataan mendapatkan rumah

(7)

seperti PNS atau nasabah dari golongan kelas bawah namun memiliki prospek

pemasukan yang bagus karena usahanya stabil.

Fungsi KPR BTN di kota besar di Indonesia sangatlah membantu

masyarakat Indonesia untuk mendapatkan hunian sendiri. Seperti anda ketahui

harga tanah di kota besar Indonesia seperti di Sumatera Utara cenderung mahal

dan tiap tahun naik. Otomatis golongan masyarakat kelas menengah sangat berat

membeli hunian dengan pembayaran kontan.

Pemerintah mengerti betul akan masalah kepemilikan hunian pribadi bagi

masyarakat golongan menengah ke bawah. Oleh karena itu melalui KPR BTN,

pemerintah menyediakan dana untuk dipakai sebagai pinjaman pembelian rumah

pribadi dan property. Posisi KPR BTN sebagai lembaga pembiayaan kredit

pembelian rumah dengan harga yang terjangkau dengan bunga kredit yang kecil.

Berdasarkn latar belakang masalah yag telah diuraikan di atas, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul,”Efektivitas Pelayanan

Jasa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada Bank Tabungan Negara”. (Studi Pada Bank BTN Kantor Cabang Medan).

1.2.Perumusan Masalah

Pada dasarnya penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data

yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Kedudukan

masalah yang akan diteliti sangat sentral dalam suatu penelitian. Oleh karena itu,

pemilihan masalah penelitian haruslah dipertimbangkan secara sungguh-sungguh.

(8)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang

menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah,”Bagaimana Efektivitas

Pelayanan Jasa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada Bank Tabnungan Negara.

(Studi Pada Bank BTN Cabang Medan)”.

1.3.Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang

hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui

sebelumnya, suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya

bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu

pengertahuan itu sendiri.

Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab perumusan masalah yang telah

dikemukakan sebelumnya, yakni untuk menganalisis Efektivitas Pelayanan Jasa

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada Bank Tabungan Negara (Studi Pada Bank

BTN Cabang Medan)”

1.4.Manfaat Penelitian

Selain dari tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, ada juga manfaat

yang diharapkan yakni:

1. Manfaat secara Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi

(9)

acuan dalam merencanakan efektivitas pelayanan jasa Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) pada Bank Tabungan Negara kantor Cabang Medan.

2. Manfaat secara Akademis

Sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan

kemampuan berfikir dan bahan referensi yang kemudian dituangkan

dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi

Strata-1 di Departemen Ilmu Administrasi program studi ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

1.5.Kerangka Teori

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan

penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub pokok,

sub variable atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2002: 92)

Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah

yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan

referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan

pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang

diteliti. Adapun kerangka teori dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1.5.1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas (berjenis kata benda) berasal dari kata dasar efektif (kata sifat).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga tahun 2003: 284 Efektif

(10)

1. ‘ada efeknya’ (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); 2. ‘manjur atau mujarab’ (tt obat);

3. ‘dapat membawa hasil; berhasil guna’ (tt usaha, tindakan); ‘mangkus’; 4. ‘mulai berlaku’ (tt undang-undang, peraturan).

Sementara itu, efektivitas memiliki pengertian ‘keefektifan’. Keefektifan

adalah

1. ‘keadaan berpengaruh’; ‘hal berkesan’; 2. ‘kemanjuran’; ‘kemujaraban’ (tt obat);

3. ‘keberhasilan’ (tt usaha, tindakan); ‘kemangkusan’; 4. ‘hal mulai berlakunya’ (tentang undang-undang, peraturan.

Sondang P. Siagian (2001 : 24) Efektivitas adalah pemanfaatan sumber

daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan

sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang

dijalankannya

Abdurahmat (2003:92) Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya,

sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan

sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.

Richard M. Steers, (1985 : 46) Efektivitas adalah “sejauh mana organisasi

melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai semua sasaran”.

Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi

(11)

yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya”

(Kurniawan, 2005:109).

