• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Pariwisata Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Pariwisata Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kabupaten Karo adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sumatera Utara,

Indonesia. Ibukota Kabupaten ini terletak di Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki

luas wilayah 2.127,25 kilometer persegi dan berpenduduk sebanyak kurang lebih

500.000 jiwa. Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan

Sumatera Utara. Terletak sejauh 77 km dari kota Medan. Wilayah kabupaten Karo

terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas

permukaan laut. Karena berada di ketinggian tersebut, kabupaten Karo memiliki

iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17 derajat celcius.

Kabupaten Karo adalah salah satu daerah di wilayah Sumatera Utara yang

cukup berpotensi untuk di jadikan sebagai salah satu daerah tujuan wisata.

Terlebih lagi didukung dengan kondisi alamnya yang sejuk yang akan membuat

banyak orang menjadi semakin tertarik untuk mengunjungai daerah wisata di

Kabupaten Karo. Potensi pariwisata di Kabupaten Karo antara lain memiliki

tujuan obyek wisata yang spesifik, seperti obyek wisata alam, obyek wisata

budaya, peninggalan sejarah, dan agrowisata. Hal ini tentunya membuat banyak

orang yang datang untuk berkunjung ke Kabupaten Karo, sehingga Kabupaten

Karo akan semakin dikenal oleh banyak orang baik orang lokal maupun

mancanegara. Selain itu, melalui hal tersebut tentunya sektor pariwisata akan

(2)

Daerah Kabupaten Karo dan juga akan dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat setempat.

Adapun obyek wisata di Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 1.1Obyek Wisata di Kabupaten Karo

No Obyek Wisata Jenis Wisata Kecamatan Desa Jarak (km) 1. Air terjun Sipiso-piso Rekreasi, Panorama dan

Keindahan Alam.

Merek Pengambaten 35 2. Gunung Sipiso-piso Panorama Alam dan

Olahraga Terjun Payung/ Para Layang.

Merek Situnggaling 34

3. Tongging Rekreasi dan Keindahan Alam

Merek Tongging 40 4. Desa Budaya Dokan Desa Budaya dan Penelitian. Merek Dokan 23 5. Puntungan Meriam Putri

Hijau

Peninggalan Sejarah Barusjahe Sukanalu 23 6. Gua Liang Dahar Keunikan dan Keindahan

Alam, serta Penelitian.

Kuta Buluh Lau Buluh 40 7. Uruk Tuhan Panorama dan Keindahan

Alam.

Simpang Empat Bekerah 25 8. Gunung Sinabung Keindahan Alam, Olahraga

dan penelitian.

Simpang Empat Lau Kawar 27 9. Danau Lau Kawar Rekreasi, Penelitian dan

Keindahan Alam.

Naman Teran Lau Kawar 27 10. Desa Budaya Lingga Desa Budaya dan Penelitian Simpang Empat Lingga 15 11. Deleng Kutu Panorama dan Keindahan

Alam

Berastagi Gurusinga 5 12. Bukit Gundaling Panorama dan keindahan

Alam, dan Kuda Tunggang.

Berastagi Gundaling 0 15. Taman Mejuah-juah

Berastagi

Rekreasi dan Kuda Tunggang.

Berastagi Gundaling 0 16. Pasar Buah Tradisional

Berastagi

Rekreasi dan Wisata Belanja.

Berastagi Berastagi 0 17. Desa Peceren Desa Budaya dan Penelitian Berastagi Peceren 1 18. Taman Hutan Raya Bukit

Barisan

Rekreasi dan Penelitian. Dolat Rakyat Tongkoh 5 19. Gunung Sibayak Olahraga, Keindahan Alam

dan Penelitian.

Berastagi Semangat Gunung

10 20. Raja Berneh Pemandian Air Panas Alam Merdeka Semangat

Gunung

13 21. Lau Debuk-debuk Pemandian Air Panas Alam Berastagi Doulu 11 22. Air Terjun Sikulikap Keindahan dan panorama

Alam.

Berastagi Doulu 11 23. Panorama Penatapan

Doulu

Panorama dan Keindahan Alam.

Berastagi Doulu 12

(3)

Lanjutan…

Tabel 1.1Obyek Wisata di Kabupaten Karo

No Obyek Wisata Jenis Wisata Kecamatan Desa Jarak (km) 24. Gunung Sibuaten Keindahan Alam, Olahraga dan

penelitian.

Merek Merek 28

25. Air Panas Payung Pemandian Air Panas Alam. Payung Payung 21 26. Situs Rumah Puteri

Hijau

Peninggalan Sejarah Tigapanah Seberaya 11

Sumber : Booklet Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo

Mengingat begitu banyaknya obyek wisata yang dapat dikunjungi di

Kabupaten Karo, maka layaklah sektor pariwisata di Kabupaten karo untuk

dijadikan sebagai produk andalan yang dapat dipasarkan secara global. Apabila

adanya komitmen dari pemerintah daerah Karo khususnya Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata untuk tetap mengembangkan dan melestarikan keberlanjutan semua

obyek wisata yang ada di Kabupaten Karo, maka akan dapat memberikan manfaat

yang besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat.

Sesuai dengan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang

menyatakan bahwa Pemerintah Daerah memiliki wewenang untuk mengurus dan

mengatur sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan. Menyadari akan hal tersebut, Pemerintah

Kabupaten Karo melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam memasuki era

otonomi dan globalisasi seharusnya berupaya membenahi kepariwisataan Karo

dari segala aspek dengan tujuan meraih tempat sebagai Daerah Tujuan Wisata

Utama, sehingga sektor kepariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana

(4)

Namun berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, didapatilah bahwa masih

kurangnya kesiapan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo

sendiri dalam melaksanankan strategi dan program, baik dari segi SDM, finansial

serta komitmen pegawai untuk menjaga kelestarian, mempertunjukkan atraksi

wisata dan kebudayaan, dan kebersihan setiap obyek wisata setiap waktu. Selain

itu, baik dari kinerja bagian promosi dan publikasi obyek wisata pun dirasakan

masih belum maksimal. Hal ini terlihat dari minimnya media promosi yang

dimanfaatkan oleh pengelola obyek wisata terhadap masyarakat. Baik dari tingkat

kesadaran masyarakat setempat dalam menjaga, melestarikan dan merawat rumah

adat dan peninggalan sejarah lainnya juga dirasakan masih kurang.

Ditambah lagi sejak meletusnya salah satu gunung berapi yang ada di

Kabupaten Karo yaitu gunung Sinabung yang sudah erupsi sejak tahun 2013 yang

lalu memberikan dampak yang negatif bagi kondisi yang ada di Kabupaten karo,

yang khususnya juga berdampak terhadap sektor pariwisata. Meletusnya gunung

Sinabung tersebut menyebabkan banyak orang yang berada di luar Kabupaten

Karo merasa takut untuk mengunjungi daerah-daerah wisata yang ada di

Kabupaten Karo. Tentunya hal ini akan berdampak buruk pada perkembangan

sektor pariwisata di Kabupaten Karo, dan secara tidak langsung juga akan

berdampak buruk terhadap Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari sektor

pariwisata dan juga akan menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan

masyarakat setempat yang khususnya tinggal di sekitar daerah wisata di

Kabupaten Karo. Adapun penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke kabupaten

(5)

Tabel 1.2

Data Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Karo Selama 3 Tahun Terakhir Tahun GUNDALING

SIPISO-PISO

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo

Catatan :

1. Jumlah kunjungan dihitung dari jumlah orang yang memasuki obyek

wisata melalui tiket/ karcis yang terjual.

2. Diperkirakan wisatawan yang tidak masuk ke obyek wisata sekitar 30%

dari data yang ada ( tamu Pasar Buah Berastagi, Fun Land Mikie Holiday

dan Villa).

Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui bahwa setelah meletusnya

Gunung Sinabung, terjadilah penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke

Kabupaten Karo dengan sangat drastis. Hal ini tentunya akan menimbulkan

dampak negatif bagi perkembangan sektor pariwisata itu sendiri. Selain itu juga

pastinya akan berdampak negatif terhadap pendapatan daerah. Seperti yang

disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo yang

dikutip dari Karo News, pada tanggal 24 Oktober 2014,pukul 11:30 am :

(6)

menyebutkan kerugian sektor pariwisata sangat dirasakan. Beliau menyebutkan, kunjungan turis menurun drastis.1

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan

bagaimana strategi pengembangan pariwisata pasca erupsi Gunung Sinabung di

Kabupaten Karo.

