PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan hutan sebagai bahan baku utama bagi kayu.
Kayu dalam kehidupan sehari-hari merupakan bahan yang sangat sering digunakan untuk bahan konstruksi ringan sampai berat, rangka pintu, rangka
jendela, lantai, papan dinding, tiang, dan furnitur/meubel kayu.
Meubel kayu adalah salah satu produk kayu olahan yang memiliki nilai ekonomis yang menguntungkan. Pertumbuhan penanaman modal industri ini di
dunia sangat cepat dan menarik bagi banyak negara khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pemasaran produk industri furnitur dari kayu saat
ini sangat mendunia seperti layaknya teknologi pembuatannya yang juga mendunia (Anggraini, 2002).
Meskipun pertumbuhan industri kayu sangat cepat, hal ini tidak diimbangi
dengan suplai kayu dari alam. Ketersediaan kayu akhir-akhir ini makin terbatas terutama kayu kelas awet I dan II yang digunakan untuk bahan bangunan dan
pertukangan. Persediaan kayu awet di masa yang akan datang dikhawatirkan tidak dapat terpenuhi sehingga masyarakat beralih menggunakan kayu kelas awet III dan IV yang mempunyai tingkat keawetan alami yang rendah.
Salah satu jenis kayu yang potensial untuk dimanfaatkan adalah kayu karet (Hevea brasiliensis). Kayu karet saat ini merupakan sumber utama dari meubel
kayu. Menurut Anggraini (2002), 70% mebel kayu yang diimpor oleh Uni Eropa berasal dari kayu karet. Hal ini disebabkan kayu karet memiliki tekstur dan warna yang lebih muda, dapat diproses dan di-finishing akhir seperti layaknya jenis-jenis
kayu keras sehingga tampilannya seperti kayu mahoni, oak, dan kenari. Jenis kayu karet juga disukai karena dianggap mendukung program Uni Eropa dalam
melestarikan hutan dan menjaga kelestarian lingkungan.
Dilihat dari sifat fisik dan mekanis, kayu karet tergolong kayu kelas kuat II-III, yang setara dengan kayu ramin, akasia, mahoni, pinus, meranti, durian,
ketapang, dan keruing. Kelas awet kayu karet tergolong kelas awet V yaitu setara dengan kayu ramin, namun kayu karet lebih rentan terhadap serangga penggerek, rayap, dan jamur biru (blue stain) (Mandang dan Pandit, 1997). Untuk itu kayu
karet perlu diberi pengawet untuk meningkatkan ketahanannya terhadap jamur dan serangga terutama rayap.
Pengawet kayu yang banyak dijual saat ini adalah pengawet yang mengandung bahan-bahan kimia sintetis. Bahan-bahan kimia sintetis ini cukup berbahaya bagi kesehatan sehingga manusia perlu beralih kepada pengawet dari
bahan alami yang bersifat ramah lingkungan. Salah satu alternatif pengawet yang bersifat ramah lingkungan dalam mengendalikan hama rayap adalah asap cair.
Asap cair merupakan hasil kondensasi dari pirolisis kayu yang mengandung sejumlah besar senyawa yang terbentuk akibat pirolisis konstituen kayu seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Asap cair diproduksi dengan cara
pembakaran tidak sempurna yang melibatkan dekomposisi konstituen polimer menjadi senyawa organik dengan berat molekul rendah karena pengaruh panas
yang meliputi reaksi oksidasi, polimerisasi, dan kondensasi.
Asap cair bisa dibuat dari berbagai bahan yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Bahan yang biasanya digunakan sebagai bahan baku
asap cair adalah tempurung kelapa dan cangkang kelapa sawit karena
mengandung senyawa fenol dan asam asetat yang berperan sebagai antimikrobial sehingga cocok untuk dijadikan bahan pengawet. Namun masih ada bahan
alternatif lain yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku yaitu kulit kemenyan. Kemenyan (Styrax benzoin Dryand.) adalah jenis pohon yang tumbuh di lereng-lereng bukit dan pada tanah berpasir pada ketinggian 60-2.100 mdpl.
Kemenyan ditanam dalam skala besar di daerah Tapanuli dan Palembang. Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan salah satu penghasil getah
kemenyan di Provinsi Sumatera Utara (Jayusman, 1999).
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul Asap Cair dari Limbah Kulit Kemenyan (Styrax spp) Sebagai Pengawet Alternatif untuk Kayu Karet (Hevea brasiliensis). Pada penelitian ini kulit kemenyan diolah
menjadi asap cair melalui proses pirolisis. Asap cair yang diperoleh digunakan sebagai pengawet pada kayu karet. Selanjutnya akan dilakukan uji keawetan kayu
karet dengan cara pengumpanan pada rayap tanah melalui uji kubur (grave yard test).
Tujuan Penelitian
1. Menentukan kualitas dan karakteristik asap cair dari kulit kemenyan.
2. Mengevaluasi komposisi senyawa kimia asap cair dari kulit kemenyan.
3. Mengevaluasi ketahanan kayu karet dengan pengawet asap cair terhadap
serangan rayap tanah .
Manfaat Penelitian
Manfaat dari kajian ini adalah menghasilkan produk asap cair yang dapat
digunakan untuk mengawetkan kayu sekaligus dapat menghilangkan bau tidak sedap dari kayu dan memberi aroma baru yang khas. Manfaat lainnya adalah menambah peluang usaha bagi industri-industri pengolah kayu, terutama industri
skala kecil dan menengah.
Hipotesis
Semakin tinggi konsentrasi bahan pengawet asap cair yang digunakan maka tingkat keawetan kayu karet terhadap serangan rayap tanah semakin
meningkat.