• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Perspe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Perspe"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM

PERSPEKTIF HADITS

I. PENDAHULUAN

Lingkungan hidup, sebagai karunia Allah SWT, berupa sistem dari ruang, waktu, materi, keanekaragaman, dan alam pikiran serta prilaku manusia, merupakan daya dukung bagi kehidupan dan kesejahteraan bagi manusia dan seluruh makhluk lainnya.

Islam merupakan agama yang berisi ajaran dan petunjuk serta pedoman bagi para pemeluknya tentang bagaimana manusia harus bersikap dan berprilaku dalam kehidupan. Petunjuk dan pedoman ini secara sempurna telah digariskan oleh ajaran Islam dalam kitab suci Nya, Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAW. Petunjuk ini mengatur manusia

bagaimana harus hidup bahagia dan sejahtera, didunia dan di akhirat. Di samping itu petunjuk ini juga mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, sang penciptanya, hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan manusia dengan alam semesta termasuk bumi yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah dan Pengasih bagi

kesejahteraan hidupnya. Karenanya, Islam secara jelas mengajarkan tanggung jawab manusia bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan makhluk hidup lainnya.

Pendidikan lingkungan hidup, yakni pendidikan yang berhubungan dengan pengetahuan lingkungan di sekitar manusia dengan berbagai unsurnya, memiliki posisi penting dalam rangka menjaga keserasian dan kelangsungan lingkungan hidup itu sendiri.

Makalah singkat ini merupakan upaya penulis untuk memperkaya wacana konsepsi pendidikan lingkungan hidup dalam perspektif hadits Nabi SAW.

Rumusan Masalah

Berdasarkan kebutuhan akan konsepsi tentang pendidikan lingkungan dapat dirumuskan beberapa permasalahan mendasar sebagai berikut :

1. Adakah hadits-hadits yang memiliki muatan-konsepsi lingkungan hidup ? 2. Bagaimanakah konsepsi pendidikan lingkungan hidup dalam perspektif hadits ?

(2)

keterbatasan rujukan dan kemampuan penulis, sumbang saran para pembaca tentunya akan sangat berharga bagi upaya memahami topik yang penting ini.

II.

PEMBAHASAN

LINGKUNGAN HIDUP

Istilah lingkungan, sebagai ungkapan singkat dari lingkungan hidup merupakan alih bahasa dari istilah asing environment (Inggeris) dan al-bi`ah (Arab). Ilmu yang mengkaji tentang lingkungan hidup ini disebut ekologi.1 Jadi ilmu lingkungan hidup adalah ilmu yang mempelajari tentang kenyataan lingkungan hidup, dan bagaimana mengelolanya untuk menjaga kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. (Soerjani, 1984)

Al-Qur’an dan hadits secara bersama-sama telah memberikan perhatian yang cukup memadai bagi permasalahan lingkungan. Perhatian hadits terhadap lingkungan akan dapat diperoleh, diantaranya, dalam hadits-hadits yang berkaitan dengan aspek kesehatan.

Secara formal, lingkungan hidup dapat dipandang sebagai suatu sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk, termasuk di dalamnya manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. (UU No. 4 tahun 1984, Bab I Pasal 1 ayat 1). Atau dengan kata lain, lingkungan hidup merupakan sistem dari ruang, materi, waktu, keanekaragaman, dan alam pikiran serta prilaku manusia.

Ruang merupakan konsep lingkungan hidup yang utama. Dalam Al-Qur’an, berbagai ayat memberikan paparan bahwa penciptaan ruang antara bumi dan langit merupakan ungkapan kebesaran Allah Al-Khaliq.