Berdasarkan pada hal tersebut didapatilah bahwa ada berbagai hal yang

membuat kurang maksimalnya program pengembangan sektor pariwisata di

Kabupaten karo. Oleh karena itu, Pemerintah daerah khususnya Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo tentunya harus memikirkan strategi

untuk dapat mengatasi dan mencari solusi untuk masalah tersebut, agar sektor

pariwisata Kabupaten Karo dapat tetap dipertahankan dan terus berkembang.

Dengan adanya berbagai upaya yang akan dilakukan, sangat diharapkan untuk

dapat tetap mempertahankan bahkan dapat lebih memajukan pariwisata

Kabupaten Karo.

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul

“Strategi Pengembangan Pariwisata Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo”

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut maka

penulis mengangkat rumusan masalah yaitu : “Bagaimana Strategi Pengembangan

Pariwisata Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo?”

I.3 Tujuan Penelitian

1

(7)

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan

kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah berdasarkan

kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan bahan masukan bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Karo dalam mengelola sektor pariwisata.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

kepustakaan jurusan Ilmu Administrasi Negara.

I.5 Kerangka Teori

Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau

memecahkan masalah perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu.

Kumpulan teori dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian karena

melalui teori tersebutlah peneliti dapat memberikan gambaran mengenai

fenomena sosial yang terjadi. Menurut Kerlinger dalam Effendi (2012: 35) teori

adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi, dan proposisi untuk

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara mengonstruksi

hubungan antar konsep dan proposisi dengan menggunakan asumsi dan logika

tertentu.2

2

(8)

Menurut Erlina kerangka teori adalah suatu model yang menerangkan

bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah

diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka teori akan menghubungkan

secara teoretis antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel bebas dan

variabel terikat. Begitu juga jika ada variabel lain yang menyertainya, maka peran

variabel tersebut harus dijelaskan.3

Secara umum, pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan

secara terus menerus untuk menciptakan suatu kondisi yang lebih baik. Menurut

Suroto, pembangunan adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan

kesejaheraan seluruh rakyat. Dengan kata lain, kebijaksanaan berisi tujuan

keseluruhan dan tujuan tiap program yang hendak dicapai pada tiap tahap

pembangunan, cara yang diperlukan dilakukan untuk mengatasi semua atau

berbagai keterbatasan, rintangan-rintangan yang ada atau yang diperkirakan akan

terjadi, cara mengalokasikan sumber-sumber yang optimal, serta cara melakukan

koordinasi semua kegiatan yang efektif.

Untuk dapat menerangkan dan menjelaskan tentang strategi Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengembangkan sektor pariwisata pasca

erupsi gunung Sinabung di Kabupaten Karo, maka penulis menggunakan

kerangka teori sebagai berikut :

I.5.1 Pembangunan

4

Menurut Todaro dalam Arifin, pembangunan merupakan suatu proses

multidimensial yang meliputi perubahan-perubahan struktur sosial, sikap

3 Erlina. Metodologi Penelitian.(Medan: USU Press, 2011), hal. 33

(9)

masyarakat, lembaga-lembaga nasional, sekaligus peningkatan pertumbuhan

ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan.5

1. Pembangunan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi

juga pemerataan.

Berdasarkan definisi tersebut, Todaro dalam Arifin memberikan beberapa

implikasi bahwa :

2. Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan seperti :

a. Life Sustenance : Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

b. Self-Esteem : Kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang

memiliki harga diri dan bernilai.

c. Freedom From Servitude : Kemampuan untuk melakukan berbagai

pilihan dalam hidup, yang tentunya tidak merugikan orang lain.

Pendapat lain mengenai pembangunan adalah pendapat dari Kartasasmita

dalam Safi’i yang mengatakan bahwa pembangunan adalah usaha meningkatkan

harkat martabat masyarakat dari kondisi yang terperangkap dalam kemiskinan dan

keterbelakangan. Maksudnya adalah bahwa dalam membangun masyarakat

berarti memampukan atau memandirikan mereka. Dimulainya proses

pembangunan dengan berpijak pada pembangunan masyarakat, diharapkan akan

dapat memacu partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan itu sendiri.6

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa

pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus-menerus yang

berdimensi jamak yang menyangkut aspek-aspek sosial budaya, ekonomi, maupun

5 M. Arifin Nasution.Perencanaan Pembangunan Daerah. (Medan: FISIP USU Press, 2008), hal.40

(10)

politik dan dilakukan secara sadar melalui proses yang terencana menuju

perubahan ke arah yang dianggap lebih baik.

I.5.2 Pembangunan Pariwisata I.5.2.1 Definisi Pariwisata

Secara etimologis, kata “pariwisata” diidentikkan dengan kata “travel”

dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan

berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan

kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang

dilakukan secara individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan

tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan.

Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2009, pariwisata diberikan batasan

pengertian sebagai berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah

dan Pemerintah Daerah.7

Munculnya pariwisata tidak terlepas dari adanya dorongan naluri manusia

yang selalu ingin mengetahui dan mencari hal-hal yang baru, bagus, menarik,

mengagumkan, dan menantang. Orang-orang yang ingin mencari hal-hal tersebut

biasanya melakukan perjalanan ke luar daerah atau keluar dari kebiasaannya

sehari-hari dalam kurun waktu tertentu. Sering kali perjalanan seperti ini

dilakukan pada saat mereka mempunyai waktu luang atau sengaja dilakukan

untuk menghabiskan waktu luangnya untuk mengunjungi dan menikmati sesuatu

7

(11)

yang menarik seperti; keindahan alam, hiburan, budaya, adat istiadat, dan

tempat-tempat suci.

Pariwisata sebagai suatu fenomena sosial, terbentuk oleh berbagai faktor

sekaligus berpengaruh terhadap banyak aspek kehidupan manusia. R.E.

Soeriaatmaja dalam Wardiyanto, mengatakan bahwa pariwisata melibatkan tiga

unsur penting, yakni: unsur dinamik, menyangkut urusan perjalanan atau gerakan

menuju suatu daerah tujuan wisata; unsur statik, merupakan tempat terjadinya

kegiatan wisata; dan unsur interaksi, yakni yang merupakan akibat dari

keberadaan dua unsur penting sebelumnya.8

Pariwisata dapat juga dipandang sebagai suatu fenomena geografis.

Kegiatan pariwisata akan senantiasa terpengaruh atau bahkan tergantung pada ciri

khas yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata, baik mengenai masyarakatnya,

maupun kondisi topografisnya. Setiap wilayah geografis mempunyai ciri khasnya

masing-masing, pengembang pariwisata perlu memahami masalah ini supaya

mereka dapat memasarkan kekhasan daerah tujuan wisata yang akan dijualnya

pada calon wisatawan secara tepat. Misalnya, ada daerah tertentu yang menarik

karena: pemandangan alamnya yang sejuk, topografinya yang unik, keadaan

lautnya yang memiliki keanekaragaman hayati yang dapat disaksikan dengan Kegiatan pariwisata, merupakan hasil

interaksi antara wisatawan dengan masyarakat sekitar pada saat wisatawan

mengunjungi obyek wisata atau daya tarik wisata.

(12)

jelas, atraksi budayanya yang unik, dinamika sosial ekonomi masyarakatnya, dan

lain-lain.

Pariwisata merupakan kegiatan bersenang-senang yang melibatkan banyak

orang, ditandai dengan adanya perpindahan (mobilisasi) dari satu tempat yang

merupakan tempat tinggalnya ke tempat lain yang bukan tempat tinggalnya,

dimana perpindahan ini tidak bertujuan untuk menetap atau mencari nafkah.

Fenomena ini menimbulkan berbagai macam unit usaha (kegiatan bisnis) yang

menimbulkan berbagai macam dampak positif maupun dampak negatif.

Dalam kegiatan pariwisata banyak komponen yang terlibat,

masing-masing saling berkaitan dan saling mempengaruhi sehingga membentuk sebuah

sistem. Komponen yang dimaksud adalah: jasa pelayanan pariwisata, sosial,

ekonomi, budaya, politik, keamanan, dan lingkungan. Aktivitas pariwisata secara

tidak langsung melibatkan kehidupan sosial, baik itu masyarakat sebagai

wisatawan maupun sebagai penyedia obyek pariwisata dan penerima wisatawan.