Menurut Ravianto (1989:113) pengertian efektivitas adalah seberapa baik

pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai

dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa apabila suatu pekerjaan dapat

diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya maupun mutunya.

Hidayat (1986) Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa

jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar

presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.

Schemerhon John R. Jr. (1986:35) Efektifitas adalah pencapaian target

output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya

(OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut

efektif ”.

Prasetyo Budi Saksono (1984) Efektifitas adalah seberapa besar tingkat

kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input.

Gibson (2002) Efektivitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati

atas usaha bersama.

Hidayat (1996), Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan

seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai.

Memperhatikan pendapat para ahli di atas, bahwa konsep efektivitas

merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional, artinya dalam

mendefinisikan efektivitas berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki

(12)

sering dicampur adukkan dengan kata efisien walaupun artinya tidak sama,

sesuatu yang dilakukan secara efisien belum tentu efektif.

1.5.2. Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang

berbeda dari lembaga, dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa

berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang

terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang

kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya.

1. Pendekatan sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam

pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan

mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.

Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan

pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal

berdasarakan sasaran resmi “Official Goal” dengan memperhatikan permasalahan

yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu

dengan mengukur keberhasilan programdalam mencapai tingkat output yang

direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana

(13)

2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu

lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu

lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara

keadaan dan system agar dapat menjadi efektif.

Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu

lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang

merata dalam lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber

yang terdapat pada lingkungan seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi.

3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan

dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan

dengan lancer dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara

terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan

memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber

yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan

lembaga

1.5.3. Pengertian Pelayanan

Pelayanan merupakan ujung tombak dari upaya pemuasan

pelanggan dan sudah merupakan keharusan yang wajib dioptimalkan baik

(14)

diberikan tercermin kualitas individu atau organisasi yang memberikan

pelayanan.

Pengertian pelayanan menurut Sianipar (1998: 4) adalah sebagai

berikut:

“Cara melayani, menyiapkan atau menjamin keperluan seseorang

atau sekelompok orang. Melayani adalah meladeni atau membantu mengurus

keperluan atau kebutuhan seseorang sejak diajukan permintaan sampai

penyampaian atau penyerahannya”.

Menurut The Liang Gie ( 1997 : 23 ) yang mendefinisikan pelayanan sebagai

berikut “Pelayanan bagi masyarakat atau kegiatan dari organisasi yang dilakukan

untuk mengamalkan dan mengabdikan diri pada masyarakat”.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah cara

melayani, membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan,

kebutuhan seseorang atau sekelompok orang artinya objek yang dilayani adalah

masyarakat yang terdiri dari individu, golongan dan organisasi ( sekelompok

organisasi).

Kegiatan pelayanan dalam suatu organisasi memiliki peran penting dan

strategi, terutama bagi organisasi yang berorientasi pada pelayanan jasa, hal itu

tercermin pada pengertian pelayanan yang dikemukakan oleh Moenir ( 2000: 12)

pelayanan adalah setiap kegiatan oleh pihak lain yang ditujukan untuk memenuhi

kepentingan orang banyak, pelayanan ini sifatnya selalu kolektif, sebab pelayanan

kepentingan itu masih termasuk dalam rangka pemenuhan hak dan kebutuhan

(15)

1.5.4. Kredit Pemilikan Rumah

1.5.4.1.Pengertian Kredit Pemilikan Rumah

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah suatu fasilitas kredit yang

diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli

atau memperbaiki rumah. Di Indonesia, saat ini dikenal ada 2 jenis KPR:

1. KPR Subsidi

Yaitu suatu kredit yang diperuntukan kepada masyarakat berpenghasilan

menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan atau

perbaikan rumah yang telah dimiliki.