(3)

Sementara itu, materi, merupakan bagian pokok dari konsep lingkungan hidup yang banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an. Dalam konsep lingkungan hidup, disebutkan bahwa materi mengalami transformasi, perubahan bentuk perwujudannya, tetapi tidak hilang ataupun musnah. Dalam beberapa ayat disebutkan berbagai bentuk transformasi tersebut, diantaranya :

Air sebagai sumber kehidupan, dengan tumbuh-tumbuhan akan kamu peroleh buah-buahan dan minyak, dengan binatang akan kamu peroleh susu dan sebagian yang untuk kamu makan. Kesemuanya ini untuk dinikmati dan disyukuri oleh manusia. (Q.S. 23 : 17-23

Akhirnya, semua itu akan kembali kepada asalnya dan kembali kepada kehendak Penciptanya. Jadi, jelas bahwa di dalam alam lingkungan terjadi siklus biogeokimia2 yang

memiliki kesesuaian dengan ajaran Islam. Transformasi sebagaimana tersebut pada ayat di atas dapat dibandingkan dengan ungkapan hadits berikut :

(4)

َّىللص

ص ِّ ي

ي ببنللاِّ ن

ب ع

ص ِّ :ِّ ههننع

ص ِّ ههلللاِّ ي

ص ض

ب رصِّ َّىس

ص ُومهِّ يببأ

ص ِّ ث

ه ِيدبح

ص ِّ

زلع

ص ِّ ه

ب ببِّ ههلللاِّ ي

ص نبثصعصبصِّ َامصِّ ل

ص ثصمصِّ ن

ل إبِّ ل

ص َاقصِّ م

ص للس

ص وصِّ هبينلصع

ص ِّ ههلللا

َاض

ض رنأصِّ ب

ص َاص

ص أ

ص ِّ ث

ث ينغ

ص ِّ ل

ب ثصم

ص ك

ص ِّ م

ب لنعبلناوصِّ َىد

ص ههلناِّ ن

ص مبِّ ل

ل ج

ص وص

لص

ص كصلناِّ ت

ب تصبصننأصفصِّ ءصَام

ص لناِّ ت

ب لصببقصِّ ةةبصييط

ص ِّ ةةفصئبَاط

ص ِّ َاهصننمبِّ ت

ن نصَاك

ص فص

ءصَام

ص لناِّ ت

ب ك

ص س

ص منأ

ص ِّ بهدبَاجصأصِّ َاهصننمبِّ نصَاكصوصِّ رصيثبكصلناِّ بصشنعهلناوص

اُونعصرصوصِّ اُونقصس

ص وصِّ َاهصننمبِّ اُوبهربش

ص فصِّ س

ص

َانللاِّ َاهصببِّ ههلللاِّ عصفصنصفص

ك

ه س

ب م

ن تهِّ لصِّ ن

ة َاعصيق

ب ِّ ي

ص ه

ب ِّ َام

ص نلإبِّ َىرصخ

ن أهِّ َاهصننمبِّ ةضفصئبَاط

ص ِّ ب

ص َاص

ص أ

ص وص

ه

ب لللاِّ ن

ب ِيدبِّ يف

ب ِّ هصقهفصِّ ن

ن مصِّ ل

ه ثصمصِّ ك

ص لبذصفصِّ لص

ض كصِّ ت

ه ببننتهِّ لصوصِّ ءضَامص

م

ن لصِّ ن

ن مصِّ ل

ه ثصمصوصِّ مصللعصوصِّ مصلبعصفصِّ هبببِّ ههلللاِّ ي

ص نبثصعصبصِّ َام

ص ببِّ ههعصف

ص نصوص

ه

ب ببِّ ت

ه لنس

ب رنأ

ه ِّ ِيذبللاِّ هبلللاِّ َىدصههِّ لنبصقنِيصِّ منلصوصِّ َاسضأنرصِّ كصلبذصببِّ عنفصرنِيص

ِّ ِّ *

Diriwayatkan daripada Abu Musa r.a katanya: Nabi s.a.w bersabda: Perumpamaan Allah Azza Wa Jalla mengutusku menyampaikan petunjuk dan ilmu adalah seperti titisan hujan yang telah membasahi bumi. Manakala bumi tersebut sebahagian tanahnya ada yang subur sehingga dapat menyerap air serta menumbuhkan rerumput dan sebahagian lagi berupa tanah-tanah keras yang dapat menahan air, lalu Allah memberi manfaat kepada manusia sehingga mereka dapat meneguk air, memberi minum dan menggembala ternaknya di tempat itu. Ada juga titisan air hujan tersebut jatuh di tanah yang lain, iaitu tanah gersang yang sama sekali tidak dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput rampai. Manakala itu semua adalah perumpamaan orang yang bijak pandai tentang agama Allah dan memanfaatkannya setelah aku diutus oleh Allah. Maka baginda tahu dan mahu mengajar apa yang diketahuinya dan juga perumpamaan orang yang keras kepala yang tidak mahu menerima petunjuk Allah yang keranaNya aku diutuskan “