Hubungan sosial masyarakat ini sangat berpengaruh pada perkembangan

kepariwisataan. Semakin erat dan harmonis hubungan antara wisatawan dengan

masyarakat penerima di daerah tujuan wisatawan, semakin cepat perkembangan

pariwisatanya. Dengan kegiatan pariwisata ini masyarakat bisa berinteraksi dan

bertransaksi satu dengan yang lainnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat. Masyarakat penerima

wisatawan dapat terlibat secara langsung dan aktif dalam dunia pariwisata

misalnya sebagai karyawan sementara atau tetap di industri penyedia jasa

pelayanan pariwisata seperti; biro perjalanan wisata (travel agency), hotel, villa,

(13)

Menurut Freuler dalam Pendit, pariwisata merupakan gejala jaman

sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa,

penilaian yang sadar terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam

semesta, dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan dalam

masyarakat manusia hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan

serta penyempurnaan alat-alat pengangkutan.9

Manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan pariwisata antara lain: Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat

lain yang dilaksanakan untuk sementara waktu dalam rangka untuk memperoleh

kesenangan serta menambah wawasan di bidang sosial kemasyarakatan, budaya,

maupun keindahan alam.

I.5.2.2 Manfaat Pariwisata

10

1) Diversifikasi Usaha

Berkembangnya pariwisata di suatu daerah tujuan wisata menjadi sumber

pendapatan baru bagi masyarakat setempat. Hal ini dapat menjadikan

ekonomi lokal tidak hanya bergantung pada satu sektor utama saja,

misalnya: pertanian, pertambangan, perkebunan dan lain-lain. Pariwisata

dapat menjadi alternatif yang lain, bahkan kemungkinan pariwisata bisa

menjadi andalan smber pendapatan yang baru dari masyarakat setempat.

Pengeluaran wisatawan di suatu daerah penerima wisatawan dapat

9Nyoman S.Pendit. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. (Jakarta: Pradnya Paramita, 1990), hlm. 32

(14)

merangsang pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya. Misalnya

wisatawan menginap di hotel, hotel ini memerlukan daging, telur, sayur,

alat-alat dekorasi dan lain sebagainya. Hal ini mendororng tumbuhnya

usaha-usaha pertanian, peternakan, industri kerajinan, dekorasi dan

seterusnya.

2) Memperluas Kesempatan Kerja

Datangnya wisatawan di suatu daerah tujuan wisata yang tentunya dengan

segala kebutuhannya dapat mendorong tumbuhnya berbagai usaha yang

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Oleh karena itu daerah

yang banyak dikunjungi wisatawan, juga akan terdapat banyak peluang

kerja, terutama untuk pekerjaan di berbagai usaha sektor pariwisata yang

pada umumnya memerlukan banyak tenaga kerja.

3) Peningkatan Fasilitas Bagi Penduduk

Pembangunan pariwisata akan berpengaruh besar terhadap peningkatan

fasilitas kehidupan masyarakat. Fasilitas yang pada awalnya secara khusus

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, pada kenyataannya juga

digunakan oleh masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhannya.

Dengan begitu, semakin banyak fasilitas yang dibangun untuk memenuhi

kebutuhan wisatawan, akan semakin banyak pula fasilitas masyarakat yang

tersedia di daerah itu. Sebagai contoh, pembangunan jalan yang

sebelumnya ditujukan untuk mempermudah akses wisatawan yang akan

menuju suatu obyek wisata, pada kenyataannya dapat digunakan oleh

masyarakat setempat. Begitu juga dengan pengadaan fasilitas-fasilitas

(15)

4) Memperluas Kesempatan Berusaha

Salah satu tolak ukur berkembangnya pariwisata di suatu daerah adalah

kedatangan wisatawan di suatu daerah tujuan wisata untuk menikmati

obyek/daya tarik wisata yang ditawarkan sebagai produk wisata.

Banyaknya wisatawan yang datang tentunya akan menjadikan kebutuhan

hidup di daerah meningkat. Peningkatan kebutuhan hidup inilah yang

dapat menjadi pendorong tumbuhnya berbagai usaha yang tujuannya untuk

memenuhi kebutuhan hidup ini. Ini berarti berkembangnya pariwisata di

suatu daerah bermanfaat bagi peningkatan kesempatan berusaha, terutama

yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.

5) Mempercepat Perkembangan Permukiman Penduduk

Berkembangnya pariwisata di suatu daerah dapat menjadi pendorong

berkembangnya permukiman penduduk. Ini terjadi karena pada umumnya

di daerah yang menjadi daerah tujuan wisata, disitu kedatangan banyak

wisatawan, maka meningkat pula kebutuhan akan barang atau jasa yang

diperlukan wisatawan. Keadaan demikian ini menjadi pendorong para

pengusaha/masyarakat untuk membuka usaha di daerah itu. Untuk

berusaha itu tentunya mereka memerlukan tempat usaha. Hal yang sering

terjadi adalah pada tempat usaha itu dalam perkembangannya digunakan

juga sebagi tempat tinggal. Bisa juga terjadi, wisatawan yang karena

merasa nyaman dan mendapatkan banyak hal yang dibutuhkan di suatu

daerah tujuan wisata kemudian memutuskan untuk tinggal di lokasi itu.

(16)

Pelayanan transportasi yang pada awalnya ditujukan untuk mendukung

pengembangan pariwisata, yakni supaya akses wisatawan menuju obyek

wisata menjadi lebih baik, juga dapat digunakan untuk masyarakat.

Dengan demikian, terjadi peningkatan pelayanan transportasi. Bisa juga

terjadi peningkatan ini dalam hal kualitas pelayanan transportasi, yakni

perbaikan pelayanan transportasi yang telah ada yang awalnya ditujukan

untuk pelayanan kepada wisatawan, pada kenyataanya dapat juga

digunakan oleh masyarakat setempat.

7) Memperluas Kesempatan Pendidikan

Pengembangan pariwisata akan memerlukan sumberdaya manusia dalam

jumlah yang besar, yakni untuk mengelola industri pariwisata yang

produknya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Dalam hal

ini tentunya yang dibutuhkan adalah sumberdaya manusia yang memiliki

kemampuan di bidang pariwisata, yakni yang dapat memberikan

pelayanan kepada wisatawan dengan standar kualitas tertentu. Oleh karena

itu supaya kebutuhan akan sumberdaya seperti itu terpenuhi maka

diperlukan pendidikan khusus pariwisata. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa berkembangnya pariwisata akan memberikan motivasi

bagi masyarakat setempat untuk memiliki pendidikan yang layak,

khususnya yang terkait dengan pariwisata.

8) Konservasi Lingkungan

Keberhasilan pembangunan pariwisata tidak saja dilihat dari banyaknya

wisatawan yang mengunjunginya, tetapi juga dari kelangsungan

(17)

yang dimaksud berupa alam/lingkungan, maka kelestarian lingkungan

harus menjadi tujuan dari pengelola pariwisata supaya usahanya dapat

berkembang dan berlangsung secara berkelanjutan. Dengan begitu

berkembangnya pariwisata akan menguntungkan dari sisi pelestarian alam.

9) Pengembangan Wawasan Sosial

Kedatangan wisatawan di suatu daerah tujuan wisata akan berpengaruh

pada pengembangan wawasan sosial, baik wisatawan maupun masyarakat

setempat. Masyarakat setempat menjadi lebih luas wawasan sosialnya

karena melihat dan kemungkinan memahami budaya wisatawan,

sedangkan wisatawan menjadi terbuka wawasan sosialnya dengan melihat

dan mengetahui budaya masyarakat setempat.

10)Peningkatan Infrastrukur

Pembangunan infrastrukur yang pada awalnya ditujukan secara khusus

untuk mendukung pengembangan pariwisata pada umumnya juga dapat

berperan sebagai infrastruktur yang digunakan untuk mendukung

kebutuhan masyarakat pada umumnya. Dengan demikian pembangunan

infrastruktur wisata dapat juga berarti peningkatan kuantitas maupun

kualitas infrastruktur, yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum dan

bukan hanya ditujukan kepada wisatawan saja.

Melalui uraian diatas dapat diketahui bahwa begitu banyak manfaat yang

dapat diperoleh melalui adanya kegiatan pariwisata, dimana manfaat-manfaat

tersebut sangat baik untuk meningkatkan pembangunan di daerah tujuan wisata

(18)

I.5.2.3 Jenis Pariwisata

Menurut Warpani, jenis-jenis pariwisata yaitu meliputi:11

1. Wisata Agro

Wisata ini adalah pariwisata yang dikaitkan dengan kegiatan industri

pertanian, misalnya wisata durian pada saat musim buah durian.

2. Wisata Belanja

Dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau bagian dari jenis

pariwisata lain, misalnya Sidoarjo dengan Pusat Tas di Tanggulangin.

3. Wisata Budaya

Berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi, misalnya:

pemakaman jenazah di Tanah Toraja. Tidak jarang wisatawan

melakukannya dengan maksud mengadakan riset budaya, mempelajari

budaya setempat, mengunjungi situs bersejarah, dan sebagainya.