2. KPR Non Subsidi

Yaitu suatu KPR yang diperuntukan bagi seluruh masyarakat. Ketentuan

KPR ditetapkan oleh bank, sehingga penentuan besarnya kredit maupun suku

bunga dilakukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan (www.bi.go.id, diakses

pada tanggal 14 Maret 2013)

1.5.4.2.Persyaratan KPR

Secara umum persyaratan dan ketentuan yang diperlakukan oleh bank

untuk nasabah yang akan mengambil KPR relatif sama. Baik dari sisi administrasi

maupun dari sisi penentuan kreditnya. Untuk mengajukan KPR, pemohon harus

melampirkan:

1. KTP suami dan atau istri (bila sudah menikah)

2. Kartu Keluarga

(16)

4. Laporan keuangan (untuk wiraswasta)

5. NPWP Pribadi (untuk kredit di atas Rp. 100 juta)

6. SPT PPh Pribadi (untuk kredit di atas Rp. 50 juta).

7. Foto kopi sertifikat induk dan atau pecahan (bila membelinya dari developer)

8. Foto kopi sertifikat (bila jual beli perorangan)

9. Foto kopi IMB

1.5.4.3.Biaya Proses KPR

Pada umumnya fasilitas KPR pemohon akan dikenakan beberapa biaya,

diantaranya: biaya appraisal, biaya notaris, provisi bank, biaya asuransi

kebakaran, biaya premi asuransi jiwa selama masa kredit.

1.5.4.4.Keuntungan KPR

1. Tidak perlu dana besar untuk memiliki rumah. Rumah merupakan sebuah aset

yang memiliki nilai yang sangat besar. Karena nilainya besar itu pulalah, harga

sebuah rumah tentu juga tidak semurah komoditi lainnya. Sebuah rumah di jogja

misalnya, harga dari

orang mempunyai uang sebesar itu. Namun disinilah keuntungan KPR tersebut.

KPR bisa membuat orang langsung memiliki rumah dengan dana yang tidak

besar. Asal lulus

(17)

2. Bisa langsung ditempati dengan membeli sebuah rumah secara KPR kita bisa

langsung menempatinya tanpa harus menunggu KPR tersebut lunas. Sama seperti

ketika kita mengkredit sebuah kendaraan bermotor. Hanya saja, memang syarat

KPR lebih "njlimet" daripada syarat dari kredit lainnya.

3. Nilainya meningkat terus Selain emas, properti adalah sebuah komoditi yang

nilainya tahan terhadap inflasi. Dengan nilai yang terus meningkat dibandingkan

dengan uang kertas, properti atau rumah bisa menjadi tabungan masa depan yang

lebih prospektif dibandingkan deposito manapun. Ini karena deposito masih

terikat oleh sistem uang sedangkan properti tidak. Dengan membeli rumah secara

KPR, kita seperti menabung dengan kenaikan investasi yang signifikan. Tentu

didalam memilih sebuah rumah untuk dibeli, kita juga perlu mempertimbangkan

aspek peningkatan dari investasi tersebut. Karena sama seperti investasi lainnya,

properti juga merupakan investasi yang memiliki resiko dan peluang. Dengan

mengetahui dan mengendalikan peluang investasi properti ini kita bisa

memperolah keuntungan KPR yang lebih nyata.

4. Terkadang rumah yang dibeli bisa mencicil sendiri ini adalah perpaduan antara

manfaat KPR no 3 yang telah kita sebutkan diatas dengan perpaduan jiwa bisnis.

Jiwa bisnis yang dimaksud di sini adalah adanya kecermatan kita dalam

menangkap peluang untuk menyewakan sebuah rumah. Di berbagai buku properti

dapat kita temu berbagai kasus yang menyebutkan bahwa beberapa rumah yang

strategis memiliki potensi untuk memiliki nilai sewa yang sangat tinggi. Jika nilai

sewa ini lebih tinggi daripada besarnya biaya angsuran KPR, dapat dikatakan

(18)

1.5.4.5. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Bila membeli rumah dari perorangan, pastikan bahwa sertifikat yang ada tidak

bermasalah dan ada IMB sesuai dengan kondisi bangunan yang ada. Bila membeli

rumah dari Developer, pastikan bahwa Developer dimaksud telah mempunyai

ijin-ijin, antara lain :

a. Ijin Peruntukan Tanah : Ijin Lokasi, Aspek Penata-gunaan lahan, Site Plan

yang telah disahkan, dsb.