(H.R. Bukhari & Muslim)

Waktu sebagai sumber alam juga tidak merupakan besaran yang berdiri sendiri, yang mana lingkungan hidup sangat dipengaruhi oleh faktor waktu. Struktur dan fungsi semua komponen dalam lingkungan hidup ini akan bergerak dalam dimensi waktu. Fenomena tertentu di mana faktor waktu berperan besar dalam dinamika populasi suatu makhluk hidup.

(5)

apabila pada sistem itu terdapat berbagai jenis makhluk hidup, sebanyak yang

dimungkinkan, maka keadaan sistem itu mantap, karena semua komponennya mengisi struktur yang ada dan fungsi masing-masing dengan sebaik-baiknya. (Soerjani, 1984)

PERSPEKTIF HADITS TENTANG PENDIDIKAN LINGKUNGAN

Secara ideal, agama Islam sebagai suprastruktur ideologis masyarakat muslim, diyakini memiliki nilai-nilai yang cukup intens dalam hal permasalahan lingkungan. Cukup banyak ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits Rasulullah SAW yang berbicara mengenai lingkungan. Baik dengan ungkapan langsung, tidak langsung, ataupun dengan penceritaan kasus yang bermuatan ekologis. Namun kenyataannya, secara faktual tampilan prilaku ekologis di permukaan masyarakat muslim tampak masih beragam. Ada yang cukup tinggi, sedang dan rendah. Bahkan, yang disebut terakhirlah justru yang banyak mewarnai mayoritas kehidupan komunitas muslim.

Menurut Mujiyono Abdillah (1999) fenomena ini dapat dilihat dari tingginya volume produk limbah buangan domestik (rumah tangga), tingginya kerentanan terhadap berjangkitnya penyakit menular, meluasnya lahan pertanian tepi dan menipisnya areal perhutanan, serta masih bertahannya pola hidup tidak sehat di lingkungan masyarakat Islam. Kondisi seperti ini, dapat diduga, disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan, kesadaran, dan kearifan masyarakat dalam menyikapi permsalahan lingkungan

Wawasan lingkungan hidup dititahkan dalam bentuk perbuatan ihsan dan larangan melakukan kerusakan di muka bumi. Sebagaimana syariah mengatur hubungan vertikal dan horizontal, yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah diwujudkan dalam bentuk hubungan antara manusia dengan Rabb nya, yang bermakna kesalehan pribadi yang membutuhkan disiplin pribadi yang tinggi. Muamalah merupakan bentuk hubungan antara manusia dengan sesamanya, serta alam semesta di sekitarnya, yang mana membutuhkan kesalehan sosial dalam disiplin pribadi dan solidaritas sosial yang kuat.

Solidaritas sosial dan kedisiplinan yang tinggi perlu ditanamkan dan dikembangkan sedini mungkin, yaitu latihan untuk melestarikan lingkungan. Dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan, kiranya hadits Nabi SAW perlu dikaji dan dikembangkan lebh jauh.

(6)

“Takutlah kamu kepada dua hal yang dilaknati”, Mereka bertanya, “apa yang dua hal itu?” Rasulullah SAW menjawab: Orang yang membuang hajat di jalanan atau tempat perteduhan.”

Bahkan menurut riwayat Abu Daud ada 3 tempat yang sangat terkutuk untuk buang air, yaitu : buang air di sumber air/mata air; buang air di tengah jalan; dan membuang air di tempat-tempat perteduhan”3

Dalam riwayat lain, Imam Nasa`i dalam sunan nya memuat juga tentang larangan membuang air di lubang. Tentang hadits ini, Al-Sindi menjelaskan bahwa pelarangan dimaksud karena lubang tersebut menjadi tempat tinggal jin, ular, ataupun makhluk lainnya.4 Begitu pula, terdapat larangan buang air pada air yang tergenang dan air yang mengalir.5

Hadits-hadits di atas menyiratkan bahwa Islam telah mempelopori prinsip menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan, sekaligus sebagai upaya preventif bagi berjangkitnya penyakit-penyakit menular yang dapat mewabah dikarenakan tidak terjaminnya kesehatan lingkungan.