4. Wisata Iklim

Bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benar-benar dimanfaatkan

untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain hanya

untuk ‘berburu’ panas sinar matahari. Bagi masyarakat tropis seperti

Indonesia, kunjungan ke suatu tempat berkaitan dengan maksud mencari

perubahan iklim setempat. Misalnya: penduduk pantai berwisata ke

pegunungan, dan sebaliknya.

5. Wisata Karya

11

Warpani Suwardjoko P. dan Warpani Indira P. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. (Bandung: ITB Press),

(19)

Wisata jenis ini sering dilakukan untuk kunjungan kerja, yaitu jenis

pariwisata yang para wisatawannya berkunjung dengan maksud dinas

atau tugas-tugas lain, sambil mengunjungi obyek-obyek wisata pada

daerah tertentu.

6. Wisata Kesehatan

Berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu penyakit. Wisatawan

mengunjungi suatu tempat karena keberadaan penyembuh, misalnya

berkunjung ke Singapura atau Cina untuk berobat.

7. Wisata Konvensi/seminar

Dilakukan dengan sengaja memilih salah satu daerah tujuan wisata

sebagai tempat penyelenggaraan seminar dikaitkan dengan upaya

pengembangan daerah tujuan wisata yang bersangkutan. Penentuan lokasi

tempat penyelenggaraan suatu konvensi, baik nassional maupun

internasional, sering dikaitkan dengan kebijakan pemerintah untuk

mempromosikan suatu daerah tujuan wisata.

8. Wisata Niaga

Wisatawan mengunjungi suatu daerah karena ada urusan perniagaan di

tempat tersebut, misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga ada

disana. Seperti halnya wisata dinas, para pengusaha/niagawan datang

dengan maksud utama melakukan kegiatan perniagaan, namun pada

waktu luang pada umumnya berwisata.

(20)

Yakni mengunjungi suatu daerah tertentu karena kagiatan olahraga.

Misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olahraga Nasional,

Asean Games, Olimpiade, atau sekedar pertandingan persahabatan.

10.Wisata Pelancong/ rekreasi

Dilakukan untuk berlibur, mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin

tahu, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, melepaskan

ketegangan (lepas dari kesibukan kerja rutin). Maksudnya adalah

memulihkan kesegaran dan kebugaran jasmani dan rohani setelah

berwisata. Biasanya mencari atau mengunjungi tempat yang beriklim

berbeda dengan iklim tempat tinggalnya, atau setidak-tidaknya memiliki

suasana khas yang diinginkannya.

11.Wisata Petualangan

Dilakukan lebih kearah olahraga yang sifatnya menantang kekuatan fisik

dan mental para wisatawan. Termasuk dalam jenis wisata petualangan

adalah kegiatan pelatihan (kepemimpinan) di alam terbuka dengan

berbagai atraksi yang menantang dan kadang-kadang mengundang risiko,

sepertiarung jeram, panjat tebing, terjun gantung (buggy jump),

menyelam, susur gua (menyusuri lorong-lorong gua menikmati

pemandangan stalagtit-stalagmit) dan lain-lain.

12.Wisata Ziarah

Dalam kaitan dengan agama atau budaya. Mengunjungi tempat ibadah

atau tempat ziarah pada waktu tertentu, misalnya: Waisak di kompleks

(21)

Yogyakarta, mengunjungi tempat yang dianggap keramat, ziarah ke

makam tokoh-tokoh masyarakat atau pahlawan bangsa.

13.Darmawisata

Perjalanan beramai-ramai untuk bersenang-senang, atau berkaitan dengan

pelaksanaan darma di luar ruangan, atau melaksanakan pengabdian

kepada masyarakat di luar waktu kerja sehari-hari.

14.Widiawisata

Perjalanan ke luar daerah dalam rangka kunjungan studi, dilakukan untuk

mempelajari seni budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti cagar alam

dan atau budaya, atau untuk kepentingan menuntut ilmu selama waktu

tertentu, misalnya: tugas belajar.

Selain dari yang disebutkan Warpani diatas, ada pula jenis pariwisata yang

lain yang disebutkan oleh Petford (2009), yaitu jenis pariwisata yang disebut

dengan istilah “dark tourism” (pariwisata gelap). Kegiatan wisata ini dapat

mengacu pada produk dan tempat yang dapat menarik pengunjung yang berminat

pada bencana, tempat pembantaian, dan peristiwa mengerikan lainnya.12

Pariwisata gelap juga seringkali dilakukan di daerah pegunungan berapi.

Eefurt-Cooper mendifinisikan pariwisata gunung api sebagai suatu kegiatan yang

melibatkan eksplorasi dan pembelajaran mengenai gunung api aktif dan bentang

alam geothermal, di dalamnya terdapat pula kegiatan mengunjungi wilayah sekitar

gunung api yang masih aktif atau yang telah hancur di mana sisa-sisa aktivitas

12

(22)

menjadi daya tarik pengunjung yang datang dengan minat untuk mempelajari

warisan geologi.13

Cohen dalam Petford (2010) mengategorisasikan wisatawan dalam empat

tipe, yaitu wisatawan massal yang terorganisasi, wisatawan massal individual,

eksplorer, dan drifter. Orang-orang yang melakukan wisata gunung api

dikelompokkan ke dalam kelompok eksplorer. Eksplorer merupakan tipe

wisatawan yang menghindari untuk melakukan wisata pada rute yang umum atau

sering dilewati oleh sebagian besar wisatawan lain. Wisatawan jenis ini suka

untuk mengeksplor jalan baru untuk menuju ke tujuan dan tidak pernah

mengharapkan kemewahan dan kenyamanan. Tujuan mereka berwisata adalah

untuk melakukan aktualisasi diri dan belajar tentang kebudayaan lokal dengan ide

baru dan pikiran yang terbuka.14

Kemunculan kegiatan pariwisata di daerah bencana ini dapat diinisiasi

oleh masyarakat setempat, Masyarakat yang kehilangan mata pencaharian mereka Menurut Petford pada saat ini Volcano Tourism memiliki pasar yang baik,

berkelas tinggi, dan ekslusif. Hal ini karena poin yang dijual pada pariwisata

gunung api merupakan sesuatu yang unik, yakni campuran antara rasa ingin

menantang diri sendiri dengan sesuatu berbahaya yang dikombinasikan dengan

rasa penasaran terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan. Dengan demikian

kegiatan pariwisata gunung api merupakan kegiatan wisata yang sangat berpotensi

untuk memberikan keuntungan.

13 Cooper, P., & Cooper, M. (2010). Conclusions and Recommendations. Dalam P.

Erfurt-Cooper, & M. Erfurt-Cooper, Volcano and Geothermal Tourism: Sustainable Geo-resources for Leisure and Recreation (hal. 333-340).

14

Petford, N., & al, e. (2010). On the Economics and Social Typology of Volcano Tourism with

(23)

pasca bencana tersebut dapat mengalihkan pekerjaan mereka dengan menjadi

pekerja di kawasan volcano tour. Pembukaan kawasan wisata volcano tour dapat

membuka peluang kerja sehingga masyarakat yang pada mulanya kehilangan

pekerjaannya kini dapat memiliki aktivitas baru. Adapun jenis-jenis pekerjaan

yang dapat dilakukan masyarakat, seperti petugas lapangan, menjual souvenir,

membuka warung. Penyedia jasa angkutan motor, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat pula diketahui bahwa ada begitu

banyak jenis-jenis kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan. Dimana

setiap jenis kegiatan wisata memiliki daya tarik dan keunikannya masing-masing,

yang dapat memikat para wisatawan.

I.5.2.4 Wisatawan

I.5.2.4.1 Pengertian Wisatawan

Batasan mengenai pariwisata dapat juga diketahui dari sisi lainnya,

yakni dari sisi pelaku kegiatannya. Pariwisata merupakan sebuah kegiatan

rekreatif yang dilakukan secara khusus oleh wisatawan. Tujuan utama dari

kegiatan pariwisata yang dilakukannya adalah untuk memperoleh kesenangan atau

menghilangkan perasaan tertekan karena rutinitas kerja. Jadi dalam hal ini

perolehan kepuasan dari kegiatan yang dilakukan wisatawan menjadi sangat

penting. Selama ini banyak ditemukan definisi mengenai wisatawan yang

masing-masing digunakan oleh negara pengembangnya, sehingga untuk menganalisisnya

tidak begitu mudah.

Konsep “wisatawan” berasal dari bahasa Sansekerta ‘wisata’ yang

(24)

bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka

wisatawan sama artinya dengan kata “traveler” karena dal;am bahasa Indonesia

sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang

dengan profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya dan kedudukan

seseorang. Jadi kata “wisatawan” dalam beberapa hal berbeda dengan “tourist”

dalam bahasa Inggris.15

Pandangan lain menunjukkan bahwa wisatawan adalah orang-orang

yang melakukan kegiatan wisata atau melakukan perjalanan rekreatif. Dengan

batasan demikian itu maka wisatawan tidak termasuk pelaku perjalanan dengan

ciri sebagai berikut:16

1) Orang-orang yang datang baik dengan dasar kontrak maupun tidak, untuk

mencari kerja atau yang bekerja di suatu negara.