b. Prasarana sudah tersedia

c. Kondisi tanah matang

d. Sertifikat tanah minimal SHGB atau HGB Induk atas nama developer

e. IMB Induk

f. Kenali reputasi penjual (perorangan atau developer).

g. Jangan melakukan transaksi jual beli di bawah tangan, artinya apabila

rumah yang akan dibeli masih dalam status dijaminkan di bank, maka

lakukanlah pengalihan kredit pada Bank yang bersangkutan dan dibuat

akte jual beli di hadapan notaris. Jangan sekali-kali melakukan transaksi

pengalihan kredit “di bawah tangan”, artinya atas dasar kepercayaan saja

dan tanda buktinya hanya berupa kwitansi biasa, karena bank tidak

mengakui transaksi yang seperti ini.

(19)

1.5.5. Standar Operasional Prosedur

Paradigma governance membawa pergeseran dalam pola hubungan antara

pemerintah dengan masyarakat sebagai konsekuensi dari penerapan

prinsip-prinsip corporate governance. Penerapan prinsip-prinsip corporate governance juga

berimplikasi pada perubahan manajemen pemerintahan menjadi lebih

terstandarisasi, artinya ada sejumlah kriteria standar yang harus dipatuhi instansi

pemerintah dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya. Standar kinerja ini

sekaligus dapat untuk menilai kinerja instansi pemerintah secara internal mupun

eksternal. Standar internal yang bersifat prosedural inilah yang disebut dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP).

Perumusan SOP menjadi relevan karena sebagai tolok ukur dalam menilai

efektivitas dan efisiensi kinerja instansi pemerintah dalam melaksanakan program

kerjanya. Secara konseptual prosedur diartikan sebagai langkah - langkah

sejumlah instruksi logis untuk menuju pada suatu proses yang dikehendaki. Proses

yang dikehendaki tersebut berupa pengguna-pengguna sistem proses kerja dalam

bentuk aktivitas, aliran data, dan aliran kerja. Prosedur operasional standar adalah

proses standar langkah - langkah sejumlah instruksi logis yang harus dilakukan

berupa aktivitas, aliran data, dan aliran kerja.

Dilihat dari fungsinya, SOP berfungsi membentuk sistem kerja & aliran

kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan; menggambarkan

bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan

yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung;

(20)

harian sebagaimana metode yang ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses

kerja yang sistematik; dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja.

Secara umum, SOP merupakan gambaran langkah-langkah kerja (sistem,

mekanisme dan tata kerja internal) yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu

tugas untuk mencapai tujuan instansi pemerintah. SOP sebagai suatu

dokumen/instrumen memuat tentang proses dan prosedur suatu kegiatan yang

bersifat efektif dan efisisen berdasarkan suatu standar yang sudah baku.

Pengembangan instrumen manajemen tersebut dimaksudkan untuk memastikan

bahwa proses pelayanan di seluruh unit kerja pemerintahan dapat terkendali dan

dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebagai suatu instrumen

manajemen, SOP berlandaskan pada sistem manajemen kualitas (Quality

Management System), yakni sekumpulan prosedur terdokumentasi dan

praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian

dari suatu proses dan produk (barang dan/atau jasa) terhadap kebutuhan atau

persyaratan tertentu. Sistem manajemen kualitas berfokus pada konsistensi dari

proses kerja.

Hal ini mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar

kerja. Sistem ini berlandaskan pada pencegahan kesalahan, sehingga bersifat

proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif. Secara konseptual,

SOP merupakan bentuk konkret dari penerapan prinsip manajemen kualitas yang

diaplikasikan untuk organisasi pemerintahan Oleh karena itu, tidak semua

prinsip-prinsip manajemen kualitas dapat diterapkan dalam SOP karena sifat organisasi

(21)

Standar operasional prosedur adalah melakukan analisis sistem dan prosedur

kerja, analisis tugas, dan melakukan analisis prosedur kerja.