Dengan demikian, terlihat bahwa kerangka pendidikan lingkungan hidup dalam perspektif hadits memiliki karakteristik yang khas, yaitu dengan memasukkan pendekatan keagaamaan. Hal ini dapat terlihat dari adanya ancaman ataupun janji balasan bagi perbuatan-perbuatan tertentu.

Visi pendidikan lingkungan hidup dalam perspektif Islam didasari oleh visi lingkungan yang utuh menyeluruh, holistik integralistik. Visi lingkungan yang holistik integralistik diproyeksikan akan mampu menjadi garda depan dalam pengembangan kesadaran lingkungan guna melestarikan keseimbangan ekosistem. Sebab seluruh komponen dalam ekosistem diperhatikan kepentingannya secara proporsional, tidak ada yang lebih dipentingkan dan tidak ada pula yang diterlantarkan oleh visi lingkungan Islam yang holistik integralistik.

1. Pemeliharaan Lingkungan

3 Tentang perteduhan ini, Al-Khithabi menyebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan perteduhan adalah perteduhan yang dijadikan orang sebagai tempat berteduh dan persinggahan, dan tidak semua perteduhan dilarang secara mutlak.

4 Al-Nasā`iy. Sunan Nasā`iy bi Syarh Hāfizh Jalāluddin Suyuthi wa Hāsyiyah Imām Al-Sindiy. Jilid 1. Dar al-Fikr. Beirut. 1995 halaman 50 - 53

(7)

Permasalahan utama yang menjadi perhatian para pemerhati lingkungan adalah berkaitan dengan upaya-upaya pemeliharaan lingkungan. Di dalam Al-Qur’an akan dapat ditemui beberapa ayat yang memberikan penekanan pada upaya-upaya pemeliharan lingkungan dan sekaligus larangan dari berbuat kerusakan di muka bumi.

Demikian pula halnya dengan hadits nabawi. Sebagai contoh dapat dikemukakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud berikut ini :

ن

ن بباْ ن

ب ع

ع ْ ةعمعَاس

ع أ

أ ْ ُوبأأعْ َانعرعبعخبأعْ ييلنععْ نأببْ رأصبنعْ َانعثعددحع

ن

ن ببْ دنِيعنس

ع ْ ن

ب ع

ع ْ ن

ع َامعِيبلعس

أ ْ يبنأ

ع ْ ننببْ نعَامعثبعأْ نبععْ ججيبرعجأ

ي

ي ش

ن ببحأْ ن

ن ببْ هنلدلاْ دنببع

ع ْ ن

ب ع

ع ْ م

ج عنط

ب مأْ ننببْ رنِيببعجأْ ننببْ دنمدحعمأ

ْ م

ع لدس

ع وعْ هنِيبلعع

ع ْ هألدلاْ َّىلدص

ع ْ هنلدلاْ ل

أ ُوس

أ رعْ ل

ع َاقعْ ل

ع َاقع

ن

ب مع

رنَاندلاْ يفنْ هأس

ع أ

ب رعْ هألدلاْ بعُودصعْ ةةرعدبسنْ ععطعقع

ُوبأأعْ ل

ع ئنس

أ ْ

ث

أ يدنح

ع لباْ اذعهعْ ل

ع َاقعفعْ ث

ن يدنح

ع لباْ اذعهعْ َّىنععبمعْ ن

ب ع

ع ْ ُدوأاُدع

ل

ل ظ

ن تعس

ب يعْ ةجلعفعْ يفنْ ةةرعدبس

ن ْ ععط

ع قعْ ن

ب معْ يننعبيعْ ررص

ع تعخ

ب مأ

ق

(8)