2) Orang-orang yang datang menetap untuk menjadi penduduk di suatu

negara.

3) Pelajar dan orang-orang muda yang mondok di rumah pemondokan atau

asrama untuk suatu kepentingan.

Berdasarkan rekomendasi PATA (Pacific Area Travel Association)

yang didasarkan atas batasan League of Nation tahun 1936 dan yang telah diberi

amandemen oleh Komisi Teknik IUOTO (International Union of Official Travel

Organizations) adalah berbunyi sebagai berikut: “istilah wisatawan pada

prinsipnya haruslah diartikan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan

perjalanan dalam jangka waktu minimal 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam

15

Wardiyanto, ibid.

16

(25)

suatu negeri yang bukan merupakan negeri di mana biasanya ia tinggal”. Mereka

yang dimaksud disini meliputi:

1) Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk

bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan dan

sebagainya;

2) Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk maksud

menghadiri pertemuan, konferensi, musyawarah, atau didalam hubungan

sebagai utusan berbagai badan/organisasi (ilmu pengetahuan, administrasi,

diplomatic, olahraga, keagamaan, dan sebagainya);

3) Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis;

4) Pejabat pemerintah dan orang-orang militer beserta keluarganya yang

diposkan di suatu negara lain hendaknya jangan dimasukkan dalam

kategori ini, tetapi apabila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain,

maka hal ini dapat digolongkan sebagai wisatawan.

Dalam dunia kepariwisataan dirasakan perlu adanya suatu definisi

bersama (common definition) untuk dapat membandingkan tingkat pengembangan

pariwisata. Untuk mendapatkan definisi bersama itu diselenggarakan konferensi

Roma 1963 oleh United Nation Conference an International Travel and Tourism

di rekomendasikan definisi: “Setiap orang yang mengunjungi suatu negara bukan

dimana ia bermukim, bagi setiap keperluan yang bukan untuk mendapatkan

panghasilan disebut visitor (pengunjung). Visitor terdiri dari 2 kelompok traveler

(26)

1. Tourist (wisatawan), pengunjung sementara yang tinngal di suatu negara

lebih dari 24 jam. Motivasi kunjungannya dapat digolongkan untuk:

1. Liburan (rekreasi, kesehatan, studi, agama atau olahraga)

2. Bisnis

3. Keluarga

4. Seminar atau konferensi

5. Dan lain-lain

2. Excursionist (pelancong), yaitu pengunjung sementara yang melawat

kurang dari 24 jam di daerah tujuan kunjungannya dan tidak menginap,

termasuk penumpang kapal pesiar.

Dari berbagai pengertian tentang wisatawan, dapat disimpulkan bahwa

makna inti dari wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang

melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain untuk sementara waktu

untuk tujuan wisata, seperti untuk berekreasi, berbisnis, maupun untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan yang lainnya.

I.6.2.4.2 Motivasi Wisatawan

Pariwisata akan dapat berkembang dengan baik manakala di daerah

tersebut terdapat sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan yang

beragam terkait dengan motivasi yang mendasarinya untuk melakukan perjalanan

(27)

motivasi seseorang mengadakan perjalanan wisata dapat dikelompokkan sebagai

berikut:17

1) Motivasi Fisik

Tujuan wisatawan melakukan aktivitas pariwisata adalah untuk

memperoleh sesuatu yang berhubungan dengan hasrat untuk:

mengembalikan kondisi fisik, istirahat, santai, berolah raga atau

pemeliharaan kesehatan. Dengan berwisata, wisatawan berharap agar

kegairahan bekerja timbul kembali setelah disibukkan dengan rutinitas

kerja yang dijalaninya. Pada umumnya, orang yang waktu kerjanya sangat

ketat, mereka akan mengalami situasi yang sangat menekannya, sehingga

mereka perlu untuk istirahat.

2) Motivasi Kultural

Dalam hal ini tujuan wisatawanmelakukan aktivitas pariwisata adalah ada

kaitannya dengan keinginan pribadi seseorang yakni supaya dapat melihat

dan mengetahui negara/daerah lain,terutama mengenai penduduk dan

kebudayaannya, yakni mengenai tata cara hidup serta adat istiadatnya yang

berbeda dengan budayanya.

3) Motivasi Interpersonal

Dalam hal ini motivasi yang mendorong wisatawan melakukan kegiatan

pariwisata adalah keinginan untuk mengunjungi sanak keluarga,

kawan-kawan atau ingin mencari teman baru dan lain-lain.

4) Motivasi Status dan Harga Diri

17

(28)

Dalam hal ini motif yang mendorong wisatawan adalah untuk pamer,

maksud dari perjalanannya adalah untuk memperlihatkan “siapa dia”,

yakni untuk menunjukkan kedudukannya, statusnya dalam masyarakat

tertentu demi prestige pribadinya. Sifat dari perjalanan yang dilakukan

wisatawan adalah emosional namun ada kalanya dihubungkan dengan

perjalanan bisnis, dinas, pendidikan, profesi, hobi dan lain-lain.

I.5.2.5 Pembangunan Pariwisata

Pembangunan destinasi pariwisata merupakan upaya terpadu dan

sistematik dari seluruh komponen pariwisata dalam rangka menciptakan,

meningkatkan kualitas produk dan pelayanan pariwisata serta kemudahan

pergerakan wisatawan di destinasi pariwisata. Maksud dengan pembangunan

pariwisata , antara lain pemberdayaan masyarakat, pembangunan daya tarik

wisata, pembangunan prasarana, penyediaan fasilitas umum, serta pembangunan

fasilitas pariwisata secara terpadu dan berkesinambungan. Pembangunan destinasi

pariwisata meliputi :

1. Perwilayahan pembangunan destinasi pariwisata;

2. Pembangunan daya tarik wisata;

3. Pembangunan aksesibilitas pariwisata;

4. Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata;

5. Pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata; serta

6. Pengembangan investasi di bidang pariwisata.

Menurut Kusudianto, pengembangan suatu destinasi wisata meliputi

(29)

kalah penting adalah analisis para pengunjung, kebijaksanaan harga, destinasi

saingan dan aspek finansial yang menentukan kelayakan ekonomi dan

pengembangan. Aspek lingkungan, budaya dan sosial memiliki dimensi penting

dalam pengembangan suatu destinasi. Suatu rencana fisik kepariwisataan harus

terintegrasi dalam Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dari suatu daerah.18

Tujuan dari pembangunan pariwisata berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 5 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 adalah mewujudkan industri

pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional, meningkatkan

kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata, mengkomunikasikan destinasi

pariwisata Indonesia dengan menggunakan media pemasaran secara efektif,

efisien dan bertanggungjawab, serta mengembangkan kelembagaan

kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan

pembangunan destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, dan industri pariwisata

secara profesional, efektif dan efisien.19

1. Penguatan struktur (fungsi, hierarki dan hubungan ) industri pariwiata; Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2011 dijelaskan

bahwa pembangunan industri pariwisata meliputi :

2. Peningkatan daya saing produk pariwisata yang meliputi daya tarik wisata,

daya saing fasilitas pariwisata, dan daya saing aksesibilitas;

18

Prof. Ir. Kusudianto Hadinoto. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. (Jakarta: UI Press, 1996), hal. 21

19

(30)

3. Pengembangan kemitraan usaha pariwisata yang diwujudkan dalam bentuk

skema kerja sama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dunia

usaha dan masyarakat;

4. Penciptaan kredibilitas bisnis dengan menerapkan standarisasi dan

sertifikasi usaha pariwisata; serta

5. Pengembangan tanggungjawab terhadap lingkungan alam dan sosial

budaya dengan mendorong tumbuhnya ekonomi hijau.

Arah kebijakan pengembangan pasar wisatawan diwujudkan melalui

pemantapan segmen pasar wisatawan massal dan pengembangan segmen ceruk

pasar untuk mengoptimalkan pengembangan destinasi pariwisata dan dinamika

pasar global. Arah kebijakan pengembangan citra pariwisata meliputi :

peningkatan dan pemantapan citra pariwisata secara berkelanjutan, serta

peningkatan citra pariwisata sebagai destinasi pariwisata yang aman, nyaman dan

berdaya saing.