1. Analisis Sistem dan Prosedur Kerja

Analisis sistem dan prosedur kerja adalah kegiatan mengidentifikasikan

fungsi fungsi utama dalam suatu pekerjaan, dan langkah-langkah yang diperlukan

dalam melaksanakan fungsi sistem dan prosedur kerja. Sistem adalah kesatuan

unsur atau unit yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi sedemikian

rupa, sehingga muncul dalam bentuk keseluruhan, bekerja, berfungsi atau

bergerak secara harmonis yang ditopang oleh sejumlah prosedur yang diperlukan,

sedang prosedur merupakan urutan kerja atau kegiatan yang terencana untuk

menangani pekerjaan yang berulang .

2. Analisis Tugas

Analisis tugas merupakan proses manajemen yang merupakan penelaahan

yang mendalam dan teratur terhadap suatu pekerjaan, karena itu analisa tugas

diperlukan dalam setiap perencanaan dan perbaikan organisasi. Analisa tugas

diharapkan dapat memberikan keterangan mengenai pekerjaan, sifat pekerjaan,

syarat pejabat, dan tanggung jawab pejabat. Di bidang manajemen dikenal

sedikitnya 5 aspek yang berkaitan langsung dengan analisis tugas yaitu :

a. Analisa tugas, merupakan penghimpunan informasi dengan sistematis dan

penetapan seluruh unsur yang tercakup dalam pelaksanaan tugas khusus.

b. Deskripsi tugas, merupakan garis besar data informasi yang dihimpun dari

analisa tugas, disajikan dalam bentuk terorganisasi yang mengidentifikasikan

(22)

berdasarkan fungsi atau posisi, bukan individual; merupakan dokumen umum

apabila terdapat sejumlah personel memiliki fungsi yang sama; dan

mengidentifikasikan individual dan persyaratan kualifikasi untuk mereka serta

harus dipastikan bahwa mereka memahami dan menyetujui terhadap

wewenang dan tanggung jawab yang didefinisikan itu.

c. Spesifikasi tugas berisi catatan-catatan terperinci mengenai kemampuan

pekerja untuk tugas spesifik

d. Penilaian tugas, berupa prosedur penggolongan dan penentuan kualitas tugas

untuk menetapkan serangkaian nilai moneter untuk setiap tugas spesifik dalam

hubungannya dengan tugas lain

e. Pengukuran kerja dan penentuan standar tugas merupakan prosedur penetapan

waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas dan menetapkan

ukuran yang dipergunakan untuk menghitung tingkat pelaksanaan pekerjaan.

Melalui analisa tugas ini tugas-tugas dapat dibakukan, sehingga dapat dibuat

pelaksanaan tugas yang baku. Setidaknya ada dua manfaat analisis tugas

dalam penyusunan standar operasional prosedur yaitu membuat penggolongan

pekerjaan yang direncanakan dan dilaksanakan serta menetapkan hubungan

kerja dengan sistematis.

3. Analisis Prosedur Kerja

Analisis prosedur kerja adalah kegiatan untuk mengidentifikasi urutan

langkah-langkah pekerjaan yang berhubungan apa yang dilakukan, bagaimana

hal tersebut dilakukan, bilamana hal tersebut dilakukan, dimana hal tersebut

dilakukan, dan siapa yang melakukannya. Prosedur diperoleh dengan

(23)

untuk melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian prosedur kerja dapat

dirumuskan sebagai serangkaian langkah pekerjaan yang berhubungan,

biasanya dilaksanakan oleh lebih dari satu orang, yang membentuk suatu cara

tertentu dan dianggap baik untuk melakukan suatu keseluruhan tahap yang

penting. Analisis terhadap prosedur kerja akan menghasilkan suatu diagram

alur (flow chart) dari aktivitas organisasi dan menentukan hal-hal kritis yang

akan mempengaruhi keberhasilan organisasi. Aktivitas-aktivitas kritis ini perlu

didokumetasikan dalam bentuk prosedurprosedur dan selanjutnya memastikan

bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas itu dikendalikan oleh prosedur-prosedur