Hadits di atas berisi larangan memotong pohon sidrah, sehingga “Barangsiapa yang memotong pohon sidrah maka Allah SWT menghunjamkan kepalanya tepat ke dalam neraka”. Pohon sidrah adalah pohon yang terkenal dengan sebutan al-sidr, yang biasanya tumbuh di padang pasir, tahan terhadap panas dan tidak memerlukan air. Pohon tersebut banyak digunakan sebagai tempat berteduh oleh para musafir, orang yang mencari lahan peternakan, pengembala, dan juga orang lain mempunyai tujuan tertentu.6

Ancaman neraka bagi orang yang memotong pohon sidrah menunjukkan perlunya menjaga kelestarian lingkungan alam. Karena keseimbangan antara makhluk satu dengan lainnya perlu dijaga, sedangkan perbutan memotong pohon sidrah adalah salah satu bentuk perbuatan yang mengancam unsur-unsur alam yang sangat penting untuk keselamatan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya,

Sebagian ulama hadits menyalah artikan hadits diatas, dengan menakwilkan hadits tersebut dengan mengatakan bahwa yang dimaksud pohon sidrah adalah yang tumbuh di kawasan Tanah Haram. Seolah-olah mereka menganggap terlalu berlebihannya bentuk hukuman api neraka bagi perbuatan sekedar menebang pohon. Dalam hal ini, menarik untuk diungkap bahwa Abu Daud memiliki pengertian tepat mengenai hadits tersebut. Beliau pernah ditanya tentangnya, dan menjawab, “ barangsiapa menebang pohon Sidrah di padang sahara yang dipakai untu berteduh oleh musafir dan binatang ternak, dengan tanpa tujuan yang dapat dibenarkan dan dengan unsur kesengajaan serta zhalim, maka Allah akan meluruskan kepalanya ke dalam api neraka.”7

2. Usaha Penghijauan

Sebagai salah satu upaya pelestarian lingkungan, reboisasi (penghijauan) merupakan aspek penting yang tidak dapat ditinggalkan. Perhatian sunnah Nabi terhadap upaya-upaya penghijauan ini sangatlah besar. Hadits Nabi SAW mengkategorikan penanaman pohon sebagai perbuatan yang sangat mulia dan menjadikannya sebagai salah

6 Abu Daud, Al-Imam Al-Hafizh Abu Sulaiman Al-Asy’ats Al-Sijistani. Sunan Abu Dāwud. Juz 1

tahqiq: Muhammad Abdul Aziz Al-Khalidi. Dar al-Kutub Al-‘Ilmiyyah.. Beirut. 1996.dalam Kitab al-Adab Bab Qith’ al-sidr.

(9)

satu cara yang utama dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab, bila pohon itu dapat dimanfaatkan oleh orang lain, oleh burung atau binatang ternak, perbuatan itu akan dicatat sebagai sedekah jariyah yang pahalanya terus mengalir.