Pembangunan pariwisata juga termasuk dalam hal pembangunan

kelembagaan kepariwisataan, yaitu upaya terpadu dan sistematik dalam rangka

pengembangan organisasi kepariwisataan, pengembangan sumber daya manusia

pariwisata untuk mendukung dan meningkatkan kualitas pengembangan sumber

daya manusia pariwisata untuk mendukung dan meningkatkan kualitas

pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata di destinasi pariwisata.

Upaya pembangunan kelembagaan kepariwisataan meliputi : penguatan organisasi

kepariwisataan, pembangunan sumber daya manusia pariwisata, dan

(31)

Pembangunan pariwisata dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor

pendukung maupun faktor penghambat, antara lain :

1. Pertumbuhan ekonomi global;

2. Kemudahan akomodasi;

3. Transportasi dan informasi; serta

4. Keamanan dan kenyamanan

Pertumbuhan ekonomi membawa dampak bagi tingkat kunjungan

turis ke suatu negara. Akan tetapi resesi ekonomi sebenarnya hanya berpengaruh

kecil karena pariwisata global tetap mengalami pertumbuhan meskipun ada

pelambanan. Faktor yang lebih mempengaruhi pertumbuhan pariwisata adalah

faktor keamanan. Adanya isu terorisme, ketidakstabilan kondisi politik, konflik di

suatu daerah, serta terjadinya bencana alam lebih memberikan pengaruh

penurunan signifikan angka kunjungan wisatawan baik domestik maupun

mancanegara.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

pembangunan pariwisata merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan terus

menerus untuk menciptakan pariwisata kearah yang lebih baik yang dilakukan

secara terpadu yang menyangkut seluruh komponen pariwisata, yaitu hal-hal yang

menyangkut pemberdayaan masyarakat, pembangunan daya tarik wisata,

pembangunan prasarana, penyediaan fasilitas umum serta pembangunan fasilitas

(32)

I.5.3 Manajemen Strategis

I.5.3.1 Definisi Manajemen Strategi

Manajemen strategi merupakan sebuah ilmu yang telah berkembang sejak

akhir abad ke-20. Kesuksesan organisasi tidak terlepas dari kemampuan untuk

menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan. Perubahan yang terjadi

akibat perkembangan zaman berimplikasi kepada munculnya kebutuhan untuk

menyusun strategi. Menurut Jatmiko setiap organisasi baik organisasi besar

maupun kecil, mengadopsi proses manajemen strategi, sehingga penting bagi

sertiap manajer organisasi untuk memahami baik konsep dan proses manajemen

strategi.20

Jauch dan Glueck dalam Jatmiko mendefinisikan manajemen strategi

sebagai sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu

strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran

perusahaan. 21

Saat memulai usaha baru penentuan strategi tak pelak lagi menjadi sangat

penting. Keputusan-keputusan harus dibuat berkenaan dengan produk/ jasa apa

yang akan ditawarkan, pasar apa yang akan dituju, dan bagaimana produk/ jasa

tersebut akan bersaing dalam industri atau pasar. Bagi organisasi yang sudah

beberapa periode pun, keputusan- keputusan tersebut juga tidak kalah pentingnya.

Apabila terjadi perubahan-perubahan fundamental pada lingkungan eksternal,

kondisi internal, atau tujuan-tujuan organisasi, maka organisasi tersebut perlu

(33)

merubah strateginya. Proses manajemen stratejik harus dipraktekkan untuk

memastikan re-evaluasi secara terus-menerus dan untuk menentukan apakah

diperlukan perubahan strategi.

Menurut Karhi Nisjar, manajemen Strategi merupakan ilmu yang

menggabungkan fungsi-fungsi manajemen dalam rangka pembuatan

keputusan-keputusan organisasi secara strategis, guna mencapai tujuan organisasi secara

efektif dan efisien.22

Menurut Setiawan, manfaat dari manajemen strategi yaitu meliputi:

Menurut Wahyudi dalam Karhi Nisjar, manajemen strategik

adalah suatu seni dan ilmu dari pembuatan (formulating), penerapan

(implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan strategis antar

fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan

masa datang.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa manajemen

strategis merupakan suatu ilmu yang menggabungkan fungsi-fungsi manajeman

dalam rangka membuat keputusan-keputusan organisasi secara strategis mulai dari

perumusan strategi hingga ke evaluasi strategi yang akan dilakukan oleh sebuah

organisasi untuk mencapai tujuan organsasi secara efektif dan efisien.

I.5.3.2 Manfaat Manajemen Strategi

23

1. Menetukan batasan usaha /bisnis yang akan dilakukan

(34)

2. Membantu proses identifikasi, pemilihan prioritas dan eksploitasi

kesempatan

3. Memberikan kerangka kerja untuk meningkatkan koordinasi dan

pengendalian

4. Mengarahkan dan membentuk kultur perusahaan

5. Menjaga kebijakan yang taat asas dan sesuai

6. Mengintegrasikan perilaku individu ke dalam perilaku kolektif

7. Meminimalkan implikasi akibat adanya perubahan kondisi

8. Menciptakan kerangka kerja dalam komunikasi internal

9. Memberikan kedisiplinan dan formalitas manajemen.

Dari uraian di atas jelas sekali terlihat bahwa manfaat ataupun peranan

manajemen strategi sudah dimulai dan dirasakan sejak proses penyusunannya.

I.5.3.3 Proses Manajemen Strategi

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa manajemen strategi merupakan

suatu proses, maka tentu saja ia terikat atau terdiri dari rangkaian tahap-tahap.

Adapun tahapan-tahapan strategi menurut Setiawan yaitu:24

1. Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan adalah proses awal dalam manajemen strategi yang

bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Secara garis besar

analisis lingkungan disini akan mencakup analisis mengenai lingkungan

eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal terdiri dari

variabel-variabel (peluang dan ancaman) yang berada diluar organisasi,

(35)

sedangkan Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan

kelemahan). Analisis internal akan mencakup analisis mengenai aktivitas

perusahaan atau bisa juga analisis mengenai sumberdaya, kapabilitas serta

kompetensi inti yang dimilikinya. Hasil dari analisis lingkungan ini

setidaknya akan memberian gambaran tentang keadaan perusahaan yang

biasanya disederhanakan dengan memotret SWOT (Strengths,

Weaknesses, Opportunities, Threats) yang dimilikinya. Analisis eksternal

akan memberikan gambaran tentang peluang dan ancaman (OT)

sedangkan analisis internal akan memberikan gambaran tentang kekuatan

dan kelemahan (SW) dari perusahaan.

2. Menentukan dan Menetapkan Arah Organisasi

Biasanya ada dua indikator utama yang digunakan untuk menentukan arah

organisasi. Pertama adalah misinya. Misi ini berfungsi untuk menjelaskan

mengapa organisasi tersebut ada. Hal lain yang tak kalah pentingnya

dalam menentukan arah perusahaan ini adalah menetapkan tujuan yang

diinginkan perusahaan, dimana tujuan ini biasanya merefleksikan target

yang akan dicapai oleh organisasi.

3. Formulasi Strategi

Setelah melakukan analisis lingkungan dan menetukan kemana organisasi

akan diarahkan berdasarkan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan,

langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa organisasi akan mencapai

misi dan tujuan yang telah ditetapkan tadi. Untuk itulah maka perlu

diformulasikan berbagai strategi atau cara untuk mencapai arah yang

(36)

merancang dan menyelesaikan berbagai strategi yang pada akhirnya

menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. Fokus utama dari

strategi organisasi adalah bagaimana menyesuaikan diri agar dapat lebih

baik dan lebih cepat bereaksi dibanding pesaing dalam persaingan yang

ada.

4. Implementasi Strategi

Setelah sebuah strategi diformulasikan, strategi tersebut dikembangkan

secara logis dalam betuk tindakan. Tahap inilah yang disebut dengan

implemetasi strategi. Implementasi strategi merupakan hal yang sangat

penting dari sebuah strategi karena sebaik apapun organisasi merumuskan

sebuah strategi yang akan dilaksanakan tetapi saat pelaksanaannya tidak

dilakukan dengan baik pula maka perumusan strategi hanya sebuah

rumusan strategi semata.

5. Pengendalian Strategi

Pengendalian strategi adalah tahap akhir dari proses manajemen strategi.

Tahap pengendalian strategi ini merupakan suatu jenis khusus dari

pengendalian organisasi yang berfokus pada pemantauan dan

pengevaluasian proses manajemen strategi, dengan maksud untuk

memperbaiki dan memastikan bahwa sistem tersebut berfungsi

sebagaimana mestinya. Dalam tahap ini akan coba dievaluasi apakah

implementasi strategi benar-benar sesuai dengan formulasi strategi atau

tidak. Atau apakah asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis

lingkungan masih valid atau tidak dan sebagainya. Hasil dari tahap

(37)

proses manajemen strategi selanjutnya. Dengan demikian perusahaan

diharapkan akan tetap memiliki daya saing yang berkelanjutan dalam

persaingan.