kerja yang telah terstandarisasi Prosedur kerja merupakan salah satu

komponen penting dalam pelaksanaan tujuan organisasi sebab prosedur

memberikan beberapa keuntungan antara lain memberikan pengawasan yang

lebih baik mengenai apa yang dilakukan dan bagaimana hal tersebut

dilakukan; mengakibatkan penghematan dalam biaya tetap dan biaya

tambahan; dan membuat koordinasi yang lebih baik di antara bagian-bagian

yang berlainan. Dalam menyusun suatu prosedur kerja, terdapat beberapa

prinsip yang harus diperhatikan yaitu :

a. Prosedur kerja harus sederhana sehingga mengurangi beban pengawasan;

b. Spesialisasi harus dipergunakan sebaik-baiknya;

c. Pencegahan penulisan, gerakan dan usaha yang tidak perlu;

d. Berusaha mendapatkan arus pekerjaan yang sebaik-baiknya;

e. Mencegah kekembaran (duplikasi) pekerjaan;

f. Harus ada pengecualian yang seminimun-minimunya terhadap peraturan;

(24)

h. Prosedur harus fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kondisi yang berubah;

i. Pembagian tugas tepat;

j. Memberikan pengawasan yang terus menerus atas pekerjaan yang dilakukan;

k. Penggunaan urutan pelaksanaan pekerjaaan yang sebaik-baiknya;

.

1.6.Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu

yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial. Melalui konsep ini kemudian peneliti

diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu

istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya

(Singarimbun, 1995: 33). Oleh karena itu, untuk menemukan batasan yang lebih

jelas maka penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang

penulis teliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep dari penelitian ini

yaitu :

Efektifitas adalah tingkatan sejauh mana suatu organisasi dapat

melaksanakan kegiatan atau fungsi- fungsinya sehingga dapat mencapai tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan secara optimal alat alat

dan sumber-sumber yang ada.

Pelayanan jasa KPR adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

(25)

memiliki rumah yang layak serta memiliki rumah dengan cicilan suku bunga

Bank yang ringan dan dana yang rendah.

Maka dapat disimpulkan, efektifitas pelayanan jasa KPR adalah tingkatkan

sejauh mana suatu organisasi dapat melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsinya

dalam memelihara dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membantu

masyarakat yang tidak mampu untuk memiliki rumah yang layak serta memiliki

(26)

1.7.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalh sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan

sistematika penulisan

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan

penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum mengenai karakteristik

lokasi penelitian

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan

dokumentasi yang akan dianalisis.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini memuat analisa data yang diperoleh dari hasil penelitian dan

(27)

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang akan diperoleh dari hasil

Referensi

Dokumen terkait

Langkah yang pertama dan utama dari proyek ini adalah penggunaan istilah (bahasa) Arab (Islam) dalam berbagai cabang ilmu. Karena menurut penggunaan istilah-istilah Islam akan

Dalam mengambil kesimpulan, dibutuhkan suatu kalimat yang dapat dinyatakan nilainya yaitu dengan meliputi benar atau salah2.

Rancangan MIPS-X banyak diperbaruhi oleh MIPS dan RISC-2 dengan beberapa perbedaan utama : Semua instruksi MIPS-X merupakan operasi tunggal dan dieksekusi dalam satu

• Perjanjian Kerja sama antara Dirjen Binfar dan Alkes dengan Dinkes Kota Pekalongan nomor HK.05.01/05/1048/2013 nomor 842.2/2761 tentang Pelaksanaan Pembangunan Pusat Ekstrak

Demikian pengumuman ini dibuat untuk diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Kelompok

Hari Tanggal Ruangan Hari Tanggal Ruangan Hari Tanggal Ruangan 1 Pemrograman Objek 1 Ade Irma Purnamasari, M.Kom Konfirmasi Langsung Ke Ibu Ade Irma Purnamasari, M.Kom.. 2

1 41132753 Dini Ferdiana Pitaloka RPL-P Perbaikan judul Hubungi dosen Pembimbing RPL. 2 41132414 LILI MUZDALIFAH RPL-P Perbaikan judul Hubungi dosen

dengan m em baw a sem ua dokum en asli sebagaim ana t elah diunggah pada t ahap pem asukan dokum en penaw aran m elalui aplikasi LPSE, sert a dokum en-dokum en lain