Berkaitan dengan ini, Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

ن

ب ع

ع ْ ك

ن لنمعلباْ دأببع

ع ْ َانعثعددحعْ يبنأعْ َانعثعددحعْ رجِيبمعنأْ ن

أ بباْ َانعثعددحع

هألدلاْ َّىلدص

ع ْ هنلدلاْ ل

أ ُوس

أ رعْ ل

ع َاقعْ ل

ع َاقعْ رجبنَاجعْ نبععْ ءجَاط

ع عع

ن

ع َاك

ع ْ لدإنْ َاسةربغعْ س

أ

رنغبيعْ م

ج لنس

ب مأْ ن

ب منْ َامعْ م

ع لدس

ع وعْ هنِيبلعع

ع

ةرقعدعص

ع ْ هألعْ هأنبمنْ ق

ع رنس

أ ْ َامعوعْ ةةقعدعص

ع ْ هألعْ هأنبمنْ ل

ع كنأأْ َامع

ت

ب لعك

ع أعْ َامعوعْ ةرقعدعص

ع ْ هألعْ ُوعهأفعْ هأنبمنْ عأبأس

د لاْ ل

ع ك

ع أعْ َامعوع

هألعْ نعَاكعْ لدإنْ درحعأعْ هأؤأزعربيعْ لعوعْ ةرقعدعص

ع ْ هألعْ ُوعهأفعْ رأِيبط

د لا

ةرقعدعص

ع

ن

ب ع

ع ْ ك

ن لنمعلباْ دأببع

ع ْ َانعثعددحعْ يبنأعْ َانعثعددحعْ رجِيبمعنأْ ن

أ بباْ َانعثعددحع

هألدلاْ َّىلدص

ع ْ هنلدلاْ ل

أ ُوس

أ رعْ ل

ع َاقعْ ل

ع َاقعْ رجبنَاجعْ نبععْ ءجَاط

ع عع

ن

ع َاك

ع ْ لدإنْ َاسةربغعْ س

أ

رنغبيعْ م

ج لنس

ب مأْ ن

ب منْ َامعْ م

ع لدس

ع وعْ هنِيبلعع

ع

ةرقعدعص

ع ْ هألعْ هأنبمنْ ق

ع رنس

أ ْ َامعوعْ ةةقعدعص

ع ْ هألعْ هأنبمنْ ل

ع كنأأْ َامع

ت

ب لعك

ع أعْ َامعوعْ ةرقعدعص

ع ْ هألعْ ُوعهأفعْ هأنبمنْ عأبأس

د لاْ ل

ع ك

ع أعْ َامعوع

هألعْ نعَاكعْ لدإنْ درحعأعْ هأؤأزعربيعْ لعوعْ ةرقعدعص

ع ْ هألعْ ُوعهأفعْ رأِيبط

د لا

ةقعدعص

ع

8

ر

(10)

“Barangsiapa di antara orang Islam yang menanam tanaman maka hasil tanamannya yang dimakan akan menjadi sedekahnya, dan hasil tanaman yang dicuri akan menjadi sedekahnya. Dan barangsiapa yang merusak tanamannya, maka akan menjadi sedekahnya sampai hari kiamat.”

3. Sumberdaya Hewani

Berkaitan dengan pemeliharaan sumberdaya hewani, sebagai contoh adanya perhatian hadits terhadap sumberdaya hewani ini, dapat diutarakan hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr, bahwa Rasulullah SAW bersabda :

(11)

“Setiap orang yang membunuh burung pipit atau binatang yang lebih besar dari burung pipit tanpa ada kepentingan yang jelas, dia akan dimintai pertanggung jwabannya oleh Allah SWT pada hari kiamat.”. Ditanyakan kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah, apa kepentingan itu?” Rasulullah SAW menjawab apabila burung itu disembelih untuk dimakan”

Dalam hadits yang lain yang berasal dari Syarid RA, diriwayatkan bahwa beliau berkata:

ف

ج لعخعْ ن

ب ع

ع ْ ةعدعِيببعع

أ ْ ُوبأأعْ ُدأاددحعلباْ دنحناُوعلباْ دأببععْ َانعثعددحع

حنلنَاص

ع ْ ن

ب ع

ع ْ ل

أ ُوعحبلب

ع اْ ررمنَاععْ َانعثعددحعْ نعارعهبمنْ نعبباْ يننعبيع

ت

أ عبمنس

ع ْ ل

ع َاقعْ دنيرنش

د لاْ ن

ن ببْ ورنمبع

ع ْ ن

ب ع

ع ْ رجَانعيُدنْ ننبب

هألدلاْ َّىلدص

ع ْ هنلدلاْ ل

ع ُوس

أ رعْ ت

أ عبمنس

ع ْ ل

أ ُوقأيعْ دعيرنش

د لا

جدععْ َاثةبعععْ ارةُوفأص

ب ع

أ ْ ل

ع تعقعْ ن

ب معْ ل

أ ُوقأيعْ معلدس

ع وعْ هنِيبلعع

ع

ب

ي رعْ َايعْ ل

أ ُوقأيعْ هأنبمنْ ةنمعَاِيعقنلباْ معُوبيعْ لدجعوعْ زدععْ هنلدلاْ َّىلعإن

ةجععفعنبمعلنْ يننلبتأقبيعْ مبلعوعْ َاثةبعععْ يننلعتعقعْ َانةلعفأْ ندإن

“Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa membunuh seekor burung pipit tanpa ada maksud yang jelas, maka burung tadi akan dating kepada Allah SWT sambil mengadukan,”Wahai Tuhanku, sesungguhnya fulan telah membunuhku tnpa maksud yang jelas, dan bukan pula untuk mengambil manfaat yang jelas.”