Melalui hal tersebut dapat diketahui tahapan proses manajemen strategis

mulai dari tahap analisis lingkungan hingga pada tahap pengendalian. Dari

tahapan diatas dapat diketahui bahwa proses penyusunan strategi itu dilakukan

sedemikian rupa supaya dapat menciptakan suatu strategi yang dapat mencapai

tujuan secara efektif dan efisien.

I.5.4 Strategi

Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani “Strategos”, yang berasal dari

kata Stratos yang berarti militer dan Ag yang artinya memimpin. Berdasarkan

pemaknaan ini, maka kata strategi pada awalnya bukan kosa kata disiplin ilmu

manajemen, namun lebih dekat dengan bidang kemiliteran. Menurut Hunger,

strategi merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana

perusahaan/ organisasi akan mencapai misi dan tujuannya. 25

Jatmiko mendeskripsikan strategi sebagai suatu cara dimana organisasi

akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan

ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumberdaya dan kemampuan

internal organisasi. Berdasarkan pada definisi tersebut, terdapat tiga faktor yang

mempunyai pengaruh penting pada strategi, yaitu lingkungan eksternal,

sumberdaya dan kemampuan internal, serta tujuan yang akan dicapai. Intinya,

25

(38)

suatu strategi organisasi memberikan dasar-dasar pemahaman tentang bagaimana

organisasi itu akan bersaing dan survive.26

Secara khusus, strategi adalah penempaan misi organisasi, penetapan

sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan

kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan

implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan

tercapai. Berdasarkan defenisi di atas maka strategi organisasi adalah suatu

kebijakan dasar organisasi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Peranan

yang dimainkan oleh strategi tersebut adalah sebagai penentu arah yang harus

ditempuh oleh organisasi yang bersangkutan.

Berdasarkan pengertian ahli diatas dapat diartikan bahwa strategi

merupakan suatu rencana yang disusun secara matang dan memiliki keunggulan

serta mengalami inovasi guna mencapai tujuan organisasi dengan memperhatikan

lingkungan internal dan eksternal organisasi.

27

1. Mengenai apa yang hendak dilakukan organisasi, disini strategi

didefenisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan mencapai

tujuan organisasi dan melaksanakan misi organisasi. Karena program

mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh

manajer dalam merumuskan strategi organisasi.

Selain itu strategi juga dapat

disoroti sekurang-kurangnya dari dua perspektif yang berbeda yaitu :

26

Jatmiko. Manajemen Stratejik. (Malang: UMM Press, 2003), hal. 4

(39)

2. Mengenai masalah apa sesungguhnya yang dilakukan oleh sebuah

organisasi, maksudnya bahwa strategi merupakan tanggapan organisasi

yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diketahui bahwa, secara sederhana

strategi merupakan cara yang digunakan oleh suatu organisasi untuk mencapai

tujuannya.

I.5.4.1 Kriteria Analisis Strategi

Jatmiko menggunakan kriteria analisis strategi sebagai berikut:28

1. Kesesuaian dengan lingkungan eksternal

Strategi harus konsisten dengan semua unsur-unsur penting lingkungan

eksternal.

2. Kesesuaian dengan lingkungan internal

Satu hal yang penting untuk diketahui adalah apakah strategi konsisten

dengan budaya organisasi, kapabilitas, dan sumberdaya organisasi.

3. Dapat diukur

Sedapat mungkin, hasil dari suatu strategi harus dapat diukur keberhasilan

atau kegagalannya.

4. Konsisten dengan misi organisasi

Salah satu analisis fundamental setiap strategi adalah konsistensinya

dengan nilai-nilai, keyakinan dasar, serta tujuan-tujuan utama organisasi.

5. Cukup tersedia sumber daya

(40)

Sumberdaya sebaiknya dipertimbangkan baik sumber daya uang,

sumberdaya fisik, serta sumberdaya manusia yang terampil.

6. Keunggulan bersaing

Strategi organisasi harus memiliki keunggulan kompetitif yang tidak

dimiliki oleh para pesaingnya.

7. Dukungan dari para manajer kunci

Jika strategi baru tidak didukung oleh para manajer di dalam perusahaan

maka strategi itu akan gagal. Dalam banyak kasus dukungan ini dapat

diperoleh secara sederhana dengan melakukan konsultasi kepada para staf

yang berpengaruh dalam proses formulasi dan analisis strategi.

8. Fleksibilitas

Strategi harus dapat dimodifikasi sesuai dengan perubahan lingkungan.

9. Motivasi

Karyawan perlu dirangsang oleh strategi-strategi yang konsevatif, dan

dipersiapkan untuk mendorong dirinya sendiri untuk strategi-strategi yang

mereka yakini.

10. Kejelasan

Semua strategi harus tertulis secara eksplisit dan dikomunikasikan ke

seluruh bagian dan tingkatan di dalam organisasi.

11. Resiko

Organisasi mempunyai cukup alasan untuk mengetahui profil resiko dalam

struktur manajemennya. Bagaimanapun merupakan hal yang sangat

(41)

ambang batas atas dan bawah suatu resiko yang dapat diterima oleh

manajer.

I.5.4.2 Ciri dan Manfaat Strategi

Hasil akhir dari strategi adalah sebuah rencana yang diberlakukan oleh

pimpinan sebuah organisasi yang mengacu kepada arah perjalanan sebuah

organisasi dimasa yang akan datang. Sebuah strategi yang telah dirumuskan akan

mengalami perubahan ketika sebuah organisasi akan mengalami perubahan

lingkungan yang ada. Ciri-ciri strategi menurut Pardede adalah sebagai berikut:29

1. Mempengaruhi setiap tingkat manajemen

Keputusan dari rangkaian kegiatan strategi akan mempengaruhi setiap

tingkat manajemen strategi mulai dari manajemen tertinggi hingga

manajemen terendah dari organisasi.

2. Menimbulkan pengaruh dalam jangka panjang

Pembuatan putusan-putusan strategi dapat dibuat dalam waktu yang lebih

singkat, namun keputusan yang dibuat dalam waktu singkat tersebut akan

berpengaruh terhadap jangka panjang dari aktivitas sebuah orgnanisasi.

3. Berwawasan masa depan

Putusan strategi didasari oleh sebuah analisis yang menyangkut masa yang

akan datang seperti peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dari

organisasi.

4. Mempengaruhi seluruh bagian dari organisasi

(42)

Bagian dari organisasi merupakan sebuah sistem yang saling berhubungan

antara satu dengan yang lain, maka ketika putusan-putusan strategi

mempengaruhi satu bidang maka secara otomatis akan mempengaruhi

bidang lainnya.

5. Berwawasan terbuka

Setiap kegiatan yang terjadi dalam sebuah organisasi tentu saja selalu

dipengaruhi oleh berbagai hal yang terdapat diluar organisasi. Oleh

karenanya keputusan strategi itu harus berwawasan terbuka karena dapat

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan luar organisasi.

6. Memberikan kerangka pengambilan keputusan pada manajemen tingkat

yang lebih rendah. Manajer tertinggi merupakan orang yang paling

bertanggungjawab dalam berjalannya sebuah organisasi. Oleh sebab itu,

putusan strategi menjadi sebuah landasan kerangka berpikir dari manajer

tingkat yang lebih rendah untuk mengambil sebuah keputusan sehingga

tidak bertentangan dengan manajer tertinggi dan arah tujuan organisasi.

7. Membutuhkan sumber daya

Sebuah keputusan strategi akan memerlukan penambahan sumber daya

yang relevan untuk mendukung dan menjalankan strategi tersebut.

Manfaat strategi dalam organisasi menyangkut tentang perkembangan

organisasi. Diharapkan dapat menunjukkan pertumbuhan kearah yang positif,

sehingga mampu bertahan dan menjadi organisasi yang unggul. Dirgantoro

menyatakan beberapa manfaat dari strategi, yakni:30

30

(43)

1. Sebagai sarana untuk mengkomunikasikan tujuan organisasi dan

menentukan jalan yang mana yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.

2. Untuk meningkatkan keuntungan organisasi organisasi walaupun kenaikan

keuntungan organisasi bukan secara otomatis dengan menerapkan strategi.

3. Membantu mengidentifikasi, memprioritaskan dan mengeksploitasi

peluang.

4. Menyiapkan pandangan terhadap manajemen masalah.

5. Menggambarkan kerangka kerja untuk meningkatkan koordinasi dan

control terhadap aktivitas.