Berdasarkan kedua hadits tersebut, para ahli fikih telah mengharamkan perbuatan membunuh hewan tanpa ada maksud untuk dimakan. Bagi para penyayang binatang, kedua hadits tersebut dapat disimpulkan kewajiban menghormati ciptaan Allah yang hidup, dan menjaga kelestariannya, serta tidak mengganggu kehidupannya kecuali karena

keperluan tertentu.

Dengan alasan yang sama, para pakar lingkungan berpendapat mengenai

(12)

mendesak. Sebagai sumber kekayaan alam, sumberdaya hewani tidak dibenarkan untuk dirusak, sehingga pembunuhan hewan tanpa alasan yang jelas sama dengan merusak kekayaan alam.

4. Pelestarian sumberdaya hayati

Berkaitan dengan upaya pelestarian sumberdaya hayati dari kepunahan, dapat diutarakan sebuah hadits berikut :

ن

ب ع

ع ْ س

أ

نأُويأْ َانعثعددحعْ دأيزنيعْ َانعثعددحعْ ُدرددس

ع مأْ َانعثعددحع

ل

ع َاقعْ ل

ع َاقعْ ل

ج فدغعمأْ ن

ن ببْ هنلدلاْ دنببع

ع ْ ن

ب ع

ع ْ ن

ن س

ع ح

ع لبا

ن

د أعْ لعُوبلعْ معلدس

ع وعْ هنِيبلعع

ع ْ هألدلاْ َّىلدص

ع ْ هنلدلاْ ل

أ ُوس

أ رع

اُولأتأقبَافعْ َاهعلنتبقعبنْ ت

أ ربمعلع

ع ْ م

ن معلب

أ اْ نبمنْ ةرمدأأْ بعلعكنلبا

م

ع ِيهنبعلباْ ُدعُوعس

ب لب

ع اْ َاهعنبمن

“Kalau seandainya anjing bukan termasuk ummat dari berbagai ummat yang ada, pasti aku suruh kalian membunuhnya, Karena itu, bunuhlah anjing yang berwarna hitam pekat.”9

Hadits ini mengungkapkan tentang hakikat alam yang telah ditetapkan Al-Qur’an, yaitu bahwa setiap makhluk – termasuk yang tidak berakal- memiliki keberadaan social tersendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya. Di samping itu, juga terjadi hubungan dan saling ketergantungan antar sesama makhluk. Maka, tidaklah mengherankan jika ada hadits yang menjelaskan tentang anjing, meskipun sebagian orang tidak suka kepada binatang ini, atau tidak senang kepada beberapa jenis binatang tertentu, sebagian ornag berpikir tidak akan memelihara ataupun membutuhkan anjing sama sekali. Karenanya, mereka tidak memiliki rasa simpati sedikitpun kepada anjing.

Dengan demikian, hadits di atas menujukkan bahwa Nabi SAW tidak senang akan musnahnya berbagai ummat, dan lenyapnya spesies makhluk tertentu sehingga mereka

(13)

punah dan tidak tersisa sedikitpun. Apapun makhluk Allah pastilah memiliki hikmah tesendiri dan bentuk kemaslahatan tertentu. Karenanya, tidak ada alas an untuk membunuh semua jenis anjing.

PENUTUP

Permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan yang senantiasa menjadi perhatian manusia, termasuk pada masa Rasululah SAW. Karenanya, menjadi suatu hal yang wajar bila haidts-hadits Nabi SAW juga memiliki muatan-muatan konsepsi tentang upayapemeliharan dan pelestarian lingkungan hidup..

(14)

DAFTAR BACAAN

Abdillah, Mujiyono. Agama Ramah Lingkungan : Perspektif Al Qur’an. Penerbit Paramadina. Jakarta. 2001

Abu Daud, Al-Imam Al-Hafizh Abu Sulaiman Al-Asy’ats Al-Sijistani. Sunan Abu Dāwud.

tahqiq: Muhammad Abdul Aziz Al-Khalidi. Dar al-Kutub Al-‘Ilmiyyah.. Beirut. 1996.

Al-Nasā`iy. Sunan Nasā`iy bi Syarh Hāfizh Jalāluddin Suyuthi wa Hāsyiyah Al-Imām Al-Sindiy. Dar al-Fikr. Beirut. 1995

Al-Baqiy, Muhammad Fuad. Mu'jam Mufahras li Alfāzh Al-Qur'ān Al-Karim, Dar Al-Fikr, Beirut, 1987

Al Bayan. Hadits Riwayat Bukhori & Muslim. Program Qur’an-Hadits versi 6.5. CD Room. Sakhr. Riyadh. 1996

Al-Qardlawi, Yusuf. Al-Muntaqa min Kitāb al-Targhib wa al –Tarhib li al-Mundziriy. (Seleksi Hadits-hadits Shahih tentang Targhib dan Tarhib). terj. Aunur Rafiq Shaleh Tamhid. Cetakan Pertama. Robbani Press. Jakarta. 1996.

Al-Qardlawi, Yusuf. Al-Sunnah Mashdaran li al-Ma’rifah wa al-Hadlārah (Fiqih Peradaban : Sunnah sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan). terj. Faizah Firdaus. Cetakan. Ke 1. Dunia Ilmu. Surabaya. 1997.

Al-Zabidiy, Al-Imam Zainuddin Ahmad Ibn Abdul Lathif. Al-Tajrid Al-Shahih li Ahāditsi Al-Jāmi’ Al-Shahih (Ringkasan Shahih AL Bukhari). Terj. Cecep Syamsul Hari & Tholib Anis. Cetakan. Ke 3. Mizan. Bandung. 1999.

Ewusie, J. Yanney. Elements of Tropical Ecology (Pengantar Ekologi Tropika). Terj. Usman Tanuwidjaja. Penerbit ITB. Bandung. 1990

Maktabah Alfiyah Hadits Syarif. CD Room Kutubuttis’ah. Sakhr. Riyadl.

Muslim, Al-Imam Abu Al-Husain Ibn Al-Hajajj Al-Qusyairy Al-Naisyaburiy. Shahih Muslim: Syarah Al-Nawāwiy. Tahqiq: Muhmammad Fuad Abdul Baqi. Maktabah

Dahlan. Bandung. Tt

Muslim, Al-Imam Abu Al-Husain Ibn Al-Hajajj Al-Qusyairy Al-Naisyaburiy. Shahih Muslim bi Syarah Al-Nawāwiy. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. Beirut. 1995

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kutipan di atas, penelitian ini merupakan penelitian untuk menemukan hukum bagi suatu peristiwa in concreto.Penelitian ini berusaha untuk menemukan apakah hukum

Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti memberikan saran kepada, (1) Kepada Kepala Sekolah Dasar Laboratorium UM, hendaknya lebih perhatian dalam melakukan pengawasan

Dari latar belakang tersebut, maka penelitian yang akan dilakukan adalah studi tentang akustik dan perannya dalam pemanfaatan ruang dan aktifitas mahasiswa di

Matematika dan filsafat mempunyai sejarah keterikatan satu dengan yang lain sejak jaman Yunani Kuno. Matematika di samping merupakan sumber dan inspirasi bagi para filsuf,

Pertumbuhan Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii pada Berbagai Media serta Infektivitasnya terhadap Kutudaun Kedelai Aphis.. glycines Matsumura (Hemiptera:

Penguasaan kelas dilakukan dengan melibatkan siswa dalam penyampaian materi sehingga terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Komunikasi yang dilakukan harus dua

Belum dilaksanakan sepenuhnya rencana aksi nasional untuk Tuna Cakalang Tongkol.tersedia (Permen 107/ 2015) yang diterbitkna pada agustus 2015 3.1.2 Pelatihan mengenai stock