6. Meminimumkan pengaruh dan perubahan.

7. Memungkinkan keputusan utama untuk mendukung tujuan yang

ditetapkan.

8. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang efektif.

9. Membantu perilaku yang lebih terintegrasi.

Melalui ciri dan manfaat strategi diatas, semakin dipahami bahwa strategi

memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah organisasi, karena begitu

banyak manfaat dari strategi yang memiliki pengaruh yang positif bagi organisasi

tersebut dalam rangka mencapai tujuannya.

I.5.4.3 Strategi Pengembangan Pariwisata

Strategi pengembangan kepariwisataan bertujuan untuk mengembangkan

produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang, dan bertahap. Langkah pokok

dalam strategi pengembangan kepariwisataan menurut Suwantoro, dalam jangka

pendek dititikberatkan pada optimasi, terutama untuk:31

31 Gamal Suwantoro. Dasar-Dasar Pariwisata. (Yogyakarta : Andi Ofset, 2005), hal. 55

(44)

1. Memertajam dan memantapkan citra kepariwisataan;

2. Meningkatkan mutu tenaga kerja;

3. Meningkatkan mutu pengelolaan;

4. Memanfaatkan produk yang ada;

5. Memperbesar saham dari pasar pariwisata yang telah ada.

Dalam jangka menengah dititik-beratkan pada konsolidasi, terutama

dalam:

1. Memantapkan ciri kepariwisataan Indonesia;

2. Mengkonsolidasikan kemampuan pengelolaan;

3. Mengembangkan dan diversifikasi produk;

4. Mengembangkan jumlah dan mutu tenaga kerja .

Dalam jangka panjang dititik-beratkan pada pengembangan dan

penyebaran dalam:

1. Pengembangan kemampuan pengelolaan;

2. Pengembangan dan penyebaran produk dan pelayanan;

3. Pengembangan pasar pariwisata baru;

4. Pengembangan mutu dan jumlah tenaga kerja.

Menurut James J. Spillane suatu obyek wisata harus meliputi lima unsur

yang penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam menikmati perjalanannya,

maka obyek wisata harus meliputi :32

32 James.J.Spillane .Pariwisata Indonesia : Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hal. 63-72

(45)

Atraksi merupakan pusat dari industri pariwisata. Menurut pengertiannya

atraksi mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Motivasi

wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat tujuan wisata adalah untuk

memenuhi atau memuaskan kebutuhannya. Biasanya mereka tertarik pada suatu

lokasi karena ciri- ciri khas tertentu. Ciri-ciri khas yang menarik wisatawan

adalah:

a) Keindahan alam

b) Iklim dan cuaca

c) Kebudayaan

d) Sejarah

e) Etnik

f) Aksesibilitas

2. Fasilitas

Fasilitas cenderung berorientasi pada atraksi disuatu lokasi karena fasilitas

harus dekat dengan pasarnya. Fasilitas cenderung mendukung pertumbuhan dan

cenderung berkembang pada saat yang sama atau sesudah atraksi berkembang.

Jumlah dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan wisatawan. Fasilitas juga harus

sesuai dengan kualitas dan harga yang ditawarkan serta sesuai dengan

kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut.

3. Infrastruktur

Atraksi dan fasilitas tidak dapat tercapai dengan mudah kalau belum ada

(46)

tanah dan suatu wilayah atau daerah. Yang termasuk infrastruktur penting dalam

pariwisata adalah :

1.Ketersediaan air

Kualitas air yang cukup sangat esensial atau sangat diperlukan. Seperti

penginapan membutuhkan 350 sampai 400 galon air per kamar per hari.

2.Sumber listrik dan energi

Suatu pertimbangan yang penting adalah penawar tenaga energy yang

tersedia pada jam pemakaian yang paling tinggi atau jam puncak (peak hours). Ini

diperlukan supaya pelayanan yang ditawarkan terus menerus.

3.Jaringan komunikasi

Walaupun banyak wisatawan ingin melarikan diri dari situasi biasa yang

penuh dengan ketegangan, sebagian masih membutuhkan jasa-jasa telepon

dan/atau telgram yang tersedia.

4.Sistem pembuangan kotoran/pembuangan air

Kebutuhan air untuk pembuangan kotoran memerlukan kira-kira 90 % dari

permintaan akan air. Jaringan saluran harus didesain berdasarkan permintaan

puncak atau permintaan maksimal.

5.Jasa-jasa kesehatan

Jasa kesehatan yang tersedia akan tergantung pada jumlah tamu yang

diharapkan, umumnya, jenis kegiatan yang dilakukan atau faktor-faktor geografis

lokal.

6.Jalan-jalan/jalan raya

Ada beberapa cara membuat jalan raya lebih menarik bagi wisatawan :

(47)

2. Membuat jalan yang naik turun untuk variasi pemandangan

3. Mengembangkan tempat dengan pemandangan yang indah

4. Membuat jalan raya dengan dua arah yang terpisah tetapi sesuai dengan

keadaan tanah

5. Memilih pohon yang tidak terlalu lebat supaya masih ada pemandangan

yang indah.

7.Transportasi

Ada beberapa usul mengenai pengangkutan dan fasilitas yang dapat

menjadi semacam pedoman termasuk :

a. Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan

pengangkutan lokal ditempat tujuan harus tersedia untuk semua

penumpang sebelum berangkat dari daerah asal.

b. Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk mencegah

kriminalitas.

c. Suatu sistem standar atau seragam untuk tanda-tanda lalu lintas dan

simbol-simbol harus dikembangkan dan dipasang di semua bandara udara.

d. Sistem informasi harus menyediakan data tentang informasi pelayanan

pengangkutan lain yang dapat dihubungi diterminal termasuk jadwal dan

tarif.

e. Informasi terbaru dan sedang berlaku, baik jadwal keberangkatan atau

kedatangan harus tersedia di papan pengumuman, lisan atau telepon.

f. Tenaga kerja untuk membantu para penumpang.

g. Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute dan pelayanan

(48)

h. Peta kota harus tersedia bagi penumpang.

8. Hospitality (keramahtamahan)

Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum mereka

kenal, maka kepastian akan jaminan keamanan dan kenyamanan sangatlah penting

khususnya bagi wisatawan asing.

Salah satu model pengembangan pariwisata adalah pariwisata berbasis

masyarakat. Pola pariwisata seperti ini bisa memberi berbagai keuntungan selain

peningkatan pendapatan, dapat pula mendukung pembangunan berwawasan

lingkungan hidup, pelestarian budaya lokal, pemberdayaan masyarakat,

menambah sumber pendapatan masyarakat tanpa menciptakan ketergantungan

pada satu usaha saja, dan pemerataan pendapatan di antara masyarakat. Pariwisata

berbasis masyarakat adalah pengembangan pariwisata dengan tingkat keterlibatan

masyarakat setempat yang tinggi dan dapat dipertanggung-jawabkan dari aspek

sosial dan lingkungan hidup.

Salah satu harapan pariwisata berbasis masyarakat adalah agar pembagian

keuntungan dari usaha pariwisata lebih banyak diterima langsung oleh

masyarakat. Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menggunakan

pendekatan kerjasama antar para pihak termasuk pemerintah, masyarakat, usaha

pariwisata, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta perguruan tinggi dan

lembaga penelitian pada semua tahap. Untuk mengembangkan pariwisata berbasis

masyarakat, terutama pada tahap awal, pendampingan masyarakat dibutuhkan

Gambar

Tabel 1.1 Obyek Wisata di Kabupaten Karo
Tabel 1.1 Obyek Wisata di Kabupaten Karo
tabel 1.1 berikut :36

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan Total Physical Response Method mampu meningkatkan penguasaan kosa kata

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, tingkat kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran bernyanyi di SD Negeri Dabin IV Kecamatan Tegal Barat

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar yang dimiliki siswa yaitu materi gaya menyamping dalam pembelajaran tolak peluru dengan

Karangan deskripsi merupakan karangan yang kita susun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk menghidupkan kesan dan daya khayal mendalam pada si pembaca (Suparno dan Yunus

Penulis bertujuan untuk mencoba menjawab masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, yaitu tentang pemilihan jalur terpendek yang akan ditempuh dalam proses pengiriman suatu

Berdasarkan hasil evaluasi Administrasi, Teknis dan Biaya dengan ini Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Biro-Biro

 Guru sekali lagi menegaskan agar para siswa tetap bersyukur kepada Tuhan Yang Esa yang telah memberikan kemerdekaan berkat perjuangan pahlawan,dan meneladani sikap Cinta tanah air

Situs ini memberikan informasi tentang perkembangan sepeda motor yang terbaru maupun yang telah beredar saat ini serta pengkreditan kendaraaan bermotor khususnya pada sepeda motor